• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN MUTU MINYAK ATSIRI SEREH WANGI (Citronella oil) di UKM SARI MURNI Dusun Pabongan RT 01 RW 05, Desa Berjo, Kec. Ngargoyoso Kab. Karanganyar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGENDALIAN MUTU MINYAK ATSIRI SEREH WANGI (Citronella oil) di UKM SARI MURNI Dusun Pabongan RT 01 RW 05, Desa Berjo, Kec. Ngargoyoso Kab. Karanganyar"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user TUGAS AKHIR

PENGENDALIAN MUTU

MINYAK ATSIRI SEREH WANGI (Citronella oil) di UKM SARI MURNI

Dusun Pabongan RT 01 RW 05, Desa Berjo, Kec. Ngargoyoso Kab. Karanganyar

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Mencapai Gelar Ahli Madya

Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

Eko Pranata Putra Sebayang

H 3108009

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

(2)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

PENGENDALIAN MUTU MINYAK ATSIRI SEREH WANGI

(Citronella Oil) di UKM SARI MURNI

Dusun Pabongan RT 01 RW 05, Desa Berjo, Kec. Ngargoyoso Kab. Karanganyar

Yang Disiapkan dan Disusun Oleh

Eko Pranata Putra Sebayang

NIM : H3108009

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Telah dipertahankan di hadapan dosen penguji

Pada tanggal : ...

Dan dinyatakan memenuhi syarat.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Bambang Sigit Amanto, MSi

NIP. 19640714 199103 1 002

Lia Umi Khasanah,ST, MT

NIP. 19800731 200801 2 012

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS

NIP. 19560225 1986011 001

(3)
(4)

commit to user

iii

Motto

Kita menilai diri dari apa yang kita pikir bisa kita lakukan,

Padahal orang lain menilai kita dari apa yang sudah kita lakukan.

Untuk itu apabila anda berpikir bisa, segeralah lakukan.

Bukan pertumbuhan lambat yang harus Anda takuti.

Akan tetapi Anda harus lebih takut untuk tidak tumbuh sama sekali.

Maka tumbuhkanlah diri Anda dengan kecepatan apapun itu

Tugas kita bukanlah untuk berhasil.

Tugas kita adalah untuk mencoba,

Karena didalam mencoba itulah kita menemukan

Dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.

Jika anda sedang benar, jangan terlalu berani.

Dan bila Anda sedang takut jangan terlalu takut. Karena keseimbangan sikap

(5)

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir di

UKM Sari Murni dengan baik.

Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai

gelar Ahli Madya Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sebelas Maret. Dalam

penyusunan laporan ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ir. Bambang Sigit Amanto, MSi selaku dosen pembimbing I Tugas Akhir.

2. Lia Umi Khasanah, ST, MT selaku dosen pembimbing II Tugas Akhir.

3. Bapak Syam Sutarto selaku pemilik UKM Sari Murni dan yang

membimbing di UKM Sari Murni selama pelaksanaan Tugas Akhir.

4. Orang tua yang selalu memberikan doa dan restunya.

5. Teman-teman D-III Teknologi Hasil Pertanian 2008 yang sudah

memberikan doa dan dukungannya.

6. Teman-teman NHKBP Solo yang telah memberikan doa dan

dukungannya.

7. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak sekali kekurangan

dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Akhirnya penulis hanya

dapat mengharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

(6)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Tumbuhan Serai Wangi ... 3

1. Tumbuhan Serai Wangi (Citronellal oil) ... 3

2. Sereh Dapur (Lemongrass oil)... 4

B. Proses Penyulingan ... 6

C. Minyak Atsiri ... 9

D. Standar Mutu ... 11

1. Warna Minyak Atsiri ... 12

2. Berat Jenis ... 13

3. Indeks Bias ... 13

4. Putaran Optik ... 14

5. Kelarutan Dalam Alkohol... 14

6. Bilangan Asam ... 14

7. Randemen ... 15

E. Komposisi Kimia Minyak Sereh Wangi ... 15

BAB III METODELOGI ... 17

A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan... 17

B. Alat Dan Bahan ... 17

C. Analisis Data ... 18

(7)

commit to user

a. Bobot Jenis ... 18

b. Indeks Bias ... 19

c. Putaran Optik ... 19

d. Kelarutan (Dalam Alkohol) ... 19

e. Total Geraniol ... 18

f. Total Sitronellal... 20

g. Randemen... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

A. Profil Ukm... 22

B. Pengendalian Mutu ... 22

1. Pengendalian Mutu Bahan Baku ... 23

2. Pengendalian Mutu Proses Produksi ... 26

C. Analisis Mutu Produk ... 31

1. Warna ... 31

2. Berat Jenis ... 32

3. Putaran Optik ... 33

4. Indeks Bias ... 34

5. Kelarutan Dalam Alkohol ... 35

6. Kadar Sitronellal ... 36

7. Geraniol ... 37

D. Konsep Haccp (Hazard Abalysis Critical Control Points) ... 37

1. Deskripsi Minyak Sereh Wangi ... 40

2. Penyusunan Diagram Alir ... 41

3. Analisis Bahaya ... 41

4. Signifikasi Bahaya ... 44

5. Penetapan CCP ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran... 48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)
(9)

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 (a) Tanaman sereh wangi ... 4

Gambar 2.1 (b) Minyak sereh wangi ... 4

Gambar 2.2 (a) Tanaman sereh dapur ... 5

Gambar 2.2 (b) Minyak sereh dapur ... 5

Gambar 2.3 Penyulingan secara langsung ... 7

Gambar 2.4 Penyulingan secara tidak langsung ... 8

Gambar 4.1 Diagram alir proses penyulingan minyak serai wangi ... 27

Gambar 4.2 Minyak serai wangi industri petani ... 32

Gambar 4.3 Langkah penyusunan dan implementasi sistem ... 39

Gambar 4.4 Decision tree untuk penetapan CCP pada bahan baku ... 39

(10)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Negara kita termasuk negara penghasil minyak atsiri yang merupakan

komoditi penghasil devisa negara. Oleh karena itu pada tahun-tahun terakhir

ini, minyak atsiri mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah

Indonesia. Sampai saat ini Indonesia baru menghasilkan beberapa jenis minyak

atsiri, yaitu minyak cengkeh, minyak kenanga, minyak nilam, minyak akar

wangi,minyak pala, minyak kayu putih dan minyak sereh wangi. Terdapat

beberapa minyak atsiri yang menonjol dari minyak ini, yaitu minyak pala,

minyak nilam, minyak cengkeh dan minyak sereh wangi.

Minyak sereh merupakan komoditi di sektor agribisnis yang memiliki

prospek dan berdaya saing kuat di pasaran luar negeri. Tetapi tanaman ini

belum banyak dibudidayakan dan pengolahannya belum optimal. Sebagai

contoh tanaman sereh wangi merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang

dalam perdagangan dikenal dengan nama "Citronella oil". (Anonimous, 1988).

Khususnya di Sumatera Utara, tanaman sereh wangi ini masih belum

membudaya, hanya sebagian kecil petani yang menanam tanaman ini sebagai

usaha sambilan, disertai pengolahan atau penyulingan. Pengolahan minyak

atsiri yang dilakukan masih sederhana, belum memenuhi standar baku.

Sehingga kualitas minyak atsiri yang dihasilkan tidak terlalu bagus. Suatu hal

yang perlu diketahui bahwa pada saat ini minyak sereh wangi mempunyai

harga pasaran yang tinggi sesudah minyak pala, yaitu Rp.65.850/kg, dan

minyak pala Rp.116.850/kg. Dari sisi ekonomi tentu hal ini akan meningkatkan

penghasilan petani. Hanya masalahnya adalah banyak para petani sereh wangi

yang melakukan penyulingan hanya secara tradisional saja, sehingga tidak

didapatkan minyak yang sesuai dengan standar (Ketaren, 1985).

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dilakukan penelitian yang

bertujuan untuk mengendalikan mutu minyak sereh wangi. Hasil penelitian

dapat dijadikan dasar untuk penentuan standar mutu minyak atsiri sereh wangi

(11)

commit to user

tang tepat guna menghasilkan minyak yang bagus serta memenuhi kualitas

yang diinginkan untuk tujuan eskpor.

B.Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan Praktek Quality Control “Pengendalian Mutu

Minyak Sereh Wangi (Citronella oil)” ini adalah:

1. Mengetahui proses produksi minyak atsiri sereh wangi, mulai dari tahap

pengadaan bahan baku, proses pengolahan, hingga hasil minyak sereh

wangi.

2. Menentukan parameter mutu dari minyak atsiri sereh wangi.

3. Menyusun konsep pengendalian mutu terhadap kualitas industri minyak

sereh wangi.

C.Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil analisis di home industri minyak sereh wangi adalah

agar dapat dijadikan sebagai acuan untuk mendapatkan suatu kualitas mutu

(12)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuhan Sereh

1. Sereh Wangi (Citronella oil)

Tanaman sereh termasuk golongan rumput-rumputan yang disebut

Andropogon nardus atau Cymbogob nardus. Genus Cympogon meliputi hampir

80 species, tetapi hanya beberapa jenis yang menghasilkan minyak astiri yang

mempunyai arti ekonomi dalam perdagangan. Diantara species yang terpenting

adalah Cympogon nardus dan Cympogon winterianus atau mahapengiri dari

Jawa, yang masing-masing sumber minyak sereh wangi. Menurut

(Hieronymus, 1992) klasifikasi tanaman sereh wangi adalah berikut:

Divisio : Spermatophyta

Klas : Angiospermae

Subklas : Monocotyledonae

Ordo : Graminales

Famili : Gramineae

Subfamili : Panicoidae

Tribe : Andropogineae

Genus : Cymbopogon

Species : Cympogon nardus L

Tanaman sereh wangi (Gambar 2.1.a) yang ditanam di Indonesia terdiri

dari 2 jenis yaitu lemabatu dan mahpengiri. Jenis mahapengiri mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut: daunnya lebih luas dan pendek, disamping itu

menghasilkan minyak dengan kadar sitronellal dan geraniol yang tinggi.

Sedangkan jenis lemabatu menghasilkan kadar sitronellal dan genariol yang

lebih rendah. Di Indonesia tanaman sereh terutama banyak tumbuh di daerah

Tasikmalaya, Bandung, Palembang, dan Padang (Hieronymus, 1992)

Bibit sereh wangi yang digunakan sebaiknya masih muda dan kemudian

ditanam dengan kedalaman kurang lebih 20 cm. Bagian bawah ditimbun

kurang labih 10 cm. Bibit ditanam dengan jarak 90 x 90 cm pada tanah yang

subur, atau dengan jarak 75 x 75 cm di tanah yang kurang subur. Penanaman

sereh harus dilakukan pada permulaan musim hujan, yaitu sekitar bulan

Desember hingga Januari. Untuk skala perkebunan sereh harus bersih dan

bebas dari rumput-rumput liar karena dapat menghambat pertumbuhan

(13)

commit to user

tanaman sereh dan kesuburan tanah itu sendiri. Disamping itu rumput sereh

wangi dapat diserang oleh jamur atau cendawan parasit. Cendawan ini dapat

memasuki jaringan pelepah tanaman sereh yang akhirnya dapat mempengaruhi

bagian daun yang dapat menghasilkan minyak.

(a) (b)

Gambar 2.1 (a) Tanaman Sereh Wangi dan (b) Minyak Sereh Wangi

Minyak sereh wangi (Gambar 2.1.b) telah dikembangkan di Indonesia

dan minyak sereh wangi sudah diproduksi secara komersial dan termasuk

komoditas ekspor. Dalam dunia perindustrian minyak sereh wangi bermanfaat

sebagai pewangi sabun, spray, desinfektan, bahan pengilap dan aneka ragam

preparasi teknis.

2. Sereh Dapur (Lemongrass oil)

Sereh dapur (Gambar 2.2.a) merupakan tanaman tahunan (perennial)

yang tumbuh secara liar dan stolonifera (berbatang semu) yang berbentuk

rumput tebal dengan tinggi mencapi 0,6-1,2 m, serta memiliki aroma lemon

yang khas. Tanaman sereh dapur memiliki akar yang besar, jenis akarnya

berserabut yang berimpang pendek dan berwarna coklat (Sastrapradja, 1978).

Daun tanaman sereh dapur (Gambar 2.2.a) berwarna hijau dan tidak

bertangkai. Sifat daunnya kesat, panjang dan runcing hampir menyerupai daun

ilalang. Selain itu, daun tanaman ini memiliki bentuk seperti pita yang semakin

ke atas semakin runcing, dan beraroma jeruk limau ketika daunnya diremas

(Backer, 1965). Klasifikasi tanaman sereh dapur (Cymbopogon citratus)

(14)

commit to user

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Liliopsida

Sub-classis : Commelinidae

Ordo : Poales

Familia : Poaceae

Genus : Cymbopogon

Species : Cymbopogon citratus (DC) Stapf

Sereh dapur (Gambar 2.2.a) dapat tumbuh subur pada daerah dengan

limpahan cahaya matahari yang besar, curah hujan tidak terlalu berlimpah

(min. 1500mm/tahun), serta ketinggian hingga 50-2700 m dpl. Cuaca yang

panas dan sinar matahari akan merangsang pembentukan minyak dalam

tanaman. Didaerah yang curah hujannya tinggi sereh dapat dipanen lebih sering

dibandingkan dengan daerah kering, tetapi minyak yang dihasilkan berkadar

sitral lebih rendah (Dalimartha, 1999).

(a) (b)

Gambar 2.2. (a) Tanaman Sereh Dapur dan (b) Minyak Sereh Dapur

Minyak sereh dapur (Gambar 2.2.b) merupakan salah satu minyak atsiri

yang penting, mengandung sitral antara 65-85% (Guenther, 1950). Sitral

merupakan bahan baku untuk sintesa vitamin A dan pembuatan

senyawa-senyawa ionon, yaitu senyawa-senyawa-senyawa-senyawa yang banyak digunakan sebagai

pewangi dalam berbagai macam parfum dan kosmetika. Disamping itu minyak

sereh dapur juga bersifat anti jamur dan bakteri, terutama bakteri gram positif

(15)

commit to user B.Proses Penyulingan

Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan

persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut

dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut, maka

minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam cara, yaitu: Penyulingan

(Destilation), Pressing (Eks-pression), Ekstraksi dengan pelarut (Solvent

ekstraksion) dan Absorbsi oleh menguap lemak padat (Enfleurage). Cara yang

tepat untuk pengambilan minyak dari daun sereh adalah dengan cara penyulingan

(Destilation). (Ames,1968).

Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau

padatan dari 2 macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya

dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air minyak

sereh wangi (Stephen, 1948).

Jumlah minyak yang menguap bersama-sama uap air ditentukan oleh 3 faktor,

yaitu: besarnya tekanan uap yang digunakan, berat molekul dari masing-masing

komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan.

(Satyadiwiria, 1979).

Semakin cepat aliran uap air dalam ketel suling, maka jumlah minyak yang

dihasilkan per kg kondensat uap semakin rendah, sebaliknya semakin lambat

gerakan uap dalam ketel maka waktu penyulingan lebih lama dan rendemen

minyak per jam rendah.

Sebagai bahan bakar penyulingan, para penyuling biasanya menggunakan

kayu bakar, namun untuk mengurangi biaya produksi para penyuling lebih penuh

kebanyakan menggunakan ampas hasil sulingan. (Satyadiwiria, 1979)

Proses ekstraksi minyak pada permulaan penyulingan berlangsung cepat, dan

secara bertahap semakin lambat sampai kita-kita 2/3 minyak telah tersuling.

(Ketaren dan B. Djatmiko, 1978).

Rendemen minyak yang dihasilkan dari daun sereh tergantung dari

bermacam-macam faktor antara lain: iklim, kesuburan tanah, umur tanaman dan

cara penyulingan. Rendemen dipengaruhi oleh musim rata 0,7 % dan musim hujan

(16)

commit to user

rendemen minyak di musim kemarau lebih tinggi dari pada di musim hujan. Daun

sereh jenis lenabatu menghasilkan rendemen minyak 0,5 % (Anonimous, 1970).

Berdasarkan pengamatan, tidak semua petani pengolah dapat menghasilkan

minyak sereh wangi bermutu tinggi, karena daun sereh wangi yang disuling sering

bercampur dengan rumput-rumputan atau karena daun yang dipanen terlalu muda

atau terlalu tua. Untuk menghasilkan rendemen minyak yang maksimum, biasanya

para penyuling skala rakyat mengeringkan daun di bawah sinar matahari selama :

3 - 4 jam dan lama penyulingan diatur sedemikian rupa, sehingga komponen

minyak seluruhnya terekstraksi dan berkwalitas baik. Tetapi cara ini akan

menghasilkan mutu minyak sereh wangi yang rendah. (Ketaren, 1985)

Penyulingan minyak sereh wangi di Indonesia biasanya dilakukan dengan

menggunakan uap air yaitu dengan dua cara, secara langsung dan secara tidak

langsung.

Pada penyulingan secara langsung (Gambar 2.3), bahan atau daun sereh

wangi yang akan diambil minyaknya dimasak dengan air, dengan demikian

penguapan air dan minyak berlangsung bersamaan. Kendati penyulingan langsung

seolah-olah memudahkan penanganan tetapi ternyata mengakibatkan kehilangan

hasil dan penurunan mutu. Penyulingan langsung dapat mengakibatkan teroksidasi

dan terhidrolisis, selain itu menyebabkan timbulnya hasil samping yang tidak

dikehendaki.

Gambar 2.3. Penyulingan secara langsung

Pada penyulingan secara tidak langsung (Gambar 2.4), yaitu dengan cara

memisahkan penguapan air dengan penguapan minyak. Bahan tumbuhan

(17)

commit to user

diletakkan ditempat tersendiri yang dialiri uap air, atau secara lebih sederhana

bahan tumbuhan diletakkan di atas air mendidih (Harris, 1987). Keuntungan

menggunakan penyulingan secara tidak langsung adalah bahan dan suhu dapat

dipertahankan sampai 1000C karena uap berpenetrasi secara merata ke dalam

jaringan, lama penyulingan relatif singkat, randemen minyak lebih besar dan

mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil sistem penyulingan

dengan air (secara langsung), dan bahan yang disuling tidak dapat menjadi gosong

(Ketaren, 1985)

Gambar 2.4. Penyulingan Secara Tidak langsung

Pada awal penyulingan, akan tersuling sejumlah besar geraniol dan sitronella,

sedangkan pada penyulingan lebih lanjut, total geraniol dan sitronella yang

dihasilkan semakin berkurang. Berdasarkan pengalaman pada penyulingan 4,5 jam

akan menghasilkan minyak sereh wangi dengan kadar geraniol maksimum 85%

dan sitronella 35%. Dengan demikian penyulingan diatas 4,5 jam (5- 6) jam tidak

akan menambah kadar kedua zat tersebut. Lama penyulingan tergantung dari

tekanan uap yang dipergunakan dan faktor kondisi terutama kadar air daun sereh.

Pada prinsipnya, tekanan yang dipergunakan tidak boleh terlalu tinggi, karena

pada tekanan yang terlalu tinggi minyak akan terdekomposisi, terutama pada

waktu penyulingan yang terlalu lama. Suatu hal yang penting dalam penyulingan

Sangsang

(18)

commit to user

minyak sereh adalah agar suhu dan tekanan tetap seragam dan tidak menurun

secara tiba-tiba selama proses berlangsung. (Virmani dan S.C Bath, 1971).

C.Minyak Atsiri

Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri misalnya

dalam bahasa Ingris disebut essential oil, etherial oils dan volatile oil. Dalam

bahasa Indonesia ada yang menyebut minyak terbang atau minyak kabur

karena minyak atsiri mudah menguap apabila dibiarkan begitu saja dalam

keadaan terbuka (Lutony,2000).

Minyak yang terdapat dialam dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu

minyak mineral (mineral oil), minyak yang dapat dimakan (edible fat) dan

minyak atsiri (essential oil) (Guenther,1987).

Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak teris atau minyak terbang

(volatile oil) yang dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap

pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir

(pungent teste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya

(Harris,1990).

Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut air. Minyak atsiri ini

merupakan salah satu dalam hasil sisa dari proses metabolisme dalam tanaman

yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan

adanya air. Minyak tersebut disintesa dalam sel glandular pada jaringan

tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak

terpentin dari pohon pinus (Ketaren, 1981).

Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies

tanaman yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae,

Lauraceae, Myrtaceae dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber

pada setiap bagian tanaman, yaitu, dari daun, bunga, buah, biji, batang atau

kulit dan akar atau rizhome. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman,

dapat juga bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau terdapat dibuat secara

sintetis. (Richards, 1944).

Minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua klompok. Pertama, minyak yang

(19)

commit to user

murninya, komponen-komponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk diproses

menjadi produk-produk lain, contoh: minyak sereh, minyak daun cengkeh,

minyak permai dan minyak terpentin. Kedua, minyak atsiri yang sukar

dipisahkan komponen murninya, contoh: minyak akar wangi, minyak nilam,

dan minyak kenanga. Biasanya minyak atsiri tersebut langsung dapat

digunakan tanpa diisolasi komponen-komponennya sebagai pewangi berbagai

produk (Sastrohamidjojo,2004).

Sebagai salah satu pusat megabiodivesiri, Indonesia menghasilkan 40 jenis

adri 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar dunia. Dari jumlah

tersebut, 13 jenis telah memasuki pasar atsiri dunia, yaitu nilam, sereh wangi,

cengkeh, jahe, pala, lada, kayu manis, cendana, melati, akar wangi, kenanga,

kayu puith, dan kemukus. Sebagian besar minyak atsiri yang diproduksi petani

diekspor dengan pangsa pasar untuk nilam (64%), kenanga (67%), akar wangi

(26%), sereh wangi (12%), pala (72%), cengkeh (63%), jahe (0,4%), dan lada

(0,9%) dari ekspor dunia. Negara tujuan minyak atsiri Indonesia antara lain

adalah Amerika Serikat(23%), Inggris (19%), Singapura (18%), India (8%),

Spanyol (8%), Prancis (6%), Cina (3%), Jepang (2%) dan negara-negara

lainnya (8%) jumlahnya. Hal ini tentunya merupakan tantangan karena potensi

Indonesia untuk mengembangkan minyak atsiri sebenarnya luar biasa. Peluang

pemasaran minyak atsiri juga tidak hanya terbuka untuk pasar luar negri

melainkan sangat dibutuhkan dalam negri (Laksamanahardja, 2003).

Meskipun pangsa pasar beberapa komoditas atsiri secara individu relatif

tinggi, total pangsa atsiri Indonesia dipasar dunia hanya sekitar 2,6%. Dalam

perekonomian nasional periode 2001-2003 komoditas minyak atsiri hanya

memiliki porsi yang kecil, digolongkan kedalam komoditas “perkebunan

lainnya”, dengan peran rata-rata 0,001% dari total nilai ekspor komoditas

perkebunan. Pada tahun 2004, nilai ekspor komoditas stsiri mencapai US$ 47,2

juta, namun Indonesia juga mengimpor minyak atsiri senilai US$ 12,26 juta

serta hasil olahannya (derivat, isolat, dan formula) US$ 117,20 juta. Jika nilai

impor ini diperhitungkan maka rencana perdagangan minyak atsiri Indonesia

(20)

commit to user

diproduksi didalam negri, seperti minyak permen (Mentha arvensis) dan

minyak manis (Clausena anisata) (Sukamto, 2004).

D.Standar Mutu

Standar mutu (Tabel 2.1) merupakan data yang sangat penting dalam

menentukan kualitas suatu bahan dengan persyaratan tertentu, yang meliputi

persyaratan spesifikasi, prosedur dan aturan yang bersifat dinamis, sehingga

perlu dikelola secara profsional dengan memperhatikan kebutuhan penggunaan

serta perkembangan teknologinya. Bila tidak memenuhi aturantersebut maka

dapat menimbulkan masalah sosial., seperti menurunkan persaingan akibat

adanya hambatan dalam menembus pasar serta tidak cukupnya proteksi

terhadap penggunaan dalam perlindungan lingkungan. Sebaliknya, bila standar

dirumuskan berdasarkan acuan ke standar-standar nasional yang telah diakui

serta ke standar internasional yang merefleksikan persyaratan pasar dunia maka

standar dapat membantu proses perencanaan, mendukung pembuatan, serta

penjualan barang dan jasa dengan lebih mudah.

Tabel2.1 Standar Mutu minyak Atsiri Sereh Wangi Menurut Standar Nasional

No Jenis Uji SNI 06-3953-1995

1 Warna Kuning pucat sampai kuning

kecoklat-coklatan

2 Bobot jenis 0,880-0,922

3 Putaran optik (0) – (-6)

4 Indeks bias 1,466 – 1,475

5 Total geraniol Min. 85%

6 Sitronellal bobot/bobot Min. 35%

7 Kelarutan dalam etanol 80% 1 : 2 jernih, seterusnya jernih 8 Lain-lain:

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau

kriteria-kriteria tertentu. Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat

(21)

commit to user

keasliannya, sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung

minyak secara umum bisa diketahui, terutama komponen utamanya. Adanya

bahan-bahan asing tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak

tersebut. Oleh karena itu diperlukan cara-cara untuk mengetahui karakteristik

minyak atsiri yang dihasilkan.

Menurut (Miyazaki 1969) mutu minyak sereh dipengaruhi oleh karakter

daun dan metode penyulingannya. Karakter daun sangat ditentukan oleh

kesuburan tanah, umur tanaman dan perlakuan pertama pada daun sereh wangi

tersebut. Pelayuan bahan sebelum disuling berpengaruh terhadap randemen

minyak (Guenther, 1950).

Tabel 2.2 Standar Mutu Minyak Atsiri Sereh Dapur Menurut Essential Oil Association (EOA)

No Uraian SNI 06-3953-1995

1 Warna Kuning-kuning kecoklatan 2 Bobot jenis 250C/250C 0,869-0,894

3 Indeks bias 1,4830-1.4890 4 Putaran optik (-30)-(+10)

5 Kelarutan (dalam etanol) 2-3 bagian volume, larut tetapi keruh. Sumber : EOA (Essential Oil Association)

Terdapat beberapa uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui

karakteristik minyak tersebut, yaitu uji berat jenis, uji indeks bias, putaran

optik, bilangan asam, dan kelarutan dalam alkohol. Uji inilah yang akan

menentukan tingkat kelayakan minyak untuk menyandang gelar “minyak atsiri

asli” atau sebaliknya (Armando, 2009).

1. Warna Minyak Atsiri

Warna minyak atsiri yang baru diekstrak biasanya tidak berwarna atau

berwarna kekuning-kuningan, tetapi ada juga beberapa minyak berwarna

kemerah-merahan, hijau, coklat, biru. Minyak atsiri apabila dibiarkan lama

diudara dan terkena sinar matahari maka warna minyak dapat menjadi

gelap, bau berubah, minyak menjadi lebih kental dan akhirnya terbentuk

resin (Syarief, 1998).

Warna minyak atsiri yang berwarna kunin sampai coklat jika warnanya

menjadi hitam itu diakibatkan oleh dua hal, yaitu: 1) penyulingan pada

(22)

commit to user

ester (istilah penyulingan, minyak gosong) yang ditandai dengan bilangan

asam yang tinggi. 2) pengaruh material carbon steel pada proses

penyulingan sehingga ada kontaminasi logam Fe dan Cu dalam minyak.

Oleh sebab itu, rata-rata digunakan material stainless stell (Kimia

Indonesia, 2005).

2. Berat jenis

Nilai berat jenis (densitas) minyak atsiri merupakan perbandingan antara

berat minyak dengan berat air pada volume yang sama dengan volume

minyak. Berat jenis sering dihubungkan dengan berat komponen yang

terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung

dalam minyak, semakin besar pula nilai densitasnya. Biasanya, berat jenis

komponen terpen teroksigenasi lebih besar dibandingkan dengan terpen

tak teroksigenasi. Berat jenis merupakan salah satu kriteria paling penting

dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri.

3. Indeks bias

Indeks bias meupakan perbandingan antara kecepatan cahaya didalam

udara dengan kecepatan didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks

bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen-komponen dalam

minyak atsir yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana

komponen penyusun minyak atsiri dapat mempengaruhi nilai indeks

biasnya. Semakin banyaak komponen berantai panjang sesquiterpen atau

komponen bergugus oksigen ikut tersuling maka kerapatan medium

minyak atsiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih

sukar untuk dibiaskan. Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih

besar. Menrut (Guenther), nilai indeks bias juga dipengaruhi oleh salah

satunya dengan adanya air dalam kandungan minyak tersebut. Semakin

banyak kandungan airnya, semakin kecil nilai indeks biasnya. Hal ini

karena sifat air mudah membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri

yang indeks biasnya lebih besar lebih bagus dibandingkan minyak atsiri

(23)

commit to user 4. Putaran optik

Sifat optik minyak atsiri ditentukan dengan menggunakan alat polarimetri.

Nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri

memiliki sifat memutar bidang polarisasi kearah kanan (dextrorotary) atau

kearah kiri (leavorotary) jika ditempatkan dalam cahaya yang

dipolarisasikan. Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria

kemurnian suatu minyak.

5. Kelarutan dalam alkohol

Telah diketahui bahwa alkohol merupakan gugus OH-. Karena alkohol

dapat larut dengan minyak atsiri maka komposisi minyak atsiri yang

dihasilkan tersebut dapat komponen-komponen terpen teroksigenasi. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Guenther yang menyatakan kelarutan minyak

dalam alkohol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung

didalamnya. Pada umumnya, minyak atsiri yang mengandung

persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut dibandingkan

minyak atsiri yang mengandung terpen teroksigenasi lebih mudah larut

dibandingkan minyak atsiri yang mengandung terpen, semakin tinggi

kandungan terpen, semakin rendah pula daya larutnya atau semakin sukar

larut. Hal tersebut disebabkan senyawa terpen tak teroksigenasi merupakan

senyawa nonpolar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Oleh sebab itu

dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada

alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak atsiri semakin baik.

6. Bilangan asam

Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri.

Bilangan asam yang semakin besar dapat mempengarui kualitas,

diantaranya mengubah bau khas minyak atsiri.

Adanya sebagian komposisi minyak atsiri yang kontak dengan udara atau

berada pada kondisi lembab mengakibatkan munculnya reaksi oksidasi

dengan udara (oksigen) yang dikatalisasi oleh cahaya. Akibatnya,

terbentuklah senyawa asam. Semakin banyak bisa kontak minyak atsiri

(24)

commit to user

Oksidasi komponen-komponen minyak atsiri, terutama golongan aldehid

dapat membentuk gugus asam karboksilat sehingga menambah nilai

bilangan asam minyak atsiri. Selain kontak langsung dengan udara, proses

oksidasi juga dapat disebabkan oleh tekanan dan temperatur yang tinggi

saat proses menghasilkan minyak.

7. Randemen

Randemen adalah perbandingan jumlah antara output dengan input

dinyatakan dalam persen. Jumlah minyak yang menguap bersama-sama air

ditentukan oleh tiga faktor, yaitu besarnya tekanan uap yang dipakai, berat

molekul dari masing-masing komponen dalam minyak dan kecepatan

minyak yang keluar dari bahan (Satyadiwiria,1997 dalam Dorna, 2009).

Randemen minyak juga dapat dipengaruhi oleh kondisi bahan, cara

pengolahan terhadap bahan yang digunakan. Metode penyulingan uap dan

penyulingan air dan uap menghasilkan randemen yang relatif tinggi

dibandingkan metode penyulingan air karena dalam penyulingan air

komponen minyak yang titik didih tinggi dan bersifat larut dalam air tidak

dapat menguap secara sempurna sehingga banyak minyak yang hilang atau

tidak tersuling (Rahmawati, 2000).

E.Komposisi Kimia Minyak Sereh Wangi

Komponen kimia dalam minyak sereh wangi cukup komplek, namun

komponen yang terpenting adalah sitronella dan garaniol. Kedua komponen

tersebut menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak sereh

wangi. Kadar komponen kimia penyusun utama minyak sereh wangi tidak

tetap, dan tergantung pada beberapa faktor. Biasanya jika kadar geraniol tinggi

maka kadar sitronellal juga tinggi (Harris, 1987).

Komposisi minyak sereh wangi ada yang terdiri dari beberapa komponen,

ada yang mempunyai 30 - 40 komponen, yang isinya antara, lain alkohol,

hidrokarbon, ester, alaehid, keton, oxida, lactone, terpene dan sebagainya.,

Menurut Guenther (1950), komponen utama penyusun minyak sereh wangi

(25)

commit to user

a. Geraniol ( C

10H180 )

Geraniol merupakan persenyawaan yang terdiri dari 2 molekul isoprene dan

1 molekul air, dengan rumus bangun adalah sebagai berikut :

CH

3 - C = CH - CH2 - CH2 - C = CH - CH2 - OH CH

3 CH3

b. Sitronellol ( C

10H200 )

Rumus bangunnya adalah sebagai berikut:

CH3 - C = CH - CH

2 - CH2 - CH - CH2 - CH2 - OH

CH

3 CH3

c. Sitronella (C10H16O)

Rumus bangunnya adalah sebagai berikut:

CH3 C = CH - CH2 - CH2 - C = CH - C - H CH

3 CH3 O

Sitronelal adalah senyawa terpen aldehid yang bagian terbesarnya adalah

(3,7-dimetil-6-okten-1-al) yang berupa cairan tidak berwarna sampai berwarna

kuning pucat dan berbau khas yang berasal dari minyak sereh.

Sitronellal memiliki persyaratan khusus dalam pengemasan atau

penyimpanannya, yaitu dikemas dalam drum yang tidak dipengaruhi dan

mempengaruhi isi, berukuran 200 liter, dalam keadaan baik, bersih, kering,

berat bersih maksimum 175 kg dengan head space sebesar 5-10 inch dari isi

drum. Drum sitronelal terbuat dari bahan plat timbah putih, atau aluminium,

dan plat besi berlapis timah putih, galvanis, atau berenamel, atau plat besi yang

(26)

commit to user BAB III

METODOLOGI

A.Tempat dan waktu pelaksanaan

Kegiatan pembuatan Tugas Akhir ini dilakukan penelitian pada awal bulan

Maret di UKM Sari Murni pengplahan Minyak Atsiri Sereh Wangi di Dk. Berjo

Ngargoyoso, Karanganyar-Tawangmangu.

B.Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan dalam menganalisis mutu minyak sereh wangi

adalah:

a. Gelas Ukur

b. Corong Pemisah

c. Alat Pemanas Elektrik (Kompor Listrik)

d. Kertas Lakmus

e. Timbangan Listrik

f. Neraca Analitik

g. Erlenmeyer

h. Buret

i. Pipet

j. Tabung Reaksi

k. Gelas Piala

l. Kertas Saring

m. Kondensor

n. Piknometer

o. Water Bath

p. Refraktometer

q. Tabung Polarimetri

r. Kompor Gas

s. Plastik

t. Labu Ukur

(27)

commit to user

2. Bahan yang digunakan dalam menganalisis mutu minyak sereh wangi

adalah:

a. HCl 0,5

b. Alkohol 95%

c. Aquades

d. Hidroksi Amonium klorida dalam etanol

e. KOH 0,5 N dalam etanol 95%

f. Brom fenol blue larut dalam etanol

g. Asetat anhidrid

h. Natrium Clorida

i. Natrium Carbonat

j. Magnesium sulfat anhidrid

k. Phenolptalein

C.Analisis Data

Pengamatan dan pengukuran data didasarkan pada hasil analisis yang

meliputi:

a. Bobot Jenis

Piknometer dikosongkan hingga bebas dari air, kemudian didiamkan di

neraca analitik selama 30 menit, kemudian ditimbang (berat piknometer

kosong). Setelah itu piknometer diisi aquades secara pelan-pelan hingga

tidak terjadi gelembung udara dan diletakkan di water bath yang

mempunyai sirkulasi air pada suhu 25οC selama 30 menit, kemudian

diangkat, dilap sampai bersih kemudian diletakkan didalam neraca analitik

selama 30 menit dan ditimbang beratnya (berat piknometer + minyak).

Bobot contoh minyak Bobot Jenis = ---

Berat air

Berat contoh minyak = Berat (piknometer + contoh) - berat piknometer

(28)

commit to user b. Indeks bias

Ke dalam alat refraktometer abbe yang telah dialirkan air pada suhu 25°C

ditempatkan minyak sereh pada permukaan prisma santutup dengan

memutar skrup. Dibiarkan alat beberapa menit kemudian baca.

c. Putaran optik

Tabung polarimetri dibersihkan kemudian dikeringkan, dimasukkan bahan

uji kedalam tabung sampai penuh kemudian ditutup. Tabung polarimetri

yang berisi bahan uji dimasukkan kedalam alat polarimetri pada suhu

27,50C dan dibaca putaran optik dekstro (+) atau levo (-) dari minyak pada skala yang terdapat pada alat. Hasil rata-rata dicatat dari sedikitnya tiga

pembacaan, masing-masing pembacaan harus sesuai disekitar 0,080 C dan ditentukan dengan cara putaran optik harus dinyatakan dalam derajat bila

lingkar sampai mendekati 0,01 harus diberi tanda negatif (-).

d. Kelarutan (Dalam Alkohol)

Sebanyak 1 ml contoh uji dipipet ke dalam gelas ukur 10 ml, ditambahkan

alkohol 80% per ml dengan cara bertahap. Pada setiap penambahan

alkohol kocok dan amati kejernihannya.

e. Total Geraniol

Dicampur kira-kira 10 ml minyak, 10 ml asetat anhidrid dan 2 gram

Natrium asetat anhidrid di dalam labu alat asetilasi, kemudian

ditambahkan potongan-potongan kecil batu apung atau porselin dan

dipasang pendingin reflaksinya. Setelah itu dipanaskan diatas pemanas uap

dan cairan direfluks selama 2 jam. Setelah 2 jam direfluks cairan dibiarkan

menjadi dingin, tambahkan 50 ml aquadest dan dipanaskan pada suhu

40-50 o

C selama 15 menit sambil sering dikocok kemudian didinginkan

sampai suhu kamar. Setelah dingin pipa refluks dilepaskan dan cairan

dipindahkan ke dalam corong pemisah, lalu dibilas dengan aquadest;

sebanyak 2 kali masing-masing 10 ml, dan masukkan air pencucian ini

kedalam corong pemisah, kemudian ditunggu sampai cairan memisah

dengan sempurna, setelah itu lapisan airnya dibuang. Cuci lapisan minyak

(29)

commit to user

sampai minyak terpisah sempurna, dikocok lagi. hal ini diulangi sampai 3

kali pengocokan. Pencucian diulangi seperti hal diatas dengan larutan

natrimum karbonat, natrium elorida lagi masing-masing dengan 50 ml.

Dan terakhir dicuci dengan 20 ml aquades juga dengan 3 kali pengocokan.

Dan pisahkan lapisan minyak. Setelah pencucian dicelupkan kertas lakmus

sehingga larutan menjadi netral. Kemudian lapisan minyak dipindahkan

kedalam tabung reaksi yang kering, tambahkan 3 gram Natrium sulfat

anhidrid, kemudian minyak disaring dan ditambahkan lagi 3 gram Natrium

sulfat anhidrid, dan disaring lagi. Minyak hasil saringan ditimbang

sebanyak 2,5 mg dan ditambahkan 2 ml aquades, 25 ml KOH 0,5 N

alkoholik didalam erlemmeyer dan dididihkan selama 1 jam, kemudian

didinginkan. Dengan cepat, ditambahkan 20 ml aquades dan beberapa tetes

phenolptalein, kemudian dititrasi dengan 0,5 N HCL, dan buat blankonya.

28,05 (V1 – V0)

A = --- X fk W

MA

Total geraniol (%) = --- X fk 561 - 0,42 A

A = bilangan ester setelah asetilasi

V

1 = Volume dalam ml dari larutan 0,5 N HCl untuk titrasi blanko.

V

0 = Volume dalam ml dari larutan 0,5 N HCl untuk titrasi contoh

W = Berat minyak dalam gr setelah asetilasi

561 = Berat molekul KOH (56,1) x 10 (gr)

M = Berat molekul geraniol

fk = faktor koreksi dari 0,5 N HCL (0,9982)

f. Total Sitronellal (%)

Dengan menggunakan buret dimasukkan ke dalam sebuah labu erlemmeyer,

20 ml larutan hidroksil amin klorida, 10 ml larutan KOH 0,5 Nalkoholik.

Dituangkan campuran ini ke dalam erlemmeyer yang berisi 0,8 gr minyak.

Kemudian erlemmeyer yang bekas larutan tadi disimpan dengan tanpa

(30)

commit to user

diamkan, kemudian ditambahkan brom fenol blue beberapa tetes, dan dititrasi

dengan 0,5N HCl sesuai dengan perlakuan, sampai terjadi warna kuning

kehijau-hijauan, kemudian dipindahkan separuh dari campuran ini ke dalam

erlemmeyer yang, disimpan tadi, kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N HCl

sampai terjadi warna kuning muda, di pindahkan lagi ke dalam labu yang satu

lagi, dan dicampur, dikembalikan lagi separuh dari larutan ke dalam

erlemmeyer yang satu lagi, di lanjutkan cara ini sampai suatu saat

penambahan 0,5 N HCl ke dalam erlemmeyer itu tidak lagi menimbulkan

perubahan warna bila dibandingkan dengan warna larutan yang terdapat

didalam erlemmeyer ke dua, kemudian buat blankonya.

M(V

1 – V0 )

Total Citronellal (%) = --- fk 20 m

M = Berat molekul citronellal

m = Massa minyak

V

0 = Volume 0,5 N HCl untuk penentuan

V

1 = Volume 0,5 N HCl untuk blanko

fk = 0,8892

g. Randemen

Destilat yang dihasilkan ditampung dengan erlenmeyer 500 ml, kemudian

dipindahkan keburat untuk memisahkan minyak dengan air. Minyak yang

diperoleh ditimbang beratnya dengan neraca analitik.

berat minyak

(31)

commit to user BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Profil UKM

Minyak serai wangi merupakan minyak atsiri yang terbuat dari daun serai

wangi dengan proses penyulingan pada suhu tinggi. Di Desa Ngargoyoso,

Tawangmangu, Jawa Tengah banyak terdapat UKM penyulingan minyak atsiri,

salah satunya UKM Sari Murni yang dimiliki Bapak Syam Sutarto.

Awal berdirinya UKM Sari Murni pada tanggal 28 Juni 1999 yang

menggunakan alat penyulingan hasil rancangan sendiri. Bahan baku pertama

yang disuling adalah daun cengkeh, dimana daun cengkeh mudah didapat dan

murah harganya pada saat itu. Kemudian setelah hampir berjalan satu tahun

usaha penyulingan minyak cengkeh yang dilakukan, UKM ini mendapat

perhatian dari Disperindag, sehingga pihak dari Disperindag melakukan

kerjasama terhadap UKM Sari Murni untuk menyuling berbagai bahan baku

lainnya seperti, serai wangi, kayu putih, buah pala, cengkeh dan lainnya.

Penentuan lokasi suatu pabrik didasarkan oleh beberapa faktor antara lain

ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, sarana, transportasi dan daerah

pemasaran. UKM ini terletak di Dusun Pabongan RT 01 RW 05, Desa Berjo,

Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

B.Pengendalian Mutu

Produk yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang memegang

peranan penting dalam manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan terjadinya

suatu persaingan didalamnya. Selain itu pengawasan mutu didasarkan pada

komitmen perusahaan untuk menciptakan hasil produk yang berkualitas tinggi

sehingga penjualan menjadi meningkat.

Menurut Hubies (1999), kegiatan pengendalian mutu mencakup kegiatan

menginterprestasikan rencana mutu. Rangkaian kegiatan ini terdiri dari

pengujian pada saat sebelum dan sesudah proses produksi yang dimaksudkan

untuk memastikan kesesuaian produk terhadap persyaratan mutu, maka

kegiatan pengendalian mutu memiliki fungsi antara lain :

(32)

commit to user

a. Melaksanakan pengendalian mutu terhadap bahan baku yang diterima.

b. Meneliti cacat yang terjadi pada bahan baku dan membantu memecahkan

masalah mutu selama proses produksi.

c. Membantu dalam membangun pengendalian mutu pada berbagai titik

dalam proses produksi.

d. Mengoperasikan laboratorium uji untuk melaksanakan uji dan analisa.

e. Mengorganisasikan inspeksi pada setiap tahap proses produksi.

f. Melaksanakan inspeksi untuk menilai mutu produk akhir dan efektivitas

pengukuran pengendalian mutu.

g. Memeriksa mutu kemasan untuk memastikan produk mampu menahan

dampak tranportasi dan penyimpanan.

h. Melakukan uji untuk mengukur dan menganalisa produk akhir yang

diterima akibat tuntutan konsumen.

1. Pengendalian Mutu Bahan Baku

Bahan baku yang dikendalikan mutunya adalah bahan baku utama dan

bahan baku tambahan. Pada pengolahan minyak serai wangi bahan baku yang

termasuk bahan baku utama adalah daun serai wangi dan bahan baku tambahan

yaitu air. Daun serai wangi sebagai bahan baku utama, parameter pengawasan

mutunya dilakukan secara visual dan perhitungan umur tanaman.

Selama ini tanaman serai wangi di Indonesia dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis, yaitu Mahapenggiri dan Lenabatu. Deskripsi jenis tanaman

serai wangi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Penanaman bahan baku serai wangi harus diperhatikan. Serai wangi

merupakan tanaman yang mudah ditanam pada berbagai jenis tanah.

Pengolahan tanah dilakukan ketika kondisi tanah tersebut keras dan padat.

Waktu tanam serai wangi dilakukan diawal musim hujan yang biasanya pada

bulan November hingga bulan Desember. Hal ini dimaksudkan karena

kebutuhan air pada fase awal pertumbuhan tanaman cenderung tinggi. Selain

awal musim penghujan, serai wangi juga dapat ditanam ketika musim kemarau

(33)

commit to user Tabel 4.1 Deskripsi Jenis Tanaman Serai Wangi

No

2 Morfologi Tumbuh berum[pun dalam bentuk lebih rendah dan lebar. Daun berwarna hijau muda dan bagian bawahnya agak kasar

Tumbuh berumpun dalam bentuk lebih tinggi dan tegak. Daun berwarnahijau kebiru-biruan dan kasar pada kedua pinggirnya. 3 Fisiologi Menghasilkan minyak lebih

banyak dan bermutu tinggi. kadar sitronella 30-45%. Harum minyaknya lebih unggul, yaitu keras dan wangi. warna minyak antara tidak berwarna sampai

Penanaman bibit serai wangi dilakukan dengan cara memasukkan stek

bibit kedalam lubang tanam yang telah dibuat. Kedalam satu lubang tanam

dapat dimasukkan 3-4 stek. Adapun jarak tanam bagi tanah subur adalah 100

cm x 100 cm, sedangkan bagi tanaman kurang subur 75 cm x 75 cm. Setelah

2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan pemeriksaan. Bila terdapat

tanaman yang mati maka secepatnya dilakukan penyulaman. Selama

pertumbuhannya, yaitu dihitung dari saat penanaman sampai dengan dilakukan

upaya penambahan unsur-unsur hara dengan jalan pemupukan. Karena

semakin lama kondisi tanah menjadi rusak dan akibatnya pertumbuhan serai

terganggu. Oleh karena itu perlu usaha memelihara, menambah, dan

mempertinggi kesuburan tanah, yaitu dengan cara pemupukan.

Pemupukan tanaman serai wangi per hektar per tahun adalah 150-300 kg

Urea, 25-50 kg TSP, dan 125-250 kg KCl. Adapun waktu pemupukan dapat

dirinci sebagai berikut:

· Pada tahun I diberikan tiga kali:

a. Umur 1 bulan : 37,5-75 kg Urea, 31,25-62 kg KCl, dan 25-50

kg TSP.

b. Umur 6 bulan : 37,5-75 kg Urea, dan 31,25-62 kg KCl.

(34)

commit to user

· Pada Tahun II diberikan dua kali:

a. Umur 12 bulan : 75-150 kg Urea, 62,5-125 kg KCl dan 25-50

kg TSP.

b. Umur 18 bulan : 75-150 kg Urea, dan 62,5-125 kg KCl.

· Pada tahun III dan IV sama dengan tahun II.

Sementara itu cara pemberian pupuk adalah dengan dimasukkan kedalam

lubang melingkar sedalam 10 cm, dan ditutup tanah kembali.

Pemanenan serai wangi dilakukan dengan cara pemangkasan. Penentuan

waktu panen juga mempengaruhi selama mengusahakan tanaman ini, hingga

akhirnya tanaman serai wangi disuling. Panen yang terlambat dapat

menyebabkan kadar geraniol dan sitronella berkurang, juga mengakibatkan

daun menjadi layu, sehingga minyak mengering yang tekandung didalam daun

serai wangi mengering, dan menyebabkan sebagian minyak menghilang.

Kualitas bahan baku daun serai wangi agar menghasilkan minyak serai

yang berkualitas tinggi ditentukan dengan beberapa syarat sebagai berikut:

a. Kualitas daun dengan nilai “A” adalah serai wangi dengan umur tua dan

pemanenan pada musim kemarau.

b. Kualitas daun dengan nilai “B” adalah serai wangi dengan umur tua dan

pemanenan pada musim penghujan.

c. Kualitas daun dengan nilai “C” adalah serai wangi dengan umur muda

dan pemanenan pada musim kemarau.

Panen perdana dilakukan pada tanaman tua berumur 6-8 bulan, dan

panen-panen berikutnya diulang setiap 75-90 hari sekali. Dalam setahunnya, frekuensi

panen rata-rata lima kali, kecuali pada tahun pertama penanaman serai wangi,

hanya tiga kali.

Cara pemanenan bahan baku serai wangi dapat menggunakan sabit yang

perlu diperhatikan, pemangkasan daun yang amat dalam (terlalu ke pangkal)

justru merugikan, karena tanaman dapat mati. Untuk mengantisipasi keadaan

tersebut, sisa daun yang harus ditinggalkan ±5 cm diatas pelepah daun.

Selanjutnya, hasil panen daun serai wangi kemudian dijemur. Cara

(35)

commit to user

lantai jemur. Tujuan penghamparan daun-daun setipis mungkin adalah untuk

mencegah kemungkinan terjadinya proses fermentasi yang dapat mengurangi

aroma minyak. Lama pengeringan sekitar 3-4 jam, atau kadar airnya sekiar

30-50%. Pengeringan daun yang terlalu lama dapat mengakibatkan terjadinya

penguapan unsur-unsur yang mudah terbang dari bahan atau justru terjadinya

oksidasi dari minyak tersebut, sehingga kualitas minyak menurun. Setelah daun

serai wangi cukup kering, segera dilakukan penyulingan atau bisa disimpan

untuk sementara waktu. Caranya, daun serai wangi diletakkan diatas para-para

atau dilantai yang beralaskan papan berkaki. Gudang penyimpanan tidak boleh

lembab dan sirkulasi udara harus baik (Hieronymus Budi Santoso, 1992).

2. Pengendalian Mutu Proses Produksi

Selain pengendalian mutu terhadap bahan baku juga dilakukan

pengendalian mutu terhadap proses produksi. Pengendalian mutu pada proses

produksi terdiri dari tahap penyediaan bahan baku, pengeringan

(diangin-anginkan daun sereh wangi), memasukkan bahan baku kedalam ketel

penyulinagan, proses pemadatan, proses destilasi, proses kondensasi, dan

proses pemisahan minyak dengan air yang dihasilkan dengan menggunakan

alat desparator.

Proses produksi merupakan rangkaian kegiatan terpadu dan berjalan

berkaitan dengan pengolahan sumber daya berupa masukan (input) menjadi

produk (output) dalam jangka penyelesaian tertentu. Sistem produksi yang

dilakukan dengan baik dan berkesinambungan akan menghasilkan produk

bermutu dengan tingkat produktivitas, efisiensi, dan efektivitas yang tinggi.

Proses produksi yang dilakuan mulai dari penyediaan bahan baku awal

hingga menjadi produk jadi terdiri dari beberapa tahapan proses. Tahapan

proses tersebut saling berurutan dari awal hingga akhir. Diagram alir proses

(36)

commit to user

Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Penyulingan Minyak Serai Wangi

Proses Produksi Minyak Serai Wangi

1. Bahan Baku (Serai Wangi)

Persediaan bahan baku didapatkan dari petani dan Disperindag,

penyediaan ini dilakukan untuk menjaga kelancaran selama proses Dikeringanginkan

Dimasukkan kedalam ketel penyulingan

Dipadatkan

Didestilasi

T = 2000C – 4000C

t = 5-6 jam Bahan Baku (serai wangi)

Minyak Serai Wangi dan Air

Dipisahkan (Deseparator)

Minyak Serai Wangi

Analisis:

- Warna

- Berat jenis

- Putaran

Optik

- Indeks Bias

- Randemen

- Sitronella

- Geraniol

Air

(37)

commit to user

produksi minyak sereh wangi. Setiap penyediaan bahan baku batas

minimalnya 5-6 kuintal karena kapasitas ketel penyulingan maksimal 6

kwintal. Jika penyediaan bahan baku tidak mencapai 5-6 kuintal maka

proses produksi ditunda hingga memenuhi kapasitas ketel penyulingan.

Hal ini disebabkan karena dapat merugikan biaya bahan bakar dan jumlah

kapasitas ketel yang tersisa.

2. Pretreatment Bahan Baku (Daun Serai Wangi Dikeringanginkan)

Minyak serai wangi adalah salah satu minyak yang banyak mengandung

senyawa hidrokarbon seperti terpen, alkohol aldehid, ester dan lain-lain.

Senyawa yang banyak terdapat dalam minyak serai yaitu senyawa

sesquiterpen. Untuk memperoleh minyak serai yang bermutu tinggi maka

perlu perlakuan sebelum penyulingan seperti proses dikeringanginkan.

Pengeringan angin bahan baku dilakukan dengan cara diangin-anginkan

(tidak terkena cahaya matahari secara langsung). Pengangin-anginan ini

dilakukan pada suhu 25-300C (suhu ruang) selama 3-6 jam. Adapun maksud dari pengeringan angin bahan baku adalah untuk membantu

proses difusi minyak atsiri dari jaringan-jaringan serta mempercepat

proses penyulingan (Sumarni, 2008)

3. Pemanasan Ketel Penyulingan

Tahap pertama dalam proses penyulingan minyak serai wangi ini adalah

memanaskan ketel penyulingan yang telah berisikan air sebagai pelarut

dengan kapasitas pelarut 200 liter, setiap 1 m3 ketel penyulingan yang terkena panas diisi oleh 80 liter air. Pemanasan ini dilakukan bertujuan

untuk mempercepat pelarut menjadi panas sehingga nantinya pada saat

proses penyulingan daun serai wangi lebih mudah dan cepat menguapkan

air dan minyak. Selain bertujuan untuk mempercepat proses pemanasan

pelarut, pemanasan ini juga bertujuan untuk membersihkan alat destilasi

dari aroma-aroma bahan yang disuling sebelumnya dengan menghantarkan

uap panasnya menuju keluar ketel. Proses pemanasan tungku ketel pada

saat kosong yang harus diperhatikan adalah suhu pemansan, dan waktu

(38)

commit to user

pemanasan terhadap ketel, bila suhu tinggi maka waktu pemanasan ketel

akan semakin cepat, sebaliknya jika suhu pemasan rendah maka waktu

pemanasan tungku ketel akan semakin lama. Oleh karena itu suhu

pemanasan tungku ketel kosong dilakukan pada suhu 86-900C dengan lama pemanasan 45 menit – 1 jam.

4. Pemadatan Bahan Baku

Proses pemadatan bahan baku, proses ini dilakukan pada saat bahan baku

telah dimasukkan kedalam ketel penyulingan. Bahan baku dipadatkan

semaksimal mungkin sehingga tidak terdapat ruang yang bisa untuk

dilewati oleh uap. Tujuan dari proses pemadatan bahan baku ini adalah

untuk memperkecil rongga antar bahan (bulk density). Agar proses

penyulingan uap yang dihasilkan tidak hanya masuk kedalam pori-pori

bahan. Proses pemadatan mempengaruhi jumlah banyaknya minyak yang

dihasilkan.

5. Proses destilasi

Setelah bahan baku benar-benar padat dan tertutup rapat didalam ketel

maka dilakukan proses destilasi. Destilasi ini berlangsung selama 5-6 jam,

dengan suhu 2000C-4000C, tujuan dari destilasi ini adalah untuk mendapatkan uap air yang tercampur minyak dari bahan baku. Selama

proses destilasi agar mencapai mutu yang maksimal sebaiknya dilakukan

pengendalian suhu serta lama waktu destilasi tersebut. Suhu yang

digunakan dalam proses mencapai 300-4000C dengan lama proses perebusan bahan baku 4-4,5 jam. Jika lama proses melebihi 4-4,5 jam

dengan suhu 300-4000C maka mutu minyak akan semakin rendah, senyawa sitronellanya akan semakin rendah dan mutu akan semakin

rendah.

6. Proses Kondensasi

Uap dan air yang dihantarkan selama proses destilasi masuk kedalam

kondensor, proses ini disebut dengan kondensasi. Tujuan dai proses

kondenssasi ini dilakukan adalah untuk mendinginkan uap panas yang

(39)

commit to user

Selama proses kondensasi ini air harus selalu mengalir dari sumbernya

dengan debit tertentu dan disesuaikan kapasitas kondensornya.

7. Pemisahan air dan minyak pada desparator

Uap yang dihasilkan setelah destilasi berkumpul menjadi satu hingga

menuju desparator. Tujuan dari alat desparator ini adalah sebagai alat

pemisah antara minyak dengan air. Pemisahan ini berlangsung

berdasarkan berat jenis antara minyak dengan air, dimana berat jenis

minyak lebih ringan dari air.

Produk yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang memegang

peranan penting dalam manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan terjadinya

suatu persaingan didalamnya. Menurut Hubies (1999), kegiatan pengendalian

mutu mencakup kegiatan menginterprestasikan rencana mutu. Rangkaian

kegiatan ini terdiri dari pengujian pada saat sebelum dan sesudah proses

produksi yang dimaksudkan untuk memastikan kesesuaian produk terhadap

persyaratan mutu (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Tabel Pengendalian Mutu Minyak Serai Wangi

No Uraian Parameter Batas Kritis Prosedur Pengendalian Tindakan

Koreksi Kadar air Kadar air tidak lebih

dari 20%

Penjemuran, penyimpanan pada suhu ruang, dan tidak ditempat yang lembab

(40)

commit to user C.Analisis Mutu Produk

Beberapa parameter analisis yang dilakukan pada minyak serai wangi

adalah, warna, berat jenis, indeks bias, kelarutan dalam alkohol 80%, putaran

optik, kadar sitronellal, dan kadar geraniol.

1. Warna

Warna merupakan parameter penting dalam menentukan kualitas minyak.

Intensitas warna ditentukan oleh banyak/sedikitnya kandungan pigmen warna

tertentu didalam minyak. Warna minyak atsiri yang baru diekstrak biasanya

tidak berwarna atau kekuning-kuningan, tetapi ada juga yang berwarna

kemerah-merahan, hijau, dan coklat, tergantung dari jenis tanaman yang

diekstrak.

Minyak atsiri apabila dibiarkan lama berkontak langsung dengan udara

dan terkena sinar matahari maka minyak dapat menjadi gelap, bau berubah,

lama kelamaan mengental dan akhirnya terbentuk resin (Syarief, 1998). Pada

analisa warna dilakukan pengamatan secara visual, yaitu membandingkan

minyak hasil dari ekstrak UKM Sari Murni dengan hasil dari SNI

06-3953-1995 sebagai parameter penentuan mutu minyak sereh wangi. Adapun hasil

pengamatan yang didapat yaitu warna minyak sereh wangi berwarna kuning

No Uraian Parameter Batas Kritis Prosedur Pengendalian Tindakan

Koreksi

(41)

commit to user

pucat hingga kecoklatan, hal ini menunjukkan bahwa warna minyak yang

didapat sesuai dengan SNI yang telah ditetapkan. Minyak sereh wangi UKM

Sari Murni dapat dilihat pada Gambar 4.2

2. Berat Jenis (Densitas)

Berat jenis minyak atsiri merupakan perbandingan antara berat minyak

atsiri dengan air dalam volume dan suhu yang sama (Guenther, 1984). Berat

jenis minyak mempengaruhi komponen-komponen penyusun minyak atsiri.

Semakin banyak komponen penyusun minyak atsiri. Semakin banyak

komponen berantai panjang atau senyawa polimer dalam minyak maka akan

meningkatkan nilai densitas minyak.

Berat jenis minyak meningkat seiring dengan peningkatan waktu destilasi,

karena komponen-komponen yang mempunyai titik didih tinggi membutuhkan

waktu yang lebih lama untuk terdestilasi jika dibandingkan dengan

komponen-komponen bertitik didih rendah. Semakin lama waktu destilasi akan terjadi

peningkatan konsentrasi minyak yang disebabkan oleh semakin banyaknya

akumulasi komponen-komponen kimia penyusun minyak atsiri, baik itu

senyawa yang bertitik didih tinggi atau rendah. Peningkatan berat jenis minyak

juga dapat terjadi karena proses pemanasan yang berlangsung selama proses

destilasi. Pemanasan menyebabkan sebagian kecil komponen minyak atsiri

mengalami polimerisasi. Komponen-komponen minyak atsiri yang mengalami

polimerisasi adalah dari golongan-senyawa hidrokarbon takteroksigenasi

seperti senyawa terpen dan sesquiterpen (Kawiji, 2010).

Menurut (Feryanto, 2006), pemanasan dengan menggunakan suhu dan

(42)

commit to user

memiliki titik didih tinggi menjadi ikut tersuling bersama minyak. Fraksi berat

tersebut seperti parafin, lilin (wax) dan senyawa resin. Parafin merupakan

senyawa dari golongan alkana berantai panjang yang terdapat dalam jaringan

lemak tanaman aromatik kemudian larut bersama minyak atsiri. Semakin lama

waktu destilasi maka akan meningkatkan berat jenis minyak.

Tabel 4.3 Hasil Uji Analisis Minyak Sereh Wangi Menggunakan SNI 06-3953-1995

Sebagai Parameter Uji Mutu Minyak Sereh Wangi.

No Jenis Uji SNI 06-3953-1995 Hasil Analisis 7 Kelarutan dalam etanol

80%

1 : 2 jernih, seterusnya jernih

1 : 1 jernih, sterusnya jernih. Sumber : SNI 06-3953-1995 dan hasil pengamatan

Pada analisis minyak atsiri yang dilakukan, berat jenis minyak atsiri serai

wangi yang dihasilkan adalah 0,902 gr/ml (Tabel 4.3). Nilai ini sesuai mutu

minyak serai wangi menurut Standart Nasional Indonesia adalah 0,880-0,992

gr/ml (SNI, 1995).

3. Putaran Optik

Sifat putaran optik minyak atsiri ditentukan dengan menggunakan alat

polarimeter yang nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar

minyak atsiri jika ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasi maka memiliki

sifat memutar bidang polarisasi ke arah kanan (destrorotary) atau ke arah kiri

(laevorotary). Pengukuran parameter ini sangat mentukan kriteria kemurnian

suatu minyak atsiri.

Peningkatan nilai putaran optik minyak seiring dengan peningkatan waktu

destilasi dapat terjadi karena proses pemanasan yang berlangsung selama

proses destilasi. Pemanasan menyebabkan sebagian kecil komponen minyak

atsiri mengalami polamerisasi. Komponen-komponen minyak atsiri yang

mengalami polamerisasi adalah dari golongan senyawa hidrokarbon

(43)

commit to user

menyebabkan terbentuknya senyawa-senyawa polimer dalam minyak yang

akan memicu meningkatkan nilai putaran optik minyak. Selain karena proses

polimerisasi, peningkatan nilai putaran optik minyak juga disebabkan oleh

sejumlah kecil fraksi berat ikut tersuling selama proses destilasi (Kawiji, 2010).

Menurut Feryanto (2006), pemanasan dengan suhu dan tekanan yang

tinggi akan menyebabkan sejumlah komponen senyawa berantai panjang yang

memiliki titik didih tinggi menjadi ikut tersuling bersama minyak. Fraksi berat

tersebut seperti parafin, lilin (wax) dan senyawa resin. Parafin merupakan

senyawa dari golongan alkana berantai panjang yang terdapat dalam jaringan

lemak tanaman aromatik kemudian larut bersama minyak atsiri. Semakin lama

waktu destilasi maka akan meningkatkan kerapatan medium minyak sehingga

akan meningkatkan nilai derajat rotasi putaran optik minyak.

Pada analisis ini, nilai putaran optik minyak serai wangi yang dihasilkan

adalah – 4 (Tabel 4.3), sedangkan menurut standar SNI nilai yang

dipersyaratkan minimal 0 sampai – 6 (SNI, 1995). Dari analisis yang dilakukan

menyatakan bahwa miyak serai wangi memenuhi standar SNI yang digunakan

sebagai parameter kualitas mutu minyak.

4. Indeks Bias

Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya diudara

dengan kecepatan cahaya didalam suatu medium/zat pada suhu tertentu.

Apabila seberkas cahaya merambat dari medium kurang rapat menuju medium

yang lebih rapat maka cahaya tersebut akan dibiaskan maka semakin besar juga

nilai sudut biasnya.

Peningkatan indeks bias minyak seiring dengan penigkatan waktu destilasi

dapat terjadi karena proses pemanasan yang berlangsung selama proses

destilasi. Pemanasan dapat menyebabkan sebagian kecil komponen minyak

atsiri mengalami polimerisasi. Komponen-komponen minyak atsiri yang

mengalami polimerisasi adalah dari golongan senyawa hidrokarbon

takteroksigenasi seperti senyawa terpen dan sesquiterpen. Polimerisasi minyak

menyebabkan terbentuknya senyawa-senyawa polimer dalam minyak yang

Gambar

Gambar 2.1 (a) Tanaman sereh wangi .........................................................
Gambar 2.1 (a) Tanaman Sereh Wangi dan (b) Minyak Sereh Wangi
Gambar 2.2. (a) Tanaman Sereh Dapur dan (b) Minyak Sereh Dapur
Tabel 2.1 Standar Mutu minyak Atsiri Sereh Wangi Menurut Standar Nasional
+7

Referensi

Dokumen terkait