• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelatihan Safety Dasar Laboratorium dan Penanganan Bahan Kimia Berbahaya di SMAN 2 Kuta Baro Aceh Besar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pelatihan Safety Dasar Laboratorium dan Penanganan Bahan Kimia Berbahaya di SMAN 2 Kuta Baro Aceh Besar"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pelatihan Safety Dasar Laboratorium dan Penanganan Bahan Kimia Berbahaya di SMAN 2 Kuta Baro Aceh Besar

Jakfar*1, Azwar 2 , Mukhlishien 3, Abubakar 4, Fachrul Razi 5,

1,2,3,4,5)

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jln, Jl. Tgk. Syech Abdul Rauf No.7, Kopelma Darussalam, Kec.

*e-mail Korespondensi : jakfar@unsyiah.ac.id e-mail : azwar.yahya@usk.ac.id, mukhlishien@yahoo.com,

tg.abakar@unsyiah.ac.id, razybenseh@unsyiah.ac.id

ABSTRACT

In today's modern world, human life is almost inseparable from chemicals. Every chemical handling activity is bound to contain a risk of danger to the environment.

If it is not handled in accordance with safety, occupational health, and environmental (K3L) procedures, it will at any time result in significant economic, ecological, and social losses. For this reason, it is deemed very necessary to have an appropriate and integrated application in the handling of chemicals in the laboratory. In everyday life, the effects of hazardous chemicals are not only caused by the chemical industry but also by the use of chemicals in laboratories. Students are generally not aware of the dangers that can be caused by excessive use of chemicals. Likewise, chemistry teachers rarely inform students about the dangers posed by the indiscriminate use of chemicals when conducting practicums in chemical laboratories. The main focus of this training activity is to provide basic knowledge about laboratory management systems, handling techniques, and the effects caused by hazardous chemicals. So it is hoped that after this training is carried out, each student will have good knowledge and understanding of the proper handling of chemicals in accordance with safety, occupational health, and environmental procedures.

Keyword: Chemicals; Laboratory; Hazardous; Safety; Health

ABSTRAK

Dalam kehidupan modern saat ini, kehidupan manusia hampir tidak dapat dipisahkan dari bahan kimia. Setiap kegiatan penanganan bahan kimia pasti mengandung resiko bahaya terhadap lingkungan. Jika tidak ditangani sesuai dengan prosedur keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan (K3L), maka sewaktu-waktu akan menimbulkan kerugian ekonomi, ekologi, dan sosial yang signifikan. Untuk itu dirasa sangat perlu adanya penerapan yang tepat dan terintegrasi dalam penanganan bahan kimia di laboratorium. Dalam kehidupan sehari-hari, pengaruh bahan kimia berbahaya tidak hanya disebabkan oleh industri kimia tetapi juga oleh penggunaan bahan kimia di laboratorium. Siswa pada umumnya belum mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan akibat penggunaan bahan kimia secara berlebihan. Begitu pula dengan guru kimia yang jarang menginformasikan kepada siswa tentang bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan kimia secara sembarangan saat melakukan praktikum di

(2)

2

laboratorium kimia. Fokus utama kegiatan pelatihan ini adalah memberikan pengetahuan dasar tentang sistem manajemen laboratorium, teknik penanganan, dan dampak yang ditimbulkan oleh bahan kimia berbahaya. Sehingga diharapkan setelah pelatihan ini dilaksanakan, setiap siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang penanganan bahan kimia yang benar sesuai prosedur keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan.

Kata Kunci: Bahan Kimia; Laboratorium; Berbahaya; Keamanan; Kesehatan

PENDAHULUAN

Bahan kimia berbahaya dan beracun adalah bahan-bahan yang sifat atau konsentrasi jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan atau merusakkan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Definisi ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun. Dengan adanya PP ini, maka Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) memiliki kewenangan untuk mengawasi penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dan beracun dari aspek pelestarian lingkungan hidup. Tujuan pengaturan dan pengawasan B3 adalah untuk mencegah dan/atau mengurangi risiko dampak B3 terhadap lingkungan, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya (Damanhuri, 2010).

Pengelolaan bahan kimia di laboratorium termasuk bagaimana cara mengambil, menggunakan, menyimpan bahan kimia dan lainnya akan menjadi focus utama dalam pelatihan ini. Dalam mempercepat dan menjaga keselamatan kerja di laboratorium tentunya diperlukan pengetahuan tentang sifat fisika maupun kimia suatu bahan.

Banyak bahan kimia yang harus ditangani dengan hati-hati karena sifatnya yang berbahaya atau sangat beracun. Selain itu, bahaya yang ditimbulkan bahan kimia yang reaktif biasanya terjadi karena mengabaikan faktor kimia fisikanya seperti pengaruh kinetika kimia. Sifat fisika bahan meliputi warna, wujud, bentuk kristal, kelarutan, titik didih, titik lebur, titik beku, densitas, dan lain-lain. Sifat kimia bahan berhubungan dengan karakter bahan tersebut dalam reaksi kimia meliputi sifat asam, basa, oksidator, reduktor, elektrolit, non elektrolit (kuat, sedang, maupun lemah) dan lain-lain. Oleh karena itu sebelum mempergunakan bahan kimia harus dipelajari terlebih dahulu sifat dan karakter dari bahan tersebut. Melalui kegiatan pengabdian ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan baru bagi siswa, guru IPA dan laboran di SMAN 2 Kuta Baro Aceh Besar (Dhony Hermanto dkk., 2021).

Keselamatan dan Keamanan Kerja di laboratorium kimia memerlukan perhatian khusus, sehingga pemahaman tentang K3 seyogyanya melekat pada setiap siswa pada saat pelaksanaan praktikum di laboratorium. Laboratorium merupakan salah satu tempat bagi siswa untuk melakukan eksprimen dengan menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya dan beracun. Pada saat penggunaan bahan kimia tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja terjadi umumnya disebabkan oleh kelalaian atau kecerobohan siswa pada saat melakukan eksprimen. Oleh karena itu diperlukan penanganan khusus bagi siswa dan laboran untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada saat praktikum melalui pembinaan, pelatihan atau workshop untuk mengembangkan kesadaran (attitudes) akan pentingnya K3 di laboratorium.

Pelaksanaan eksperimen yang aman memerlukan praktik kerja yang mengurangi risiko dan melindungi kesehatan dan keselamatan kerja, sehingga setiap siswa dan laboran dapat melakukan pekerjaan mereka dalam resiko yang rendah, baik

(3)

3 risiko yang disebabkan zat berbahaya ataupun beracun. Oleh karena itu sangat penting untuk diterapkan K3 di laboratorium baik dari sistem manajemen maupun dari fasilitas keselamatannya. Kecelakaan di laboratorium tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi siswa, tetapi juga dapat mengganggu kelangsungan praktikum siswa yang pada akhirnya akan berdampak pada kelangsungan proses belajar-mengajar siswa di sekolah. Oleh karena itu K3 seyogyanya melekat pada pelaksanaan praktikum siswa di laboratorium (Carson dan Mumford, 2002).

Sering terjadinya kecelakaan di laboratorium pada saat kegiatan pengujian dilakukan, hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan siswa dan laboran tentang bahan-bahan kimia yang digunakan. Potensi bahaya di laboratorium yang harus benar- benar diwaspadai yaitu pada saat melakukan pengujian seperti pada saat melakukan proses pencampuran. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan setiap siswa dapat memahami teknik identifikasi potensi bahaya dan resiko dari bahan-bahan kimia, teknik penyimpanan bahan kimia, pembuangan sisa bahan kimia, dan efek kesalahan penggunaan bahan kimia di laboratorium. Setelah dilakukan pelatihan ini, diharapkan juga akan membantu siswa dalam memahami aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium (Fatchiyah, 2011).

METODE

Kegiatan pengabdian ini terutama ditujukan kepada siswa, laboran dan guru IPA di SMAN 2 Kuta Baro Aceh Besar. Kegiatan ini direncanakan akan dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu: tahap persiapan (peninjauan lokasi dan pembuatan proposal), tahap sosialisasi, tahap pelaksanaan program dan evaluasi. Tahap evaluasi bertujuan untuk memastikan bahwa hasil yang diinginkan dari kegiatan ini dapat tercapai secara maksimal. Program ini menggunakan metode interaktif dan aplikatif, dimana setiap siswa diberikan pemahaman yang baik terkait konsep dan metode sistem keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di laboratorium. Pelatihan ini akan disampaikan dalam bentuk presentasi dan workshop di dalam kelas dan laboratorium. Setiap siswa akan diberikan pengetahuan aplikasi, melalui studi simulasi peserta untuk mengidentifikasi portensi-potensi dari bahan kimia berbahaya di laboratorium.

Penerapan dan pelaksanaan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium merupakan salah satu cara untuk dapat terciptanya suasana tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan. Suasana lingkungan kerja yang kondusif dan bebas dari kecelakaan kerja, akan sangat berpengaruh pada efisiensi dan produktifitas kerja. Setelah mengikuti pelatihan tentang safety dasar laboratorium dan penanganan bahan kimia berbahaya ini, peserta diharapkan mampu memahami perihal bahaya dan resiko dari bahan kimia di laboratorium, penerapan K3, langkah-langkah dalam penyusunan program sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

Pelaksana kegiatan ini terdiri atas 3 orang berkualifikasi Doktor dan 2 orang berkualifikasi Master, dan ditambah 2 orang pendamping pelaksana yang membantu dalam kegiatan sosialisasi dan praktek (demonstrasi). Semua anggota tim memiliki kompetensi di bidang manajemen laboratorium dan juga memiliki pengalaman dalam berbagai program pengabdian masyarakat dengan dana yang bersumber baik dari Dikti maupun Mandiri. Target dalam kegiatan pengabdian ini adalah siswa, laboran dan guru

(4)

4

IPA di SMAN 2 Kuta Baro Aceh Besar. Luaran (output) yang diharapkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman dan pengetahuan yang benar kepada seluruh siswa, laboran dan guru IPA perihal pentingnya menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium.

2. Memberikan pemahaman dan pengetahuan terkait cara pengelolaan laboratorium, disain dan sistem layout, sistem tata ruang, ventilasi sirkulasi udara dan lain-lain.

3. Membantu sumber daya laboratoruim agar mampu membangun, mengelola dan mengendalikan keselamatan kerja laboratorium.

4. Diharapkan laboran dan siswa dapat memahami dengan benar teknik identifikasi potensi bahaya dan resiko dari bahan-bahan kimia di laboratorium.

5. Laboran dan siswa diharapkan mampu memahami teknik melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan, prosedur dan penanganan keadaan darurat dan cara penggunaan dan perawatan alat pelindung diri pada saat terjadinya kecelakaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, di MAN 2 Kuta Baro Aceh Besar terdapat indikasi minimnya pengetahuan siswa terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) laboratorium kimia, sehingga perlu dilakukan workshop atau pelatihan K3 lebih lanjut terkait minimnya pengetahuan siswa terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja laboratorium kimia tersebut di MAN 2 Kuta Baro Aceh Besar. Faktor utama penyebab kecelakaan di laboratorium kimia karena kelemahan pemahaman faktor- faktor prinsip K3 dan juga keterbatasan fasilitas keselamatan kerja.

Gambar 1. Pelaksanaan Pembukaan Pelatihan Safety Dasar Laboratorium di SMAN Kuta Baro Aceh Besar

Kesadaran dan motivasi K3 bagi siswa sudah harus dibangun sejak awal agar ada kesiapan ketika memasuki jenjang pendidikan tinggi dan dunia kerja dan bahkan saat bekerja tidak akan sulit untuk menyesuaikan. Berbagai prosedur dalam penggunaan alat, kelayakan tempat dan lingkungan laboratorium harus sudah disampaikan dan dipraktikkan oleh setiap siswa agar terhindar dari kecelakaan kerja.

(5)

5 Kesesuaian tata letak peralatan kerja dapat mendukung praktikum di laboratorium.

Ketersediaan perlengkapan praktikum mendukung terlaksananya tugas pekerjaan dengan baik. Kondisi suhu udara yang baik di laboratorium mendukung pelaksanaan praktikum. Pengaruh kebisingan dan getaran di laboratorium harus dihilangkan. Siswa harus mengetahui dan memahami dalam menggunakan cairan atau bahan kimia agar terhindar dari penyakit berbahaya. Dengan adanya pelaksanaan pembelajaran simulasi dan praktik dengan memenuhi kaedah dan prosedur K3 dengan benar maka setiap siswa akan menjadi tenaga kerja terampil (Skilled labour) dikemudian hari (Kusumastuti dan Karliana, 2008).

Gambar 2. Gambaran suasana siswa dan dewan guru pada saat pelaksanaan Pelatihan Safety Dasar Laboratorium

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, di MAN 2 Kuta Baro Aceh Besar terdapat indikasi minimnya pengetahuan siswa terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) laboratorium kimia, sehingga perlu dilakukan workshop atau pelatihan K3 lebih lanjut terkait minimnya pengetahuan siswa terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja laboratorium kimia tersebut. Faktor utama penyebab kecelakaan di laboratorium kimia karena kelemahan pemahaman faktor-faktor prinsip K3 dan juga keterbatasan fasilitas keselamatan kerja (Lasia, 2013).

A. Alat Keselamatan Kerja di Laboratorium Kimia

Laboratorium kimia merupakan salah satu tempat kerja yang memiliki banyak potensi bahaya. Potensi bahaya tersebut antara lain disebabkan oleh larutan kimia, ledakan reaksi kimia, dan panas dari peralatan. Sehingga disarankan untuk orang yang bekerja di sebuah laboratorium kimia harus menggunakan peralatan pelindung diri (personal protective equipment) dan harus dilengkapi dengan alat-alat keselamatan kerja. Ada 15 alat keselamatan kerja di laboratorium kimia yang terbagi kedalam dua kelompok utama yaitu peralatan pelindung diri dan peralatan keselamatan laboratorium. Adapun peralatan pelindung diri terdiri dari Jas laboratorium, Kaca mata keselamatan, Sepatu keselamatan, Pelindung muka, Masker gas, Sarung tangan dan Pelindung telinga. Sedangkan peralatan keselamatan laboratorium adalah Pembasuh mata, Fire blanket, Safety shower, Spill neutralizers, First aid kits, Alat pemadam api, Pintu keluar darurat dan Ruang asam (Maria Ulfa dkk., 2019).

(6)

6

Kaca mata pengaman yang dilengkapi dengan pengaman di kedua sisinya atau safety goggles harus dipakai setiap melakukan pekerjaan laboratorium. Kacamata yang biasa hanya dilengkapi dengan kaca saja tanpa pengaman ke dua sisi yang dapat memproteksi ancaman dari percikan bahan kimia yang dapat masuk ke mata melalui kedua sisi kanan-kirinya. Untuk alasan ini, maka kacamata harus dilengkapi dengan safety goggles. Contact lens sebaiknya tidak dipakai di laboratorium walaupun telah menggunakan safety goggles. Hal ini disebabkan contact lens tidak dapat memproteksi percikan bahan kimia walaupun telah menggunakan safety goggles karena tidak aman terhadap uap seperti: gas HCl yang dapat terakumulasi di bawah lensa yang akan menyebabkan luka. Apabila anda tidak menggnakan kacamata, dapatkanlah safety goggles di gudang laboratorium. Pada beberapa aktivitas, seperti pemanasan bahan kimia atau penguapan larutan asam, gunakanlah kacamata pengaman atau lakukanlah pekerjaan pada lemari asam (fume hood).

Apabila bahan kimia masuk mengenai mata anda, tindakan pertama yang paling efektif adalah menyiram/membasuh mata anda dengan air bersih (tap water). Setelah itu percikanlah air secara kontinyu ke arah mata anda selama 5 menit dan segera jumpai dokter untuk berkonsultasi. Kehadiran api sangat berbahaya di laboratorium. Carilah tempat letak paling dekat alat pemadam kebakaran dan pelajarilah bagaimana menggunakannya. Apabila rambut atau baju anda terbakar, basuhlah atau cucilah dengan air. Kebakaran kecil, terpotong, dan tergores merupakan kecelakaan kecil yang sering terjadi. Walaupun demikian, anda harus melaporkannya setiap kejadian sehingga dapat dilakukan pengobatan pertama. Kaki telanjang sangat tidak diizinkan pada saat berada di laboratorium kimia. Pecahan kaca dan percikan bahan kimia seperti asam keras sering sekali berada di lantai laboratorium. Sangat disarankan agar anda menggunakan sepatu, sarung tangan, atau baju praktikum selama berada di Laboratorium (Priyonoadi, 2011).

Gambar 3. Gambaran suasana diskusi antara siswa, dewan guru dan tutorial pada pelaksanaan Pelatihan Safety Dasar Laboratorium

Uap dari sejumlah larutan kadang-kadang sangat berbahaya dan dapat terjadi iritasi atau dapat merusak saluran pernafasan. Oleh karenanya kibaskanlah bagian atas tabung/botol bahan kimia pada saat anda ingin memastikan jenis bahan kimia yang terdapat pada tabung/botol tersebut. Aktivitas pada praktikum, anda perlu memanaskan larutan pada sebuah tabung test. Jangan sekali-kali memanaskannya pada bagian bawah tabung, lakukanlah pemanasan pada bagian paling atas larutan dalam tabung sambil

(7)

7 dipindahkan sekali-sekali ke bagian atas-bawah. Hindarilah tindakan untuk merasa (menjilat) sesuatu di laboratorium (bahan beracun tidak selalu diberikan label di dalam laboratorium). Janganlah gunakan laboratorium sebagai tempat makan, merokok, serta janganlah makan dan minum dengan menggunakan bahan-bahan gelas yang terdapat di laboratorium. Janganlah melakukan penelitian yang tidak terautorisasi. Janganlah sekali-kali bekerja sendirian di dalam laboratorium. Berhati-hatilah dengan tabung gelas yang panas. Untuk aktivitas yang menimbulkan gas-gas beracun, gunakanlah lemari asam (fume hood) yang dilengkapi fan yang dapat mengeluarkan gas atau uap beracun tersebut.

Lakukanlah netralisasi asam atau basa dengan cara berikut: Asam pada baju:

gunakanlah larutan sodium bicarbonate encer. Basa pada baju: gunakanlah asam asetat encer. Asam atau basa pada meja: gunakanlah sodium bicarbonate padatan dan selanjutnya basuhlah dengan air. Untuk memasukkan tabung gelas (termasuk thermometer, funnels, tabung-tabung bulat lainnya) ke dalam stopper karet, pertama- tama oleskan tabung dan stopper dengan air atau gliserol. Peganglah tabung dengan kain di dekat bagian akhir yang akan dimasukkan, dan masukkan dengan cara sedikit menekannya. (Apabila anda memutarnya dan memegang gelas agak jauh maka gelas mudah patah/pecah).

B. Penanganan dan Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya dan beracun

Bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang selama pembuatannya, pengolahannya, pengangkutannya, penyimpanan dan penggunaaannya akan menimbulkan atau membebaskan debu-debu, kabut, uap-uap, gas-gas, serat atau radiasi mengion yang dapat menimbulkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, mati lemas, keracunan dan bahaya-bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan orang yang bersangkutan dengannya atau menyebabkan kerusakkan kepada barang-barang atau harta kekayaan. Kini diketahui jutaaan persenyawaan bahan kimia.

Bahan-bahan berbahaya tersebut meliputi kira-kira 12.000 buah persenyawaan.

Gambar 4. Salah seorang turtorial sedang menjelaskan kriteria bahan kimia berbahaya pada pelaksanaan pelatihan safety dasar laboratorium

Bahan Kimia Berbahaya

Bahan-bahan kimia berbahaya terdiri dari:

1. Bahan-bahan ekplosif.

Bahan-bahan yang dapat meledak ini dianggap paling berbahaya. Bahan-bahan ekplosif tidak hanya bahan-bahan peledak saja, tetapi meliputi semua bahan yang

(8)

8

secara sendiri atau dalam campuran tertentu atau jika mengalami pemanasan, kekerasan, atau gesekan dapat mengakibatkan peledakan yang biasanya diikuti oleh kebakaran. Beberapa bahan mungkin menjadi ekplosif sebagai akibat perubahan sendiri dalam struktur kimianya, misalnya melalui oksidasi diri, tanpa pengaruh luar tertentu.

Contoh bahan ekplosif adalah garam logam yang peka.

2. Bahan-bahan yang mengoksidasi.

Bahan-bahan ini kaya akan oksigen, yang mendukung terjadinya kebakaran.

Beberapa bahan yang mengoksidasi, seperti klorat dan permanganat dapat menyebabkan nyala api pada bubuk kayu atau jerami, jika terjadi gesekan. Asam-asam kuat tertentu, seperti asam sulfat dan nitrat dapat menyebabkan pembakaran jika bersentuhan dengan bahan-bahan organic

3. Bahan-bahan yang dapat terbakar.

Bahan-bahan ini biasanya dikelompokkan lagi menjadi bahan yang dapat terbakar, bahan yang sangat mudah terbakar, bahan terbakar secara spontan di udara, dan sebagainya. Tingkat bahayanya ditentukan oleh titik bakarnya. Makin rendah titik bakar makin berbahaya. Titik bakar suatu cairan adalah suhu yang padanya cairan menyebabkan terbentuknya uap denagan cukup cepat dalam campuran udara didekat permukaaan atau didalam bejana yang dipergunakan. Cairan-cairan dengan titik bakar rendah harus dipergunakakn dengan penuh kewaspadaaan atau tidak dipergunakan sama sekali.

4. Bahan-bahan yang beracun.

Bahan-bahan ini dapat diklasifikasikan lebih lanjut menurut sifat-sifat khususnya seperti debu-debu yang berbahaya, debu-debu beracun, beracun melalui kontak kulit, berbahaya jika termakan atau terminum, bahaya keracunan bila terhirup, tertelan, atau terkena ke kulit, gas-gas beracun, gas-gas tak bebau tapi beracun, uap-uap yang berbahaya, dan bahan-bahan yang pada kontak dengan air atau asam atau pada pengaruh bahan-bahan lain.

5. Bahan-bahan korosif.

Bahan-bahan ini meliputi asam-asam, alkali-alkali dan bahan-bahan kuat lainnya yang mungkin berakibat terbakar bagian tubuh yang dikenainya atau merangsang kulit, mata atau system pernapasan atau mungkin berakibat kerusakan pada benda.

6. Bahan-bahan radioaktif.

Bahan-bahan ini meliputi isotop-isotop radioaktif dan semua opersenyawaaan yang mengandung bahan radioaktif, seperti cat-cat yang bersinar.

(9)

9 Gambar 5. Suasana kelas pada saat diskusi dan sharing pengalaman antara dewan guru

SMAN 2 kuta baro dengan turtorial dari Teknik Kimia Unsyiah.

Bahan Bersifat Korosif 1. Asam-asam anhidrida.

Bahan-bahn ini adaklah asan asetat (konsentrasi 80%), asetat anhidrida, campuran asam, air baterai, asam klorosulfonat, asam kromat, asam kloroasetat, asam diklorosetat, asam fluoroborat, flourosilikat, asam bromide,asam klorida, asam iodide, asam metasilat, asam nitrat, asam nitroklorida, asam perklorat, asam fenolsulfenat, fousforpentoksida, asam propionate, asam selenat, asam sulfunat, asam sulfat, asam sulfite, asam triklikolat, dan asam triklorasetat.

2. Alkali.

Termasuk kepada alkali, bahan-bahan korosif yang biasa dipakai madalah ammonium hidroksida ( lebih dari 28% menurut berat gas), kalium hidroksida (Pothas kaustik), ammonium hidroksida waternier, Natrium hidroksida (Caustik soda).

3. Halogen dan garam-garamnya.

Bahan-bahan korosif yang termasuk halogen dan garam-garamnya adalah aluminium bron\mida dan klorida, ammonium bifluorida dan bifluorida lain-lainnya, antimony triklorida, penta klorida dan penta flourida, berilium klorida, boron triklorida, brom, klor, kalsium klorida, kromtetrakfluorida, krombiflourida, ferri dan ferroklorida, fluor, yodium, litium klorida, fosfonil bromide dan klorida, fosfor triklorida dan penta klorida, tiofos foril klorida, kalium flourida dan bifluorida, kalium hipoklorit, pirosulfuril klorida, sulfur klorida, sulfurilklorida, tionil klorida, titanium tetra klorida, vanadium diklorida, seng klorida.

4. Persenyawaan-persenyawaan antar halogen.

Persenyawan tersebut adalah brom trifluorida dan penta fluorida, klor trifluorida, iodium mono klorida.

5. Halida organik, asam halide organik, ester dan garam-garamnya.

Dari kelompok persenyawaan tersebut dapat disebut bahan-bahan korosif, seperti asetil bromida, allil klorida, allil iodide, akrilonitril monomer, allil kloroformat, ammonium tosianat, anisoil klorida, benzeil klorida, benzidril bromida, benzoil, benzilamin, benzyl bromide, butyl asam fosfat, benzyl kloroformat, kloroasetil klorida, metil kloro format, dibrometan, 1,2 dikloro etan, etilen oksida, fumaril klorida,

(10)

10

propionil klorida, isopropyl kloro format, diiso oktil asam fosfat, p-kloro benzyl klorida, natrium klorosilikat.

6. Klorosilan.

Bahan-bahan korosif dalam kelompok ini adalah allil triklorosilan, amil triklorosilan, buutil tri kloro fenil triklorosilan, siklo hexil triklorosilan, dikloro fenil triklorosilan, dietil triklorosilan, difenil diklorosilan, dodekil triklorosilan, heksa dekil triklorosilan, heksil triklorosilan, metal triklorosilan, nonil triklorosilan, okta dekil triklorosilan, oktil triklorosilan, fenil trioklorosilan, propil triklorosilan, trimetil triklorosilan, vinil triklorosilan.

7. Bahan-bahan korosif lainnya.

Terdapat bahan-bahn koroif yang banyak dipakai tetapi tidak dapat digolongkan kepada salah satu kelompok tersebut diatas yaitu ammonim sulfide, benzene sulvinil klorida, benzyl dimetilamin, berilium nitrat, katekol, benzene dan toluene diklorinasi, kloro benzal dehid, kloro tresol, kresol, sikloheksilamin, dibenzilamin, diklorofenol, dietil sulfat, diketon, dimetil sulfat, heksametilen diamin, hidrazin, hydrogen peroksida (lebih dari 80%), peroksida organik, fenol, soda kapur, natrium aluminat, natrium amida, natrium disulfat, natrium disulfit, natrium kromat dan dikromat, natrium pirosulfat, natriun hidrida, trietiltitramin, tritoluil borat, perak nitrat (Khasani, 1983).

Gambar 6. Tutorial sedang memberikan penjelasan kepada siswa tentang upaya keselamatan kerja dan penanganan resiko bahaya di laboratorium.

8. Merkuri klorida.

Bahan ini biasa disebut subdimat korosif ternyata bukan bahan korosif.

Beberapa bahan korosif hanya memenuhi salah satyu criteria umun untu8k disebut demikian, sedangkan yang blainnya merusak jaringan tubuh dan juga logam atau kayu.

Ada pula bhan yang baru bersifat korosif apabila lingkungan mempengaruhinnya.

Misalnya 1,2 dikloro etan ; bahan tersebut tidak korosif. Tetapi pada suhu tinggi dan lembab bahan tersebut akan merusak besi dan logam lainnya. Kalium hidroksida ataou natrium hiodroksida menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh dan juga kerusakan pada logam aluminium, seng dfan tiomah putih. Sebaliknya hidrazin hanya menimbulkan kerusakan pada jaringan tubuh saja. Maka dari itu, untuk usaha keselamatan kerja perlu diketahui segala keteragan tentang bahan korosif tersebut.

C. Upaya Keselamatan Kerja Bagi Bahan Korosif

(11)

11 Kontak dengan bahan korosif harus ditiadakan atau kemungkinannya ditekan sekecil mungkin. Kontak tersebut khususnya terhadap kulit, mata dan selaput lendir.

Semua wadah, pipa, peralatan, instalasi, dan bangunan yang dipergunakan dalam hubungan bahan korosif harus tahan terhadap korosi dengan suatu pelapisan bahan yang tahan korosif. Pemberian label dan tanda harus dilakukan. Kebersihan dan tata kerja yang baik harus diselenggarakan. Ventilasi umum dan setempat harus memadai, jika terbentuk gas-gas atau debu yang korosif. Bahan-bahan korosif kuat mungkin menimbulkan kebakaran apabila bersentuhan dengan bahan-bahan organik. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran harus diadakan dengan sebaik-baiknya. Peralatan untuk proses secara tertutup sangat baik untuk mencegah kontak dengan bahan korosif. Jika hal ini tak mungkin ditetapkan, diosarankan agar dipakai alat-alat perlindungan diri.

Alat proteksi diri secara lengkap terdiri dari pakaian keseluruhan, pelindung kaki, pelindung lengan dan tangan, pelindung kepala, mata dan muka. Semua perlengkapan ini harus tahan bahan korosif dan tak tembus. Dalam hal terdapat gas korosif, masker perlindungan pernapasan atau system pernapasan dengan udara atau oksigen sendiri harus dipergunakan. Bahan-bahan perlindungan yang baik adalah karet sintetis, polivinil klorida, polipropilen atau polietilen. Bahan katun atau wol tidak memadai.

Celana panjang di bagian bawah harus menutup sepatu.

Gambar 7. Salah seorang tutorial sedang memperagakan beberapa peralatan penting laboratorium kimia di SMAN 2 Kuta Baro Aceh Besar.

SIMPULAN

Adapun kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Laboratorium termasuk tempat kerja yang berpotensi menyebabkan kecelakaan seperti kebakaran, ledakan, keracunan dan iritasi. Oleh sebab itu maka program K3 dan implementasi K3 sudah harus sudah dimulai oleh siswa SMA dari sejak kelas 1.

2. Penerapan prosedur K3 pada saat praktikum di laboratorium akan membuat siswa bisa bekerja sesuai standar dan hasilnya akan lebih efektif dan efesien. Penerapan K3 pada pembelajaran di laboratorium akan memotivasi siswa untuk bisa bekerjasama dalam tim dalam menyelesaikan tugas praktikum kelompok.

3. Alat Pelindung Diri (APD) ialah kelengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan siswa itu sendiri maupun orang lain di di laboratorium kimia.

(12)

12

4. Untuk menciptakan sistem manajemen keselamatan dan keamanan kimia laboratorium secara efektif maka diperlukan beberapa hal penting antara lain;

membentuk komite pengawasan keselamatan dan keamanan lembaga, mengidentifikasi dan mengatasi situasi yang sangat berbahaya, menentukan prosedur untuk penanganan dan manajemen bahan kimia, menggunakan kendali teknik dan peralatan pelindung diri, membuat rencana untuk keadaan darurat, mengidentifikasi dan mengatasi hambatan untuk mengikuti praktik terbaik keselamatan dan keamanan kerja.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada seluruh para dewan Guru SMAN dan laboran SMAN 2 Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. Tidak lupa pula ucapan terimakasih kami sampaikan kepada LPPM Universitas Syiah Kuala dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atas kelancaran Pelaksanaan kegiatan Pengabdian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, M., and M. P. Suparman. (2017). Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bengkel Program Keahlian Teknik Bangunan SMK Negeri 1 Magelang. E- Journal Pend. Teknik Sipil Dan Perencanaan 5: 37.

Amir Supriyatno, Sri Wahyu Suciyanti, Arif Surtono. 2020. Pelatihan Keterampilan Pengelolaan Laboratorium Bagi Guru IPA SMP/MTs di Kabupaten Lampung Timur. Prosiding PKM-CSR. Vol.3 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI.

Carson, P. and Mumford, C. (2002). Hazardous Chemicals Handbook. (2nd Ed.).

Oxford: Butterworth-Heinemann.

Damanhuri, E. (2010). Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3). Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.

Dhony Hermanto, Ulul Khairi Zuryati, dan G.Ayu Sri Andayani. 2021. Pelatihan dan Pendampingan Demo Instrumentasi Bagi Mahasiswa Sebagai Bagian Good Laboratory Practice. Jurnal Pengabbian Masyarakat Berkemajuan. Vol.5 No.1 Fatchiyah. (2011). Pengenalan dan pelabelan bahan kimia berbahaya, dosis untuk

hewan coba, dan simbol di laboratorium. Disampaikan pada Pelatihan Keselamatan dan Kea-mananan Kerja Laboratorium Hayati di LSIH UB, Malang. 22 Desember 2011.

Khasani, I. S. (1983). Bahan-bahan kimia korosif, reduktif dan debu atmosfer.

Kursus kesela-matan kerja dalam menangani bahan-bahan kimia berbahaya.

LKN, Bandung. 5 - 9 Desember 1983.

Kusumastuti, R. & Karliana, I. (2008). Pengenalan MSDS bahan kimia dalam proses reaksi bunsen untuk menunjang keselamatan dan kesehatan kerja. Sigma Epsilon, 12(4), 109-116.

Lasia, I. K. (2013). Analisis Pengetahuan Mahasiswa Tentang Dampak Penggunaan Bahan Kimia Dalam Praktikum Kimia Organik terhadap Kesehatan (Studi Menuju Pengelolaan Laboratorium Kimia yang Aman Bagi Kesehatan). In: Prosiding Seminar Nasional MIPA, Buleleng, Bali.

(13)

13 Maria Ulfa, I Made Sudarma, Ni Komang Tri Dharmayani, Sudirman, Emmy Yuanita.

2019. Peningkatan Keterampilan Dasar Laboratorium Untuk Mahasiswa Dalam Menyongsong Era Industri 4.0. Jurnal Warta Desa. Vol.1 No.3.

Priyonoadi, B. (2011). Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP) Sebagai Salah Satu Bekal Keterampilan Profesi Guru Pendidikan Jasmani. Cakrawala Pendidikan, 2: 1-25.

Referensi

Dokumen terkait

Sesungguhnya manusia dengan perintah dan larangan terbagi menjadi beberapa keadaan: diantara mereka ada yang mewajibkan diri mereka untuk melakukan ketaatan dan menahan

Nilai sekarang (Present Value) adalah nilai sekarang dari satu jumlah uang atau satu seri pembayaran yang akan datang, yang dievaluasi dengan suatu tingkat bunga tertentu4.

Demikianlah, dengan berbagai metode latihan, seorang Taois menggali dan terus mengupayakan untuk mensinergikan dan mengkombinasikan Tiga Harta Karun dan Tiga Daya

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa variabel ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap variabel manajemen laba, karena hasil sampel dalam penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik agregat kasar buatan dari limbah kantong plastik jenis HDPE (High Density PolyEthylene) yang dibuat simpul, dan

Uji coba tersebut bertujuan untuk menguji kemampuan peneliti dalam melakukan proses wawamcara, memberikan pertanyaan yang mengarah pada tujuan, mengetahui

To know whether the items/ objectives framed in the Language Stimulation Home Training Activity Manual are suitable for the study, 15 judges (5 Special

Ruang penyimpanan rekam medis harus dapat memberi pelayanan yang cepat kepada seluru pasien, mudah dicapai dari segala tempat dan mudah menunjang administrasi.Ruang