i
EFEKTIVITAS PENGUNAAN e-BILLING BAGI WAJIB PAJAK
Oleh:
NGAKAN PUTU BAYU MAHAYASA NIM: 1306043038
Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Perpajakan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing
serta diuji pada tanggal :
Tim Penguji : Tanda Tangan
1. Ketua : Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi ……….
2. Sekretaris : Naniek Noviari,
SE., M.Si., AK, ………
Mengetahui,
Ketua Program Pembimbing
( Drs. I Komang Ardana, MM ) (Dr. I Ketut Sujana, SE., AK., Msi )
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir Studi yang berjudul “Efektifitas Penggunaan e-Billng Bagi Wajib
Pajak”.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini tidak akan berhasil tanpa
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya
dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Dalam kesempatan ini, penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Ibu Prof Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Bapak Drs. I Komang Ardana, MM. Selaku Ketua Program Diploma III
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universita Udayana.
4. Bapak Dr. I Ketut Sujana, SE., M.Si.,Ak. selaku pembimbing Tugas Akhir
Studi yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada penulis pada saat PKL dan dalam penyusunan Laporan
Praktik Kerja Lapangan (PKL).
5. Ibu Naniek Noviari, SE., M.Si., Ak. Selaku Pembimbing Akademik yang
iv
kepada penulis saat melaksanakan studi di Program Diploma III Perpajakan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universita Udayana.
6. Seluruh staf dosen yang telah banyak membimbing penulis selama
mengikuti kuliah pada Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana.
7. Seluruh Panitia Tugas Akhir Studi.
8. Bapak N.Fian Varian Jaya Sukartha, S.E., M.A., selaku pimpinan CV.
Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan yang telah memberi penulis
melaksanakan PKL pada instansi yang bersangkutan.
9. Seluruh staf dan pegawai CV. Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan sebagai
perusahaan tempat PKL penulis yang telah banyak membantu dan
memberikan banyak kesempatan bagi penulis untuk menyalurkan ilmu yang
pernah penulis pelajari di lapangan secara nyata.
10. Orang Tua Penulis dan Adik Kandung Penulis yang selalu memberikan
dukungan moral maupun material untuk memotivasi penulis dalam
penyusunan Tugas Akhir Studi ini.
11. Teman dan sahabat penulis, Decky Sanjya, Wayan Jyoti Subali, Edy
Arimbawa, Komang Pande Gerry Astrana Putra, Made Dwi Arsa Wijaya,
dan I Made Wira Adi Pratama, yang tiada henti memberikan masukan dan
semangat kepada penulis.
12. Keluarga ST. Dharma Shanti yang selalu mendukung dan memberi
semangat penulis agar dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja lapangan
v
13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyumbngkan pikiran, saran
dan kritik secara langsung maupun tidak langsung sehingga menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini masih belum sempurna
karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian
Tugas Akhir Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang
berkepentingan.
Denpasar, April 2016
vi
Judul : Efektivitas Penggunaan e-Billing bagi Wajib Pajak
Nama : Ngakan Putu Bayu Mahayasa
Nim : 1306043038
ABSTRAK
Melakukan pembayaran pajak merupakan suatu hal yang wajib dilakukan oleh masyarakat Indonesia yang telah memenuhi persyaratan sebagai wajib pajak. Seperti pengertiannya, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan infrastruktur- infratruktur yang diperlukan untuk membangun Indonesia menjadi Negara yang lebih baik.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini menjelaskan/ mendeskripsikan efektivitas sistem pembayaran pajak secara elektronik dengan sumber data dari dokumen surat setoran elektronik yang dimiliki oleh wajib pajak di CV. Sukartha Karya Sejahtera
Hasil penelitian ini menunjukkan efektivitas penggunaan e-Billing bagi wajib pajak, pembayaran pajak lebih efektif dalam hal pembuatan kode billing dan lebih akurat karena sistem membimbing wajib pajak dalam pengisian surat setoran pajak. Secara prosedur, pembayaran pajak lebih mudah karena bisa melalui anjungan tunai mandiri dan internet banking serta lebih cepat karena hanya tinggal memasukkan kode billing tanpa memasukkan identitas wajib pajak.
vii DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 4
1.3 Kegunaan Penelitian…………... 4
1.4 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
2.1 Landasan Teori ... 7
2.1.1 Pengertian Pajak ... 7
2.1.2 Fungsi Pajak ... 9
2.1.3 Pengertian Pajak Penghasilan ... 9
2.1.4 Subjek Pajak ... 10
2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak ... 13
2.1.6 Pengertian Objek Pajak ... 14
2.1.7 Pengertian e-Billing ... 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 19
3.1 Lokasi Penelitian ... 19
3.2 Objek Penelitian ... 19
3.3 Identifikasi Variabel ... 19
3.4 Defisini Operasional Variabel ... 20
3.5 Jenis dan Sumber Data ... 20
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 21
3.7 Teknis Analisis Data ... 21
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 22
viii
4.1.1 Sejarah Berdirinya CV. Sukartha Karya Sejahtera .. 22
4.1.2 Bidang Tugas/ Instansi Kegiatan ... 23
4.1.3 Stuktur Organisasi dan Uraian Jabatan ... 24
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 27
4.2.1 Sistem Pembuatan Kode Billing ... 27
4.2.2 Prosedur Pembayaran Pajak dengan Kode Billing ... 29
4.2.3 Mekanisme Penyetoran Pajak Melalui Teller Bank/ Pos Persepsi dengan Menggunakan SSP ... 30
4.2.4 Efektivitas Penggunaan e-Billing Bagi Wajib Pajak 33
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 34
5.1 Simpulan ... 34
5.2 Saran ... 36
DAFTAR RUJUKAN
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melakukan pembayaran pajak merupakan suatu hal yang wajib
dilakukan oleh masyarakat Indonesia yang telah memenuhi persyaratan
sebagai wajib pajak. Seperti pengertiannya, Pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan
perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk
secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan
untuk pembiayaan negara dan pembangunan infrastruktur – infratruktur
yang diperlukan untuk membangun Indonesia menjadi Negara yang lebih
baik.
Namun faktanya, banyak wajib pajak yang mengabaikan
kewajiban perpajakannya dengan berbagai alasan. Salah satunya karena
proses pembayaran yang sulit. Pemerintah telah mengupayakan berbagai
cara agar pembayaran pajak menjadi lebih mudah dan tentu saja
mengutamakan kepentingan wajib pajak Direktorat Jenderal Pajak telah
banyak menerima kritikan terkait pembayaran pajak yang butuh energi
2
minta surat setoran pajak ke kantor pajak. Kemudian diisi manual satu-satu
dan tidak boleh salah.. Wajib pajak harus pergi ke Bank dengan
perhitungan biaya bensin, biaya parkir dan mengantre di Teller Bank.
Setelah itu wajib pajak harus ke Kantor Pajak lagi untuk lapor. Wajar jika
wajib pajak banyak memiliki keluhan dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.
Permasalahan lain yang tidak kalah penting adalah isian di dalam
surat setoran pajak yang tidak sedikit dengan referensi Kode Akun Pajak
dan Kode Jenis Setoran yang sulit dimengerti oleh wajib pajak. Belum
lagi, surat setoran pajak tersebut diserahkan kepada Teller Bank/Pos, lalu
direkam semuanya, sehingga bukan hanya lama, tapi sering terjadi
kesalahan. Saat ini, banyak metode pembayaran yang tentu lebih efektif
jika dibandingkan dengan metode pembayaran pajak menggunakan surat
setoran pajak dan Direktorat Jenderal Pajak juga diharapkan menerapkan
sistem pembayaran yang lebih cepat dan efisien.
Pajak bercita-cita bahwa pembayaran pajak bisa modern. Belajar
dari best practice sistem pembayaran online, Direktorat Jenderal Pajak
juga menerapkan sistem yang serupa untuk memudahkan wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya yang disebut dengan Kode
Billing.
Permasalahannya, penetapan jumlah pajak terutang ada dua
macam, yaitu official assessment dan self assessment. Kalau official
3
billing diterbitkan oleh Biller-nya. Dalam hal ini, untuk surat tagiha pajak,
surat ketetapan pajak dan surat pemberitahuan pajak terutang akan
diterbitkan Kode Billing.
Untuk jenis pajak self-assessment, Direktorat Jenderal Pajak
mengadopsi model pembayaran tiket pesawat. Kalau tiket pesawat,
pembeli mengisi data melalui website perusahaan. Jadi untuk pajak, wajib
pajak merekam setorannya melalui portal pajak.go.id. Dengan
menggunakan formulir elektronik, wajib pajak bisa dibantu dengan
opsi-opsi dan fitur pengisian.
Saat ini Wajib Pajak dapat lebih mudah dalam pemenuhan
kewajiban perpajakan karena sistem pembayaran ini sudah diterapkan
dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas elektronik yang telah disediakan
Direktorat Jenderal Pajak. Salah satu fasilitas tersebut adalah sistem
pembayaran secara elektronik ( e-Billing ). Sistem pembayaran pajak
secara elektronik adalah bagian dari sistem Penerimaan Negara secara
elektronik yang diadministrasikan oleh Biller Direktorat Jenderal Pajak
dan menerapkan e-Billing. e-Billing adalah sistem pembayaran elektronik
dengan menggunakan kode billing. Namun dalam pelaksanaannya tentu
sistem ini memiliki kelebihan dan kekurangan jika dibandingkan dengan
sistem yang sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka yang menjadi
pokok permasalahan yaitu “ Bagaimana Efektivitas Penggunaan e-Billing
4
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana efektivitas
penggunaan e-billing bagi wajib pajak.
1.3 Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Teoretis
Secara teoretis ,penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
peningkatkan mutu pendidikan di bidang perpajakan khususnya
mengenai efektivitas penggunaan e-billing bagi wajib pajak.
2) Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi wajib pajak untuk mengetahui efektivitas pengunaan
e-billing bagi wajib pajak serta bagi pihak lain ini juga diharapkan dapat
membantu dalam penyajian informasi jika melakukan penelitian
serupa.
1.4 Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah dalam pembahasan materi yang ada di dalam
Tugas Akhir Studi ini, maka sistematika penulisan laporan ini dapat
5
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,tujuan,
kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka
Bab ini memuat tentang landasan teori yang digunakan
dalam penelitian ini.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan lokasi penelitian, objek penelitian,
identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis
data.
Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini berisikan gambaran umum daerah/deskripsi hasil
penelitian serta pembahasan hasil penelitian.
Bab V Simpulan dan Saran
Bab ini merupakan bagian akhir dari laporan yang berisi
simpulan berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dan
dapat ditarik simpulan yang berguna bagi wajib pajak di
masa mendatang.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan
peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan,
membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak
dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta
terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Menurut Mardiasmo (2011:1), “Pajak adalah iuran rakyat kepada
kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
8
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pada Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan
bahwa “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Menurut Waluyo (2011;2) “Pajak adalah iuran kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayar menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaram-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas yang
menyelenggarakan pemerintahan”.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut.
1) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan
pelaksanaanya yang sifatnya dapat dipaksakan.
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontrapretasi individual oleh pemerintah.
3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
4) Pajak diperuntuhkan bagi pengeluaran – pengeluaran pemerintah,
yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan
untuk membiayai public investment.
9
2.1.2 Fungsi Pajak
Pajak memiliki fungsi sebagai sumber pendapatan Negara, namun
fungsi tersebut bukanlah merupakan fungsi utama. Ada dua fungsi pajak,
yaitu:
1) Fungsi Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya. yaitu pajak dimanfaatkan sebagai
instrument pengumpul dana guna membiayai
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Ditujukkan dengan masuknya pajak ke
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
2) Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. yaitu
pajak dimanfaatkan sebagai instrumen pengatur melalui
kebijakan-kebijakan yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi
masyarakat, misalnya untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi,
redistribusi pendapatan, dan stabilisasi ekonomi.
2.1.3 Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan sesuai dengan pasal 1 Undang Undang pajak
Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas
penghasilan yang diterima dalam tahun pajak. Oleh karena itu Pajak
Penghasilan melekat pada subyeknya. Pajak Penghasilan termasuk salah
10
menerima atau memperoleh penghasilan. Dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan, subyek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
disebut sebagai Wajib Pajak.
Definisi penghasilan menurut UU PPh adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun adalah objek pajak.
2.1.4 Subjek Pajak
Subjek Pajak Penghasilan diatur pada Pasal 2 Ayat 1 Undang Undang
Pajak Penghassilan N0. 36 tahun 2008, yaitu.:
1) Orang Pribadi yang dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia
ataupun di luar Indonesia.
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan
yang berhak, atau ahli waris.
3) Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, Badan
Usaha Milik Negaraatau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan
dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
11
sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan
lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
4) Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan
oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia dan
badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
Sedangkan pada Pasal 2 Ayat (2) Undang Undang Pajak
Penghasilan, Subjek Pajak dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok, yaitu:
1) Subjek Pajak Dalam Negeri terdiri atas :
Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang
pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh
tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi
yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai
niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia, warisan yang belum terbagi
sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
2) Subjek Pajak Luar Negeri terdiri atas:
(1)Subjek Pajak Orang Pribadi, yaitu orang yang tidak bertempat
tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan
(2)Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
12
(3)Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
bukan dari menjalankan usaha atau menjalankan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
3) Subjek Pajak Badan, yaitu badan yang tidak berkedudukan di
Indonesia yang:
(1)Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
(2)Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
bukan dari menjalankan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.
Yang bukan termasuk subjek pajak:
1) Kantor perwakilan Negara Asing.
2) Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka,
dengan syarat:
(1)Bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima
atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di
Indonesia.
(2)Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
(3)Organisasi Internasional, dengan syarat:
13
b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari
c) Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah
yang dananya berasal dari iuran para anggota.
(4)Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat:
a) Bukan warga negara Indonesia.
b) Tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain
untuk memperoleh penghasilan di Indonesia
2.1.5 Sistem pemungutan pajak
Menurut Waluyo (2010:17), sistem pemungutan pajak dibagi
menjadi 3, yaitu.
1)Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak terutang.
Ciri-ciri official assessment system adalah sebagai berikut.
a)Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang
berada pada fiskus.
b)Wajib Pajak bersifat pasif.
c)Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan
pajak oleh fiskus.
14
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jwab kepada Wajib Pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar
3)Withholding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
2.1.6 Pengertian Objek Pajak
Objek pajak yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun, termasuk:
1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
3) Laba usaha;
4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian
15
6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi.
8) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tetentu yang ditetapkan Peraturan Pemerintah.
12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
14) Premi asuransi.
15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
17) Penghasilan dari usaha berbasis syariah.
18) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang–Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
Sedangkan yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak berdasarkan
Pasal 4 ayat (3) Undang-Udang Nomor 36 Tahun 2008 adalah:
1) Bantuan sumbangan dan harta hibahan yang diterima oleh keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan
16
kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
2) Warisan
3) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
4) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah.
5) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
6) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha
Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal
pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia.
7) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh
pemberi kerja maupun pegawai.
8) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
17
9) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.
10) Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana
selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau
pemberian ijin usaha.
11) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia.
2.1.7 Pengertian e-Billing
Saat ini Wajib Pajak dapat lebih mudah dalam pemenuhan
kewajiban perpajakan dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas elektronik
yang telah disediakan Direktorat Jenderal Pajak. Salah satu fasilitas tersebut
adalah metode pembayaran pembayaran pajak menggunakan kode billing
(Billing System). Sistem pembayaran pajak secara elektronik adalah bagian
dari sistem Penerimaan Negara secara elektronik yang diadministrasikan
oleh Biller Direktorat Jenderal Pajak dan menerapkan Billing System.
Billing System adalah metode pembayaran elektronik dengan menggunakan
kode billing.
Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran/penyetoran pajak dengan
sistem pembayaran pajak secara elektronik. Pembayaran/penyetoran pajak
18
1) Pajak dalam rangka impor yang diadministrasikan
pembayarannya oleh Biller Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai; dan
2) Pajak yang tata cara pembayarannya diatur secara khusus.
Pembayaran/ penyetoran pajak tersebut, meliputi pembayaran
dalam mata uang Rupiah dan Dollar Amerika Serikat. Pembayaran dalam
mata uang Dollar Amerika Serikat hanya dapat dilakukan untuk Pajak
Penghasilan Pasal 25, Pajak Penghasilan Pasal 29 dan Pajak Penghasilan
yang bersifat Final yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak yang memperoleh
izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat. Transaksi
pembayaran/penyetoran pajak secara elektronik, dilakukan melalui Bank/
Pos Persepsi dengan menggunakan kode billing. Kode billing adalah kode
identifikasi yang diterbitkan melalui Sistem Billing atas suatu jenis