• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru BK di SMP Negeri dan Swasta Sub Rayon 04 Kabupaten Semarang T1 132008060 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru BK di SMP Negeri dan Swasta Sub Rayon 04 Kabupaten Semarang T1 132008060 BAB II"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

42

BAB II

KAJIAN TEORI

2.2

Kinerja

2.2.1 Pengertian Kinerja

Mangkunegara (2002) menyatakan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan prestasi kerja, kinerja atau persepsi kerja (Performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh kemampuan , sikap keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu (Timotius,dalam Retno, 2008). Sedangkan Steers (dalam Sukono, 2009) menyatakan kinerja adalah fungsi gabungan dari tiga faktor penting yaitu

a) Kemampuan, perangi dan minat seorang pekerja

b) Kejelasan dan penerimaan atas peranan seorang pekerja c) Tingkat motivasi pekerja

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah pencapaian hasil kerja dari segala sesuatu yang diusahakan yang merupakan output dari sebuah proses. Kinerja merupakan kata benda yang abstrak yaitu memiliki pengertian suatu potensi untuk melakukan kinerja. Untuk itu kinerja seseorang tidak dapat diukur secara lahiriah semata akan tetapi juga dilihat dari indikator sebagai hasil

(2)

42

dari kerja. Mampu tidaknya seseorang melakukan kerja bisa dijadikan ukuran tinggi rendahnya kinerja seseorang.

2.3 Kinerja Guru

Dalam proses belajar mengajar guru memiliki peran yang sangat penting. Selain guru menjadi seorang pengajar, tetapi guru juga sebagai seorang pembimbing yang mendorong potensi siswa, mengembangkan alternatif dan juga memobilisasi siswa dalam belajar. Silberman (dalam Kusmedi, 2003) menyatakan bahwa yang dimaksud kinerja guru adalah kemampuan dan prestasi guru dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai guru. Pengertian kinerja guru tersebut diperjelas dengan pendapat Usman (dalam Retno, 2008) yaitu : a) Tugas dalam bidang profesi yang meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. b ) Tugas guru dalam bidang kemanusiaan dimana guru harus menjadikan dirinya menjadi orang tua kedua, c) Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan adalah mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan pancasila.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah suatu kemampuan atau prestasi kerja guru yang meliputi empat dimensi yaitu job knowledge, motivation, interpersonal relation with other, dan supervision

(3)

42

2.3.1 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Guru merupakan kunci keberhasilan bagi peserta didiknya. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan yaitu selain hanya sebagai pendidik juga sebagai pembimbing sekaligus sebagai fasilitator bagi para peserta didiknya. Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya tidak terlepas dari pengaruh faktor ekternal dan internal dalam kehidupannya. Setyowati(2010) menyatakan 8 faktor yang mempengaruhi kinerja guru meliputi:

1. Kepribadian seseorang 2. Pengembangan profesi 3. Kemampuan mengajar

4. Hubungan dan komunikasi dengan rekan kerja 5. Hubungan dengan masyarakat

6. Kedisiplinan 7. Kesejahteraan 8. Iklim kerja

(4)

42

2.3.2 Upaya Peningkatan Kinerja

Mulyasa (2004) menyatakan bahwa ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja para tenaga kependidikan, antara lain: a. Pembinaan disiplin tenaga kependidikan

Dalam membina disiplin tenaga kependidikan harus berpedoman pada, dari dan untuk tenaga kependidikan, sedangkan sekolah adalah tutwuri handayani.

b. Pemberian Motivasi

Keberhasilan sebuah organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang datang dari luar ataupun yang berasal dari dalam organisasi tersebut. Dari berbagai faktor tersebut motivasi merupakan faktor yang paling dominan, hal ini dikarenakan motivasi mampu menggerakkan faktor faktor yang lainnya dan merupakan faktor yang paling utama dalam kinerja. Para tenaga kependidikan akan bekerja dengan sungguh sungguh apabila memiliki motivasi yang sangat tinggi. Begitu pula dengan guru pembimbing, karena guru pembimbing merupakan salah satu dari tenaga kependidikan maka guru pembimbing akan melakukan pekerjaannya dengan baik apabila ada motivasi untuk melakukannya.

Salah satu yang menjadi motivator guru pembimbing adalah kepala sekolah. Dengan demikian kepala sekolah dituntut untuk dapat membangkitkan motivasi kepada tenaga kependidikan, supaya kinerja tenaga kependidikan dapat secara optimal.

c. Penghargaan (Rewa rds)

Penghargaan tidak kalah pentingnya dengan motivasi. Penghargaan dilakukan dengan maksut untuk memotivasi kinerja tenaga kependidikan. Apabila tenaga kependidikan yang berprestasi diberikan sebuah penghargaan tentunya hal ini akan menjadikan seseorang dalam melaksanakan tanggung jawabnya akan lebih baik lagi, hal ini juga dapat menjadi sebuah tantangan bagi tenaga kependidikan yang tidak memiliki motivasi. Atau tingkat kinerjanya yang rendah.

d. Persepsi

(5)

42

2.3.3 Kinerja Guru Pembimbing Di Sekolah

Guru pembimbing merupakan petugas pelaksana utama yang mengkoordinir semua kegiatan yang terkait dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan BK di sekolah (Depdikbud, dalam Retno 2008). Agar guru pembimbing dapat melaksanakan kegiatan BK disekolah dengan optimal maka mereka perlu diberikan penambahan, perluasan dan pendalaman tentang konsep konsep yang berhubungan dengan kinerja.

Agar suatu penilaian kinerja secara umum didasarkan pada sifat sifat dan karakteristik dari macam pekerjaan dan orangnya, untuk menentukan parameter ukurnya maka kinerja menurut AS’ad (2003) digolongkan kedalam empat dimensi yaitu:

a) Job Knowledge

Job Knowledge adalah pengetahuan karyawan mengenai prosedur prosedur dan bahan bahan termasuk dalam phase pekerjaan.

b) Motivation

Dorongan yang kuat untuk bekerja keras pada hari hari kerja c) Interpersonal Relation With Others

Adalah kemampuan dari karyawan untuk bekerja dengan rekan sekerja serta dengan atasannya

d) Supervision Required

Kemampuan dari karyawan untuk memecahkan masalah masalah dengan pengawasan yang terbatas.

Dari uraian tentang keempat dimensi di atas maka Yusuf (2005) menyebutkan kompetensi guru pembimbing sebagai berikut:

a. Memahami konsep konsep bimbingan dan konseling serta ilmu bantu lainnya.

b. Memahami karakteristik pribadi siswa khususnya tugas tugas perkembangan siswa beserta faktor faktor yang mempengaruhinya

c. Mensosialisasikan (Memasyarakatkan) program layanan bimbingan dan konseling

d. Merumuskan perencanaan program layanan bimbingan dan konseling

(6)

42

sistem. Dalam hal ini guru pembimbing dituntut untuk memiliki pemahaman dan keterampilan dalam melaksanakan layanan layanan : orientasi, informasi, bimbingan kelompok, konseling individual maupun kelompok, pembelajaran, penempatan maupun referral

f. Mengevaluasi program hasil (perubahan sikap dan perilaku siswa baik dalam aspek pribadi, sosial, belajar maupun karier).

g. Menindaklanjuti (follow up) hasil evaluasi. kegiatan tindak lanjut ini mungkin bisa berbentuk: usaha perbaikan/penyempurnaan program, peningkatan kualitas layanan, penambahan fasilitas, dan penyampaian hasil evaluasi kepada pihak terkait disekolah

h. Menjadi konsultan bagi guru dan orangtua siswa. sebagai konsultan ia berperan untuk menolong mereka, melalui pemberian informasi, konsultasi, atau dialog tentang hal ihwal siswa. Dengan kegiatan ini guru dan orangtua diharapkan dapat membantu siswa dalam rangka mengembangkan dirinya secara optimal. konsultasi dengan guru, dapat ,menyangkut : motivasi belajar siswa, tingkah laku siswa, kebiasaan belajar siswa, dan pengelolaan kelas. i. Bekerjasama dengan pihak pihak lain yang terkait

j. Mengadministrasikan program layanan bimbingan

k. Menampilkan pribadi secara matang baik menyangkut aspek emosional, sosial maupun moral-spiritual. Berdasarkan temuan penelitian, sifat pribadi konselor atau guru pembimbing yang disenangi siswa adalah : baik hati/ramah, mau membantu memecahkan masalah siswa, bertanggung jawab, tidak pilih kasih/adil, berwawasan luas, memahami psikologi, kreatif, disiplin, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

l. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk senantiasa mengembangkan model layanan bimbingan seiring dengan kebutuhan dan masalah siswa serta perkembangan masyarakat (sosial – budaya atau dunia industri).

m.Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatanya kepada kepala sekolah.

2.4 Kepemimpinan

2.4.1 Pengertian Kepemimpinan

(7)

42

suatu tindakan seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu agar berjalan dengan baik.

Mulyasa (2004) menyatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri sese-orang atau sekelompok sese-orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Sutisna (1993) merumuskan kepemimpinan sebagai suatu “proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu”. Sementara Supardi (1988) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien. Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam kehidupan organisasi yang merupakan posisi kunci. Karena kepemimpinan seorang manajer berperan sebagai penyelaras dalam proses kerja sama antar manusia dalam organisasinya.

(8)

42

meningkatkan pemahaman terhadap dirinya sendiri, mengetahui beberapa kele-mahan maupun potensi pribadinya, serta akan dapat meningkatkan pemahaman terhadap bagaimana seperlunya memperlakukan bawahan.

2.4.2. Kepemimpinan Pendidikan

2.4.2.1. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan

Fungsi utama Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah men-ciptakan situasi pendidikan sehingga guru-guru dapat mengajar dan melatih secara inovatif dan siswa dapat belajar dan berlatih dengan baik. Sebagaimana dirumuskan oleh Sarwono Prawirohardjo yang dikutip Rozana dan Sartono (1995), pemimpin adalah orang yang berhasil menimbulkan perasaan ikut serta, ikut bertanggung jawab pada bawahan atas pekerjaan yang sedang dise-lenggarakan di bawah kepemimpinannya. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, Kepala Sekolah memiliki tanggung jawab ganda, yaitu melaksanakan administrasi sekolah sehingga tercipta situasi persekolahan yang baik dan menyenangkan. Di samping itu Kepala Sekolah juga melaksanakan supervisi sehingga guru-guru bergairah dan berkembang dalam menjalankan tugas-tugas kependidikan dan membimbing siswa agar berkembang kemampuan siswa sesuai dengan program pembelajaran dan sasaran pendidikan.

(9)

42

sebagai proses untuk menyatukan pekerjaan dan orang untuk mencapai tujuan organisasi sekolah.

2.4.2.2. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja

Kepemimpinan Kepala Sekolah memiliki fungsi penting dalam kaitan dengan pengembangan profesionalisme guru. Prinsip-prinsip dan praktek kepemimpinan Kepala Sekolah hendaknya dikaitkan dengan peran Kepala Sekolah dan kedudukan pimpinan lainnya yang relevan beserta peran kepemimpinan khusus yang meliputi hubungan dengan staf, siswa, orang tua siswa dan orang-orang lain di lingkungan komunitas sekolah.

(10)

42

Sutermeister (dalam Umbu Tagela, 2004) mengemukakan ada beberapa fak-tor penentu produktivitas kerja antara lain iklim kepemimpinan (leadership climate), tipe kepemimpinan (type of leadership), dan pemimpin (leaders). Sager (dalam Mulyasa, 2004) mengemukakan 6 faktor yang ikut menentukan produk-tivitas, yaitu pendidikan, teknologi, derajat kesehatan dan tingkat upah minimal.

Berdasarkan uraian di depan, disimpulkan bahwa perilaku kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja demi mencapai tujuan. Dalam kaitan dengan perilaku kepemimpinan dalam menerapkan Managemen Berbasis Sekolah, perlu dipahami bahwa setiap pemimpin bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi pegawai, guru dan siswa. Pemimpin sendiri perlu berbuat baik, pemimpin juga perlu menjadi contoh, sabar dan penuh pengertian.

2.4.3. Gaya Kepemimpinan

(11)

42

laku orang lain seperti yang dipersepsikan oleh orang yang akan kita pengaruhi tersebut.

Menurut Hersey & Kenneth H. Blanchard (dalam Iganatius Onduko, 1994) pada dasarnya gaya kepemimpinan seseorang terbagi pada dua kecenderungan, yaitu :

1. Berorientasi pada tugas (task behavior)

Gaya ini ditandai dengan adanya beberapa hal seperti : pemimpin memberikan petunjuk-petunjuk kepada bawahan, selalu mengadakan pengawasan secara ketat, menyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dapat dilaksanakan sesuai dengan keinginan pemimpin dan pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pengembangan bawahan.

2. Berorientasi pada hubungan (relationship behavior)

Sedangkan gaya kepemimpinan ini, sebaliknya ditandai dengan beberapa gejala seperti berikut : pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan terhadap bawahan, pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan, pemimpin lebih bersikap penuh kekeluargaan, percaya, hubungan kerjasama yang saling hormat menghormati diantara sesama anggota kelompok.

(12)

42

1. Gaya kepemimpinan Telling

Gaya kepemimpinan Telling adalah gaya kepemimpinan yang ditandai perilaku pemimpin yang tidak mempercayai bawahannya dan banyak memberikan instruksi kepada bawahan untuk melakukan segala sesuatu yang harus dilakukan tanpa memperhatikan kualitas hubungan antar pribadi dengan bawahannya. Gaya kepemimpinan ini pemimpin hanya memberikan instruksi dan pengarahan yang jelas tentang sebuah tugas. Ciri dari gaya ini adalah : pemimpin memberikan perintah khusus, pengawasan dilakukan secara ketat, pemimpin menerangkan kepada bawahan apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakan, kapan harus dilaksanakan pekerjaan itu, dan dimana pekerjaan itu harus dilakukan.

2. Gaya kepemimpinan Selling

(13)

42

3. Gaya kepemimpinan Participating

Gaya kepemimpinan Participating, adalah gaya kepemimpinan dimana pemimpin dan anggota berbagi pengambilan keputusan dan pemimpin tidak banyak atau hanya memberikan perintah secara langsung. Gaya ini ditandai dengan perilaku pemimpin yang lebih banyak memfokuskan perhatian pada kualitas hubungan dan kurang memperhatikan penyelesaian tugas-tugas. Gaya ini ditandai dengan ciri tinggi hubungan dan rendah tugas, dimana pemimpin dan bawahan saling memberikan gagasan dan membuat keputusan.

4. Gaya Kepemimpinan Delegating

(14)

42

pemimpin harus bisa mengkomukasikan visi dan targetnya secara jelas, sehingga para bawahannya bisa melihat dari hasil kerjanya.

Menurut Hersey & Blanchard Gaya kepemimpinan Selling dan Participating, adalah gaya kepemimpinan yang secara teoritis mampu mengembangkan kreativitas bawahan, karena gaya kepemimpinan tersebut lebih berorientasi pada hubungan. Kepala Sekolah yang cenderung menggunakan gaya tersebut akan berusaha memberikan rasa aman secara psikologis kepada guru/siswa dan karyawan, memperhatikan perasaan dan kebutuhan guru, siswa dan karyawan.

(15)

42 2.4.4. Kriteria Keberhasilan Pemimpin

Untuk mengetahui apakah seorang pemimpin berhasil dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, Mulyasa (2004) mengemukakan beberapa kriteria, yaitu:

1) Dinamika organisasi.

2) Pengaruh atau kewibawaan pemimpin. 3) Sikap bawahan terhadap atasan.

Dari ketiga hal tersebut penulis uraikan sebagai berikut:

1. Dinamika Organisasi

Organisasi berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan yang dalam kaitan dengan kepemimpinan seseorang dalam memimpin oraganisasi dapat dilihat dari berbagai indikasi sebagai berikut (Mulyasa, 2004):

1) Penampilan Kelompok.

2) Pencapaian Tujuan Kelompok. 3) Berlangsungnya Hidup Kelompok. 4) Pertumbuhan Kelompok.

5) Kesiagaan Kelompok.

6) Kemampuan Menyelesaikan Krisis.

2. Pengaruh Pemimpin

Pengaruh atau kewibawaan pemimpin sangat menentukan keberhasilan. Seorang pemimpin yang berhasil, dapat dilihat melalui berbagai kriteria (Mulyasa 2004), yaitu:

(16)

42

2) Apakah pemimpin menaruh perhatian terhadap efisiensi tenaga ahli yang tersedia, pengaturan kegiatan, akumulasi dari berbagai sumber dan kesediaan kelompok untuk menghadapi perubahan dan krisis.

3) Apakah pemimpin mampu meningkatkan kualitas kerja, menciptakan rasa percaya diri bawahan dan menghasilkan kecakapan bawahan dan memberi sumbangan terhadap pertumbuhan kejiwaan dan perkembangan bawahan.

3. Sikap Bawahan Terhadap Atasan

Bawahan dalam kehidupan organisasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seorang pemimpin. Sebab kepemimpinan itu sendiri merupakan proses interaksi antara pemimpin dan bawahan dalam mencapai tujuan. Oleh sebab itu keberhasilan seorang pemimpin dapat diukur dari sikap bawahan terhadap pemimpin itu sendiri, melalui indikasi berikut (Mulyasa, 2004):

1) Apakah bawahan merasa puas terhadap pemimpin dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan hal-hal yang diharapkan bawahan.

2) Apakah bawahan merasa senang terhadap atasan, menghormati dan kagum padanya.

3) Apakah bawahan mempunyai rasa tanggung jawab besar untuk melaksanakan perintah atau sebaliknya melawan, atau bawahan tidak memperhatikan/menyabot perintah atasan.

(17)

42 2.5 Hasil Hasil Penelitian Yang Relevan

Ikha (2010) Meneliti “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di Gugus Diponegoro Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung” hasil penelitian menunjukkan pengaruh positif dan signifikan antara Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru. Berdasarkan analisis distribusi frekuensi sebagian besar (51,9%) Guru SD di Gugus Diponegoro Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung menyatakan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah dalam kategori sedang dan sebagian besar (74,2%) kinerja guru pada kategori tinggi. Dari uji ANOVA dapat diketahui F hitung (7,286) probabilitas 0,000, berarti lebih kecil dari 0,05 jadi HO ditolak dan H1 diterima. Artinya koefisien regresi signifikan, artinya Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X) berpengaruh Terhadap Kinerja Guru (Y). Nilai angka Adjusted R square menunjukkan koefisien determinasi sebesar 50,5% yang berarti perubahan variabel kinerja guru (Y) disebabkan oleh dan gaya kepemimpinan kepala sekolah (X), sedangkan sisanya 49,5% dijelaskan oleh faktor faktor lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini, misal jenjang pendidikan dan masa kerja.

2.6 Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa, maka Penerima Kuasa mewakili dalam hal menyampaikan dokumen untuk pembuktian kualifikasi dan dokumen penawaran kami untuk paket kegiatan

Analisis Pengaruh Faktor Motivasi, Kompensasi Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Di Universitas Muhammadiyah Jember ; Trias

Upaya untuk kembali menstabilkan kondisi perekonomian Indonesia pemerintah Indonesia melakukan berbagai cara, salah satunya dengan mengambil kebijakan ekonomi dengan melakukan

Akan tetapi pada las gas menggunakan panas yang dihasilkan dari nyala api hasil pembakaran bahan bakar gas dengan zat asam atau oksigen sebagai energinya.. Pada pengelasan drill

Performa Produksi Susu dan Reproduksi pada Berbagai Paritas di PT.Naksatra Kejora (Pembimbing: DIAN WAHYU HARJANTI dan ENNY TANTINI SETIATIN).. Penelitian ini

Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui pentingnya manajemen dalam melakukan pembelajaran seni rupa serta mengetahui strategi yang dapat diterapkan

dengan konstruksi bagian luar dari baja yang dilapisi dengan bahan juga dapat memindahkan / transfer panas dengan lebih baik.. Bahan bakar yang terdiri dari gas alam dan dicampur

ANALISIS D ESKRIPTIF MULTIMED IA INTERAKTIF FRENCH CITY, PLAY & LEARN FRENCH D ALAM PEMBELAJARAN BAHASA PERANCIS.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu