PERBEDAAN PENGUNGKAPAN DIRI DALAM MEDIA SOSIAL
ONLINE (FACEBOOK) DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
OLEH
RATIH TRI YULININGSIH
802010107
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
Perbedaan Pengungkapan Diri Dalam Media Sosial Online (Facebook)
ditinjau Dari Jenis Kelamin
Ratih Tri Yuliningsih
Jusuf Tjahjo Purnomo, MA. Psi dan Heru Astikasari SM., S. Psi, M. A Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengungkapan diri dalam media sosial online (Facebook) ditinjau dari jenis kelamin. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 200 orang. Sampel penelitian adalah anak-anak SMA yang berumur 16-18 tahun di Ambarawa. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah skala self disclosure dengan model skala
Linkert yang terdiri dari 4 alternatif pilihan jawaban. Skala self disclosure yang digunakan diadaptasi dan diterjemahkan berdasarkan 5 aspek perilaku self disclosure menurut Leung (2001) yaitu: Depth, Accuracy, Amount, Valence, dan Intent. Metode analisis data yang digunakan adalah Accidental Sampling. Analisa data menggunakan uji beda t-test yang dilakukan dengan uji hipotesis one-tailed menunjukkan t- tes sebesar 4, 153 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan kriteria penerimaan hipotesis penelitian adalah P < 0,05. Hal tersebut menunjukkan ada perbedaan pengungkapan diri dalam media sosial online (Facebook) antara laki-laki dan perempuan.
Difference of Self-Disclosure in Online Social Media Facebook Which in
Terms of Gender
Ratih Tri Yuliningsih
Jusuf Tjahjo Purnomo, MA. Psi dan Heru Astikasari SM., S. Psi, M. A
Faculty of Psychology Satya Wacana Christian University
ABSTRACT
This Present Study was aimed to investigate the difference of self-disclosure in online social media Facebook which in terms of gender. The sample of this study are 200 senior high school children in Ambarawa with the age of 16 – 18 years old range. The data collection which was used in this study was a self-disclosure scale, Linkert scale model, which consist of four choices of alternative answer. The self-disclosure scales were adapted and translated based on five behavior aspects of self-disclosure according to Leung (2001): Depth, Accuracy, Amount, Valence, and Intent. An accidental sampling method is used to analyze the data. The data analysis used a difference test, T-test, which was conducted with the hypothesis test, one-tailed, showed T-test for 4.153 and the significance value for 0.000 with the acceptance criteria research hypothesis is P<0.005. It showed there is a difference of self-disclosure in online social media Facebook between men and women.
1
PENDAHULUAN
2
Kraut, Kiesler, & Shklovski, 2006; Grinter & Palen, 2002; Gross, 2004; Schouten, Valkenburg, & Peter, 2007).
Media-media sosial online menawarkan berbagai pilihan untuk bertemu orang baru, berkomunikasi, dan mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain (Pornsakulvanich,2005). Facebook sebagai salah satu produkjejaring sosial, menyajikan daftar pengguna lain yang secara individu terhubung dengan mereka dan memudahkan individu menavigasi daftar koneksi mereka dengan koneksi yang dimiliki pengguna lain. Intinya, individu yang menggunakan situs jejaring sosial mampu menciptakan profil dan menghubungkan profil mereka kepada pengguna lain untuk membentuk jaringan personal (Melcombe, 2011). Secara global, facebook kini memiliki 1,28 miliar pengguna aktif setiap bulan. Jumlah
pengguna facebook di Indonesia kini mencapai 69 juta orang. Indonesia diakui
sebagai salah satu pasar terbesar bagi facebook. Pernyataan resmi tersebut
dikeluarkan kepala facebook Indonesia, Anand Tilak, seperti
dikutip VentureBeat.
3
pribadi kepada teman-teman mereka, dan bahwa secara online dapat mendorong mereka melakukan pengungkapan diri dari waktu ke waktu.
Penggunaan perangkat komputer dan jaringan internet untuk berkomunikasi mengalahkan bentuk komunikasi tradisional sehinggapengungkapan diri kini berkembang dalam konteks online. Barak & Suler (2008 dalam Blau, 2011) menjelaskan bahwa pengungkapan diri online
mirip dengan pengungkapan diri offline dalam beberapa aspek penting yaitu mempunyai hubungan timbal-balik, pengungkapan diri yang dilakukan secara personal, sensitif dan intim. Keintiman pengungkapan diri secara langsung atau tatap muka berdampak pada pengungkapan diri online dimana interaksi yang terjadi memiliki implikasi dalam membangun hubungan antar pribadi (Valkenberg & Peter, 2009a, 2009b dalam Schiffrin & Falkenstern, 2010). Penelitian ini juga telah menunjukkan bahwa pengungkapan diri lebih dalam dan terjadi lebih cepat pada online dibandingkan dengan lingkungan offline (Barak & Bloch, 2006; McCoyd & Schwaber Kerson, 2006).Hal tersebut dikarenakanlingkungan mempengaruhi seseorang dalam mengungkapkan dirinya (Werner, Altman &Brown, 1992 dalam Greene, Derlega & Matthews 2003). Saat dalam kondisi onlineseseorang melakukan pengungkapan diri lebih banyak daripada kondisi tatap muka(Suler, 2004).
4
wanita juga mencakup perbedaan peran dalam komunikasi yang terjadi saat berhubungan dengan orang lain. RosedanRudolph(2006) menyatakan bahwa ada perbedaan pengungkapan diri yang konsisten dari jenis kelaminkepada teman-temanremaja putrimengungkapkan dirilebih darianak laki-laki. Perbedaanjenis kelamindalampengungkapan diriini sesuai denganberbagai penelitian lainyang menyelidikiperbedaan gender dalamkeintiman danpersahabatan(Galambos, 2004). Misalnya, telah diterima secara luasbahwa anak perempuanlebih terfokus padaintimdekatpersahabatan, sedangkananak laki-lakimenghabiskanlebih banyak waktu dikelompok yang lebih besardan dasarpersahabatanmereka adalah kegiatanbersama. (Lenhart, Madden, &Hitlin, 2005;Valkenburg&Peter, 2007)
Menurut Papu (2002), dengan mengungkapakan diri kepada orang lain, akan membantu seseorang memecahkan berbagai konflik dalam masalah interpersonal dan meringankan diri dari beban pikiran yang mengakibatkan ketegangan dan stres. Namun di sisi lain pengungkapan diri memiliki dampak buruk seperti Indefference. Loss of Control, Betrayal, Rejection Valerian Derlega (dalam Taylor 2000).
5
6
pengungkapan diriantara laki-laki dan perempuan sangat tergantung kepada bidang / hal yang menjadi topik pengungkapan dirimereka.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengungkapan Diri Dengan Facebook
Situs jejaring sosial dapat diakses dengan berbagai koneksi internet ya ng dapat meningkatkan partisipasi dalam kehidupan dunia maya (Ofcom, 200 8). Boyd dan Ellison dalam jurnalnya Social Network Sites: Definition, History, and Scholarship (2007) mengatakan bahwa situs jaringan sosial mengijinkan orang untuk membangun profil dirinya untuk umum serta membuat daftar orang-orang yang menjadi temannya serta melihat profil orang lain. Situs jejaring sosial yang belakangan ini paling banyak diminati adalah facebook. Dimana hampir semua orang memiliki akunnya. Saat ini, siapa yang tidak mengetahui facebook. Individu masa kini menganggap facebook sebagai santapan sehari-hari. Kecanggihan teknologi komunikasi membuat facebook dapat diakses kapan saja, dimana saja, dan melalui apa saja.
Jumlah pengguna facebook di Indonesia kini mencapai 69 juta orang.
Pernyataan resmi tersebut dikeluarkan kepala facebook Indonesia, Anand
Tilak, seperti dikutip VentureBeat. Padahal, enam bulan sebelumnya,
jumlah pengguna facebook di Indonesia hanya 65 juta orang. Ini artinya ada
kenaikan sekitar 6 persen. Indonesia diakui sebagai salah satu pasar terbesar
bagi facebook. Secara global, facebook kini memiliki 1,28 miliar pengguna
7
dengan pertumbuhan pengguna yang cukup tinggi. Dari jumlah tersebut, 34
persen di antaranya mengakses facebook dari perangkat bergerak. Menurut
lembaga riset Forester Reasearch, kebanyakan pengguna facebook adalah
mereka yang tergolong usia remaja (Firman, 2014).
Melalui facebook, terciptalah sebuah komunikasi antar pribadi dengan para pemilik akun facebook yang telah “berteman”. Komunikasi antarpribadi tersebut berupa sebuah self disclosure atau proses mengungkapkan informasi pribadi kita kepada orang lain atau sebaliknya. Salah satu tipe komunikasi dimana informasi mengenai diri (self) yang biasanya disembunyikan diri orang lain, kini dikomunikasikan kepada orang lain (Rakhmat, 2004).Pengungkapan diri mengarahkan individu pada sebuah hubungan yang lebih intim. Proses peningkatan pengungkapan dan keintiman dalam sebuah hubungan, dimaknai sebagai sebuah penetrasi sosial. Dalam teori Penetrasi Sosial yang diungkapkan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor (2001), disebutkan bahwa semakin hubungan berkembang maka komunikasi bergerak dari tingkat relatif dangkal dan tidak intim sampai pada tingkat yang lebih dalam dan pribadi. Sebuah teori yang telah diterapkan pada konteks komunikasi melalui komputer (CMC) dan sangat mendukung untuk menjelaskan pengungkapan diri dan keintiman hubungan dalam situs facebook.
8
dasar manusia untuk dapat bersosialisasi dengan mengungkapkan diri mereka kepada orang-orang dilingkungan sekitarnya. Individu dengan mudah dan bebas mengungkapkan apa saja mengenai diri mereka melalui
facebook tanpa harus bertatap muka langsung dengan orang lain. Individu seperti menjadi seorang selebriti didunia maya dimana mereka menjelaskan dirinya melaluistatus, foto, komentar tentang kegiatannya sehari-hari.
2. Pengungkapan Diri Dengan Jenis Kelamin
Menurut Devito (2011), pengungkapan diri adalah jenis komunikasi dan informasi tentang diri sendiri, tentang pikiran, perasaan dan perilaku seseorang atau tentang orang lain yang sangat dekat dan yang sangat dipikirkan. Pengungkapan diri menyangkut informasi yang biasanya dan secara aktif disembunyikan. Pengungkapan diri melibatkan orang lain.
9
informasi perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi dan ide yang sesuai dan terdapat di dalam diri orang yang bersangkutan.
Menurut Papu (2002), manfaat pengungkapan diri seperti meningkatkan kesadaran diri (self-awarenes), membangun hubungan yang lebih dekat dan mendalam, saling membantu dan lebih berarti bagi kedua belah pihak, mengembangkan keterampilan berkomunikasi, mengurangi rasa malu dan meningkatkan penerimaan diri (self acceptance), memecahkan berbagai konflik dalam masalah interpersonal, memperoleh energi tambahan dan menjadi lebih spontan. Meringankan diri dari beban pikiran yang mengakibatkan ketegangan dan stres.
Fungsi-fungsi pengungkapan diri menurut (Derlega dan Grzelak dalam Dayaksini 2006), ekspresi, penjernihan diri, keabsahan sosial, kendali sosial, perkembangan hubungan (relationship development). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diriDevito(2011) adalah besar kelompok, perasaan yang menyukai, efek diadik, kompetensi, kepribadian, topik dan jenis kelamin.
10
dan wanita juga mengemukakan alasan yang berbeda untuk penghindaraan mereka terhadap pengungkapan diri.
Jenis kelamin yang dimiliki individu dapat mempengaruhi pengungkapan dirinya kepada orang lain. Pengaruh jenis kelamin terhadap pengungkapan diri bermula dari perbedaan perlakuan orang tua terhadap anak yang disebabkan karena perbedaan jenis kelaminnnya. Pola pengasuhan yang berbeda tersebut misalnya berupa perbedaan cara orang dewasa berbicara dengan anak laki-laki dan perempuan. Orang tua, saudara kandung, teman sebaya, guru dan orang dewasa lain berbicara kepada anak laki-laki dan perempuan dengan cara yang berbeda karena mereka memiliki harapan dan kriteria peran yang tidak sama bagi keduanya (Santrock, 2003).
Peran yang dikenakan pada pria dan wanita pada akhirnya bisa menjadi sebuah stereotip gender, yaitu keyakinan mengenai sekumpulan arti yang dihubungkan dengan laki-laki dan perempuan (Hurluck, 2005). Arti tersebut berkaitan dengan penampilan, bentuk tubuh yag sesuai, cara berperilaku, caramencari nafkah dan cara berbicara yang sesuai. Perbedaan cara berkomunikasi antara pria dan wanita juga dinyatakan Tannen (dalam Santrock, 2003) bahwa pria dan wanita memiliki tipe pembicaraan yang berbeda. Pria lebih menguasai kemampuan verbal seperti bercerita, bercanda dan berceramah tentang informasi, sedangkan wanita lebih menyenangi percakapan pribadi.
11
mengharapkan setiap individu mampu menerima kenyataan bahwa mereka harus menyesuaikan diri dengan stereotip peran gender yang telah disetujui bila ingin mendapatkan penerimaan sosial yang baik. Berdasarkan pendapat tersebut, maka tingkah laku termasuk perilaku mengungkapkan diri pada pria dan wanita harus disusuaikan juga dengan stereotip gendernya sehingga pengungkapan diri pria dan wanita akan menunjukkan perbedaan.
Stereotip tentang pria yang mengatakan bahwa pria harus bersikap tidak emosional, mampu menyembunyikan emosinya dan objektif membuat pria cenderung menghindari perilaku mengungkapkan diri. Perbedaan pengungkapan diri pada pria dan wanita dijelaskan oleh Jourard (dalam Devito 2011), bahwa wanita telah dibiasakan untuk mengungkapkan diri. Stereotip yang menyatakan wanita lebih banyak bicara dari pria menunjukkan bahwa wanita pada dasarnya menyenangi pembicaraan dengan orang lain. Wanita dapat memanfaatkan waktu dengan bercakap-cakap bersama orang lain dan dalam percakapan tersebut juga terkandung penyampaian pendapat, perasaan, keinginan, dan ketakutan terhadap sesuatu.
METODE PENELITIAN
12
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 200. Terdiri dari 100 laki-laki dan 100 perempuan
Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan jenis kuesioner
Revised Self-disclosure Scale. Alat ukur ini dikembangkan oleh Leung (2011). Dalam penelitian Leung tersebut alat ukur ini memiliki lima dimensi yang digunakan untuk mengukur self-disclosure online yaitu depth;(contoh: Aku biasanya berbicara tentang diriku sendiri di FB untuk jangka waktu yang cukup panjang), accuracy; (contoh: Persepsi diriku tentang perasaan, emosi dan pengalaman yang aku katakan selalu benar), amount;(contoh: Aku jarang atau hanya memiliki sedikit waktu ketika aku menceritakan tentang diriku di FB), valent; (contoh: Secara umum, aku mengungkapkan tentang diriku sendiri lebih mengarah ke hal negatif daripada positif di FB)dan intent; (contoh: Ketika aku curhat/ mengungkapakan perasaan pribadiku di FB, aku selalu sadar tentang apa yang aku lakukan dan aku katakana). Dalam penelitian ini peneliti mengadaptasi alat ukur yang di buat oleh Leung dimana dimensi depth ada 12 item pertanyaan, accuracy ada 6 item, amount ada 8 item, valence 11 item dan intent 6 item.Sehingga total item pada alat ukur ini berjumlah 43 item.
13
jawaban 1 untuk pernyataan Sangat sesuai, 2 untuk Sesuai, 3 untuk Tidak sesuai, dan 4 untuk pernyataan Sangat tidak sesuai.
Hasil pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur menunjukan bahwa jumlah item valid dalam skala self disclosure sebanyak 30 item dengan nilai reliabilitas sebesar 0,862. 13 item dalam skala tersebut memiliki nilai validitas ≤0,25 sehingga tidak digunakan dalam penelitian ini.
HASIL PENELITIAN
Pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan teknik korelasi
Product Moment yang diuji dengan menggunakan program SPSS for Windows 16. Pada pengujian validitas dan reliabilitas skala perilaku pengungkapan diri yang digunakan dalam penelitian ini dari total 43 item penyataan terdapat 13 item pernyataan yang tidak valid dengan koefisien korelasi ≤ 0,25 (Azwar, 2012) sehingga ke 13 item tersebut tidak dapat digunakan dalam penelitian ini. Nilai validitas skala perilaku pengungkapan diri bergerak dari angka 0,260 sampai dengan 0,635, dengan nilai reliabilitas sebesar α = 0, 862.
Penelitian ini juga menggunakan uji normalitas dan homogenitas data untuk mengetahui normal atau tidaknya data dalam penelitian ini, serta untuk mengetahui apakah data penelitian ini berasal dari satu variasi populasi yang homogen. Pengujian normalitas data menggunakan rumus
14
kriteria penerimaan >0,05 maka dapat dikatakan data dalam penelitian ini berdistribusi normal dan berasal dari satu variasi populasi yang homogen.
Kemungkinan pembagian skor tertinggi dan terendah dari variabelperilaku pengungkapan diriadalah sebagai berikut:
Skor tertinggi : 4 x 30 = 120 Skor terendah : 1 x 30 = 30
kategori jumlah
terendah skor
jumlah tertinggi
skor jumlah
i
4 30 -120 i
i = 22,5
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat ditentukan kategori sebagai berikut:
15
Tabel. 1
Kategori perbedaan pengungkapan diri pada laki-laki dan perempuan
No Interval Kategori Freku ensi adalah 68. Sedangkan mean yang diperoleh untuk perempuan adalah 74,6. Hal ini menunjukkan bahwa antara laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki rata-rata pengungkapan diri yang rendah. Namun jika dilihat dari kategori tinggi, perempuan memiliki nilai presentase sebanyak 47% lebih tinggi dari pada laki-laki yang hanya memiliki nilai 27%.
Tabel. 2
16
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengungkapan diri melalui media sosial online facebook ditinjau dari jenis kelamin, maka digunakanlah rumus Independent Sample Test. Analisis data dengan bantuan
SPSS 16 for windows, menemukan hasil perhitungan Independent Sample Test menunjukan bahwa nilai signifikansi untuk perbedaan pengungkapan diri ditinjau dari jenis kelamin,memiliki nilai t-test sebesar 4, 153 dengan signifikansi 0,000 ( p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan pengungkapan diri melalui media sosial online facebook ditinjau dari jenis kelamin meskipun dalam kategori yang rendah.
PEMBAHASAN
17
sejalan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan pengungkapan diri ditinjau dari jenis kelamin. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, artinya ada perbedaan pengungkapan diri antara laki-laki dan perempuan.
Jika dilihat dari penggolongan kategori perilaku pengungkpan diri berdasarkan jenis kelamin. Pada siswa laki-laki dan perempuan menunjukkan perilaku pengugkapan diri dalam prosentase kategori rendah sebesar 53,5%. Perempuan memiliki kategori rendah 47 % dan laki-laki sebanyak 60 %. Hal ini bisa terjadi karena para siswa yang menggunakan facebook masih banyak yang tidak menampilkan identitas mereka yang sebenarnya seperti nama, jenis kelamin, alamat, foto, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan penelitian Penelitian yang dilakukan Jaffe, Lee, Huang dan Oshagan (2004) mengindikasikan perempuan lebih banyak menyembunyikan identitas sebenarnya dibandingkan laki-laki. Dengan penyembunyian identitas ini, perempuan mempunyai ruang untuk mengekspresikan dirinya secara jujur dan akrab. Mereka juga tidak mengungkapkan yang sedang mereka pikirkan dan rasakan. Mereka masih menginginkan privasi. Mereka masih bisa mengontrol hal apa dan kepada siapa saja mereka mengungkapkan diri mereka.
18
Santrock, 2003,) bahwa pria dan wanita memiliki tipe pembicaraan yang berbeda. Perbedaan pengungkapan diripada pria dan wanita dijelaskan oleh Jourard (dalam Devito 2011) bahwa wanita telah dibiasakan untuk mengungkapkan diri. Stereotip yang menyatakan wanita lebih banyak bicara dari pria menunjukkan bahwa wanita pada dasarnya menyenangi pembicaraan dengan orang lain. Wanita dapat memanfaatkan waktu dengan bercakap-cakap bersama orang lain dan dalam percakapan tersebut juga terkandung penyampaian pendapat, perasaan, keinginan, dan ketakutan terhadap sesuatu.
19
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas tentang perbedaan perilaku asertif remaja awal ditinjau dari jenis kelamin, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengungkapan diri melalui media sosial online (facebook) ditinjau dari jenis kelamin.
SARAN
1. Pengguna internet khususnya Facebook, sekarang ini tidak hanya pada remaja melaikan digunakan semua kalangan. Oleh sebab itu, diharapkan kepada peneliti pengungkapan diri selanjutnya tidak hanya dilakukan pada kalangan remaja SMA namun dikalangan perguruan tinggi dan kalangan pekerja.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan positif bagi orang tua dan guru dalam melakukan interaksi kepada remaja karena tidak semua remaja bisa mengungkapkan secara langsung apa yang dipikirkan.
Daftar Pustaka
Altman, I. & Taylor, D. (2001). Social Penetration: Development of Interpersonal Relationships. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset. Barak, A., & Gluck-Ofri, O. (2007). Degree and reciprocity of self-disclosure in online
forums. CyberPsychology & Behavior, 10, 407-417.
Berta E. A Prasetya. (2010). Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Pengungkapan diri Pada Mahasiswa di Salatiga. Universitas Kristen Satya Wacana.
Bugin, Burhan.( 2007). Sosiologi Komunikasi Bandung : Kencana
Blau, Ina. (2011). Application use, online relationship types, pengungkapan diri, and internet abuse among children and youth : implikations for education and internet safety programs. J. Educational Computing Research, University of Haifa, Vol 45 (5-116).
Cooper, A., Morahan-Martin, J., Mathy, R., & Maheu, M. (2002). Toward an increased understanding of user demographics in online sexual activities. Journal of Sex andMarital Therapy, 28, 105-129.
Dayakisni, Tri & Hudaniah. (2006). Psikologi sosial. Malang: UMM Press. Devito, Joseph A. (2011). Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional Book Dindia, K. (2002). Self-disclosure research: Knowledge through meta-analysis. In
M. Allen, R. W. Preiss, B. M. Gayle, &N. Burrell (Eds.), Interpersonal communicationresearch: Advances through meta-analysis (pp. 169-186). Mahwah, NJ: Erlbaum.
Ditya Ardi Nugroho. (2013). Pengungkapan Diri Terhadap Pasangan Melalui Media Facebook Ditinjau Dari Jenis. Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02,
http://ejournal.umm.ac.id
Emeritus, B.R., Brandt, R., & Howie K.F. (2011). Effecive Human Relations. Interpersonal and organizational Application: South Western
Galambos, N. L. (2004). Gender and gender role development in adolescence. In R. M. Lerner & L. Steinberg (Eds.), Handbook of adolescent psychology (pp. 233– 262). Hoboken, NJ: Wiley.
Huffaker,D.A., and Calvert,S.L (2005).Gender, Identity, and Language use in teenage blogs,http://jcmc.indiana.edu/vol 10/issue2/huffaker.html.Griffin, Em, 2003, A First Look at Communicatin Theory, New York: Mc.Graw-Hill.
Jaffe, J.Michael et.al, Gender, Pseudonyms,and CMC: Masking Identities and Baring Souls, ,http://nembers.iworld.net/yesunny/genderps.html.tanggal akses 21 XP November 2013.
Joinson, A. N. (2001a). Knowing me, knowing you: Reciprocal pengungkapan diri and Internet-based surveys. CyberPsychology & Behavior, 4, 587-591.
Joinson, A. N. (2001b). Self-disclosure in computer-mediated communication: The role of self-awareness and visual anonymity. European Journal of Social Psychology, 31, 177-192.
Joinson, A. N., & Paine, C. B. (2007). Self-disclosure, privacy and the Internet.
In A. Joinson, K. Y. A. McKenna, T. Postmes, & U. D. Reips (Eds.),
Oxfordhandbook of Internet psychology (pp. 237-252). Oxford, UK: Oxford University Press.
Leung, L. (2001). College student motives for chatting on “ICQ.” New Media and Society,3, 1-19.
Lenhart, A., Madden, M., Macgill, A., & Smith, A. (2007). Teens & social media. Washington, DC: Pew Internet & American Life Project.
Melcombe, Melissa. (2011).Women’s perceptions of identity construction on Facebook.
A Thesis. Presented to the Faculty in Communication and Leadership Studies School of Professional Studies. Gonzaga Universit.
Pastika Wayan. 2013. Bahasa Media Televisi, Internet dan Surat Kabar. Denpasar Bali: Udayana University Press
Patti M. Valkenburg, Sindy R. Sumter and Jochen Peter (2010). Jurnal Gender differences in online and offline self-disclosure in pre-adolescence and adolescence. Amsterdam School of Communication Research ASCoR, University of Amsterdam.
Papu, J. (2002). Pengungkapan Diri. http://www.epsikologi.com/sosial/ 120702.htm. Pornsakulvanich, V. (2005). Testing a uses and gratifications model of online
relationships. Doctoral dissertation. College of Communication and Information, KentState University.
Santrock, J.W. (2003). Adolescence perkembangan remaja. Alih Bahasa: Adelar dan Saragih. Jakarta: Erlangga.
Seung, H.C. (2007). Effects of motivations and gender in adolescents’ self-dislosure in on line chatting. Cyber Psychology& Behavior, 10, 339-359.
Scwartz, M. & Scott, B. (2001). Marriages and Family: Diversity and Change.
Available on line: http:
cwx.prenhall?com.bookbind/pubbooks/schrz/medialib/schsc04.hatml (18 Juli 2014).
Sprecher,Susan,(2004). Self-Disclosure In Intimate Relationships: Associations With Individual And Relationship Charakteristics Over Time. Journal of Social and Clinical Psychology, Vol. 23, No. 6, pp. 857-877
Suara Merdeka Rabu, 12 Februari 2014 06:04
Suler, J. (2004). The online disinhibition effect. CyberPsychology & Behavior, 7, 321-326.
Tempo Jakarta, 29 Juni 2014
Valkenburg, P. M., & Peter, J. (2007a). Preadolescents’ and adolescents’ online communication and their closeness to friends. Developmental Psychology, 43, 267–277.
Valkenburg, P. M., & Peter, J. (2007b). Adolescents’ online communication and their well-being:Testing the stimulation versus the displacement hypothesis. Journal of Computer mediatedcommunication, 12 (4), article 2. Retrieved from
http://jcmc.indiana.edu/vol12/issue4/ valkenburg.html
Valkenburg, P. M., & Peter, J. (2008). Adolescents’ identity experiments on the Internet:Consequences for social competence and self-concept unity.
Communication Research, 35,208–231.
Valkenburg, P. M., & Peter, J. (2009). Social consequences of the Internet for adolescents: A decade of research. Current Directions in Psychological Science, 18, 1–5.
Valkenburg, P. M., Peter, J., & Schouten, A. (2006). Friend networking websites and their relationship to adolescents’ social self-esteem and well-being.
CyberPsychology & Behavior, 9, 585–590.
Wittkower , D. E. 2010. Facebook and Philosophy. Chicago and la salle illinois
http://tekno.kompas.com/read/2013/10/31/1426203/Facebook.Tembus.1.19.Miliar.Peng guna.Aktif
http://www.infoskripsi.com/2013/01/accidental-sampling.html
https://mhs.blog.ui.ac.id/dennie.atika/2012/01/20/pengukuran-perceived-credibility-berdasarkan-profil-facebook/
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/4588/baca-artikel