BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa adanya bahasa sebagai alat komunikasi. Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi tersebut, maka dalam proses pembelajaran berbahasa juga harus diarahkan pada tercapainya keterampilan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Salah satu bentuk dari keterampilan berbahasa secara tertulis adalah menulis.
Menulis pada dasarnya adalah menuangkan ide atau gagasan dengan lambang atau simbul tertulis yang disebut tulisan. Hal ini dilakukan penulis agar tidak mengulang-ngulang seperti yang disampaikannya secara lisan. Atau apabila audiens tidak bisa langsung hadir untuk mendengarkan ide atau gagasan yang disampaikan secara lisan maka audiens bisa membacanya di lain waktu.
Keterampilan menulis pada dasarnya tidak terlepas dari tiga keterampilan berbahasa lainnya, yaitu menyimak, berbicara, dan membaca (Suparno, 2006).
Menulis didorong oleh kegiatan berbicara, membaca, dan menyimak. Menulis membawa ide-ide dari seseorang dengan tujuan dan makna yang berbeda.
Siswa melalui bermacam-macam kegiatan menulis, dapat mengembangkan
perasaan audiens dan merasakan kegiatan menulis sebagai tindakan yang relevan yang terjadi di antara diri sendiri, orang lain, dan masyarakat.
Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan (Rusyana, 1987).
Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami oleh pembaca (Tarigan, 2008).
Beberapa pendapat tersebut di atas sama-sama mengacu kepada menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturan tertentu.
Artinya segala ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang terpola. Melalui lambang tersebutlah pembaca dapat memahami apa yang dikomunikasikan oleh penulis.
Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir. Menulis dan berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersamaan dan berulang-ulang. Tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya. Sedangkan melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis.
Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. Di samping dituntut kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek terkait lainnya. Misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, motivasi yang kuat, dan lain-lain. Sehubungan dengan hal itu, paling
tidak seorang penulis harus menguasai lima komponen tulisan, yaitu: isi (materi) tulisan, organisasi tulisan, kebahasaan (kaidah bahasa tulis), gaya penulisan, dan mekanisme tulisan (Harris ,1977). Kegagalan dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis.
Mengacu kepada pemikiran di atas, jelaslah bahwa menulis bukan hanya sekedar menuliskan apa yang diucapkan (membahasatuliskan bahasa lisan), tetapi merupakan suatu kegiatan yang terorganisir sedemikian rupa sehingga terjadi suatu tindak komunikasi (antara penulis dengan pembaca). Bila apa yang dimaksudkan oleh penulis sama dengan yang dimaksudkan oleh pembaca, maka seseorang dapat dikatakan telah terampil menulis.
Berkaitan dengan tahap-tahap proses menulis, Tompkins (dalam Suparno, 2006) menyajikan lima tahap, yaitu: (1) pramenulis, (2) pembuatan draft, (3) mereVsi, (4) menyunting, dan (5) berbagi (sharing). Tompkins juga menekankan bahwa tahap-tahap menulis ini tidak merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat nonlinier, artinya merupakan putaran berulang.
Misalnya, setelah selesai menyunting tulisannya, penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya dengan kerangka tulisan atau draft awalnya.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap itu dapat dirinci lagi.
Pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang sangat penting diajarkan sejak dini. Tanpa memiliki kemampuan menulis yang memadai sejak dini anak sekolah dasar akan mengalami kesulitan belajar pada masa selanjutnya. Maka di penghujung kelas rendah (kelas III) biasanya
diadakan Tes Kemampuan Dasar (TKD) untuk menguji kemampuan dasar siswa yang di antaranya adalah kemampuan menulis.
Di samping itu kemampuan menulis ini juga berkaitan erat dengan budaya industrial yang merupakan salah satu tuntutan pembangunan nasional pada masa yang akan datang. Budaya industrial menuntut anggota masyarakatnya memiliki wawasan, sikap dan berbagai kemampuan yang cocok untuk budaya tersebut (Akhadiah, 1997). Ironisnya sampai saat ini masih saja dijumpai persepsi atau anggapan dari kalangan masyarakat maupun dari siswa sendiri, bahwa menulis itu sulit, menulis itu suatu bakat.
Senada dengan persepsi masyarakat, anggapan sulit juga tampak nyata tergambar pada diri siswa kelas V SD Negeri 2 Blater Kecamatan Kalimanah.
Hal ini terlihat pada saat siswa mendapat tugas menulis dari guru. Mereka tidak langsung mengerjakannya tetapi menyambutnya dengan keluhan, seolah-olah menulis itu merupakan tugas yang sangat berat dan tidak mungkin untuk bisa diselesaikannya. Bukti tersebut memperjelas bahwa mereka kurang menyukai kegiatan menulis atau dengan kata lain motivasi siswa terhadap kegiatan menulis ini masih rendah. Keterpaksaan siswa dalam mengerjakan tugas, akhirnya berdampak buruk pada hasil tulisannya. Hal ini akan kelihatan sekali ketika karya tulisan siswa dinilai dengan menggunakan rubrik. Sebagian besar hasilnya masih berada di bawah KKM. Ketahuan bahwa sebagian besar siswa masih kurang paham dalam menulis karangan.
Permasalahan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran menulis narasi perlu diatasi dan dicarikan jalan keluarnya. Salah satu alternatif
pemecahannya yakni dengan menggunakan media pembelajaran yang efektif dan fungsional, di antaranya adalah penggunaan media buku catatan harian.
Seorang guru dituntut untuk dapat menguasai media pembelajaran agar materi yang disampaikan kepada siswa sesuai dengan harapan. Gagne dan Briggs (dalam arsyad, 2014) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pelajaran, yang terdiri antara lain buku, tape recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer.
Untuk itu pelaksanaan pembelajaran tidak dapat dilepaskan teori pembelajaran yang menanyakan media apakah yang akan digunakan dalam desain pembelajaran dan kapan media tersebut akan digunakan. Hasil pembelajaran akan sangat tergantung kepada media yang digunakan oleh seorang guru.
Media merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Guru dituntut untuk menguasai media pembelajaran, karena dengan menguasai media pembelajaran proses pembelajaran akan berhasil sesuai dengan harapan.
Media yang tepat dalam pembelajaran akan mempengaruhi motivasi belajar siswa. Motivasi juga penting dalam menentukan daya serap siswa dalam pembelajaran. Menurut Sardiman (2012), seseorang akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi.
Siswa yang termotivasi akan mengendapkan materi pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu motivasi belajar merupakan faktor utama penentu keberhasilan belajarnya.
Peranan guru dalam proses pembelajaran menulis antara lain memperluas pengalaman dan kemampuan siswa untuk menulis cerita atau pengalaman pribadi dengan menggunakan media yang bervariasi. Salah satu media untuk menulis karangan narasi antara lain adalah media buku diary.
Pada Kurikulum KTSP (2006) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V sekolah dasar, pada silabus terdapat standar kompetensi menulis karangan narasi berdasarkan pengalaman pribadi (KD 4.1). Namun kenyataannya dalam pembelajaran tersebut siswa belum mencapai nilai yang diharapkan sesuai dengan KKM. Nilai KKM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah ditetapkan adalah 75, namun siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut hanya mencapai nilai rata-rata kelas 72,8. Nilai rata-rata tersebut masih belum sesuai harapan.
Banyak permasalahan yang penulis temui terkait dengan kemampuan siswa dalam menulis narasi. Salah satu faktor antara lain faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang terdapat dalam diri siswa. Faktor tersebut terdapat dalam diri siswa antara lain karena kemampuan kognitif yang pas-pasan, hal ini di buktikan dengan mayoritas siswa yang bersekolah di SDN 2 Blater berasal dari siswa yang tidak bisa sekolah di kota sehingga beranggapan sekolah asal melakukan aktivitas. Adapun faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini antara lain kurangnya
motivasi belajar yang disebabkan oleh lingkungan keluarga yang sama sekali tidak terbiasa dengan budaya menulis.
Hal tersebut di atas merupakan permasalahan dominan yang belum mendapatkan solusi pemecahan masalahnya. Padahal nilai yang harus dicapai khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia harus di atas KKM yaitu 75 sehingga siswa dinyatakan tuntas. Nilai yang harus diraih oleh siswa menuntut adanya kemampuan siswa menguasai kemampuan menulis narasi.
Pada indikator yang telah ditentukan nyatanya masih banyak siswa mengalami kesulitan, data awal menunjukan bahwa dari 20 siswa masih terdapat 12 siswa atau sekitar 60% yang masih terlihat pasif dalam mengikuti pelajaran. Hal ini menunjukan bahwa keaktifan belajar siswa masih rendah.
Dilihat dari data hasil belajar siswa, hanya terdapat 9 siswa atau sekitar 45%
yang dinyatakan tuntas belajar.
Rendahnya keaktifan belajar siswa diduga disebabkan karena guru belum mampu menggunakan media yang cocok untuk membelajarkan materi tersebut secara efektif dan menyenangkan. Terkait dengan proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan dirasa kurang mampu mengoptimalkan keaktifan belajar dan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. Maka perlu dilakukan perubahan dalam proses pembelajaran secara tepat agar motivasi dan keaktifan belajar siswa dapat meningkat.
Kondisi seperti ini harus segera dicari solusinya. Salah satu caranya adalah menulis karangan narasi dengan menggunakan ‘Media Buku Catatan Harian’. Asumsinya adalah apabila sebelumnya siswa telah diminta untuk
menulis buku harian dalam beberapa hari, maka ketika diminta untuk menulis karangan narasi mereka akan dengan mudah dapat menyelesaikannya.
Mengingat bahwa buku catatan harian itu ditulis setiap hari dan isinya adalah narasi walaupun kadang-kadang juga disisipi sedikit deskripsi atau argumentasi.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis mengeksperimenkan media buku diary dalam pembelajaran menulis karangan narasi terkait dengan motivasi belajarnya, sebagai upaya untuk mengetahui pengaruh media buku diary terhadap motivasi dan kemampuan menulis karangan narasi. Untuk itu penulis mengambil judul “Pengaruh Penggunaan Media Buku Catatan Harian terhadap Motivasi dan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Blater Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang peneliti paparkan, maka rumusan masalah dalam penelitan ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan penggunaan media buku catatan harian terhadap motivasi siswa kelas V SD Negeri 2 Blater Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga dalam menulis karangan narasi.
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan penggunaan media buku catatan harian terhadap kemampuan siswa kelas V SD Negeri 2 Blater Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga dalam menulis karangan narasi.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk:
1. mengetahui pengaruh penggunaan media buku catatan harian terhadap motivasi siswa kelas V SD Negeri 2 Blater Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga dalam menulis karangan narasi,
2. mengetahui pengaruh penggunaan media buku catatan harian terhadap kemampuan siswa kelas V SD Negeri 2 Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga dalam menulis karangan narasi.
D. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel
Di dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang digunakan dan menjadi fokus penelitian. Fokus pertama dalam penelitian ini adalah tentang media buku diary yang digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Media buku diary disebut variabel bebas (X) atau variabel penentu dikarenakan variabel tersebut akan menentukan variabel-variabel lainnya.
Motivasi belajar di dalam hal ini dimaknai sebagai hasil pengaruh dari media buku diary yang memadukan antara pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dengan pengetahuan baru dengan jalan menghubungkan mata pelajaran akademik kemampuan menulis siswa.
Fokus kedua di dalam penelitian ini adalah motivasi belajar sebagai variabel (Y1). Fokus tersebut mengacu pada model buku diary yang akan mempengaruhi motivasi belajar. Di mana diharapkan media buku diary dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Fokus ketiga di dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis karangan narasi sebagai variabel terikat (Y2). Fokus tersebut mengacu pada kedudukan model buku diary yang akan mempengaruhi kemampuan menulis karangan narasi. Media buku diary di dalam hal ini dimaknai sebagai variasi media untuk kondisi di mana peserta didik mengalami kondisi psikologis yang mempengaruhi kondisi fisik berupa kesulitan dalam menulis karangan narasi.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi teori pembelajaran yang sudah ada, yang berkaitan dengan keterampilan menulis karangan narasi serta penggunaan media buku diary (catatan harian).
b. Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran menulis karangan narasi.
c. Sebagai bahan kajian bagi peneliti lebih lanjut yang mengkaji masalah pembelajaran menulis karangan narasi serta media buku diary ( catatan harian ).
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
a. Guru
1) Menemukan alternatif media pembelajaran dalam rangka meningkatkan Motivasi dan kemampuan siswa kelas 5 dalam
2) Meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelola guru.
3) Meningkatkan kreatifitas guru dalam menyampaikan materi khususnya menulis karangan narasi.
4) Meningkatkan rasa percaya diri karena mampu melakukan analisis pada kinerjanya sehingga menemukan kelebihan dan kekurangan kemudian mengembangkan alternatif untuk mengatasinya.
5) Memberikan kesempatan kepada guru untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan kemampuan sendiri.
6) Sebagai acuan bagi guru lain yang mempelajari hasil penelitian ini apabila menghadapi masalah yang sama.
b. Siswa
1) Memperbaiki cara belajar siswa karena siswa menjadi lebih mudah dalam belajar.
2) Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar karena pembelajaran dikemas dalam kegiatan yang menarik.
3) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi.
c. Sekolah
1) Memberikan rekomendasi kepada sekolah untuk mengadakan inovasi atau pembaharuan dalam pembelajaran.
2) Sekolah menjadi berkembang karena adanya peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kelas.
3) Memberikan sumbangan positif terhadap kemampuan sekolah yang tercermin dalam kemampuan professional guru.