TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh
gelar Magister Pendidikan Program Studi IPA
Oleh :
Endin Muhidin
1204752
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
iv
IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA TEMA
KRISIS SUMBER ENERGI LISTRIK UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF
SISWA KELAS IX
Oleh Endin Muhidin SPs UPI Bandung, 2012
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan IPA
© Endin Muhidin, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si. NIP. 19581207 198301 2 002
Pembimbing II
Dr. Dadi Rusdiana, M.Si. NIP. 19681015 199403 1 002
Mengetahui
Ketua Jurusan/Program Studi IPA
vi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “IMPLEMENTASI
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA TEMA KRISIS SUMBER ENERGI LISTRIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF KELAS IX” ini dan seluruh isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.
Bandung, Februari 2014
Yang membuat pernyataan,
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... D. Definisi Operasional ...
1 6 7 7
BAB II IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA TEMA KRISIS SUMBER ENERGI LISTRIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF
A. Hakikat Pembelajaran…………... B. Model Problem Based Learning (PBL)...
C. Metode Diskusi ……….
D. Keterampilan Berpikir Kritis ……...
E. Keterampilan Berpikir Kreatif ……….
F. Deskripsi Pembelajaran Tema Krisis Sumber Energi Listrik ...
G. Materi Tema Krisis Sumber Energi Listrik ………..
10
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian ... B. Populasi dan Sampel Penelitian ... C. Prosedur Penelitian ... D. Instrumen Penelitian ... E. Proses Pengembangan Instrumen ...
F. Teknik Pengumpulan Data ………...
G. Analisis Data ……….
H. Deskripsi Hasil Uji Instrumen ………..
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Halaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran ... B. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis ... C. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif ... D. Tanggapan Siswa terhadap Model Problem Based Learning
(PBL) ………...
65 85 96
107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... B. Saran ………...
109 109
DAFTAR TABEL
Perbedaan Teacher Centered dan Student Centered .. Perbedaan Problem Based Learning (PBL) Vs Model
lain ………...
Langkah-langkah Proses Kegiatan PBL pada Kelas Eksperimen ... Langkah-langkah Proses Kegiatan Diskusi pada
Kelas Kontrol ………..
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... Operasionalisasi Variabel ... Variabel Penelitian dan Instrumen Penelitian ... Kategori Validasi Butir Soal ………... Kategori Reliabilitas Butir Soal ... Kategori Indeks Kesukaran Butir Soal ... Kategori Daya Pembeda …... Kategori Respon Hasil Angket ... Kategori Respon Hasil Observasi …... Teknik Pengumpulan Data ……... Kategori Tingkat N-gain ………... Hasil Uji Coba Tes Soal Keterampilan Berpikir Kritis Hasil Uji Coba Tes Soal Keterampilan Berpikir
Kreatif ……….
Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Problem Based Learning (PBL) pada Guru ... Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pertemuan
Pertama ………
Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pertemuan
kedua ………
Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pertemuan
Ketiga ………
Hasil Uji Normalitas Tes Awal dan Tes Akhir Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Halaman
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………... Hasil Uji t pada Tes Awal dan Tes Akhir untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Hasil Uji Normalitas Tes Awal dan Tes Akhir
Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ……….
Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………... Hasil Uji t dari Tes Awal dan Uji Mann-Whitney dari N-gain untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...
88
89
97
99
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
2.1
3.1 3.2 4.1
4.2
4.3
4.4
Peta Integrasi Tipe Webbed pada Tema Krisis
Sumber Energi Listrik ………
Desain Penelitian
Pola Hubungan antar Variabel
Perbandingan Skor Rata-rata Tes Awal, Tes Akhir dan N-gain Keterampilan Berpikir Kritis siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………
Perbandingan N-gain Setiap Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ………...
Perbandingan Skor Rata-rata Tes Awal, Tes Akhir dan N-gain Keterampilan Berpikir Kreatif siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………
Perbandingan N-gain Setiap Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ………...
33 46 47
85
93
96
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)………
Lembar Kerja Siswa (LKS) ………...
Kisi-kisi Soal Keterampilan Berpikir Kritis ……….. Kisi-kisi Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ………... Rubrik Penilaian Keterampilan Berpikir Kreatif ……….. Tes Keterampilan Berpikir Kritis dan Keterampilan Berpikir
Kreatif ………...
Tabel Skor Uji Coba Tes Keterampilan Berpikir Kritis ……… Hasil Analisis Uji Coba Berpikir Kritis ……… Tabel Skor Uji Coba Tes Keterampilan Berpikir Kreatif …….
Hasil Analisis Uji Coba Berpikir Kreatif ………..
192
Data Hasil Tes Awal Keterampilan Berpikir Kritis …………..
Data Hasil Tes Akhir Keterampilan Berpikir Kritis ………….
Data N-gain Keterampilan Berpikir Kritis ……… N-gain Setiap Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ……….. Hasil Uji Statistik Data Tes Awal dan Tes Akhir
Keterampilan Berpikir Kritis ………. Data Hasil Tes Awal Keterampilan Berpikir Kreatif …….…...
Data Hasil Tes Akhir Keterampilan Berpikir Kreatif ………... Data N-gain Keterampilan Berpikir Kreatif ………..
N-gain Setiap Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif ………
Hasil Uji Statistik Data Tes Awal dan Tes Akhir
Keterampilan Berpikir Kreatif ………..
Lembar Observasi Keaktifan Siswa dalam Belajar di Kelas … Rekapitulasi Nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) ………...
Hasil Observasi Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran di Kelas ………
235 237
D.4 D.5 D.6 D.7
Surat Izin Penelitian ………..
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ……….
Dokumentasi Penelitian ………
Riwayat Hidup ………..
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Endin Muhidin
SPs UPI Bandung
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas IX pada tema krisis sumber energi listrik. Peningkatan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif siswa diteliti dengan menggunakan metode eksperimen semu (quasi experimental) dengan desain “the static group pretest-posttest design” yang melibatkan 30 siswa kelas eksperimen dan 31 siswa kelas kontrol di SMP Negeri 1 Saketi Kabupaten Pandeglang. Instrumen penelitian yang digunakan berupa soal-soal yang dikembangkan berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis dalam bentuk soal pilihan jamak dan keterampilan berpikir kreatif dalam bentuk soal uraian, lembar observasi dan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) layak digunakan sebagai alternatif model pembelajaran. Hasil penelitian pada kelas eksperimen menunjukkan terdapat peningkatan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif. Peningkatan keterampilan berpikir kritis menunjukkan N-gain rata-rata sebesar 0,73 (73%) dengan katagori tinggi dan keterampilan berpikir kreatif siswa menunjukkan N-gain rata-rata sebesar 0,85 (85%) dengan katagori tinggi. Uji signifikansi menggunakan uji t setelah data berdistribusi normal dan homogen dan uji Mann-Whitney setelah data berdistribusi tidak normal atau tidak homogen. Hasil uji t menunjukkan peningkatan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif secara signifikan. Hasil analisis data angket menunjukkan bahwa siswa senang dan antusias dengan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data
dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu
penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya (Srini. M. Iskandar, 1997).
Sementara itu Carin & Sund (1989) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan
yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa
kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Berdasarkan beberapa pengertian
tersebut, IPA merupakan proses memperoleh pengetahuan yang disusun secara
sistematis dengan menggunakan metode ilmiah dan munculnya sikap ilmiah.
Pendidikan IPA memiliki arti penting bagi siswa untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
penerapannya di kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadikan pendidikan IPA harus
diajarkan sejak SD, sampai dengan SMA/SMK bahkan sampai Perguruan Tinggi.
Dalam struktur kurikulum SMP/MTs, substansi mata pelajaran IPA dibelajarkan
sebagai IPA terpadu. Pemberlakuan IPA terpadu bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Pembelajaran terpadu merupakan paket
pembelajaran yang menghubungkan konsep dari beberapa disiplin ilmu. Hal ini
sesuai dengan prinsip pembelajaran bermakna, yaitu berkaitan dengan
pengalaman hidupnya sehingga diharapkan dengan keterpaduan itu peserta didik
dapat memandang suatu objek yang ada dilingkungannya secara utuh.
Pembelajaran terpadu pada mata pelajaran IPA menuntut guru untuk
mampu meningkatkan kreatifnya, berwawasan luas, memiliki keterampilan
metodologis yang handal, berani mengemas dan mengembangkan materi serta
terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang
akan diajarkan. Demikian juga siswa dituntut untuk memiliki kemampuan analisis
(mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), eksploratif,
elaboratif (menemukan dan menggali), keterampilan berpikir kritis dan berpikir
2
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih
banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang
berpusat pada guru. Pembelajaran yang dilakukan lebih banyak menggunakan
metode ceramah tanpa memperhatikan aktivitas belajar siswa. Pembelajaran
berlangsung cenderung berjalan satu arah sehingga terkesan hanya mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Hal ini menyebabkan pembelajaran berjalan
kurang efektif dalam mengembangkan ranah kognitif (penguasaan konsep), ranah
afektif (sikap belajar), serta keterampilan berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis
dan berpikir kreatif) siswa.
Pembelajaran IPA harus selalu mengakomodasi pengembangan sikap,
proses, produk, dan aplikasi. Siswa harus memiliki kemampuan untuk mengetahui
apa yang diamati, kemampuan untuk memprediksi apa yang belum terjadi, dan
kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen dengan
dikembangkannya sikap ilmiah (Depdiknas, 2006). Salah satu ciri yang menonjol
pada pembelajaran IPA adalah adanya proses pembelajaran yang dilaksanakan
dengan menggunakan observasi, percobaan, dan pemecahan masalah.
Kegiatan observasi kelas telah dilakukan pada semester ganjil Tahun
Pelajaran 2012/2013 dengan tujuan untuk mengetahui kondisi pembelajaran,
model pembelajaran yang digunakan guru pada saat proses pembelajaran di kelas
serta sejumlah informasi awal mengenai keterampilan berpikir kritis dan
keterampilan berpikir kreatif siswa di sekolah. Kegiatan wawancara pada guru dan
siswa dilakukan untuk mengetahui gambaran keterlaksanaan proses pembelajaran
sehari-hari, sedangkan pengukuran keterampilan berpikir kritis dan berpikir
kreatif diberikan tes berupa soal-soal pilihan jamak dan soal uraian yang
dikembangkan berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis dan
keterampilan berpikir kreatif.
Hasil observasi kelas menunjukan bahwa dalam proses kegiatan
pembelajaran IPA, aktivitas guru masih banyak mendominasi pembelajaran,
model pembelajaran yang digunakan guru kurang variatif, dan guru kurang
menguasai pengelolaan kelas. Sedangkan aktivitas siswa cenderung diam (tanpa
siswa terkesan kurang perhatian pada kegiatan praktikum, siswa kurang kritis
ketika menemukan kejanggalan, kelemahan, atau kesalahan yang dilakukan orang
lain dalam menyelesaikan soal atau tugas, siswa kurang kreatif dalam hal
pemecahan masalah ketika menyelesaikan latihan soal yang mempunyai variasi
berbeda dengan contoh yang diberikan, dan siswa belum mampu menyimpulkan
materi pembelajaran dengan kata-kata sendiri. Data lebih lengkap dapat dilihat
pada lampiran D.1.
Hasil observasi terhadap hasil belajar siswa dilakukan dengan
menganalisis nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) semester ganjil Tahun
Pelajaran 2012/2013. Soal menggunakan pilihan jamak yang dikembangkan
berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis dan tes uraian yang
dikembangkan berdasarkan indikator keterampilan berpikir kreatif. Hasil studi
pendahuluan terhadap hasil belajar diperoleh data rata-rata nilai dari enam kelas
pada tingkat IX adalah 49,07 dan ketuntasan belajar sebesar 7%. Data rekapitulasi
nilai UTS dapat dilihat pada lampiran D.2.
Berdasarkan hasil observasi kelas dan hasil belajar siswa dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar kemampuan pembelajaran IPA masih rendah.
Hal ini merupakan dampak dari aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru dan
siswa masih menggunakan model pembelajaran konvensional, sehingga aktivitas
guru dan siswa dikelas terlihat monoton. Selain itu guru kurang memfasilitasi
dalam mengolah kemampuan yang dimiliki siswa, terutama kecakapan berpikir.
Dampak lain yang terlihat adalah rendahnya kemampuan siswa dalam
mengkaitkan antara pemahaman konsep dengan keterampilan berpikir kritis dan
berpikir kreatif. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai yang diperoleh siswa sangat
rendah.
Pembelajaran yang berpusat pada guru dan hanya berpusat pada kognitif
akan membuat siswa pasif. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
kurang berkembang sehingga kecakapan berpikir siswa menjadi rendah. Hal ini
sesuai dengan apa yang dikemukakan Amir (2009) bahwa pembelajaran yang
berpusat pada guru memungkinkan siswa sulit mengembangkan kecakapan
4
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah termasuk ke dalam
kecakapan berpikir dasar yang harus dikembangkan oleh siswa mulai dari
pendidikan dasar hingga menengah bahkan Perguruan Tinggi. Oleh karena itu
agar kecakapan berpikir dapat berkembang secara optimal, maka diperlukan
pembelajaran alternatif yang dapat mengembangkan kecakapan berpikir siswa.
Salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan kecakapan berpikir adalah
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).
Hasil penelitian Selçuk (2010) tentang Problem Based Learning (PBL)
menyatakan bahwa dengan mengangkat masalah sebagai sumber pembelajaran di
kelas, siswa akan berusaha mencari informasi yang relevan kemudian
mengolahnya dalam rangka memecahkan masalah. Kegiatan mengolah informasi
yang dilakukan siswa akan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah,
keterampilan berpikir kritis, dan keterampilan berpikir kreatif. Hasil penelitian
Araz dan Sungur (2007) menambahkan bahwa Problem Based Learning (PBL)
dapat meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan kerja di laboratorium.
Model Problem Based Learning (PBL) digunakan pada penelitian ini
karena memiliki kelebihan dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan
kreatif. Kelebihan tersebut diantaranya: menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa;
membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan; mengembangkan kemampuan
siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru; memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata;
memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna
memecahkan masalah dunia nyata (Sanjaya, 2008).
Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student centered) dengan karakteristik menurut Tan
(dalam Amir, 2010) sebagai berikut: masalah digunakan sebagai awal
pembelajaran; masalah yang digunakan biasanya merupakan masalah dunia nyata
perspektif majemuk (multiple perspective). Solusinya menuntut siswa
menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang sebelumnya
telah diajarkan atau lintas ilmu kebidang lainnya; masalah membuat siswa
tertantang untuk mendapatkan pembelajaran diranah pembelajaran baru; sangat
mengutamakan belajar mandiri (self directed learning); memanfaatkan sumber
pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta
penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting; pembelajaran kolaboratif,
komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling
mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi.
Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik Problem Based Learning
(PBL), Sanjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam Problem Based Learning
(PBL) mempunyai tiga unsur yang esensial yaitu adanya permasalahan,
pembelajaran berpusat pada siswa (student centered), dan belajar dalam kelompok
kecil. Adapun masalah yang digunakan pada proses pembelajaran harus relevan
dengan tujuan pembelajaran, mutakhir dan menarik berdasarkan informasi yang
jelas (Baron, 2003), sedangkan tujuan akhir yang diharapkan dari penggunaan
model Problem Based Learning (PBL) adalah siswa mendapatkan pengetahuan
yang penting, mahir dalam memecahkan masalah, mampu berpikir secara kritis,
kreatif, dan sistematik dalam mencari serta menggunakan sumber pembelajaran
yang sesuai (Selçuk, 2010; Kuhn dan Wirkara, 2011).
Merujuk pada pernyataan di atas, tema krisis sumber energi listrik sengaja
dijadikan tema pada kegiatan pembelajaran menggunakan model problem based
learning (PBL). Tema ini merupakan hasil keterpaduan antara beberapa
Kompetensi Dasar (KD) dari berbagai disiplin ilmu, diantaranya: 1) ilmu
pengetahuan sosial (IPS), pada kompetensi dasar 4.4 mendeskripsikan hubungan
antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang terbatas; 2) ilmu
pengetahuan alam (biologi), pada kompetensi dasar 7.3 Memprediksi pengaruh
kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan, kompetensi dasar 7.4
Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk
mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan; 3) ilmu pengetahuan alam
6
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
listrik serta pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari; 4) ilmu pengetahuan
alam (kimia), pada kompetensi dasar 2.2 memahami sifat larutan elektrolit dan
non elektrolit. Adapun pemetaan SK dan KD dari silabus dapat dilihat pada
lampiran A.1.
Peneliti mengangkat tema krisis sumber energi listrik pada kegiatan
pembelajaran didasarkan atas beberapa pertimbangan diantaranya karakteristik
masalah krisis sumber energi listrik adalah masalah nyata dalam kehidupan
sehari-hari, mengundang isu-isu yang mengandung konflik, bersifat familier
dengan siswa, berhubungan dengan kepentingan orang banyak dan terasa
manfaatnya, memberikan tantangan bagi siswa untuk mencari solusi yang tepat
dalam mengatasinya, dan meningkatkan minat siswa karena merasa perlu untuk
mempelajarinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah implementasi model Problem Based Learning (PBL) pada tema krisis sumber energi listrik dapat lebih
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif siswa
kelas IX dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan diskusi?”
Agar penelitian lebih terarah maka rumusan masalah tersebut dijabarkan
kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa setelah diterapkan
model Problem Based Learning (PBL)?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa setelah diterapkan
model Problem Based Learning (PBL)?
3. Bagaimana perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol?
4. Bagaimana perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kreatif antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol?
5. Bagaimana tanggapan siswa kelas IX terhadap penerapan model Problem
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh model pembelajaran
alternatif pada tema krisis sumber energi listrik dan gambaran
peningkatan keterampilan berpikir kritis dan berpikir kreatif serta
tanggapan siswa kelas IX setelah model Problem Based Learning (PBL)
diterapkan.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
tambahan wawasan dalam pengembangan keilmuan.
b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti
sendiri, guru dan siswa
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bisa menjadi bahan untuk penelitian
lebih lanjut.
d. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu model
alternatif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
e. Bagi siswa, kegiatan penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman
belajar yang baru dan menyenangkan bagi mereka.
D. Definisi Operasional
1. Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran kurikuler
inovatif, aktif, menantang, dan kritis yang berpusat pada siswa dengan
menggunakan masalah sebagai awal pembelajaran dan dilakukan secara
individu atau kerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah
yang dihadapi secara nyata dengan tujuan agar siswa mendapatkan
pengetahuan yang penting, mahir dalam memecahkan masalah, mampu
berpikir secara kritis, kreatif, dan sistematik dalam mencari serta
8
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
based learning (PBL) ini terdiri dari tujuh tahap pembelajaran, yaitu : 1)
mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas; 2) merumuskan
masalah; 3) menganalisis masalah; 4) menata gagasan dan secara sistematis
menganalisis dengan dalam (dianalisis dilihat dari keterkaitannya satu sama
lainnya); 5) memformulasikan tujuan pembelajaran; 6) mencari informasi
tambahan dari sumber yang lain (diluar diskusi); 7) mensintesa
(menggabungkan) dan menguji informasi baru, serta membuat laporan untuk
guru/kelas. Untuk melihat keterlaksanaan model pembelajaran ini digunakan
format observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran dan angket
tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang sudah disiapkan peneliti.
2. Berpikir kritis merupakan proses mental yang bersifat reflektif dan teroganisir
secara baik dengan berdasarkan pada penalaran serta fokus menentukan
terhadap apa yang harus diyakini dan dilakukan dan berperan dalam proses
mengambil keputusan untuk memecahkan masalah dengan menganalisis dan
menginterpretasi data dalam kegiatan inkuiri ilmiah. Dalam penelitian ini,
aktivitas berpikir kritis diukur menggunakan tes tertulis dalam bentuk pilihan
jamak yang dikembangkan berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis
yaitu memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification),
membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (inference)
membuat klasifikasi lanjutan (advance classification), dan strategi dan taktik
(strategies and tactics). Tes keterampilan berpikir kritis diukur sebelum dan
sesudah pembelajaran.
3. Berpikir kreatif merupakan aktivitas kognitif yang membuat dan
menghasilkan suatu kombinasi yang baru dalam menghadapi masalah
berdasarkan konsep-konsep yang sudah ada. Aktivitas keterampilan berpikir
kreatif yang diukur adalah keterampilan berpikir lancar (fluency),
keterampilan memperinci (elaboration), dan keterampilan berpikir orisinal
sesudah pembelajaran dengan menggunakan tes tertulis berbentuk uraian dan
45
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013). Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi
experimental). Bentuk desain eksperimen semu merupakan pengembangan dari
eksperimen murni (true experimental design). Menurut Furqon (2010), metode ini
dipandang cocok dengan dunia pendidikan yang menghadapi kesulitan dalam hal
pengacakan subjek (random assignment) ke dalam dua kelompok : kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen sebagaimana yang digunakan pada eksperimen
murni (true eksperiment design).
Desain penelitian menurut Mc Millan (dalam Ibnu Hadjar, 1999) adalah
rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti
empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian. Adapun desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah “The Static Group Pretest-Posttest Design”. Desain penelitian ini, kelompok kontrol diberi perlakuan berbeda dengan kelompok eksperimen untuk membandingkan efektivitas perlakuan.
Dalam analisis data, masing-masing skor tes awal dan tes akhir individual
dilakukan analisis peningkatannya yang disebut analisis gain. Kelompok yang
mendapat nilai gain tinggi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada
kelompok tersebut (Fraenkel & Wallen, 2006).
Perlakuan kelompok pertama dalam desain ini berupa Problem Based
Learning (PBL) dan praktikum sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelompok
kedua dikenai perlakuan berupa pembelajaran dengan metode diskusi dan
praktikum sebagai kelas yang digunakan sebagai pembanding atau kelas kontrol.
O1 X O2
---
O1 C O2
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Dimana :
O1 : Tes awal (tes keterampilan berpikir kritis dan tes
keterampilan berpikir kreatif terkait tema pembelajaran)
O2 : Tes akhir (tes keterampilan berpikir kritis dan tes
keterampilan berpikir kreatif terkait tema pembelajaran)
X : Perlakuan pembelajaran dengan Problem Based Learning dan
praktikum (kelas eksperimen)
C : Perlakuan pembelajaran dengan diskusi dan praktikum
(kelas kontrol)
Dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan
sesudah perlakuan. Observasi yang dilakuakan sebelum perlakuan (O1) disebut tes
awal dan observasi setelah perlakuan (O2) disebut tes akhir. Perbedaan antara O1
dan O2 diasumsikan merupakan efek dari perlakuan atau eksperimen.
Dalam penelitian ini terdapat empat variabel, yaitu model Problem Based
Learning (PBL) dan diskusi sebagai variabel bebas, sedangkan keterampilan
berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif sebagai variabel terikat. Variabel
adalah objek penelitian atau apa yang akan menjadi titik perhatian suatu
penelitian. Menurut Arikunto (2010) penelitian eksperimen adalah suatu
penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain
dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Pada penelitian ini variabel yang
digunakan terdiri dari variabel bebas X dan variabel terikat Y.
Berdasarkan hal ini maka bentuk pola dasar model penelitian kuantitatif
47
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
X : Penggunaan Problem Based Learning (PBL) dan praktikum
Y1 : Meningkatnya keterampilan berpikir kritis
Y2 : Meningkatnya keterampilan berpikir kreatif
Gambar 3.2. Pola hubungan antar variabel
Pola dasar penelitian diatas merupakan pola hubungan antar variabel
penelitian yang pada dasarnya merupakan rencana penelitian yang
menggambarkan prosedur dalam menjawab hipotesis penelitian. Adapun bentuk
operasional variabel adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris
49
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris
orisinal (originality). Keterampilan berpikir kreatif siswa tersebut diukur sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan tes tertulis berbentuk uraian dan selama pembelajaran diukur dari hasil
pembuatan rancangan praktikum
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel didefinisikan sebagai
bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
2013).
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 1 Saketi
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri
dari enam kelas dengan komposisi siswa masing-masing kelas kurang lebih
berjumlah tiga puluh dua siswa. Melalui teknik random sampling, diperoleh satu
kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol, yakni kelas
IX E dan kelas IX F. Pengambilan sampel ini sudah dianggap mewakili populasi.
Pemilihan kelas IX sebagai sampel penelitian dilakukan atas pertimbangan
bahwa tema krisis sumber energi listrik dipelajari di kelas IX, tema ini
berdasarkan sebaran SK dan KD yang sudah dipelajari di kelas VII dan VIII dari
berbagai disiplin ilmu. Selain itu rata-rata nilai kelas IX E dan IX F selisihnya
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
1. Tahap perencanaan
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain :
Studi pendahuluan berupa observasi hasil belajar dan wawancara dengan
guru.
Studi literatur terhadap jurnal dan laporan penelitian mengenai model
Problem Based Learning (PBL), berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
Menganalisa silabus kurikulum KTSP dari mata pelajaran IPA (biologi, kimia dan fisika), IPS, bahasa Indonesia dan PKn. Hasil analisa silabus
kurikulum KTSP dibuat dalam bentuk pemetaan SK dan KD yang dapat
dilihat pada lampiran A.1.
Penentuan tema yaitu krisis sumber energi listrik
Perancangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model Problem Based Learning (PBL) dan pembuatan lembar kerja siswa (LKS).
Adapun bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja
siswa (LKS) dapat dilihat pada lampiran A.2 dan A.3.
Membuat instrumen penelitian
Melakukan validasi seluruh instrumen
Merevisi atau memperbaiki instrumen
Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian. Surat izin dapat dilihat
pada lampiran D.4
Menentukan subyek penelitian 2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah:
Pelaksanaan tes awal
Pelaksanaan pembelajaran, perlakuan yang diberikan kepada kelas
eksperimen adalah pembelajaran dengan menggunakan Problem based
51
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pelaksanaan observasi terhadap keterlaksanaan model Problem Based
Learning (PBL) pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Pelaksanaan tes akhir dan pemberian angket tanggapan siswa
3. Tahap Akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir adalah:
Mengolah hasil data penelitian
Menganalisa dan dan membahas hasil temuan penelitian
Menarik kesimpulan
D. Instrumen Penelitian
Ibnu Hadjar (1996) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi
karakteristik variabel secara objektif. Berdasarkan rumusan masalah yang
diuraikan dalam dalam pertanyaan penelitian, maka variabel dan instrumen
pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Variabel Penelitian dan Instrumen Penelitian
Variabel Penelitian Instrumen
Keterampilan Berpikir Kritis Tes Keterampilan Berpikir
Kritis (Pilihan Jamak)
Keterampilan Berpikir Kreatif Tes Keterampilan Berpikir
Kreatif (Essay)
Keterlaksanaan Model Problem Based
Learning (PBL)
Format Observasi
Tanggapan Siswa terhadap penerapan
Model Problem Based Learning (PBL)
Angket
Berikut ini uraian secara rinci masing-masing instrumen:
Tes Keterampilan Berpikir Kritis
Tes keterampilan berpikir kritis digunakan sebagai instrumen
sumber energi listrik. Tes keterampilan berpikir kritis digunakan dalam
bentuk soal pilihan jamak yang dikembangkan berdasarkan indikator
keterampilan berpikir kritis, Tes diberikan sebanyak dua kali, yaitu tes
awal dan tes akhir. Tes awal dan tes akhir digunakan soal yang sama.
Tes ini bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan.
Tes keterampilan berpikir kritis yang diukur dibatasi pada
indikator keterampilan berpikir kritis yaitu memberikan penjelasan
sederhana (elementary clarification) pada sub indikator memfokuskan
pertanyaan, membangun keterampilan dasar (basic support) pada sub
indikator mengobservasi dan mempertimbangkan observasi,
menyimpulkan (inference) pada sub indikator membuat induksi dan
mempertimbangkan induksi, membuat klasifikasi lanjutan (advance
classification) pada sub indikator mengidentifikasi istilah dan
mempertimbangkan definisi, dan strategi dan taktik (strategies and
tactics) pada sub indikator memutuskan suatu tindakan. Tiap indikator
diwakili dua butir soal. Kisi-kisi soal keterampilan berpikir kritis dapat
dilihat pada lampiran A.4 dan soal pada lampiran A.7.
Pembuatan kisi-kisi soal tes keterampilan berpikir kritis dilakukan
dengan tujuan mendapatkan instrumen yang valid secara isi (content
validity) dan valid secara konstruk (construct validity). Setelah
mendapatkan persetujuan pembimbing dan ahli, instrumen ini diuji
coba terlebih dahulu pada siswa yang pernah mendapatkan
pembelajaran tema krisis sumber energi listrik.
Tes Keterampilan Berpikir Kreatif
Instrumen tes keterampilan berpikir kreatif yang digunakan
adalah soal uraian. Sama seperti soal pilihan jamak, soal uraian pun
divalidasi terlebih dahulu. Soal yang dipergunakan dalam uji coba
53
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada kegiatan proses pembelajaran digunakan tugas merancang
praktikum.
Tes keterampilan berpikir kreatif bertujuan untuk mengukur
keterampilan berpikir kreatif siswa sebelum dan sesudah pembelajaran
dilakukan. Keterampilan berpikir kreatif yang diukur dibatasi pada
indikator keterampilan berpikir lancar (fluency), keterampilan
memperinci (elaboration), dan keterampilan berpikir orisinal
(originality). Tiap indikator diwakili satu butir soal. Kisi-kisi soal
keterampilan berpikir kreatif dapat dilihat pada lampiran A.5, soal pada
lampiran A.7 dan rubrik penilaian keterampilan berpikir kreatif pada
lampiran A.6.
Lembar Observasi
Lembar observasi di bagi menjadi dua bagian, yaitu lembar
observasi untuk guru dan lembar observasi untuk siswa. Lembar
observasi ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan model Problem
Based Learning (PBL) pada tema krisis sumber energi listrik sesuai
dengan skenario kegiatan. Bertindak sebagai pengamat yaitu seorang
guru IPA, IPS, dan bahasa Indonesia pada sekolah peneliti. Format
lembar observasi guru dapat dilihat pada lampiran A.8 dan format
lembar observasi siswa dapat dilihat pada lampiran A.9.
Angket Tanggapan siswa
Angket bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
model Problem Based Learning (PBL) pada tema krisis sumber energi
listrik. Angket terdiri dari 19 butir pertanyaan yang di dalamnya
dipertanyakan hal-hal seputar perasaan, tanggapan, pandangan, dan
harapan siswa, seperti apakah siswa menganggap baru, merasa senang,
merasa tertarik, termotivasi, merasa memudahkan, merasa memfasilitasi
mengemukakan pendapat dan mengharapkan ingin belajar materi lain
dengan model ini.
Skala pengukuran siswa yang digunakan adalah skala Guttman.
Skala sikap ini diberikan kepada kelas eksperimen setelah melakukan
tes akhir. Setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pertanyaan
dengan jawaban “ya” dan “tidak”. Jawaban responden dengan
menggunakan skala Guttman dapat berupa skor tertinggi bernilai 1 dan
skor terendah 0. Melalui angket tanggapan siswa, peneliti dapat
mengetahui presentase tanggapan siswa (positif dan negatif) terhadap
model Problem Based Learning (PBL). Angket siswa dapat dilihat pada
lampiran A.9.
E. Proses Pengembangan Instrumen
Adapun proses analisis instrumen dalam penelitian ini adalah :
1. Validitas butir soal
Validitas tes berkaitan dengan tingkat keabsahan atau ketepatan
suatu tes dalam mengukur apa apa yang seharusnya di ukur. Jadi
validitas adalah satu ukuran yang dapat menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Adapun Soal
yang diberikan setelah memenuhi katagori validitas dari tenaga ahli.
Hasil uji coba instrumen ini, kemudian dihitung dengan
menggunakan teknik korelasi product moment seperti berikut
(Arikunto, 2012):
r
xy………..(3.1)
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara dua variabel yaitu x dan y, dua
55
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
x = Skor butir soal
y = Skor total
N = Jumlah siswa
Jika menggunakan program ANATES Versi 4.0.9 dalam mengolah
data hasil uji coba soal, maka korelasi butir soal dan makna
signifikansi dari korelasi itu akan otomatis muncul dalam bagian
output. Soal yang dikatakan valid adalah soal yang memiliki nilai
korelasi di atas nilai batas kritis.
Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasi menurut Arikunto
(2012) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kategori Validasi Butir Soal
Batasan Kategori
0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)
0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi (baik)
0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup (sedang)
0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah (kurang)
rxy≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)
(Arikunto, 2012)
2. Reliabilitas
Reliabilitas tes merupakan ukuran yang menyatakan konsistensi alat
ukur yang digunakan. Arikunto (2012) menyatakan bahwa
reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan tes. Suatu tes dapat
mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Interpretasi derajat reliabilitas suatu
Tabel 3.4 Kategori Reliabilitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)
0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi (baik)
0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup (sedang)
0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah (kurang)
rxy≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)
(Arikunto, 2012)
Perhitungan koefisien reliabilitas dapat dilakukan dengan rumus
Spearman-Brown berikut (Arikunto, 2012):
………(3.2)
Keterangan:
r
½ ½ = Korelasi antar soal ganjil dan genap
r
11 = Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan3. Indeks Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu
sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya.
Indeks kesukaran dapat digunakan dengan rumus sebagai berikut
(Arikunto, 2012):
……….…..(3.3)
57
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
P = Indeks Kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut (Arikunto, 2012):
Tabel 3.5 Kategori Indeks Kesukaran Butir Soal
Batasan Kategori
0,00 - 0,30 Soal sukar
0,31 - 0,70 Soal sedang
0,71 - 1,00 Soal mudah
Arikunto (2012)
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal merupakan kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah. Rumus menentukan indeks
diskriminasi atau daya pembeda adalah sebagai berikut (Arikunto,
2012)
………..(3.4)
Keterangan:
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas menjawab soal benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah menjawab soal benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda atau indeks diskriminasi adalah
sebagai berikut (Arikunto, 2012).
Tabel 3.6 Kategori Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 - 0,20 Jelek
0,21 - 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 - 1,00 Baik sekali
Arikunto (2012)
5. Angket
Hasil angket respon siswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif
untuk memaparkan hasil respon siswa terhadap penerapan
pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning
(PBL). Lembar angket respon siswa disusun berdasarkan kriteria
penilaian skala Guttman (Riduwan, 2009).
Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus presentase respon
yaitu:
………..(3.5)
Keterangan :
P : Presentase jawaban responden
F : Jumlah jawaban responden
N : Jumlah responden
Dari hasil presentase respon tersebut, kemudian dimasukkan ke
59
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7 Kategori Respon Hasil Angket
Presentasi Respon (%) Kategori Respon
0 – 20 Sangat lemah
21 – 40 Lemah
41 – 60 Cukup
61 – 80 Kuat
81 – 100 Sangat kuat
Riduwan (2009)
6. Observasi
Pengolahan data diambil dari banyaknya skor yang diperoleh dari
setiap poin keterlaksanaan aktivitas guru kemudian diambil
presentase keterlaksanaan aktivitas secara keseluruhan dengan
menggunakan perhitungan di bawah ini (Riduwan. 2009):
…………..(3.6)
Tabel 3.8 Kategori Respon Hasil Observasi
Presentasi Respon (%) Kategori Respon
0 – 20 Sangat lemah
21 – 40 Lemah
41 – 60 Cukup
61 – 80 Kuat
81 – 100 Sangat kuat
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Teknik Pengumpulan Data
No Jenis Data Teknik
2 Aktivitas siswa selama
kegiatan
3 Tanggapan terhadap
model pembelajaran
Angket Siswa Dilakukan saat
pembelajaran
4 Kesesuain RPP dengan
pembelajaran
Observasi Dilakukan saat
pembelajaran
G. Analisi Data
Data primer hasil tes siswa sebelum dan sesudah perlakuan, dianalisis
dengan cara membandingkan skor tes awal dengan skor tes akhir.
Adapun prosedur analisis data dalam penelitian ini adalah :
1. Normalisasi Gain
Mengetahui adanya peningkatan keterampilan berpikir kritis dan
keterampilan berpikir kreatif, dapat dihitung berdasarkan skor gain yang
ternormalisasi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan dalam
menginterpretasi perolehan gain masing-masing siswa. Peningkatan yang
61
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
………(3.7)
Keterangan :
Spost = Skor tes akhir
SPre = Skor tes awal
Smax = Skor maximum ideal
Gain yang dinormalisasi (N-Gain) ini dinterpretasikan untuk
menyatakan peningkatan keterampilan berpikir kritis dan
keterampilan berpikir kreatif dengan katagori sebagai berikut
(Meltzer, 2002)
Tabel 3.10 Kategori Tingkat N-Gain
Presentase Kategori
N-gain > 0,7 Tinggi
0,7 > N-gain ≥ 0,3 Sedang
N-gain < 0,3 Rendah
(Meltzer, 2002);
2. Analisis Uji Normalitas dan Homogenitas Data
Uji normalitas dan uji homogenitas data dimaksudkan sebagai prasyarat
dalam penggunaan statistik parametrik atau non parametrik. Data
terdistribusi normal dan homogen, maka bisa menggunakan uji
parametrik, akan tetapi jika setelah pengujian diperoleh data penelitian
yang tidak normal, tidak homogen, atau tidak keduanya, maka harus
menggunakan uji non parametrik. Uji normalitas dan homogenitas dapat
3. Uji Hipotesis dengan Uji t
Uji perbandingan rerata pada penelitian ini dilakukan menggunakan uji t
dua sampel independen (Independent-Sample T-test) melalui program
SPSS Versi 16 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Uji t dua sampel
independen (Independent-Sample T-test) digunakan untuk
membandingkan selisih dua purata (mean) dari dua sampel yang
independen dengan asumsi data terdistribusi normal. Rumus statistik
pada uji ini adalah sebagai berkut:
H0 :
μ
1 ≤μ
2H0 :
μ
1 >μ
2dimana, H0 adalah rerata skor kelas kontrol sama dengan atau lebih besar
dibandingkan rerata kelas eksperimen dan H1 adalah rerata skor kelas
eksperimen lebih besar dibandingkan dengan rerata skor kelas kontrol.
Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak
H0 berdasarkan P-value < α maka H0 ditolak, dan jika P-value ≥ α
maka H0 diterima.
H. Deskripsi Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen tes soal keterampilan berpikir kritis dan keterampilan
berpikir kreatif diuji cobakan terlebih dahulu agar instrumen tes yang
digunakan benar-benar dapat mengukur variabel penelitian. Uji coba soal
keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif dilakukan pada
45 siswa kelas X di salah satu SMK yang berada di Kabupaten Pandeglang.
Analisis uji coba instrumen menggunakan ANATES Versi 4.0.9. Soal
yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 10 soal keterampilan berpikir
kritis dengan bentuk soal pilihan jamak dan 3 soal keterampilan berpikir
kreatif dengan bentuk soal uraian. Data skor uji coba tes keterampilan
berpikir kritis, uji coba tes keterampilan berpikir kreatif dan hasil analisis
63
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun soal-soal yang digunakan dalam penelitian ini untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Hasil Uji Coba Tes Soal Keterampilan Berpikir Kritis
Soal
No
Validitas Reliabilitas Tingkat
Kesukaran
Tabel 3.12 Hasil Uji Coba Tes Soal Keterampilan Berpikir Kreatif
Soal No
Validitas Reliabilitas Tingkat
I. Alur Penelitian
Studi Pendahuluan :
Observasi hasil belajar siswa dan wawancara dengan guru
Mendesain dan membuat RPP, LKS
Penentuan Materi
Pembuatan instrumen soal
Pembuatan lembar observasi
Pembuat angket siswa
Uji coba instrumen & validasi
Uji reliabilitas & revisi
Identifikasi Masalah
Studi Literatur :
Analisis kurikulum dan materi IPA terpadu, analisis jurnal, buku mengenai model Problem Based Learning (PBL), buku keterampilan berpikir kritis dan
berpikir kreatif
Tes Awal
Pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL)
(Kelas eksperimen)
Pembelajaran dengan metode diskusi dan praktikum
(Kelas kontrol)
Tes Akhir
Analisis Data :
Soal awal dan akhir
65
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, implementasi model Problem
Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan
keterampilan berpikir kreatif siswa. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai
model alternatif dari pembelajaran IPA pada tema krisis sumber energi listrik.
Secara terinci dapat disimpulkan bahwa :
1. Rata-rata N-gain keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen 0,73 (73%)
dengan kategori tinggi dan kelas kontrol 0,56 (56%) dengan kategori sedang.
2. Rata-rata N-gain keterampilan berpikir kreatif kelas eksperimen 0,85 (85%)
dengan kategori tinggi dan kelas kontrol 0,51 (51%) dengan kategori sedang.
3. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen, secara
signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol.
4. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen, secara
signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol.
5. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap model Problem Based
Learning (PBL).
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Agar implementasi model
Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis
dan berpikir kreatif siswa dapat dilaksanakan secara maksimal, maka disarankan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Melengkapi fasilitas sumber informasi yang diperlukan, seperti komputer,
sarana jaringan internet, perpustakaan dan buku penunjang lainnya.
2. Guru hendaknya memiliki kreatifitas dan inovasi dalam mengelola kelas,
mengingat model Problem Based Learning (PBL) bertujuan membantu siswa
membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah,
110
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran IPA dapat
dilaksanakan dengan metode praktikum. Agar kegiatan praktikum berjalan
lancar, sebaiknya perlu dilakukan pengujian oleh guru terlebih dahulu
sebelum pembelajaran di kelas berlangsung.
4. Jika ingin dicobakan di sekolah yang belum pernah melakukan kegiatan
model Problem Based Learning (PBL). Sebaiknya siswa terlebih dahulu
dikondisikan dengan menjelaskan tahapan-tahapan dan tujuan pembelajaran
serta siswa mengetahui konsep dasar dari tema yang akan diajarkan.
5. N-gain pada keterampilan berpikir orisinil (originality) dan keterampilan
menyimpulkan (inference) kedua kelas sangat rendah. Hal ini disebabkan
daya baca dan pemahaman terhadap bacaan lemah. Sebaiknya guru IPA bisa
bekerjasama dengan guru bahasa Indonesia atau kepala perpustakaan untuk
mengadaka lomba resensi buku.
6. Sebagai metode alternatif dalam pembelajaran IPA dapat dilaksanakan
dengan metode diskusi dan praktikum. Agar keterampilan berpikir kritis dan
kreatif meningkat, direkomendasikan menggunakan jenis diskusi kelompok
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufik., 2010, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning:
Bagiamana Pendidik Meberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan.
Jakarta: Prenada Media Group, 2009.
Akınoğlu, Orhan dan Tandogan, R, O. (2007) The Effects of Problem-Based
Active Learning in Science Education on Students’ Academic
Achievement, Attitude and Concept Learning : Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education, 3(1), 71-8
Araz, Gulsum dan Sungur, S. (2007) Effectiveness of Problem-Based Learning on
Academic Performance in Genetics : The International Union of
Biochemistry and Molecular Biology Education, Vol 35 No 6, pp, 448-451
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (edisi revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arends (2008). Learning to Teach-Belajar untuk Mengajar, Pustaka Belajar,
Yogyakarta. (penerjemah Soetjipto, dkk)
Ashman, A. F. dan Conway, R.N.F. 1997. An Introduction to Cognitive
Education: Theory and Applications. London: Routledge.
Baron, Leora. Problem Based Learning, p.1, 2003
(http://academy@fiu.edu/atresourcesttqt.html)
Barbara, J. Duch, Susan E Groh, E Deborah. The Power of Problem Based
Learning . A Practical “How To” for Teaching Undergraduate Course in
Any Dicipline. Virginia : Stylus Publishing, LLC, 2001
Berliner, D. (2005). Our Impoverished View of Educational Reform. Teachers
College Record, August 2. ID Number: 12106. Retrieved January 12,
2006, from http://www.tcrecord.org
Beyer, B.K. 1985. Critical Thinking: What is It? Social Education, 45 (4)
Carin, A.A. & Sund, R.B. (1989). Teaching Science Through Discovery.
112
Endin Muhidin, 2014
Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Tema Krisis Sumber Energi Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa kelas IX
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Chin, Christine dan Chia, L,G. (2005) Problem Based Learning: Using
ill-Structured Problems in Biology Project : www.interscience.wiley.com
Ching, Chynthia C., De Gallow, 2000. Fear & Loathing in PBL : Faculty
Reactions to Developing PBL for a Large Research University, dalam Tan
O. S., Little, Pl, Hee, S. Y., dan Conway, J. (Ed). Problem Based Learning
: Education Innovation Across Disciplines. Singapore: Temasek Centre for
Problem Based Learning.
Costa, A.L, (1985). The Behaviors of Intellegence. In A.L Costa (Ed): Developing
Minds : A Resources Book for Teaching Thinking, Alexandria: As Cd :
66-68
Dasna, Sutrisno (2007). Pembelajaran berbasis masalah.
http:// lubisgrafura.wordpress.com. Diakses 10 Februari 2012.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Depdiknas
Eggen,P.,&Kauchak, D. (2007). Educational Psychology: Windows on Classroom
(7th ed.) Upper Saddle River, NJ: Pearson.
Elsa Krisanti & Kamarza, Bahan Pelatihan Penerapan Model PBL di IBII,
Agustus 2005.
Elder, Linda (2007). Our Concept of Critical Thinking. Foundation for Critical
Thinking. Diakses melalui http://www.criticalthinking.org pada 2 Januari
2011
Ennis, Robert H (1995). Critical Thinking. New Jersey : Prentice Hall.
Fisher, R. (1995). Teaching Children to Think. London: Stanley Thornes Ltd.
Filsaime, D.K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Krits dan Kreatif. Jakarta :
Prestasi Pustaka.
Fogarty,R.(1991). Constructing knowledge together classroom as center of
inquiry and literacy. Portsmoth. NH : Heineman.
Fraenkel, J. R., & Wallen, N. E. (2006). How to design and evaluate research in
education. New York: McGraw-Hill
Furqon, (2010). Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Bandung : Sekolah
Gaigher, E.,Rogan, M.J and Braun, M.W.H (2007) Exploring the Development of
Conceptual Understanding through Structured Problem-solving in Physics
: International Journal of Science Education Vol. 29, No. 9, pp. 1089-1110
Gagne, R.M., Briggs, L. J., & Wager, W.W. Principles of Instructional design. 4th
ed. Orlando: Holt, Rinehart, and Winston, 1992
Hadjar, Ibnu, 1999, Dasar-Dasar Mentodologi Penelitian Kuantitatif dalam
Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindopersada.
Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Scores.[Online]. Tersedia:
http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf [18
November 2012]
Harris, R. (1998). Introduction to Creative Thinking. July (1). Virtual Salt
Harden, R. M., & Crosby, J. (2000). The good teacher is more than a lecturer-the
twelve roles of the teacher. Medical Teacher, 22 (4), 334-347.
Hasibuan dan Moedjiono. (2000). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Jacobsen D.A, Paul Eggen, Donal Kauvhak, 2009, Methods For Teaching, New
Jersey: Pearson Education, Inc, Publishings Allyn & Bacon
Jhonson, D., & Jhonson, R. (2006). Learning Together and Alone: Cooperation, and
Indivisualization (8th ed). Needham Heights, MA: Allyn & Bacon.
Kember, D. (1997). A reconceptualisation of the research into university
academics' conceptions of teaching. Learning and Instruction, 7(3),
255-275.
Kek Yih Chyn, Lynda Wee & Keng Neo,2002, Authentic Problem Based
Learning; Rewriting Business Education, Prentice Hall, Singapore.
Kuhn, D dan Wirkala, Clarice. (2011) Problem-Based Learning in K-12
Education : Is it effective and how does it achieve its effect ? : American
Educational Research Journal, Vol.48, No.5, pp, 1157-1186
Krajcik, J. S., P. C. Blumenfeld, et al. (1994). “A collaborative model for helping
middlegrade science teachers learn project-based instruction”.The