PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL COOPERATIVE LEARNING
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DI KELAS X SMAN 1 KISARAN T.A 2014/2015
Oleh:
Putri Andriani Dewiana NIM 4103111064
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Matematika
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan berkat-Nya yang memberikan hikmat kepada penulis hingga penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul Peningkatan Kepercayaan Diri Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together Di Kelas X SMAN 1 Kisaran T.A 2014/2015. Adapun skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada Bapak Drs. Togi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal hingga akhir penulisan skipsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd, Ibu Dra. N. Manurung, M.Pd dan Bapak Pardomuan NJM Sinambela, S.Pd, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan, dan terima kasih juga kepada Bapak dan Ibu serta Dosen
UNIMED serta staf pegawai Jurusan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih kepada dan Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor UNIMED dan Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA Unimed, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Matematika dan Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika yang telah banyak membantu selama penulisan skripsi ini.
v
memberikan kesempatan serta bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.
Teristimewa rasa terima kasih dan cinta penulis kepada Ayahanda Syafrizal dan Ibunda Yusmanidar, orangtua penulis yang telah mengasuh, membimbing, memberi kasih sayang, mendukung secara materil dan selalu mendo’akan penulis. Semoga Allah memberikan kebaikan dunia dan akhirat kepada Ayah dan Ibunda. Amin. Terima kasih juga buat adinda Oky Mandala Putra yang juga telah memberikan do’a dan motivasi kepada penulis, serta keluarga yang terus memberikan dukungan, doa, kasih sayang, pengorbanan, dan perjuangan baik secara moral dan materil.
Penulis juga ucapkan terimakasih untuk teman kos sekamar seperjuangan Tiya Musanna dan Rizka Indriya Utari yang selalu memotivasi saya saat lelah dan juga terimakasih buat anak kos RQ lainnya. Tak lupa penulis ucapan terima kasih juga untuk yang teristimewa sahabat tercinta Sotarduga Lumbantoruan, Sirry Hidayani, Siti Hadijah, Tiya Musanna, Sri Rezeky, Nurika Mariana Tanjung, Syarifuddin Siregar serta teman-teman senasib sepenanggungan di DIK C 2010 Pendidikan Matematika yang tiada henti memberikan motivasi dan doa yang tulus serta sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.
Medan, September 2014 Penulis,
PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL COOPERATIVE LEARNING
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DI KELAS X SMAN 1 KISARAN T.A 2014/2015
Putri Andriani Dewiana (NIM. 4103111064) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa pada materi eksponen di kelas X SMA Negeri 1 Kisaran T.A 2014/2015 dan untuk mengetahui apakah siswa yang memiliki kepercayaan diri juga memiliki hasil belajar baik.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 1 Kisaran T.A 2014/2015 yang berjumlah 32 orang dan objek penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together untuk meningkatkan kepercayaan diri dan hasil belajar siswa kelas X di SMAN 1 Kisaran. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes, observasi, angket dan wawancara. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran, lembar observasi dan angket digunakan untuk melihat kepercayaan diri siswa dan wawancara digunakan untuk mendukung penggunaan model Cooperative Learning Tipe NHT. Sedangkan analisis data yang dilakukan di dalam penelitian adalah teknik/metode analisis.
Penelitian ini dibagi atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan observasi terhadap kepercayaan diri siswa dan observasi pembelajaran serta di akhir dari siklus diberikan tes hasil belajar. Dari siklus I diperoleh skor pengamatan kepercayaan diri siswa dalam kategori kurang baik begitu juga hasil angket yang menunjukkan belum adanya siswa di kategori tinggi sehingga belum memenuhi target peneliti, sedangkan di siklus II diperoleh skor pengamatan kepercayaan diri siswa dalam kategori baik serta angket juga menunjukkan hasil sudah ada siswa di kategori tinggi dan terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hasil observasi menunjukkan bahwa proses pembelajaran berlangsung dengan baik yaitu dari hasil observasi di siklus I mencapai 69,11% dengan kategori cukup dan mengalami peningkatan di siklus II menjadi 71,25% dengan kategori baik. Pada tes hasil belajar I dari 32 orang siswa sebanyak 18 siswa (56,25%) telah mencapai ketuntasan belajar sedangkan 14 siswa lainnya (43,75%) belum tuntas. Pada tes hasil belajar II, sebanyak 28 orang (85,7% ) telah mencapai ketuntasan belajar dan 4 orang siswa lainnya (12,5%) tidak tuntas. Karena hasil pengamatan kepercayaan diri siswa serta angket mengalami peningkatan dan ketuntasan belajar klasikal telah tercapai maka pelaksanaan tindakan berhenti di siklus II.
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar viii
Daftar Tabel ix
Daftar Lampiran x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 7
1.3 Batasan Masalah 7
1.4 Rumusan Masalah 8
1.5 Tujuan Penelitian 8
1.6 Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis 9
2.1.1 Pendidikan Karakter 9
2.1.2 Kepercayaan Diri 11
2.1.2.1 Pengertian Kepercayaan Diri 11
2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri 12
2.1.2.3 Ciri-Ciri Percaya Diri 14
2.1.2.4 Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri 16 2.1.2.5 Kepercayaan Diri Dalam Belajar Matematika 18
2.1.3 Hasil Belajar 20
2.1.4 Model Pembelajaran 21
2.1.5 Model Pembelajaran Cooperative Learning 23 2.1.6 Cooperative Leraning bermuatan Pendidikan Karakter 26
2.1.7 Cooperative Learning Tipe NHT 29
2.1.8 Materi Pembelajaran Eksponen 34
2.2 Penelitian Relevan 39
2.3 Hipotesis Tindakan 39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 40
3.2 Subjek dan Objek Penelitian 40
vii
3.2.2 Objek Penelitian 40
3.3 Jenis Penelitian 40
3.4 Prosedur Penelitian 41
3.5 Alat Pengumpul Data 47
3.6 Teknik Analisis Data 51
3.6.1 Reduksi Data 51
3.6.2 Paparan Data 55
3.6.3 Penyimpulan Data 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Siklus I 57
4.1.1 Permasalahan I 57
4.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I 57
4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 58
4.1.4 Observasi I 62
4.1.5 Analisis Data Hasil Penelitian Siklus I 63
4.1.5.1 Angket Kepercayaan Diri I 63
4.1.5.2 Observasi I 64
4.1.5.3 Tes I 68
4.1.5.4 Wawancara I 69
4.1.6 Refleksi I 70
4.2 Hasil Siklus II 71
4.2.1 Permasalahan II 71
4.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan II 72
4.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 72
4.2.4 Observasi II 75
4.2.5 Analisis Data Hasil Penelitian Siklus II 76
4.2.5.1 Angket Kepercayaan Diri II 76
4.2.5.2 Observasi II 77
4.2.5.3 Tes II 80
4.2.5.4 Wawancara II 82
4.2.6 Refleksi II 82
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 83
4.3.1 Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dalam Belajar
Matematika Dan Hasil Belajar Siswa 84
4.4 Diskusi Hasil Penelitian 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 87
5.2 Saran 87
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT 31 Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Kepercayaaan Diri 49
Tabel 3.2 Nama-Nama Validator 50
Tabel 3.3 Hasil Validasi Tes Awal 50
Tabel 3.4 Hasil Validasi Tes Hasil Belajar I 50
Tabel 3.5 Hasil Validasi Tes Hasil Belajar II 50 Tabel 3.6 Kriteria Rata-rata Penilaian Observasi 52
Tabel 3.7 Kategori Jawaban Angket 53
Tabel 3.8 Kategori Skor Kepercayaan Diri 53
Tabel 3.9 Tingkat Penguasaan Siswa 54
Tabel 4.1 Tingkat Ketuntasan Siswa Pada Tes Awal 57 Tabel 4.2 Hasil Angket Kepercayaan Diri Tiap Siswa Pada Siklus I 63 Tabel 4.3 Pengkategorian Hasil Angket Kepercayaan Diri
Siswa Pada Siklus I 64
Tabel 4.4 Hasil Lembar Observasi Kepercayaan Diri Tiap
Siswa Pada Siklus I 64
Tabel 4.5 Hasil Lembar Observasi Kepercayaan Diri Siswa Siklus I 65 Tabel 4.6 Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran
Model NHT Siklus I 66
Tabel 4.7 Tingkat Kemampuan Penguasaan Siswa Siklus I 68
Tabel 4.8 Tingkat Ketuntasan Tes Siklus I 68
Tabel 4.9 Hasil Angket Kepercayaan Diri Tiap Siswa Pada SIklus II 76 Tabel 4.10 Pengkategorian Hasil Angket Kepercayaan Diri
Siswa Pada Siklus II 77
Tabel 4.11 Hasil Lembar Observasi Kepercayaan Diri Tiap
Siswa Pada Siklus II 77
Tabel 4.12 Hasil Lembar Observasi Kepercayaan Diri Siswa Siklus II 78 Tabel 4.13 Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran
Model NHT Siklus II 79
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tahap-tahap Pembelajaran NHT 32
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran 92
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus I 95
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus I 100 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus II 105 Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus II 110 Lampiran 6 Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 114 Lampiran 7 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 117
Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa I 118
Lampiran 9 Lembar Aktivitas Siswa II 120
Lampiran 10 Lembar Aktivitas Siswa III 122
Lampiran 11 Lembar Aktivitas Siswa IV 124
Lampiran 12 Lembar Observasi Guru Pada Pembelajaran NHT 126 Lampiran 13 Hasil Lembar Observasi Guru Siklus I 134 Lampiran 14 Hasil Lembar Observasi Guru Siklus II 135 Lampiran 15 Lembar Observasi Kepercayaan Diri Siswa 136 Lampiran 16 Deskripsi Hasil Observasi Kepercayaan Diri
Siklus I Dan II 144
Lampiran 17 Kisi-Kisi Angket Kepercayaan Diri 145 Lampiran 18 Lembar Validasi Angket Kepercayaan Diri 146 Lampiran 19 Hasil Validasi Angket Kepercayaan Diri 147
Lampiran 20 Angket Kepercayaan Diri Siswa 150
Lampiran 21 Perhitungan Pengkategorian Angket Percaya Diri Siswa 153 Lampiran 22 Deskripsi Hasil Angket Kepercayaan Diri Dan Hasil
Belajar Siklus I 155
Lampiran 23 Deskripsi Hasil Angket Kepercayaan Diri Dan Hasil
Belajar Siklus II 155
Lampiran 24 Kisi- Kisi Tes Kemampuan Awal 156
Lampiran 25 Tes Kemampuan Awal 157
Lampiran 26 Analisis Kesulitan Siswa Pada Tes Awal 158
Lampiran 27 Kisi-Kisi Tes I 159
Lampiran 29 Lembar Validasi Tes Hasil belajar I 161 Lampiran 30 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar II 164
Lampiran 31 Tes Hasil Belajar I 167
Lampiran 32 Tes Hasil Belajar II 168
Lampiran 33 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I 169 Lampiran 34 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 172
Lampiran 35 Pedoman Penskoran Tes I 174
Lampiran 36 Pedoman Penskoran Tes II 179
Lampiran 37 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Siklus I 182 Lampiran 38 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Siklus II 183 Lampiran 39 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I 184 Lampiran 40 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II 185 Lampiran 41 Pembagian Kelompok Belajar Dengan Model NHT 186
Lampiran 42 Kutipana Hasil Wawancara 187
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, masalah karakter merupakan salah satu masalah utama dalam dunia pendidikan. Pertanyaan dalam dunia pendidikan adalah “apakah
pendidikan saat ini mampu membentuk karakter siswa atau hanya sekedar proses belajar yang hanya ingin mendapatkan nilai dan masuk ke sekolah atau universitas yang diinginkan, menggapai cita-cita, dan duduk sebagai pemimpin tanpa adanya karakter yang tertanam dalam dirinya?”. Menurut beberapa penelitian, tingginya inteligensi hanya sedikit mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai kesuksesan, tetapi yang paling penting adalah bagaimana karakter yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Karakter yang baik akan lebih banyak menumbuhkan kesuksesan pada seseorang.
Bung Karno pernah mengatakan Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter, karena inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju, dan jaya serta bermartabat. Berbagai fenomena dapat terjadi jika kita tidak waspada, tentu apa yang telah dikhawatirkan oleh Mahatma Gandi tentang tujuh dosa yang mematikan benar-benar bisa menjadi kenyataan di negari ini. Yakni bertumbuh kembangnya nilai-nilai dan perilaku seperti: (1) kekayaan tanpa bekerja, (2) kesenangan tanpa hati nurani, (3) pengetahuan tanpa karakter, (4) bisnis tanpa moralitas, (5) ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, (6) agama tanpa pengorbanan, (7) politik tanpa prinsip (Abidinsyah, 2011).
Karakter merupakan daya juang yang berisikan nilai kebaikan, akhlak dan moral yang terpatri dalam diri manusia. Tata nilai itu merupakan perpaduan
Terbentukya karakter siswa yang kuat dan kokoh diyakini merupakan hal penting dan harus dimiliki siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa yang akan datang. Jika kita menginginkan bangsa ini menjadi berkarakter kembali, maka bangunlah karakter siswa melalui pendidikan. Dengan demikian, melalui dimensi pendidikan,untuk membangun karakter bangsa ke depan adalah dengan membangun karakter siswa sejak dini.
Pendidikan adalah upaya terencana dalam proses pembinaan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia (UU No.20 tahun 2003).
Seperti yang ditegaskan dalam dalam UU RI No.20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional:
“ Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kretif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Menurut John Dewey (dalam Sagala,2005) pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya. Langeveld mengatakan bahwa pendidikan adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju kearah kedewasaan dalam arti dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakannya menurut pilihannya sendiri (Pidarta, 2009).
Dengan demikian, dalam membangun karakter bangsa, pendidikan memegang peranan penting. Jika kualitas sektor pendidikan rendah maka sektor lain tidak berarti, sebaliknya tingginya kualitas pendidikan turut mendorong sektor lain untuk maju. Pendidikan dikatakan berhasil apabila siswa setelah dididik mampu menggunakan pengetahuannya dan keterampilannya untuk
3
melayani kebutuhannya sendiri dan masyarakat secara baik. Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi mengandung arti yang lebih luas lagi yaitu membentuk serta mengembangkan seluruh kepribadian siswa dengan sebaik-baiknya sehingga siswa sanggup untuk hidup mandiri dan lebih percaya diri menghadapi tantangan dan ini merupakan indikator keberhasilan proses pembelajaran.
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi bukan tidak bisa diwujudkan, memang banyak hal yang mempengaruhinya, yang mengharuskan semua pihak yang terlibat di dalam pendidikan berada dalam satu tekad dan satu kemauan untuk meraihnya. Menurut Slameto,(2010) ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu : (1) faktor internal/faktor dalam diri siswa, yakni keadaan kecerdasan atau inteligensi, cacat tubuh, bakat, minat, persepsi, dan motivasi, (2) faktor eksternal/faktor diluar siswa, antara lain faktor keluarga dan faktor sekolah, dimana salah satu faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa adalah metode mengajar. Selanjutnya Dimyati,(2009) mengemukakan ada sepuluh faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu: (1) Sikap terhadap belajar, (2) Motivasi belajar, (3) Konsentrasi belajar, (4) Mengolah bahan belajar, (5) Menyimpan perolehan belajar, (6) Menggali hasil belajar, (7) Kemampuan berprestasi, (8) Rasa percaya diri siswa, (9) Intelegensi dan keberhasilan belajar, dan (10) Kebiasaan belajar.
Hasil belajar haruslah ditingkatkan, karena itu sangatlah bijaksana bila faktor-faktor ini mendapat tempat dan perhatian, bila ingin meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, sekaligus kualitas pendidikan, disamping itu salah satu faktor psikologis pembentuk karakter siswa yang tidak kalah pentingnya dalam
mencapai hasil belajar siswa yang tinggi adalah keyakinan akan kemampuan diri atau yang disebut dengan kepercayaan diri.
bukan yang paling dibenci. Tidak seharusnya matematika itu dibenci, karena matematika itu dapat diterapkan dikehidupan sehari-hari.
Hal seperti ini sesuai dengan keadaan yang tampak pada siswa, tidak semua mereka dapat memanfaatkan kemampuannya seperti yang diharapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah selalu ditemukan sikap siswa yang selalu acuh tak acuh, kurang senang dan kurang berminat untuk belajar, terutama
dalam pelajaran matematika, karena mata pelajaran ini dianggap suatu mata pelajaran yang sulit, sehingga hasil belajar siswa rendah. Upaya meningkatkan mutu belajar matematika telah banyak diusahakan disemua jenjang pendidikan. Salah satunya adalah optimalisasi faktor-faktor psikologis serta mengembangkan karakter siswa itu sendiri sebagi komponen dalam pendidikan.
Dalam Permen Diknas No 23 tahun 2006 ada 20 nilai utama dalam pendidikan karakter diiantaranya yang dapat diterapkan adalah nilai karakter yang hubungannya dengan diri sendiri yaitu : 1) Jujur, 2) Bertanggung Jawab, 3) Bergaya hidup sehat, 4) Disiplin, 5) Kerja Keras, 6) Percaya Diri, dan 7) Berjiwa Kewirausahaan.
Dalam pembelajaran matematika, karakter juga dapat dibentuk dalam proses belajar mengajar. Salah satunya adalah kepercayaan diri, yang merupakan modal untuk menyakini kemampuan dan usaha-usaha yang telah dicapai, juga untuk meningkatkan kualitas belajar seorang siswa. Menurut Bandura (dalam Santrock,2011) kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan memproduksi hasil positif. Menurut Suhendri, (2012) rasa percaya diri merupakan unsur yang penting harus dimiliki oleh siswa. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dale
Schunk (dalam Santrock, 2011), mengatakan konsep ini mempengaruhi aktivitas oleh murid. Murid yang percaya dirinya tinggi mau mengerjakan tugas dan tekun
berusaha.
5
Dalam bidang belajar remaja yang kurang percaya diri tampak dengan menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar, menyontek yang merupakan gambaran kurangnya percaya diri pada kemampuannya, tidak adanya keberanian untuk bertanya dan menanggapi penjelasan guru serta grogi kalau disuruh maju ke depan kelas (Mastur, 2012).
Banyak masalah yang timbul karena seseorang tidak percaya pada
dirinya sendiri. Siswa yang menjumlahkan sederetan angka-angka namun pada akhirnya mencari kalkulator untuk menyakinkan apakah penjumlahannya telah benar. Gejala ini menunjukkan kurang adanya kepercayaan diri pada siswa yang bersangkutan.
Permasalahan ini juga terjadi pada siswa di SMA Negeri 1 Kisaran, khususnya kelas X. Menurut Santrock,(2011) siswa yang berusia 13 sampai 17 tahun berada dalam fase perkembangan remaja, yang merupakan masa penuh gejolak dan menghadapi banyak tantangan serta kebingungan dalam peoses menemukan jati dirinya. Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas X tentang pembelajaran matematika dan bagaimana pembelajaran matematika di kelas, serta cara yang digunakan guru dalam mengajar didapat informasi bahwa sebagian besar siswa merasa jenuh dengan pembelajaran matematika. Pada umumnya mereka beralasan bahwa pelajaran matematika lebih sulit dari pelajaran yang lain. Selanjutnya mereka beralasan pembelajaran dikelas kurang menarik dan tidak membangkitkan minat, cara yang digunakan guru masih belum bervariasi dan kurang menyenangkan. Dan dari pengalaman selama PPL serta didukung data observasi yang dilakukan pada tanggal 11 februari 2014, diperoleh data hasil belajar siswa pada pelajaran matematika masih tergolong rendah. Dari
hasil ulangan yang diperoleh pada materi eksponen siswa kelas X T.A 2013/2014, terdapat 18 siswa dari 32 siswa yang harus diberikan remedial karena belum
memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan guru yaitu sebesar 65.
belajar sungguh-sungguh dan juga harus dibarengi dengan suatu keyakinan akan kemampuan diri. Kepercayaan diri dapat distimulus dari luar diri siswa, seperti melalui pemberian penghargaan kepada siswa yang berhasil dalam belajar atau menghargai setiap usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Hal ini didukung dengan pernyataan, Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi
merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui guru dan rekan
sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin meningkat (Dimyati, 2009).
Selain itu peran guru di sekolah sangatlah penting dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak karena gurulah yang sangat berpengaruh dalam proses belajar dan pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru di sekolah sangat dibutuhkan untuk memahami kesulitan dan hambatan dalam membangun kepercayaan diri siswa. Dan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa diperlukan pendekatan proses pembelajaran. Adapun pendekatan pembelajaran matematika yang dapat digunakan antara lain adalah pembelajaran Cooperative Learning (Somakin, 2011). Salah satu bagian dari pendekatan pembelajaran
Cooperative Learning adalah model pembelajaran NHT (Numbered Head
Together).
NHT (Numbered Head Together) atau penomoran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Trianto, 2007). Model pembelajaran NHT menggunakan konsep berpikir bersama dalam kelompok tetapi tiap siswa akan diberikan nomor yang akan diberikan pertanyaan
oleh guru. Kemudian siswa diminta untuk berdiskusi menyatukan jawaban dan guru akan memanggil nomor anggota untuk memberikan jawaban. Dari tahap
pemanggilan nomor akan melatih sikap percaya diri siswa, dimana siswa diminta untuk menyampaikan hasil yang diperoleh didepan kelas dan berhak menerima apresiasi dari guru maupun teman-teman lainnya.
7
NHT memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.(http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.com, diakses 14
Januari 2014)
Berdasarkan latar belakang diatas, penting dilakukan penelitian tentang kepercayaan diri siswa dalam kaitannya dengan hasil belajar dengan judul
“Peningkatan Kepercayaan Diri Dan Hasil Belajar Siswa Melalui
Pembelajaran Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together di Kelas X SMAN 1 Kisaran T.A 2014/2015”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan sebelumnya, dapat diidentifikasi masalah pada penelitian ini adalah
1. Banyak siswa yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit.
2. Kurangnya kepercayaan diri siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah.
3. Siswa merasa ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
4. Kegiatan pembelajaran yang kurang menyenangkan dan cara yang digunakan guru dalam mengajar yang kurang bervariasi.
5. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi eksponen dan perlu diberikan remedial.
1.3 Batasan Masalah
Masalah pada penelitian ini dibatasi pada materi Eksponen di Kelas X SMA Negeri 1 Kisaran T.A 2014/2015 dengan menggunakan model pembelajaran cooperative Learning tipe Numbered Head Together untuk meningkatkan
1.4 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan pada penelitian ini adalah
1. Apakah model pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa pada materi eksponen di
kelas X SMA Negeri 1 Kisaran T.A 2014/2015?
2. Apakah dengan meningkatnya kepercayaan diri siswa dapat meningkatkan
hasil belajar siswa?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa pada
materi eksponen di kelas X SMA Negeri 1 Kisaran T.A 2014/2015.
2. Untuk mengetahui apakah siswa yang memiliki kepercayaan diri juga memiliki hasil belajar yang baik.
1.6 Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa
Meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan hasil belajar siswa seiring dengan meningkatnya rasa percaya diri siswa dalam belajar.
2. Bagi peneliti
Untuk menambah pengalaman dalam menggunakan model pembelajaran dan untuk memenuhi tugas akhir.
3. Bagi guru
Sebagai informasi untuk dapat menggunakan model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together sehingga menumbuhkan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika.
4. Bagi penelitian selanjutnya
87
87 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang disajikan pada BAB IV dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika pada materi eksponen di kelas X SMA Negeri 1 Kisaran T.A 2014/2015.
2. Berdasarkan hasil observasi kepercayaan diri siswa yang dilakukan selama pembelajaran, kepercayaan diri siswa secara klasikal mengalami peningkatan yaitu 36,56% dari siklus I menjadi 71,25% pada siklus II. Begitu pula hasil angket yang menunjukkan peningkatan yaitu pada siklus II tidak ada siswa yang berada pada kategori kepercayaan diri rendah. Hal ini sejalan dengan meningkatnya hasil belajar siswa yaitu 14 siswa (43,75%) siswa yang tuntas belajar pada siklus I meningkat menjadi 28 siswa (87,5%) yang tuntas pada siklus II. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri siswa mempengaruhi hasil belajar siswa dimana dengan meningkatnya kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Proses pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together semakin baik dari siklus I hingga siklus II. Dilihat
dari hasil observasi proses pembelajaran yang mengalami peningkatan dari nilai persentase rata-rata 69,11% kategori cukup baik di siklus I menjadi
80,15% kategori baik di siklus II.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :
Numbered Head Together sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk
meningkatkan kepercayaan diri siswa dan hasil belajar matematika siswa. 2. Siswa diharapkan berperan aktif dalam upaya meningkatkan hasil belajar.
Siswa harus mengetahui bahwa tugas siswa adalah belajar sebaik munkin untuk meraih prestasi yang optimal. Pada hakekatnya semua manusia membawa kepercayaan diri yang telah terbentuk dalam dirinya akibat
pengaruh lingkungan keluarga. Akan tetapi bagaimana kepercayaan diri itu meningkat tergantung bagaimana cara siswa bersikap terutama dengan belajar di sekolah yaitu dengan cara menumbuhkan keyakinan pada diri sendiri bahwa segala sesuatu harus dicoba.
3. Kepada peneliti selanjutnya yang berminat agar dapat melakukan penelitian yang sama di sekolah-sekolah lain pada materi yang berbeda agar dapat dijadikan sebagai studi perbandingan guna untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pada mata pelajaran matematika.
4. Pada penelitian yang sama hendaknya peniliti selanjutnya menambahkan media pembelajaran yang menarik sesuai materi yang diajarkan agar menarik minat siswa dalam proses pembelajaran.