• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERILAKU DAYA BELI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PRODUK AIR REVERSE OSMOSIS (RO) DENGAN MENGGUNAKAN METODE WILLINGNESS TO PAY (WTP) (Studi Kasus Masyarakat Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA PERILAKU DAYA BELI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PRODUK AIR REVERSE OSMOSIS (RO) DENGAN MENGGUNAKAN METODE WILLINGNESS TO PAY (WTP) (Studi Kasus Masyarakat Surabaya)."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN MENGGUNAKAN METODE WILLINGNESS TO PAY (WTP) (Studi Kasus Masyarakat Surabaya)

SKRIPSI

Oleh :

ARI YUSTIKAWATI 0332015045

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, inayah, dan petunujukNya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul : “Analisa Perilaku Daya Beli Masyarakat Surabaya Terhadap Produk Air Reverse Osmosis (Ro) Dengan Menggunakan Metode Willingness To Pay (WTP). (Studi Kasus Masyarakat Surabaya Barat)”.

Adapun Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik di jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan karena tidak lepas dari bimbingan pengarahan, petunjuk, dan bantuan dari berbagai pihak yang membantu dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis tidak lupa untuk menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran“ Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Mochammad Tutuk Safirin, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Manajemen Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Ir. Budi Santoso, MMT, selaku dosen Pembimbing I 4. Ibu Dira Ernawati, ST, MT. selaku dosen Pembimbing II

5. Bapak, Ibu, Kakakku dan keluarga besarku yang memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan laporan tugas akhir.

(3)

Sungguh Penulis menyadari bahwa penulisan laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun penyajiannya, bak kata pepatah tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis akan berlapang dada dan berbesar hati, apabila memberikan saran – saran perbaikan untuk penyempurnaan laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata semoga laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surabaya, 3 Juni 2008

(4)

LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 4

I.3 Batasan Masalah ... 4

I.4 Asumsi ... 5

I.5 Tujuan ... 5

I.6 Manfaat Penelitian ... 5

I.7 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen ... 8

2.1.1 Perilaku Konsumen adalah Dinamis ... 8

2.1.2 Perilaku Konsumen Melibatkan Interaksi ... 8

2.1.3 Perilaku Konsumen Melibatkan Pertukaran ... 9

(5)

2.2.3 Keistimewaan Air R.O ... 11

2.2.4 Kelebihan Sistem Reverse Osmosis Dibandingkan Dengan Sistem Lainnya ... 12

2.3 Willingness To Pay (W.T.P) ... 14

2.4 Contingent Valuation (C.V) ... 15

2.4.1 Bidding Games ... 16

2.4.2 Take it or Leave it ... 16

2.4.3 Trade – Off – Games ... 17

2.4.4 Costless Choice ... 17

2.4.5 Teknik Delphi ... 17

2.5 Teori Sampling ... 19

2.5.1 Keuntungan Menggunakan Sampel ... 19

2.5.2 Rancangan Sampling ... 20

2.5.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 22

2.5.3.1 Probability Sampling ... 22

2.5.3.2 Non – Probability Sampling ... 26

2.5.4 Kesalahan Sampling dan Kesalahan Non – sampling ... 30

2.6 Angket (Quetioner) ... 32

2.7 Skala Likert ... 34

2.8 Uji Kecukupan Data ... 35

2.9 Uji Validitas ... 36

(6)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

3.2 Identifikasi variabel ... 45

3.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 46

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 46

3.4.1 Penyusunan dan Penyebaran Kuisioner ... 46

3.4.2 Metode Sampling ... 47

3.4.3 Cara Pengambilan Sampel ... 48

3.5 Metode Pengolahan Data ... 48

3.5.1 Uji Kecukupan Data ... 51

3.5.2 Uji Validitas ... 52

3.5.3 Uji Reliabilitas ... 53

3.5.4 Perhitungan WTP ... 55

3.5.5 Clustering ... 56

3.5.6 Crosstab ... 56

3.5.7 Analisa Regresi ... 56

3.5.8 Pengembangan Skenario WTP ... 57

(7)

4.2 Pengolahan Data ... 64

4.2.1 Pra Pengolahan Data ... 64

A. Uji Validitas ... 65

B. Uji Reliabilitas ... 66

4.2.2 Identifikasi (Deskriptif) Responden ... 67

4.2.3 Willingness To Pay ... 69

4.2.4 Pengelompokkan Berdasarkan WTP ... 73

4.2.5 Komposisi Tiap Kelompok (Cluster) ... 74

4.2.6 Model WTP ... 76

4.2.7 Pengujian Asumsi Klasik ... 77

4.2.7.1 Pengujian Asumsi Multikolinieritas ... 77

4.2.7.2 Penugjian Asumsi Heteroskedasitas ... 79

4.2.7.3 Pengujian Linieritas ... 80

4.2.7.4 Pengujian Non Autokorelasi ... 81

4.2.7.5 Pengujian Asumsi Normalitas ... 81

4.2.8 Skenario Informasi Air R.O (Reverse Osmosis) ... 77

4.3 Analisa dan Pembahasan ... 85

4.3.1 Analisa Deskriptif ... 85

(8)

5.2 Saran ... 89

(9)

Gambar 2.1 Teknik Sampling ... 22

Gambar 2.2 Teknik Sampling Kluster Berdasarkan Daerah atau Wilayah ... 25

Gambar 2.3 Teknik snowball Sampling ... 30

Gambar 4.1 Deskriptif Responden ... 67

Gambar 4.2 Perbandingan WTP Terhadap Karakteristik Jenis Kelamin ... 70

Gambar 4.3 Perbandingan WTP Terhadap Karakteristik Usia ..………... 70

Gambar 4.4 Perbandingan WTP Terhadap Karakteristik Pendidikan ... 71

Gambar 4.5 Perbandingan WTP Terhadap Karakteristik Pekerjaan …...…... 71

Gambar 4.6 Perbandingan WTP Terhadap Karakteristik Pendapatan …... 72

Gambar 4.7 Perbandingan WTP Terhadap Karakteristik Rata – rata Pembelian ... 72

Gambar 4.8 Perbandingan WTP Terhadap Karakteristik Kandungan Air ... 73

Gambar 4.9 Pengujian Heteroskedastisitas ………...….…... 79

Gambar 4.10 Pengujian Linieritas ……….…...……….…... 80

Gambar 4.11 Pengujian Asumsi Normal ...……..……….…... 82

(10)

membutuhkan perhatian ekstra, tak mudah mendapatkan air tanah yang memenuhi syarat kesehatan. Salah satu solusi yang paling masuk akal mengatasi problem air bersih adalah dengan memanfaatkan teknologi ultraviolet (UV) dan Reverse Osmosis (R.O) yang biasa disebut air R.O. Untuk daerah Surabaya, informasi yang terkait dengan masalah keamanan penggunaan air R.O belum tersampaikan secara benar ke Masyarakat.

Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka permasalahan yang muncul berapakah nilai WTP masyarakat terhadap air Reverse Osmosis (RO), dan berapakah nilai WTP masyarakat apabila ada skenario jumlah air Reverse Osmosis (RO) banyak dan mudah dijangkau oleh warga, serta faktor – faktor apakah yang berpengaruh dan besar pengaruh tersebut nilai WTP masyarakat.

Nilai WTP Masyarakat terhadap air R.O (Reverse Osmosis) adalah pada rentang nilai antara Rp 5.772,73 hingga Rp 8.733,33. Nilai WTP tidak terlalu banyak berubah dengan adanya skenario jumlah air R.O (Reverse Osmosis) banyak dan mudah dijangkau meskipun probabilitas WTP mengalami sedikit peningkatan, dimana nilai WTP skenario tidak berbeda jauh dengan nilai WTP initial. Pergeseran ini disebabkan dengan skenario tersebut maka daya beli masyarakat di daerah Surabaya barat semakin tinggi, hal ini sesuai dengan pengaruh positif pendapatan yang tinggi terhadap nilai WTP. Faktor yang berpengaruh positif terhadap WTP adalah usia, jenis pekerjaan, pendapatan, rata-rata pembelian dan kandungan air minum. Sedangkan yang berpengaruh negatif adalah jenis kelamin dan pendidikan. Berdasarkan faktor – faktor yang ada maka di butuhkan pengembangan informasi air R.O (Reverse Osmosis) dan meningkatkan manajemen pemasarannya, khususnya daerah Surabaya Barat.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pencemaran lingkungan merupakan bentuk dari proses penurunan kualitas

lingkungan hidup yang dapat direfleksikan dengan menurunnya tingkat kesehatan

masyarakat. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat akan menimbulkan biaya

bagi setiap individu untuk mengantisipasinya. Masalah lingkungan juga tengah

menjadi isu global baik dinegara maju maupun negara berkembang, baik

pemerintah maupun masyarakat telah dan terus memberikan perhatian yang serius

pada masalah tersebut.

Dunia semakin menyadari bahwa krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini

membutuhkan perhatian ekstra, tak mudah mendapatkan air tanah yang memenuhi

syarat kesehatan. Kualitas air tanah cenderung menurun, demikian dengan sumber

– sumber air baku yang lain, seperti sungai, danau dan sebagainya.

Dalam persoalan simposium Pengembangan Surabaya Metropolitan area

dengan topik air baku yang diadakan ITS, proyeksi kebutuhan air baku di

Surabaya dari tahun ke tahun terus meningkat. Sementara itu, kualitas air baku di

Kali Surabaya terus menurun, ini disebabkan terjadinya konflik kebutuhan di

Daerah Aliran Sungai (DAS), penegakan hukum, pengawasan publik yang gagal,

serta degradasi air laut dan tanah disekitar DAS yang mengakibatkan erosi dan

banjir. Selain itu, rawannya jumlah teknis diperpipaan, penambahan jumlah

penduduk yang cepat, pencurian air, serta harga listrik dan air baku yang terus

meningkat juga menjadi penyebab. Sedangkan tarif yang diberlakukan tidak naik.

(12)

(pestisida dan hidrokarbon), limbah domestik, sampah yang dibuang

sembarangan, serta berbagai polutan dan limbah industri.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2002, kandungan oksigen

terlarut (dissolved oxygen) pada Kali Surabaya di intake PDAM Karangpilang

tidak memenuhi baku mutu karena bernilai dibawah 6 mg/liter normalnya harus

lebih besar atau sama dari angka itu, sedangkan jumlah oksigen pelarut yang

dibutuhkan bakteri pengurai (Biochemical Oxygen Demand/BOD) air kali PDAM

karangpilang tidak memenuhi baku mutu karena bernilai diatas 2mg/liter, nilai

baku mutu BOD untuk air minum harus sama atau kurang dari angka itu.

Sementara itu, jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan

pencemar organik (Chemical Oxygen Demand/COD) di intake PDAM

Karangpilang tidak memenuhi baku mutu karena diatas 10mg/liter, nilai baku

mutu COD untuk air minum harus sama atau kurang dari 10mg/liter. Dengan

kondisi seperti itu, apakah layak air tersebut dikonsumsi orang? (Kit, 2007)

Hal serupa juga terjadi pada daerah lain yaitu suatu studi yang dilakukan

Badan Pengendali Lingkungan hidup (BPLHD) DKI Jakarta menyebutkan sampai

akhir Tahun 2004, air tanah DKI Jakarta sebanyak 63 persen mengandung bakteri

coliform. Sementara 75 persen diantaranya diduga tercemar fecal coli yang

melebihi baku mutu aman. Kesimpulan ini didapat BPLHD DKI setelah

melakukan uji sampel baku mutu air tanah terhadap 48 sumur yang tersebar

diseluruh DKI Jakarta. Hal serupa juga ditemukan BPLDH terhadap kualitas air di

13 sungai yang merupakan bagian dari hulu sungai ciliwung. BPLDH

menyebutkan air sungai yang biasanya dipakai sebagai air baku itu, telah

(13)

mg per liter. Padahal, berdasarkan standar kesehatan, baku mutu kadar BOD

seharusnya tidak boleh melebihi 10 mg perliter dan COD rata – rata 20 mg

perliter. Perlu dicatat bahwa dampak air tercemar terhadap kesehatan tubuh,

seringkali baru terasa dalam rentang waktu cukup lama. Kasus pencemaran sungai

Buyat di Kalimantan adalah salah satu buktinya. Salah satu solusi yang paling

masuk akal mengatasi problem air bersih adalah dengan memanfaatkan teknologi

pembersih air. Secara umum, sistem pembersih air terbagi dalam dua kategori,

yakni menggunakan sistem sterilisasi dan filter penjernih. Sistem sterilisasi

biasanya digunakan untuk air minum dan kebutuhan memasak, sementara

filterisasi dipakai untuk kebutuhan nonkonsumsi seperti mandi dan mencuci

pakaian. Sistem sterilisasi terbagi lagi dalam dua jenis, yaitu teknologi ultraviolet

(UV) dan reverse osmosis (RO) yang biasa disebut air RO. Informasi yang terkait

dengan masalah keamanan penggunaan air RO belum tersampaikan secara benar

ke masyarakat (http://www.Air-Biofir.com/RO/Surabaya, 29-06-2007). Rupanya perbedaan harga air RO yang saat ini Rp.8500,-per galon dengan air mineral dan

air isi ulang yang berharga Rp.9000,- dan Rp.3000,- yang menjadi faktor dominan

masyarakat dalam pertimbangan untuk mengkonsumsi air RO, dan air RO saat ini

masih merupakan faktor kendala tersendiri untuk pendistribusiannya.

Sehubungan dengan permasalahan ini maka dilakukan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui tingkat kesediaan masyarakat untuk membeli

(Willingness To Pay/WTP) Reverse Osmosis (Ro). Faktor – faktor yang

mempengaruhi besar atau kecilnya nilai WTP juga diteliti. Hasil dari penelitian ini

(14)

Investor, dan masyarakat dalam mengembangkan komunitas air minum yang

menyehatkan.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas maka diperoleh perumusan

masalah sebagai berikut: “Bagaimana kemampuan daya beli terhadap air reverse

osmosis dan faktor – faktor yang mempengaruhi?”

I.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini batasan yang akan digunakan dalam adalah sebagai

berikut:

1. Dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, biaya, dan permasalahan

maka penelitian hanya dilakukan di daerah surabaya barat.

2. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode WTP

3. Penelitian dibatasi sampai pada interpretasi hasil yang diperoleh tentang

nilai WTP masyarakat terhadap air Reverse Osmosis (RO).

4. Penelitian didasarkan pada perhitungan yang berdasarkan pada data yang

ada dan rasional, sedangkan data yang bersifat sosial dan politik yang

(15)

I.4. Asumsi

Asumsi – asumsi yang digunakan adalah

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini baik yang merupakan data

sekunder dan yang diperoleh melalui wawancara dari responden surabaya

barat dan departemen terkait dianggap benar dan akurat.

I.5. Tujuan

Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kemampuan daya beli masyarakat terhadap air Reverse Osmosis

(RO).

2. Menentukan Faktor – faktor apakah yang berpengaruh terhadap WTP

masyarakat.

I.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Manfaat penelitian ini

adalah:

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam menentukan harga jual

air Reverse Osmosis sehingga dapat termanfaatkan.

2. Hasil penelitian ini dapat membantu pemerintah dalam menentukan hal –

hal apakah yang penting untuk diprioritaskan untuk pengembangan air

(16)

3. Bila hasil penelitian ini benar – benar direalisasikan maka harga jual dari air

bersih merupakan harga yang pantas untuk masyarakat, karena harga

tersebut terbentuk dari kesediaan masyarakat sendiri untuk membeli.

4. Jika hasil dari mpenelitian ini direalisasikan maka masyarakat akan

mendapatkan hal – hal yang menurut mereka sendiri penting.

5. Masyarakat dapat menikmati air yang lebih bersih yang lebih dapat dijamin

keberadaannya.

I.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah,

batasan masalah, asumsi, tujuan, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang berbagai landasan teori dan tinjauan pustaka

yang digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan penelitian dan

memecahkan masalah yang dihadapi. Beberapa hal yang diulas dalam

bab ini adalah tinjauan umum tentang air Reverse Osmosis (RO),

Metode Willingness To Pay (WTP), dan yang merupakan teori

(17)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan secara lebih detail mengenai langkah –

langkah kerja yang akan dilakukan dalam usaha menyelesaikan

masalah tersebut.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi analisa dan pembahasan hasil dari pengumpulan dan

pengolahan data

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan tahap akhir dari penelitian yang telah dilakukan

yang meliputi pengambilan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan

serta saran – saran baik untuk penelitian selanjutnya maupun untuk

penentuan kebijakan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Konsumen

American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen

(Consumer Behavior) sebagai “interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi,

perilaku, dan kejadian disekitar kita di mana manusia melakukan aspek pertukaran

dalam hidup mereka”. Paling tidak ada tiga ide penting dalam definisi diatas: (1)

Perilaku konsumen adalah dinamis (2) hal tersebut melibatkan interaksi antara

pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar, dan (3) hal tersebut

melibatkan pertukaran.

2.1.1 Perilaku Konsumen Adalah Dinamis

Pertama, definisi di atas menekankan bahwa perilaku konsumen itu

dinamis. Ini berarti bahwa seorang konsumen, grup konsumen, serta masyarakat

luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi

terhadap studi perilaku konsumen, demikian pula pada pengembangan strategi

pemasaran. Dalam hal studi perilaku konsumen, salah satu implikasinya adalah

bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk satu jengka waktu

tertentu, produk, dan individu atau grup tertentu.

2.1.2 Perilaku Konsumen Melibatkan Interaksi

Hal kedua yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen adalah

keterlibatan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian sekitar.

(19)

pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi)

dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan apa

serta dimana (kejadian disekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa

yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan oleh konsumen. Disini tidak boleh hanya

menganalisis dampak kejadian disekitar terhadap pengaruh, kognisi, atau perilaku,

seperti yang biasanya dilakukan dalam riset dasar.

2.1.3 Perilaku Konsumen Melibatkan Pertukaran

Hal terakhir yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen adalah

pertukaran diantara individu. Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap

konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga menekankan pertukaran.

Kenyataannya, peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan

konsumen melalui formulasi dan penerapam strategi pemasaran (Peter dan Olson,

1999)

2.2 Air Reverse Osmosis (RO)

Air merupakan media bagi segala proses biokimia tubuh yang berfungsi

untuk memberi zat pelumas pada sendi – sendi dan jaringan lunak, mengisi semua

sel dan lubang – lubang kecil dalam tubuh. Menurut penelitian, manusia dapat

hidup tanpa makan selama tujuh belas hari, tetapi hanya dapat bertahan hidup bila

tidak minum. Air mengisi 60.000 mil urat nadi dan arteri dalam tubuh kita, darah

mengandung cairan 60 – 80 persen dan 90 persen cairan tersebut merupakan air

(20)

Sistem RO adalah teknologi penemuan NASA USA yang digunakan

dalam pesawat luar angkasa. Dengan daya tekanan air, H2O keluar melalui

membran RO sehingga menghasilkan air murni. Sedangkan air yang

tercemar/terpolusi disisihkan melalui saluran lain dan dibuang. Diantariksa para

astronot mengkonsumsi air minum yang diproses dari air seni melalui proses

Reverse Osmosis (RO) yang menghasilkan air murni, yang biasa disebut dengan

air RO.

2.2.1 Proses Penyaringan Air Minum R.O

1. Sedimen Filter yaitu menyaring partikel yang besar seperti kotoran, lumpur,

pasir, debu, karat, bahan mikro, kapur.

2. Pre – Carbon Filter (GAC Carbon Actived), berfungsi sebagai penyerap bau,

warna, rasa tak sedap, bahan kimia organik dan klorin.

3. CTO Carbon Block, memiliki dua fungsi sebagai sediment 10 micron dan

karbon aktif yang menyerap bau, warna, rasa tak sedap, bahan kimia organik

dan klorin dalam tahap lanjutan.

4. Reverse Osmosis Membrane yaitu, membuang seluruh pencemaran kimia,

bakteri dan virus hingga tingkat terkecil 0,0001 micron sehingga

menghasilkan air murni H2O.

5. Post Carbon Filter, mengembalikan rasa dan menghilangkan bau tak sedap

(21)

2.2.2 Penyaringan RO dapat melakukan pembersihan sempurna terhadap bahan pencemar seperti:

1. Plumbum, penyebab kerusakan system syaraf dan ginjal.

2. Arsenik, penyebab penyakit tumor lapisan kulit dan system syaraf.

3. Natrium, penyebab penyakit darah tinggi dan jantung.

4. Sulfat dan Magnesium, penyebab gangguan system pencernaan.

5. Potasium, penyebab ketidakseimbangan elektrolit.

6. Cadnium, penyebab sakit punggung.

7. Fosfor, penyebab keracunan fosfor.

8. Kalsium, penyebab batu ginjal dan arthritis

9. Klorin, komponen karsiogenik.

10.Bakteri dan Virus, penyebab terjangkitnya berbagai penyakit.

11.Baja dan Herbisida, penyebab keracunan dan hepatitis.

12.Dioksin, penyebab hepatitis.

13.Cahaya radioaktif, merusak karsinogen.

14.Bau, merusak selera.

15.Endapan, penyebab batu ginjal

16.Bahan Organik, merusak gigi dan komponen karsinogenik.

17.Flurescene, penyebab tumor dan kanker lapisan kulit.

2.2.3 Keistimewaan Air R.O

Dengan mengkonsumsi air murni bebas polusi akan meningkatkan

kesehatan dan menyembuhkan berbagai penyakit, seperti: asam urat, darah tinggi,

(22)

2.2.4 Kelebihan Sistem Reverse Osmosis Dibandingkan Dengan Sistem Lainnya.

§ Air Minum Kesehatan Dengan Sistem R.O

1. Air murni dengan kandungan oksigen yang tinggi dapat menguatkan sel –

sel dan organ tubuh, meningkatkan daya tahan dan daya penyembuhan

tubuh.

2. Bebas dari segala jenis logam – logam berat, kotoran, dan kuman.

Mengandung zat mineral tanpa ion.

§ Air Penukaran Ion

1. Hanya membuang logam berat tetapi masih mengandung banyak natrium

Yang dapat mengakibatkan darah tinggi dan masalah jantung

2. Bahan – bahan organik, bakteri dan virus tidak dapat disaring.

§ Air Penyulingan

1. Hasilnya dianggap sebagai ‘air mati’ karena kekurangan oksigen dan

berbau

2. Gagal untuk membuang bahan organik seperti triklorometana

§ Air Dari Penyaringan Karbon Aktif

1. Tidak dapat membuang virus, logam berat, asbestos, nitrat, dan bahan –

bahan lainnya.

2. Mudah menjadi tempat pembiakkan kuman dan bakteri.

§ Pengendapan

1. Kualitas tidak stabil, perbedannya besar.

2. Tidak dapat membuang bakteri, logam berat, asbestos, nitrat, garam dan

(23)

3. Tempat pembiakkan bakteri.

§ Air Mendidih

1. Berfungsi untuk membunuh bakteri, tetapi sisanya tetap tertinggal dalam

air.

2. Mempercepat reaksi antara bahan organik untuk bergabung dengan klorin

yang akan membentuk triklorometana.

3. Pada saat mendidih terjadi uap air (penguapan). Hal ini menyebabkan

bertambahnya kepekatan bahan pencemaran air dan sisa kalsium.

§ Sterilisasi Ozon

1. Hanya dapat membunuh bakteri, hasilnya lebih buruk dibandingkan

dengan metode pendidihan.

2. Tidak dapat menyaring keluar bahan pencemar.

§ Air Hasil Cahaya Ultraviolet

1. Dapat membunuh bakteri tetapi kurang efektif dibandingkan dengan air

mendidih.

2. Selain membunuh bakteri ia tidak dapat menghilangkan kotoran lain.

§ Air Mineral

1. 45% air mineral dipasaran mengandung bahan fosforus.

2. Mutu berubah dan kebersihan tidak terjamin.

3. Mahal

(24)

2.3 Willingness To Pay

Willingness To Pay merupakan metode evaluasi dengan mengukur

kesediaan seorang membayar sejumlah tertentu dari pendapatannya untuk suatu

kondisi yang diamati. Metode ini digunakan sebagaian besar untuk program –

program konservasi lingkungan dan sejenisnya.

Beberapa penelitian yang terkait dengan Willingness To Pay adalah

sebagai berikut:

§ Penelitian yang dilakukan oleh Wang Hua dan Dale Whittington yang tentang WTP untuk peningkatan kualitas udara di Sofia, Bulgaria (1997).

§ Penelitian tentang pengkajian kesanggupan masyarakat membayar masyarakat terhadap peningkatan kualitas udara disekitar ruas jalan oleh G. Gunawan,

penelitian puslitbang prasarana transportasi, KBK lingkungan jalan, Bandung.

Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam metode ini adalah:

a. Membangun kuisioner WTP yang dapat dilihat pada lampiran.

b. Menghitung nilai personal value.

c. Merata – ratakan nilai personal value sehingga didapat nilai WTP total.

Data WTP diperoleh upaya untuk melihat seberapa besar responden

merelakan sejumlah pendapataannnya untuk membeli suatu barang dengan harga

yang relatif mahal. Personal value dari masing – masing responden dapat dihitung

dengan menjumlahkan nilai – nilai yang telah dipilih oleh responden dengan nilai

nominal yang dipilihnya. Apabila seseorang memilih nilai 4 untuk Rp. a dan 3

untuk Rp. b maka personal valuenya adalah:

(25)

Setelah masing – masing personal value dari responden ditemukan, maka

dicari rata – ratanya sebagai nilai WTP keseluruhan.

Sedangkan untuk perhitungan individual WTP dilakukan dengan

menggunakan perumusan sebagai berikut:

Dimana: Pi = Harga Air R.O ke-i

pi = Probabilitas Responden terhadap harga air R.O ke-i

(Altaf, Anjum, 1992)

2.4 Contingent Valuation

Contingent Valuation (CV) adalah suatu teknik penelitian yang dapat

digunakan untuk menanyakan kepada masyarakat tentang nilai atau harga yang

mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang

lingkungan jika pasar betul – betul tersedia atau jika ada cara – cara untuk

pembayaran. Metode ini mengamsumsikan bahwa orang akan bertindak nantinya

seperti yang di katakan ketika situasi hipotesis yang disodorkan kepadanya akan

menjadi kenyataan pada masa yang akan datang (Yakin, 1997). Metode CV untuk

mengukur Willingness To Pay (WTP) dari proyek sosial sudah sering digunakan

pada banyak bidang dinegara maju. Menurut Dixon (1991) ada beberapa macam

metode CV. Metode CV yang dapat digunakan dijelaskan pada bagian berikut.

=

Pi pi Pi

(26)

2.4.1 Bidding Games

Dengan bidding games setiap individu diminta untuk menilai suatu situasi

dan menyatakan kesediaannya untuk membayar (WTP) atau kesediaan untuk

menerima kompensasi dari perubahan terhadap suatu objek. Teknik ini sering

digunakan untuk barang – barang umum, seperti lahan parkir, kondisi udara dan

air. Prosedurnya pewawancara mendiskripsikan suatu kondisi kemudian kepada

responden ditawarkan suatu harga awal sebagai harga dasar dan responden

diminta untuk mengukur tingkat ketertarikan mereka dengan menyebutkan harga

tertentu yang lebih tinggi daripada harga awal tersebut. Kelemahan dari metode

ini adalah pada harga awal yang ditawarkan tidak selalu merupakan harga dalam

rentangan yang masih disukai responden. Kelemahan yang lain adalah jawaban

yang diberikan oleh responde mungkin bias dikarenakan kepentingan responden

dalam permasalahan yang diteliti.

2.4.2 Take it or Leave it

Penelitian ini dilakukan secara random dalam suatu grup. Setiap sampel

dari grup ditanya dengan pertanyaan yang sama tentang apakah mereka bersedia

atau tidak membayar sesuai dengan beberapa pilihan harga yang ditawarkan. Pada

metode ini, jawaban responden hanyalah berupa ya atau tidak. Hasil penelitian

adalah beberapa pilihan harga dengan tiap pilihan harga mempunyai proporsi dari

sampel yang bersedia untuk membayar. Keuntungan dari metode ini adalah lebih

menyerupai keadaan dipasar pada saat kita menawarkan suatu barang. Responden

ditawari barang dengan dengan harga tertentu dan diminta untuk memutuskan

(27)

2.4.3 Trade – Off – Games

Pada metode ini, responden diminta memilih diantara beberapa macam

pilihan yang berbeda. Dalam setiap pilihan tersebut ada dua hal yang

diperbandingkan, biasanya satu merupakan objek lingkungan dan objek yang

lainnya adalah sejumlah uang. Sebagai contoh adalah responden diminta untuk

menyebutkan jumlah uang yang akan dia bayarkan untuk setiap penambahan

barang publik. Jawaban dari pertanyaan ini dapat diinterpretasikan sebagai nilai

kompensasi marginal atau marginal WTP untuk barang – barang publik.

2.4.4 Costless Choice

Costless Choice menanyakan ketertarikan seseorang pada dua atau lebih

pilihan yang berbeda. Alternatif yang tersedia bisa onjek linkungan yang tidak

bisa dinilai atau suatu barang yang bisa dinilai. Bila dari pilihan tersebut pada

akhirnya responden memilih objek lingkungan maka dapat diestimasikan bahwa

nilai minimum dari objek lingkungan tersebut adalah seharga barang yang

diperbandingkan. sedangkan bila responden memilih barang maka diestimasikan

bahwa nilai dari objek lingkungan tersebut lebih rendah daripada barang yang

dipilih.

2.4.5 Teknik Delphi

Teknik ini berbeda dengan teknik yangtelah disebutkan sebelumnya.

Responden dari teknik ini adalah para ahli. Responden ahli ini diberi pertanyaan

untuk menilai suatu barang tertentu. Dari jawaban beserta penjelasan dari jawaban

(28)

untuk menilai suatu barang tertentu. Dari jawaban beserta penjelasan dari jawaban

dibahas bersama – sama dan masing – masing ahli mengevaluasi lagi kemudian

diminta untuk menjawab pertanyaan yang sama dengan pertanyaan sebelumnya.

Hal ini diulangi berkali – kali sampai didapat jawaban yang hampir berdekatan

yaitu jawaban mengelompok disekitar nilai rata – rata. Teknik dibutuhkan waktu

yang relatif lama dan biaya yang besar. Secara normal para ahli tidak berkumpul

ditempat yang sama, komunikasi yang dilakukan adalah secara tertulis. Hali ini

untuk menghindari konfrontasi langsung antara para ahli dan menghindari

pengaruh dari ahli yang mendominasi.

Seperti halnya metode – metode lain yang memiliki keterbatasan, dalam

pengaplikasian metode CV ini juga terdapat kelemahan, beberapa diantaranya

adalah strategic bias, information bias, instrument bias. Strategic bias mungkin

muncul bila responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak benar

demi kepentingaannya sendiri. Misalnya jika pertanyaannya mengenai berapa

harga yang pantas dibayarkan untuk suatu skenario tertentu, maka reponden

cenderung untuk menjawab pada harga yang lebih murah, hal ini dimaksudkan

untuk menghindari pembayaran yang berlebihan. Hal sebaliknya terjadi bila

pertanyaannya adalah tentang berapa besar kompensasi yang harus dibayarkan

untuk menanggung kerugian responden, responden tentu menjawab dengan harga

yang lebih tinggi dari semestinya. Information bias dapat terjadi bila informasi

yang diberikan terlalu sedikit atau skenario yang kurang tepat pada saat

wawancara. Instrument bias terjadi bila responden merasa tidak jelas tentang

prosedur pembayaran, karena perbedaan prosedur pembayaran menghasilkan

(29)

2.5 Teori Sampling

Untuk melakukan analisis statistik diperlukan data, karenanya data perlu

dikumpulkan. Bergantung pada berbagai faktor, untuk ini kadang – kadang

diperlukan sensus, kadang – kadang dilakukan sampling. Sensus terjadi apabila

setiap anggota atau karakteristik yang ada di dalam populasi dikenai penelitian.

Jika tidak maka samplinglah yang ditempuh, yaitu sampel diambil dari populasi

dan datanya dikumpulkan (Sudjana, 2001).

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan, 2004 dalam

Sugiyono, 2002). Sedangkan sampel menurut (Riduwan, 2004 dalam Arikunto,

1998) mengatakan bahwa, sampel adalah bagian dari populasi (sebagaian atau

wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagaian dari populasi

yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.

2.5.1 Keuntungan Menggunakan Sampel

1. Memudahkan peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan dengan

menggunakan populasi dan apabila populasinya terlalu besar dikhawatirkan

akan terlewati.

2. Peneliti lebih efisien (dalam arti penghematan uang, waktu, dan tenaga).

3. Lebih diteliti dan cermat dalm pengumpulan data, artinya jika subjeknya

banyak dikhawatirkan adanya bahaya bias dari orang yang mengumpulkan

data, karena sering dialami oleh staf bagian pengumpul data mengalami

(30)

4. Peneliti lebih efektif, jika peneliti bersifat destruktif (merusak) yang

menggunakan spesemen akan hemat dan bisa dijangkau tanpa merusak semua

bahan yang ada serta bisa digunakan untuk menjaring populasi yang

jumlahnya banyak. Sedangkan besar kecilnya sampel yang diambil akan

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: besar biaya yang tersedia, tenaga

(orang) yang ada, waktu dan kesempatan peneliti, serta peralatan yang

digunakan dalam pengambilan sampel (Riduwan, 2004).

2.5.2 Rancangan Sampling

Jika untuk penelitian ternyata sampling telah disepakati, selanjutnya

sampling perlu dirancangkan dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

sehubungan dengan ini antara lain :

a Rumuskan persoalan yang ingin diketahui.

b Tentukan dengan jelas batas populasi mengenai persoalan yang ingin

diketahui itu. Sering kesimpulan tidak benar karena telah dibuat berdasarkan

sampel yang diambil dari populasi yang salah.

c Definisikan dengan jelas dan tepat segala unit dan istilah yang diperlukan.

d Tentukan unit sampling yang diperlukan. Unit sampling adalah satuan terkecil

yang menjadi anggota populasi. Untuk meneliti macam beras yang digunakan

misalnya, apakah unit samplingnya keluarga atau perorangan anggota

keluarga?

e Tentukan dan rumuskan cara-cara pengukuran dan penilaian yang akan

dilakukan. Untuk mengukur derajat kecerdasan penduduk berdasarkan

(31)

kategori? Samakah nilainya untuk seorang lulusan SMA yang mengikuti

kursus satu tahun dan seseorang yang hanya mengakhiri akademi di tahun

pertama?

f Kumpulkan, jika ada, segala keterangan. tentang hal yang ingin diteliti yang

pernah dilakukan masa lampau. Misalnya mengenai persentase, rata-rata dan

ukuran-ukuran lainnya.

g Tentukan ukuran sampel, yakni berapa unit sampling yang harus diambil dari

populasi. Jangan sampai sampel berukuran terlalu kecil, sehingga kesimpulan

tidak memuaskan dan pula terlalu besar yang menyebabkan biaya terlalu

banyak. Hal ini akan dipelajari nanti sehubungan dengan presisi yang

dikehendaki dari hasil penelitian.

h Tentuka cara sampling yang mana akan ditempuh agar sampel yang diperoleh

representatif. Beberapa cara yang dikenal dan disebutkan dalam bagian

sesudah ini.

i Tentukan cara pengumpulan data yang mana akan dilakukan, apakah

wawancara langsung, dengan daftar isian, meneliti langsung, atau

mengumpulkan dari sumber-sumber yang sudah ada. Siapkan daftar

wawancara, daftar isian, formulir yang perlu dan lain-lain. Latihlah dan beri

penjelasan secukupnya semua petugas yang bersangkutan..

j Tentukan metode analisis mana yang akan digunakan.

k Sediakan biaya dan minta bantuan ahli baik berbentuk pembantu tetap ataupun

(32)

2.5.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara

mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini

harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar – benar

dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Ada dua macam teknik pengambilan sampling dalam penelitian yang umum

dilakukan yaitu: 1). Probability Sampling dan 2). Non probability sampling.

Teknik pengambilan seperti gambar berikut:

Gambar 2.1. Teknik Sampling (Riduwan, 2004).

2.5.3.1 Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang

yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

yang tergolong teknik probability sampling yaitu: Teknik

Sampling

1. Simple Random Sampling 2. Proportionate Stratified

Random Sampling

3. Disproportionate Stratified Random Sampling

4. Area Sampling

1. Sampling Sistematis 2. Sampling Kuota 3. Sampling Aksidental 4. Purposive Sampling 5. Sampling Jenuh 6. Snowball Sampling Probability

Sampling

Non Probability

(33)

a. Simple Random sampling

Simple Random sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota

populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan)

dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi

dianggap homogen (sejenis). Contohnya:

1. Jumlah guru SMU yang mengikuti penataran Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS) dikota Bandung.

2. Jumlah petani yang mendapatkan bantuan Jaring Pengaman Sosial (JPS) di

Kabupaten Pasuruan.

3. Jumlah perusahaan tekstil asing yang diterima di Indonesia.

4. Jumlah guru pegawai Dispenda Kota Makasar yang dimutasi.

Guru SMU, petani menerima bantuan JPS, perusahaan tekstil, dan pegawai

Dispenda itu semua merupakan populasi yang sejenis.

b. Proportionate Stratified Random Sampling

Proportionate stratified random sampling ialah pengambilan sampel dari

anggota populasi secara acak dan berstrata secara proposional. Dilakukan

sampling ini apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis). Contohnya:

Jumlah kursi anggota DPR dari partai besar pemenang Pemilu Tahun 1999:

§ Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) = 153 Kursi

§ Partai Golongan Karya (Golkar) = 120 Kursi

§ Partai Persatuan Pembangunan (PPP) = 58 Kursi

§ Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) = 51 Kursi

(34)

Jumlah sampel yang diambil harus sama porsinya dengan jumlah kursi di DPR

dari partai besar.

c. Disproportionate Stratified Random Sampling

Disproportionate Stratified Random Sampling ialah pengambilan sampel dari

anggota populasi secara acak dan berstrata tetap sebagaian ada yang kurang

proporsional pembagiannya, dilakukan sampling ini apabila populasi heterogen

(tidak sejenis). Contohnya: Jumlah Pegawai Pada Perusahaan Astra Jakarta,

meliputi:

§ Direktur Utama = 1 Orang

§ Kepala Departemen = 5 Orang

§ Kepala Divisi = 25 Orang

§ Kepala Bidang = 250 Orang

§ Kepala Cabang = 500 Orang

§ Kepala Karyawan = 3500 Orang

Dari jumlah karyawan yang berasal dari Direktur Utama = 1 orang dan Kepala

Departemen = 5 orang tersebut diambil dijadikan sampel karena terlalu sedikit

bila dibandingkan dengan bagian lain.

d. Area Sampling (Sampling Daerah atau Wilayah)

Area Sampling (Sampling Daerah atau Wilayah) ialah teknik sampling yang

dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang ada.

Contoh: Peneliti akan melihat pelaksanaan imunisasi Vitamin A di seluruh

wilayah Indonesia, karena wilayah cukup luas terdiri dari 33 propinsi dan masing

– masing berbeda kondisinya, mak peneliti mengambil sampel dari provinsi,

(35)

Kecamatan terdiri dari kelurahan atau desa, desa terdiri dari RW, RW terdiri dari

RT akhirnya RT terdiri dari keluarga – keluarga yang akan mendapat imunisasi

Vitamin A. (Riduwan, 2004 dalam Sudjana, 1992).

Teknik untuk mendapatkan sampel mula-mula secara acak diambil sampel

yang terdiri dari provinsi, dari tiap provinsi dalam sampel, disebut provinsi

sampel, dari tiap kabupaten atau kota dalam sampel disebut kabupaten atau kota

sampel, secara acak diambil kecamatan. Banyaknya kecamatan yang diambil dari

tiap kabupaten atau kota sampel mungkin sama banyak mungkin pula berbeda.

Setelah didapat kecamatan sampel. Kemudian dari tiap kecamatan sampel secara

acak diambil kelurahan atau desa, untuk mendapatkan kelurahan atau desa sampel

selanjutnya dari tiap desa sampel secara acak pula diambil RW sampel. Akhirnya

dari tiap RW sampel secara acak diambil RT sampel. Keluarga-keluarga RT

sampel inilah, setelah semuanya digabungkan yang menjadi anggota sampel

klaster, yaitu kepada anak-anak yang akan menerima imunisasi vitamin A dengan

demikian hasilnya akan mencerminkan pelaksanaan imunisasi vitamin A seluruh

Indonesia.

Gambar 2.2 Teknik Sampling Kluster Berdasarkan Daerah atau Wilayah

(Riduwan, 2004).

PROVINSI KECAMATAN RW

RT

Keluarga yang akan Diimunisasi

Vitamin A

KELURAHAN/ DESA KABUPATEN/

(36)

2.5.3.2 Non-Probability Sampling

Non-probability sampling ialah teknik sampling yang tidak memberikan

kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota

sampel. Teknik non-probability sampling antara lain:

a. Sampling Sistematis

Sampling sistematis ialah pengambilan sapel didasarkan atas urutan dari

populasi yang telah diberi nomor urut atau anggota sampel diambil dari populasi

pada jarak interfal waktu, ruang dengan urutan yang seragam.

1. Jumlah populasi 140 pegawai diberi nomor urut no.1 s.d no.140.

Pengmabilan sampel dilakukan berdasarkan nomor genap (2, 4, 6, 8, 10

sampai 140) atau nomor ganjil (1, 3, 5, 7, 9 sampai 139). Pengambilan

sampel bisa juga dengan cara mengambil nomor kelipatan (7, 14, 21, 28

sampai 140).

2. Para pelanggan listrik nama-namanya sudah terdaftar di Bagian

Pembayaran Listrik berdasarkan lokasinya. Untuk pengambilan sampel

tentang pelanggan listrik, secara sistematis dapat diambil melalui rayon

pembayaran listrik.

3. Pelanggan telepon yang namanya sudah terdapat dalam buku telepon

apabila peneliti ingin mengambil sampel tentang disiplin pembayaran

telepon, maka secara sistematis dapat mengambil sumber data lansung

dibuku tersebut.

4. Peneliti akan mengadakan pemeriksaan metalorgi ( ilmu bahan )

(37)

pengambilan sampel dapat dilakukan pada jarak interfal waktu tertentu,

misalnya tiap 30 detik, 5 menit, 30 menit, 2 jam, 5 jam dst.

5. Peneliti menginginkan sampel 40 pegawai dari jumlah populasi berukuran

400 pegawai. Caranya mula-mula setiap subjek dari populasi diberi nomor

urut yaitu: no.1 s.d.no.400, kemudian jumlah populasi 400 dibagi 10

sehingga didapat 40 group (sub-populasi) setiap groupnya berjumalah 10

pegawai. sub-populasi ke-1 berisi nomor urut pegawai : no.1 s.d. no.10,

populasi ke-2 nomor urut pegawai : no.11 s.d. no.20 dst hingga

sub-populasi ke-40 nomor urut pegawai : 391 s.d. 400.

b. Sampling Kuota

Sampling Kuota ialah teknik penentuan sampel dari populasi yang mempunyai

ciri – ciri tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki atau pengambilan

sampel yang didasarkan pada pertimbangan – pertimbangantertentu dari peneliti.

Caranya menetapkan jumlah besar jumlah sampel yang diperlukan, kemudian

menetapkan jumlah (jatah yang diinginkan), maka jatah itulah yang dijadikan

dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan. Contoh:

1. Peneliti ingin mengetahui informasi tentang penempatan karyawan yang

tinggal di perumahan pondok hijau, dalam kategori jabatan tertentu pula.

Dalam pemilihan orangnya (pengambilan sampel) akan ditentukan

pertimbangan oleh peneliti sendiri atau petugas yang diserahi mandat.

2. Jemaah haji yang berangkat ke tanah suci sudah diberi jatah oleh Persatuan

Haji Indonesia (PIH) bekerjasama dengan pemerintah Arab Saudi, yaitu

sebanyak 250.000 orang calon haji dari populasi 250.000.000 jiwa penduduk

(38)

yang menyebar di wilayah Indonesia, tergantung kepada jumlah penduduk

setiap provinsi dan kabupaten atau kota. Jika peneliti ingin meneliti kesehatan

calon haji di tanah suci, maka sampel yang dipakai sebanyak 250.000 orang

yang menyebar di embarkasi dan kloter masing – masing wilayah.

3. Diadakan penelitian prestasi kerja terhadap 1.250 orang peserta Diklatpim

Tingkat 3 yang menjabat Eselon III, penelitian dilakukan secara tim yang

terdiri dari 25 orang. Caranya setiap anggota peneliti dapat memperoleh jatah

sampel secara bebas sesuai dengan ciri – ciri dan prosedur yang ditentukan

oleh 50 orang peserta Diklatpim Tingkat 3.

c. Sampling Aksidental

Sampling Aksidental ialah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor

spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti

dan sesuai denga karakteristik (ciri – cirinya), maka orang tersebut dapat

digunakan sebagai sampel (responden). Contohnya, peneliti ingin mengetahui

sejauh mana fluktuasi pemasaran parfum yang dipakai oleh pria dan wanita,

peneliti mengambil stand di Bandung Indah Plaza (BIP). Cara pengambilan

sampel yaitu membatasi jumlah sampel misalnya 100 orang, maka setiap orang

yang jalan – jalan di BIP dan yang berminat sesuai denga karakteristik

penggunaan parfum dijadikan responden.

d. Purposive Sampling.

Purposive Sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik

sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan –

pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel

(39)

pertimbangan untuk pengambilan sampel yang diperlukan. Oleh karena itu,

sampling ini cocok untuk studi kasus yang mana aspek dari kasus tunggal yang

representatif diamati dan dianalisis. Contohnya, kasus bumbu masak yang pernah

dinyatakan haram. Peneliti ingin mengetahui penyebabnya dengan cara mencari

sampel (responden) yang ahli dibidang pembuatan bumbu masak, dan mencari

responden dari kalangan ulama yang ahli dalam memberikan fatwa masalah

tersebut.

e. Sampling Jenuh

Sampling Jenuh ialah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi

digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus. Sampling jenuh

dilakukan bila populasinya kurang dari 30 orang. Contoh: Akan diadakan

penelitian laboratorium bahasa Inggris Universitas Negeri Malang – Jatim

mengenai tingkat keterampilan percakapan para pegawai yang akan dikirim ke

Australia. Dalam hal ini populasi yang akan diteliti kurang dari 30 orang, maka

seluruh populasai dapat dijadikan sampel.

f. Snowball Sampling

Snowball Sampling ialah teknik yang semula berjumlah kecil kemudian

anggota sampel (responden) mengajak para sahabatnya untuk dijadikan sampel

dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin membengkak jumlahnya seperti

(bola salju yang sedang menggelinding semakin jauh semakin besar). Contoh:

Seorang manajer di CNI akan merekrut temannya untuk menjadi anggotanya

(down line), dengan berbagai pelatihan yang diikutinya akhirnya temannya

(40)

anggotanya untuk dimintai pendapat atas penghasilannya tersebut. Proses

penelitiaannya seperti gambar 2.3 berikut.

Pilihan GAM 1 Pilihan GAM 2

Gambar 2.3 Teknik Snowball Sampling (Riduwan, 2004).

2.5.4 Kesalahan Sampling dan Kesalahan Non-Sampling

Ridwan (2004) dalam Sudjana (1992) mengatakan bahwa: “Berdasarkan

pengalaman waktu penelitian ada dua macam kesalahan pokok yang perlu

dicermati dan dapat terjadi, yaitu: Kesalahan sampling dan kesalahan non –

sampling.

1. Kesalahan Sampling.

Kesalahan ini terjadi disebabkan oleh kenyataan adanya pemeriksaan yang

tidak lengkap tentang populasi dan penelitian hanya dilakukan berdasarkan

sampel. Jelas bahwa penelitian terhadap sampel yang diambil dari populasi dan

penelitian terhadap populasi itu sendiri, kedua penelitian dilakukan dengan

(41)

dan hasil yang akan dicapai jika prosedur yang sama digunakan dalam sampling

juga digunakan dalam sensus (populasi) dinamakan kesalahan sampling. Para ahli

statistika telah berusaha untuk mengukur dan mempertimbangkan kesalahan ini

supaya dapat dikontrol. Adapun cara untuk dapat melakukannnya ialah dengan

jalan mengambil sampel berdasarkan sampel acak dan memperbesar ukuran

sampel.

2. Kesalahan Non – Sampling.

Kesalahan ini dapat terjadi dalam setiap penelitian, apakah itu berdasarkan

sampling ataukah berdasarkan sensus. Beberapa penyebab terjadinya kesalahan

non – sampling adalah:

a Populasi tidak teridentifikasi sebagaimana mestinya.

b Populasi yang menyimpang dari populasi yang seharusnya dipelajari.

c Angket tidak dirumuskan sebagaimana mestinya yang memenuhi standar

validitas.

d Istilah – istilah telah didefinisikan kurang tepat atau telah digunakan tidak

secara konsisten (reliable).

e Para responden tidak memberikan jawaban yang akurat, menolak untuk

menjawab atau tidak ada di tempat ketika petugas (peneliti) datang untuk

melakukan wawancara.

Selain daripada itu, kesalahan non – sampling bisa terjadi pada waktu

mencatat data, melakukan tabulasi dan melakukan perhitungan. Kesalahan ini

dapat menimbulkan kesulitan – kesulitan pada penelitian. Oleh karena itu, cukup

(42)

baik (representatif) ada tiga hal yang harus diperhatikan (1) Akurasi, (2)

Ketelitian, dan (3) representasi (Ridwan, 2004).

2.6 Angket (Questionnaire)

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain

bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna.

Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu

masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan

jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.

Disamping itu, responden mengetahui informasi tertentu yang diminta. Angket

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: angket terbuka dan angket tertutup.

a. Angket Terbuka (angket tidak berstruktur) ialah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian

sesuai dengan kehendak dan keadaannya.

Keuntungan angket terbuka:

§ Bagi responden: Mereka dapat mengisi sesuai dengan keinginan yang sesuai dengan keadaan yang dialaminya.

§ Bagi peneliti: Akan mendapat data yang bervariasi, bukan hanya yang sudah disajikan karena sudah diasumsikan oleh peneliti.

b. Angket Tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih

satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara

(43)

Sebagaian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai

metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuisioner atau angket memang

mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpulan data.

Memang kuesioner baik, asal cara dan pengadaannya mengikuti

persyaratan yang telah digariskan dalam penelitian.

Sekali lagi sebelum kuisioner disusun, maka harus dilalui prosedur.

1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuisioner.

2. Mengidentifikasi variabel yang akan djadikan sasaran kuesioner.

3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang lebih spesifik dan

tunggal.

4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk

menentukan teknik analisisnya.

Penentuan sampel sebagai responden kuesioner perlu mendapat perhatian

pula. Apabila salah menentukan sampel, informasi yang kita butuhkan barangkali

tidak kita peroleh secara maksimal.

Angket anonim memang ada kebaikannya karena responden bebas

mengemukakan pendapat. Akan tetapi penggunaan angket anonim mempunyai

beberapa kelemahan pula.

1. Sukar ditelusuri apabila ada kekurangan pengisian yang disebabkan karena

responden kurang memahami maksud item.

2. Tidak mungkin mengadakan analisis lebih lanjut apabila peneliti ingin

memecah kelompok berdasarkan karakteristik yang diperlukan.

Penelitian dilakukan oleh Francis J. Di Vesta memberikan gambaran hasil

(44)

baik yang anonim maupun yang bernama. Faktor – faktor yang mempengaruhi

perlu tidaknya angket diberi nama adalah:

1. Tingkat kematangan responden.

2. Tingkat subjektivitas item yang menyebabkan responden enggan

memberikan jawaban.

3. Kemungkinan tentang banyaknya angket.

4. Prosedur (teknik) yang akan diambil pada waktu menganalisis data.

Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil mantap adalah dengan proses

uji coba. Sampel yang diambil untuk keperluan uji coba haruslah sampel dari

populasi di mana sampel penelitian akan diambil. Dalam uji coba, responden

diberi kesempatan untuk memberikan saran – saran perbaikan bagi kuesioner yang

diujicobakan itu. Situasi sewaktu uji coba dilaksanakan harus sama dengan situasi

kapan penelitian yang sesungguhnya dilaksanakan.

Salah satu metode angket adalah bahwa angketnya sukar kembali. Apabila

demikian keadaannya maka peneliti sebaiknya mengirim surat kepada responden

yang isinya seolah – olah yakin bahwa sebenarnya angketnya akan diisi tetapi

belum mempunyai waktu. Surat yang dikirim itu hanya sekedar mengingatkan.

(Arikunto, Suharsimi, 1998)

2.7 Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian

gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya

(45)

Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian

sub variabel dijabarkan lagi menjadi – menjadi indikator – indikator yang terukur

ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa

pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban

dihubungkan dengan bentuk pernyataan atas dukungan sikap yang diungkapkan

dengan kata – kata sebagai berikut:

Pernyataan Positif

2.8 Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data adalah terpenuhinya jumlah minimum data atau

sampel yang diperlukan untuk menunjang keabsahan suatu penelitian. Agar

penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien, populasi yang akan diambil

(46)

dirumuskan terlebih dahulu dengan teliti dan dipahami betul dalam penelitian.

Dalam penelitian ini jumlah sampel minimum yang ditentukan berdasarkan

Bernoulli sebagai pengujian kecukupan data. Dangan rumus sebagai berikut:

Dimana:

N = Jumlah Sampel Minimum

α = Taraf Keberartian = 0,95

Z = Nilai Distribusi Normal

e = Nilai Tingkat Kesalahan = 0,05

p = Proporsi Jumlah Kuisioner yang Benar

q = Proporsi Jumlah Kuisioner yang Salah / Tidak Sah

Dari perhitungan diatas nilai maksimum yang akan dicapai apabila

proporsi benar adalah 0,9 dan proporsi salah 0,1 dengan tingkat ketelitian dan

tingkat keyakinan 95% (Walpole, 1995)

2.9 Uji Validitas

Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa kuat suatu alat tes

melakukan fungsi ukurnya. Semakin tinggi validitas suatu variabel maka tes

tersebut semakin mengenai sasarannya dan semakin menunjukkan apa yang harus

ditunjukkannya (Handoyo, 2006).

Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat.

(47)

konsistensi, maka esensi dari validitas adalah akurasi. Suatu instrumen pengukur

dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur.

Dengan perkataan lain instrumen tersebut dapat mengukur construct sesuai

dengan yang diharapkan. Suatu data penelitian yang valid, bagaimana pun harus

reliable karena akurasi memerlukan konsistensi.

Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur validitas,

yaitu:

1. Content (Face) Validity

Merupakan salah satu konsep pengukuran validitas dimana suatu instrumen

dinilai memiliki content validity jika mengandung butir – butir pertanyaan

yang memadai dan representatif untu mengukur construct sesuai dengan yang

diinginkan peneliti.

Suatu instrumen dinilai memiliki face validity jika menurut penilaian

subyektif diantara para profesional bahwa instrumen tersebut menunjukkan

secara logis dan merefleksikan secara akurat sesuatu yang seharusnya diukur.

Jika apa yang terkandung dalam suatu instrumen menunjukkan secara jelas

apa yang ingin diukur, maka instrumen tersebut memiliki content (face)

validity yang tinggi. Misal instrumen yang berisi pertanyaan: “berapa jumlah

anak yang anda miliki?” merupakan butir pertanyaan yang jelas dan dari

pertanyaan tersebut menunjukkan apa ang ingin diukur.

2. Criterion – Related Validity

Criterion – Related Validity adalah konsep pengukuran validitas yang menguji

tingkat akurasi dari instrumen yang baru dikembangkan. Uji criterion –

(48)

skor yang diperoleh dari penggunaan instrumen baru dengan skor dari

penggunaan instrumen lain yang telah ada sebelumnya yang memiliki kriteria

relevan. Instrumen baru memiliki validitas yang tinggi jika koefisien

korelasinya tinggi.

Ada dua jenis Criterion – related Validity, yaitu:

§ concurrent validity, jika pengujian korelasi dilakukan terhadap skor

instrumen baru dengan instrumen yang mempunyai kriteria relevan,

dimana penggunaan keduanya dilakukan pada saat bersamaan, dan

§ predictive validity, jika korelasi skor kedua instrumen merupakan hasil pengukuran pada saat yang berbeda, dimana pengukuran instrumen yang

baru dilakukan sebelum pengukuran instrumen lain yang memiliki kriteria

relevan.

3. Construct Validity

Suatu instrumen dirancang untuk mengukur construk tertentu. Construct

validity merupakan konsep pengukuran validitas dengan cara menguji apakah

suatu instrumen mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan. ada dua

cara pengujian construct validity, yaitu:

§ convergent validity, diman validitas suatu instrumen ditentukan

berdasarkan konvergensinya dengan instrumen lain yang sejenis dalam

mengukur constract dan,

§ discriminant validity, dimana validitas suatu instrumen ditentukan

berdasarkan rendahnya korelasi dengan instrumen lain yang digunkan

untuk constract lain

(49)

Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen Ridwan (2004) dalam

Arikunto (1995) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang

kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur,

terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian – bagian secara keseluruhan

dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang

merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment

adalah.

Dimana:

rhitung = Koefisien Korelasi

Xi = Jumlah Skor Item

Yi = Jumlah Skor Total (Seluruh Item)

n = Jumlah Responden

2.10 Uji Reliabilitas

Konsep reliabilitas dapat dipahami melalui ide dasar konsep tersebut yaitu

konsistensi. Pengukuran reliabilitas menggunakan indeks numerik yang disebut

dengan koefisien. konsep reliabilitas dapat diukur melalui tiga pendekatan, yaitu:

1. Koefisien Stabilitas (Coefficient of Stability)

Proses pengujian stabilitas yang dikenal juga dengan test-retest reability pada

dasarnya untuk mengetahui reliabilitas data berdasarkan stabilitas atau

konsistensi jawaban responden.

(50)

2. Koefisien Ekuivalensi (Coefficient of Equivalence)

Pengukuran reliabilitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan instrumen

pengukur yang berbeda untuk mengukur suatu construct terhadap subyek

penelitian tertentu pada saat yang sama. Pendekatan yang juga disebut dengan

alternate forms reliability ini lebih menekankan pada perbedaan bentuk

instrument, sedang subyek penelitian, construct dan saat pengukuraanya

adalah sama. Melalui pendekatan ini menguji korelasi skor jawaban responden

untuk mengetahui koefisien ekuivalensi antara skor jawaban dengan

menggunakan instrument pengukuran yang berbeda.

3. Reliabilitas Konsistensi Internal (Internal Consistency Reliability)

Pengujian terhadap konsistensi internal yang dimiliki oleh suatu instrumen

merupakan alternatif lain yang dapat dilakukan oleh peneliti untuk menguji

reliabilitas, disamping pengukuran koefisien stabilitas dan ekuivalensi.

Konsep reliabilitas menurut pendekatan ini adalah konsistensi diantara butir –

butir pertanyaan atau pernyataan dalam suatu instrumen yang bersangkutan

(Indriantoro dan Supomo, 2002).

Reliabilitas dapat didefinisikan sebagai indeks yang menunjukkan sejauh

mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Keandalan disini dapat

berarti berapa kalipun variabel – variabel pada kuesioner tersebut ditanyakan

kepada responden yang berlainan maka hasilnya tidak akan menyimpang terlalu

jauh dari rata rata jawaban responden untuk variabel tersebut atau dengan kata

lain realibilitas dapat menunjukkan suatu alat pengukur didalam mengukur gejala

(51)

pengukuran yang sesungguhnya ditambah dengan kesalahan pengukuran. Secara

matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Dimana:

X0 = Angka yang diperoleh

Xt = Angka yang sebenarnya

Xe = Kesalahan pengukuran

Selain itu realibilitas juga dapat dinyatakan dalam perbandingan variansi

yang diperoleh dari data – data yang dikumpulkan terdiri dari dua komponen yaitu

variansi sebenarnya dan variansi error. Menurut Alpha Cronbach, realibilitas ialah

perbandingan antara variansi sebenarnya dengan variansi yang diperoleh.

Rumus alpha:

Dengan Keterangan sebagai berikut:

11

r = Realibilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan

(52)

2.11 Regresi Linier Berganda

Metode analisis yang telah dibicarakan hingga sekarang adalah terhadap

data mengenai sebuah karakteristik atau atribut (jika data itu kualitatif) dan

mengenai sebuah variabel, diskrit maupun kontinu (jika data itu kuantitatif).

Tetapi, sebagaimana disadari, banyak persoalan atau fenomena yang meliputi

lebih dari sebuah variabel (...) (Sudjana, 2002).

Data pengamatan biasanya tidak hanya disebabkan oleh satu variabel

melainkan oleh beberapa atau bahkan banyak variabel (...). Secara umum, data

hasil pengamatan Y dipengaruhi oleh variabel – variabel bebas X1, X2, X3, ..., Xk.

(...) (Husein, 2005).

Analisis regresi linier berganda suatu metode statistik umum yang

digunakan untuk meneliti hubungan antara sebuah variabel dependen dengan

beberapa variabel independen. Tujuan analisis regresi berganda adalah

menggunakan nilai – nilai variabel independen yang diketahui, untuk meramalkan

nilai variabel dependen.

Analisis regresi berganda adalah suatu teknik ketergantungan. Maka,

untuk menggunakannya, Anda harus dapat membagi variabel menjadi variabel

dependen dan independen. Analisis regresi juga merupakan alat statistik yang

digunakan bila variabel dependen dan independen berbentuk metrik. Akan tetapi,

dalamkeadaan tertentu variabel independen yang berupa data nonmetrik (variabel

dummy, data berbentuk ordinal atau nominal) dapat juda digunakan.

Jika suatu variabel dependen bergantung pada lebih dari satu variabel

independen, hubungan antara kedua variabel disebut analisis regresi berganda

(53)

promosi, pelayanan, dan harga produk; gaji sekarang merupakan fungsi dari gaji

mula – mula, tingkat pendidikan, posisi pekerjaan, dan pengalaman kerja.

Adapun bentuk matematis analisis regresi linier berganda adalah:

dengan:

ε adalah suatu variabel random yang berdistribusi normal dengan nilai rata – rata

nol (rata – rata ε) dan mempunyai varians Vε

Pengujian Kelinieran Model

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan linier

antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen X1, X2, X3, ..., Xk.

Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : b1 = b2 = ... = bk = 0

(Model regresi linier berganda tidak signifikan atau dengan kata lain tidak

ada hubungan linier antara variabel independen terhadap variabel dependen)

H0 : bi ≠ 0

(Model regresi linier berganda signifikan atau dengan kata lain ada

hubungan linier antara variabel independen terhadap variabel dependen)

Hipotesis di atas dikaitkan dengan uji nyata regresi yang diperoleh, maka statistik

uji yang digunakan adalah:

(54)

Pengambilan kesimpulannya sebagai berikut:

Bila: Fhit > Ftabel = Tolak H0

Fhit < Ftabel = Terima H0

Nilai F merupakan sebuah nilai statistik F dengan derajat bebas k – 2 dan

n – k, bila µY|x jatuh pada sebuah garis lurus. Ini berarti statistik itu dapat

digunakan untuk menguji hipotesis H0 bahwa regresinya linier.

Bila kita melakukan perhitungan menggunakan software SPSS, maka

pengambilan kesimpulannya sebagai berikut:

Kalau: nilai Sig. < α = Tolak H0

nilai Sig. ≥ α = H0 tidak ditolak. (Sulaiman, 2004)

residual regresi hit

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah daerah Surabaya barat, sedangkan

waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2007 sampai sekiranya data

yang dibutuhkan mencukupi.

3.2 Identifikasi Variabel

(Husein, 2005 dalam Sugiyono, 1997) menyatakan bahwa variabel

didalam penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang diteliti

yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut

(...). Pada tahap ini dilakukan identifikasi variabel penelitian dengan melakukan

penelaahan yang berkaitan dengan Willingness To Pay Masyarakat Surabaya

Barat terhadap produk Air Reverse Osmosis (RO). Adapun proses Identifikasi

Variabel ini menghasilkan atribut – atribut tingkat kepentingan yang dipakai

dalam penyusunan kuisioner dan wawancara. Atribut – atribut yang dipakai

adalah sebagai berikut:

1. Jenis Kelamin

2. Usia

3. Pendidikan

4. Pekerjaan

5. Pendapatan

6. Konsumsi Air Reverse Osmosis (RO)

Gambar

Gambar 2.1. Teknik Sampling (Riduwan, 2004).
Gambar 2.2 Teknik Sampling Kluster Berdasarkan Daerah atau Wilayah
Gambar 2.3 Teknik Snowball Sampling (Riduwan, 2004).
Tabel 3.1 Pengkodean Karakteristik Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait