IMPLEMENTASI METODE TWO STAY TWO STRAY BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Norhanipah
Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : hanipahsholihah.99@gmail.com
ABSTRAK
Pembelajaran saat ini cenderung diukur dari hasil belajar, sedangkan melupakan prosesnya, banyak anak yang mampu memperoleh nilai tinggi namun tidak mampu mengaitkan materi dengan masalah-masalah yang factual, pembelajaran yang dilaksanakan selama ini mungkin dianggap tidak mampu membuat mereka untuk berpikir kritis sehingga perlu adanya perubahan, salah satunya dalam penggunaan metode yang bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dengan menggunakan metode two stay and two stray berbasis masalah.Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan Kemampuan berpikir kritis siswa SMA Negeri 5 Barabai pada mata pelajaran PAI dan budi Pekerti kelas XI materi syaja'ah melalui metode pembelajaran two stay and two stray berbasis masalah. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus.
Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu 1) Perencanaan; 2) Pelaksanaan Tindakan; 3) Observasi; dan 4) Refleksi. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi guru, lembar observasi siswa dan lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa. Indikator keberhasilan adanya peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran menggunakan metode two stay and two stray pada setiap siklus yaitu sekurang-kurangnya mencapai tingkat pencapaian indikator dengan persentase rata-rata 75 % yaitu pada kategori tinggi untuk masing- masing indikator. Penelitian ini menghasilkan simpulan sebagai berikut: metode two stay and two stray mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
Kata Kunci : Implementasi, Two Stay and Two Stray, Berbasis masalah, Berpikir Kritis.
PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan suatu Negara, karena pendidikan dianggap sebagai sebuah langkah yang tepat untuk membentuk dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga
mampu mendukung terciptanya pembangunan nasional yang maju. Negara Indonesia merumuskan sebuah tujuan mulia untuk pendidikan yaitu yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV berbunyi mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini juga dipertegas pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 1 yang menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat dan bangsa.
Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar yang ada merupakan penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Siswa dan guru memiliki peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Agar proses belajar dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya maka diperlukan suatu strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut. Tantangan yang besar saat ini untuk mewujudkan tujuan tersebut yaitu bagi pendidik dalam melaksanakan fungsinya yang berada pada era 4.0 bahkan mulai berada di era digitalisasi 5.0, hal ini menuntut pendidik untuk lebih ekstra dalam melaksanakan tugasnya karena untuk mengantarkan siswanya mampu bersaing di era saat ini. Untuk mampu bertahan dan bersaing diperlukan sebuah keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan saat ini di abad 21 yaitu sering dikenal dengan kebutuhan berupa keterampilan abad 21, Halimah (2017, hlm 23) menyebutkan bahwa sesorang yang hidup di abad ke-21 ini, kalau mau efektif, dituntut untuk memperlihatkan serangkaian keterampilan fungsional dan berpikir kritis yang bertemali dengan informasi, media dan teknologi.
The Queensland Curriculum and Assessment Authority (Tindowen et al., 2017) mendefinisikan keterampilan abad 21 sebagai keterampilan prioritas tinggi dan atribut yang diyakini paling signifikan untuk membantu siswa hidup dan bekerja dengan sukses di abad ke-21. Lebih lanjut, Johnson (Tindowen et al., 2017) menekankan bahwa keterampilan di abad ke-21 ini tidak hanya lebih dari melek teknologi tetapi juga mencakup pemikiran kritis, pemecahan masalah, komunikasi, dan kerja tim yang diperlukan untuk berhasil dalam pekerjaan dan kehidupan.
Perubahan kurikulum yang terjadi dimaksudkan dalam rangka untuk mencapai itu semua, makanya muatan yang adapun mengarah pada tujuan
untuk melaksanakan pembentukan siswa yang memiliki keterampilan Abad 21, namun kenyataannya sering terjadi loss pencapaian, dikarenakan salah satunya masih banyak guru-guru yang kurang memahami kepentingan keterampilan ini sehingga bertindak seadanya dalam memberikan Pendidikan dan cenderung tidak melakukan perubahan, baik dari sisi strategi mengajar, keilmuan dan bahkan tidak mengupgrade diri untuk menjadi berkualitas, sehingga tidak terfikir untuk mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baru yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kondisi siswa saat ini, sebagaimana halnya dipaparkan sebelumnya bahwa kondisi saat ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan berpikir kritis agar mampu bersaing, butuh kemampuan jeli dari seorang guru untuk menentukan strategi dan metode yang tepat.
Cropper dalam Hamruni(2011, hlm. 3) mengatakan, “Strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai”. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.
Menurut Winataputra, dkk (2014: 9.5) kemampuan berpikir kritis sangat penting dikembangkan dalam pembelajaran, karena dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah berdasarkan pemikirannya secara kritis sehingga mampu menambah nilai dan memperkaya pengetahuan. Selanjutnya, Asep Nurjaman (2020:5) mengutip dari S.M. Brookhart menyatakan bahwa “Berpikir kritis adalah kemampuan memberikan jawaban yang bukan bersifat hafalan”.
Berpikir kritis merupakan klasifikasi dari Higher-Other Thinking Skill (HOTS) bukan sekedar menghafalkan fakta maupun konsep, namun lebih kepada mengharuskan peserta didik untuk melakukan sesuatu terhadap fakta-fakta maupun konsep tersebut . peserta didik harus terbiasa memahami, mencermati, mengklasifikasikan, memanipulasi, menciptakan inovasi-inovasi yang lebih kreatif dan mengimplementasikannya dalam menemukan solusi terbaik terhadap sejumlah permasalahan baru. Sehingga pada akhirnya peserta didik dapat memberikan keputusan (Judgment) dengan menggunakan alasan-alasan yang logis dan ilmiah.
Berpikir kritis menjadi salah satu kemampuan berpikir yang penting, mengingat bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan berpikir dalam pendidikan abad ke-21. Maka dari itu perlu adanya perubahan metode yang mampu membuat mereka tergerak untuk memahami lebih mendalam, atau mampu memancing dan membiasakan siswa untuk berpikir kritis.
Metode Two Stay Two Stray dapat dijadikan alternatif oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran dengan permasalahan yang ditemukan
peneliti. Huda (2014: 207) menyatakan bahwa model Two Stay Two Stray merupakan salah satu model yang cocok diterapkan pada semua tingkatan kelas, dalam pelaksanaan metode ini terdapat kegiatan berbagi informasi yang mampu merangsang siswa untuk terbiasa bertanya model berbasis masalah.
Dalam penerapan model Two Stay Two Stray, siswa aktif berinteraksi dalam menyampaikan pendapatnya dan bersama-sama memecahkan masalah dengan mempertimbangkan hasil keputusan yang akan diambil. Kegiatan diskusi tersebut juga bermanfaat dalam mencegah pembelajaran yang pasif.
Proses pembelajaran ini berpusat pada siswa dengan berbagai macam kegiatan yang dilakukan. Susanto (2016: 128-29) menyatakan bahwa dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru memberikan kebebasan berpikir dan keleluasaan bertindak dalam memahami pengetahuan dalam menyelesaikan masalahnya. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang lebih berpusat pada guru yang didominasi dengan kegiatan ceramah dan tanya jawab.
Terdapat beberapa penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray dalam hal kemampuan berpikir kritis yaitu penelitian yang dilakukan oleh Santika dan Hartono (2014) dari Universitas Negeri Semarang dengan judul Implementasi Metode Two Stay Two Stray Berbasis Eksperimen untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Karakter Siswa, Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode Two Stay Two Stray berbasis eksperimen dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan karakter siswa.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Istianingsih dan Mir’anina (2018) dengan judul Pengaruh Model Two Stay Two Stray dengan Aktivitas Window Shopping terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa MTS Al-Muttaqin Plemahan Kediri, bahwa penerapan model Two Stay Two Stray dengan aktivitas Window Shopping tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Pembelajaran saat ini cenderung diukur keberhasilannya dari hasil belajar, sedangkan melupakan prosesnya walaupun pada dasarnya proses sangat mempengaruhi hasil, namun kenyataannya saat ini banyak anak yang mampu memperoleh nilai tinggi namun tidak mengaitkan materi dengan masalah-masalah yang factual.
Hal tersebut saya temui di lapangan saat saya mengajar dan mengamati perkembangan Pendidikan siswa di tempat saya mengajar, secara umum banyak siswa yang mampu menjawab pertanyaan yang sifatnya tekstual namun tidak mampu mengaitkan dengan fakta keseharian dan masih cenderung pasif cara berpikirnya hanya mampu menerima apa yang disampaikan tapi tidak mampu mengembangkan, begitu juga saat siswa mengikuti pembelajaran PAI materi syaja'ah siswa rata-rata mampu menjawab soal berupa pengetahuan yang ada di
teks pelajaran, namun pada saat disodorkan soal yang kontekstual berbasis pada masalah mereka tidak mampu menjawab, dan tidak mampu memecahkannya/tidak mampu mengembangkan, Ketika ditanyakan fakta yang bertentangan dengan konsep syaja’ah mereka tidak mampu menghubungkan atau menyimpulkan bahwa itu adalah fakta yang bertentangan dengan konsep syaja’ah, hal ini membuat saya berfikir mengenai metode yang saya gunakan selama ini, yang mungkin terpaku pada saya saja/ teacher center yang cenderung menggunakan ceramah dan membuat mereka terpaku pada hafalan saja tanpa penancapan pemahaman yang seharusnya mendalam untuk mereka. Dan tidak membuat mereka terpancing untuk berfikir lebih mendalam dan kritis, padahal yang diperlukan untuk keberhasilan dalam proses pembelajaran salah satunya diperlukan kemampuan berpikir kritis pada siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan perubahan dengan mengetahui lebih dalam mengenai efektifitas penggunaan metode two stay and two stray berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa melalui penelitian Tindakan kelas dengan judul:”Implementasi Metode Two Stay Two Stray (Berbasis Masalah) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian Tindakan kelas, dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Tagart dengan dua siklus, masing-masing siklus akan terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection)
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Barabai, Jl. Divisi IV ALRI Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan. Subjek penelitian ini adalah para siswa kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 5 Barabai yang terdiri dari 22 siswa dengan komposisi perempuan 7 siswa dan perempuan 15 siswa.
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dimana data-data dalam penelitian ini diambil berupa data kuantitatif dan kualitatif, Adapun data kuantitatif melalui hasil penilaian LKPD untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Sedangkan data kualitatif diambil dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode two stay two stray berlangsung. Lembar observasi yang digunakan yaitu lembar observasi selama keterlaksanaan pembelajaran saat melaksanakan metode two stay two stray.
Teknik analisis data dilaksanakan sesuai dengan jenis data yang telah dikumpulkan baik kulitatif ataupun kuantitatif, Data kuantitatif yang didapatkan diukur dengan menggunakan rubrik keterampilan berpikir kritis
dengan rentang nilai 1-5 untuk setiap indikatornya, seperti aspek/indikator berpikir kritis seperti tabel dibawah ini
Untuk mengetahui tingkat Keterampilan berpikir kritis dilakukan dengan cara menghitung frekuensi kemunculan pada setiap aspek yang diamati dengan rumus:
jumlah skor yang diperoleh Persentase x100%
jumlah seluruh skor
Data yang diperoleh dianalisis dengan berpedoman pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Persentase Kategori Keterampilan Berpikir Kritis
Persentase Kategori
81,25 < X ≤100 Sangat Tinggi 71,5 < X ≤ 81,25 Tinggi
62,5 < X ≤ 71,5 Sedang 43,75 < X ≤ 62,5 Rendah
0 < X ≤43,75 Sangat Rendah
Selanjutnya data kuantitatif tersebut dapat ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila: Adanya peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran menggunakan metode two stay and two stray pada setiap siklus. Sekurang- kurangnya mencapai tingkat pencapaian indikator dengan persentase rata-rata 75 % yaitu pada kategori tinggi untuk masing- masing indikator.
HASIL PENELITIAN
Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan teknik mengajar yang dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Struktur TSTS memberi kesempatan kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain (Shoimin, 2014). Metode ini dianggap efektif untuk
digunakan dalam mengatasi permasalahan belajar siswa, hal ini pernah dibuktikan oleh Aslindi, dkk (2017) bahwa penerapan metode stay and two stray mampu meningkatkan kemampuan berfikir kritis, sehingga berkaca dari sana dengan melihat permasalahan yang terjadi khususnya yang berkaitan dengan cara berfikir siswa yang masih tergolong rendah (tidak mampu mengkaitkan konsep dengan masalah/fakta keseharian) dalam artian tidak mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang sifatnya kontekstual dan hanya mampu menjawab persoalan yang tekstual, hal ini mengakibatkan proses pembelajaran terhambat, apalagi pada kurikulum 2013 yaitu siswa dituntut untuk memiliki kemampuan berfikir yang lebih tinggi, hal ini merujuk pada Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 35) dalam materi pelatihan guru implementasi Kurikulum 2013 terdapat dalam salah satu poin pada materi pelatihan perubahan mindset, yakni berupa keterampilan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skill (HOTS). sehingga pada penelitian Tindakan Kelas ini focus pada implementasi metode two stay and two stray berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Adapun aktivitas guru dalam mengimplementasikan metode tersebut yaitu dengan melakukan perencanaan yang matang mulai dari pembuatan RPP, membuat media pembelajaran yang berkaitan dengan materi perilaku syaja’ah, menyiapkan LKPD yang isinya dirancang memenuhi kriteria berfikir kritis, pada dasarnya RPP yang dibuat sama seperti RPP pada umumnya hanya saja lebih ada penekanan dalam upaya meningkatkan aktivitas dan kemampuan berfikir siswa yaitu berkaitan dengan pemilihan metode dan Langkah-langkah yang dilakukan, sebagaimana dijelaskan sebelumnya metode yang digunakan adalah two stay and two stray, adapun Langkah-langkahnya mengikuti apa yang dipaparkan oleh Aqib (2014: 35-6) bahwa model Two Stay Two Stray dapat diimplementasikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat atau lebih seperti biasa;
b. Setelah selesai, dua siswa dari suatu kelompok bertamu ke kelompok yang lain;
c. Siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka;
d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain;
e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
Pada saat pelaksanaan tindakan/pembelajaran dengan menggunakan metode tersebut pada siklus 1 dan siklus 2 guru menampilkan masalah berupa video dan pertanyaan pada LKPD yang akan dianalisa bersama oleh siswa dalam kelompok, setiap kelompok mendapatkan masalah/fakta yang berbeda dengan kelompok yang lain, setelah siswa selesai berdiskusi di kelompok masing-
masing kemudian mereka melaksanakan aktivitas stay and stray sesuai langkah yang telah dikemukakan yaitu dua orang bertamu untuk bertanya dan siasanya menyambut tamu untuk memberi informasi kepada tamu, pada pelaksanaan siklus 1 aktivitas guru dalam meimplementasikan metode two stay and two stray dinilai sangat baik yaitu berada pada tingkat kriteria 77% namun masih perlu adanya perbaikan dan peningkatan karena guru masih terlihat sedikit kaku dalam menggunakan metode two stay and two stray, dan masih belum bisa memanfaatkan waktu dengan maksimal, sehingga kemampuan berpikir siswa pun berada pada pada pencapaian 54,5% yang berada pada tingkat tinggi kemampuan berpikir kritis, yang berarti siswa masih banyak berada pada tingkat berpikir sedang.
Kemudian pada siklus 2 aktivitas guru yang terlaksana 79 % yang artinya Aktivitas guru meningkat karena guru sudah mulai terbiasa menggunakan metode tersebut dan memperbaiki pembelajaran, hal ini juga berdampak positif kepada aktivitas dan kemampuan berfikir kritis siswa, yaitu meningkat menjadi 81,5% siswa yang berada pada tingkat tinggi kemampuan berpikir kritis.
peningkatan tersebut dijelaskan dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.7 Pebandingan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
No Kategori Siklus 1 Siklus 2
Jumlah Siswa
Persentase Jumlah Siswa
Persentase 1 Sangat
Tinggi
3 13,6% 4 18%
2 Tinggi 9 40,9% 14 63,5%
3 Sedang 3 13,6% 1 4,5%
4 Rendah 6 27% 3 14%
5 Sangat Rendah
1 4% 0 0
Peningkatan ini terjadi pada siswa yang awalnya memiliki kriteria sedang meningkat menjadi tinggi, karena mereka sudah mulai terbiasa dengan metode ini dan yang paling penting mereka mulai terbiasa untuk mengkaitkan konsep dengan fakta, Adapun Tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus 1 dan 2 pada dasarnya sama yaitu menggunakan metode two stay and two stray, hanya saja pengelolaan dan penguasaan metode yang dilakukan peneliti pada siklus 2 lebih ditingkatkan, siswa juga diberikan pengarahan yang lebih banyak, dan diberikan sumber informasi yang berbeda, selain itu siswa juga dimotivasi untuk menambah informasi berupa meningkatkan literasi yang lebih banyak
lagi, agar terbiasa sehingga terjadi perubahan dan peningkatan pada kemampuan berfikir kritis siswa, namun pada akhir siklus 2 masih dijumpai 4 siswa yang belum memenuhi kriteria berfikir kritis yaitu 1 orang kriteria sedang dan 3 orang kriteria rendah, 3 anak tersebut memang terkategori sangat pasif saat proses pembelajaran dan dari kehadiranpun anak tersebut termasuk yang bermasalah sehingga wajar jika siswa-siswa tersebut belum terbiasa untuk aktif dan tidak terlatih untuk berpikir kritis, menyikapi hal tersebut peneliti mengkomunikasikan dengan kepala Sekolah dan teman sejawat untuk mencari solusi sebagai upaya tindak lanjut terhadap siswa-siswa tersebut yaitu dengan memberikan bimbingan lebih intensif, memberi motivasi untuk lebih percaya diri, dan melakukan pendekatan secara lebih mendalam.
Sebagaimana dari penelitian yang dilakukan oleh Santika dan Hartono (2014) dari Universitas Negeri Semarang dengan judul Implementasi Metode Two Stay Two Stray Berbasis Eksperimen untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Karakter Siswa yang menunjukkan bahwa metode Two Stay Two Stray berbasis eksperimen dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan karakter siswa, pada penelitian inipun berdasarkan observasi dan refleksi maka dapat disimpulkan bahwa metode two stay and two stray berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
KESIMPULAN
Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Aktivitas guru dalam mengimplementasikan metode two stay and two stray berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa berhasil dengan kriteria sangat baik
2. Dari hasil observasi terlihat siswa mulai bisa mengajukan pertanyaan, mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, mengungkap masalah dari fakta yang ada, membuat solusi/kesimpulan dan berkomunikasi efektif, walaupun masih belum terlalu tinggi namun mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari pada sebelumnya namun kemampuan siswa dalam perkembangan kemampuan berpikir kritis dapat dikatakan meningkat setelah menggunakan metode two stay and two stray berbasis masalah
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto, M.P. 2016. Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Kencana Aqib, Zainal. 2014. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: Yrama Widya
Aris, shoimin. 2014.Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Aslindi, Nurti, Hasmunir dan Amsal Amri.2017. Penerapan Model Pembelajaran Two Stay and Two Stray untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pelajaran Geografi Siswa Kelas X-IPA 3 SMA Laboratorium UNISYAH Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah Volume 2,
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Endang Setyoningsih.2021. Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah menggunakan Model pembelajaran Two Stay Two Stray Dengan Aktivitas Window Shopping Pada Siswa XI MIPA 2 DI SMA Negeri 10 Malang, SOCIAL: Jurnal Inovasi Pendidikan IPS.
https://jurnalp4i.com/index.php/social/article/view/705/731
Halimah, Leli.2017. Keterampilan Mengajar Sebagai Inspirasi Menjadi Guru yang Excelllent di Abad Ke-21.Bandung: Refika Aditama.
Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.
Huda, M. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kholish Istianingsih dan Riyya Mir’anin.2018.Pengaruh Model Two Stay Two Stray Dengan Aktivitas Window Shopping Terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa MTs Al-Muttaqin Plemahan Kediri: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 https://doi.org/10.26877/jipmat.v3i2.2397
Nurjaman, Asep. 2020. Peningkatan Kemampuan Berpikir kritis Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Implementasi Desain Pembelajaran”ASSURE”. Indramayu: CV.Adanu Abimata
Santika dan Hartono. 2014. Implementasi Metode Two Stay Two Stray Berbasis Eksperimen Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Karakter Siswa. Jurnal Inkuiri
Suharsimi,Arikunto.2010.Penelitian Tindakan untuk Guru, kepala Sekolah, dan Pengawas.Jogjakarta: Aditya Media
Suyono. Hariyanto. 2012. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tindowen, Darin Jan C.; Bassig, John Michael; Cagurangan, Jay-Ar.2017. Twenty- First-Century Skills of Alternative Learning System Learners.
Winataputra, Udin Saripudin and Delfi, Refny and Pannen, Paulina and Mustafa, Dina .2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. in: Hakikat Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka, Jakarta, pp. 1-46. ISBN 9790110