• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEBERADAAN PLTU PUNAGAYA TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH KEBERADAAN PLTU PUNAGAYA TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEBERADAAN PLTU PUNAGAYA TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Lokasi Studi : Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala,

Kabupaten Jeneponto)

SKRIPSI

Oleh

IQRA NUR KHALID NIM 45 15 042 044

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

(2)

PENGARUH KEBERADAAN PLTU PUNAGAYA TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Lokasi Studi : Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala,

Kabupaten Jeneponto) SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.)

Oleh

IQRA NUR KHALID NIM 45 15 042 044

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Mahasiswa : Iqra Nur Khalid Stambuk : 45 15 042 044

Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah hasil karya saya sendiri, bukan merupakan penggandaan tulisan atau hasil pikiran orang lain. Bila di kemudian hari terjadi atau ditemukan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, saya bersediah menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 18 November 2019 Penulis

Iqra Nur Khalid

(6)

ABSTRAK

Iqra Nur Khalid, 2019 “Pengaruh Keberadaan PLTU Punagaya Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat”. Dibimbing oleh (Murshal Manaf dan Ilham Yahya).

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pengaruh keberadaan PLTU Punagaya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupetn Jeneponto.

Pengaruh keberadaan PLTU Punagaya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, berdasarkan hasil regresi linear berganda menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-sama) keberadaan PLTU Punagaya memberikan pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan secara parsial, keberadaan PLTU Punagaya terkait dengan nilai lahan, aksesibilitas, jaringan listrik, dan lapangan kerja memberikan pengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kata kunci : PLTU Punagaya, Kesejahteraan Masyarakat.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memeberikan rahmat, Nikmat dan hidayah-Nyalah kepada saya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul “Pengaruh Keberadaan PLTU Punagaya Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat”.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana STRATA SATU (S-1) pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota pada Fakultas Teknik Universitas Bosowa.

Penulis menyadari telah mengerahkan segala kemampuan dan usaha, namun sebagai manusia biasa yang tak luput dari salah maupun dosa serta ketebatasan pengetahuan yang penulis miliki, masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dari tugas akhir ini.

Oleh karenanya, denga rasa tulus dan ikhlas, selak nyalah penulias menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha Pemberi segalanya atas rahmat, karunia dan kemudahan yang diberikan kepada penulis, Serta

(8)

Nabi Muhammad SAW sebagai contoh dan suri tauladan yang terbaik dalam menjalani kehidupan penulis.

2. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Ruslan, Ibunda Suryani, Tante Bungasiang, serta Kakak Sepupu Rosmiati HB yang sangat luar biasa dalam membesarkan dan mendidik penulis serta penulis ucapkan terima kasih banyak kepada keluarga yang telah memberikan dukungan, semangat, doa dan motivasi selama penyusunan skirpsi ini.

3. Dr. Ir. Murshal Manaf, MT selaku Dosen Pembimbing I dan Ilham Yahya ST., M.SP. selaku Dosen Pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam menyusun skripsi ini dari awal hingga selesai.

4. Dr. Ridwan ST, M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa;

5. Bapak Jufriadi, ST, MSP selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

6. Ucapan terima kasih yang tak terhingga khusus kepada seluruh Dosen Prodi Perencanaan Wilayah Dan Kota Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar yang tidak saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan ilmu dan pengatahuan selama duduk di bangku perkuliahan sejak awal sampai selesai.

7. Seluruh staf tata usaha Fakultas Teknik dan tata usaha Program studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Terutama bapak Yasan jurusan dan

(9)

Bapak Patta Haji fakultas, terima kasih atas pelayanan dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Bosowa.

8. Pihak Instansi pemerintah Kabupaten Jeneponto, terkhusus Pemerintah Desa Punagaya memberikan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat seperjuanganku Yogy Dwi Dermawan, Ais Pratiwi, Niken Hardiyanti Putri Harsono, Jemfunsianu, Dzufadhly Djaenuddin, Andi Akram Taqwa, Arif Rahman Marsaoly, Hasna Nagara Ohorella, Yuyun Husni Waris, Claudia Clara Yessy Randa yang selama proses perkuliahan hingga saat ini memberikan dukungan.

10. Teman-teman Seperjuangan Fakultas Teknik Jurusan Perencaanan Wilayah Dan Kota Universitas Bosowa Makassar, tekhusus teman- teman Jurusan Planologi Angkatan 2015 (GIS) yang senantiasa membantu penulis dalam penyusunan skripsi. Tak lupa pula terimakasih kepada masyarakat Desa Punagaya yang telah meluangkan waktu , tenaga dan pikirannya untuk membantu penulis dalam pengambilan data.

11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materil.

(10)

Akhir kata semoga kepada mereka yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa melimpahkan berkah dan Rahmat-Nya kelesaikan Skripsi ini, Amin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,

Makassar, 18 November 2019

Iqra Nur Khalid

(11)

i DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PENERIMAAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Teori Lokasi dan Keruangan ... 9

1. Nilai Lahan ... 10

2. Aksesibilitas ... 12

B. Tinjauan Umum Jaringan Energi Listrik ... 14

(12)

ii

C. Tinjauan Umum Kesejahteraan Masyarakat ... 20

D. Pengaruh Pembangunan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat ... 23

E. Penelitian Terkait ... 29

F. Kerangka Fikir ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Objek Penelitian ... 34

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

1. Lokasi Penelitian ... 35

2. Waktu Penelitian ... 36

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Jenis dan Sumber Data ... 40

1. Jenis Data ... 40

2. Sumber Data ... 40

G. Populasi dan Sampel ... 42

1. Populasi ... 42

2. Sampel ... 42

H. Teknik Analisis Data ... 44

1. Analisis Regresi Linear Berganda ... 45

2. Dasar Pengambilan Keputusan ... 46

I. Definisi Operasional ... 47

(13)

iii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Gambaran Umum Kabupaten Jeneponto ... 49

1. Aspek fisik dasar ... 49

a. Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 49

b. Topografi ... 52

c. Klimatologi ... 53

d. Geologi ... 54

2. Kependudukan ... 55

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Jeneponto ... 55

b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 56

c. Jumlah Penduduk menurut Umur ... 57

d. Penduduk Miskin ... 57

B. Gambaran Umum Desa Punagaya ... 58

1. Aspek Fisik Dasar ... 58

a. Letak Geografis Desa Punagaya ... 58

b. Topografi ... 61

c. Penggunaan Lahan ... 61

2. Aspek Kependudukan ... 63

3. Kondisi Pendidikan ... 64

4. Perekonomian Masyarakat ... 65

C. Gambaran Umum PLTU Punagaya ... 68

(14)

iv

D. Karakteristik Responden Penelitian ... 69

1. Jenis Kelamin ... 69

2. Umur ... 70

3. Mata Pencaharian ... 71

E. Faktor yang mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat ... 74

1. Nilai Lahan ... 74

2. Aksesibilitas ... 75

3. Jaringan Listrik ... 77

4. Lapangan Kerja ... 79

F. Analisis Regresi Linear Berganda ... 81

G. Hasil Uji Hipotesis ... 84

1. Hasil Uji t ... 84

2. Uji f ... 86

3. Koefisien Determinasi (R2) ... 88

H. Deskripsi Pengaruh Keberadaan PLTU Punagaya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat ... 92

1. Pengaruh Nilai Lahan (X1) terhadap peningkatan Kesejahteraan masyarakat ... 92

2. Pengaruh Aksesibilitas (X2) terhadap peningkatan Kesejahteraan masyarakat ... 94

3. Pengaruh Jaringan Listrik (X3) terhadap peningkatan Kesejahteraan masyarakat ... 95

(15)

v 4. Pengaruh Lapangan Kerja (X4) terhadap peningkatan

Kesejahteraan masyarakat ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99 LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(16)

vi DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Jeneponto

menurut Kecamatan ... 51

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto ... 55

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Jeneponto ... 56

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk menurut Umur di Kabupaten Jeneponto ... 57

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Jeneponto ... 58

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk dirinci menurut dusun di Desa Punagaya ... 63

Tabel 4.7 Tingkat Pendidikan dirinci menurut dusun di Desa Punagaya ... 64

Tabel 4.8 Jenis Matapencaharian dirinci menurut dusun di Desa Punagaya ... 66

Tabel 4.9 Tingkat Kesejahteraan masyarakat Desa Punagaya ... 67

Tabel 4.10 Karakteristik responden menurut jenis kelamin ... 70

Tabel 4.11 Karakteristik responden menurut umur ... 70

Tabel 4.12 Mata Pencaharian responden sebelum keberadaan PLTU Punagaya ... 71

(17)

vii Tabel 4.13 Mata Pencaharian responden setelah keberadaan

PLTU Punagaya ... 72

Tabel 4.14 Kebutuhan Tenaga Kerja tahap Konstruksi pembangunan PLTU Punagaya (2x100 MW) ... 80

Tabel 4.15 Sumber Daya Manusia pada Konstruksi Proyek Pembangunan PLTU Punagaya ... 81

Tabel 4.16 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 82

Tabel 4.17 Hasil Uji T ... 84

Tabel 4.18 Hasil Uji F ... 87

Tabel 4.19 Hasil Koefisien Determinasi (R2) ... 88

(18)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Fikir ... 33

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Jeneponto ... 50

Gambar 4.2 Peta Administrasi Desa Punagaya ... 60

Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan Desa Punagaya ... 62

Gambar 4.4 Keberadaan PLTU Punagaya ... 69

Gambar 4.5 Kondisi Jaringan Jalan di Desa Punagaya ... 77

Gambar 4.6 Jaringan Transmisi 150 Kv dari PLTU Punagaya ke GI Kabupaten Jeneponto ... 78

Gambar 4.7 Lahan yang dijadikan perumahan dan pertokoan ... 94

Gambar 4.8 Visualisasi Jaringan Jalan ... 95

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Jeneponto adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah penduduk 359.787 jiwa. Secara geografis Kabupaten Jeneponto terletak antara 5°23’12’’-5°42’1.2’’

Lintang Selatan dan antara 119°29’12’’-119°56’44.9’’ Bujur Timur.

Berdasarkan posisi geografis, Kabupaten Jeneponto memiliki batas wilayah yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Takalar.

Berdasarkan wilayah administrasi, Kabupaten Jeneponto memiliki luas wilayah 74,979 Ha atau 749,79 Km2 dan terbagi atas 11 kecamatan yaitu Kecamatan Binamu, Kecamatan Arungkeke, Kecamatan Batang, Kecamatan Tarowang, Kecamatam Tamalatea, Kecamatan Bangkala, Kecamatan Bontoramba, Kecamatan Bangkala Barat, Kecamatan Kelara, Kecamatan Rumbia, dan Kecamatan Turatea. Luas wilayah Kabupaten Jeneponto tersebut hanya kurang lebih 1,20 persen dari luas wilayah administrasi Propinsi Sulawesi Selatan.

Saat ini pembangunan di Kabupaten Jeneponto terus dilakukan, terutama dalam pembangunan infrastruktur energi listrik. Terdapat tiga

(20)

2 pembangkit listrik yang dibangun di Kabupaten Jeneponto, salah satunya adalah PLTU Punagaya. Pembangunan PLTU Punagaya ini tidak terlepas dari pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat Indonesia khususnya Kabupaten Jeneponto itu sendiri, menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terdapat 2.500 desa di Indonesia yang belum teraliri listrik.

PLTU Punagaya berada di Desa Punagaya, Kecamatan Bangakala, Kabupaten Jeneponto. Pembangunan PLTU Punagaya diprakarsai oleh PT. PLN (Persero) bekerjasama dengan kontraktor EPC asal Negara China yaitu CONSORTIUM OF CHINA GHEZHOUBA GROUP CO,LTD dan PT. HUTAMA KARYA (Persero) yang mulai dibangun sejak Mei 2015 dan dioperasikan sejak Desember 2017 lalu. PLTU Punagaya yang berkapasitas 2 x 100 MW merupakan bagian dari program pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW yang dicanangkan oleh pemerintah pusat. Pembangunan ini bertujuan untuk memberikan kontribusi bagi pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat di Sulawesi bagian selatan dan memberikan kontribusi bagi peningkatan perekonomian daerah khususnya peningkatan perekonomian Kabupaten Jeneponto.

Hal ini sesuai dengan Perda Kabupaten Jeneponto No 01 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jeneponto 2012-2031, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Provinsi (KSP)

(21)

3 dengan sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi. Hal ini dimaksudkan dengan keberadaan PLTU Punagaya dapat menambah suplai dan meningkatkan kualitas, kuantitas, serta memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Pulau Sulawesi bagian selatan .

Sehubungan dengan itu Keberadaan PLTU Punagaya sebagai suatu industri memberikan pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat yang ada disekitarnya. Hal yang berpengaruh dengan keberadaan PLTU Punagaya, salah satunya adalah nilai lahan. Hal ini mengacu pada teori lokasi yang dipelopori oleh Von Thunen(1826) yang mengembangkan teori David Ricardo, mengatakan bahwa lokasi “letak tanah” akan mempengaruhi tinggi rendahnya nilai lahan atau sewa tanah yang ada. Menurut Von Thunen (1826) hal-hal yang mempengaruhi nilai lahan adalah kualitas tanah yang disebabkan oleh kesuburan tanah, pengairan, adanya fasilitas listrik, jalan dan sarana lainnya. Ditambah lagi letaknya yang strategis untuk perusahaan/industri, dan banyaknya permintaan tanah yang ditujukan untuk pabrik, bangunan rumah, perkebunan. Sehingga hal ini berhubungan dengan keberadaan PLTU Punagaya dimana akan berpengaruh pada nilai lahan yang ada disekitarnya.

Selain itu aksesibilitas masyakarat yang semakin mudah dengan adanya keberadaan PLTU Punagaya, pembangunan jaringan jalan baru dan perbaikan kualitas jalan dilakukan oleh perusahaan untuk

(22)

4 mempermudah aksesibilitas. Jaringan jalan ini tidak hanya dimanfaatkan oleh perusahaan saja, akan tetapi dimanfaatkan juga oleh masyarakat dalam beraktivitas sehari-hari. Masyarakat menjadi semakin mudah untuk menjangkau daerah lain dalam memenuhi kebutuhannya, sesuai dengan penyataan Hurst,1974 (dalam Magribi dan Suhardjo, 2004) dikatakan bahwa aksesibilitas adalah ukuran dari kemudahan (jarak, waktu, dan biaya) dalam melakukan perpindahan antara tempat-tempat atau kawasan dalam sebuah system.

PLTU Punagaya yang merupakan infrastruktur di bidang kelistrikan akan menambah distribusi listrik kepada masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Jeneponto, sehingga masyarakat yang belum teraliri listrik dapat terpenuhi kebutuhannya terhadap listrik untuk menunjang kehidupannya. Keberadaan PLTU Punagaya juga membuka lapangan kerja bagi masyarakat mulai dari proses pembangunan hingga pengoperasian. Adanya kesempatan kerja bagi masyarakat ini menjadi peluang bagi masyarakat Kabupaten Jeneponto yang masih tergolong masyarakat miskin. Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto, masih ada sekitar 55.300 jiwa atau 15% masyarakat Kabupaten Jeneponto termasuk dalam penduduk yang dikategorikan miskin.

Tetapi disaat yang bersamaan hal ini tidak semua teraktualisasi kepada masyarakat terutama penduduk lokal dimana masyarakat yang ingin bekerja di PLTU Punagaya kurang terserap karena tingkat

(23)

5 pendidikan yang rendah dan kurangnya keahlian masyarakat di bidang kelistrikan sehingga masih ada masyarakat yang memilih untuk tetap bekerja sebagai petani atau nelayan. Sehubungan dengan kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan PLTU Punagaya terkait dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga hal ini menjadi pertimbangan penulis melakukan penelitian tentang pengaruh keberadaan PLTU Punagaya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Jeneponto.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh keberadaan PLTU Punagaya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah keberadaan PLTU Punagaya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi beberapa pihak antara lain:

(24)

6 1. Bidang Akademik

Terkait dengan bidang akademik perencanaan wilayah dan kota, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui pengaruh keberadaan PLTU Punagaya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat 2. Instansi Pemerintah

Bagi instansi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan kebijakan terkait dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat

3. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi kepada masyarakat terkait pengaruh keberadaan PLTU Punagaya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan pada aspek-aspek yang berhubungan langsung dengan judul penelitian ini yakni menganalisis tentang bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya PLTU Punagaya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Jeneponto. Adapun aspek-aspek yang dimaksud adalah :

1. Nilai Lahan;

2. Aksesibilitas;

3. Jaringan Listrik;

4. Lapangan Kerja.

(25)

7 F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini merupakan tahapan- tahapan dalam proses penyusunan laporan dengan tujuan agar pembaca dapat dengan mudah mengenal dan memahami substansi dalam penelitian ini. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini menguraikan apa yang menjadi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan sistematika penulisan laporan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang kumpulan rinkasan atau teori-teori yang dilakukan terhadap berbagai literature yang dapat mendukung penelitian ini. Adapun isi dari tinjaun pustaka ini adalah tinjauan teori lokasi dan keruangan yaitu nilai lahan, dan aksesibilitas, tinjauan umum jaringan energi listrik, tinjauan umum kesejahteraan masyarakat, pengaruh pembangunan terhadap kesejahteraan masyarakat, penelitian terkait, dan kerangka pikir.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini menguraikan tentang metode dalam melakukan penelitian berupa jenis penelitian, obyek penelitian, lokasi penelitian, variable penelitian, teknik pengumpulan data, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, teknik analisis data, dan definisi operasional

(26)

8 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan tentang hasil dan pembahasan dari penelitian berupa gambaran umum kabupaten jeneponto, gambaran umum Desa Punagaya, gambaran umum PLTU Punagaya, karakteristik responden penelitian, faktor yang mempengaruhi peningkatan kesejahteraan masyarakat,analisis regresi linear berganda, hasil uji hipotesis, dan deskripsi pengaruh keberadaan PLTU Punagaya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian ini serta berisi saran dan masukan yang diberikan untuk penelitian selanjutnya.

(27)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum, tinjauan pustaka berisi ringkasan atau rangkuman teori yang ditemukan dari sumber literature atau bacaan yang berkaitan dengan judul yang diangkat dalam penelitian. Tinjauan pustaka memiliki fungsi untuk mengorganisasikan penemuan-penemuan dalam penelitian yang pernah dilakukan. Berikut adalah tinjauan pustaka yang berkaitan dengan peneilitian ini.

A. Tinjauan Teori Lokasi dan Keruangan

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki lokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Robinson Tarigan, 2010).

Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006:78). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.

(28)

10 1. Nilai Lahan

Menurut Yunus (2000:89) nilai lahan atau land value adalah pengukuran nilai lahan yang didasarkan kepada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubungannya dengan produktivitas dan strategi ekonomis. Sedangkan menurut Sujarto (1985:18) nilai lahan adalah perwujudan dari kemampuan lahan sehubungan dengan pemanfaatan dan penggunaan lahan.

Semakin strategis lokasi lahan dalam suatu wilayah maka nilai lahan akan semakin tinggi, nilai lahan akan semakin tinggi apabila dekat dengan pusat kegiatan, selain itu juga dipengaruhi oleh jarak dari pusat pelayanan, fasilitas, dan lain-lain. Faktor non manusia berkenaan dengan eksternalitas yang diterima oleh lahan tersebut, jika eksternalitas bersifat positif, seperti dekat dengan industri, pusat pelayanan, bebas banjir, kepadatan penduduk, dan adanya sarana jalan, maka bernilai tinggi jika dibandingkan dengan lahan yang tidak menerima eksternalitas, meskipun luas dan bentuk tanah itu sama, jika lahan menerima eksternalitas yang bersifat negatif, seperti dekat dengan sampah, jauh dari pusat pelayanan, tidak bebas banjir, maka lahan akan bernilai rendah jika dibandingkan dengan lahan yang tidak menerima eksternalitas yang negatif (Pearce and Turner, 1990).

Berangkat dari pernyataan di atas keberadaan PLTU Punagaya sebagai salah satu industri pembangkit listrik di Kabupaten

(29)

11 Jeneponto secara tidak langsung berpengaruh pada nilai lahan yang ada, beberapa lahan yang ada di Desa Punagaya mulai beralihfungsi.

Meningkatnya nilai lahan di Desa Puanagaya juga menyebabkan harga lahan ikut meningkat. Menurut Von Thunen yang mengembangkan Teori David Ricardo dengan menambahkan

“letak tanah” sebagai faktor yang mampu memengaruhi tinggi rendahnya sewa tanah. Menurut Von Thunen (1826) Ada beberapa hal yang mempengaruhi sewa tanah:

a. Kualitas tanah yang disebabkan oleh kesuburan tanah, pengairan, adanya fasilitas listrik, jalan dan sarana lainnya;

b. Letaknya strategis untuk perusahaan/industri; dan

c. Banyaknya permintaan tanah yang ditujukan untuk pabrik, bangunan rumah, perkebunan.

Pemahaman akan faktor nilai lahan pertama kali dijelaskan pada teori lokasi Von Thunen (1826). Teori ini menganalisa nilai lahan berdasarkan pengamatan produktivitas keruangannya. Dalam analisanya daerah pusat kota sebagai pusat perdagangan dan area komersial dapat mempengaruhi nilai tanah di sekitarnya. Dalam teori ini jarak geografis dengan pusat komersial akan sebanding dengan nilai lahan di kawasan tersebut, semakin dekat suatu lahan/tanah ke pusat kota akan memiliki daya saing ekonomi yang lebih baik.

(30)

12 2. Aksesibilitas

Aksesibilitas mempunyai pengaruh vital bagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat untuk menunjang ketersediaan bahan baku atau pun kebutuhan lainnya, sehingga tingkat aksesibilitas sebuah wilayah dari pusat kegiatan satu ke pusat kegiatan lainnya perlu dipertimbangkan. Semakin tinggi tingkat aksesibilitas dalam suatu wilayah dapat dipastikan tingkat produktifitas berbagai sistem kegiatan juga akan tinggi. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Black,1981 (dalam Magribi dan Suhardjo, 2004) mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Hurst,1974 (dalam Magribi dan Suhardjo, 2004) dikatakan bahwa aksesibilitas adalah ukuran dari kemudahan (jarak, waktu, dan biaya) dalam melakukan perpindahan antara tempat-tempat atau kawasan dalam sebuah sistem. Sementara itu, Edmonds,1994 (dalam Magribi dan Suhardjo, 2004) menyampaikan bahwa indikator aksesibilitas adalah nilai numerik, yang mengindikasikan mudah atau sulitnya untuk mendapatkan akses ke barang-barang dan pelayanan.

Tamin, 2000 (dalam Mohammed, 2010) mengatakan indikator aksesibilitas secara sederhana dapat dinyatakan dengan jarak. Jika suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas antara kedua tempat tersebut tinggi. Sebaliknya jika

(31)

13 berjauhan aksesibilitas antara keduanya rendah. Selain jarak dan waktu, biaya juga merupakan beberapa indikator aksesibilitas.

Apabila antar kedua tempat memiliki waktu tempuh yang pendek maka dapat dikatakan kedua tempat itu memiliki aksesibilitas yang tinggi. Biaya juga dapat menunjukkan tingkat aksesibilitas. Biaya disini dapat merupakan biaya gabungan yang menggabungkan waktu dan biaya sebagai ukuran untuk hubungan transportasi.

Dusseldorp,1980 (dalam Magribi dan Suhardjo, 2004) mengatakan bahwa ciri-ciri suatu perdesaan adalah 60% atau lebih masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani. Lebih dari separuh bagian daerah perdesaan mungkin dimanfaatkan untuk pertanian, peternakan atau kehutanan, walaupun ini tidak selalu berarti bahwa lebih dari separuh bagian pendapatan regional berasal dari kegiatan ini.

Dennis,1998 (dalam Magribi dan Suhardjo, 2004) merinci kebutuhan perjalanan dan kegiatan transportasi pada kawasan perdesaan ditujukan untuk:

a. Aktivitas subsistem (tradisional), meliputi aktivitas pengumpulan air, bahan bakar, dan bahan pangan.

b. Tujuan-tujuan ekonomis, seperti aktivitas pertanian, non- pertanian, dan perdagangan.

(32)

14 c. Pengembangan sumber daya manusia, seperti aktivitas untuk memperoleh pelayanan pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. sebagainya.

d. Tujuan-tujuan sosial lainnya, seperti mengunjungi teman, kerabat, ke tempat-tempat ibadah, ke kantor-kantor pemerintah, dan sebagainya.

Penjelasan diatas memberikan gambaran tentang dampak dari keberadaan sebuah infrastruktur seperti PLTU Punagaya dapat berpengaruh secara signifikan terhadap kegiatan sosial ekonomi di dalam suatu wilayah dengan pertimbangan tingkat aksesibilitas ke berbagai tempat atau pusat kegiatan dapat terkoneksi sebagai satu kesatuan sistem yang berkelanjutan.

B. Tinjauan Umum Jaringan Energi Listrik

Energi Listrik adalah kebutuhan pokok masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari. Segala aktivitas masyarakat membutuhkan energi listrik sebagai penunjang dalam segala sektor baik pemenuhan kebutuhan rumah tangga, bisnis dan komersil, dan industry. Namun kebutuhan energi listrik di Indonesia masih belum dapat dirasakan oleh sebagian kecil masyarakat yang letak daerah tempat tinggalnya sangat jauh dari sebagian besar pemukiman penduduk. Hal ini menunjukkan bahwasannya distribusi penyaluran

(33)

15 energi listrik yang disediakan pemerintah melalui perusahaan PLN masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat.

Perencanaan pembangunan sektor ketenagalistrikan di Indonesia dituangkan dalam Rencana Umum Peyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT. PLN (Persero) yang disusun oleh PLN dan ditetapkan oleh Kementerian ESDM. Dalam pembangunan pembangkit listrik PLN memiliki keterbatasan pendanaan sehingga sebagian proyek pembangkit dilaksanakan oleh listrik swasta sebagai independent power producer (IPP) maupun pihak ketiga non-IPP dengan model bisnis tertentu seperti power wheeling, kerjasama excess power, penetapan wilayah usaha tersendiri dan sebagainya. Sedangkan untuk jaringan transmisi dan distribusi sebagian besar milik PLN. Presiden telah mencanangkan Program Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik 35.000 MW. Program tersebut dilaksanakan PLN sebesar 10.000 MW dan pihak swasta 25.000 MW.

Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah seperti batubara, minyak, gas alam, air, panas bumi, surya dan angin.

Meskipun memiliki berbagai jenis sumber energy namun penggunaan energi pada sektor ketenagalistrikan sebagai bahan bakar pembangkit listrik masih bergantung pada energi fosil. Berdasarkan sumber energi primer yang digunakan, pembangkit listrik dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: pembangkit listrik fosil dan pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT). jenis pembangkit listrik yang menggunakan

(34)

16 energi fosil sebagai sumber energi primer salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Perlu diketahui dari segi kuantitas listrik, infrastruktur listrik terdiri atas pembangkit listrik (MW), jaringan transmisi, jaringan distribusi, berupa jaringan tegangan menengah dan rendah (JTM dan JTR) (kms), gardu induk dan gardu distribusi (unit). Ketiganya saling berkaitan satu sama lain dan saling melengkapi dalam kebutuhannya menyalurkan listrik ke setiap daerah. Selain itu, kebijakan subsidi listrik yang tepat sasaran juga menjadi satu tujuan efisiensi dari infrastruktur listrik (KESDM, 2015). Adapun penjelasan terkait dengan system penyaluran energy listrik sampai kepada konsumen dapat diketahui sebagai berikut.

1. Pembangkitan

Pembangkitan adalah proses dimana listrik dibangkitkan, listrik adalah suatu energi dimana energi hanya bisa dirubah, maka energi listrik berasal dari pengubahan energi, bisa dari energi apapun, salah satu contohnya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan salah satu jenis pembangkit listrik tenaga thermal dengan batu bara yang pada umumnya digunakan sebagai bahan bakar utamanya. PLTU dipilih karena memiliki kapasitas pembangkitan listrik yang besar.

(35)

17 Seiring dengan kemajuan teknologi, kapasitas pembangkitan listrik pada sistem PLTU mampu mencapai lebih dari 1 x 1000 MW.

Proses pembangkitan listrik dari PLTU dimulai dari pemindahan batu bara dari kapal tongkang menuju coal storage, kemudian dari coal storage, batu bara dihancurkan terlebih dahulu sebelum masuk ke boiler agar proses pembakaran di boiler lebih optimal. Sementara untuk suplai feedwater berasal dari condensate hasil kondensasi uap keluaran turbin, pada bagian ini feedwater yang masuk ke boiler dipanaskan hingga menjadi uap kering (superheater) sebelum dialirkan menuju turbin sebagai prime mover. Pada akhirnya, generator yang dikopel dengan turbin akan menghasilkan listrik akibat rotor yang menabrak flux-flux magnet di dalam generator.

Prinsip pembangkitan energi listrik pada dasarnya energi awal (yang akan dirubah menjadi energi listrik) dipakai untuk memutar turbin yang terhubung dengan generator, dalam generator ada kumparan dan magnet digerakkan oleh turbin yang bergerak oleh energi primer, menghasilkan elektromagnetik yang akan menghasilkan listrik. Tegangan listrik yang dihasilkan oleh generator pembangkit listrik sekitar 12 kV – 20 kV dan disalurkan ke Transmisi, sebelum masuk ke Transmisi tegangan di naikkan (Step-up) oleh Trafo Step Up.

(36)

18 2. Transmisi/Penyaluran

Transmisi adalah proses penyaluran listrik dari pembangkitan, tegangan dari pembangkitan di naikkan menjadi tegangan standar transmisi di Indonesia yaitu ada 70 kV, 150 kV yang diklasifikasikan sebagai Tegangan Tinggi (TT) dan 500 kV, yang diklasifikasikan sebagai Tegangan Ekstra Tinggi (TET).

Tujuan tegangan dinaikkan agar mengurangi rugi-rugi daya akibat panjangnya saluran, makin tinggi tegangannya maka makin berkurang rugi daya yang terjadi. Tegangan yang akan diturunkan pada Distribusi biasanya tegangan 150 kV dan 70 kV, sedangkan 500 kV dipakai untuk penyaluran. Saluran transmisi terdiri dari saluran udara yang biasa disebut SUTT / SUTET dan kabel bawah tanah yang biasa disebut SKTT. Untuk saluran udara biasanya terlihat dari tower-tower listrik yang besar, makin tinggi tegangannya makin besar struktur towernya.

3. Distribusi

Distribusi adalah proses penyaluran dari transmisi hingga ke konsumen, Distribusi terbagi menjadi distribusi primer dan distribusi sekunder. Distribusi primer adalah penyaluran listrik dari transmisi yang telah diturunkan tegangannya oleh trafo step-down menjadi 20 kV yang diklasifikasikan sebagai tegangan menengah (TM), dan disalurkan melalui penyulang-penyulang (feeder). Sama seperti transmisi, saluran distribusi primer ada yang saluran udara (SUTM)

(37)

19 dan kabel bawah tanah (SKTM). Pada SUTM biasanya kita melihat di pinggir jalan ada tiang dengan tiga kawat konduktor di atasnya.

Sebelum masuk ke Distribusi sekunder listrik akan diturunkan lagi tegangannya oleh trafo step-down menjadi tegangan pakai.

Distribusi sekunder adalah saluran dari trafo step-down distribusi hingga ke kWh pelanggan, tegangan pada distribusi sekunder adalah tegangan pakai yaitu 380/220 Volt yang diklasifikasikan sebagai tegangan rendah (TR).

4. Konsumen

Konsumen adalah pemakai jasa tenaga listrik, konsumen terbagi menjadi beberapa bagian tergantung tegangan yang dipakai oleh konsumen tersebut. Konsumen biasa (untuk rumah tinggal atau kantor) biasanya memakai tegangan rendah yang disebut Konsumen TR dengan tegangan pakai 380/220 Volt, konsumen TR ini menerima suplai listrik dari Saluran Distribusi Sekunder.

Pemakaian listrik untuk bisnis seperti mall, hotel dan lain-lain, maupun industri menengah biasanya menggunakan listrik tegangan menengah yang disebut dengan konsumen TM, konsumen TM ini mendapat supply listrik langsung dari penyulang Distribusi Primer.

Untuk konsumen Industri besar seperti pabrik semen dan lain-lain yang membutuhkan daya listrik besar biasanya berlangganan listrik tegangan tinggi yang disebut konsumen TT, supply listrik biasanya langsung didapatkan dari saluran transmisi tegangan tinggi.

(38)

20 C. Tinjauan Umum Kesejahteraan Masyarakat

Istilah kesejahteraan bukanlah hal yang baru, baik dalam wacana global maupun nasional. Dalam membahas analisis tingkat kesejahteraan, tentu kita harus mengetahui pengertian sejahtera terlebih dahulu. Kesejahteraan itu meliputi keamanan, keselamatan, dan kemakmuran. Pengertian sejahtera menurut W.J.S Poerwadarminta adalah suatu keadaan yang aman, sentosa, dan makmur. Dalam arti lain jika kebutuhan akan keamanan, keselamatan dan kemakmuran ini dapat terpenuhi, maka akan terciptalah kesejahteraan.

Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan Masyarakat, kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dari Undang–Undang di atas dapat kita cermati bahwa ukuran tingkat kesejahteraan dapat dinilai dari kemampuan seorang individu atau kelompok dalam usaha nya memenuhi kebutuhan material dan spiritual nya. Kebutuhan material dapat kita hubungkan dengan pendapatan yang nanti akan mewujudkan kebutuhan akan pangan, sandang, papan dan kesehatan.

Kemudian kebutuhan spiritual kita hubungkan dengan pendidikan, kemudian keamanan dan ketentaraman hidup.

(39)

21 Menurut Mosher (1987), hal yang paling penting dari kesejahteraaan adalah pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan.

Pemenuhan kebutuhan dibatasi oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang berpendapatan rendah. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka persentase pendapatan untuk pangan akan semakin berkurang. Dengan kata lain, apabila terjadi peningkatan tersebut tidak merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut sejahtera. Sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan rumah tangga dapat merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut tidak sejahtera.

Menurut konsep lain, kesejahteraan bisa di ukur melalui dimensi moneter maupun non moneter, misalnya ketimpangan distribusi pendapatan, yang didasarkan pada perbedaan tingkat pendapatan penduduk di suatu daerah. Kemudian masalah kerentanan (vulnerability), yang merupakan suatu kondisi dimana peluang atau kondisi fisik suatu daerah yang membuat seseorang menjadi miskin atau menjadi lebih miskin pada masa yang akan datang. Hal ini merupakan masalah yang cukup serius karena bersifat struktural dan mendasar yang mengakibatkan risiko-risiko sosial ekonomi dan akan sangat sulit untuk memulihkan diri (recover). Kerentanan merupakan suatu dimensi kunci dimana perilaku individu dalam melakukan

(40)

22 investasi, pola produksi, strategi penanggulangan dan persepsi mereka akan berubah dalam mencapai kesejahteraan.

Kesejahteraan pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu:

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.

2. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai sejahtera.

Biro Pusat Statistik Indonesia (2000) menerangkan bahwa guna melihat tingkat kesejahteraan masyarakat suatu wilayah ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran, antara lain adalah:

1. Tingkat pendapatan keluarga

2. Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan pengeluaran untuk pangan dengan non-pangan

3. Tingkat pendidikan keluarga 4. Tingkat kesehatan keluarga

5. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga.

(41)

23 D. Pengaruh Pembangunan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Perspektif ilmu sosial ekonomi lebih menekankan tentang “apa yang menjadi masalah”(what) dan “mengapa masalah itu terjadi” (why) (Rustiadi et.al, 2009). Pengaruh adalah suatu perubahan yang disebabkan oleh suatu kegiatan, suatu usaha investasi dalam kegiatan pembangunan memiliki kemampuan potensial menimbulkan pengaruh. Konsep pengaruh diartikan sebagai munculnya aktifitas manusia akibat pembangunan, yaitu terhadap lingkungan termasuk manusia.

Pengaruh ekonomi yang dibawakan oleh lokasi industri disuatu tempat terungkap antara lain dalam bentuk peningkatan produksi, pendapatan dan pengurangan pengangguran. Pengaruh langsung ini pada umumnya dirasakan oleh masyarakat di sekitar lokasi industri tersebut untuk kemudian meluas ke daerah dan bahkan mungkin ke tingkat nasional. (Djojodipuro,1992)

Sehubungan dengan itu Soemartono,2011 (dalam Said,2017) menjelaskan bahwa pada dasarnya sasaran pembangunan adalah menaikkan tingkat kesejahteraan rakyat, akan tetapi aktifitas pembangunan yang menimbulkan efek samping yang tidak direncanakan di luar sasaran yang disebut pengaruh. Pengaruh dapat bersifat biofisik, sosial, ekonomi dan budaya yang berpengaruh terhadap sasaran yang ingin dicapai.

(42)

24 Adapun menurut Soedharto,1995 (dalam Said, 2017) pengaruh sosial adalah konsekuensi sosial yang menimbulkan akibat dari suatu kegiatan pembangunan ataupun penerapan suatu kebijakan dan program merupakan perubahan yang terjadi pada manusia dan masyarakat yang diakibatkan oleh aktifitas pembangunan. Adapun menurut Soedharto,1995 (dalam Said, 2017) pengaruh sosial adalah konsekuensi sosial yang menimbulkan akibat dari suatu kegiatan pembangunan ataupun penerapan suatu kebijakan dan program merupakan perubahan yang terjadi pada manusia dan masyarakat yang diakibatkan oleh aktifitas pembangunan. Pengaruh sosial budaya daerah tertentu terungkap dalam cara hidup penduduknya, hubungan satu sama lain, adat istiadat, adat istiadat yang melandasinya dan pola kepemilikan lahan (Djojodipuro,1992). Dalam Keputusan Pemerintah No. 14, Menteri Lingkungan Hidup Tahun 1994 tentang “Penetapan Pengaruh Penting” terhadap aspek sosial ekonomi, yaitu:

1. Aspek sosial

a. Pranata sosial/lembaga-lembaga yang tumbuh di kalangan masyarakat, adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku.

b. Proses sosial/kerjasama, akumulasi konflik di kalangan masyarakat.

c. Akulturasi, asimilasi dan integrasi dari berbagai kelompok masyarakat

d. Kelompok-kelompok dan organisai sosial.

(43)

25 e. Pelapisan sosial di kalangan masyarakat. Perubahan sosial

yang berlangsung di kalangan masyarakat.

f. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan pekerjaan.

2. Aspek Ekonomi

a. Kesempatan Kerja dan berusaha

b. Pola perubahan dan penguasaan lahan dari sumber daya alam c. Tingkat pendapatan.

d. Sarana dan prasarana infrastruktur.

e. Pola pemanfaatan sumber daya alam

Pembangunan dan perkembangan industri mengakibatkan terjadi perubahan-perubahan di berbagai aspek sosial ekonomi masyarakat, perubahan tersebut meliputi perubahan mata pencaharian, perubahan jumlah kesempatan kerja , perubahan tingkat pendapatan, dan perubahan jumlah sarana dan prasarana. Perubahan-perubahan tersebut kemudian menimbulkan pengaruh positif maupun negatif.

Pengaruh positif pembangunan industri merupakan kondisi perubahan dalam masyarakat akibat adanya pembangunan industri yang memberikan keuntungan meningkat baik langsung maupun tidak langsung dari kondisi sebelumnya. Pengaruh negatif, yaitu munculnya potensi konflik potensi konflik akibat adanya kecemburuan sosial antara masyarakat asli desa dengan masyarakat pendatang dalam hal

(44)

26 kemudahan mengakses pekerjaan khususnya disektor industri.

Adapun beberapa pengaruh tersebut di atas adalah sebagai berikut:

1. Mata Pencaharian

Memasuki tahun 90-an sampai sekarang jumlah industri terus berkembang dengan pesat baik skala usaha besar maupun sedang/menengah. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan yakni dari lahan pertanian menjadi industri dan pemukiman penduduk. Perubahan penggunaan lahan secara langsung juga ikut berpengaruh terhadap perubahan mata pencaharian penduduk. Berkurangnya lahan pertanian dan pembebasan tanah penduduk oleh industri mengakibatkan terjadinya pergeseran jenis pekerjaan.

2. Kesempatan Kerja

Berkembangnya industri di pedesaan memberikan berbagai alternatif peluang pekerjaan yang lebih luas, dimana sebelum berkembangnya industri peluang kerja sangat terbatas baik jenis pekerjaan maupun kesempatan kerjanya. Sebelum adanya industri sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dan sebagian lagi terbagi dalam beberapa mata pencaharian tertentu saja seperti buruh industri batu bara dan sebagainya.

Berkembangnya industri peluang untuk memperoleh pekerjaan lebih tersedia baik pekerjaan pada bidang industri maupun usaha berdagang atau jasa.

(45)

27 Dengan dibangun dan berkembangnya industri masyarakat mempunyai peluang usaha yang lebih luas. Sektor pekerjaan lain yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah usaha berdagang, misalnya masyarakat asli desa membangun warung- warung kecil di rumah yang menyediakan kebutuhan sehari-hari, selain lebih ekonomis juga mudah untuk di jangkau.

3. Tingkat Pendapatan

Pengaruh pembangunan pada aspek sosial ekonomi yang lain adalah ekonomi rumah tangga yang salah satunya meliputi tingkat pendapatan. Setelah berkembangnya industri tingkat pendapatan meningkat.

4. Jumlah Sarana dan Prasarana

Perubahan sarana dan prasarana berkembang industri terlihat dengan bertambahnya fasilitas dan utilitias seperti jaringan jalan, jaringan listrik, angkutan umum, sekolah, dan lain-lain. Sarana dan prasarana tersebut merupakan fasilitas umum yang dapat dirasakan oleh semua penduduk desa. Sebelum industri berkembang, sarana dan prasarana belum banyak tersedia salah satunya adalah sarana transportasi, penduduk yang melakukan aktivitas di luar desa jadi terhambat, setelah industri berkembang sarana dan prasarana seperti transportasi lebih memadai.

Bertambahnya jumlah sarana dan prasarana setelah berkembangnya industri telah memberikan kemudahan-kemudahan

(46)

28 kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas masyarakat sebelum berkembang industri lebih banyak dilakukan untuk pergi ke sawah, atau ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari atau menjual hasil pertaniannya, namun saat ini masyarakat dapat dengan mudah melakukan berbagai kegiatan dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai baik yang disediakan oleh perusahaan maupun pemerintah daerah.

Walaupun ketersediaan sarana dan prasarana tersebut belum semua dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat khususnya yang memerlukan pengeluaran biaya besar tetapi setidaknya sarana dan prasarana yang tersedia lebih mudah dijangkau dan biaya yang relatif ekonomis, misalnya sekolah-sekolah dasar, pusat pelayanan kesehatan seperti posyandu, tempat ibadah, dan sarana olahraga. Sementara untuk sarana jalan umum tidak hanya dapat dimanfaatkan langsung oleh pihak perusahaan, dan masyarakat lapisan menengah ke atas yang memiliki kendaraan, tetapi juga masyarakat lapisan menengah ke bawah juga dapat memanfaatkannya dengan tersedianya angkutan umum yang masuk dalam wilayah desa, sehingga masyarakat desa tidak perlu lagi keluar wilayah dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan yang tidak memadai untuk menuju kota kecamatan ataupun kota kabupaten. Selain itu jaringan listrik yang didistribusi lewat pembangkit listrik akan menambah pasokan listrik ke

(47)

29 konsumen/masyarakat sehingga masyarakat yang belum teraliri listrik dapat terpenuhi kebutuhannya akan listrik dan juga menunjang usaha atau kegiatannya sehari-hari.

E. Penelitian Terkait

Adapun dalam penelitian ini merujuk pada penelitian terkait dengan pembangunan pembangkit listrik sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Anugrah Julianti, Jamaluddin, dan Amiruddin pada tahun 2018 dengan judul “Dampak Keberadaaan pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Panau Kecamatan Tawaili”. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa dampak keberadaan PLTU terhadap sosial dan ekonomi masyarakat di Kelurahan Panau Kecamatan Tawaili. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PLTU di Kelurahan Panau berdampak kepada kehidupan sosial yaitu polusi dan debu yang dihasilkan oleh aktivitas PLTU di Kelurahan Panau dan mengganggu kesehatan masyarakat sekitar seperti gangguan pernafasan serta menimbulkan suara kebisingan. Dari dampak ekonomi yaitu pendapatan nelayan menurun akibat telah tercemarnya pesisir pantai di Kelurahan Panau. Selain itu terdapat keuntungan bagi pedagang yang berjualan di area sekitar PLTU di Kelurahan Panau, memberikan keuntungan bagi masyarakat yang

(48)

30 membuka usaha rumah sewa dan kos-kosan untuk karyawan PLTU yang berasal dari luar kecamatan Tawaili. Dampak Positif keberadaan PLTU di Kelurahan Panau memberikan peluang kerja meskipun menjadi buruh kasar, menambah pendapatan serta menambah peluang usaha. Dampak negatif masyarakat sekitar lokasi PLTU merasa sangat tergganggu dan merasa tidak nyaman dengan adanya dampak yang ditimbulkan seperti bisingnya suara mesin, polusi yang disebabkan oleh debu batu bara, dan limbah yang mengalir ke arah laut.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Arfina Steri pada tahun 2018 dengan judul “Studi Keberadaan Lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Kabupaten Jeneponto”. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh keberaaan lokasi PLTB Kabupaten Jeneponto. Kesimpulan utama dari studi ini adalah, Keberadaan Lokasi PLTB Kabupaten Jeneponto dilihat dari Pengaruh Keberadaan Lokasi PLTB Kabupaten Jeneponto Terhadap perubahan Sosial Ekonomi masyarakat. Berdasarkan hasil analisis korelasi memberi gambaran bahwa adanya pengaruh dari keberadaan Lokasi PLTB Kabupaten Jeneponto yaitu Keberadaan Lokasi PLTB Kabupaten Jeneponto dilihat dari pengaruh sosial ekonomi masyarakat keterkaitannya dengan kebutuhan sosial, rasa aman, dan dinamika sosial saling berpengaruh dengan tingkat hubungan kuat berdampak kearah

(49)

31 positif. Keberadaan Lokasi PLTB Kabupaten Jeneponto keterkaitan dengan sosial ekonomi masyarakat dari adanya PLTB terhadap Penghargaan diri dan interaksi sosial dengan tingkat hubungan rendah dan menimbulkan dampak negatif.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Anugrah Julianti, Jamaluddin, dan Amiruddin pada tahun 2018 dengan judul “Dampak Keberadaaan pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Panau Kecamatan Tawaili”. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa dampak keberadaan PLTU terhadap sosial dan ekonomi masyarakat di Kelurahan Panau Kecamatan Tawaili. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PLTU di Kelurahan Panau berdampak kepada kehidupan sosial yaitu polusi dan debu yang dihasilkan oleh aktivitas PLTU di Kelurahan Panau dan mengganggu kesehatan masyarakat sekitar seperti gangguan pernafasan serta menimbulkan suara kebisingan. Dari dampak ekonomi yaitu pendapatan nelayan menurun akibat telah tercemarnya pesisir pantai di Kelurahan Panau. Selain itu terdapat keuntungan bagi pedagang yang berjualan di area sekitar PLTU di Kelurahan Panau, memberikan keuntungan bagi masyarakat yang membuka usaha rumah sewa dan kos-kosan untuk karyawan PLTU yang berasal dari luar kecamatan Tawaili. Dampak Positif keberadaan PLTU di Kelurahan Panau memberikan peluang kerja

(50)

32 meskipun menjadi buruh kasar, menambah pendapatan serta menambah peluang usaha. Dampak negatif masyarakat sekitar lokasi PLTU merasa sangat tergganggu dan merasa tidak nyaman dengan adanya dampak yang ditimbulkan seperti bisingnya suara mesin, polusi yang disebabkan oleh debu batu bara, dan limbah yang mengalir ke arah laut.

F. Kerangka Pikir

Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2011 : 60) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai !aktor yang telah diidentifikasi sebagai hal yang penting, jadi dengan demikian maka kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini

(51)

33 Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Perda No 01 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Jeneponto

Pemenuhan Kebutuhan Energi Listrik

Keberadaan PLTU Punagaya

Nilai Lahan Aksesibilitas Jaringan Listrik

Lapangan Kerja

Pengaruh Keberadaan PLTU Punagaya Terhadap Peningkatan

Kesejahteraan Masyarakat Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh Keberadaan PLTU Punagaya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat ?

Variabel Penelitian

Metode

Analisis Regresi Linear Berganda

(52)

34 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu jenis penelitian dengan menggunakan data-data tabulasi atau data angka sebagai bahan pembanding maupun bahan rujukan dalam menganalisis secara deskriptif.

Metode kuantitatif digunakan untuk dapat melakukan pengukuran, peneliti melakukan kajian dari berbagai literature yang terkait dengan hasil survey lapangan dan dijabarkan ke dalam beberapa sub variable/

indicator. Setiap sub variable/indicator yang ditentukan dan di ukur melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel atas populasi masyarakat Desa Punagaya Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti. Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Adapun objek dari penelitian ini adalah analisis pengaruh keberadaan pltu punagaya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala,

(53)

35 Kabupaten Jeneponto. Penelitian ini dilaksanakan di PLTU Punagaya.

Dipilihnya lokasi tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa keberadaan PLTU Punagaya sebagai suatu industry dapat memberi pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Jeneponto, khususnya pada Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto sebagai lokasi penelitian.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Penetapan lokasi penelitian merupakan tahap yang sangat penting dalam suatu proses penelitian, karena dengan ditetapkannya lokasi penelitian berarti objek dan tujuan sudah ditetapkan sehingga mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut adalah daerah dimana PLTU Punagaya berada sehingga pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih dirasakan.

(54)

36 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 20 Juni hingga 20 Agustus 2019. Waktu penelitian ini membahas tentang jadwal penelitian yang dimulai dengan asistensi Road Map atau alur dalam penyelesaian proposal dari bab 1 sampai bab 3. Kemudian dilanjutkan melakukan pengumpulan data untuk disusun menjadi bab 4 dan bab 5.

D. Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan sebagai ciri dari individu objek, gejala yang dapat diukur secara kuantitatif. Variabel dipakai dalam proses identifikasi, ditentukan berdasarkan kajian teori yang dipakai. Semakin sederhana suatu rancangan penelitian semakin sedikit variabel yang akan digunakan. Adapun variabel yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut.

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

VARIABEL INDIKATOR

Y = Kesejahteraan Masyarakat 1. Mata Pencaharian 2. Pendapatan

X1 = Nilai Lahan Produktivitas lahan secara ekonomis

X2 = Aksesibilitas Kondisi Jaringan Jalan X3 = Jaringan Listrik

X4 = Lapangan Kerja Tenaga Kerja

(55)

37 E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oelh peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam studi ini, maka dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Observasi, yaitu pengambilan data melalui pengamatan pada wilayah penelitian. Data tersebut dapat berupa kondisi eksisting lokasi penelitian dan penggunaan lahan desa Punagaya.

2. Wawancara, Menurut Sugiyono, Wawancara digunkan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti , dan juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

3. Dokumentasi yaitu dengan mempelajari dokumen yang berasal dari dinas/ instansi maupun literatur-literatur yang berkaitan dengan maksud dari penelitian ini. Studi dokumentasi berkaitan dengan kebutuhan data yang tertulis dan sudah disajikan oleh pihak yang berkepentingan dalam hal ini pemerintah maupun swasta.

4. Kuisioner (angket), menurut sugiyono (2010) kuisioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya. Menggunakan angket/kuisioner (daftar pertanyaan) sebagai instrumen dalam upaya mengkaji faktor-faktor yang

(56)

38 berpengaruh terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat.

Menurut Arikunto (2010) kuisioner dibedakan atas beberapa jenis yaitu kuisioner terbuka dan tertutup.

a. Kuisioner terbuka yaitu kuisioner dengan memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri

b. Kuisioner tertutup yaitu kuisioner dengan jawaban yang telah disediakan sehingga responden tinggal memilih.

Dalam penelitian ini menggunakan kuisioner tertutup dengan bentuk pilihan ganda untuk mengukur pendapat, sikap, persepsi, dan pengetahuan responden terkait pengaruh keberadaan PLTU Punagaya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan menggunakan kuisioner dalam penelitian ini yaitu memudahkan dalam pengukuran atau penskoran dan menghemat waktu bagi peneliti, maka setiap instrument harus mempunyai skala. Dalam Penelitian ini, peneliti akan menggunakan skala pengukuran berupa skala likert. Menurut Sutrisno Hadi (1991: 19), skala likert merupakan skala yang berisi lima tingkat jawaban mengenai kesetujuan responden terhadap statemen atau pernyataan yang dikemukakan mendahului opsi jawaban yang disediakan. Modifikasi skala likert dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat,

(57)

39 modifikasi skala Likert meniadakan katagori jawaban yang di tengah berdasarkan tiga alasan yaitu:

a. Katagori tersebut memiliki arti ganda, biasanya diartikan belum dapat memutuskanatau memberikan jawaban, dapat diartikan netral, setuju tidak, tidak setujupun tidak, atau bahkan ragu- ragu.

b. Tersediannya jawaban ditengah itu menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah.

c. Maksud katagori SS-S-TS-STS adalah terutama untuk melihat kecenderungan pendapat responden, ke arah setuju atau ke arah tidak setuju. Maka dalam penelitian ini dengan menggunakan empat alternative jawaban, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009: 93). Responden dapat memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang disesuaikan dengan keadaan subjek.

SKALA/STATEMEN SKOR/BOBOT

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

(58)

40 Skala ini mudah dipakai untuk penelitian yang terfokus pada responden dan obyek. Jadi peneliti dapat mempelajari respon yang berbeda-beda dari tiap-tiap responden.

F. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka dan data numerik. Data yang dikumpulkan berupa data jumlah penduduk, luas wilayah, pendidikan, dan sarana penunjang penelitian, demografi dan sebagainya.

b. Data Kualitatif, yaitu data yang berbentuk bukan angka atau menjelaskan secara deskripsi tentang kondisi lokasi penelitian secara umum.

2. Sumber Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung (survey) di lokasi penelitian, data tersebut dapat berupa melalui observasi kuisioner, dan wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari instansi baik dari pemerintah maupun swasta yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada table Sumber data penelitian berikut ini:

(59)

41 Tabel 3.2 Sumber data Penelitian

NO JENIS DATA TEKNIK

PENGUMPULAN DATA

SUMBER DATA Data Primer

1 Data Penggunaan Lahan/Kondisi Eksisting

Keberadaan PLTU Punagaya

Observasi Sumber data Lapangan

2 Data Nilai Lahan di Desa Punagaya

Wawancara dan kuisioner

Responden 3 Aksesibilitas

Masyarakat terhadap aktivitas Masyarakat

Wawancara dan kuisioner

Responden

4 Data Mata Pencaharian, Pendapatan, dan Tingkat Pendidikan Masyarakat

Survey/kuisioner Responden

5 Jaringan Listrik Wawancara dan kuisioner

Responden 6 Lapangan kerja Survey/kuisioner Responden Data Sekunder

7 Data Jumlah Demografi Kependudukan

Dokumentasi - Badan Pusat Statistik

- Kantor Desa Punagaya 8 Data Perekrutan

Tenaga Kerja

Dokumentasi Kantor PT.

Bosowa Energi 9 Data Peraturan

terkait Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jeneponto

Dokumentasi Peraturan Daerah Kabupaten Jeneponto No 01 Tentang RTRW Kabupaten Jeneponto Tahun 2012- 2031

10 Peta-peta yang mendukung Penelitian

Dokumentasi Citra Satelit Sas Planet

(60)

42 G. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 80:2013). Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara- cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bias mewakili populasi (Hasan, 2012).

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti yang ciri- ciri keberadaannya mampu mewakili atau menggambar ciri-ciri dan keberadaan populasi yang sebenarnya.

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel menggunakan teknik multi stage sampling yaitu sampel yang diambil dilakukan dengan

mengkombinasikan beberapa metode. Dalam penelitian ini menggunakan dua metode diantaranya adalah metode purposive sampling dan simple random sampling.

Menurut Sugiyono (2010), purposive sampling adalah teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa

(61)

43 pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif, dalam penelitian ini terbagi atas dua yakni masyarakat yang bekerja di PLTU Punagaya dan masyarakat yang tidak bekerja di PLTU Punagaya. Sedangkan simple random sampling, menurut Sugiyono (2001:57), adalah

teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan sampel yang merupakan masyarakat yang tidak bekerja di PLTU Punagaya.

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel.

Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi sampel disini mewakili dari populasi yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk menentukan Jumlah sampel menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

dimana

n: jumlah sampel

N: jumlah populasi

e: batas toleransi kesalahan (error tolerance) (1%, 5%, dan 10%).

Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas toleransi kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Aplikasi pupuk kandang yang berlebihan di lahan sawah dapat mengakibatkan kondisi tanah semakin reduktif, terbentuknya gas-gas beracun bagi akar tanaman, dan terserapnya hara N

Secara umum, proses penguraian dependensi dilakukan dengan cara memeriksa hubungan ketergantungan antara dua buah kata. Jika ada hubungan ketergantungan antara keduanya,

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Desa Kerta, Payangan di dapatkan bahwa ada tiga jenis virus utama yang menginfeksi tanaman cabai, yaitu gejala mosaik dengan

kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau berorientasi pada konsumen. Yogyakarta sebagai kota pelajar mempunyai populasi mahasiswa yang besar. Jumlah mahasiswa yang

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa implan ion Ni + dan Ar + sampai dosis 1x10 16 ion/cm 2 terhadap lapisan tipis karbon dapat merusak struktur grafit

Pada pertemuan kali ini tanggal 12 januari 2019 klien sangat antusias dan siap menerima penugasan atau terapi yang akan diberikan, klien merasa lebih terbuka dan sangat

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ketiga tehnik analisis data tersebut yaitu. Reduksi data, sajian data, verifikasi dan kesimpulan data dengan cara

Keseimbangan lintasan perakitan atau assembly line balancing problem (ALBP) digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan optimasi keseimbangan lintasan di