• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Mutu Produk

1. Warna

kecoklat-coklatan

2 Bobot jenis 0,880-0,922

3 Putaran optik (0) – (-6)

4 Indeks bias 1,466 – 1,475

5 Total geraniol Min. 85%

6 Sitronellal bobot/bobot Min. 35%

7 Kelarutan dalam etanol 80% 1 : 2 jernih, seterusnya jernih 8 Lain-lain: · Bilangan Asam · Geraniol total, % (b/b) · Sitronelall, % (b/b) · Lemak · Alkohol tambahan · Minyak pelikan · Minyak terpentin Maks. 3,0 Min. 85% Min. 25% Negatif Negatif Negatif Negatif Sumber : SNI 06-3953-1995

Persyaratan standar mutu minyak atsiri menggunakan batasan atau kriteria-kriteria tertentu. Biasanya dalam karakteristik mutu dicantumkan sifat khas minyak atsiri sesuai bahan asalnya. Dari sifat fisika, kita akan mengetahui

commit to user

keasliannya, sedangkan sifat kimia meliputi komponen kimia pendukung minyak secara umum bisa diketahui, terutama komponen utamanya. Adanya bahan-bahan asing tercampur dengan sendirinya akan merusak mutu minyak tersebut. Oleh karena itu diperlukan cara-cara untuk mengetahui karakteristik minyak atsiri yang dihasilkan.

Menurut (Miyazaki 1969) mutu minyak sereh dipengaruhi oleh karakter daun dan metode penyulingannya. Karakter daun sangat ditentukan oleh kesuburan tanah, umur tanaman dan perlakuan pertama pada daun sereh wangi tersebut. Pelayuan bahan sebelum disuling berpengaruh terhadap randemen minyak (Guenther, 1950).

Tabel 2.2 Standar Mutu Minyak Atsiri Sereh Dapur Menurut Essential Oil Association (EOA)

No Uraian SNI 06-3953-1995

1 Warna Kuning-kuning kecoklatan 2 Bobot jenis 250C/250C 0,869-0,894

3 Indeks bias 1,4830-1.4890 4 Putaran optik (-30)-(+10)

5 Kelarutan (dalam etanol) 2-3 bagian volume, larut tetapi keruh. Sumber : EOA (Essential Oil Association)

Terdapat beberapa uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui karakteristik minyak tersebut, yaitu uji berat jenis, uji indeks bias, putaran optik, bilangan asam, dan kelarutan dalam alkohol. Uji inilah yang akan menentukan tingkat kelayakan minyak untuk menyandang gelar “minyak atsiri asli” atau sebaliknya (Armando, 2009).

1. Warna Minyak Atsiri

Warna minyak atsiri yang baru diekstrak biasanya tidak berwarna atau berwarna kekuning-kuningan, tetapi ada juga beberapa minyak berwarna kemerah-merahan, hijau, coklat, biru. Minyak atsiri apabila dibiarkan lama diudara dan terkena sinar matahari maka warna minyak dapat menjadi gelap, bau berubah, minyak menjadi lebih kental dan akhirnya terbentuk resin (Syarief, 1998).

Warna minyak atsiri yang berwarna kunin sampai coklat jika warnanya menjadi hitam itu diakibatkan oleh dua hal, yaitu: 1) penyulingan pada suhu yang terlalu tinggi sehingga terjadi oksidasi aldehid atau hidrolisa

commit to user

ester (istilah penyulingan, minyak gosong) yang ditandai dengan bilangan asam yang tinggi. 2) pengaruh material carbon steel pada proses penyulingan sehingga ada kontaminasi logam Fe dan Cu dalam minyak. Oleh sebab itu, rata-rata digunakan material stainless stell (Kimia Indonesia, 2005).

2. Berat jenis

Nilai berat jenis (densitas) minyak atsiri merupakan perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume yang sama dengan volume minyak. Berat jenis sering dihubungkan dengan berat komponen yang terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, semakin besar pula nilai densitasnya. Biasanya, berat jenis komponen terpen teroksigenasi lebih besar dibandingkan dengan terpen tak teroksigenasi. Berat jenis merupakan salah satu kriteria paling penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri.

3. Indeks bias

Indeks bias meupakan perbandingan antara kecepatan cahaya didalam udara dengan kecepatan didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen-komponen dalam minyak atsir yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana komponen penyusun minyak atsiri dapat mempengaruhi nilai indeks biasnya. Semakin banyaak komponen berantai panjang sesquiterpen atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling maka kerapatan medium minyak atsiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan. Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Menrut (Guenther), nilai indeks bias juga dipengaruhi oleh salah satunya dengan adanya air dalam kandungan minyak tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, semakin kecil nilai indeks biasnya. Hal ini karena sifat air mudah membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri yang indeks biasnya lebih besar lebih bagus dibandingkan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil.

commit to user 4. Putaran optik

Sifat optik minyak atsiri ditentukan dengan menggunakan alat polarimetri. Nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri memiliki sifat memutar bidang polarisasi kearah kanan (dextrorotary) atau kearah kiri (leavorotary) jika ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan. Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria kemurnian suatu minyak.

5. Kelarutan dalam alkohol

Telah diketahui bahwa alkohol merupakan gugus OH-. Karena alkohol dapat larut dengan minyak atsiri maka komposisi minyak atsiri yang dihasilkan tersebut dapat komponen-komponen terpen teroksigenasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Guenther yang menyatakan kelarutan minyak dalam alkohol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung didalamnya. Pada umumnya, minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut dibandingkan minyak atsiri yang mengandung terpen teroksigenasi lebih mudah larut dibandingkan minyak atsiri yang mengandung terpen, semakin tinggi kandungan terpen, semakin rendah pula daya larutnya atau semakin sukar larut. Hal tersebut disebabkan senyawa terpen tak teroksigenasi merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak atsiri semakin baik. 6. Bilangan asam

Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri. Bilangan asam yang semakin besar dapat mempengarui kualitas, diantaranya mengubah bau khas minyak atsiri.

Adanya sebagian komposisi minyak atsiri yang kontak dengan udara atau berada pada kondisi lembab mengakibatkan munculnya reaksi oksidasi dengan udara (oksigen) yang dikatalisasi oleh cahaya. Akibatnya, terbentuklah senyawa asam. Semakin banyak bisa kontak minyak atsiri dengan udara, semakin banyak pula senyawa asam yang terbentuk.

commit to user

Oksidasi komponen-komponen minyak atsiri, terutama golongan aldehid dapat membentuk gugus asam karboksilat sehingga menambah nilai bilangan asam minyak atsiri. Selain kontak langsung dengan udara, proses oksidasi juga dapat disebabkan oleh tekanan dan temperatur yang tinggi saat proses menghasilkan minyak.

7. Randemen

Randemen adalah perbandingan jumlah antara output dengan input dinyatakan dalam persen. Jumlah minyak yang menguap bersama-sama air ditentukan oleh tiga faktor, yaitu besarnya tekanan uap yang dipakai, berat molekul dari masing-masing komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan (Satyadiwiria,1997 dalam Dorna, 2009). Randemen minyak juga dapat dipengaruhi oleh kondisi bahan, cara pengolahan terhadap bahan yang digunakan. Metode penyulingan uap dan penyulingan air dan uap menghasilkan randemen yang relatif tinggi dibandingkan metode penyulingan air karena dalam penyulingan air komponen minyak yang titik didih tinggi dan bersifat larut dalam air tidak dapat menguap secara sempurna sehingga banyak minyak yang hilang atau tidak tersuling (Rahmawati, 2000).

E.Komposisi Kimia Minyak Sereh Wangi

Komponen kimia dalam minyak sereh wangi cukup komplek, namun komponen yang terpenting adalah sitronella dan garaniol. Kedua komponen tersebut menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak sereh wangi. Kadar komponen kimia penyusun utama minyak sereh wangi tidak tetap, dan tergantung pada beberapa faktor. Biasanya jika kadar geraniol tinggi maka kadar sitronellal juga tinggi (Harris, 1987).

Komposisi minyak sereh wangi ada yang terdiri dari beberapa komponen, ada yang mempunyai 30 - 40 komponen, yang isinya antara, lain alkohol,

hidrokarbon, ester, alaehid, keton, oxida, lactone, terpene dan sebagainya.,

Menurut Guenther (1950), komponen utama penyusun minyak sereh wangi adalah sebagai berikut:

commit to user

a. Geraniol ( C

10H 180 )

Geraniol merupakan persenyawaan yang terdiri dari 2 molekul isoprene dan

1 molekul air, dengan rumus bangun adalah sebagai berikut : CH 3 - C = CH - CH 2 - CH 2 - C = CH - CH 2 - OH CH 3 CH 3 b. Sitronellol ( C 10H 200 )

Rumus bangunnya adalah sebagai berikut: CH3 - C = CH - CH 2 - CH 2 - CH - CH 2 - CH 2 - OH CH 3 CH 3 c. Sitronella (C10H16O)

Rumus bangunnya adalah sebagai berikut: CH3 C = CH - CH2 - CH2 - C = CH - C - H CH

3 CH

3 O

Sitronelal adalah senyawa terpen aldehid yang bagian terbesarnya adalah (3,7-dimetil-6-okten-1-al) yang berupa cairan tidak berwarna sampai berwarna kuning pucat dan berbau khas yang berasal dari minyak sereh.

Sitronellal memiliki persyaratan khusus dalam pengemasan atau penyimpanannya, yaitu dikemas dalam drum yang tidak dipengaruhi dan mempengaruhi isi, berukuran 200 liter, dalam keadaan baik, bersih, kering, berat bersih maksimum 175 kg dengan head space sebesar 5-10 inch dari isi drum. Drum sitronelal terbuat dari bahan plat timbah putih, atau aluminium, dan plat besi berlapis timah putih, galvanis, atau berenamel, atau plat besi yang didalamnya dilapisi dengan lapisan tahan sitronelal.

commit to user BAB III METODOLOGI

A.Tempat dan waktu pelaksanaan

Kegiatan pembuatan Tugas Akhir ini dilakukan penelitian pada awal bulan Maret di UKM Sari Murni pengplahan Minyak Atsiri Sereh Wangi di Dk. Berjo Ngargoyoso, Karanganyar-Tawangmangu.

B.Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan dalam menganalisis mutu minyak sereh wangi adalah:

a. Gelas Ukur b. Corong Pemisah

c. Alat Pemanas Elektrik (Kompor Listrik) d. Kertas Lakmus e. Timbangan Listrik f. Neraca Analitik g. Erlenmeyer h. Buret i. Pipet j. Tabung Reaksi k. Gelas Piala l. Kertas Saring m. Kondensor n. Piknometer o. Water Bath p. Refraktometer q. Tabung Polarimetri r. Kompor Gas s. Plastik t. Labu Ukur 17

commit to user

2. Bahan yang digunakan dalam menganalisis mutu minyak sereh wangi adalah:

a. HCl 0,5 b. Alkohol 95% c. Aquades

d. Hidroksi Amonium klorida dalam etanol e. KOH 0,5 N dalam etanol 95%

f. Brom fenol blue larut dalam etanol g. Asetat anhidrid

h. Natrium Clorida i. Natrium Carbonat

j. Magnesium sulfat anhidrid k. Phenolptalein

C.Analisis Data

Pengamatan dan pengukuran data didasarkan pada hasil analisis yang meliputi:

a. Bobot Jenis

Piknometer dikosongkan hingga bebas dari air, kemudian didiamkan di neraca analitik selama 30 menit, kemudian ditimbang (berat piknometer kosong). Setelah itu piknometer diisi aquades secara pelan-pelan hingga tidak terjadi gelembung udara dan diletakkan di water bath yang mempunyai sirkulasi air pada suhu 25οC selama 30 menit, kemudian diangkat, dilap sampai bersih kemudian diletakkan didalam neraca analitik selama 30 menit dan ditimbang beratnya (berat piknometer + minyak).

Bobot contoh minyak Bobot Jenis = ---

Berat air

Berat contoh minyak = Berat (piknometer + contoh) - berat piknometer

commit to user b. Indeks bias

Ke dalam alat refraktometer abbe yang telah dialirkan air pada suhu 25°C ditempatkan minyak sereh pada permukaan prisma santutup dengan memutar skrup. Dibiarkan alat beberapa menit kemudian baca.

c. Putaran optik

Tabung polarimetri dibersihkan kemudian dikeringkan, dimasukkan bahan uji kedalam tabung sampai penuh kemudian ditutup. Tabung polarimetri yang berisi bahan uji dimasukkan kedalam alat polarimetri pada suhu 27,50C dan dibaca putaran optik dekstro (+) atau levo (-) dari minyak pada skala yang terdapat pada alat. Hasil rata-rata dicatat dari sedikitnya tiga pembacaan, masing-masing pembacaan harus sesuai disekitar 0,080 C dan ditentukan dengan cara putaran optik harus dinyatakan dalam derajat bila lingkar sampai mendekati 0,01 harus diberi tanda negatif (-).

d. Kelarutan (Dalam Alkohol)

Sebanyak 1 ml contoh uji dipipet ke dalam gelas ukur 10 ml, ditambahkan alkohol 80% per ml dengan cara bertahap. Pada setiap penambahan alkohol kocok dan amati kejernihannya.

e. Total Geraniol

Dicampur kira-kira 10 ml minyak, 10 ml asetat anhidrid dan 2 gram Natrium asetat anhidrid di dalam labu alat asetilasi, kemudian ditambahkan potongan-potongan kecil batu apung atau porselin dan dipasang pendingin reflaksinya. Setelah itu dipanaskan diatas pemanas uap dan cairan direfluks selama 2 jam. Setelah 2 jam direfluks cairan dibiarkan menjadi dingin, tambahkan 50 ml aquadest dan dipanaskan pada suhu 40-50

o

C selama 15 menit sambil sering dikocok kemudian didinginkan sampai suhu kamar. Setelah dingin pipa refluks dilepaskan dan cairan dipindahkan ke dalam corong pemisah, lalu dibilas dengan aquadest; sebanyak 2 kali masing-masing 10 ml, dan masukkan air pencucian ini kedalam corong pemisah, kemudian ditunggu sampai cairan memisah dengan sempurna, setelah itu lapisan airnya dibuang. Cuci lapisan minyak dengan dikocok menggunakan 50 ml larutan natrium elorida, dan ditunggu

commit to user

sampai minyak terpisah sempurna, dikocok lagi. hal ini diulangi sampai 3 kali pengocokan. Pencucian diulangi seperti hal diatas dengan larutan natrimum karbonat, natrium elorida lagi masing-masing dengan 50 ml. Dan terakhir dicuci dengan 20 ml aquades juga dengan 3 kali pengocokan. Dan pisahkan lapisan minyak. Setelah pencucian dicelupkan kertas lakmus sehingga larutan menjadi netral. Kemudian lapisan minyak dipindahkan kedalam tabung reaksi yang kering, tambahkan 3 gram Natrium sulfat anhidrid, kemudian minyak disaring dan ditambahkan lagi 3 gram Natrium sulfat anhidrid, dan disaring lagi. Minyak hasil saringan ditimbang sebanyak 2,5 mg dan ditambahkan 2 ml aquades, 25 ml KOH 0,5 N alkoholik didalam erlemmeyer dan dididihkan selama 1 jam, kemudian didinginkan. Dengan cepat, ditambahkan 20 ml aquades dan beberapa tetes phenolptalein, kemudian dititrasi dengan 0,5 N HCL, dan buat blankonya.

28,05 (V1 – V0) A = --- X fk W MA Total geraniol (%) = --- X fk 561 - 0,42 A

A = bilangan ester setelah asetilasi V

1 = Volume dalam ml dari larutan 0,5 N HCl untuk titrasi blanko.

V

0 = Volume dalam ml dari larutan 0,5 N HCl untuk titrasi contoh

W = Berat minyak dalam gr setelah asetilasi 561 = Berat molekul KOH (56,1) x 10 (gr) M = Berat molekul geraniol

fk = faktor koreksi dari 0,5 N HCL (0,9982)

f. Total Sitronellal (%)

Dengan menggunakan buret dimasukkan ke dalam sebuah labu erlemmeyer, 20 ml larutan hidroksil amin klorida, 10 ml larutan KOH 0,5 Nalkoholik. Dituangkan campuran ini ke dalam erlemmeyer yang berisi 0,8 gr minyak. Kemudian erlemmeyer yang bekas larutan tadi disimpan dengan tanpa mencucinya, setelah itu erlemmeyer yang berisi campuran dan minyak di

commit to user

diamkan, kemudian ditambahkan brom fenol blue beberapa tetes, dan dititrasi dengan 0,5N HCl sesuai dengan perlakuan, sampai terjadi warna kuning kehijau-hijauan, kemudian dipindahkan separuh dari campuran ini ke dalam erlemmeyer yang, disimpan tadi, kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N HCl sampai terjadi warna kuning muda, di pindahkan lagi ke dalam labu yang satu lagi, dan dicampur, dikembalikan lagi separuh dari larutan ke dalam erlemmeyer yang satu lagi, di lanjutkan cara ini sampai suatu saat penambahan 0,5 N HCl ke dalam erlemmeyer itu tidak lagi menimbulkan perubahan warna bila dibandingkan dengan warna larutan yang terdapat didalam erlemmeyer ke dua, kemudian buat blankonya.

M(V

1 – V

0 )

Total Citronellal (%) = --- fk 20 m

M = Berat molekul citronellal m = Massa minyak

V

0 = Volume 0,5 N HCl untuk penentuan

V

1 = Volume 0,5 N HCl untuk blanko

fk = 0,8892

g. Randemen

Destilat yang dihasilkan ditampung dengan erlenmeyer 500 ml, kemudian dipindahkan keburat untuk memisahkan minyak dengan air. Minyak yang diperoleh ditimbang beratnya dengan neraca analitik.

berat minyak

Rendemen (%) = --- X 100 % berat daun sebelum disuling

commit to user BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Profil UKM

Minyak serai wangi merupakan minyak atsiri yang terbuat dari daun serai wangi dengan proses penyulingan pada suhu tinggi. Di Desa Ngargoyoso, Tawangmangu, Jawa Tengah banyak terdapat UKM penyulingan minyak atsiri, salah satunya UKM Sari Murni yang dimiliki Bapak Syam Sutarto.

Awal berdirinya UKM Sari Murni pada tanggal 28 Juni 1999 yang menggunakan alat penyulingan hasil rancangan sendiri. Bahan baku pertama yang disuling adalah daun cengkeh, dimana daun cengkeh mudah didapat dan murah harganya pada saat itu. Kemudian setelah hampir berjalan satu tahun usaha penyulingan minyak cengkeh yang dilakukan, UKM ini mendapat perhatian dari Disperindag, sehingga pihak dari Disperindag melakukan kerjasama terhadap UKM Sari Murni untuk menyuling berbagai bahan baku lainnya seperti, serai wangi, kayu putih, buah pala, cengkeh dan lainnya.

Penentuan lokasi suatu pabrik didasarkan oleh beberapa faktor antara lain ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, sarana, transportasi dan daerah pemasaran. UKM ini terletak di Dusun Pabongan RT 01 RW 05, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

B.Pengendalian Mutu

Produk yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan terjadinya suatu persaingan didalamnya. Selain itu pengawasan mutu didasarkan pada komitmen perusahaan untuk menciptakan hasil produk yang berkualitas tinggi sehingga penjualan menjadi meningkat.

Menurut Hubies (1999), kegiatan pengendalian mutu mencakup kegiatan menginterprestasikan rencana mutu. Rangkaian kegiatan ini terdiri dari pengujian pada saat sebelum dan sesudah proses produksi yang dimaksudkan untuk memastikan kesesuaian produk terhadap persyaratan mutu, maka kegiatan pengendalian mutu memiliki fungsi antara lain :

commit to user

a. Melaksanakan pengendalian mutu terhadap bahan baku yang diterima. b. Meneliti cacat yang terjadi pada bahan baku dan membantu memecahkan

masalah mutu selama proses produksi.

c. Membantu dalam membangun pengendalian mutu pada berbagai titik dalam proses produksi.

d. Mengoperasikan laboratorium uji untuk melaksanakan uji dan analisa. e. Mengorganisasikan inspeksi pada setiap tahap proses produksi.

f. Melaksanakan inspeksi untuk menilai mutu produk akhir dan efektivitas pengukuran pengendalian mutu.

g. Memeriksa mutu kemasan untuk memastikan produk mampu menahan dampak tranportasi dan penyimpanan.

h. Melakukan uji untuk mengukur dan menganalisa produk akhir yang diterima akibat tuntutan konsumen.

1. Pengendalian Mutu Bahan Baku

Bahan baku yang dikendalikan mutunya adalah bahan baku utama dan bahan baku tambahan. Pada pengolahan minyak serai wangi bahan baku yang termasuk bahan baku utama adalah daun serai wangi dan bahan baku tambahan yaitu air. Daun serai wangi sebagai bahan baku utama, parameter pengawasan mutunya dilakukan secara visual dan perhitungan umur tanaman.

Selama ini tanaman serai wangi di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu Mahapenggiri dan Lenabatu. Deskripsi jenis tanaman serai wangi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Penanaman bahan baku serai wangi harus diperhatikan. Serai wangi merupakan tanaman yang mudah ditanam pada berbagai jenis tanah. Pengolahan tanah dilakukan ketika kondisi tanah tersebut keras dan padat. Waktu tanam serai wangi dilakukan diawal musim hujan yang biasanya pada bulan November hingga bulan Desember. Hal ini dimaksudkan karena kebutuhan air pada fase awal pertumbuhan tanaman cenderung tinggi. Selain awal musim penghujan, serai wangi juga dapat ditanam ketika musim kemarau dengan tetap memperhatikan kebutuhan airnya.

commit to user Tabel 4.1 Deskripsi Jenis Tanaman Serai Wangi

No

Uraian Jenis Tanaman

Mahapenggiri Lenabatu

1 Asal

Belum dipastikan suatu pihak diduga berasal dari Srilanka, namun dipihak lain justru dianggap asli Indonesia

Diperkenalkan dari Srilanka

2 Morfologi Tumbuh berum[pun dalam bentuk lebih rendah dan lebar. Daun berwarna hijau muda dan bagian bawahnya agak kasar

Tumbuh berumpun dalam bentuk lebih tinggi dan tegak. Daun berwarnahijau kebiru-biruan dan kasar pada kedua pinggirnya. 3 Fisiologi Menghasilkan minyak lebih

banyak dan bermutu tinggi. kadar sitronella 30-45%. Harum minyaknya lebih unggul, yaitu keras dan wangi. warna minyak antara tidak berwarna sampai kuning muda

Menghasilkan minyak lebih sedikit dan bermutu rendah. Kadar sitronella 7-15%/ harum minyaknya lebih lemah. Warna minyaknya kuning sampai coklat muda.

Sumber :Hieronymus Budi Santoso

Penanaman bibit serai wangi dilakukan dengan cara memasukkan stek bibit kedalam lubang tanam yang telah dibuat. Kedalam satu lubang tanam dapat dimasukkan 3-4 stek. Adapun jarak tanam bagi tanah subur adalah 100 cm x 100 cm, sedangkan bagi tanaman kurang subur 75 cm x 75 cm. Setelah 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan pemeriksaan. Bila terdapat tanaman yang mati maka secepatnya dilakukan penyulaman. Selama pertumbuhannya, yaitu dihitung dari saat penanaman sampai dengan dilakukan upaya penambahan unsur-unsur hara dengan jalan pemupukan. Karena semakin lama kondisi tanah menjadi rusak dan akibatnya pertumbuhan serai terganggu. Oleh karena itu perlu usaha memelihara, menambah, dan mempertinggi kesuburan tanah, yaitu dengan cara pemupukan.

Pemupukan tanaman serai wangi per hektar per tahun adalah 150-300 kg Urea, 25-50 kg TSP, dan 125-250 kg KCl. Adapun waktu pemupukan dapat dirinci sebagai berikut:

· Pada tahun I diberikan tiga kali:

a. Umur 1 bulan : 37,5-75 kg Urea, 31,25-62 kg KCl, dan 25-50 kg TSP.

b. Umur 6 bulan : 37,5-75 kg Urea, dan 31,25-62 kg KCl. c. Umur 9 bulan : 75-150 kg Urea, dan 62,5-125 kg KCl

commit to user

· Pada Tahun II diberikan dua kali:

a. Umur 12 bulan : 75-150 kg Urea, 62,5-125 kg KCl dan 25-50 kg TSP.

b. Umur 18 bulan : 75-150 kg Urea, dan 62,5-125 kg KCl.

· Pada tahun III dan IV sama dengan tahun II.

Sementara itu cara pemberian pupuk adalah dengan dimasukkan kedalam lubang melingkar sedalam 10 cm, dan ditutup tanah kembali.

Pemanenan serai wangi dilakukan dengan cara pemangkasan. Penentuan waktu panen juga mempengaruhi selama mengusahakan tanaman ini, hingga akhirnya tanaman serai wangi disuling. Panen yang terlambat dapat menyebabkan kadar geraniol dan sitronella berkurang, juga mengakibatkan daun menjadi layu, sehingga minyak mengering yang tekandung didalam daun serai wangi mengering, dan menyebabkan sebagian minyak menghilang.

Kualitas bahan baku daun serai wangi agar menghasilkan minyak serai yang berkualitas tinggi ditentukan dengan beberapa syarat sebagai berikut:

a. Kualitas daun dengan nilai “A” adalah serai wangi dengan umur tua dan pemanenan pada musim kemarau.

b. Kualitas daun dengan nilai “B” adalah serai wangi dengan umur tua dan pemanenan pada musim penghujan.

c. Kualitas daun dengan nilai “C” adalah serai wangi dengan umur muda dan pemanenan pada musim kemarau.

Panen perdana dilakukan pada tanaman tua berumur 6-8 bulan, dan panen-panen berikutnya diulang setiap 75-90 hari sekali. Dalam setahunnya, frekuensi panen rata-rata lima kali, kecuali pada tahun pertama penanaman serai wangi, hanya tiga kali.

Cara pemanenan bahan baku serai wangi dapat menggunakan sabit yang perlu diperhatikan, pemangkasan daun yang amat dalam (terlalu ke pangkal) justru merugikan, karena tanaman dapat mati. Untuk mengantisipasi keadaan

Dokumen terkait