• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERAKSI JURNAL KEPENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTERAKSI JURNAL KEPENDIDIKAN"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Sodiq Anshori

Pengintegrasian Problem Bassed Learning

Dan Pendekatan Group Investigation

Achmad Zainullah

Hubungan Antara Cara Belajar Dan Motivasi

Berprestasi

Dengan

Prestasi

Belajar

Pendidikan Matematika I Mahasiswa S1

PGSD Universitas Terbuka

Mohammad Harijanto

Peningkatan Hasil Belajar Dalam Menyajikan

Data ke Bentuk Grafik melalui Penggunaan

Metode Diskusi Pada Prodi Bahasa Inggris

FKIP UNIRA Pamekasan

H. Sulistiyono

Implementasi Pendekatan Kontekstual dalam

Pembelajaran Sastra Anak Di Sekolah Dasar

(Sebuah Tinjauan Teori Pembelajaran Sastra

Anak)

Adrawi Zaini

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dalam

Menuliskan

Lambang

Pecahan

Melalui

Penggunaan Metode Diskusi Di Kelas IV SDN

Rek-Kerrek

III

Kecamatan

Palengaan

Kabupaten Pamekasan

Sutini

Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa

Kelas III Sekolah Dasar

Rahmad

Ambiguitas Makna dalam Rora

Bhâsa

Bahasa Madura

INTERAKSI

JURNAL KEPENDIDIKAN

ISSN No. 1412 – 2952

(2)

SUSUNAN PENYUNTING JURNAL INTERAKSI

Penanggung Jawab

Dra. Sri harini (Dekan FKIP)

Ketua Penyunting

Drs. Moh. Harijanto, M.Pd.

Wakil Ketua Penyunting

Rahmad, M.Pd.

Penyunting Pelaksana

Dra. Yanti Linarsih

Sri Indiati Hasanah, M.Pd.

Moh. Tauhed Supratman, S.Pd.

Nina Khayatul Virdina, M.Pd.

Drs. Zainal Arifin

Penyunting Ahli

Drs. H. kutwa, M.Pd.

Drs. Abd. Roziq

Alamat Penyunting dan Tata Usaha:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Madura

(UNIRA) Pamekasan, Jl. Raya Panglegur Pamekasan, Telp. (0324)

322231, 325786. Fax. (0324) 32418, E-mail:fkip_unira@yahoo.com

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI menerima sumbangan artikel

yang belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain. Artikel

diketik dengan spasi rangkap pada kertas kuarto, panjang antara

10-20 halaman.

Jurnal ini diterbitkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Madura (UNIRA) Pamekasan

(3)

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI

Tahun 5 Nomor 5 Juni 2010

Pengintegrasian Problem Bassed Learning Dan Pendekatan Group Investigation

Oleh: Sodiq Anshori

4

Hubungan Antara Cara Belajar Dan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Matematika I Mahasiswa S1 PGSD Universitas Terbuka

Oleh: Achmad Zainullah

13

Peningkatan Hasil Belajar Dalam Menyajikan Data ke Bentuk Grafik melalui Penggunaan Metode Diskusi Pada Prodi Bahasa Inggris FKIP UNIRA Pamekasan

Oleh: Mohammad Harijanto

21

Implementasi Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Sastra Anak Di Sekolah Dasar (Sebuah Tinjauan Teori Pembelajaran Sastra Anak) Oleh: H. Sulistiyono

33

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dalam Menuliskan Lambang Pecahan Melalui Penggunaan Metode Diskusi Di Kelas IV SDN Rek-Kerrek III Kecamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan

Oleh Adrawi Zaini

41

Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas III Sekolah Dasar Oleh: Sutini

52

Ambiguitas Makna dalam Rora Bhâsa Bahasa Madura Oleh: Rahmad

60

JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI menerima sumbangan artikel

yang belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain. Artikel

diketik dengan spasi rangkap pada kertas kuarto, panjang antara

10-20 halaman

(4)

PENGINTEGRASIAN PROBLEM BASSED LEARNING DAN PENDEKATAN GROUP INVESTIGATION

( Penelitian Tindakan Kelas pada Mahasiswa Semester I UPBJJ-UT Surabaya Pokjar Kabupaten Ngawi )

Sodiq Anshori, [1], & Munasir, M.Si. [2] [1] UPBJJ-UT Surabaya

[2] FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Tutorial (tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik, yang diberikan oleh seseorang (tutor) untuk membantu kelancaran proses belajar mandiri mahasiswa secara perorangan atau kelompok, berkaitan dengan materi pada matakuliah tertentu. Mahasiswa program pendidikan dasar S1-PGSD UT Pokjar Ngawi masa regristrasi 2009.2 tahap 2, pada umumnya adalah guru sekolah dasar (SD) aktif, dengan latar belakang pendidikan pada saat sekolah menengah-nya, yaitu SPG, SMA / SMA dan D2-PGSD. Latar belakang pendidikan ini menggambarkan kemampuan awal siswa dalam mengikuti kegiatan perkuliahan di UT. Berdasarkan pengalaman, selama memberikan tutorial , keluhan yang paling umum adalah minimnya bekal ilmu/ pengetahuan awal tetang matakuliah yang diambil, khususnya untuk matakuliah eksak, seperti konsep dasar IPA SD. Bagi tutor, implementasi pengguasaan model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas tutorial, dengan berbagai problem teknis yang dihadapi tutor dilapangan selama melakukan tugas sebagai tutor, dengan berbekal idealisme peran dan tugas tutor sebagaimana dirumuskan dan menjadi standar baku di UT. Maka dalam kesempatan ini akan di coba diterapkan suatu model pembelajaran berdasarkan masalah (PBL) dengan pendekatan investigasi kelompok (grouping

investigation) sebagai suatu integrasi tindakan dalam pelaksanaan tutorial, dengan harapan

akan dapat menjadi suatu model pendekatan tutorial yang tepat terlebih dapat meningkatkan kualitas proses tutorial dan hasil belajar mahasiswa untuk matakuliah tertentu yang dirasa sangat sulit untuk dipelajari, sebagai kasus adalah untuk matakuliah konsep dasar IPA SD. Hasil penelitian diperoleh bahwa : (1) telah dibuat perangkat pendukung tutorial /modul (RAT, SAT, LKM dan LEM , RET) dengan hasil kelayakan (validasi) oleh tutor sejawat dan mahasiswa peserta tutorial , kreteria baik, dengan rata-rata persentase keseluruhan indikator 78,24% dengan persentase tiap indikator >65% sehingga perangkat ini layak sebagai instrumen pendukung tutorial matakuliah Kondas IPA SD, yang mengacu pada pendekatan tutorial yang diterapkan ; (2) aktivitas tutor dan aktivitas mahasiswa selama proses tutorial, mengacu pada model tutorial yang diterapkan, menujukan hasil yang meningkat pada tiap siklus (siklus I 71,02%, siklus II 80,19% dan siklus III 92,61%) ; (3) perkembangan kelompok belajar mahasiswa pada setiap kelas juga sudah sangat baik, karena rata-rata kelompok mendapat perediket “super team” dan “good team” ; (4) aspek pengamatan selama kegitan tutorial juga menujukan hasil yang aktif dan kondusif ; (5) hasil belajar mahasiswa setelah kegiatan tutorial berlangsung yang mengacu pada model tutorial yang diterapkan, menunjukan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 masing-masing terjadi peningkatan nilai rata sebesar 20,18 ; 27,33 dan 31,32 dari nilai pre tes (52,02) , dan peningkatan jumlah mahasiswa yang tuntas , pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 masing-masing terjadi peningkatan sebesar 75,12 ; 84,89 dan 95,54 dari prrosentase awal (pretes).

Key words: PBL, Investigasi Kelompok,Tutorial I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Tutorial (tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik, yang diberikan oleh seseorang (tutor) untuk membantu kelancaran proses belajar mandiri mahasiswa secara perorangan atau kelompok, berkaitan

dengan materi pada matakuliah tertentu. Tutorial dilaksanakan secara tatap muka atau jarak jauh berdasarakan konsep belajar mandiri. (UPBJJ-UT Sby, 2009).

Peran uama tutor adalah sebagai : (1) pemicu kemandirian mahasiswa dalam belajar, berfikir dan berdiskusi di kelas tutorial; (2) pembimbing, fasilitator dan mediator bagi mahasiswa dalam

(5)

membangun pengetahuan, nilai , sikap dan keterampilan akademik dan profesional secara mandiri. Dan memberikan panduan dan bimbingan kepada mahasiswa agar mahasiswa dapat belajar sendiri memahami materi , memberikan motivasi dan membantu mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan belajarnya. (UPBJJ-UT Sby, 2009)

Prinsip dasar tutorial yang baik, agar penyelenggaraan tutorial berjalan secara efektif, dan tidak terjebak pada situasi perkuliahan biasa diantaranya, adalah : (1) interaksi tutor-tutee sebaiknya berjalan pada tingkat metakognitif, yang menekankan pada pembentukan keterampilan learning to learn atau think

how to think. (2) tutor harus membimbing,

mendorong dan memotivasi tutee untuk sampai pada taraf pengertian yang mendalam sehingga mampu menghasilkan pengetahuan. (3) tutor harus demokratis, dengan melibatkan semua peserta dalam kelompok diskusi dalam memberikan pendapat kebenaran suatu ilmu serta meningkatkan kemampuan intelektual, kerjasama yang lebih baik. (4) tutor seyogyanya mampu membuat variasi simulasi untuk belajar, sehingga tutee tidak merasa bosan, jenuh dan/atau putus asa. (5) tutor sebaiknya selalu memantau kualitas kemajuan belajar tutee dengan mengarahkan kajian sampai pada taraf pengertian yang mendalam (indepth understanding).(UPBJJ-UT Sby, 2009).

Untuk merancang dan melaksanakan tutorial yang baik, tutor harus : (1) memahami peta kompetensi matakuliah ; (2) menyusun rancangan aktivitas tutorial (RAT), (3) menyusun satuan aktivitas tutorial (SAT), dan (4) menyusun rancangan evaluasi tutorial (RET) . Tutorial dikembangkan menggunakan beberapa model tutorial yang dipandang tepat sesuai dengan karakteristik mahasiswa, beberapa unsur yang tercakup didalamnya , yaitu : (1)

landasan teori yang menjelaskan teori

yang melandasi pemilihan model dan manfaat yang diharapkan, (2) kompetensi

yang diharapkan dikuasai melalui penggunaan model tersebut, dalam komponen ini dijelaskan dampak instruksional dan dampak pengiring dari penerapan suatu model, (3) materi, yang

menggambarkan subtansi matakuliah yang sesuai yang disajikan dengan model melalui tutorial yang dipilih, (4) langkah

utama yang menggambarkan ciri dari

model tutorial yang diterapkan, (5)

evaluasi proses dan hasil belajar, yang

mengacu kepada kegiatan dan alat yang telah digunakan untuk mengukur penguasaan mahasiswa terhadap dampak instruksional dan pengiring yang telah dirumuskan. Dan faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan model tutorial , diantaranya adalah : (1) kemampuan yang harus dicapai peserta tutorial, (2) karakteristik materi, (3) karakteristik peserta tutorial, (4) fasilitas yang tersedia, dan (5) kemampuan tutor untuk menerapkan model tutorial. (UPBJJ-UT Sby, 2009).

Mahasiswa program pendidikan dasar S1-PGSD UT, pada umumnya adalah guru sekolah dasar (SD) aktif, dengan latar belakang pendidikan pada saat sekolah menengah-nya, yaitu SPG, SMA / SMA dan D2-PGSD. Latar belakang pendidikan ini menggambarkan kemampuan awal siswa dalam mengikuti kegiatan perkuliahan di UT, melalui tutorial tatap muka. Berdasarkan pengalaman , selama memberikan tutorial , keluhan yang paling umum adalah minimnya bekal ilmu / pengetahuan awal tetang matakuliah yang diambil, khususnya untuk matakuliah eksak, seperti

konsep dasar IPA SD . Menghadapi

kendala tersebut, tutor seringkali dituntut untuk lebih menerapkan model perkuliahan konvensional, meskipun model ini tidak diharapkan dalam sistem tutorial di UT. Disisi lain muatan kurikulum yang begitu padat , materi yang harus diselesaikan dalam 8 kali pertemuan cukup banyak (8 modul), tutor dituntut harus inovatif , kreatif dengan berpedoman pada prinsip dasar tutorial yang menjadi standar baku di UT.

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar

(6)

yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. (UPBJJ-UT Sby, 2009).

Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan adalah tentang mengajar di kelas, mobile, atau praktek mengawasi anak-anak. Seperti yang akan diuraikan pada subbab yang akan datang, model pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaksnya (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya. Penggunaan model pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain.

Penguasaan tutor terhadap model-model pembelajaran yang banyak diterapkan merupakan merupakan hal yang tidak bisa terhindarkan. Diantara model pembelajaran yang banyak dikembangkan, diantaranya adalah : pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran kooperatif (cooperative learning), dan pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning).

Pembelajaran langsung, yang bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi perilaku dan teori belajar sosial, telah dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar mahasiswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.

Pembelajaran kooperatif

merupakan suatu model pembelajaran di mana mahasiswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran (grouping investigation). Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran. pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada mahasiswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Mahasiswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, mahasiswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu,

Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat yang secara budaya semakin beragam, yang saling bergantung satu sama lain. Beberapa variasi dari model pembelajaran kooperatif adalah STAD (student team-achievment division), Teams-Games-Tournaments (TGT) Jigsaw Think-Pair-Share (TPS) Numberel-Head-Together (NHT), dan investigasi kelompok (grouping investigation).

Model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based

Instruction-PBL), merupakan pendekatan yang sangat

efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi, membantu mahasiswa memproses informasi yang telah dimilikinya, dan membantu mahasiswa membangun sendiri pengetahuannya tentang dunia sosial dan fisik di sekelilingnya. Pendekatan-pendekatan pada PBL bertumpu pada psikologi kognitif dan pandangan para konstruktivis mengenai belajar. Model ini mempunyai landasan pengetahuan yang dikembangkan dengan baik, dan meskipun rumit, tetap dapat dipelajari dan dilaksanakan oleh guru dengan petunjuk dan pelatihan yang cukup.

Implementasi pengguasaan model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas tutorial, dengan berbagai problem teknis yang dihadapi tutor dilapangan selama melakukan tugas sebagai tutor, dengan berbekal idealisme peran dan tugas tutor sebagaimana dirumuskan dan menjadi standar baku di UT. Maka dalam kesempatan ini akan di coba diterapkan suatu model pembelajaran berdasarkan masalah (PBL) dengan pendekatan investigasi kelompok (grouping

(7)

investigation) sebagai suatu integrasi

tindakan dalam pelaksanaan tutorial, dengan harapan akan dapat menjadi suatu model pendekatan tutorial yang tepat terlebih dapat meningkatkan kualitas proses tutorial dan hasil belajar mahasiswa untuk matakuliah tertentu yang dirasa sangat sulit untuk dipelajari, sebagai kasus adalah untuk matakuliah konsep dasar IPA SD. maka rumusan masalahnya sebagai berikut (1) Bagaimanakah hasil perangkat pembelajaran pendukung yang meliputi RAT, SAT, LKM, LEM, LPA Mahasiswa, LPA Tutor, dan LUB Mahasiswa yang mengacu pada model tutorial yang diterapkan (2) Bagaimanakah aktivitas tutor dan aktivitas mahasiswa siswa selama proses KBM berlangsung yang mengacu pada model tutorial yang diterapkan? (3) Bagaimanakah hasil belajar mahasiswa setelah kegiatan tutorial berlangsung yang mengacu pada model tutorial yang diterapkan? (3) Bagaimanakah respon mahasiswa terhadap model / pendekatan tutorial yang dikembangkan ?

B. Tujuan Penelitian

Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini. Tujuan-tujuan tersebut adalah: (1) Menghasilkan perangkat pembelajaran pendukung yang meliputi RAT, SAT, LKM, LEM, LPA Mahasiswa, LPA Tutor, dan LUB Mahasiswa yang mengacu pada model tutorial yang diterapkan ? (2) Meningkatkan aktivitas tutor dan aktivitas mahasiswa selama proses tutorial berlangsung yang mengacu pada model tutorial yang diterapkan? (3) Meningkatkan hasil belajar mahasiswa setelah kegiatan tutorial berlangsung yang mengacu pada model tutorial yang diterapkan? (4) Mengamati respon mahasiswa terhadap model/pendekatan tutorial yang dikembangkan ?

C. Manfaat Penelitian

Keberhasilan penelitian ini memberikan beberapa manfaat. (1) Bagi

Tutor tersedia contoh instrumen pendukung modul matakuliah konsep

dasar IPA SD yang inovatif dan memudahkan dalam pelaksanaan tutorial konsep dasar IPA SD. (2) Bagi Mahasiswa , hasil penelitian ini bagi

mahasiswa dapat dipakai sebagai bahan masukan tentang pemilihan model belajar atau strategi belajar yang tepat sesuai dengan karakteristik matakuliah yang ditempuh, juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil belajar, peningkatan prestasi belajar. (3) Bagi institusi UT, hasil penelitian sebagai masukan untuk peningkatan kualitas tutorial melalui penyiapan bahan ajar ” modul kuliah”, khusunya untuk matakuliah Kondas IPA SD.

D. Karakteristik Matakuliah Konsep Dasar

IPA SD

Matakuliah Konsep Dasar IPA SD ini dirancang secara khusus untuk mahasiswa PGSD program S1 , yang bersifat memperkaya dan memperluas wawasan keilmuan yang sangat bermanfaat bagi guru SD. Materi yang terkandung dalamnya adalah mengacu pada competency based curriculum untuk bidang IPA yang dikeluarkan oleh depdiknas.

Mata kuliah konsep Dasar IPA SD ini berisi tentang topik-topik ciri-ciri dan keanekaragaman makhluk hidup, mahkluk hidup dan lingkungannya, organ tubuh manusia, perkembangan makluk hidup, struktur tubuh pada manusia, makanan, kesehatan , penyakit dan pencegahannya, kinematika dan dinamika, materi dan sifatnya, gelombang dan bunyi, optik, listrik dan magnet serta bumi dan alam semesta. Matakuliah ini adalah merupakan mata kuliah konsep dasar IPA di SD. Dengan matakuliah ini mahasiswa diharapkan dapat Mampu menerapkan konsep-konsep dasar IPA dan mengembangkan konsep-konsep tersebut untuk pembelajaran di SD , mhs lebih memahami konsep dasar IPA dan terampil mengajar IPA di SD. (Yosafat Sunardi, dkk.UT. 2007)

Evaluasi belajar merupakan hal yang essensial dalam proses pembelajaran. Karena melalui evaluasi belajar tersebut , tingkat keberhasilan siswa dalam belajar dan tingkat efektivitas Kegiatan Belajar

(8)

Mengajar (KBM) yang dilakukan oleh dosen. Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan remediasi.

Mengingat Manfaat yang besar dari evaluasi, maka penyusunan alat evaluasi harus dilakukan dengan cermat. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa harus bersifat menyeluruh meliputi berbagai aspek yaitu kognitif, afektid, dan psikomotor. Aspek kognitif meliputi ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi (Gagne

et al, 1988). Oleh sebab itu perlu dibuat

alat evaluasi untuk aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Pengembangan alat evaluasi hasil belajar meliputi tes produk untuk mengukur ingatan, kinerja tradisional untuk mengukur pemahaman, kinerja proses untuk mengukur aspek kognitif yang lebih tinggi, tes psikomotor untuk mengukur keterampilan siswa, dan skala sikap untuk mengukur afektif.

II. Metode Penelitian

A.

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pokjar UT Kabupaten Ngawi. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2009-Nopember 2009.

B.

Subyek Penelitian

Mahasiswa Program S-1 PGSD Universitas Terbuka semester I masa ujian 2009.2, Tahap 2. Pokjar UT Kabupaten Ngawi.

C. Rencana dan Prosedur Penelitian

Metode atau langkah-langkah yang digunakan dalam pengembangan ini mengadaptasi model siklus pengembangan instruksional yang dikembangkan oleh Kemmis and Taggart (1999).

Gambar 2. Siklus PTK (Kemmis, 1999, dalam Wardani,IGAK, UT) Menurut Kemmis langkah-langkah tersebut dapat divisualisasikan seperti pada gambar 1. Siklus pengembangan instruksional tersebut meliputi fase :

planing, Action/ Observation, Reflective,

dan Recived Plan, merupakan kegiatan yang berkelanjutan dilakukan pada tiap fase di sepanjang siklus pengembangan tersebut. Setelah setiap fase, seharusnya dilakukan evaluasi atas hasil kegiatan tersebut, melakukan revisi, dan mendapatkan persetujuan untuk melanjutkan ke fase berikutnya (Kemmis, dalam Wardany, IGAK, UT).

III. Hasil Penelitian dan Pembahasan. A. Instrumen Pendukung Tutorial

Instrumen pendukung tutorial telah divalidasi. Dari data validasi tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui kelayakan instrumen dan hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10. Hasil Analisis Instrumen Pendukung Tutorial MK Kondas IPA SD

Indikator Persentase

(%) Kriteria

Kelayakan Isi 75,40 Baik Kebahasaan 76,32 Baik Penyajian 80,25 Baik Rata-rata 77,32 Baik Pla Reflect Action/Observa Recived Siklu Reflect Action/Observa Recived Siklus Reflect Action/Observa Recived Siklus

(9)

Hasil validasi oleh tutor sejawat pengampu matakuliah konsep dasar IPA SD diperoleh persentase rata-rata keseluruhan indiaktor sebesar 77,32 % dengan persentase tiap indiaktor >75 % hal ini berarti bahwa perangkat pembelajaran (RAT ,SAT, LKM dan LEM) yang telah dibuat sudah baik digunakan sebagai perangkat pembelajaran.

Dari segi kelayakan isi persentase yang diperoleh sebesar 75,40 % berarti perangkat pembelajaran mata kuliah kondas IPA SD (LKM dan LEM) yang telah divalidasi tersebut baik digunakan. Dari segi kebahasaan dari penulisan perangkat pembelajaran mata kuliah kondas IPA SD ini mendapat persentase sebesar 76,32 %, hal ini berarti perangkat pembelajaran yang telah dibuat ini sangat baik digunakan sebagai perangkat pembelajaran karena telah diupayakan sedemikian sehingga keruntutan, ketepatan tata bahasa dan ketepatan ejaan, dalam mendeskripsikan konsep/teori dalam perangkat pembelajaran fisika statistik sudah baik.

Dari segi penyajian dari penulisan pernagkat pemblajaran matakuliah mata kuliah kondas IPA SD ini nmendapat skor 80,25 %, hal ini berarti desain penyajian materi yang mencakup teknik penyajian, pendukung penyajian materi dan penyajian pembelajaran telah mendapat kreteria baik.

Gambar 1. Nilai tes selama 3 siklus

Gambar 2. Prosentase ketuntasan selama 3 siklus

B. Hasil Tes /Kuis

Dari hasil tes /kuis menunjukan terjadi peningkatan nilai rata-rata mahasiswa (lihat gbr 1), pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 masing-masing terjadi peningkatan sebesar 20,18 ; 27,33 dan 31,32 dari nilai pre tes (52,02). Peningkatan tersebut juga diikuti dengan peningkatan jumlah mahasiswa yang tuntas (lihat gbr 2) pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 masing-masing terjadi peningkatan sebesar 75,12 ; 84,89 dan 95,54 dari prrosentase awal (pretes). C. Aktivaitas Tutorial

Aktivitas mahasiswa selama tutorial matakuliah Kondas IPA SD ditunjukan pada gambar 3 , dibawah ini.

Pada siklus I aktivitas mahasiswa selama pembelajaran adalah 14,92% keaktifan, 3,87% kerjasama, 35,17% mengerjakan tugas, 22,58% mengajukan pertanyaan, 13,85% pemecahan masalah, 9,61% mengerjakan kuis.

Pada siklus II aktivitas mahasiswa selama pembelajaran adalah 16,13% keaktifan, 3,63% kerjasama, 34,5% mengerjakan tugas, 20,25% mengajukan pertanyaan, 14,52% pemecahan masalah, 10,97% mengerjakan kuis.

Pada siklus III aktivitas mahasiswa selama pembelajaran adalah 15,47% keaktifan, 4,30% kerjasama, 34,50%

(10)

mengerjakan tugas, 20,92% mengajukan pertanyaan, 14,52% pemecahan masalah, 10,30% mengerjakan kuis.

Gambar 3. Aktivitas Mahasiswa selama tutorial

D. Perkembangan Kelompok

Dari hasil perkembangan kelompok untuk setiap kelompok belajar / diskusi pada tiap kelas , dapat di analisis sebagi berikut (tabel 2), perkembangan kelompok setiap kelas , yang menunjukan hasil yang sangat baik, dimana pada kelas A terdapat 3 kelompok dengan predikat ”super team”, dan 3 kelompok dengan prediket ”great team”. Dan pada kelas B, terdapat 2 kelompok ”super team”, 3 kelompok ”great team” dan ada 1 kelompok good team. Demikian pula pada kelas C menunjukan prediket yang tebaik dibanding dengan kelompok semua kelompok menyandang prediket ”super team”. Hal ini di mungkinkan karena pada kelas C, kegiatan tutorial dengan waktu yang palin optimal. Tutorial kondas jam pertama biasanya dimulai di kelas B, kemudian kelas C dan terakhir kelas A. Sebelum jam pertama biasanya ada jam ke nol, untuk tutorial matakuliah yang lain,

sehingga sedikit mengganggu proses tutorial Kondas IPA SD.

Tabel 4.11. Perkembangan Kelompok selama 3 siklus

(Kelas A,B dan C)

E. Respon Mahasiswa

Kelayakan perangkat pembelajaran oleh mahasiswa dilihat dari hasil angket respon mahasiswa. Indikator yang terdapat pada angket respon mahasiswa adalah format media, kualitas media, kejelasan media, dan ketertarikan mahasiswa. Analisis data angket respon mahasiswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel.12. Ujicoba angket respon mahasiswa Indikator Persentase (%) Kriteria Format penulisan perangkat 79,90 Baik Kualitas perangkat 75,73 Baik Kejelasan perangkat 74,26 Baik Ketertarikan mahasiswa 83,08 Sangat baik Rata-rata 78,24 Baik

Hasil validasi perangkat pendukung tutorial (LKM dan LEM) oleh mahasiswa diperoleh persentase rata-rata keseluruhan indikator sebesar 78,24% dengan persentase tiap indikator 65%-80%. Hal ini berarti bahwa perangkat (RAT, SAT, LKM, LEM/RET) tutorial Kondas IPA

Penghargaan Kel

Kelas A Kelas B Kelas C

I Geat team Super team Super team II Geat team Good team Super team III Super team Super team Super team IV Super team Geat team Super team V Geat team Geat team Super team VI Super team Geat team Super team

(11)

SD, dapat dengan baik digunakan sebagai perangkat pendukung pelaksanaan tutorial.

F. Pengelolaan Tutorial

Adapun hasil penilaian lembar pengamatan pengelolaan pembelahjaran selama tiga siklus diperoleh persentase seperti pada gambar 5 dibawah ini, menunjukan bahwa dari siklus pertama, kedua, dan ketiga terdapat peningkatan terhadap pengelolaan tutorial, pada siklus I pengelolaan tutorial mendapatkan penilaian 71,02%, siklus II 80,19% dan siklus III 92,61%. Berdasarkan hasil di atas dapat dikatakan bahwa Tutor dalam mengelola tutorialnya sudah sangat baik.

Gambar 4. Pengelolaan Tutorial dengan pendekatan PBL

IV. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan.

Telah dibuat perangkat pendukung tutorial /modul (RAT, SAT, LKM dan LEM , RET) dan sudah divalidasi dari tutor sejawat dan mahasiswa peserta tutorial , menunjukan kreteria baik, dengan demikian instrumen tersebut dapat digunakan sebagai instrumen pendukung tutorial dengan rata-rata persentase keseluruhan indikator 78,24% dengan persentase tiap indikator >65% sehingga perangkat ini layak sebagai instrumen pendukung tutorial matakuliah Kondas

IPA SD, yang mengacu pada pendekatan tutorial yang diterapkan.

Aktivitas tutor dan aktivitas mahasiswa selama proses tutorial berlangsung yang mengacu pada model tutorial yang diterapkan, menujukan hasil yang meningkat pada tiap siklus ; pada siklus I pengelolaan tutorial mendapatkan penilaian 71,02%, siklus II 80,19% dan siklus III 92,61%. Perkembangan kelompok belajar mahasiswa pada setiap kelas juga sudah sangat baik, karena rata-rata kelompok mendapat perediket “super team” dan “good team”. Demikian pula aspek pengamatan selama kegitan tutorial juga menujukan hasil yang aktif dan kondusif.

Hasil belajar mahasiswa setelah kegiatan tutorial berlangsung yang mengacu pada model tutorial yang diterapkan, menunjukan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 masing-masing terjadi peningkatan sebesar 20,18 ; 27,33 dan 31,32 dari nilai pre tes (52,02). Peningkatan tersebut juga diikuti dengan peningkatan jumlah mahasiswa yang tuntas , pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 masing-masing terjadi peningkatan sebesar 75,12 ; 84,89 dan 95,54 dari prrosentase awal (pretes).

B. Saran

Untuk pengembangan berikutnya, menuju desain tutorial dengan suatu pendekatan pembelajaran yang inovatif, khususnya pada matakuliah Kondas IPA SD dimana materinya begitu padat (modul 1-6 materi biologi dan 7-12 materi fisika) dan jumlah tatap muka delapan kali, maka

bahan ajar , desain tutorial yang

dikembangkan dan tutor punya peran yang strategis. Kesulitan mahasiswa dalam tutorial Kondas IPA SD yang paling menonjol adalah pada penguasaan konsep fisika (modul 7-12), perlu ada koreksi penyajian materi khususnya pada modul 7 (konsep kinematika, dinamika partikel, contoh aplikasi: pesawat sederhana) , modul 8 (materi dan sifatnya : termal) dan modul 9 (konsep gelombang dan bunyi).

(12)

Daftar Pustaka

Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction

and Management. Boston: Allyn

and Bacon.

Depdiknas. 2004. Term of Reference

Proyek Pengembangan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Tahun anggaran 2004. Jakarta: depdiknas Ditjen Dikdasmen Direktorat Tenaga Kependidikan Proyek Pengembangan LPMP. Eggen. P.D., & Kauchak. D.P. 1996.

Strategies for Teacher. Teaching Contens and Thinking Skill.

Boston: allyn and Bacon.

Gagne, R.M. Briggs, L.J., & Wager,W.W. 1988. principles of Instructional

Design. Florida: Holt Rinchart and

Winston.

Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching

and Learning. Thousand Oaks,

California: Corwinn Press.

Kemp, J.E., Morrison, G.R., & Ross, S.M. 1994. Designing Effective Instructions. New York: Collage

Publishing Company.

Martin, R., Sexton, C., Wagner, K., & Gerlovich, J. 1997. Teaching

Science for All Children. Second

Edition. Boston: Allyn and Bacon. Soewondo, 2004, Pedoman

penyelenggaraan program S-1 PGSD . Jakarta. Universitas Terbuka. Winataputra, U.S (1997). Konsep dan Model Tutorial. Makalah tidak dipublikasikan . Jakarta. UT.

Slavin, R.E. 1997. Educational Psychology Theory and Practice.

Boston: Allyn and Bacon.

Tim UT Sby, 2009. Pedoman pelaksanaan

Tutorial UT. Surabaya. UPBJJ-UT

Surabaya. Tidak di publikasikan. Udin S. Winataputra, dkk. 2003. Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta : Pusat

Penerbitan Universitas Terbuka White, R.T. 1988. Learning Science.

Cambridge Massachusetts: Basil Blackwell Ltd.

Wolfolk, A.E. 1995. Educational Psychology. Sixth Edition. Boston:

Allyn and Bacon.

Wardani, IGAK. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Modul UT. Jakarta. Universitas Terbuka. Yosafat Sunardi, dkk. 1997. Konsep Dasar

(13)

HUBUNGAN ANTARA CARA BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN MATEMATIKA I

MAHASISWA S1 PGSD UNIVERSITAS TERBUKA Oleh:

Achmad Zainullah Abstrak

Masalah penelitian adalah “adakah hubungan antara cara belajar dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar pendidikan matematika 1 mahasiswa S1 PGSD ?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cara belajar dan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar pendidikan matematika 1. Subyek penelitian terdiri dari mahasiswa S1PGSD di Kabupaten Madiun yang telah menempuh matakuliah Pendidikan Matematika 1. Sampel diambil secara stratified random sampling sejumlah 122 mahasiswa. Data dikumpulkan melalui angket dan tes dan dianalisis secara deskriptif dan regresi sederhana dan ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara terpisah maupun bersama-sama, cara belajar dan motivasi berprestasi tidak berhubungan signifikan dengan prestasi belajar Pendidikan Matematika 1.

Kata kunci: cara belajar, motivasi berprestasi, prestasi belajar

Pendahuluan

Konsekwensi dari pembangun -an adalah pembaharu-an di berbagai bidang, salah satunya di bidang pendidikan. Untuk mempercepat laju pembangunan diperlukan sumber daya manusia (human resource) yang handal. Di bidang pendidikan sumber daya manusia sangat diperlukan, karena merupakan ujung tobak pembinaan dan peningkatan sumber daya manusia. Sumber daya manusia di bidang pendidikan khususnya guru sebagai mediator dan motivator anak didik perlu ditingkatkan kualitasnya. Program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1PGSD) merupakan program pemerintah dalam hal ini Depertemen Pendidikan Nasional untuk meningkatkan kualitas guru SD sehingga dapat melaksanakan tugas-nya secara professional (teacher’s professionalism). Menyadari pentingnya proses belajar mengajar untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan pengaturan cara belajar yang baik dan dorongan atau motivasi untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Rendahnya kesadaran maha-siswa untuk mengatur cara belajar yang baik dan kurangnya motivasi untuk ber-prestasi merupakan salah satu penghambat

untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Sistem belajar jarak jauh yang diterapkan di Universitas Terbuka yang menangani progran S1 PGSD menuntut mahasiswa untuk belajar mandiri. Tutorial yang dilaksanakan hanya untuk membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi modul. Mahasiswa S1 PGSD adalah guru SD yang memiliki pengalaman mengajar, masa kerja yang berbeda serta cara belajar dan motivasi yang cendrung berbeda pula. Hambatan yang dihadapi karena kesibukan pada pagi hari mereka harus mengajar dan pada siang hari mengikuti tutorial. Sebagai konsekuensinya mereka harus dapat mengatur cara belajar yang baik dan tentunya dorongan atau motivasi untuk berprestasi harus terus menerus ditumbuhkembangkan.

Matematika merupakan mata pelajaran yang mempunyai sifat khas apabila dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Karena itu dalam proses belajar mengajarnya diperlu-kan cara atau strategi yang berlainan pula dengan memperhatikan hakekat matematika. Matematika bersifat prerekuisit artinya setiap kosep yang dipelajari harus memperhatikan materi prasyaratnya.

(14)

Matematika berhubungan dengan struktur, simbol-simbol, aturan dan kebenaran-nya dikembangkan berdasarkan alasan yang logik dengan mengguna-kan pembuktian deduktif. Hodojo (1990) mengatakan bahwa mate-matika sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungan-hubungan, simbol-simbol diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetap-kan. Selanjutnya Karso dkk (2003) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti, dan semacamnya yang perlu kemampuan khusus bagi seorang guru.

Untuk menunjang keberhasil-an prestasi belajar persoalan yang menarik untuk dikaji adalah, “apakah ada hubungan antara cara belajar dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar pendidikan matematika 1 baik secara terpisah maupun bersama-sama?” Cara belajar dan motivasi berprestasi sebagai variabel bebas, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar pendidikan mate-matika 1. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara cara belajar dan motivasi berprerstasi dengan prestasi belajar pendidikan matematika 1 baik secara terpisah maupun secara bersama-sama. Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan kontri-busi atau bahan masukan dalam usaha meningkatkan prestasi belajar khususnya matakuliah pendidikan matematika 1 dan matakuliah lain yang relevan.

Kajian Pustaka

Proses Belajar Mengajar

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai mahasiswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar mensyaratkan terjadinya perubahan perilaku yang bersifat jangka panjang dan relative tetap dalam hal kecakapan, ketrampilan, dan sikap (Gredler : 1991). Hasil belajar yang merupakan kompetensi belajar direfleksikan oleh pembelajar dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Depdikbud, 1995); Depdiknas 2002). Proses belajar mengajar mahasiswa

S1PGSD UT dilaksanakan dengan sistem belajar jarak jauh dalam bentuk belajar mandiri dari modul yang diorganisir secara sistematis melalui tutorial. Bahan belajar dilakukan melalui media, seperti media cetak, kaset audio, dan alat praktek. Tutorial bertujuan membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari modul matakuliah dengan bimbingan seorang tutor.

Aktifitas tutorial dalam pembelajaran matematika perlu memperhatikan karakteristik yang dimiliki matematika, khususnya dalam proses pembelajarannya. Beberapa teori pendidikan tentang proses pembelajaran matematika, langkah-langkah pembelajaran, metode dan strategi belajar mengajar, serta evaluasi hasil belajarnya perlu dipahami mahasiswa. Mahasiswa dituntut belajar mandiri melalui modul dengan melakukan analisis materi esensial, mengembangkan pokok-pokok materi, menyimpulkan makna yang terkandung dalam materi, membuat rangkuman.

Belajar berkenaan dengan proses perubahan tingkah laku, sedangkan perubahan tingkah laku seseorang dipelajari melalui psikologi (Hudojo, 1990). Dalam belajar matematika perlu memper-hatikan hakekat matematika dan hakekat peserta didik. Pengetahuan awal

(prior knowledge) sangat penting dalam

mengatur strategi proses belajar mengajar.

Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika merupakan salah satu kajian yang selalu menarik untuk diperbincang-kan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakekat anak didik dengan hakekat matematika (Karso, 2003). Karakteristik yang dimiliki mate-matika diantaranya adalah bersifat deduktif, aksiomatik, formal, hirar-kis, abstrak,menggunakan bahasa simbol. Sedangkan anak didik khu-susnya di sekolah dasar cara berpikirnya belum formal, mereka berpikirnya masih berada pada tahapan konkret bahkan pra konkret. Karena adanya perbedaan karakteristik inilah diperlukan adanya kemampuan khusus dari seorang guru dalam pembelajaran untuk menjembatani

(15)

antara cara berpikir anak yang belum mampu berpikir secara deduktif dengan matematika yang bersifat deduktif. Pembelajaran matematika diperlukan model yang sesuai dengan karakteristik anak didik. Model-model pembelajaran matematika yang sesuai dengan karakteristik anak didik inilah yang harus dikuasai oleh guru dan dikembangkan dalam proses pem-belajaran matematika. Ruseffendi (1991) mengatakan bahwa penalaran dalam matematika mempunyai ciri-ciri yang amat baik dan cocok untuk melatih kebiasaan perilaku dan pola pikir anak.

Dalam pembelajaran mate-matika guru harus mengetahui tahapan perkembangan intelektual atau berpikir siswa. Menurut Karso dkk (1998) ada beberapa kekekalan matematika dalam perkembangan intelektual atau cara berpikir siswa seperti (1) kekekalan bilangan (banyak), (2) kekekalan materi (zat), (3) kekekalan panjang, (4) kekekalan luas, (5) kekekalan berat, (6) kekekalan isi, (7) tingkat pemaham-an. Semua kekekalan dan tingkat pemahaman ini harus dipahami dan dimengerti oleh guru agar dapat melakukan pembelajaran matematika dengan baik dan materi mudah dimengerti oleh anak didik. Dalam pembelajaran matematika harus diciptakan budaya belajar ‘learning how

to learn’ di samping prior knowledge.

Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika

Banyak perubahan tingkah laku yang diharapkan tidak tercapai karena adanya cara atau sistem belajar yang kurang tepat sehingga mempengaruhi pula hasil belajarnya. Hasil belajar yang dicapai seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya minat, kemauan, cara belajar, motivasi, kematangan dan faktor yang berasal dari luar seperti kontiguitas, latihan, penguatan, lingkungan belajar.

Kondisi belajar meliputi kondisi belajar intern dan kondisi belajar ekstern (Gagne dalam Natawidjaja, 1989). Kondisi belajar intern adalah unsur yang mem-pengaruhi prestasi belajar yang ada dalam diri seseorang, sedangkan kondisi belajar ekstern merupakan unsur yang

mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari luar diri seseorang. Kondisi belajar ini sangat diperlukan dan diperhitungkan dalam mencapai prestasi belajar ma-tematika, dan dalam kondisi belajar ini ada motivasi dan cara belajar baik yang berasal dari dalam diri seseorang maupun yang berasal dari luar atau lingkungan. Disamping itu faktor model pembelajaran ma-tematika yang sesuai dengan materi yang diajarkan, dan tahap-tahap yang harus dilakukan guru sesuai dengan tahap perkembangan intelektual atau berfikir siswa. Tahap-tahap dalam pembelajaran matematika yang dimaksud adalah tahap enaktif (enactive), tahap ikonik (iconic), dan tahap simbolik (symbolic) (Bruner dalam Hudojo, 1990).

Cara Belajar dan Motivasi

Belajar dengan giat dan sistematis tentu penting bagi seseorang yang ingin berhasil dalam prestasi belajarnya. Belajar harus diatur secara berencana agar supaya waktu, tenaga, dan fikiran dapat digunakan secara efektif dan efisien. Cara belajar mengandung asas keteraturan, disiplin, dan konsentrasi (The Liang Gie, 1988). Asas keteraturan mengandung makna bahwa seseorang melakukan kegiatan belajar secara berencana dan teratur setiap waktu, seperti mengikuti kegiatan belajar mengajar, membaca buku, membuat ringkasan, berdis-kusi, belajar kelompok. Asas disiplin adalah bahwa setiap belajar harus dilandasi disiplin yang tinggi atas dasar kemauan sendiri tanpa ada paksaan. Asas konsentrasi me-ngandung makna bahwa seseorang akan melakukan kegiatan belajar dengan penuh perhatian. Dengan asas keteraturan, disiplin, dan konsentrasi prestasi belajar akan mudah dicapai.

Cara belajar bukan bakat yang dibawa sejak kecil melainkan suatu kecakapan yang dimiliki seseorang dengan jalan latihan. Seseorang yang selalu mempraktekkan cara belajar yang baik setiap waktu, akan mempunyai kebiasaan belajar yang baik pula. Cara belajar yang baik akan memudahkan seseorang untuk belajar. Kesulitan belajar yang umumnya dihadapi oleh orang yang belajar adalah tidak

(16)

cukupnya pengetahuan mereka mengenai cara-cara belajar (Surakhmad, 1986). Seseorang yang menyediakan waktu secara sistematis untuk belajar, tidak menunda-nunda jika ada tugas, selalu berusaha membuat rangkuman merupakan indikator bahwa mereka telah menyusun cara belajar yang baik.

Seseorang melakukan sesuatu termasuk belajar selalu didorong oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan. Kekuatan pendorong yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu aktivitas tertentu dinamakan motif dan motif ini harus selalu dibangkitkan agar seseorang termotivasi untuk melakukan sesuatu. Merupakan kodrat manusia bahwa ia mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu karena alasan tertentu. Kekuatan pendorong yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai sesuatu tujuan disebut motif, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan timbulnya dan berlangsungnya motif itu sendiri disebut motivasi (Hodojo, 1988). Sejalan dengan pendapat tersebut Sardiman AM (1988) mengemuka-kan bahwa berawal dari kata motif, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak.

Dari berbagai batasan pengertian motivasi nampaknya kebutuhan menjadi dasar dari motivasi dan tujuan yang ada di dalamnya memberikan arah untuk mencapainya. Peranan motivasi adalah menimbulkan dorongan untuk bertingkah laku serta mempertahan-kan tingkah laku itu dengan berorientasi kepada tujuan. Dengan demikian cara belajar yang baik yang dilakukan seseorang erat hubungan--nya dengan motivasi untuk mencapai prestasi. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa cara belajar yang baik dan diikuti oleh motivasi yang berkelanjutan atau terus menerus dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar seseorang.

Berdasarkan kajian teori hipotesis penelitian adalah cara belajar dan motivasi berprestasi secara terpisah maupun bersama-sama memiliki

hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar pendidikan matematika 1. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Madiun dengan subyek penelitian adalah mahasiswa S1PGSD yang tersebar di 5 kecamatan, yaitu Kebonsari, Dolopo, Geger, Kertosari, dan Kecamatan Tiron dengan 3 angkatan yaitu mahasiswa yang telah menempuh matakuliah Pendidikan Matematika 1 masa registrasi 2001.1, 2002.1, dan 2003.1 baik yang sudah lulus maupun yang mengulang. Sampel dilakukan dengan stratified randum sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan angket untuk variabel cara belajar dan motivasi berprestasi, sedangkan prestasi belajar dilakukan dengan tes. Proses pengembangan instrumen untuk variabel cara mengajar dilakukan dengan melihat indikator-indikator: mengatur waktu belajar, mengikuti tutorial, membaca modul, membuat catatan/ringkasan, menghafal dan memahami materi modul. Bentuk alat ukurnya menggunakan skala penilaian. Perumusan setiap itemnya dilengkapi dengan 3 pilihan yaitu: ya, kadang-kadang, dan tidak. Skor untuk pilihan jawaban tergantung pada bentuk pernyataan itemnya. Untuk pernyataan positif, skor 3 (ya), 2 (kadang-kadang), 1 (tidak). Sedang-kan untuk pernyataan negatif skornya adalah sebaliknya, 1 (ya), 2 (kadang-kadang), 3 (tidak). Jumlah skor keseluruhan item untuk masing-masing responden menyatakan yang bersifat mendukung gagasan. Sedangkan jumlah itemnya sebanyak dengan penyebaran pada setiap aspeknya.

Angket motivasi berprestasi disusun dan dikembangkan sesuai konsep yang telah dibahas dalam tinjauan pustaka. Indikator-indikator motivasi berprestasi meliputi: keinginan untuk maju/berprestasi, bekerja keras, rasa ingin tahu, senang berkompetisi/bersaing, tekun mengerjakan sesuatu, dorongan untuk bertanya, keinginan untuk berdiskusi, dorongan untuk memecahkan masalah. Bentuk alat ukurnya adalah skala penilaian model Likert, dengan 5 pilihan

(17)

jawaban yaitu: selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Skor untuk masing-masing pilihan tergantung pada bentuk pernyataan itemnya. Untuk pernyataan positif skornya 5 (selalu), 4 (sering), 3 (kadang-kadang), 2 (jarang), 1 (tidak pernah). Untuk pernyataan negatif skornya sebaliknya yaitu 1 (selalu), 2 (sering), 3 (kadang-kadang), 4 (jarang), 5 (tidak pernah).

Tes prestasi belajar pendidikan matematika 1 disusun berdasarkan modul matakuliah pendidikan matematika 1 termasuk pengayaannya. Bentuk tes adalah pilihan jawaban berganda. Setiap item dilengkapi dengan 4 pilihan salah satu diantaranya adalah jawaban yang benar/kunci jawaban. Responden yang menjawab benar diberi skor 1, dan yang salah diberi skor 0 untuk masing-masing item. Jumlah skor keseluruhan item untuk masing-masing responden, me-nunjukkan tingkat penguasaan responden terhadap materi tes.

Intrumen penelitian diuji-cobakan, selanjutnya dilakukan analisis item pada setiap instrumen. Instrumen cara belajar dan motivasi berprestasi analisis item dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi product

moment. Suatu item dikatakan valid,

apabila nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel pada taraf signifikan yang dipilih yaitu 5%. Untuk mencari koefisien reliabilitasnya menggunakan

koefisien alpha. Instrumen tes dilakukan

dengan melihat hasil koefisien korelasi

dwiserial point antara skor item ke-i

dengan skor total tes. Untuk mencari koefisien reliabilitasnya menggunakan KR-20. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi seder-hana dan ganda. Regresi sederhana dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi hubungan variabel bebas dengan variabel terikat secara terpisah, dan regresi ganda dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi hubungan variabel bebas dengan variabel terikat secara bersama-sama.

Pengujian hipotesis digunakan uji " F “ dan untuk keperluan model regresi digunakan statistik “ Uji-t”. Uji independen dan linieritas regresi digunakan analisis varians.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Deskripsi Cara Belajar

Distribusi frekuensi data variabel cara belajar dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Variabel Cara Belajar No Interval Kelas Freku ensi Freku ensi Komu latif 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 68 – 71 72 – 75 76 – 79 80 – 83 84 – 87 88 – 91 92 – 95 1 2 8 31 41 27 102 1 3 11 42 83 110 122 Jumlah 122

Skor terendah yang dicapai adalah 68 dan skor tertinggi adalah 95. Skor rerata sebesar 85,47, standar deviasi 4,64, median 86, dan modus 83. Apabila data diklasifikasikan menjadi 3 kelompok maka terdapat 2,4 % (skor 68 – 76) responden yang mempunyai tingkat cara belajar rendah, 46 % (skor 77 – 85) responden yang mempunyai tingkat belajar sedang, 51,5 % (skor 86 – 95) responden yang mempunyai tingkat cara belajar tinggi.

Deskripsi Motivasi Berprestasi

Distribusi frekuensi motivasi berprestasi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi No Interval Kelas Frekuen si Frekuen si Komula tif 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 67 – 71 72 – 76 77 - 81 82 - 86 87 – 91 92 – 96 97- 101 12 18 24 24 27 12 5 12 30 54 78 105 117 122 Jumlah 122

(18)

Dari data tersebut pada tabel 2 menunjukkan bahwa skor terendah 67 dan skor tertinggi 98. Skor rerata 82,47, standar deviasi 8,039, median 82, dan modus 89. Apabila data diklasifikasikan menjadi 3 kelompok terdapat 27,2% (skor 67 – 77) responden yang mempunyai motivasi berprestasi rendah, 43,6% (skor 78 – 88) responden yang mempunyai tingkat motivasi berprestasi sedang, dan 29,3% (skor 89 – 98) responden yang mempunyai tingkat motivasi berprestasi tinggi.

Deskripsi Prestasi Belajar

Diskripsi prestasi belajar pendidikan matematika 1 dapat dili-hat pada tabel berikut.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Pendidikan

Matematika 1 No Interval Kelas Frekuen si Frekuensi Komulatif 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 11 – 14 15 – 18 19 – 22 23 – 26 27 – 30 31 – 34 35 -- 38 2 23 33 39 18 6 1 2 25 58 97 115 121 122 Jumlah 122

Dari data pada tabel 3 di atas skor terendah 11 dan skor tertinggi 38. Skor rerata 22,87, standar deviasi 4,83, modus 18, dan median 23. Apabila data diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, terdapat 26,1% (skor 11- 28) responden yang mempunyai tingkat trestasi belajar rendah, 59,9% (skor 20 – 28) responden yang mempunyai tingkat prestasi belajar sedang, dan 14% (skor 29 – 37) responden yang mempunyai tingkat prestasi belajar pendidikan matematika 1 yang tinggi.

Pengujian Persyaratan Analisis Pengujian Asumsi Normalitas

Variabel yang diuji sebaran normal datanya adalah cara belajar, motivasi berprestasi, dan prestasi belajar pendidikan matematika 1. Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan data yang diperoleh harga chi-kudrat hitung untuk masing-masing variabel lebih kecil dari harga chi-kuadrat tabel pada taraf signifikan 5% dengan derajat bebas 4,

maka sebaran data untuk masing-masing variabel berdistribusi normal.

Pengujian Asumsi Linieritas

Variabel yang akan diuji linieritasnya adalah cara belajar (X1) dan

motivasi berprestasi (X2) terhadap

prestasi belajar pendidikan matematika 1 (Y).

(1) Uji linieritas Prestasi Belajar Pendidikan Matematika 1(Y) terhadap Cara Belajar (X1).

Berdasarkan data yang diperoleh persamaan regresi prestasi belajar pendidikan matematika 1 (Y) atas cara belajar (X1) adalah: Ý = 16,945

+ 0,069 X1,

Sedang nilai r 2 = 0,0042. Ini berarti hanya 0,42% data yang dapat dijelaskan oleh model linier yang dipakai. Dengan demikian data yang diuji tidak linier.

(2) Uji linieritas prestasi belajar Pendidikan Matematika 1 (Y) atas motivasi berprestasi

(X2). Berdasarkan data yang

diperoleh persamaan regresi prestasi belajar Pendidikan Matematika 1 (Y) atas motivasi berprestasi (X2) adalah

Ý = 21,911 + 0,0116 X2. Sedang nilai

r2 = 0,01397. Ini berarti bahwa hanya 1,3% data yang dapat dijelaskan oleh model linier yang dipakai. Dengan demikian data yang diuji tidak linier. Pengujian Hipotesis

Hasil analisis data yang diperoleh persamaan regresi prestasi belajar Pendidikan Matematika 1 (Y) atas cara belajar (X1) dan motivasi

berprestasi (X2) adalah:

Ý = 14,9367 + 0,03003 X1 + 0,06505

X2. Sedang F hitung diperoleh sebesar

0,8879 dan R2 = 0,01470. Harga F tabel

untuk dk. pembilang = 2 dan dk. penyebut = 119 pada taraf signifikansi 5% sebesar 1,66. Dengan demikian harga F hitung lebih kecil dari harga F tabel. Ini

berarti F hitung berada di bawah batas

penolakan, maka hipotesis penelitian ditolak. Dapat disimpulkan bahwa cara belajar dan motivasi berprestasi secara bersama-sama tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar pendidikan matematika 1.

(19)

Dari hasil perhitungan harga koefisien determinasi sebesar 0,014703, hal ini berarti hanya 1,47% variansi prestasi belajar pendidikan matematika 1 dapat ditentukan oleh cara belajar dan motivasi berprestasi secara bersama-sama. Hasil perhitungan nilai F hitung

sebesar 20,6554 dan lebih besar dari F

tabel sebesar 1,75 dan bentuk regresi cara

belajar dengan prestasi belajar pendidikan matematika 1 tidak linier. Ini berarti bahwa cara belajar tidak berhubungan signifikan dengan prestasi belajar pendidikan matematika 1. Dari data yang ada juga diperoleh nilai r2 sebesar 0,0042. Jadi hanya 0,42% variansi prestasi belajar pendidikan matematika 1 dapat ditentukan oleh cara belajar, suatu prosentase yang sangat rendah atau sangat kecil. Hasil perhitungan nilai F hitung sebesar 21,445

lebih besar dari F tabel sebesar 1,68.

Karena F hitung lebih besar dari F tabel

maka bentuk regresi motivasi berprestasi dengan prestasi pendididkan matematika1 tidak linier. Ini berarti bahwa motivasi berprestasi tidak berhubungan signifikan dengan prestasi belajar pendidikan matematika 1. Nilai r2 sebesar 0,01397 berarti hanya 1,3% variansi prestasi belajar pendidikan matematika1 dapat ditentukan oleh motivasi berprestasi.

Ada beberapa faktor dalam penelitian ini yang diabaikan yang mungkin atau cendrung berpengaruh terhadap prestasi belajar seseorang diantaranya intelegensi, bakat, sistem penyampaian materi, pengalaman belajar dan pengalaman yang lampau yang menjadi prasyarat. Menurut Gagne (1985) belajar adalah proses perubahan dalam diri manusia karena pengalaman. Demikian pula pengalaman mengajar bagi guru SD sangat menentukan proses dan cara belajarnya karena dapat memilih sumber belajar yang baik. Demikian pula faktor lingkungan sangat mempengaruhi proses belajar yang diyakini oleh kaum behavioris sangat mempengaruhi perkembangan individu karena interaksinya. Dworetzky (1990) mengatakan bahwa kaum behavioris mempercayai bahwa potensi individu akan berkembang berdasarkan hasil interaksinya dengan lingkungan. Masih

banyak faktor yang mem-pengaruhi individu dalam mencapai prestasi belajarnya.

Jika diperhatikan hasil perhi-tungan koefisien determinasi dari masing-masing variabel ternyata sangat kecil. Ini menunjukkan bahwa cara belajar dan motivasi berprestasi baik secara bersama-sama maupun terpisah mempunyai pengaruh yang sangat kecil terhadap prestasi belajar pendidikan matematika 1, sehingga dikategorikan tidak berhubungan signifikan. Cara belajar dan motivasi seseorang dalam meraih prestasi belajar bervariasi. Demikian pula cara belajar dan motivasi mahasiswa S1PGSD UT bervariasi. Terlebih lagi dalam belajar matematika yang banyak menggunakan simbol-simbol dan pola pikir yang deduktif, serta memiliki materi prasyarat untuk memahami suatu konsep.

Kesimpulan dan Saran

(1) Cara belajar dan motivasi ber-prestasi secara bersama-sama tidak berhubungan signifikan dengan prestasi belajar pendidikan matematika 1. Persamaan regresi prestasi belajar pendidikan matematia 1 (Y) atas cara belajar (X1) dan Motivasi berprestasi (X2)

adalah: Ý = 14,9367 + 0,03003 X1

+ 0,06505 X2 . Koefisien diterminasi

r2 = 0,01470265. Ini berarti hanya ada 1,47% variansi prestasi belajar pendidikan matematika 1 ditentukan oleh cara belajar dan motivasi berprestasi secara bersama-sama dengan asumsi variabel lain diabaikan.

(2) Cara belajar tidak berhubungan signifikan dengan prestasi belajar pendidikan matematika 1. Persamaan regresi prestasi belajar pendidikan matematika 1 (Y) dengan cara belajar (X1) adalah: Ý =

16,945 + 0,0693 X1. Koefisien

determinasi r2 = 0,0042. Ini berarti hanya 0,42% variansi prestasi belajar pendidikan matematika 1 ditentukan oleh cara belajar, suatu prosentase yang sangat kecil. (3) Motivasi berprestasi tidak

berhubungan signifikan dengan prestasi belajar pendidikan

(20)

matematika1. Persamaan regresi prestasi belajar pendidikan matematika 1 (Y) dengan motivasi berprestasi (X2) adalah: Ý = 21,911

+ 0,0116 X2. Koefisien determinasi

r2 = 0,01397. Ini berarti hanya ada 1,39% variansi prestasi belajar pendidikan matematika 1 ditentukan oleh motivasi ber-prestasi, suatu prosentase yang sangat kecil, dengan asumsi variabel lain diabaikan.

Dari kesimpulan hasil penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjutan baik dengan variabel yang sama maupun dengan variabel lain yang sejenis sehingga dihasilkan penelitian yang lebih akurat, valid, dan lebih baik.

Daftar Pustaka

Dwiretzky, J.P (1990). (1990) Introduction

to Child Development. New York:

West Publishing Company

Depdikbud. (1995) Kurikulum Pendidikan

dasar: Garis-garis Besar Program Pengajaran, Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas, (2002) Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993) Katalog Progran Penyetaraan D2PGSD Universitas Terbuka, Jakarta

--- (1991) Panduan Tutorial Program Penyetaraan D2 PGSD. Jakarta --- (1991) Sistem Penyelenggaraan Program Penyetaraan D2 Guru Sekolah Dasar. Jakarta.

Djaali, H. (1987) Penilaian Pendidikan. FMIPA IKIP Ujung Pandang. Gagne, R.M (1985). The condition of

Learning and Theory of Instruction.

Canada:Rinehart and Winston Inc.

Gredler, M.E.B (1991) Belajar dan Membelajarkan, Jakarta: Rajawali Pers.

Hudojo, H. (1990) Strategi Belajar

Mengajar Matematika. IKIP Malang

Karso dkk (2003) Pendidikan Matematika I Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Ruseffendi, E.T. (1991) Pendidikan Matematika 1. Proyek Penataran

Guru SD Setara D2. Jakarta

__________ (1991) Pendidikan Matematika 3 Proyek Penataran

Guru SD Setara D2.Jakarta

Natawidjaja, R & Maleong L.J (1989)

Psikologi Pendidikan. Jakarta

Sardiman A.M (1989) Interaksi dan

Motivasi Belajar Mengajar.

Yogjakarta

Subroto, S (1983) Sistem Pengajaran

dengan Modul. Yogyakarta

Sudjana (1992) Metode Statistika. Tarsito. Bandung

Sastrawijaya,T (1988) Preses Belajar

Mengajar di Perguruan Tinggi.

Depdikbud Dirjen Dikti. Jakarta The Liang Gie (1988) Cara Belajar yang

Efektif. Tarsito. Bandung

Utomo, T & Kees Ruijter (1989).

Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan Gramedia. Jakarta

Surakhmad, W (1987) Strategi Belajar

Mengajar. Gramedia. Jakarta

Vembrianto, S.T (1991). Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta

(21)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang secara cepat di era globalisasi. Era globalisasi merupakan suatu kemajuan di segala bidang, termasuk juga sumber daya manusia. Dengan kema-

juan sumber daya manusia akan lebih mudah dalam melaksanakan tugas dan kegiatan sehari-hari. Kemajuan suatu masyarakat cendrung pada perubahan tingkat kehidupan yang lebih sempurna yang ditandai dengan beberapa penemuan yang dapat memberi beberapa kemudahan juga.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DALAM MENYAJIKAN DATA KE BENTUK GRAFIK MELALUI PENGGUNAAN METODE DISKUSI

PADA PRODI BAHASA INGGRIS FKIP UNIRA PAMEKASAN Mohammad Harijanto

ABSTRAK

Bagaimana upaya peningkatan hasil belajar mahasiswa dalam Menyajikan Data ke Bentuk Grafik melalui penggunaan metode diskusi Pada Prodi Bahasa Inggris FKIP Unira Pamekasan. Tujuan yang ingin dicapai adalah mendeskripsikan hasil belajar dalam menyajikan data ke bentuk grafik pada Prodi Bahasa Inggris FKIP Unira Pamekasan dan langkah-langkah penggunaan metode diskusi dalam mempertinggi aktivitas dan tingkat penguasaan dalam menyajikan data ke bentuk grafik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Hasil penelitian siklus satu dalam hal merumuskan masalah berdasarkan topik bahasan dan tujuan perkuliahan termasuk kategori muncul, dalam hal identifikasi masalah termasuk kategori muncul, analisis masalah termasuk kategori muncul, analisis masalah atau topik yang sedang dibicarakan termasuk kategori tidak muncul, penyusunan laporan termasuk kategori tidak muncul, presentasi kelompok termasuk kategori tidak muncul, menyimpulkan hasil diskusi termasuk kategori muncul. Sedangkan hasil penelitian pada siklus dua dalam hal merumuskan masalah berdasarkan topik bahasan dan tujuan perkuliahan termasuk kategori muncul, identifikasi masalah termasuk kategori muncul, analisis masalah termasuk kategori muncul, analisis masalah atau topik yang sedang dibicarakan termasuk kategori muncul, penyusunan laporan termasuk kategori muncul, presentasi kelompok termasuk kategori muncul, menyimpulkan hasil diskusi termasuk kategori muncul. Rata-rata hasil tes pada siklus I = 5,81. Rata-Rata-rata hasil tes siklus II = 7,00. Ada 9 diantara 16 mahasiswa pada siklus I berhasil dalam belajarnya, 14 diantara 16 mahasiswa pada siklus II berhasil dalam belajarnya. Pada siklus I sebanyak 7 dari 16 mahasiswa memperoleh nilai rendah, pada siklus II sebanyak 2 diantara 16 mahasiswa memperoleh nilai rendah. Karena itu disarankan bahwa dalam merumuskan masalah berdasarkan topik bahasan dan tujuan perkuliahan hendaknya diarahkan pada tujuan perbaikan perkuliahan agar hasil belajar tercapai secara maksimal, dalam mengidentifikasi masalah hendaknya diacukan pada sub-sub persoalan yang ditemukan dalam perkuliahan, analisis masalah hendaknya dilengkapi dengan uraian-uraian sampai pada bagian yang sekecil-kecilnya, analisis masalah atau topik pembahasan hendaknya disusun sebelumnya sehingga dalam pengelompokan mahasiswa dapat diarahkan pada pengelompokan atas dasar kesamaan minat, penyusunan laporan hendaknya mendapatkan arahan dari pembelajar secara intensif agar dapat dipresentasikan dengan baik oleh wakil-wakil kelompok, dalam presentasi kelompok hendaknya pembelajar bertindak sebagai moderator agar pada saat memasuki tanggapan pembicaraan tidak didominasi oleh salah seorang mahasiswa, dan dalam menyimpulkan hasil diskusi hendakmya memberi peluang pada mahasiswa untuk membuat catatan penting.

Gambar

Gambar 2. Siklus PTK  (Kemmis, 1999,  dalam Wardani,IGAK,  UT)  Menurut  Kemmis  langkah-langkah  tersebut  dapat  divisualisasikan  seperti  pada  gambar  1
Gambar 1. Nilai tes selama 3 siklus
Gambar  3.  Aktivitas  Mahasiswa  selama  tutorial
Gambar 4. Pengelolaan Tutorial dengan   pendekatan PBL
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa tugas akhir penulisan skripsi dengan judul PENERAPAN AKAD MUDHARABAH DI PERBANKAN SYARIAH (Studi lapangan di Bank Muamalat

Selain bentuk-bentuk reduplikasi peneliti juga menganalisis makna reduplikasi pada karangan yang meliputi; kata ulang bermakna ‘banyak’, menyatakan makna ‘tak

Mengagihkan jenis-jenis pertandingan yang melibatkan persatuan/ kelab akademik kepada ketua panitia/guru persatuan/kelab Arahan Kementerian Arahan

1dkins men$elaskan mengenai apa yang men$adi tugas dari teori kritis menurut pandangan )orkheimer. Dalam hal ini, kata yang menga+u pada tugas saya anggap sebagai

yan ang g ak akan an se seiim mba bang ng de deng ngan an ar arus us k kas as m mas asuk uk y yan ang g dihasilkan dari in!estasi" rus kas yang mengambil

materi; (3) menambahkan metode belajar diskusi; (4) menyiapkan media pembelajaran audiovisual sebelum mulai pembelajaran; (5) menyusun lembar pemantau aktivitas guru dan siswa

Efektivitas penggunaan model pem- belajaran LC 3E dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi varia- bel dan mendeskripsikan hubungan antar variabel dianalisis