ABSTRAK
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI PEKERJAAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENGHASILAN
Studi Kasus Pada Masyarakat Dukuh Krosok, Ngrundul, Kebonarum, Klaten, Central Java
Tri Isbudiyono 011334108
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan; (2) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan; dan (3) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat penghasilan.
Populasi dalam penelitian ini adalah warga dukuh Krosok, Ngrundul, Kebonarum, Klaten yang berjumlah 293 orang, yang terdiri dari 121 kepala keluarga. Sampel penelitian ini sebanyak 121 kepala keluarga. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2007. Teknik pengumpulan data yang digunakan kuesioner dan wawancara. Untuk menjawab masalah pertama, kedua dan ketiga menggunakan Anova.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan (F hitung = 0,707 < F tabel = 2,09); (2) Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan (F hitung = 1,242 < F tabel = 2,09); (3) Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat penghasilan (F hitung = 0,620 < F tabel = 2,18).
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF SOCIETY TOWARD TEACHER’S PROFFESION PERCEIVED FROM TASK, LEVEL OF EDUCATION AND INCOME A Case Study at Society of Krosok Hamlet, Ngrundul, Kebonarum, Klaten,
Central Java
Tri Isbudiyono 011334108
Sanata Dharma University Yogyakarta
2007
The purpose of the research is know society’s perception toward teacher’s profession perceived from (1) task; (2) level education, and (3) level of income
The Populations of the research were 293 citizens of Krosok hamlet. The sampels of the research were 121 family heads. This research done in March 2007. The tecniques of data collection were interview and questionnaire. To respond the first, second and third case, ANOVA Tecnique was applied.
The result of this research shows that there is no different perception between the society and teacher’s proffesion perceived from (1) the task (F count = 0,707 < F table = 2,09); (2) level of education (F count = 1,242 < F table = 2,09); (3) level of income (F count = 0,620 < F table = 2,18).
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI PEKERJAAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENGHASILAN
Studi Kasus Pada Masyarakat Dukuh Krosok, Ngrundul, Kebonarum, Klaten
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh: Tri Isbudiyono NIM : 011334108
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 05 Juli 2007
Tri Isbudiyono
MOTTO
TUHAN itu baik;
Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan;
Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepadanya
(Nahum 1:7)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
<
Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikanku kekuatan<
Bapak & Ibu, yang tak pernah lelah dalam memberiku dorongan<
My Brother & my sister, always give pray for me..<
Eunike Clara Mahardhita, yang selalu membantu dalam penulisanskripsi ini
ABSTRAK
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI PEKERJAAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENGHASILAN
Studi Kasus Pada Masyarakat Dukuh Krosok, Ngrundul, Kebonarum, Klaten, Central Java
Tri Isbudiyono 011334108
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan; (2) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan; dan (3) Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat penghasilan.
Populasi dalam penelitian ini adalah warga dukuh Krosok, Ngrundul, Kebonarum, Klaten yang berjumlah 293 orang, yang terdiri dari 121 kepala keluarga. Sampel penelitian ini sebanyak 121 kepala keluarga. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2007. Teknik pengumpulan data yang digunakan kuesioner dan wawancara. Untuk menjawab masalah pertama, kedua dan ketiga menggunakan Anova.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan (F hitung = 0,707 < F tabel = 2,09); (2) Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan (F hitung = 1,242 < F tabel = 2,09); (3) Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat penghasilan (F hitung = 0,620 < F tabel = 2,18).
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF SOCIETY TOWARD TEACHER’S PROFFESION PERCEIVED FROM TASK, LEVEL OF EDUCATION AND INCOME A Case Study at Society of Krosok Hamlet, Ngrundul, Kebonarum, Klaten,
Central Java
Tri Isbudiyono 011334108
Sanata Dharma University Yogyakarta
2007
The purpose of the research is know society’s perception toward teacher’s profession perceived from (1) task; (2) level education, and (3) level of income
The Populations of the research were 293 citizens of Krosok hamlet. The sampels of the research were 121 family heads. This research done in March 2007. The tecniques of data collection were interview and questionnaire. To respond the first, second and third case, ANOVA Tecnique was applied.
The result of this research shows that there is no different perception between the society and teacher’s proffesion perceived from (1) the task (F count = 0,707 < F table = 2,09); (2) level of education (F count = 1,242 < F table = 2,09); (3) level of income (F count = 0,620 < F table = 2,18).
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan atas segala rahmat, berkat, karunia dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat terhadap Profesi Guru ditinjau dari Pekerjaan, Tingkat Pendidikan dan Tingkat Penghasilan” Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menyelesaikan program pendidikan strata satu (S1) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala hormat penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo, J.R, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi FKIP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Bapak S. Widanarto, S.Pd., M.Si. selaku Kaprodi dan sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu guna memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu guna memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Bambang Purnomo SE., M.Si., selaku dosen tamu dalam ujian sarjana.
6. Bapak Joko Wicoyo, selaku dosen pembimbing bahasa Inggris yang telah meluangkan waktu untuk membimbing saya.
7. Bapak Slamet Widodo selaku Kadus Krosok, dan warga dukuh Krosok yang telah memberikan bantuannya terhadap penulisan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu, terimakasih telah sabar, mendoakan penulis agar lancar mengerjakan skripsi serta memberikan apapun yang tak dapat disebutkan satu persatu.
9. Kakakku Teguh Widiyatmoko, yang telah tekun mendoakan semuanya untukku, saya sangat berterima kasih atas segala doanya dan dukungannya, dan kepada kakaku Dwi Astuti terima kasih telah memberikanku dukungan dan doanya, dan terima kasih pula atas hadiah untukku.
10. Sdri. Eunike Clara Mahardhita, trimakasih telah mendampingi, memberi dukungan selama penulis mengerjakan skripsi ini.
11. Pak Wawiek dan mbak Aris, terima kasih atas pelayanan sekretariatnya
12. Teman-temanku; Bruno Guimek Sagalak, terima kasih untuk segala bantuannya selama penulis di Yogyakarta, Yohanes Iman Santoso, terima kasih untuk semua bantuanmu dalam memberi fasilitas dan dorongannya, Yudho yang telah memberikan bantuannya.
13 Teman-teman dari Universitas Sanata Dharma, PAK C angkatan 2001, terima kasih atas kebersamaan alian selama ini. Nina, Toro, Katty, Sarinah, Es Pe Te, thanks a lot atas pinjaman bukunya, catatan revisiannya, informasinya.
13. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terimakasih atas bantuannya selama ini.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca yang berguna bagi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN KEASLIAN KARYA... iv
HALAMAN MOTTO...v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Batasan Masalah... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Tinjauan Teoritik... 7
1. Pengertian Persepsi ... 7
2. Pengertian Masyarakat... 9
3. Pengertian Persepsi Masyarakat ... 9
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 10
5. Pengertian Guru ... 12
6. Pengertian Pekerjaan... 15
7. Tingkat Pendidikan ... 15
8. Tingkat Penghasilan... 18
B. Kerangka Berpikir ... 19
C. Hipotesis Penelitian... 21
BAB III. METODE PENELITIAN ... 23
A. Jenis Penelitian ... 23
B...Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 24
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 25
F. Teknik Pengumpulan Data ... 29
G. Pengujian Instrumen Penelitian... 30
H. Teknik Analisis Data... 33
BAB IV. GAMBARAN UMUM DUKUH KROSOK ... 36
A. Keadaan Geografis ... 36
B. Luas Pertanahan ... 36
C. Kependudukan... 37
D. Sarana dan Prasarana... 40
E. Sejarah Singkat Wilayah ... 41
BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 44
A. Deskripsi Data ... 44
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 49
C. Pengujian Hipotesis... 50
D. Pembahasan... 52
BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN ... 59
A. Kesimpulan ... 59
B. Keterbatasan Penelitian ... 60
C. Saran-Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
III.1 Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner ... 26
III.2 Persepsi Masyarakat... 27
III.3 Pekerjaan... 28
III.4 Tingkat Pendidikan ... 28
III.5 Tingkat Penghasilan... 29
III.6 Hasil Pengujian Validitas Persepsi Masyarakat terhadap Profesi Guru .. 31
III.7 Hasil Pengujian Reliabilitas... 32
IV.1 Luas Tanah menurut Penggunaannya ... 36
IV.2 Jumlah Penduduk menurut Pekerjaan... 38
IV.3 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan ... 39
IV.4 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Penghasilan... 39
IV.5 Sarana dan Prasarana ... 40
V.1 Tabel Komposisi menurut Pekerjaan ... 44
V.2 Kriteria Penilaian menurut Pekerjaan ... 45
V.3 Tabel Komposisi menurut Tingkat Pendidikan ... 46
V.4 Tabel Kriteria Penilaian menurut Tingkat Pendidikan ... 46
V.5 Komposisi menurut Tingkat Penghasilan ... 47
V.6 Kriteria Penilaian menurut Tingkat Penghasilan ... 48 V.7 Kriteria Penilaian menurut Persepsi Masyarakat terhadap Profesi Guru. 49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Angket Kuesioner ... 1
Data Mentah Variabel Pekerjaan ... 7
Data Mentah Tingkat Pendidikan ... 9
Data Mentah Tingkat Penghasilan ... 11
Data Mentah Persepsi Masyarakat terhadap Profesi Guru ... 13
Tabel Persepsi Masyarakat terhadap Profesi Guru ... 15
One Sample Kolmogorv Smirnov Test... 16
Hipotesis Persepsi Masyarakat terhadap Profesi Guru ditinjau dari Pekerjaan... 17
Hipotesis Persepsi Masyarakat terhadap Profesi Guru ditinjau dari Tingkat Pendidikan... 17
Hipotesis Persepsi Masyarakat terhadap Profesi Guru ditinjau dari Tingkat Penghasilan... 17
Daftar Distribusi Frekuensi... 18
Panduan Acuan Penilaian Tipe II ... 27
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Berbicara mengenai pendidikan, salah satu yang berperan didalamnya adalah guru. Profesi guru di Indonesia merupakan fenomena yang menarik untuk diperbincangkan. Guru merupakan profesi yang penuh dengan sanjungan, orang menyebutnya sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, tetapi di sisi lain, profesi guru nasibnya tidak jelas, gaji, pangkat maupun kariernya kurang menarik di kalangan masyarakat kita. Oleh karena itu sarjana lulusan keguruan banyak yang mencari alternatif pekerjaan lain di luar jenjang kependidikannya.
Profesi guru banyak dihadapkan pada berbagai masalah yang terjadi di dunia pendidikan. Sering kita mendengar berita tawuran antar pelajar yang terjadi di kota besar, kenakalan remaja, penggunaan narkoba dan lain sebagainya merupakan indikator dari ketidakmampuan pendidikan di dalam mengatasi permasalahan. Dalam hal transparansi penggunaan dana pendidikan, masyarakat terkadang mengeluh terhadap tambahan biaya pendidikan yang terlalu tinggi terutama bagi mereka yang mempunyai tingkat kehidupan ekonomi yang
pasan terutama pada saat tahun ajaran baru, pihak sekolah sudah membebani para siswa dengan sederetan biaya-biaya yang harus dikeluarkan, misalnya: uang gedung, uang seragam, buku paket dan lainnya.
Tidak selamanya profesi guru memiliki nilai-nilai negatif di kalangan masyarakat kita. Ada nilai-nilai tersendiri yang dimiliki oleh seorang guru, nilai pengabdian, kesabaran, kerja keras, disiplin, jujur dan tekun begitu kental pada pribadi seorang guru yang baik. Nilai-nilai itu tidak terdapat pada profesi lain selain profesi guru. Usaha keras para guru di dalam menjalankan tugasnya akan membuahkan hasil yang memuaskan, salah satu hasilnya adalah pendidikan yang berkualitas.
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sehingga nantinya akan menghasilkan lulusan yang bermutu.
Orang yang profesional adalah orang yang melakukan pekerjaannya sebagai tugas pokok bukan sebagai hobi. Ciri-ciri orang yang profesional adalah memiliki kualifikasi dan kompetensi di bidang profesinya, memiliki nilai jual yang tinggi karena brain powernya (daya nalar) dibutuhkan oleh banyak pihak yang berkepentingan, mobilitas dan bergeraknya tinggi, ia tidak suka bergerombol, ia sibuk tetapi ia menikmati kesibukannya dan hasil kerjanya sesuai dengan standar, ia tunduk kepada kode etik profesi dan kepuasan utamanya tidak diperoleh dari reward (imbalan) melainkan dari proses melakukan tugasnya (De Santo, 2006; 20-22).
Berdasarkan ciri yang dikemukakan di atas, tak heran jika predikat guru memiliki konotasi etik di bidang ilmu pengetahuan, artinya guru dianggap mempunyai kemampuan lebih untuk mengembangkan ilmu pengetahuan untuk memecahkan aneka persoalan. Atas kekebihan itu banyak masyarakat kita yang menggantungkan pendidikan putra-putrinya kepada guru agar nantinya anak didik tersebut menjadi orang yang berkualitas dan profesional.
menyenangkan, kurang dihargai sebagai profesi yang tidak pernah berkurang beban fungsionalnya di dalam masyarakat.
Kondisi sosial budaya yang menempatkan guru sebagai idola sosial budaya yang didambakan pada umumnya lahir dari keadaan umum, yaitu nilai-nilai kultural yang aspeknya rohaniah (cipta, rasa dan karsa) menduduki tempat yang dinilai tinggi. Sebaliknya kondisi sosial budaya yang menempatkan fisik sebagai kebudayaan (kekuatan fisik, materi dan kekuasaan) posisi guru tidak atau kurang dihargai di dalam masyarakat. Maka dapat disimpulkan bahwa profil guru di masa kini ataupun di masa mendatang akan ditentukan oleh kondisi sosial budaya yang dianut pada zamannya.
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak melebar maka penelitian ini hanya dibatasi pada faktor pekerjaan, tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan masyarakat dalam lingkup dukuh Krosok, Ngrundul, Kebonarum, Kabupaten Klaten.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan ?
2. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan ?
3. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat penghasilan ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan.
2. Untuk mengetahui perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini bermanfaat untuk menentukan sikap dan tindakan terhadap profesi guru.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh pengalaman serta pengetahuan serta dapat menerapkan teori yang diperoleh diperkuliahan pada keadaan yang sebenarnya.
3. Bagi Universitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik 1. Pengertian Persepsi
Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman (Thoha, 2005; 141-142). David Krunch (Blanchard & Harcey, 235; 1992) menyimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks yang menghasilkan suatu gambar unik tentang pernyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya. Menurut Wells & Prensky (1996; 257) persepsi adalah suatu proses yang mengorganisir dan menggabungkan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri.
Menurut Krench (Thoha, 2005; 142) persepsi adalah proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyatan yang berbeda dengan kenyataan. Menurut Duncan (Thoha, 2005; 143) persepsi dirumuskan dengan pelbagai cara, tetapi dalam ilmu perilaku khususnya psikologi, istilah ini digunakan untuk mengartikan perbuatan yang lebih dari sekedar mendengarkan, melihat atau merasakan sesuatu. Menurutnya persepsi yang signifikan itu ialah jika diperluas di luar jangkauan lima indera, dan merupakan suatu penyesuaian yang penting di dalam penyesuaian perilaku manusia.
Persepsi adalah proses penginderaan manusia tentang obyek lingkungannya dimana ia memproses penginderaan itu pada diri manusia yang bersangkutan (Wirawan, 1992; 47). Persepsi dapat didefinisikan sebagai proses yang mengorganisir dan menggabungkan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri (Davidoff, 198; 232).
Sejak manusia dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu individu secara langsung menerima stimulus atau rangsang dari luar disamping dari dalam dirinya sendiri. Ia mulai merasa sakit, kedinginan, senang, tidak senang dan sebagainya. Individu mengenali dunia luarnya dengan alat inderanya. Cara individu dapat mengenali dirinya sendiri maupun keadaan disekitarnya, hal ini berkaitan dengan persepsi. Jika ada stimulus yang diterimanya, individu akan mengalami persepsi. Jadi persepsi merupakan sesuatu yang didahului dengan penginderaan yang merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya (Walgito, 1994; 93).
2. Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain (Shadily, 1983; 47). Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat tertentu (Koentjaraningrat, 1987; 100). Masyarakat adalah orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan (Soekanto, 1987; 192). Menurutnya, tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya.
Selo Sumarjan dan Soelaiman Sumardi (Soekanto, 1987; 167) merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat, menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebutuhan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan atau hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Dari pendapat para tokoh di atas, penulis menganbil kesimpulan bahwa masyarakat adalah sekumpulan orang yang bertempat tinggal di lingkungan tertentu yang mempunyai aturan-aturan, adat istiadat, dan berkebudayaan yang ditaati bersama dalam kehidupan mereka.
3. Pengertian Persepsi Masyarakat
timbul reaksi dari masyarakat tentang pemahaman, tanggapan penilaian kesan masyarakat selama mereka mengamati sesuatu di tengah lingkungan masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap guru adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterprestasikan guru dimana guru sebagai obyek panca indera manusia.
Dari tanggapan masyarakat inilah penulis ingin mengetahui apakah masyarakat menempatkan penghargaannya pada hal-hal yang bersifat fisik seperti kekayaan material atau masyarakat menilai hal-hal kultural yang bersifat rohaniah (cipta, rasa dan karsa). Proses pemahaman ini melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman dalam hubungannya dengan guru dalam kehidupan di masyarakat.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Edgar (Thoha, 1988; 143-144) antara lain.
a. Psikologi
b. Famili
Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya. Orang tua telah mengembangkan suatu cara yang khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya. Oleh sebab itu, tak ayal lagi kalau orang tuannya kasar anaknya akan bersikap kasar pula, ayahnya suka sepak bola maka anaknya pun juga suka sepak bola, dan lain-lain.
c. Kebudayaan
5. Pengertian Guru
Menurut Syaodih (Mulyasa, 2005; 13) guru adalah perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum dikelasnya, guru merupakan barisan pengembang kurikulum yang terdepan, evalutor dan penyempurna kurikulum. Guru adalah pribadi dewasa yang mempersiapkan diri secara khusus melalui lembaga pendidikan guru agar dengan keahliannya mampu mengajar sekaligus mendidik siswanya untuk menjadi warga negara yang baik, berilmu, produktif, sosial, sehat dan mampu berperan aktif dalam peningkatan sumber daya alam dan investasi kemanusiaan (Samana, 1994; 35).
Guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai macam ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra jabatan (Usman, 1990; 1-2).
a. Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh panutan dan identifikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
b. Guru sebagai pengajar
Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari.
c. Guru sebagai pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik, tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreativitas, moral yang lebih dalam dan kompleks.
d. Guru sebagai pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan ketrampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih.
e. Guru sebagai penasehat
membicarakan klien,sehingga seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang. Oleh karena itu, mereka tidak senang menjalankan fungsi ini.
f. Guru sebagai pembaharu (inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain. Guru harus menjembatani ini bagi peserta didik, jika tidak maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar dan berakibat tidak menggunakan potensi yang dimilikinya.
g. Guru sebagai model atau teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Sebagai teladan tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik dan orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. h. Guru sebagai pribadi
6. Pengertian Pekerjaan
Pekerjaan menurut penulis adalah bidang pekerjaan pokok yang ditekuni oleh masyarakat setiap harinya. Pekerjaan adalah segala usaha manusia, baik usaha jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses peningkatan kegunaan ekonomi (Gilarso, 1986; 77). Dari definisi ini terlihat bahwa tidak setiap kegiatan manusia dipandang sebagai kerja.kegiatan yang hanya dilakukan demi kesenangan atau hobi tidak termasuk faktor produksi kerja.
Pekerjaan, dalam hal ini sebagai guru membutuhkan kecakapan dan bakat tertentu. Pekerjaan ini menuntut penggunaan nalar daripada tenaga. Suatu pekerjaan yang memberikan otonomi yang besar kepada para pekerja akan memberikan kebebasan dalam melakukan seluruh aktifitasnya di ruang kerja (Surasto, 2003; 62).
7. Tingkat Pendidikan
pendidikan, baik formal, non formal maupun pendidikan informal (Winardi dan Sumarto, 1997; 81-82).
Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang dicapai oleh seorang. Tingkat pendidikan formal yang dicapai akan membawa pengaruh pada kehidupan seseorang yaitu pengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan yang berpengaruh pada jenjang pekerjaan formal dan status sosial dalam masyarakat. Tingkat pendidikan disesuaikan dengan tujuan pendidikan, falsafah negara yang bersangkutan. Adapun jenjang pendidikan yang ada di negara ini terdiri atas tingkat pendidikan dasar, tingkat pendidikan menengah (lanjutan) dan tingkat pendidikan tinggi (Soetopo dan Soemanto, 1982; 79-86). Masing-masing tingkatan mempunyai tipe tersendiri.
Tingkat pendidikan dasar meliputi: Taman Kanak-Kanak, biasanya tingkatan ini di usia anak yang berumur 5-6 tahun. Tingkatan kedua adalah Sekolah Dasar (dalam hal ini SD 6 tahun) yang merupakan lanjutan dari tingkatan taman kanak-kanak, tetapi menurut prakteknya sampai saat ini taman kanak-kanak bukanlah merupakan syarat yang mutlak untuk memasuki sekolah dasar.
Tingkat pendidikan tinggi, yaitu tingkatan pendidikan setelah pendidikan menengah dilalui. Tingkat pendidikan tinggi bukanlah suatu pendidikan yang tanpa tujuan, dimana akan diarahkan kepada jenjang pendidikan yang lebih terarah, artinya mempersiapkan tenaga keprofesian. Ada dua macam pendidikan profesi yaitu kelompok profesi kependidikan dan kelompok profesi non kependidikan. Masing-masing profesi menyelenggarakan pendidikannya melalui dua program yaitu jalur atau program gelar dan non gelar. Contoh pendidikan gelar adalah program sarjana (S1), program pasca sarjana (S2) dan Doktor (S3). Contoh pendidikan non gelar adalah diploma I (So.I), diploma II (So.II) dan diploma III (So.III).
Telah disebutkan bahwa tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang telah dicapai oleh seseorang, maksudnya adalah jenjang pendidikan formal yang telah dicapai adalah taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, akademi atau perguruan tinggi. Seorang lulusan sekolah dasar akan cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang tidak lulus sekolah dasar, seorang tamatan sekolah menengah atas akan mempunyai pengetahuan lebih baik dari pada luluisan sekolah menengah pertama, dan seterusnya.
karena mempunyai pengalaman dan cara untuk mengatasinya dengan berbekal pengetahuan yang luas. Guru yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah akan sulit untuk membantu anak didiknya dalam menghadapi kesulitan belajar.
8. Tingkat Penghasilan
Penghasilan adalah sejumlah pendapatan yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Mulyanto (1982; 93) mengemukakan penghasilan dan penerimaan dapat berbentuk
a. Penghasilan berupa uang , yaitu segala penghasilan yang berupa uang yang sifatnya regular dan diterima sebagai balas jasa. Sumbernya adalah gaji dan upah, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, hasil investasi.
b. Penghasilan berupa barang, adalah segala penghasilan yang sifatnya regular akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa, tetapi dapat diterima dalam bentuk barang dan jasa. Misalnya: tunjangan beras, tunjangan kesehatan.
c. Penerimaan barang dan jasa lain-lain adalah segala penerimaan berupa transfer redistributif dan biasanya membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga. Misal: penjualan barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian dan penagihan piutang.
Penghasilan keluarga dapat bersumber pada usaha sendiri, bekerja pada orang lain, hasil dari milik (Gilarso, 1991; 63).
Penghasilan keluarga dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan. Besarnya jumlah pengeluaran keluarga menurut Gilarso (1991; 65) tergantung pada berbagai hal, antara lain.
a. Besarnya jumlah penghasilan yang masuk. b. Besarnya keluarga.
c. Tingkat harga kebutuhan keluarga. d. Tingkat pendidikan keluarga.
e. Lingkungan sosial ekonomi keluarga.
f. Kebijaksanaan dalam mengelola dan mengendalikan keuangan keluarga.
B. Kerangka Berpikir
1. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan.
Pekerjaan adalah segala usaha manusia, baik usaha jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses peningkatan kegunaan ekonomi. Dari definisi ini terlihat bahwa tidak setiap kegiatan manusia dipandang sebagai kerja. Pekerjaan yang berbeda dari masyarakat membuat masyarakat mempunyai pesepsi yang berbeda pula tentang profesi guru.
2. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan. Persepsi adalah adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsang dari lingkungannya melalui panca indera, sehingga individu tersebut mengerti dan menyadari apa yang diinderakan. Profesi guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai seorang guru.
3. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat penghasilan.
Persepsi adalah adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan menginterprestasikan rangsang dari lingkungannya melalui panca indera, sehingga individu tersebut mengerti dan menyadari apa yang diinderakan. Profesi guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai seorang guru.
Tingkat penghasilan adalah sejumlah pendapatan yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Tingkat penghasilan ditentukan oleh pekerjaan apa yang masyarakat tekuni sebagai profesi. Masyarakat yang mempunyai pekerjaan dengan tingkat gaji yang biasa akan cenderung mempunyai persepsi yang positif terhadap profesi guru. Masyarakat yang mempunyai tingkat penghasilan yang tinggi dan tingkat kesejahteraan yang baik akan cenderung berpersepsi yang kurang baik atau bahkan negatif karena mereka menilai pekerjaan guru hanya mempunyai penghasilan yang dibawah standar atau kurang mencukupi kebutuhan hidup.
C. Hipotesis Penelitian
pengumpulan data (Sugiyono, 1999; 51). Dalam penelitian ini dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut.
1. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan.
2. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Studi kasus, yaitu jenis penelitian tentang subyek tertentu dimana subyek
tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku terbatas
pada subyek yang diteliti.
2. Deskripsi, yaitu penelitian yang hanya terbatas pada usaha pengungkapan
suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya sekedar
mengungkapkan fakta.
3. Expost facto, yaitu penelitian dengan cara mengumpulkan data setelah semua
peristiwa yang dipermasalahkan berlangsung dan data yang diperoleh tidak
dimanipulasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di dukuh Krosok, Ngrundul, Kebonarum, Klaten.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2007.
C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah masyarakat dukuh Krosok, Ngrundul, Kabupaten
Klaten yang akan menjadi sumber informasi.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan
penelitian. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah persepsi
masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan, tingkat
pendidikan dan tingkat penghasilan.
D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang dapat terdiri dari
manusia, hewan, tumbuhan, gejala dan nilai tes atau peristiwa sebagai
sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian
(Nawawi, 1985; 47). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
warga dukuh Krosok, Ngrundul, Kebonarum, Klaten yang berjumlah 293
orang dan yang terdiri dari 121 kepala keluarga yang berdomisili di tempat
itu.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi. Dari
kepala keluarga yang berjumlah 121 kepala keluarga (ayah atau bisa juga
anggota keluarga yang dapat mewakilinya).
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi atau apa yang menjadi
titik perhatian penelitian. Dalam hal ini variabel yang akan diteliti adalah
persepsi masyarakat.
2. Pengelompokan variabel
a. Variabel terikat (dependend variable) atau variabel tak bebas adalah
persepsi masyarakat terhadap profesi guru.
b. Variabel kontrol adalah :
1) Pekerjaan (X1).
2) Tingkat pendidikan (X2).
3) Tingkat pendapatan (X3).
Profesi guru adalah suatu jabatan tenaga pendidik yang pekerjaan
utamanya mengajar dan dijadikan sumber kehidupan utama. Penulis membuat
kuesioner dimana kuesioner tersebut memuat pernyataan-pernyataan tentang
profesi guru. Dalam membuat kuesioner, kita perlu mencari sejumlah indikator
yang menjadi terjemahan profesi guru. Ada dua hal yang dialami oleh profesi
guru, yaitu hal-hal yang menguntungkan (pernyataan yang positif) dan hal-hal
Tabel III.1
Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner
Variabel Indiktor Nomor Butir
Persepsi Masyarakat terhadap Profesi Guru
1) Guru sebagai teladan yang
digugu dan ditiru.
2) Guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa.
3) Guru berperan sebagai pengembang kualitas sumber daya manusia.
4) Guru sebagai pembentukan watak bangsa.
5) Guru adalah manusia ideal. 6) Pekerjaan guru adalah penuh
pegorbanan.
7) Guru seabagai penentu kemajuan suatu bangsa. 8) Lingkup profesi guru. 9) Profesi guru dapat
mengangkat derajad bangsa. 10) Pekerjaan guru monoton dan
membosankan. 11) Posisi guru.
12) Profesi guru menarik untuk dijalani.
13) Guru merupakan orang yang terpelajar.
14) Profesi guru tidak menjamin masa depan.
15) Guru dituntut mempunyai kemampuan dalam penguasaan teknologi 1 2 3 4 5 6 7 8,9,11 10 12 13,14,15,16,17 18 19,20 22,23,24 25
Pekerjaan Pekerjaan yang ditekuni oleh
kepala keluarga 1,2
Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan terakhir yang dicapai oleh kepala keluarga 1,2
a. Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat adalah proses pemahaman, menerima,
mengorganisasikan dan menginterprestasikan profesi guru melalui panca
indera. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru dibatasi dengan dua nilai
yaitu positif dan negatif. Persepsi masyarakat ditunjukkan oleh skor yang
diperoleh dari angket persepsi masyarakat terhadap profesi guru.
Pemahaman, tanggapan dan pandangan pemberian kesan terhadap profesi
guru ini dinyatakan dengan pernyataan: Sangat Setuju (ST), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) untuk memilih salah satu
dari lima alternatif jawaban tersebut. Alternatif jawaban menggunakan skala
pengukuran model Linkert (Singarimbun & Effendi, 1989; 137).
Tabel III.2 Persepsi Masyarakat
No. Keterangan Skor untuk
Pernyataan positif
Skor untuk Pernyataan
negatif
1 Sangat setuju 4 1
2 Setuju 3 2
3 Tidak setuju 2 3
4 Sangat tidak setuju 1 4
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan masyarakat untuk
mendapatkan penghasilan setiap bulan. Dalam penelitian ini penulis
Tabel III.3 Pekerjaan
No Keterangan Skor
1. Buruh 1
2. Petani / Pengrajin 2
3. Pedagang / Wiraswasta 3
4. Pegawai Swasta 4
5. Pegawai Negeri 5
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah
ditempuh oleh masyarakat yang meliputi :
Tabel III.4 Tingkat Pendidikan
No Keterangan Skor
1. Lulus SD 1
2. Lulus SLTP 2
3. Lulus SMU/ Sederajad 3
4. Akademi/ Sarjana Muda 4
5. Lulus S1 ke atas 5
d. Tingkat Penghasilan
Tingkat penghasilan adalah jumlah seluruh penghasilan rata-rata
setiap bulan yang diperoleh dari kegiatan usaha tertentu yang dinyatakan
dalam nilai nominal rupiah. Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah
tingkat penghasilan keluarga tiap bulannya. Adapun pedoman untuk
Tabel III.5 Tingkat Penghasilan
No Keterangan
(Dalam Rupiah)
Skor
1. < 500.000 1
2. 500.000 - < 750.000 2
3. 750.000 - < 1.000.000 3
4. 1.000.000 - 1.250.000 4
5. > 1.250.000 5
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner
Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dalam arti laporan tentang pribadi, dan hal-hal yang ingin peneliti
ketahui. Daftar pertanyaan tersebut dibagikan para responden yang berisi
pertanyaan identitas responden serta skala sikap responden untuk
mengetahui persepsi masyarakat terhadap guru, serta status keadaan dan
sosial ekonomi masyarakat.
2. Wawancara
Wawancara adalah seluruh dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari nara sumber. Caranya dengan mencari informasi
G. Pengujian Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitain ini adalah kuesioner, maka
untuk mengukur kevalidan dan keandalannya, dilakukan pengujian terlebih
dahulu.
Adapun alat pengujian tersebut meliputi :
1. Analisis Validitas
Analisis validitas untuk mengukur kevalidan kuesioner yang
dibagikan kepada responden di gunakan teknik Korelasi Product Moment
dari Karl Pearson (Hadi, 1991; 14).
( )( )
(
)
{
}
{
( )
}
[
∑
∑
∑
∑
]
∑
∑
∑
− − − = 2 2 2 2 Y Y N X X N y x xy N rxy Keterangan :rxy = Koefisien korelasi setiap item.
x = Nilai setiap item.
y = Nilai total setiap item.
N = Banyak sampel.
Besarnya rxy dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan
taraf signifikansi (α) = 5 %. Jika rxy lebih besar dari r tabel maka item kuesioner yang digunakan dengan alat ukur dapat dikatakan valid.
Sebaliknya apabila rxy lebih kecil dari r tabel, maka pengukuran tersebut
tidak valid.
2. Hasil Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan dilakukan dengan mengambil
N-2 (dk =30-2=28), sehingga didapatkan nilai koefisien r tabel = 0,239.
Pengujian validitas dilakukan dengan bantuan Statistical Package Social
Sciences (SPSS) versi 13.0.
Tabel III.6
Hasil Pengujian Validitas Persepsi Masyarakat terhadap Profesi Guru
No r hitung r tabel Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 0,570 0,671 0,649 0,570 0,641 0,346 0,570 0,246 0,323 0,416 0,471 0,671 0,340 0,310 0,437 0,415 0,328 0,561 0,268 0,268 0,416 0,641 0,400 0,640 0,389 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
3. Analisis Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat kestabilan dan keandalan alat ukur
dalam mengukur gejala. Reliabilitas menunujuk pada suatu pengertian
alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Tujuan analisis
ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengukuran data dapat
memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali
pada subyek yang sama atau dengan kata lain untuk menunjukkan adanya
kesesuaian antara sesuatu yang diukur dan jenis alat ukur yang dipakai.
Pengukuran ini menggunakan Alpha Cronbach (Arikunto, 1997; 171).
(
)
⎥⎥⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − =∑
2 1 2 11 1 1 σ σ b k k r Keterangan :r11 = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan
b
2
σ
∑
= jumlah varians butir 21
σ = varians total
4. Hasil Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan mengambil sampel 30
responden di dukuh Krosok. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan
bantuan program SPSS 13.0 (Lihat lampiran hal. 14).
Tabel III.7
Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel
Penelitian
Koef.r11 Koef. r tabel
Kesimpulan Kriteria Persepsi
Masyarakat terhadap Profesi Guru
0,882 0,239 Reliabel Sangat Kuat
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien alpha (r11) untuk
dengan taraf signifikansi 5%, maka instrumen pertanyaan variabel
motivasi belajar reliabel. Nilai koefisien (r11) pada taraf 0,80 – 1,00. Hal
ini menunjukkan variabel persepsi masyarakat memiliki taraf reliabilitas
sangat kuat.
H. Teknik Analisis Data
1. Pengujian Persyaratan Analisis
Untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang tepat, diperlukan
analisis data yang benar, sebelum dilakukan analisis terlebih dahulu
dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Untuk
mengetahui hal tersebut digunakan rumus Kolmogorav-Smirnov (Sugiyono
1999; 225) dinyatakan dalam rumus.
( )
( )
[
1 2]
maximum Sn X Sn X
D = −
Keterangan :
D maximum = deviasi maximum
(
X1Sn
)
= distribusi kumulatif yang ditentukan( )
X2Sn = distribusi kumulatif yang diobservasi
2. Pengujian Hipotesis
Uji F atau ANOVA digunakan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan yang signifikan (jelas) antara rata-rata hitung tiga kelompok
atau lebih. Asumsi yang digunakan pada pengujian ANOVA adalah
sama dan sampel tidak berhubungan satu dengan yang lain (sampel
bersifat independen. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Analisis Varians (ANOVA), karena penelitian ini menguji perbedaan
rata-rata dengan jumlah sampel besar, lebih dari 30 orang dan menggunakan uji
prasyarat analisis yang memenuhi asumsi penggunaan analisis varians
yaitu normalitas dan linearitas. Penelitian ini menggunakan analisis
varians satu jalan, karena penelitian ini melibatkan satu variabel bebas
dengan 3 kategori yaitu pekerjaan, tingkat pendidikan dan tingkat
penghasilan. Setiap subyek penelitian merupakan anggota dari satu
kelompok pada variabel bebas yang diambil dari populasi yang ditentukan.
Data dalam penelitian ini termasuk jenis data kuantitatif yaitu data yang
harganya berubah-ubah dan bersifat variabel, dari nilai yang diperoleh
disebut data diskrit atau data yang diperoleh dari hasil perhitungan
(Sudjana, 1996; 4).
a. Perumusan hipotesis
1) Perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau
dari pekerjaan.
Ho : Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi
guru ditinjau dari pekerjaan.
H1 : Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru
ditinjau dari pekerjaan.
2) Perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau
Ho : Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi
guru ditinjau dari tingkat pendidikan.
H1 : Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru
ditinjau dari tingkat pendidikan.
3) Perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau
dari tingkat penghasilan.
Ho : Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi
guru ditinjau dari tingkat penghasilan.
H1 : Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru
ditinjau dari tingkat penghasilan.
b. Menetapkan tingkat signifikansi yang digunakan.
Nilai signifikansi pengujian dilambangkan dengan α. Nilai α ditetapkan sebesar 0,05.
c. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan
Ho diterima jika F hitung < F tabel.
BAB IV
GAMBARAN UMUM DUKUH KROSOK
A. Keadaan Geografis
Dukuh Krosok termasuk wilayah desa Ngrundul, Kecamatan Kebonarum, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Adapun letak dukuh Krosok, desa Ngrundul berbatasan dengan dukuh-dukuh sebagai berikut.
Sebelah Utara : dukuh Satriyan. Sebelah Selatan : dukuh Pokoh. Sebelah Barat : dukuh Nglinggi. Sebelah Timur : dukuh Mlaran.
B. Luas Pertanahan
Wilayah dukuh Krosok mempunyai luas tanah ± 67,5 Ha dan wilayah ini memiliki tingkat kesuburan termasuk tinggi. Sebagian tanah digunakan untuk tanah pertanian karena memiliki kemudahan dalam hal iriasi. Namun demikian ada juga yang diunakan untuk pekarangan, bangunan dan sebagian lagi untuk fasilitas umum. Penggunaan tanah di dukuh Krosok dapat dilihat pada tabel IV.1.
Tabel IV.1
Luas Tanah Menurut Penggunaannya
No. Penggunaan Luas (Ha)
1. 2. 3. 4.
Pemukiman atau Perumahan Jalan
Rumah ibadah Pertanian
43,750 0,85 0,575 19.875
5. Pekarangan 2,45 Sumber : data monografi dukuh Krosok
Pada tabel IV.1 diatas, dapat dilihat penggunaan tanah terbesar adalah pemukiman atau perumahan yaitu seluas ± 43,750 hektar. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar tanah di dukuh Krosok merupakan pemukiman atau perumahan.
C. Kependudukan
Berdasarkan data dukuh Kosok dapat diketahui bahwa jumlah penduduk dukuh Krosok sebanyak ± 293 jiwa yang terdiri dari 121 Kepala keluarga, dapat diperinci berdasarkan
1. Jenis kelamin
a. Laki-laki = 145 orang b. Perempuan = 148 orang + Jumlah = 293 orang
2 Kepala Keluarga
a. Laki-laki = 111 orang b. Perempuan = 14 orang +
Jumlah = 121 orang 3. Agama
5. Jumlah penduduk menurut pekerjaan
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai mata pencaharian di Dusun Krosok dapat dilihat pada tabel.
Tabel IV.2
Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan
No. Mata Pencaharian Jumlah (orang)
1. 2. 3. 4. 5.
Buruh
Petani / pengrajin Pedagang / Wiraswasta Pegawai Swasta
Pegawai Negeri
50 14 28 4 25
Jumlah 121
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ternyata jenis pekerjaan penduduk yang terbesar adalah buruh.
6. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
Tabel IV.3
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Keterangan Jumlah
(Orang) 1. 2. 3. 4. 5. Lulus SD Lulus SLTP
Lulus SMU/ sederajad Akademi/ Sarjana Muda Lulus S1 ke atas
21 18 45 26 11
7. Jumlah penduduk menurut tingkat penghasilan
Dukuh Krosok mempunyai tingkat penghasilan yang berbeda-beda tergantung dari pekerjaan apa yang mereka tekuni. penghasilan yang mereka miliki mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Warga yang mempunyai penghasilan adalah usia produktif. Berdasarkan data dukun Krosok tahun 2005./ 2006 jumlah penduduk menurut tingkat penghasilan adalah sebagai berikut.
Tabel IV.4
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Penghasilan
No Keterangan
(Dalam Rupiah) Jumlah (orang) 1. 2. 3. 4. 5.
D. Sarana dan Prasarana 1. Sarana perhubungan
Dukuh Krosok, desa Ngrundul dihubungkan oleh jalan beraspal yang mempunyai panjang ± 5 Km dari Kabupaten Klaten. Sedangkan jalan yang menghubungkan antar dukuh berupa jalan aspal dan jalan beton.
2. Sarana transportasi
Sarana transportasi yang terdapat di dukuh Krosok adalah angkutan pedesaan dan ojek, sedangkan sarana transportasi yang dimiliki penduduk antara lain berupa :
Tabel IV.5 Sarana dan Prasarana
No. Jenis Alat Transportasi Jumlah
1 2 3 4
Sepeda Sepeda motor Mobil pribadi
Truk / angkutan barang lain
154 256
7 2
Jumlah 419 Sumber : Data Monografi Dukuh Krosok
3. Sarana penduduk
Sarana yang terdapat di dukuh Krosok adalah sarana tempat ibadah berupa Gereja dan Masjid. Selain itu terdapat juga sarana olah raga untuk kegiatan pemuda di dukuh Krosok.
4. Sarana sosial budaya
di dukuh Krosok adalah Mesjid dan Gereja. Disamping itu juga terdapat beberapa lembaga formal seperti LMD, PKK, dan sebagainya yang bertujuan untuk meningkatkan peran suatu masyarakat dukuh dalam pembangunan. 5. Sarana komunikasi
Sarana komunikasi adalah alat untuk memudahkan dalam proses pemindahan pengertian dalam bentuk getaran atau informasi dari seseorang ke orang lain. Peralatan sarana komunikasi yang terdapat di dukuh Krosok, desa Ngrundul antara lain berupa radio, pesawat televisi, dan beberapa telepon rumah dan handphone pribadi.
E. Sejarah Singkat Wilayah
Berdasarkan UU nomor 5 tahun 1979 tentang pemerintahan desa yang menyatakan bahwa sesuai dengan sifat Negara kesatuan republik Indonesia, maka kedudukan pemerintah desa sejauh mungkin diseragamkan dengan memperhatikan kondisi desa yang bermacam-macam dan adat istiadat dari masing-masing daerah yang masih berusaha dipegang teguh oleh masyarakatnya untuk memperkuat pemerintahan desa, agar makin menggerakkan masyarakatnya untuk turut andil dalam pembangunan dan penyelenggaraan administrasi yang makin luas dan efektif.
Pelaksanaan pemerintahan desa Ngrundul mengacu pada UU nomor 5 tahun 1979 tentang pemerintah desa. Pola yang diterapkan adalah pola maksimal dengan jumlah perangkat desa sebanyak 20 orang , yang terdiri dari 1 kepala desa, 1 sekretaris desa, 1 kepala urusan pemerintahan, 1 kepala urusan pembangunan, 1 kepala urusan kesejahteraan rakyat, 1 kepala urusan keuangann, 1 kepala urusan umum, 3 kepala dusun dan 10 pembantu kepala urusan.
Desa Ngrundul mempunyai 9 wilayah dukuh yaitu : 1. Dukuh Ngrundul.
2. Dukuh Satriyan. 3. Dukuh Jetis. 4. Dukuh Ngriman. 5. Dukuh Ngguling. 6. Dukuh ketonggo. 7. Dukuh Jetak. 8. Dukuh Kauman. 9. Dukuh Krosok.
Agar Kegiatan pemerintahan berjalan lebih teratur maka desa Ngrundul terbagi menjadi 3 daerah pemerintahan dusun yang dikepalai oleh kepala dusun dan terbagi menjadi 12 wilayah RW Adapun wilayah yang terbagi menjadi 3 dusun antara lain :
1. Kepala dusun I mempunyai wilayah yang terdiri dari a. Dukuh Ngrundul.
b. Dukuh Ngriman. c. Dukuh Ngguling.
b. Dukuh Kauman. c. Dukuh Ketonggo.
3. Kepala dusun III mempunyai wilayah yang terdiri dari a. Dukuh Satriyan.
b. Dukuh Jetis. c. Dukuh Krosok.
Adapun jumlah wilayah RW desa Ngrundul terdiri dari 1. RW Ngrundul I.
2. RW Ngrundul II. 3. RW Ngrundul III. 4. RW Satriyan I. 5. RW Satriyan II. 6. RW Jetis. 7. RW Ngriman.
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini disajikan analisis data yang meliputi pengujian normalitas,
pengujian linearitas dan pengujian hipotesis. Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Package For
Social Science).
A. Deskripsi Data
1. Variabel Pekerjaan
Dari data yang diperoleh dalam penelitian tentang pekerjaan
menunjukkan bahwa skor tertinggi = 10 dan skor terendah 2 dengan mean
= 5,88 median = 5,62 modus = 5,75, dan standar deviasi = 1,99 (Lihat
lampiran hal. 22)
Berikut ini disajikan komposisi variabel pekerjaan baik dari ayah
ataupun ibu.
Tabel V.1
Tabel Komposisi menurut Pekerjaan
Kepala Keluarga Jenis Pekerjaan
Frekuensi %
Buruh 50 41,3
Petani /Pengrajin 14 11,6
Wiraswasta/ Pedagang 28 23,1
Pegawai swasta 4 3,3
Pegawai negeri 25 20,7
Jumlah 121 100
Dari data komposisi responden berdasarkan pekerjaan diperoleh
data yaitu buruh 41,3 %, pedagang / wiraswasta sebesar 23,1 %, pegawai
negeri 20,7 %, petani / pengrajin 11,6 % dan pegawai swasta 3,3 %.
Untuk mengetahui kriteria penilaian berdasarkan pekerjaan, maka
tabel distribusi frekuensi berdasarkan PAP tipe II ditentukan sebagai
berikut.
Tabel V.2
Kriteria Penilaian menurut Pekerjaan
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pekerjaan dengan ketegori
sangat tinggi ada 22 orang atau sebesar 18,2 %, tinggi ada 18 orang atau
sebesar 14,9 %, sedang ada 21 orang atau sebesar 17,4 %, rendah ada 20
orang atau sebesar 16,5 %, dan sangat rendah ada 40 orang atau 33 %.
2. Variabel Tingkat Pendidikan
Dari data yang diperoleh dalam penelitian tentang tingkat
pendidikan menunjukkan bahwa skor tertinggi = 10 dan skor terendah 2
dengan mean = 5,45 median = 5,43 modus = 5,86 dan standar deviasi =
2,01 (Lihat lampiran hal. 23).
Berikut ini disajikan komposisi variabel tingkat pendidikan baik
dari ayah ataupun ibu. Kelas
Interval
Frekuensi Persentase (%) Kriteria Penilaian
> 8 22 18,2 Sangat tinggi
7 18 14,9 Tinggi
6 21 17,2 Sedang
5 20 16,5 Rendah
Tabel V.3
Tabel Komposisi menurut Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Jenis Pekerjaan
Frekuensi %
Lulus SD 17 14
Lulus SLTP 26 21,5
Lulus SMU/Sederajad 37 30,5
Lulus akademi/ Sarjana Muda
27 22,3
Lulus S1 ke atas 14 11,6
Jumlah 121 100 Dari data komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan
diperoleh data yaitu Lulus SMU / Sederajad sebesar 30,5 %, Lulus
akademi / sarjana muda sebesar 22,3 %, Lulus SLTP 21,5 %, kemudian
Lulus SD 14 %, kemudian Lulus S1 ke atas 11,6 %.
Untuk mengetahui kriteria penilaian menurut tingkat pendidikan,
maka tabel dstribusi frekuensi berdasarkan PAP tipe II ditentukan sebagai
berikut.
Tabel V.4
Tabel Kriteria Penilaian menurut Tingkat Pendidikan
Kelas Interval
Frekuensi Persentase Kriteria
Penilaian
≥ 8 21 17,4 Sangat tinggi
7 10 8,3 Tinggi
6 26 21,5 Sedang
5 22 18,2 Rendah
< 5 42 34,7 Sangat rendah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pendidikan dengan
ketegori sangat tinggi ada 21 orang atau sebesar 17,4 %, tinggi ada 10
ada 22 orang atau sebesar 18,2 %, dan sangat rendah ada 42 orang atau
sebesar 34,7 %.
3. Variabel Tingkat Penghasilan
Dari data yang diperoleh dalam penelitian tentang tingkat
pendidikan menunjukkan skor tertinggi = 10 dan skor terendah 2, mean =
6,25, median = 5,96, modus = 5,93 dan standar deviasi = 2,04 (Lihat
lampiran hal 24-25).
Berikut ini disajikan komposisi variabel tingkat penghasilan baik
dari ayah ataupun ibu.
Tabel V.5
Komposisi Menurut Tingkat Penghasilan (dalam Rupiah)
Ayah Tingkat Penghasilan
Frekuensi %
< 500.000 0 0
500.000-<750.000 39 32,2
750.000-<1.000.000 21 17,4
1.000.000-<1.250.000 35 28,9
> 1.250.000 26 21,5
Jumlah 121 100
Dari data komposisi responden berdasarkan tingkat penghasilan
diperoleh data yaitu antara Rp 500.000 sampai dengan kurang dari Rp
750.000 sebesar 32,2 %, antara Rp 1.000.000 sampai dengan kurang dari
Rp 1.250.000 sebesar 28,9 %, lebih dari Rp 1.250.000 sebesar 21,5 %,
750.000 sampai dengan kurang dari Rp 1.000.000 sebesar 17,4 % dan
Untuk mengetahui kriteria penilaian menurut tingkat pendidikan,
maka tabel dstribusi frekuensi berdasarkan PAP tipe II ditentukan sebagai
berikut.
Tabel V.6
Kriteria Penilaian menurut Tingkat penghasilan Kelas
Interval
Frekuensi Persentase Kriteria
Penilaian
≥ 8 30 24,8 Sangat tinggi
7 19 15,7 Tinggi
6 23 19 Sedang
5 20 16,5 Rendah
< 5 29 24 Sangat rendah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat penghasilan
dengan ketegori sangat tinggi ada 30 orang atau sebesar 24,8 %, tinggi ada
19 orang atau sebesar 15,7 %, sedang ada 23 orang atau sebesar 19 %,
rendah ada 20 orang atau sebesar 16,5 %, dan sangat rendah ada 29 orang
atau sebesar 24%.
4. Variabel Persepsi Masyarakat terhadap Profesi Guru
Dari data yang diperoleh dalam penelitian tentang persepsi
msyarakat terhadap profesi guru menunjukkan bahwa skor tertinggi = 86
dan skor terendah 53 dengan mean = 71,77 median = 72,09 modus =
72,34 dan standar deviasi =5,77 (Lihat lampiran hal 26).
Berikut ini disajikan tabel kriteria penilaian menurut variabel
Tabel V.7
Kriteria Penilaian menurut Persepsi Masyarakat terhadap Profesi Guru
Kelas Interval
Frekuensi Persentase Kriteria Penilaian
≥ 80 11 9,1 Sangat tinggi
75-79 17 14 Tinggi
71-74 51 42,1 Sedang
68-70 21 17,4 Rendah
< 68 21 17,4 Sangat rendah
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa persepsi masyarakat
terhadap profesi guru dengan ketegori sangat tinggi ada 11 orang atau
sebesar 9,1 %.
B. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Pengujian normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal atau
tidaknya bukti-bukti data variabel persepsi masyarakat, pekerjaan, tingkat
pendidikan, tingkat penghasilan. Berikut ini disajikan hasil pengujian
normalitas berdasarkan uji sampel dari Kolmogorv Smirnov.
Pada tabel normalitas (Lihat lampiran hal. 16). menunjukkan
bahwa pengujian normalitas untuk variabel Persepsi masyarakat (Y)
diperoleh nilai asymptotics significance = 0,074. Nilai tersebut lebih besar
dari nilai α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel persepsi masyarakat (Y) adalah normal. Hasil pengujian
normalitas untuk variabel pekerjaan (X1) diperoleh nilai asymptotics
demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel pekerjaan (X1)
adalah normal. Hasil pengujian normalitas untuk variabel tingkat
pendidikan (X2) diperoleh nilai asymptotics significance = 0,052. Nilai
tersebut lebih besar dari α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel tingkat pendidikan (X2) adalah normal.
Hasil pengujian normalitas untuk variabel tingkat penghasilan (X3)
diperoleh nilai asymptotics significance = 0,077. Nilai tersebut lebih besar
dari α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel tingkat penghasilan (X3) adalah normal. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa distribusi data ke empat variabel penelitian ini adalah
normal.
C. Pengujian Hipotesis
1. Pengujian hipotesis I
a. Rumusan hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan antara persepsi masyarakat terhadap profesi
guru dengan pekerjaan.
H1 : Ada perbedaan antara persepsi masyarakat terhadap profesi guru
dengan pekerjaan.
b. Hasil pengujian hipotesis
Nilai F hitung = 0,707 dibandingkan dengan F tabel =2,09, apabila F
tabel lebih besar dari pada F hitung, maka Ho diterima, tetapi
nilai F hitung lebih kecil dari F tabel untuk traf signifikansi 0,05
(Lampiran hal. 17). dengan demikian Ho diterima dan H1 di tolak.
Kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara
persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan.
2. Pengujian hipotesis II
a. Rumusan hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan antara persepsi masyarakat terhadap profesi
guru dengan tingkat pendidikan.
H1 : Ada perbedaan antara persepsi masyarakat terhadap profesi guru
dengan tingkat pendidikan.
b. Hasil pengujian hipotesis
Nilai F hitung = 1,242 dibandingkan dengan F tabel =2,09,
apabila F tabel lebih besar dari pada F hitung, maka Ho diterima, tetapi
sebaliknya jika F tabel lebih kecil dari F hitung Ho ditolak. Ternyata
nilai F hitung lebih kecil dari F tabel untuk taraf signifikansi 0,05
(Lampiran hal. 17). dengan demikian Ho diterima dan H1 di tolak.
Kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara
persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau tingkat pendidikan.
3. Pengujian hipotesis III
a. Rumusan hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan antara persepsi masyarakat terhadap profesi
H1 : Ada perbedaan antara persepsi masyarakat terhadap profesi guru
dengan penghasilan.
b. Hasil pengujian hipotesis
Nilai F hitung = 0,620 dibandingkan dengan F tabel = 2,18,
apabila F tabel lebih besar dari pada F hitung, maka Ho diterima, tetapi
sebaliknya jika F tabel lebih kecil dari F hitung Ho ditolak. Ternyata
nilai F hitung lebih kecil dari F tabel untuk taraf signifikansi 0,05
(Lampiran hal. 17). dengan demikian Ho diterima dan H1 ditolak.
Kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara
persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat
penghasilan.
B. Pembahasan
1. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan
Dari pengujian hipotesis pada bab II menyatakan bahwa terdapat
perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari
pekerjaan. Namun uji hipotesis menyatakan lain, yaitu tidak ada perbedaan
persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan secara
signifikan.
Terbukti Nilai F hitung = 0,707 lebih kecil dibandingkan dengan
F tabel = 2,09 untuk taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian Ho diterima
dan H1 di tolak.Hal ini berarti tidak ada perbedaan persepsi masyarakat
Menurut pendapat penulis tidak adanya perbedaan persepsi
tersebut disebabkan karena masyarakat dukuh Krosok masih mempunyai
kesamaan pandangan terhadap profesi guru yaitu mempunyai pandangan
yang positif terhadap profesi itu. Dikarenakan mereka masih beranggapan
bahwa guru merupakan sosok yang patut diteladani dari sikap dan
perilakunya dan juga dari segi kehidupan ekonomi yang cukup terjamin di
dukuh Krosok. Oleh karena itu masyarakat yang mempunyai latar
belakang pekerjaan yang berbeda-beda menganggap pekerjaan guru adalah
pekerjaan yang ideal dan patut untuk dibanggakan. Menurut penelitian
Yulita Ariani (2006; 73-74) mengatakan bahwa seorang guru memepunyai
peran yang sangat besar dalam proses belajar mengajar di kelas. Mereka
mempunyai tugas menyampaikan materi pelajaran yang bermutu dan
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, memberikan bantuan kepada
siswa dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi siswa. Selain itu
guru juga harus mencari cara agar materi pelajaran yang disampaikan
dapat diterima dengan baik. Oleh karena itu guru dituntut oleh masyarakat
agar berkompeten dibidangnya.
Uraian di atas menunjukkan pada kita bahwa persepsi masyarakat
terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan tidak mempunyai perbedaan.
Hal ini semakin diperkuat dengan pendapat Oemar Hamalik (2003; 125)
tentang tugas dan tanggung jawab guru, yang diuraikan secara sistematis,
a. Guru sebagai pengajar, dalam hal ini guru mengkonsolidasikan
siswa supaya memahami dengan baik materi pelajaran yang
disampaikan.
b. Guru sebagai pembimbing, guru membimbing siswa untuk
memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
c. Guru sebagai pemimpin, guru mengadakan supervisi atas
kegiatan belajar siswa serta membuat rencana pengajaran bagi
kelas.
d. Guru sebagai ilmuwan, guru mengembangkan pengetahuan yang
dimilikinya sehingga pengetahuan siswa berkembang.
e. Guru sebagai pribadi, guru berperan sebagaimana mestinya,
orang tua ke