• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

(2)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

terhadap pemenuhan kebutuan pendidikan anak dengan disabilitas di desa. Sehingga dapat dikatakan bahwa model yang ditemukan adalah aplikatif.

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT OF RURAL COMMUNITY EMPOWERMENT MODEL IN FULFILLMENT OF EDUCATIONAL NEEDS

FOR THE CHILDREN WITH DISABILITIES

(3)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

(4)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode research and

development (R & D). Tujuan umum dari penelitian ini adalah

mengembangkan suatu model pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan

pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak dengan disabilitas di Desa

Mekarlaksana Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. Penelitian ini

menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan research and

development (R & D), karena penelitian ini merupakan suatu proses untuk

mengembangkan suatu produk pendidikan. Produk dalam konteks ini

merupakan model pemberdayaan masyarakat.

Dalam proses pelaksanaannya, penelitian dan pengembangan ini

membentuk suatu siklus. Diawali dengan melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan suatu produk yang dibutuhkan, yaitu model pemberdayaan

masyarakat. Kemudian produk tersebut dikembangkan dalam suatu situasi

tertentu, divalidasi, direvisi, diuji, dan direvisi kembali hingga pada akhirnya

ditemukan produk akhir yang dianggap sempurna.

B. Prosedur Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan suatu model

pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan

pendidikan bagi anak dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana Kecamatan

Ciparay Kabupaten Bandung. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut,

dilakukan melalui tiga tahap penelitian, yaitu: 1) tahap studi pendahuluan,

(5)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

lapangan (secara empiris) dan mengkajinya dengan melakukan studi literatur

(secara teoritis), hal tersebut dilakukan sebagai data awal untuk membuat

rumusan / draf model yang dikembangkan; 2) tahap pengembangan model,

dimana dilakukan focus group discussion (FGD) dan validasi model oleh para

ahli melalui validasi isi maupun validasi empirik sehingga diperoleh

penyempurnaan-penyempurnaan model, metode yang digunakan pada tahap

ini adalah metode evaluatif; 3) tahap uji implementasi, model yang telah

dikembangkan sebelumnya dan telah melalui tahap validasi kemudian

diimplementasikan untuk diuji keterlaksanannya, metode yang digunakan

pada tahap ini adalah metode kualitatif. Berikut merupakan gambaran alur /

(6)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1. Persiapan

•Ahli dari Akademisi dan Praktisi

MODEL PEMBERDAYAAN

diimplementasikan

PLENO DESA

Laporan & Evaluasi

Dilakukan R E V I S I

Tahap I. Pendahuluan

Tahap II.

Pengembangan Model

Tahap III. Uji Lapangan

(7)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

(8)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

(9)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1. Persiapan Lapangan & Sosial

•Kunjungan lapangan untuk persiapan & pengakraban (sosialisasi) dengan masyarakat desa

•Penyelesaian prosedur untuk perijinan •Pembahasan maksud dan tujuan ke lapangan •Persiapan untuk bekerja sama dengan masyarakat •Pengumpulan informasi di lapangan

2. Asessmen (Pengumpulan Data)

•KONDISI OBJEKTIF DI LAPANGAN :

•a. Gambaran kondisi geografis, demografis, sosiografis •b. Kondisi anak disabilitas & keluarga

• c. Upaya keluarga, masyarakat (lingkungan sekitar dan pemerintah) dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas

•d. Potensi & hambatan

•TEKNIK: wawancara, observasi, studi dokumentasi, kuesioner /angket, FGD

•Subjek penelitian: Kader, Kepala Desa / Aparat Pemerintah Desa, Orang Tua, Guru, Lembaga Kemasyarakatan Desa)

3. ANALISIS & RENCANA

•PENENTUAN KEBUTUHAN-KEBUTUHAN •PENGGALIAN & ANALISIS SUMBER DAYA •TINJAUAN PUSTAKA/STUDI LITERATUR •PERENCANAAN KEGIATAN-KEGIATAN

(10)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

(11)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1. PLENO DESA (I): VALIDASI DRAFT MODEL

•PENYAMPAIAN HASIL ASESMEN •MEMBINGKAI KESEPAKATAN BERSAMA

•a. PENENTUAN PRIORITAS KEBUTUHAN •b. PENYAMPAIAN ANALISIS & RENCANA •c. PENGGALIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA •PERENCANAAN KEGIATAN-KEGIATAN

•PENYAMPAIAN MODEL

•MENERIMA MASUKAN DARI MASYARAKAT

•Peserta: Keluarga dan anak dengan disabilitas, Kader, guru dari sekolah di desa, Tokoh Agama-Masyarakat-Pemuda, Pemerintah Desa.

2. PLENO DESA (II): REVISI MODEL & PENENTUAN RENCANA TINDAK LANJUT (SECARA PARTISIPATIF)

•PENYAMPAIAN MODEL YANG TELAH DIREVISI •PENYUSUNAN RENCANA TINDAK LANJUT

•MEMBAHAS:

•1. PEMANTAPAN TIM PELAKSANA PROGRAM •2. PEMBAHASAN DETAIL PELAKSANAAN PROGRAM

•(meliputi : Waktu, tempat, sarana&prasarana, pendanaan, dll)

•DILAKUKAN MELALUI FGD I I •Peserta:

•TIM PELAKSANA PROGRAM,

(12)

Agama-Masyarakat-Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(13)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu MODEL HASIL VALIDASI (di tahap II)

DIIMPLEMENTASIKAN DI LAPANGAN

•Ditujukan pada masyarakat yang melakukan/subyek penelitian dan masyarakat yang menjadi target sasaran kegiatan

1. WAWANCARA

•Ditujukan pada masyarakat yang melakukan/subyek penelitian dan masyarakat yang menjadi target sasaran kegiatan

2. OBSERVASI

•Pada perwakilan masyarakat desa

3. KOUSIONER/ANGKET

MODEL

AKHIR

•Laporan & Evaluasi •Peserta:

Pemerintah Desa & TIM

PLENO

DESA

Dilakukan R E V I S I

(14)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Bagan 3.4 Tahap III Implementasi Model

C. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Mekarlaksana Kecamatan Ciparay

Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan

bahwa Kabupaten Bandung memiliki jumlah penyandang disabilitas yang

besar dan belum dilakukan penanganan secara optimal, baik oleh pemerintah

ataupun pihak swasta. Kecamatan Ciparay termasuk pada empat kecamatan

di Kabupaten Bandung yang memiliki jumlah penyandang disabilitas

terbesar. Desa Mekarlaksana merupakan salah satu desa yang berada di

Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. Tidak lengkapnya pendataan dan

keterbatasan informasi yang dimiliki warga menyebabkan Desa

Mekarlaksana terbatas dalam mengakses program-program pemerintah

terkait dengan penanganan pendidikan anak disabilitas.

Pada saat studi pendahuluan peneliti menyimpulkan bahwa para aparat

desa dan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) di Desa Mekarlaksana memiliki

semangat untuk dapat memperbaiki kondisi di desanya terkait dengan

pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak dengan disabilitas. Peneliti

menilai bahwa keinginan / antusiasme mereka dapat dianggap sebagai potensi

yang merupakan modal awal dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Maka peneliti merasa tertarik untuk menjadikan Desa Mekarlaksana sebagai

lokasi penelitian, sebagai upaya membantu memberdayakan masyarakat

untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak dengan

(15)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 2. Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian terdiri dari informan primer dan informan

sekunder. Informan primer diantaranya aparat desa yaitu kepala Desa

Mekarlaksana, orangtua anak dengan disabilitas, guru sekolah dasar,

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) yang di dalamnya merupakan unsur

masyarakat seperti anggota Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), kader PKK,

ketua RT dan ketua RW, anggota BPD, guru sekolah, orangtua anak dengan

disabilitas. Sedangkan informan sekunder yaitu masyarakat desa

mekarlaksana dalam artian luas. Informan penelitian ini dipilih berdasarkan

pertimbangan bahwa mereka merupakan orang-orang yang tahu mengenai

kondisi anak disabilitas di desa tersebut dan melaluinya diharapkan dapat

diperoleh gambaran mengenai upaya apa saja yang pernah dilakukan keluarga

dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak dengan

disabilitas di Desa Mekarlaksana, kendala yang ditemukan dan potensi desa

yang bisa dikembangkan. Pemilihan informan ini dilakukan dengan purposive

sampling.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi: 1) kondisi obyektif

anak dengan disabilitas dan upaya-upaya yang telah dilakukan masyarakat

terkait dengan pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak dengan disabilitas

di Desa Mekarlaksana; 2) rumusan model pemberdayaan masyarakat dalam

meningkatkan pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas di

Desa Mekarlaksana; 3) model hasil uji coba, di sini akan diketahui data hasil

uji keterlaksanaan model. Data penelitian dikumpulkan melalui observasi,

studi dokumentasi, wawancara, dan kuesioner (angket).

(16)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Upaya untuk mengumpulkan data atau informasi pada penelitian ini

salah satunya dilakukan dengan cara observasi. Teknik observasi yang

dilakukan yaitu observasi partisipatif moderat. Teknik pengumpulan data ini

dilakukan pada penelitian tahap pertama dan penelitian tahap ketiga.

Observasi yang dilakukan pada penelitian tahap pertama, yaitu studi

pendahuluan diantaranya mengamati: (1) kondisi anak dengan disabilitas; (2)

kondisi keluarga anak dengan disabilitas; (3) kondisi lingkungan sekitar anak

dengan disabilitas terkait dengan dukungan akan pemenuhan kebutuhan

pendidikannya.

Observasi yang dilakukan pada penelitian tahap ketiga yaitu untuk

mengamati perubahan yang terjadi pada subyek penelitian / pelaksana dari

implementasi model pemberdayaan yang sudah dibuat yaitu kepala desa /

aparat pemerintahan desa, orangtua anak dengan disabilitas, RBM, dan guru

terkait dengan kesadaran, pengetahuan, kepedulian dan inisiatif mereka

dalam upaya memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak dengan disabilitas

ketika sebelum dan setelah dilakukan implementasi model. Pengamatan juga

dilakukan pada kondisi anak sebelum dilakukan implementasi model

pemberdayaan masyarakat dan setelah dilakukan implementasi model.

Observasi yang dilakukan selama penelitian berlangsung untuk

mencermati beragam fenomena menyangkut informasi yang dibutuhkan pada

penelitian tahap satu dan tiga. Alasan peneliti melakukan observasi adalah

untuk menyajikan gambaran realistik mengenai tempat, perilaku atau

kejadian, untuk menjawab pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia,

dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu dan

melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

(17)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Studi dokumentasi digunakan pada penelitian tahap pertama, guna

memperoleh informasi awal terkait dengan kondisi obyektif pemenuhan

kebutuhan pendidikan bagi anak dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana,

peneliti mempelajari berbagai sumber data yang terdapat di desa. Umumnya

data-data yang tersedia di desa adalah data verbal seperti yang terdapat dalam

buku dokumen potensi desa dan atau catatan-catatan laporan yang dibuat oleh

pejabat pemerintah desa. Studi dokumentasi dilakukan dengan menghimpun

dokumen yang dibutuhkan sebagai data yaitu meliputi: (1) kondisi geografis

Desa Mekarlaksana; (2) kondisi demografis Desa Mekarlaksana; (3) kondisi

sosiografis Desa Mekarlaksana; (4) aset komunitas Desa Mekarlaksana.

3. Wawancara

Wawancara yang digunakan adalah wawancara tak berstruktur,

dilakukan pada penelitian tahap pertama dan penelitian tahap ketiga.

Kegiatan wawancara ditujukan untuk melakukan penajaman kasus terhadap

permasalahan yang ditemukan pada studi pendahuluan.

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi langsung dari

subjek penelitian mengenai: (1) gambaran lengkap kondisi anak dengan

disabilitas di Desa Mekarlaksana; (2) upaya pemenuhan kebutuhan

pendidikan bagi anak dengan disabilitas yang dilakukan oleh masyarakat; (3)

kendala apa yang dihadapi keluarga, masyarakat dan pemerintah terkait

dengan pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak dengan disabilitas; (4)

Apa saja yang menjadi sumber / potensi di desa yang bisa dikembangkan

dalam upaya pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas.

(18)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dengan disabilitas, guru sekolah di desa tersebut, RBM, dan aparat

pemerintah Desa Mekarlaksana.

Pada penelitian tahap ketiga, wawancara dilakukan ketika sebelum

implementasi model, proses ketika implementasi model dan setelah

implementasi model pemberdayaan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan

pendidikan anak dengan disabilitas guna mencatat / menguji keterlaksanaan

dari model tersebut.

4. Kuesioner / angket

Teknik pengumpulan data ini dilakukan pada penelitian tahap pertama

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan / pernyataan tertulis kepada

informan primer yaitu keluarga anak dengan disabilitas dan perwakilan

masyarakat diantaranya kepala desa, anggota RBM, dan guru sekolah dasar.

Guna melengkapi data yang telah dilakukan melalui teknik wawancara dan

observasi.

E. Teknik Validasi Model

1. FGD (Focus GroupDiscussion)

Teknik ini dilakukan pada penelitian tahap kedua dan ketiga. FGD

(Focus Group Discussion) / diskusi kelompok terfokus yang digunakan pada

penelitian tahap kedua merupakan salah satu teknik yang digunakan ketika

proses pengembangan model yang disepakati bersama masyarakat. FGD

digunakan untuk memperoleh input / masukan secara partisipatif mengenai

rancangan model pemberdayaan masyarakat yang nantinya akan diujicobakan

di lapangan. Orang-orang yang menjadi peserta / partisipan diposisikan setara

dan duduk bersama untuk memberikan masukan dalam membahas masalah

(19)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

penelitian tahap ketiga untuk mengetahui pendapat dan respon masyarakat

setelah diujicobakannya model pemberdayaan.

2. Expert Judgment

Teknik validasi ini digunakan sebagai upaya untuk memperoleh model

yang memiliki kelayakan konseptual dan praktis sebelum model tersebut

diimplementasikan, maka dilakukan validasi isi dan validasi empirik.

Validasi isi dilakukan dengan melibatkan ahli akademisi dari pendidikan

kebutuan khusus dan ahli akademisi dari bidang pemberdayaan masyarakat,

sedangkan validasi empirik melibatkan praktisi dari bidang pendidikan

kebutuhan khusus dan praktisi dari bidang pemberdayaan masyarakat.

Sebelum dilanjutkan pada proses implementasi model maka model

mengalami revisi terlebih dahulu, berdasarkan saran-saran para ahli.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini diperlukan data yang lengkap dan ilmiah. Untuk

memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan, dibutuhkan

instrumen pengumpul data yang memadai. Dalam penelitian ini digunakan

beberapa instrumen, meliputi pedoman observasi, pedoman wawancara,

skenario FGD, pedoman analisis dokumen, serta lembar kuesioner / angket.

Dimana masing-masing instrumen tersebut akan digunakan sesuai dengan

kebutuhan. Berikut merupakan kisi-kisi instrumen penelitian secara

keseluruhan.

1. Pedoman Observasi

Tabel 3.1

Kisi- Kisi Pedoman Observasi

Mengenai Kondisi Anak, Keluarga dan Lingkungan

(20)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(21)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 2. Pedoman Wawancara

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

Mengenai Kondisi Anak Disabilitas serta Pendapat dan Upaya Masyarakat dalam

Memenui Kebutuhan Pendidikan Anak Disabilitas

Pertanyaan Penelitian Dimensi Ruang Lingkup Bagaimanakah kondisi

8) Pemenuhan hak atas pendidikannya.

Meliputi pendidikan formal, informal,

dan non formal

9) Sarana penunjang pendidikan bagi

anak

4) Sikap dan perilaku orangtua terhadap

anak

5) Kendala / hambatan orangtua dalam

(22)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu rumah

6)Kendala / hambatan orangtua dalam

menyekolahkan anak

7) Kendala / hambatan orangtua dalam

mengikutsertakan anak pada kegiatan

pendidikan di lingkungan masyarakat

8) Sumber bantuan / pelayanan sosial

yang pernah diterima oleh anak dan

keluarga

9) Bentuk bantuan / pelayanan sosial

yang pernah diterima oleh anak dan

keluarga

10) kemampuan / potensi yang dimiliki

orangtua

3. Kondisi

lingkungan

anak disabilitas

1) Pandangan masyarakat terhadap anak

disabilitas

2) Pemahaman masyarakat terkait dengan

pendidikan anak disabilitas

3) Keterlibatan masyarakat dalam upaya

memenuhi kebutuhan pendidikan anak

disabilitas

4) Hambatan yang dialami masyarakat

terkait dengan pemenuhan pendidikan

anak

5) Program pemerintah yang pernah

dilakukan

(23)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(24)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

e. Pelayanan sosial dan

publik

4. Kuesioner

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Kuesioner

Mengenai Kondisi Anak Disabilitas serta Pendapat dan Upaya Keluarga dalam

Memenui Kebutuhan Pendidikan Anak Disabilitas

Pertanyaan Penelitian Dimensi Ruang Lingkup

Bagaimanakah kondisi

8) Pemenuhan hak atas pendidikannya.

Meliputi pendidikan formal, informal,

dan non formal

9) Sarana penunjang pendidikan bagi

(25)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

4) Sikap dan perilaku orangtua terhadap

anak

5) Kendala / hambatan orangtua dalam

melakukan pendidikan bagi anak di

rumah

6)Kendala / hambatan orangtua dalam

menyekolahkan anak

7) Kendala / hambatan orangtua dalam

mengikutsertakan anak pada kegiatan

pendidikan di lingkungan masyarakat

8) Sumber bantuan / pelayanan sosial

yang pernah diterima oleh anak dan

keluarga

9) Bentuk bantuan / pelayanan sosial

yang pernah diterima oleh anak dan

keluarga

10) kemampuan / potensi yang dimiliki

orangtua

G. Teknik Analisis Data

Pada penelitian tahap pertama yaitu studi pendahuluan, data dianalisis

menggunakan analisis data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif merupakan

data yang telah diperoleh dari berbagai sumber dan dengan menggunakan

teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dilakukan

secara terus menerus sampai datanya jenuh, untuk kemudian selanjutnya

(26)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan (Sugiyono, 2011, hlm. 332)

menyatakan bahwa:

Analisis data adala proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat muda difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat menceritakan kepada orang lain.

Berdasarkan hal tersebut di atas, data yang diperoleh dari hasil

observasi, analisis dokumen, hasil wawancara dan kuesioner kemudian

dikelompokan ke dalam kategori, dilakukan sintesa, disusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan memnuat

kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Proses analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Collection (pengumpulan data)

Semua data yang masuk dikategorikan sebagai koleksi data awal dari

lapangan (data collection).

b. Data Reduction (reduksi data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data

melalui reduksi data. Mereduksi data berarti melakukan proses seleksi,

penentuan fokus, penyederhanaan, peringkasan, dan pengubahan bentuk

data mentah dari lapangan.

c. Data display (penyajian data)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

(27)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan

teks yang bersifat naratif.

d. Conclusion (penarikan kesimpulan)

Data display yang telah didukung oleh data-data yang baik, dapat dijadikan

kesimpulan yang kredibel. Jika belum memberikan kesimpulan yang

berarti, maka perlu mencari data-data yang terkait dengan kekurangan data

mana yang masih belum terpenuhi. Proses ini berlangsung berulang-ulang

hingga sampai pada penarikan kesimpulan yang lebih tepat.

Dari hasil analisis tersebut, dilengkapi dengan studi literatur, dan

digunakan sebagai dasar dari perumusan draf model peberdayaan masyarakat

dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas. Draf model

pemberdayaan tersebut kemudian mengalami pengembangan melalui FGD

dan pada hasil akhir dari FGD, model tersebut divalidasi melalui expert

judgement. Pakar yang dimintai penilaiannya tentang model hasil

pengembangan dari FGD tersebut terdiri dari dua orang pakar pendidikan

kebutuhan khusus dan dua orang pakar pemberdayaan masyarakat. Kemudian

model tersebut direvisi berdasarkan penilaian dan saran para pakar tersebut.

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pada tahap pertama studi

pendahuluan dan tahap uji keterlaksanaan model yang dilakukan terhadap

informan penelitian yaitu perwakilan aparat desa, kelompok, keluarga dan

masyarakat desa salah satunya ada menggunakan teknik pengumpulan data

berupa kuesioner, yang mana dalam kuesioner tersebut dihasilkan skor berupa

nilai-nilai angka dan akan dianalisis menggunakan kualitatif.

Kuesioner pada tahap studi pendahuluan menggunakan skor dari 1

sampai 3. Nilai 1 jika kenyataan dan opini dalam kriteria yang kurang

diharapkan, nilai 2 jika kenyataan dan opini dalam kriteria yang cukup

diarapkan dan nilai 3 yaitu nilai tertinggi jika kenyataan dan opini dalam

(28)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dianalisis menggunakan analisis kualitatif yang dideskripsikan secara detil

(29)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Secara umum penelitian ini telah mencapai tujuan akhirnya, yaitu

menemukan suatu model pemberdayaan masyarakat yang aplikatif untuk

meningkatkan keberdayaan masyarakat sehingga kebutuhan pendidikan anak

dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana Kecamatan Ciparay Kabupaten

Bandung dapat terpenuhi. Model tersebut didasarkan pada temuan obyektif di

lapangan dan kajian konseptual. Berdasarkan permasalahan dan tujuan

penelitian, dikaitkan dengan hasil penelitian dan pembahasannya maka

secara garis besar dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi Objektif

Gambaran kondisi objektif pemenuhan kebutuhan pendidikan anak

dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana sebelum dilakukan implementasi

model pemberdayaan masyarakat, yaitu diketahui bahwa hampir sebagian

besar anak dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana tidak mendapatkan

pendidikan yang layak. Hal ini dikarenakan pada umumnya keluarga anak

dengan disabilitas berada pada kondisi ekonomi yang terbatas, akses menuju

sekolah cukup jauh, ditambah dengan keterbatasan pengetahuan, pemahaman

dan minimnya informasi menyebabkan terkendalanya keluarga dalam

menangani anak dengan disabilitas dan membuat keluarga hanya merawat

anak seadanya di rumah.

Minimnya informasi dan pengetahuan, mengakibatkan keluarga tidak

memiliki kemampuan dalam melakukan upaya-upaya pemenuhan kebutuhan

pendidikan serta pelatihan keterampilan secara baik dan berkelanjutan

(30)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

menjamin, melindungi serta menyediakan pelayanan sosial dasar bagi

seluruh warganya termasuk penyandang disabilitas. Pelayanan dasar tersebut

di antaranya adalah pelayanan akan kebutuhan pendidikan.

Di saat yang sama, keluarga dan masyarakat juga memiliki tanggung

jawab yang relatif serupa. Perspektif ekologis meyakini bahwa keluarga,

pihak sekolah, pemerintah desa, masyarakat sekitar serta masyarakat dalam

artian luas merupakan unsur-unsur yang berpengaruh besar bagi anak.

Berdasarkan data faktual dan kondisi empirik di lapangan kemudian peneliti

membuat model pemberdayaan masyarakat dengan tujuan membuat

masyarakat di Desa Mekarlaksana menjadi berdaya dalam melakukan upaya

pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas.

2. Rumusan Model

Model konseptual pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan

pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas di Desa

Mekarlaksana dikembangkan untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat

agar pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disababilitas di Desa

Mekarlaksana dapat terpenuhi. Komponen dari model pemberdayaan ini

mencakup: rasional, tujuan, komponen pemberdayaan, langkah-langkah

pemberdayaan, struktur dan isi pemberdayaan, program pemberdayaan,

evaluasi dan indikator keberhasilan. Kerjasama antara peneliti dan

masyarakat Desa Mekarlaksana yang dilakukan dalam pembuatan dan

pengembangan model telah memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam

menguatkan kelayakan model.

3. Model Pemberdayaan Masyarakat

Model pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan dapat

diimplementasikan dalam meningkatkan keberdayaan masyarakat sehingga

(31)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung dapat terpenuhi. Model ini telah

teruji kelayakannya melalui uji keterlaksanaan model di lapangan. Model

pemberdayaan yang dikembangkan telah menghasilkan dampak positif

terhadap lingkungan masyarakat Desa Mekarlaksana dan berdampak positif

terhadap pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas di desa.

Sehingga dapat dikatakan bahwa model yang ditemukan adalah aplikatif.

Model pemberdayaan masyarakat ini telah memberikan perubahan dan

dampak yang besar serta berkelanjutan bagi pemenuhan kebutuhan

pendidikan anak dengan disabilitas di daerah pedesaan, khususnya di Desa

Mekarlaksana. Model ini diyakini dapat diterapkan di tempat-tempat lain

yang memiliki karakteristik hampir serupa dengan lokasi penelitian. Sesuai

dengan filosofi pemberdayaan masyarakat, masyarakat tidak hanya menjadi

objek tetapi juga menjadi pelaku dari perbahan-perubahan yang dilakukan

melalui diterapkannya model pemberdayaan ini.

Beberapa perubahan yang diketahui telah terjadi pada masyarakat di

Desa Mekarlaksana, diantaranya yaitu: meningkatnya pemahaman

masyarakat terkait dengan jenis disabilitas, karakteristik dan

kebutuhan-kebutuhan anak dengan disabilitas, masyarakat memiliki kesadaran akan

perlunya penanganan khusus dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan anak

dengan disabilitas, munculnya kepedulian masyarakat untuk bergerak dan

membuat suatu perencanaan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pendidikan

anak dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana diantaranya masyarakat

menyediakan akses sekolah yang ramah, membuat kelompok belajar dan

melakukan kunjungan ke rumah anak secara rutin, masyarakat khususnya

RBM dapat melakukan identifikasi, asesmen dan intervensi terkait dengan

pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan disabilitas di Desa

Mekarlaksana, keluarga mulai menyadari pentingnya pendidikan bagi anak

(32)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat, dan pemerintah mulai

tersadarkan mengenai hak anak dengan disabilitas dalam mengases

pendidikan serta turut mendukung dalam pelaksanaan dan pengembangan

kegiatan-kegiatan berikutnya.

Dampak positif yang dirasakan oleh anak dengan disabilitas di Desa

Mekarlaksana saat ini yaitu mereka sudah dapat mengakses pendidikan yang

lebih layak. Anak disabilitas yang ada di Desa Mekarlaksana dapat

terakomodasi mengikuti pelayanan pendidikan baik formal, informal dan

nonformal, diantaranya yaitu: anak disabilitas mendapat pendidikan yang

layak dari keluarga. Hal tersebut dibuktikan dengan keluarga yang semakin

menyadari bahwa pendidikan merupakan hal yang penting bagi anak dan

orangtua mulai memilliki keinginan untuk menyekolahkan anaknya. Selain

itu juga orangtua mulai tahu, faham dan memiliki keterampilan dalam

mendidik anak.

Anak dengan disabilitas memiliki kesempatan yang terbuka untuk dapat

sekolah di sekolah yang dekat dengan rumah serta mendapat pelayanan

pendidikan yang lebih sesuai dengan kebutuhannya dari sekolah, tersedianya

akses belajar di masyarakat seperti kelompok belajar masyarakat, yang

melakukan kunjungan setiap minggu ke rumah anak. Tersedianya sarana

pendukung belajar di sekolah yang lebih baik. Mulai adanya informasi dari

pemerintah mengenai tersedianya dukungan dana dan program serta adanya

dukungan bantuan lain dari pihak luar.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil implementasi dari model pemberdayaan masyarakat

dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak dengan

disabilitas di Desa Mekarlaksana Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung,

(33)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

perlu mendapat perhatian untuk perbaikan dalam peningkatan kualitas

praktek. Hal-hal yang menjadi rekomendasi adalah sebagai berikut:

1. Bagi semua pihak serta peneliti selanjutnya

Model dalam penelitian ini dapat diaplikasikan di lokasi / desa lain

namun dengan catatan harus mempunyai karekteristik yang hampir serupa

dalam berbagai aspek di masyarakat, karena penelitian ini tidak dapat

digeneralisasikan pada tempat dengan karakteristik masyarakat yang berbeda

dengan tempat penelitian. Peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya agar

dapat menciptakan kembali gagasan-gagasan yang lebih baik untuk

kepentingan pelayanan dan perlindungan terhadap anak dengan disabilitas.

Dengan demikian akan semakin banyak permasalahan yang terbantu dengan

dorongan atau dukungan yang digerakkan selama penelitian berjalan.

2. Bagi keluarga anak dengan disabilitas di Desa Mekarlaksana

Anak sebagai generasi penerus masa depan sebuah keluarga dan bangsa

menuju kemajuan yang lebih baik. Anak dengan disabilitas memiliki hak dan

kebutuhan yang sama yang harus dipenuhi. Bukan satu hal yang tidak

mungkin bagi anak dengan diasabilitas tidak bisa mengembangkan potensi

bakat dan minat yang ada dalam dirinya sehingga mereka bisa tumbuh dan

berkembang menjadi anak-anak bangsa yang cerdas, berkualitas dan terasah

potensinya.

Terus berusaha mengembangkan potensi yang ada merupakan satu

pijakan untuk mencapai titik keberhasilan sehingga mereka bisa menata

kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Perlu adanya

pendampingan bagi anak-anak tersebut sehingga mereka dapat melakukan

pengembangan kreatifitasnya secara terarah. Pentingnya pengawasan untuk

anak-anak tersebut sehingga mereka merasa terlindungi. Anak harus sering

berbaur dan berinteraksi sosial dengan lingkungan di sekitarnya sehingga

(34)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3. Bagi anggota / Kader Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM)

Pembinaan bagi orang tua anak dengan disabilitas perlu terus dilakukan

sehingga orang tua mampu memahami masalah dan kebutuhan anak-anak

mereka. Parenting skill untuk orang tua anak dengan disabilitas harus secara

rutin dilakukan baik oleh pengurus RBM ataupun dengan mendatangkan

narasumber ahli untuk memberikan pembelajaran bagi mereka.

Orang tua anak dengan disabilitas ataupun keluarganya memerlukan

pendampingan sehingga setelah kegiatan penelitian ini berakhir kegiatan,

mereka tetap dapat berjalan seperti yang sudah dilakukan bersama peneliti.

Peneliti berharap orang tua anak dengan disabilitas memiliki bekal

pemahaman yang cukup untuk menjaga dan meningkatkan taraf

kesejahteraan mereka.

Kekompakan dan kebersamaan diantara orang tua anak dengan

disabilitas perlu terus dilakukan sehingga mereka bisa saling bertukar pikiran

dan memiliki pemahaman tentang perawatan anak-anak mereka dikemudian

hari. Orang tua tidak lagi dihadapkan pada satu dilema ketika memiliki anak

dengan disabilitas. Mereka dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan

lingkungan sekitarnya tanpa ada lagi perasaan malu bahkan menutup diri

dengan lingkungan sosialnya.

Pengembangan RBM tidak hanya berhenti sampai disini, namun harus

terus digali gagasan-gagasan dari pengurus dan anggota maupun masyarakat

menjadi sebuah tindakan nyata bagi kelompok sehingga apa yang menjadi

tujuan kelompok dapat tercapai. Inisiatif dan kemauan dari para pengurus

menjadi kunci utama agar RBM dapat menjalankan perannya di masyarakat.

Keberlanjutan RBM dipengaruhi oleh pengembangan RBM yang fleksibel

dalam menyesuaikan dengan keadaan lingkungan yang ada dan terus

(35)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Hal-hal yang menjadi ciri-ciri kelemahan RBM yang belum menjadi

prioritas pada waktu penelitian ini agar dapat tindaklanjuti dengan

kegiatan-kegiatan sehingga kapasitas RBM menjadi lebih meningkat lagi. Kader RBM

diharapkan tetap menjalin komunikasi dan koordinasi diantara satu dan

lainnya, terus membina rasa memiliki terhadap kelompok, menjaga nilai

kekeluargaan dan kerjasama kelompok dengan kegiatan yang bermanfaat

untuk masyarakat, tetap mengembangkan kegiatan yang terus berlanjut, tetap

mengembangan hubungan baik dengan pihak lain, tetap berkoordinasi

dengan Pemerintah Desa Mekarlaksana dan pemeliharaan terhadap program

terus tersampaikan.

4. Bagi Masyarakat Desa Mekarlaksana

Masyarakat diharapkan dapat lebih peduli terhadap kondisi yang

dialami oleh anak dengan disabilitas dan keluarganya. Dukungan dan peran

serta masyarakat dalam hal ini sangat besar sekali pengaruhnya sehingga

mereka dapat berkontribusi secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang

dilakukan untuk peningkatan pendidikan anak dengan disabilitas yang ada di

Desa Mekarlaksana. Stigma buruk di masyarakat tentang keberadaan anak

dengan disabilitas bukan lagi dijadikan sebuah alasan bagi mereka untuk

tidak memiliki kepedulian terhadap sesama.

5. Bagi Pemerintah Desa Mekarlaksana

RBM yang ada di Desa Mekarlaksana memerlukan dukungan dan

pendampingan dari pemerintahan desa setempat sehingga mampu menunjang

keberhasilan pengembangan RBM. RBM sudah banyak memberikan

kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan anak dengan disabilitas dan

keluarganya di wilayah Desa Mekarlaksana. Pemerintah Desa Mekarlaksana

diharapkan dapat mengalokasikan dana anggaran desa untuk kegiatan RBM,

melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap RBM yang ada di Desa

(36)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

koordinasi dan kolaborasi dengan instansi yang lebih tinggi seperti

kecamatan, pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi dalam mendukung

keberadaan organisasi lokal yang memiliki kepedulian terhadap anak dengan

disabilitas agar mendapatkan perhatian.

Hal lain yang perlu dikembangkan oleh pemerinthan Desa yaitu

berperan serta dalam melakukan jejaring dengan CSR atau dunia usaha

sebagai bentuk dukungan keberadaan organisasi lokal yang memiliki

kepedulian terhadap pemenuhan pendidikan anak dengan disabilitas.

Pemerintah Desa juga diharapkan mampu menghimbau dan mengajak kepada

masyarakat di Desa Mekarlaksana agar berperan serta untuk memberikan

perlindungan dan perhatian kepada anak dengan disabilitas sehingga mampu

mencapai tingkat kesejahteraannya

6. Bagi instansi terkait

Keberadaan RBM sebagai wadah apreasiasi masyarakat dalam upaya

peningkatan pemenuan kebutuhan anak dengan disabilitas pada waktu

penelitian menunjukkan adanya peningkatan, namun tetap tidak dapat

menjalankan sendiri dalam mengembangkan RBM untuk dapat melakukan

kegiatan terkait dengan pemenuhan kebutuhan pendidikan anak dengan

disabilitas secara berkelanjutan. Sehubungan hal tersebut perlu mendapat

perhatian dan dukungan dari pemerintah melalui instansi seperti Dinas sosial

Kabupaten Bandung, Dinas sosial Propinsi Jawa Barat agar RBM yang ada di

Desa Mekarlaksana mampu untuk melaksanakan kegiatan yang

berkelanjutan.

Instansi terkait tersebut diharapkan mampu melakukan pembinaan dan

pengawasan secara berkesinambungan sehingga RBM yang ada mampu

berdiri menjadi organisasi yang lebih kuat dan kokoh dalam melaksanakan

(37)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

masyarakat terutama penyandang disabilitas dan keluarganya sehingga

(38)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Adi, I. R. (2008). Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.

Alimin, Z. (2007). Modul Hambatan Belajar dan Perkembangan 1. Bandung: Pascasarjana Prodi Pendidikan Kebutuhan Khusus UPI.

Andayani, R. H. R. (2011). Dukungan Sosial Masyarakat dalam Mempengaruhi Perkembangan Anak Disabilitas Fisik. Child Poverty and Social Protection Confer ence.

Burton, J. K., and Merrill, P. F. (1991). Needs Assessment: Goal, Needs and Priorities. In L. J. Briggs, K. L. Gustafson, & Tillman, M. H. (Eds.), Instructional design principles and applications (pp. 17-43). Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications.

Blok, W. (1950). Core Social Work: International Theory, Values and Practice. London: Jessica Kingsley Publishers.

Chamber, R. (1996). Participatory Rural Appraisal, Memahami Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius.

Darkenwald, G. & Merriam, S.B. (1992). Adult Education Foundation of Practice. New York: Harper and Row, Publisher.

Drost, S.J.J.I.G. (1998). Sekolah, Mengajar atau Mendidik, Yogyakarta. Kanisius.

DuBois, B. and Miley, K. (2005). Social work an empowering profession. USA. Pearson Education, Inc.

Gerungan, W. A. (1997). Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.

Hanvey, L. (2002). Children with disabilities and their families in Canada.www.nationalchildrensalliance.com/nca/pubs/2002/hanvey02

Hurlock, E. B. (1997). Developmental psycology a life span approach. Fifth edition. McGraw Hill, Inc.

(39)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

family professionals working with parents of individuals with multiple disabilities. The familyJournal : Counseling and Therapy for Couples and Families, 11 (3), 239-247.

Huraerah, A. (2007). Pengorganisasian & Pengembangan Masyarakat, Model & Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Bandung: Humaniora.

Ife. J dan Tesoriero. F. (2008). Community Development (Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ihejirika, C. (2012). “The Role of Out-of-School Education in Empowerment of Rural Adults in Etche Ethnic Nationality for Community Development”.

International Journal of Learning & Development. 2, (2), 133-143.

IMR. (2012, 10 Juli). Orang Dengan Kecacatan Harus Dijamin Hak Pilihnya.

Sindo Radio [Online]. Tersedia:

http://sindoradio.com/news/detail/1879/orang-dengan-kecacatan-harus-dijamin-hak-pilihnya. [12 Januari 2013].

Indriani, R. (2012, 10 Juli). 9 Provinsi Miliki Penyandang Cacat Terbanyak. Berita Satu [Online]. Tersedia: http://www.beritasatu.com/news/59076-9-provinsi-miliki-penyandang-cacat-terbanyak.html. [12 Januari 2013].

Janene B. (2002). Disability in Indonesia : life is challenging for people with disabilities in Indonesia. Copyright 1996-2009 © Inside Indonesia

Marchant R. (2001).Working with disabled children. In: Foley P., Roche J.,

Tucker S., editors. Children in Society: Contemporary Theory, Policy and Practice. Basingstoke: Palgrave in association with Open University Press.

Moorris, W. (2006). The American Heritage Dictionary. [Online]. Tersedia di: http://www.americanheritageamish.com.html. [Diakses 12 Februari 2014].

McClelland, D & Winter, D.G. (1991). Motivating Economic Achievement. New York: The Macmillan Publishing Co.Inc.

Nawir. (2009). Expose Data Penyandang Cacat Berdasarkan Klasifikasi ICF

Tahun 2009. [Online]. Tersedia:

(40)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Newman, B. M and Philip, R. (2006). Development through life. Ninth ed. USA. Thomson Wadsworth.

Paul, S. (1987). Community Participation in Development Project. New York: World Bank.

Rothman, J. (2003). Social work practice across disability. Pearson education.

Rutter, M. (1993). Developing minds : challenge and continuity across the life span. Penguin Books, Harmondsworth.

Santrock. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.

Santosa, R. (2011). “Transformasi Sosial Di Pedesaan: Studi Fenomenologis

Proses Pendidikan Dan Pemberdayaan Masyarakat”. Jurnal Kependidikan.

41, 1-16.

Sarafino, E. P. (2001). Health psychology : Bio-Psychosocial Interaction. New York

S. Prijono Onny, Pranarka A.M.W. (1996). Pemberdayaan: konsep, kebijakan, dan implementasi. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies.

Soetarso. (1991). Praktek Pekerjaan Sosial dalam Pembangunan Masyarakat. Bandung: KOPMA STKS.

Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung. PT. Refika Aditama.

Sonowal, M. (2013). “Impact of Education in Women Empowerment: A Case Study of SC and ST women of Sonitpur District, Assam”. Ijcaes Special Issue On Basic, Applied & Social Science. 3, 27-33.

Sugiyono. (2011). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suharto, E. (2010). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika Aditama.

(41)

Ranti Novianti, 2014

PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDESAAN UNTUK MENINGKATKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK DENGAN DISABILITAS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pembangunan Manusia Indonesia. Jakarta: Kompas.

UN ESCAP (2002), Disability and the Biwako Millenium Framework for Action. Wesscot & Cross. (1996). The abuse of disabled children. Journal of Child Psychology and Psychiatry (1999), 40: 497-506

Wesscot & Cross. (1996). The abuse of disabled children. Journal of Child Psychology and Psychiatry (1999), 40: 497-506.

Gambar

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Analisis Dokumen
Tabel 3.4

Referensi

Dokumen terkait

Objektif utama kajian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang: (1) permasalahan dan keperluan warga tua untuk meningkatkan tahap berdikari mereka; (2) program

Peran Ibu Rumah Tangga Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga (Suatu Kajian Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan Anak, Di Desa Bejen Kecamatan Bejen Kabupaten Temanggung..

Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut di atas, maka tanggung jawab sosialisasi dan pendidikan pemilih bagi penyandang disabilitas menjadi beban bagi penyelenggara

Pemerintah dan masyarakat dapat memperkuat upaya perlindungan hak-hak penyandang disabilitas dengan mengadopsi perspektif Sila Kelima Pancasila. Sebab, prinsip keadilan sosial menjadi landasan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh negara Indonesia. Semangat keadilan sosial dalam penerapan nilai-nilai Pancasila tercermin dalam kesetaraan, pengakuan hak, dan partisipasi penuh penyandang disabilitas di segala bidang kehidupan. Dalam perspektif Sila Kelima Pancasila, sekolah inklusif berfungsi sebagai sarana untuk mengamalkan prinsip keadilan sosial dan memberikan layanan pendidikan kepada anak penyandang disabilitas, tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, atau lainnya. Gagasan ini menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas pendidikan yang bebas dari diskriminasi. Pembelajaran, pengajaran, kurikulum, sarana dan prasarana, serta sistem penilaian, semuanya diciptakan dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusi. Hal ini untuk memastikan mereka dapat menyesuaikan diri dan mendapatkan pendidikan terbaik berdasarkan kemampuan unik mereka. Sekolah inklusif tidak hanya memperhatikan berbagai keadaan siswanya, tetapi juga memperlakukan mereka dengan layak, memperhatikan minat, jiwa, serta aspek masyarakat dengan segala kreatifitas, empati, dan pemberdayaan