DENGAN MENGGUNAKAN METODE WILLINGNESS TO PAY (WTP) (Studi Kasus Masyarakat Surabaya)
SKRIPSI
Oleh :
ARI YUSTIKAWATI 0332015045
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, inayah, dan petunujukNya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul : “Analisa Perilaku Daya Beli Masyarakat Surabaya Terhadap Produk Air Reverse Osmosis (Ro) Dengan Menggunakan Metode Willingness To Pay (WTP). (Studi Kasus Masyarakat Surabaya Barat)”.
Adapun Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik di jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan karena tidak lepas dari bimbingan pengarahan, petunjuk, dan bantuan dari berbagai pihak yang membantu dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis tidak lupa untuk menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran“ Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Mochammad Tutuk Safirin, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Manajemen Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. Budi Santoso, MMT, selaku dosen Pembimbing I 4. Ibu Dira Ernawati, ST, MT. selaku dosen Pembimbing II
5. Bapak, Ibu, Kakakku dan keluarga besarku yang memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan laporan tugas akhir.
Sungguh Penulis menyadari bahwa penulisan laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun penyajiannya, bak kata pepatah tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis akan berlapang dada dan berbesar hati, apabila memberikan saran – saran perbaikan untuk penyempurnaan laporan Tugas Akhir ini.
Akhir kata semoga laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surabaya, 3 Juni 2008
LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAKSI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Perumusan Masalah ... 4
I.3 Batasan Masalah ... 4
I.4 Asumsi ... 5
I.5 Tujuan ... 5
I.6 Manfaat Penelitian ... 5
I.7 Sistematika Penulisan ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen ... 8
2.1.1 Perilaku Konsumen adalah Dinamis ... 8
2.1.2 Perilaku Konsumen Melibatkan Interaksi ... 8
2.1.3 Perilaku Konsumen Melibatkan Pertukaran ... 9
2.2.3 Keistimewaan Air R.O ... 11
2.2.4 Kelebihan Sistem Reverse Osmosis Dibandingkan Dengan Sistem Lainnya ... 12
2.3 Willingness To Pay (W.T.P) ... 14
2.4 Contingent Valuation (C.V) ... 15
2.4.1 Bidding Games ... 16
2.4.2 Take it or Leave it ... 16
2.4.3 Trade – Off – Games ... 17
2.4.4 Costless Choice ... 17
2.4.5 Teknik Delphi ... 17
2.5 Teori Sampling ... 19
2.5.1 Keuntungan Menggunakan Sampel ... 19
2.5.2 Rancangan Sampling ... 20
2.5.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 22
2.5.3.1 Probability Sampling ... 22
2.5.3.2 Non – Probability Sampling ... 26
2.5.4 Kesalahan Sampling dan Kesalahan Non – sampling ... 30
2.6 Angket (Quetioner) ... 32
2.7 Skala Likert ... 34
2.8 Uji Kecukupan Data ... 35
2.9 Uji Validitas ... 36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 45
3.2 Identifikasi variabel ... 45
3.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 46
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 46
3.4.1 Penyusunan dan Penyebaran Kuisioner ... 46
3.4.2 Metode Sampling ... 47
3.4.3 Cara Pengambilan Sampel ... 48
3.5 Metode Pengolahan Data ... 48
3.5.1 Uji Kecukupan Data ... 51
3.5.2 Uji Validitas ... 52
3.5.3 Uji Reliabilitas ... 53
3.5.4 Perhitungan WTP ... 55
3.5.5 Clustering ... 56
3.5.6 Crosstab ... 56
3.5.7 Analisa Regresi ... 56
3.5.8 Pengembangan Skenario WTP ... 57
4.2 Pengolahan Data ... 64
4.2.1 Pra Pengolahan Data ... 64
A. Uji Validitas ... 65
B. Uji Reliabilitas ... 66
4.2.2 Identifikasi (Deskriptif) Responden ... 67
4.2.3 Willingness To Pay ... 69
4.2.4 Pengelompokkan Berdasarkan WTP ... 73
4.2.5 Komposisi Tiap Kelompok (Cluster) ... 74
4.2.6 Model WTP ... 76
4.2.7 Pengujian Asumsi Klasik ... 77
4.2.7.1 Pengujian Asumsi Multikolinieritas ... 77
4.2.7.2 Penugjian Asumsi Heteroskedasitas ... 79
4.2.7.3 Pengujian Linieritas ... 80
4.2.7.4 Pengujian Non Autokorelasi ... 81
4.2.7.5 Pengujian Asumsi Normalitas ... 81
4.2.8 Skenario Informasi Air R.O (Reverse Osmosis) ... 77
4.3 Analisa dan Pembahasan ... 85
4.3.1 Analisa Deskriptif ... 85
5.2 Saran ... 89
Gambar 2.1 Teknik Sampling ... 22
Gambar 2.2 Teknik Sampling Kluster Berdasarkan Daerah atau Wilayah ... 25
Gambar 2.3 Teknik snowball Sampling ... 30
Gambar 4.1 Deskriptif Responden ... 67
Gambar 4.2 Perbandingan WTP Terhadap Karakteristik Jenis Kelamin ... 70
Gambar 4.3 Perbandingan WTP Terhadap Karakteristik Usia ..………... 70
Gambar 4.4 Perbandingan WTP Terhadap Karakteristik Pendidikan ... 71
Gambar 4.5 Perbandingan WTP Terhadap Karakteristik Pekerjaan …...…... 71
Gambar 4.6 Perbandingan WTP Terhadap Karakteristik Pendapatan …... 72
Gambar 4.7 Perbandingan WTP Terhadap Karakteristik Rata – rata Pembelian ... 72
Gambar 4.8 Perbandingan WTP Terhadap Karakteristik Kandungan Air ... 73
Gambar 4.9 Pengujian Heteroskedastisitas ………...….…... 79
Gambar 4.10 Pengujian Linieritas ……….…...……….…... 80
Gambar 4.11 Pengujian Asumsi Normal ...……..……….…... 82
membutuhkan perhatian ekstra, tak mudah mendapatkan air tanah yang memenuhi syarat kesehatan. Salah satu solusi yang paling masuk akal mengatasi problem air bersih adalah dengan memanfaatkan teknologi ultraviolet (UV) dan Reverse Osmosis (R.O) yang biasa disebut air R.O. Untuk daerah Surabaya, informasi yang terkait dengan masalah keamanan penggunaan air R.O belum tersampaikan secara benar ke Masyarakat.
Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka permasalahan yang muncul berapakah nilai WTP masyarakat terhadap air Reverse Osmosis (RO), dan berapakah nilai WTP masyarakat apabila ada skenario jumlah air Reverse Osmosis (RO) banyak dan mudah dijangkau oleh warga, serta faktor – faktor apakah yang berpengaruh dan besar pengaruh tersebut nilai WTP masyarakat.
Nilai WTP Masyarakat terhadap air R.O (Reverse Osmosis) adalah pada rentang nilai antara Rp 5.772,73 hingga Rp 8.733,33. Nilai WTP tidak terlalu banyak berubah dengan adanya skenario jumlah air R.O (Reverse Osmosis) banyak dan mudah dijangkau meskipun probabilitas WTP mengalami sedikit peningkatan, dimana nilai WTP skenario tidak berbeda jauh dengan nilai WTP initial. Pergeseran ini disebabkan dengan skenario tersebut maka daya beli masyarakat di daerah Surabaya barat semakin tinggi, hal ini sesuai dengan pengaruh positif pendapatan yang tinggi terhadap nilai WTP. Faktor yang berpengaruh positif terhadap WTP adalah usia, jenis pekerjaan, pendapatan, rata-rata pembelian dan kandungan air minum. Sedangkan yang berpengaruh negatif adalah jenis kelamin dan pendidikan. Berdasarkan faktor – faktor yang ada maka di butuhkan pengembangan informasi air R.O (Reverse Osmosis) dan meningkatkan manajemen pemasarannya, khususnya daerah Surabaya Barat.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pencemaran lingkungan merupakan bentuk dari proses penurunan kualitas
lingkungan hidup yang dapat direfleksikan dengan menurunnya tingkat kesehatan
masyarakat. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat akan menimbulkan biaya
bagi setiap individu untuk mengantisipasinya. Masalah lingkungan juga tengah
menjadi isu global baik dinegara maju maupun negara berkembang, baik
pemerintah maupun masyarakat telah dan terus memberikan perhatian yang serius
pada masalah tersebut.
Dunia semakin menyadari bahwa krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini
membutuhkan perhatian ekstra, tak mudah mendapatkan air tanah yang memenuhi
syarat kesehatan. Kualitas air tanah cenderung menurun, demikian dengan sumber
– sumber air baku yang lain, seperti sungai, danau dan sebagainya.
Dalam persoalan simposium Pengembangan Surabaya Metropolitan area
dengan topik air baku yang diadakan ITS, proyeksi kebutuhan air baku di
Surabaya dari tahun ke tahun terus meningkat. Sementara itu, kualitas air baku di
Kali Surabaya terus menurun, ini disebabkan terjadinya konflik kebutuhan di
Daerah Aliran Sungai (DAS), penegakan hukum, pengawasan publik yang gagal,
serta degradasi air laut dan tanah disekitar DAS yang mengakibatkan erosi dan
banjir. Selain itu, rawannya jumlah teknis diperpipaan, penambahan jumlah
penduduk yang cepat, pencurian air, serta harga listrik dan air baku yang terus
meningkat juga menjadi penyebab. Sedangkan tarif yang diberlakukan tidak naik.
(pestisida dan hidrokarbon), limbah domestik, sampah yang dibuang
sembarangan, serta berbagai polutan dan limbah industri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2002, kandungan oksigen
terlarut (dissolved oxygen) pada Kali Surabaya di intake PDAM Karangpilang
tidak memenuhi baku mutu karena bernilai dibawah 6 mg/liter normalnya harus
lebih besar atau sama dari angka itu, sedangkan jumlah oksigen pelarut yang
dibutuhkan bakteri pengurai (Biochemical Oxygen Demand/BOD) air kali PDAM
karangpilang tidak memenuhi baku mutu karena bernilai diatas 2mg/liter, nilai
baku mutu BOD untuk air minum harus sama atau kurang dari angka itu.
Sementara itu, jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan
pencemar organik (Chemical Oxygen Demand/COD) di intake PDAM
Karangpilang tidak memenuhi baku mutu karena diatas 10mg/liter, nilai baku
mutu COD untuk air minum harus sama atau kurang dari 10mg/liter. Dengan
kondisi seperti itu, apakah layak air tersebut dikonsumsi orang? (Kit, 2007)
Hal serupa juga terjadi pada daerah lain yaitu suatu studi yang dilakukan
Badan Pengendali Lingkungan hidup (BPLHD) DKI Jakarta menyebutkan sampai
akhir Tahun 2004, air tanah DKI Jakarta sebanyak 63 persen mengandung bakteri
coliform. Sementara 75 persen diantaranya diduga tercemar fecal coli yang
melebihi baku mutu aman. Kesimpulan ini didapat BPLHD DKI setelah
melakukan uji sampel baku mutu air tanah terhadap 48 sumur yang tersebar
diseluruh DKI Jakarta. Hal serupa juga ditemukan BPLDH terhadap kualitas air di
13 sungai yang merupakan bagian dari hulu sungai ciliwung. BPLDH
menyebutkan air sungai yang biasanya dipakai sebagai air baku itu, telah
mg per liter. Padahal, berdasarkan standar kesehatan, baku mutu kadar BOD
seharusnya tidak boleh melebihi 10 mg perliter dan COD rata – rata 20 mg
perliter. Perlu dicatat bahwa dampak air tercemar terhadap kesehatan tubuh,
seringkali baru terasa dalam rentang waktu cukup lama. Kasus pencemaran sungai
Buyat di Kalimantan adalah salah satu buktinya. Salah satu solusi yang paling
masuk akal mengatasi problem air bersih adalah dengan memanfaatkan teknologi
pembersih air. Secara umum, sistem pembersih air terbagi dalam dua kategori,
yakni menggunakan sistem sterilisasi dan filter penjernih. Sistem sterilisasi
biasanya digunakan untuk air minum dan kebutuhan memasak, sementara
filterisasi dipakai untuk kebutuhan nonkonsumsi seperti mandi dan mencuci
pakaian. Sistem sterilisasi terbagi lagi dalam dua jenis, yaitu teknologi ultraviolet
(UV) dan reverse osmosis (RO) yang biasa disebut air RO. Informasi yang terkait
dengan masalah keamanan penggunaan air RO belum tersampaikan secara benar
ke masyarakat (http://www.Air-Biofir.com/RO/Surabaya, 29-06-2007). Rupanya perbedaan harga air RO yang saat ini Rp.8500,-per galon dengan air mineral dan
air isi ulang yang berharga Rp.9000,- dan Rp.3000,- yang menjadi faktor dominan
masyarakat dalam pertimbangan untuk mengkonsumsi air RO, dan air RO saat ini
masih merupakan faktor kendala tersendiri untuk pendistribusiannya.
Sehubungan dengan permasalahan ini maka dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat kesediaan masyarakat untuk membeli
(Willingness To Pay/WTP) Reverse Osmosis (Ro). Faktor – faktor yang
mempengaruhi besar atau kecilnya nilai WTP juga diteliti. Hasil dari penelitian ini
Investor, dan masyarakat dalam mengembangkan komunitas air minum yang
menyehatkan.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas maka diperoleh perumusan
masalah sebagai berikut: “Bagaimana kemampuan daya beli terhadap air reverse
osmosis dan faktor – faktor yang mempengaruhi?”
I.3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini batasan yang akan digunakan dalam adalah sebagai
berikut:
1. Dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, biaya, dan permasalahan
maka penelitian hanya dilakukan di daerah surabaya barat.
2. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode WTP
3. Penelitian dibatasi sampai pada interpretasi hasil yang diperoleh tentang
nilai WTP masyarakat terhadap air Reverse Osmosis (RO).
4. Penelitian didasarkan pada perhitungan yang berdasarkan pada data yang
ada dan rasional, sedangkan data yang bersifat sosial dan politik yang
I.4. Asumsi
Asumsi – asumsi yang digunakan adalah
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini baik yang merupakan data
sekunder dan yang diperoleh melalui wawancara dari responden surabaya
barat dan departemen terkait dianggap benar dan akurat.
I.5. Tujuan
Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kemampuan daya beli masyarakat terhadap air Reverse Osmosis
(RO).
2. Menentukan Faktor – faktor apakah yang berpengaruh terhadap WTP
masyarakat.
I.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Manfaat penelitian ini
adalah:
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam menentukan harga jual
air Reverse Osmosis sehingga dapat termanfaatkan.
2. Hasil penelitian ini dapat membantu pemerintah dalam menentukan hal –
hal apakah yang penting untuk diprioritaskan untuk pengembangan air
3. Bila hasil penelitian ini benar – benar direalisasikan maka harga jual dari air
bersih merupakan harga yang pantas untuk masyarakat, karena harga
tersebut terbentuk dari kesediaan masyarakat sendiri untuk membeli.
4. Jika hasil dari mpenelitian ini direalisasikan maka masyarakat akan
mendapatkan hal – hal yang menurut mereka sendiri penting.
5. Masyarakat dapat menikmati air yang lebih bersih yang lebih dapat dijamin
keberadaannya.
I.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah,
batasan masalah, asumsi, tujuan, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang berbagai landasan teori dan tinjauan pustaka
yang digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan penelitian dan
memecahkan masalah yang dihadapi. Beberapa hal yang diulas dalam
bab ini adalah tinjauan umum tentang air Reverse Osmosis (RO),
Metode Willingness To Pay (WTP), dan yang merupakan teori
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan secara lebih detail mengenai langkah –
langkah kerja yang akan dilakukan dalam usaha menyelesaikan
masalah tersebut.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi analisa dan pembahasan hasil dari pengumpulan dan
pengolahan data
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan tahap akhir dari penelitian yang telah dilakukan
yang meliputi pengambilan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan
serta saran – saran baik untuk penelitian selanjutnya maupun untuk
penentuan kebijakan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Konsumen
American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen
(Consumer Behavior) sebagai “interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi,
perilaku, dan kejadian disekitar kita di mana manusia melakukan aspek pertukaran
dalam hidup mereka”. Paling tidak ada tiga ide penting dalam definisi diatas: (1)
Perilaku konsumen adalah dinamis (2) hal tersebut melibatkan interaksi antara
pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar, dan (3) hal tersebut
melibatkan pertukaran.
2.1.1 Perilaku Konsumen Adalah Dinamis
Pertama, definisi di atas menekankan bahwa perilaku konsumen itu
dinamis. Ini berarti bahwa seorang konsumen, grup konsumen, serta masyarakat
luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi
terhadap studi perilaku konsumen, demikian pula pada pengembangan strategi
pemasaran. Dalam hal studi perilaku konsumen, salah satu implikasinya adalah
bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk satu jengka waktu
tertentu, produk, dan individu atau grup tertentu.
2.1.2 Perilaku Konsumen Melibatkan Interaksi
Hal kedua yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen adalah
keterlibatan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian sekitar.
pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi)
dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan apa
serta dimana (kejadian disekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa
yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan oleh konsumen. Disini tidak boleh hanya
menganalisis dampak kejadian disekitar terhadap pengaruh, kognisi, atau perilaku,
seperti yang biasanya dilakukan dalam riset dasar.
2.1.3 Perilaku Konsumen Melibatkan Pertukaran
Hal terakhir yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen adalah
pertukaran diantara individu. Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap
konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga menekankan pertukaran.
Kenyataannya, peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan
konsumen melalui formulasi dan penerapam strategi pemasaran (Peter dan Olson,
1999)
2.2 Air Reverse Osmosis (RO)
Air merupakan media bagi segala proses biokimia tubuh yang berfungsi
untuk memberi zat pelumas pada sendi – sendi dan jaringan lunak, mengisi semua
sel dan lubang – lubang kecil dalam tubuh. Menurut penelitian, manusia dapat
hidup tanpa makan selama tujuh belas hari, tetapi hanya dapat bertahan hidup bila
tidak minum. Air mengisi 60.000 mil urat nadi dan arteri dalam tubuh kita, darah
mengandung cairan 60 – 80 persen dan 90 persen cairan tersebut merupakan air
Sistem RO adalah teknologi penemuan NASA USA yang digunakan
dalam pesawat luar angkasa. Dengan daya tekanan air, H2O keluar melalui
membran RO sehingga menghasilkan air murni. Sedangkan air yang
tercemar/terpolusi disisihkan melalui saluran lain dan dibuang. Diantariksa para
astronot mengkonsumsi air minum yang diproses dari air seni melalui proses
Reverse Osmosis (RO) yang menghasilkan air murni, yang biasa disebut dengan
air RO.
2.2.1 Proses Penyaringan Air Minum R.O
1. Sedimen Filter yaitu menyaring partikel yang besar seperti kotoran, lumpur,
pasir, debu, karat, bahan mikro, kapur.
2. Pre – Carbon Filter (GAC Carbon Actived), berfungsi sebagai penyerap bau,
warna, rasa tak sedap, bahan kimia organik dan klorin.
3. CTO Carbon Block, memiliki dua fungsi sebagai sediment 10 micron dan
karbon aktif yang menyerap bau, warna, rasa tak sedap, bahan kimia organik
dan klorin dalam tahap lanjutan.
4. Reverse Osmosis Membrane yaitu, membuang seluruh pencemaran kimia,
bakteri dan virus hingga tingkat terkecil 0,0001 micron sehingga
menghasilkan air murni H2O.
5. Post Carbon Filter, mengembalikan rasa dan menghilangkan bau tak sedap
2.2.2 Penyaringan RO dapat melakukan pembersihan sempurna terhadap bahan pencemar seperti:
1. Plumbum, penyebab kerusakan system syaraf dan ginjal.
2. Arsenik, penyebab penyakit tumor lapisan kulit dan system syaraf.
3. Natrium, penyebab penyakit darah tinggi dan jantung.
4. Sulfat dan Magnesium, penyebab gangguan system pencernaan.
5. Potasium, penyebab ketidakseimbangan elektrolit.
6. Cadnium, penyebab sakit punggung.
7. Fosfor, penyebab keracunan fosfor.
8. Kalsium, penyebab batu ginjal dan arthritis
9. Klorin, komponen karsiogenik.
10.Bakteri dan Virus, penyebab terjangkitnya berbagai penyakit.
11.Baja dan Herbisida, penyebab keracunan dan hepatitis.
12.Dioksin, penyebab hepatitis.
13.Cahaya radioaktif, merusak karsinogen.
14.Bau, merusak selera.
15.Endapan, penyebab batu ginjal
16.Bahan Organik, merusak gigi dan komponen karsinogenik.
17.Flurescene, penyebab tumor dan kanker lapisan kulit.
2.2.3 Keistimewaan Air R.O
Dengan mengkonsumsi air murni bebas polusi akan meningkatkan
kesehatan dan menyembuhkan berbagai penyakit, seperti: asam urat, darah tinggi,
2.2.4 Kelebihan Sistem Reverse Osmosis Dibandingkan Dengan Sistem Lainnya.
§ Air Minum Kesehatan Dengan Sistem R.O
1. Air murni dengan kandungan oksigen yang tinggi dapat menguatkan sel –
sel dan organ tubuh, meningkatkan daya tahan dan daya penyembuhan
tubuh.
2. Bebas dari segala jenis logam – logam berat, kotoran, dan kuman.
Mengandung zat mineral tanpa ion.
§ Air Penukaran Ion
1. Hanya membuang logam berat tetapi masih mengandung banyak natrium
Yang dapat mengakibatkan darah tinggi dan masalah jantung
2. Bahan – bahan organik, bakteri dan virus tidak dapat disaring.
§ Air Penyulingan
1. Hasilnya dianggap sebagai ‘air mati’ karena kekurangan oksigen dan
berbau
2. Gagal untuk membuang bahan organik seperti triklorometana
§ Air Dari Penyaringan Karbon Aktif
1. Tidak dapat membuang virus, logam berat, asbestos, nitrat, dan bahan –
bahan lainnya.
2. Mudah menjadi tempat pembiakkan kuman dan bakteri.
§ Pengendapan
1. Kualitas tidak stabil, perbedannya besar.
2. Tidak dapat membuang bakteri, logam berat, asbestos, nitrat, garam dan
3. Tempat pembiakkan bakteri.
§ Air Mendidih
1. Berfungsi untuk membunuh bakteri, tetapi sisanya tetap tertinggal dalam
air.
2. Mempercepat reaksi antara bahan organik untuk bergabung dengan klorin
yang akan membentuk triklorometana.
3. Pada saat mendidih terjadi uap air (penguapan). Hal ini menyebabkan
bertambahnya kepekatan bahan pencemaran air dan sisa kalsium.
§ Sterilisasi Ozon
1. Hanya dapat membunuh bakteri, hasilnya lebih buruk dibandingkan
dengan metode pendidihan.
2. Tidak dapat menyaring keluar bahan pencemar.
§ Air Hasil Cahaya Ultraviolet
1. Dapat membunuh bakteri tetapi kurang efektif dibandingkan dengan air
mendidih.
2. Selain membunuh bakteri ia tidak dapat menghilangkan kotoran lain.
§ Air Mineral
1. 45% air mineral dipasaran mengandung bahan fosforus.
2. Mutu berubah dan kebersihan tidak terjamin.
3. Mahal
2.3 Willingness To Pay
Willingness To Pay merupakan metode evaluasi dengan mengukur
kesediaan seorang membayar sejumlah tertentu dari pendapatannya untuk suatu
kondisi yang diamati. Metode ini digunakan sebagaian besar untuk program –
program konservasi lingkungan dan sejenisnya.
Beberapa penelitian yang terkait dengan Willingness To Pay adalah
sebagai berikut:
§ Penelitian yang dilakukan oleh Wang Hua dan Dale Whittington yang tentang WTP untuk peningkatan kualitas udara di Sofia, Bulgaria (1997).
§ Penelitian tentang pengkajian kesanggupan masyarakat membayar masyarakat terhadap peningkatan kualitas udara disekitar ruas jalan oleh G. Gunawan,
penelitian puslitbang prasarana transportasi, KBK lingkungan jalan, Bandung.
Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam metode ini adalah:
a. Membangun kuisioner WTP yang dapat dilihat pada lampiran.
b. Menghitung nilai personal value.
c. Merata – ratakan nilai personal value sehingga didapat nilai WTP total.
Data WTP diperoleh upaya untuk melihat seberapa besar responden
merelakan sejumlah pendapataannnya untuk membeli suatu barang dengan harga
yang relatif mahal. Personal value dari masing – masing responden dapat dihitung
dengan menjumlahkan nilai – nilai yang telah dipilih oleh responden dengan nilai
nominal yang dipilihnya. Apabila seseorang memilih nilai 4 untuk Rp. a dan 3
untuk Rp. b maka personal valuenya adalah:
Setelah masing – masing personal value dari responden ditemukan, maka
dicari rata – ratanya sebagai nilai WTP keseluruhan.
Sedangkan untuk perhitungan individual WTP dilakukan dengan
menggunakan perumusan sebagai berikut:
Dimana: Pi = Harga Air R.O ke-i
pi = Probabilitas Responden terhadap harga air R.O ke-i
(Altaf, Anjum, 1992)
2.4 Contingent Valuation
Contingent Valuation (CV) adalah suatu teknik penelitian yang dapat
digunakan untuk menanyakan kepada masyarakat tentang nilai atau harga yang
mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang
lingkungan jika pasar betul – betul tersedia atau jika ada cara – cara untuk
pembayaran. Metode ini mengamsumsikan bahwa orang akan bertindak nantinya
seperti yang di katakan ketika situasi hipotesis yang disodorkan kepadanya akan
menjadi kenyataan pada masa yang akan datang (Yakin, 1997). Metode CV untuk
mengukur Willingness To Pay (WTP) dari proyek sosial sudah sering digunakan
pada banyak bidang dinegara maju. Menurut Dixon (1991) ada beberapa macam
metode CV. Metode CV yang dapat digunakan dijelaskan pada bagian berikut.
∑
∑
=Pi pi Pi
2.4.1 Bidding Games
Dengan bidding games setiap individu diminta untuk menilai suatu situasi
dan menyatakan kesediaannya untuk membayar (WTP) atau kesediaan untuk
menerima kompensasi dari perubahan terhadap suatu objek. Teknik ini sering
digunakan untuk barang – barang umum, seperti lahan parkir, kondisi udara dan
air. Prosedurnya pewawancara mendiskripsikan suatu kondisi kemudian kepada
responden ditawarkan suatu harga awal sebagai harga dasar dan responden
diminta untuk mengukur tingkat ketertarikan mereka dengan menyebutkan harga
tertentu yang lebih tinggi daripada harga awal tersebut. Kelemahan dari metode
ini adalah pada harga awal yang ditawarkan tidak selalu merupakan harga dalam
rentangan yang masih disukai responden. Kelemahan yang lain adalah jawaban
yang diberikan oleh responde mungkin bias dikarenakan kepentingan responden
dalam permasalahan yang diteliti.
2.4.2 Take it or Leave it
Penelitian ini dilakukan secara random dalam suatu grup. Setiap sampel
dari grup ditanya dengan pertanyaan yang sama tentang apakah mereka bersedia
atau tidak membayar sesuai dengan beberapa pilihan harga yang ditawarkan. Pada
metode ini, jawaban responden hanyalah berupa ya atau tidak. Hasil penelitian
adalah beberapa pilihan harga dengan tiap pilihan harga mempunyai proporsi dari
sampel yang bersedia untuk membayar. Keuntungan dari metode ini adalah lebih
menyerupai keadaan dipasar pada saat kita menawarkan suatu barang. Responden
ditawari barang dengan dengan harga tertentu dan diminta untuk memutuskan
2.4.3 Trade – Off – Games
Pada metode ini, responden diminta memilih diantara beberapa macam
pilihan yang berbeda. Dalam setiap pilihan tersebut ada dua hal yang
diperbandingkan, biasanya satu merupakan objek lingkungan dan objek yang
lainnya adalah sejumlah uang. Sebagai contoh adalah responden diminta untuk
menyebutkan jumlah uang yang akan dia bayarkan untuk setiap penambahan
barang publik. Jawaban dari pertanyaan ini dapat diinterpretasikan sebagai nilai
kompensasi marginal atau marginal WTP untuk barang – barang publik.
2.4.4 Costless Choice
Costless Choice menanyakan ketertarikan seseorang pada dua atau lebih
pilihan yang berbeda. Alternatif yang tersedia bisa onjek linkungan yang tidak
bisa dinilai atau suatu barang yang bisa dinilai. Bila dari pilihan tersebut pada
akhirnya responden memilih objek lingkungan maka dapat diestimasikan bahwa
nilai minimum dari objek lingkungan tersebut adalah seharga barang yang
diperbandingkan. sedangkan bila responden memilih barang maka diestimasikan
bahwa nilai dari objek lingkungan tersebut lebih rendah daripada barang yang
dipilih.
2.4.5 Teknik Delphi
Teknik ini berbeda dengan teknik yangtelah disebutkan sebelumnya.
Responden dari teknik ini adalah para ahli. Responden ahli ini diberi pertanyaan
untuk menilai suatu barang tertentu. Dari jawaban beserta penjelasan dari jawaban
untuk menilai suatu barang tertentu. Dari jawaban beserta penjelasan dari jawaban
dibahas bersama – sama dan masing – masing ahli mengevaluasi lagi kemudian
diminta untuk menjawab pertanyaan yang sama dengan pertanyaan sebelumnya.
Hal ini diulangi berkali – kali sampai didapat jawaban yang hampir berdekatan
yaitu jawaban mengelompok disekitar nilai rata – rata. Teknik dibutuhkan waktu
yang relatif lama dan biaya yang besar. Secara normal para ahli tidak berkumpul
ditempat yang sama, komunikasi yang dilakukan adalah secara tertulis. Hali ini
untuk menghindari konfrontasi langsung antara para ahli dan menghindari
pengaruh dari ahli yang mendominasi.
Seperti halnya metode – metode lain yang memiliki keterbatasan, dalam
pengaplikasian metode CV ini juga terdapat kelemahan, beberapa diantaranya
adalah strategic bias, information bias, instrument bias. Strategic bias mungkin
muncul bila responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak benar
demi kepentingaannya sendiri. Misalnya jika pertanyaannya mengenai berapa
harga yang pantas dibayarkan untuk suatu skenario tertentu, maka reponden
cenderung untuk menjawab pada harga yang lebih murah, hal ini dimaksudkan
untuk menghindari pembayaran yang berlebihan. Hal sebaliknya terjadi bila
pertanyaannya adalah tentang berapa besar kompensasi yang harus dibayarkan
untuk menanggung kerugian responden, responden tentu menjawab dengan harga
yang lebih tinggi dari semestinya. Information bias dapat terjadi bila informasi
yang diberikan terlalu sedikit atau skenario yang kurang tepat pada saat
wawancara. Instrument bias terjadi bila responden merasa tidak jelas tentang
prosedur pembayaran, karena perbedaan prosedur pembayaran menghasilkan
2.5 Teori Sampling
Untuk melakukan analisis statistik diperlukan data, karenanya data perlu
dikumpulkan. Bergantung pada berbagai faktor, untuk ini kadang – kadang
diperlukan sensus, kadang – kadang dilakukan sampling. Sensus terjadi apabila
setiap anggota atau karakteristik yang ada di dalam populasi dikenai penelitian.
Jika tidak maka samplinglah yang ditempuh, yaitu sampel diambil dari populasi
dan datanya dikumpulkan (Sudjana, 2001).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan, 2004 dalam
Sugiyono, 2002). Sedangkan sampel menurut (Riduwan, 2004 dalam Arikunto,
1998) mengatakan bahwa, sampel adalah bagian dari populasi (sebagaian atau
wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagaian dari populasi
yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.
2.5.1 Keuntungan Menggunakan Sampel
1. Memudahkan peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan dengan
menggunakan populasi dan apabila populasinya terlalu besar dikhawatirkan
akan terlewati.
2. Peneliti lebih efisien (dalam arti penghematan uang, waktu, dan tenaga).
3. Lebih diteliti dan cermat dalm pengumpulan data, artinya jika subjeknya
banyak dikhawatirkan adanya bahaya bias dari orang yang mengumpulkan
data, karena sering dialami oleh staf bagian pengumpul data mengalami
4. Peneliti lebih efektif, jika peneliti bersifat destruktif (merusak) yang
menggunakan spesemen akan hemat dan bisa dijangkau tanpa merusak semua
bahan yang ada serta bisa digunakan untuk menjaring populasi yang
jumlahnya banyak. Sedangkan besar kecilnya sampel yang diambil akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: besar biaya yang tersedia, tenaga
(orang) yang ada, waktu dan kesempatan peneliti, serta peralatan yang
digunakan dalam pengambilan sampel (Riduwan, 2004).
2.5.2 Rancangan Sampling
Jika untuk penelitian ternyata sampling telah disepakati, selanjutnya
sampling perlu dirancangkan dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
sehubungan dengan ini antara lain :
a Rumuskan persoalan yang ingin diketahui.
b Tentukan dengan jelas batas populasi mengenai persoalan yang ingin
diketahui itu. Sering kesimpulan tidak benar karena telah dibuat berdasarkan
sampel yang diambil dari populasi yang salah.
c Definisikan dengan jelas dan tepat segala unit dan istilah yang diperlukan.
d Tentukan unit sampling yang diperlukan. Unit sampling adalah satuan terkecil
yang menjadi anggota populasi. Untuk meneliti macam beras yang digunakan
misalnya, apakah unit samplingnya keluarga atau perorangan anggota
keluarga?
e Tentukan dan rumuskan cara-cara pengukuran dan penilaian yang akan
dilakukan. Untuk mengukur derajat kecerdasan penduduk berdasarkan
kategori? Samakah nilainya untuk seorang lulusan SMA yang mengikuti
kursus satu tahun dan seseorang yang hanya mengakhiri akademi di tahun
pertama?
f Kumpulkan, jika ada, segala keterangan. tentang hal yang ingin diteliti yang
pernah dilakukan masa lampau. Misalnya mengenai persentase, rata-rata dan
ukuran-ukuran lainnya.
g Tentukan ukuran sampel, yakni berapa unit sampling yang harus diambil dari
populasi. Jangan sampai sampel berukuran terlalu kecil, sehingga kesimpulan
tidak memuaskan dan pula terlalu besar yang menyebabkan biaya terlalu
banyak. Hal ini akan dipelajari nanti sehubungan dengan presisi yang
dikehendaki dari hasil penelitian.
h Tentuka cara sampling yang mana akan ditempuh agar sampel yang diperoleh
representatif. Beberapa cara yang dikenal dan disebutkan dalam bagian
sesudah ini.
i Tentukan cara pengumpulan data yang mana akan dilakukan, apakah
wawancara langsung, dengan daftar isian, meneliti langsung, atau
mengumpulkan dari sumber-sumber yang sudah ada. Siapkan daftar
wawancara, daftar isian, formulir yang perlu dan lain-lain. Latihlah dan beri
penjelasan secukupnya semua petugas yang bersangkutan..
j Tentukan metode analisis mana yang akan digunakan.
k Sediakan biaya dan minta bantuan ahli baik berbentuk pembantu tetap ataupun
2.5.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara
mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar – benar
dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Ada dua macam teknik pengambilan sampling dalam penelitian yang umum
dilakukan yaitu: 1). Probability Sampling dan 2). Non probability sampling.
Teknik pengambilan seperti gambar berikut:
Gambar 2.1. Teknik Sampling (Riduwan, 2004).
2.5.3.1 Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang
yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
yang tergolong teknik probability sampling yaitu: Teknik
Sampling
1. Simple Random Sampling 2. Proportionate Stratified
Random Sampling
3. Disproportionate Stratified Random Sampling
4. Area Sampling
1. Sampling Sistematis 2. Sampling Kuota 3. Sampling Aksidental 4. Purposive Sampling 5. Sampling Jenuh 6. Snowball Sampling Probability
Sampling
Non Probability
a. Simple Random sampling
Simple Random sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota
populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan)
dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi
dianggap homogen (sejenis). Contohnya:
1. Jumlah guru SMU yang mengikuti penataran Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) dikota Bandung.
2. Jumlah petani yang mendapatkan bantuan Jaring Pengaman Sosial (JPS) di
Kabupaten Pasuruan.
3. Jumlah perusahaan tekstil asing yang diterima di Indonesia.
4. Jumlah guru pegawai Dispenda Kota Makasar yang dimutasi.
Guru SMU, petani menerima bantuan JPS, perusahaan tekstil, dan pegawai
Dispenda itu semua merupakan populasi yang sejenis.
b. Proportionate Stratified Random Sampling
Proportionate stratified random sampling ialah pengambilan sampel dari
anggota populasi secara acak dan berstrata secara proposional. Dilakukan
sampling ini apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis). Contohnya:
Jumlah kursi anggota DPR dari partai besar pemenang Pemilu Tahun 1999:
§ Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) = 153 Kursi
§ Partai Golongan Karya (Golkar) = 120 Kursi
§ Partai Persatuan Pembangunan (PPP) = 58 Kursi
§ Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) = 51 Kursi
Jumlah sampel yang diambil harus sama porsinya dengan jumlah kursi di DPR
dari partai besar.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproportionate Stratified Random Sampling ialah pengambilan sampel dari
anggota populasi secara acak dan berstrata tetap sebagaian ada yang kurang
proporsional pembagiannya, dilakukan sampling ini apabila populasi heterogen
(tidak sejenis). Contohnya: Jumlah Pegawai Pada Perusahaan Astra Jakarta,
meliputi:
§ Direktur Utama = 1 Orang
§ Kepala Departemen = 5 Orang
§ Kepala Divisi = 25 Orang
§ Kepala Bidang = 250 Orang
§ Kepala Cabang = 500 Orang
§ Kepala Karyawan = 3500 Orang
Dari jumlah karyawan yang berasal dari Direktur Utama = 1 orang dan Kepala
Departemen = 5 orang tersebut diambil dijadikan sampel karena terlalu sedikit
bila dibandingkan dengan bagian lain.
d. Area Sampling (Sampling Daerah atau Wilayah)
Area Sampling (Sampling Daerah atau Wilayah) ialah teknik sampling yang
dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang ada.
Contoh: Peneliti akan melihat pelaksanaan imunisasi Vitamin A di seluruh
wilayah Indonesia, karena wilayah cukup luas terdiri dari 33 propinsi dan masing
– masing berbeda kondisinya, mak peneliti mengambil sampel dari provinsi,
Kecamatan terdiri dari kelurahan atau desa, desa terdiri dari RW, RW terdiri dari
RT akhirnya RT terdiri dari keluarga – keluarga yang akan mendapat imunisasi
Vitamin A. (Riduwan, 2004 dalam Sudjana, 1992).
Teknik untuk mendapatkan sampel mula-mula secara acak diambil sampel
yang terdiri dari provinsi, dari tiap provinsi dalam sampel, disebut provinsi
sampel, dari tiap kabupaten atau kota dalam sampel disebut kabupaten atau kota
sampel, secara acak diambil kecamatan. Banyaknya kecamatan yang diambil dari
tiap kabupaten atau kota sampel mungkin sama banyak mungkin pula berbeda.
Setelah didapat kecamatan sampel. Kemudian dari tiap kecamatan sampel secara
acak diambil kelurahan atau desa, untuk mendapatkan kelurahan atau desa sampel
selanjutnya dari tiap desa sampel secara acak pula diambil RW sampel. Akhirnya
dari tiap RW sampel secara acak diambil RT sampel. Keluarga-keluarga RT
sampel inilah, setelah semuanya digabungkan yang menjadi anggota sampel
klaster, yaitu kepada anak-anak yang akan menerima imunisasi vitamin A dengan
demikian hasilnya akan mencerminkan pelaksanaan imunisasi vitamin A seluruh
Indonesia.
Gambar 2.2 Teknik Sampling Kluster Berdasarkan Daerah atau Wilayah
(Riduwan, 2004).
PROVINSI KECAMATAN RW
RT
Keluarga yang akan Diimunisasi
Vitamin A
KELURAHAN/ DESA KABUPATEN/
2.5.3.2 Non-Probability Sampling
Non-probability sampling ialah teknik sampling yang tidak memberikan
kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota
sampel. Teknik non-probability sampling antara lain:
a. Sampling Sistematis
Sampling sistematis ialah pengambilan sapel didasarkan atas urutan dari
populasi yang telah diberi nomor urut atau anggota sampel diambil dari populasi
pada jarak interfal waktu, ruang dengan urutan yang seragam.
1. Jumlah populasi 140 pegawai diberi nomor urut no.1 s.d no.140.
Pengmabilan sampel dilakukan berdasarkan nomor genap (2, 4, 6, 8, 10
sampai 140) atau nomor ganjil (1, 3, 5, 7, 9 sampai 139). Pengambilan
sampel bisa juga dengan cara mengambil nomor kelipatan (7, 14, 21, 28
sampai 140).
2. Para pelanggan listrik nama-namanya sudah terdaftar di Bagian
Pembayaran Listrik berdasarkan lokasinya. Untuk pengambilan sampel
tentang pelanggan listrik, secara sistematis dapat diambil melalui rayon
pembayaran listrik.
3. Pelanggan telepon yang namanya sudah terdapat dalam buku telepon
apabila peneliti ingin mengambil sampel tentang disiplin pembayaran
telepon, maka secara sistematis dapat mengambil sumber data lansung
dibuku tersebut.
4. Peneliti akan mengadakan pemeriksaan metalorgi ( ilmu bahan )
pengambilan sampel dapat dilakukan pada jarak interfal waktu tertentu,
misalnya tiap 30 detik, 5 menit, 30 menit, 2 jam, 5 jam dst.
5. Peneliti menginginkan sampel 40 pegawai dari jumlah populasi berukuran
400 pegawai. Caranya mula-mula setiap subjek dari populasi diberi nomor
urut yaitu: no.1 s.d.no.400, kemudian jumlah populasi 400 dibagi 10
sehingga didapat 40 group (sub-populasi) setiap groupnya berjumalah 10
pegawai. sub-populasi ke-1 berisi nomor urut pegawai : no.1 s.d. no.10,
populasi ke-2 nomor urut pegawai : no.11 s.d. no.20 dst hingga
sub-populasi ke-40 nomor urut pegawai : 391 s.d. 400.
b. Sampling Kuota
Sampling Kuota ialah teknik penentuan sampel dari populasi yang mempunyai
ciri – ciri tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki atau pengambilan
sampel yang didasarkan pada pertimbangan – pertimbangantertentu dari peneliti.
Caranya menetapkan jumlah besar jumlah sampel yang diperlukan, kemudian
menetapkan jumlah (jatah yang diinginkan), maka jatah itulah yang dijadikan
dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan. Contoh:
1. Peneliti ingin mengetahui informasi tentang penempatan karyawan yang
tinggal di perumahan pondok hijau, dalam kategori jabatan tertentu pula.
Dalam pemilihan orangnya (pengambilan sampel) akan ditentukan
pertimbangan oleh peneliti sendiri atau petugas yang diserahi mandat.
2. Jemaah haji yang berangkat ke tanah suci sudah diberi jatah oleh Persatuan
Haji Indonesia (PIH) bekerjasama dengan pemerintah Arab Saudi, yaitu
sebanyak 250.000 orang calon haji dari populasi 250.000.000 jiwa penduduk
yang menyebar di wilayah Indonesia, tergantung kepada jumlah penduduk
setiap provinsi dan kabupaten atau kota. Jika peneliti ingin meneliti kesehatan
calon haji di tanah suci, maka sampel yang dipakai sebanyak 250.000 orang
yang menyebar di embarkasi dan kloter masing – masing wilayah.
3. Diadakan penelitian prestasi kerja terhadap 1.250 orang peserta Diklatpim
Tingkat 3 yang menjabat Eselon III, penelitian dilakukan secara tim yang
terdiri dari 25 orang. Caranya setiap anggota peneliti dapat memperoleh jatah
sampel secara bebas sesuai dengan ciri – ciri dan prosedur yang ditentukan
oleh 50 orang peserta Diklatpim Tingkat 3.
c. Sampling Aksidental
Sampling Aksidental ialah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor
spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti
dan sesuai denga karakteristik (ciri – cirinya), maka orang tersebut dapat
digunakan sebagai sampel (responden). Contohnya, peneliti ingin mengetahui
sejauh mana fluktuasi pemasaran parfum yang dipakai oleh pria dan wanita,
peneliti mengambil stand di Bandung Indah Plaza (BIP). Cara pengambilan
sampel yaitu membatasi jumlah sampel misalnya 100 orang, maka setiap orang
yang jalan – jalan di BIP dan yang berminat sesuai denga karakteristik
penggunaan parfum dijadikan responden.
d. Purposive Sampling.
Purposive Sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik
sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan –
pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel
pertimbangan untuk pengambilan sampel yang diperlukan. Oleh karena itu,
sampling ini cocok untuk studi kasus yang mana aspek dari kasus tunggal yang
representatif diamati dan dianalisis. Contohnya, kasus bumbu masak yang pernah
dinyatakan haram. Peneliti ingin mengetahui penyebabnya dengan cara mencari
sampel (responden) yang ahli dibidang pembuatan bumbu masak, dan mencari
responden dari kalangan ulama yang ahli dalam memberikan fatwa masalah
tersebut.
e. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh ialah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi
digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus. Sampling jenuh
dilakukan bila populasinya kurang dari 30 orang. Contoh: Akan diadakan
penelitian laboratorium bahasa Inggris Universitas Negeri Malang – Jatim
mengenai tingkat keterampilan percakapan para pegawai yang akan dikirim ke
Australia. Dalam hal ini populasi yang akan diteliti kurang dari 30 orang, maka
seluruh populasai dapat dijadikan sampel.
f. Snowball Sampling
Snowball Sampling ialah teknik yang semula berjumlah kecil kemudian
anggota sampel (responden) mengajak para sahabatnya untuk dijadikan sampel
dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin membengkak jumlahnya seperti
(bola salju yang sedang menggelinding semakin jauh semakin besar). Contoh:
Seorang manajer di CNI akan merekrut temannya untuk menjadi anggotanya
(down line), dengan berbagai pelatihan yang diikutinya akhirnya temannya
anggotanya untuk dimintai pendapat atas penghasilannya tersebut. Proses
penelitiaannya seperti gambar 2.3 berikut.
Pilihan GAM 1 Pilihan GAM 2
Gambar 2.3 Teknik Snowball Sampling (Riduwan, 2004).
2.5.4 Kesalahan Sampling dan Kesalahan Non-Sampling
Ridwan (2004) dalam Sudjana (1992) mengatakan bahwa: “Berdasarkan
pengalaman waktu penelitian ada dua macam kesalahan pokok yang perlu
dicermati dan dapat terjadi, yaitu: Kesalahan sampling dan kesalahan non –
sampling.
1. Kesalahan Sampling.
Kesalahan ini terjadi disebabkan oleh kenyataan adanya pemeriksaan yang
tidak lengkap tentang populasi dan penelitian hanya dilakukan berdasarkan
sampel. Jelas bahwa penelitian terhadap sampel yang diambil dari populasi dan
penelitian terhadap populasi itu sendiri, kedua penelitian dilakukan dengan
dan hasil yang akan dicapai jika prosedur yang sama digunakan dalam sampling
juga digunakan dalam sensus (populasi) dinamakan kesalahan sampling. Para ahli
statistika telah berusaha untuk mengukur dan mempertimbangkan kesalahan ini
supaya dapat dikontrol. Adapun cara untuk dapat melakukannnya ialah dengan
jalan mengambil sampel berdasarkan sampel acak dan memperbesar ukuran
sampel.
2. Kesalahan Non – Sampling.
Kesalahan ini dapat terjadi dalam setiap penelitian, apakah itu berdasarkan
sampling ataukah berdasarkan sensus. Beberapa penyebab terjadinya kesalahan
non – sampling adalah:
a Populasi tidak teridentifikasi sebagaimana mestinya.
b Populasi yang menyimpang dari populasi yang seharusnya dipelajari.
c Angket tidak dirumuskan sebagaimana mestinya yang memenuhi standar
validitas.
d Istilah – istilah telah didefinisikan kurang tepat atau telah digunakan tidak
secara konsisten (reliable).
e Para responden tidak memberikan jawaban yang akurat, menolak untuk
menjawab atau tidak ada di tempat ketika petugas (peneliti) datang untuk
melakukan wawancara.
Selain daripada itu, kesalahan non – sampling bisa terjadi pada waktu
mencatat data, melakukan tabulasi dan melakukan perhitungan. Kesalahan ini
dapat menimbulkan kesulitan – kesulitan pada penelitian. Oleh karena itu, cukup
baik (representatif) ada tiga hal yang harus diperhatikan (1) Akurasi, (2)
Ketelitian, dan (3) representasi (Ridwan, 2004).
2.6 Angket (Questionnaire)
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain
bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna.
Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu
masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan
jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.
Disamping itu, responden mengetahui informasi tertentu yang diminta. Angket
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: angket terbuka dan angket tertutup.
a. Angket Terbuka (angket tidak berstruktur) ialah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian
sesuai dengan kehendak dan keadaannya.
Keuntungan angket terbuka:
§ Bagi responden: Mereka dapat mengisi sesuai dengan keinginan yang sesuai dengan keadaan yang dialaminya.
§ Bagi peneliti: Akan mendapat data yang bervariasi, bukan hanya yang sudah disajikan karena sudah diasumsikan oleh peneliti.
b. Angket Tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih
satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara
Sebagaian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai
metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuisioner atau angket memang
mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpulan data.
Memang kuesioner baik, asal cara dan pengadaannya mengikuti
persyaratan yang telah digariskan dalam penelitian.
Sekali lagi sebelum kuisioner disusun, maka harus dilalui prosedur.
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuisioner.
2. Mengidentifikasi variabel yang akan djadikan sasaran kuesioner.
3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang lebih spesifik dan
tunggal.
4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk
menentukan teknik analisisnya.
Penentuan sampel sebagai responden kuesioner perlu mendapat perhatian
pula. Apabila salah menentukan sampel, informasi yang kita butuhkan barangkali
tidak kita peroleh secara maksimal.
Angket anonim memang ada kebaikannya karena responden bebas
mengemukakan pendapat. Akan tetapi penggunaan angket anonim mempunyai
beberapa kelemahan pula.
1. Sukar ditelusuri apabila ada kekurangan pengisian yang disebabkan karena
responden kurang memahami maksud item.
2. Tidak mungkin mengadakan analisis lebih lanjut apabila peneliti ingin
memecah kelompok berdasarkan karakteristik yang diperlukan.
Penelitian dilakukan oleh Francis J. Di Vesta memberikan gambaran hasil
baik yang anonim maupun yang bernama. Faktor – faktor yang mempengaruhi
perlu tidaknya angket diberi nama adalah:
1. Tingkat kematangan responden.
2. Tingkat subjektivitas item yang menyebabkan responden enggan
memberikan jawaban.
3. Kemungkinan tentang banyaknya angket.
4. Prosedur (teknik) yang akan diambil pada waktu menganalisis data.
Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil mantap adalah dengan proses
uji coba. Sampel yang diambil untuk keperluan uji coba haruslah sampel dari
populasi di mana sampel penelitian akan diambil. Dalam uji coba, responden
diberi kesempatan untuk memberikan saran – saran perbaikan bagi kuesioner yang
diujicobakan itu. Situasi sewaktu uji coba dilaksanakan harus sama dengan situasi
kapan penelitian yang sesungguhnya dilaksanakan.
Salah satu metode angket adalah bahwa angketnya sukar kembali. Apabila
demikian keadaannya maka peneliti sebaiknya mengirim surat kepada responden
yang isinya seolah – olah yakin bahwa sebenarnya angketnya akan diisi tetapi
belum mempunyai waktu. Surat yang dikirim itu hanya sekedar mengingatkan.
(Arikunto, Suharsimi, 1998)
2.7 Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian
gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya
Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian
sub variabel dijabarkan lagi menjadi – menjadi indikator – indikator yang terukur
ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa
pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban
dihubungkan dengan bentuk pernyataan atas dukungan sikap yang diungkapkan
dengan kata – kata sebagai berikut:
Pernyataan Positif
2.8 Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data adalah terpenuhinya jumlah minimum data atau
sampel yang diperlukan untuk menunjang keabsahan suatu penelitian. Agar
penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien, populasi yang akan diambil
dirumuskan terlebih dahulu dengan teliti dan dipahami betul dalam penelitian.
Dalam penelitian ini jumlah sampel minimum yang ditentukan berdasarkan
Bernoulli sebagai pengujian kecukupan data. Dangan rumus sebagai berikut:
Dimana:
N = Jumlah Sampel Minimum
α = Taraf Keberartian = 0,95
Z = Nilai Distribusi Normal
e = Nilai Tingkat Kesalahan = 0,05
p = Proporsi Jumlah Kuisioner yang Benar
q = Proporsi Jumlah Kuisioner yang Salah / Tidak Sah
Dari perhitungan diatas nilai maksimum yang akan dicapai apabila
proporsi benar adalah 0,9 dan proporsi salah 0,1 dengan tingkat ketelitian dan
tingkat keyakinan 95% (Walpole, 1995)
2.9 Uji Validitas
Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa kuat suatu alat tes
melakukan fungsi ukurnya. Semakin tinggi validitas suatu variabel maka tes
tersebut semakin mengenai sasarannya dan semakin menunjukkan apa yang harus
ditunjukkannya (Handoyo, 2006).
Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat.
konsistensi, maka esensi dari validitas adalah akurasi. Suatu instrumen pengukur
dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dengan perkataan lain instrumen tersebut dapat mengukur construct sesuai
dengan yang diharapkan. Suatu data penelitian yang valid, bagaimana pun harus
reliable karena akurasi memerlukan konsistensi.
Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur validitas,
yaitu:
1. Content (Face) Validity
Merupakan salah satu konsep pengukuran validitas dimana suatu instrumen
dinilai memiliki content validity jika mengandung butir – butir pertanyaan
yang memadai dan representatif untu mengukur construct sesuai dengan yang
diinginkan peneliti.
Suatu instrumen dinilai memiliki face validity jika menurut penilaian
subyektif diantara para profesional bahwa instrumen tersebut menunjukkan
secara logis dan merefleksikan secara akurat sesuatu yang seharusnya diukur.
Jika apa yang terkandung dalam suatu instrumen menunjukkan secara jelas
apa yang ingin diukur, maka instrumen tersebut memiliki content (face)
validity yang tinggi. Misal instrumen yang berisi pertanyaan: “berapa jumlah
anak yang anda miliki?” merupakan butir pertanyaan yang jelas dan dari
pertanyaan tersebut menunjukkan apa ang ingin diukur.
2. Criterion – Related Validity
Criterion – Related Validity adalah konsep pengukuran validitas yang menguji
tingkat akurasi dari instrumen yang baru dikembangkan. Uji criterion –
skor yang diperoleh dari penggunaan instrumen baru dengan skor dari
penggunaan instrumen lain yang telah ada sebelumnya yang memiliki kriteria
relevan. Instrumen baru memiliki validitas yang tinggi jika koefisien
korelasinya tinggi.
Ada dua jenis Criterion – related Validity, yaitu:
§ concurrent validity, jika pengujian korelasi dilakukan terhadap skor
instrumen baru dengan instrumen yang mempunyai kriteria relevan,
dimana penggunaan keduanya dilakukan pada saat bersamaan, dan
§ predictive validity, jika korelasi skor kedua instrumen merupakan hasil pengukuran pada saat yang berbeda, dimana pengukuran instrumen yang
baru dilakukan sebelum pengukuran instrumen lain yang memiliki kriteria
relevan.
3. Construct Validity
Suatu instrumen dirancang untuk mengukur construk tertentu. Construct
validity merupakan konsep pengukuran validitas dengan cara menguji apakah
suatu instrumen mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan. ada dua
cara pengujian construct validity, yaitu:
§ convergent validity, diman validitas suatu instrumen ditentukan
berdasarkan konvergensinya dengan instrumen lain yang sejenis dalam
mengukur constract dan,
§ discriminant validity, dimana validitas suatu instrumen ditentukan
berdasarkan rendahnya korelasi dengan instrumen lain yang digunkan
untuk constract lain
Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen Ridwan (2004) dalam
Arikunto (1995) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang
kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur,
terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian – bagian secara keseluruhan
dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang
merupakan jumlah tiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment
adalah.
Dimana:
rhitung = Koefisien Korelasi
∑
Xi = Jumlah Skor Item∑
Yi = Jumlah Skor Total (Seluruh Item)n = Jumlah Responden
2.10 Uji Reliabilitas
Konsep reliabilitas dapat dipahami melalui ide dasar konsep tersebut yaitu
konsistensi. Pengukuran reliabilitas menggunakan indeks numerik yang disebut
dengan koefisien. konsep reliabilitas dapat diukur melalui tiga pendekatan, yaitu:
1. Koefisien Stabilitas (Coefficient of Stability)
Proses pengujian stabilitas yang dikenal juga dengan test-retest reability pada
dasarnya untuk mengetahui reliabilitas data berdasarkan stabilitas atau
konsistensi jawaban responden.
2. Koefisien Ekuivalensi (Coefficient of Equivalence)
Pengukuran reliabilitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan instrumen
pengukur yang berbeda untuk mengukur suatu construct terhadap subyek
penelitian tertentu pada saat yang sama. Pendekatan yang juga disebut dengan
alternate forms reliability ini lebih menekankan pada perbedaan bentuk
instrument, sedang subyek penelitian, construct dan saat pengukuraanya
adalah sama. Melalui pendekatan ini menguji korelasi skor jawaban responden
untuk mengetahui koefisien ekuivalensi antara skor jawaban dengan
menggunakan instrument pengukuran yang berbeda.
3. Reliabilitas Konsistensi Internal (Internal Consistency Reliability)
Pengujian terhadap konsistensi internal yang dimiliki oleh suatu instrumen
merupakan alternatif lain yang dapat dilakukan oleh peneliti untuk menguji
reliabilitas, disamping pengukuran koefisien stabilitas dan ekuivalensi.
Konsep reliabilitas menurut pendekatan ini adalah konsistensi diantara butir –
butir pertanyaan atau pernyataan dalam suatu instrumen yang bersangkutan
(Indriantoro dan Supomo, 2002).
Reliabilitas dapat didefinisikan sebagai indeks yang menunjukkan sejauh
mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Keandalan disini dapat
berarti berapa kalipun variabel – variabel pada kuesioner tersebut ditanyakan
kepada responden yang berlainan maka hasilnya tidak akan menyimpang terlalu
jauh dari rata rata jawaban responden untuk variabel tersebut atau dengan kata
lain realibilitas dapat menunjukkan suatu alat pengukur didalam mengukur gejala
pengukuran yang sesungguhnya ditambah dengan kesalahan pengukuran. Secara
matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dimana:
X0 = Angka yang diperoleh
Xt = Angka yang sebenarnya
Xe = Kesalahan pengukuran
Selain itu realibilitas juga dapat dinyatakan dalam perbandingan variansi
yang diperoleh dari data – data yang dikumpulkan terdiri dari dua komponen yaitu
variansi sebenarnya dan variansi error. Menurut Alpha Cronbach, realibilitas ialah
perbandingan antara variansi sebenarnya dengan variansi yang diperoleh.
Rumus alpha:
Dengan Keterangan sebagai berikut:
11
r = Realibilitas Instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan
2.11 Regresi Linier Berganda
Metode analisis yang telah dibicarakan hingga sekarang adalah terhadap
data mengenai sebuah karakteristik atau atribut (jika data itu kualitatif) dan
mengenai sebuah variabel, diskrit maupun kontinu (jika data itu kuantitatif).
Tetapi, sebagaimana disadari, banyak persoalan atau fenomena yang meliputi
lebih dari sebuah variabel (...) (Sudjana, 2002).
Data pengamatan biasanya tidak hanya disebabkan oleh satu variabel
melainkan oleh beberapa atau bahkan banyak variabel (...). Secara umum, data
hasil pengamatan Y dipengaruhi oleh variabel – variabel bebas X1, X2, X3, ..., Xk.
(...) (Husein, 2005).
Analisis regresi linier berganda suatu metode statistik umum yang
digunakan untuk meneliti hubungan antara sebuah variabel dependen dengan
beberapa variabel independen. Tujuan analisis regresi berganda adalah
menggunakan nilai – nilai variabel independen yang diketahui, untuk meramalkan
nilai variabel dependen.
Analisis regresi berganda adalah suatu teknik ketergantungan. Maka,
untuk menggunakannya, Anda harus dapat membagi variabel menjadi variabel
dependen dan independen. Analisis regresi juga merupakan alat statistik yang
digunakan bila variabel dependen dan independen berbentuk metrik. Akan tetapi,
dalamkeadaan tertentu variabel independen yang berupa data nonmetrik (variabel
dummy, data berbentuk ordinal atau nominal) dapat juda digunakan.
Jika suatu variabel dependen bergantung pada lebih dari satu variabel
independen, hubungan antara kedua variabel disebut analisis regresi berganda
promosi, pelayanan, dan harga produk; gaji sekarang merupakan fungsi dari gaji
mula – mula, tingkat pendidikan, posisi pekerjaan, dan pengalaman kerja.
Adapun bentuk matematis analisis regresi linier berganda adalah:
dengan:
ε adalah suatu variabel random yang berdistribusi normal dengan nilai rata – rata
nol (rata – rata ε) dan mempunyai varians Vε
Pengujian Kelinieran Model
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan linier
antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen X1, X2, X3, ..., Xk.
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : b1 = b2 = ... = bk = 0
(Model regresi linier berganda tidak signifikan atau dengan kata lain tidak
ada hubungan linier antara variabel independen terhadap variabel dependen)
H0 : bi ≠ 0
(Model regresi linier berganda signifikan atau dengan kata lain ada
hubungan linier antara variabel independen terhadap variabel dependen)
Hipotesis di atas dikaitkan dengan uji nyata regresi yang diperoleh, maka statistik
uji yang digunakan adalah:
Pengambilan kesimpulannya sebagai berikut:
Bila: Fhit > Ftabel = Tolak H0
Fhit < Ftabel = Terima H0
Nilai F merupakan sebuah nilai statistik F dengan derajat bebas k – 2 dan
n – k, bila µY|x jatuh pada sebuah garis lurus. Ini berarti statistik itu dapat
digunakan untuk menguji hipotesis H0 bahwa regresinya linier.
Bila kita melakukan perhitungan menggunakan software SPSS, maka
pengambilan kesimpulannya sebagai berikut:
Kalau: nilai Sig. < α = Tolak H0
nilai Sig. ≥ α = H0 tidak ditolak. (Sulaiman, 2004)
residual regresi hit
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah daerah Surabaya barat, sedangkan
waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2007 sampai sekiranya data
yang dibutuhkan mencukupi.
3.2 Identifikasi Variabel
(Husein, 2005 dalam Sugiyono, 1997) menyatakan bahwa variabel
didalam penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang diteliti
yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut
(...). Pada tahap ini dilakukan identifikasi variabel penelitian dengan melakukan
penelaahan yang berkaitan dengan Willingness To Pay Masyarakat Surabaya
Barat terhadap produk Air Reverse Osmosis (RO). Adapun proses Identifikasi
Variabel ini menghasilkan atribut – atribut tingkat kepentingan yang dipakai
dalam penyusunan kuisioner dan wawancara. Atribut – atribut yang dipakai
adalah sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Pendapatan
6. Konsumsi Air Reverse Osmosis (RO)