• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Work Engagement pada Dosen Pengajar KBK Fakultas Psikologi Universitas "X" di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Work Engagement pada Dosen Pengajar KBK Fakultas Psikologi Universitas "X" di Kota Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

viii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penellitian ini berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Work Engagement pada Dosen Pengajar KBK Fakultas Psikologi Universitas “X” di Kota Bandung”. Tujuannya adalah memperoleh gambaran mengenai work engagement dari ketiga aspek yaitu vigor, dedcation, dan absorption pada dosen pengajar

kurikulum KBK di fakultas psikologi Universitas “X” di Kota Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei. Sampel yang memenuhi karakteristik penelitian ini berjumlah 37 orang.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dimodifikasi dari alat ukur UWES yang dibuat oleh Schaufeli dan Bakker pada tahun 2003. Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan rumus Rank Spearman dan realibilitas dengan menggunakan rumus Alpha Croncbach, diperoleh 16 item valid, dengan validitas berkisar 0,349-0,812 dan realibiltas 0,794.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa 51,4% dari responden memiliki derajat Work Engagement yang tinggi, dan 48,6% lainnya memiliki tingkat Work Engagement yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa 51,4% dosen pengajar kurikulum KBK di fakultas psikologi Universitas “X” sudah memiliki penghayatan positif dan rasa terpenuhi pada pekerjaan mereka sebagai dosen pengajar KBK, dan 48,6% dosen pengajar kurikulum KBK di

fakultas psikologi Universitas “X” tidak memiliki penghayatan positif dan rasa terpenuhi pada pekerjaan mereka sebagai dosen pengajar KBK.

Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian lebih dalam lagi antara Work Engagement dengan Job Demands, Job Resources, dan Personal Resources. Bagi fakultas psikologi Universitas “X” disarankan memfasilitasi pendalaman materi yang diajarkan melalui pelatihan atau diskusi, dengan melibatkan seluruh dosen pengajar pada setiap mata kuliah KBK.

(2)

ix Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

This research entitled “A Descriptive Study of Work Engagement in Competence Based Curriculum College Lecturers of Faculty of Psychology “X” University in Bandung”. The purpose of this research is to know the illustration of Work Engagement from the three aspects, which is vigor, dedication, and absorption; in competence based curriculum college lecturers of faculty of psychology “X” University in Bandung. A descriptive method using survey technique is used for the research framework. There are 37 people who fulfill the characteristic of this research and they are chosen to be the samples.

The modified UWES measuring tool by Schaufeli and Bakker in 2003 is used as primary questionnaire measuring tool. Based on the validity test using

Rank Spearman’s formula and reliability test using Alpha Croncbach’s formula,

16 items are found valid between 0.349 – 0.812 validity and 0.794 reliability. The conclusion based on the result of the research is that 51.4% of the respondent have high level of Work Engagement and 48.6% of the respondent have low level of Work Engagement. It shows that 51.4% of faculty of psychology competence based curriculum college lecturers of “X” University experience a positive, fulfilling, work-related state of mind for their job as college lecturer, in the other hand the 48.6% of faculty of psychology competence based curriculum collage lecturers of “X” University do not experience a positive, fulfilling, work-related state of mind for their job as college lecturer.

The advice for the next research is to do a deeper analysis about between Work Engagement and Job Demands, Job Resources, and Personal Resources.

The faculty of psychology of “X” University is suggested to facilitate the deepening of lecture material through training or discussion forum,by involving the entire lecturer on the competence based curriculum subject.

(3)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan...ii

Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian...iii

Pernyataan Publikasi Laporan...iv

Kata Pengantar...v

Abstrak...viii

Abstract...ix

Daftar Isi...x

Daftar Bagan...xiv

Daftar Tabel...xv

Daftar Lampiran...xvi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Identifikasi Masalah...10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...11

1.4 Kegunaan Penelitian...11

1.4.1 Kegunaan Teoritis...11

1.4.2 Kegunaan Praktis...11

1.5 Kerangka Pemikiran...12

(4)

xi Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...20

2.1 Teori Work Engagement...21

2.1.1 Pengertian Teori Work Engagement...21

2.1.2 Work Engagement...22

2.1.3 Aspek-aspek Work Engagement...22

2.2.3.1 Vigor...22

2.2.3.2 Dedication...22

2.2.3.3 Absorption...23

2.1.4 Ciri-ciri dari Work Engagement...23

2.1.5 Faktor-faktor yang Memepengaruhi Work Engagement...24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...27

3.1 Rancangan Penelitian... ...27

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian...28

3.2.1 Variabel Penelitian...28

3.2.2 Definisi Operasional...28

3.3 Alat Ukur...29

3.3.1 Alat Ukur Work Engagement...29

3.3.2 Data Pribadi dan Data Penunjang…...31

3.3.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...31

3.3.3.1 Validitas Alat Ukur...31

3.3.3.2 Reliabilitas Alat Ukur...32

(5)

xii Universitas Kristen Maranatha

3.4.1 Populasi Sasaran...34

3.4.2 Karakteristik Sampel...34

3.5 Teknik Analisis Data...34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...36

4.1 Gambaran Umum Responden...36

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...36

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir...37

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Bekerja Sebagai Dosen...37

4.2 Gambaran Hasil Penelitian...38

4.2.1 Gambaran Derajat Work Engagement...38

4.2.2 Gambaran Derajat Aspek-Aspek Work Engagement...39

4.2.2.3 Gambaran Derajat Vigor...39

4.2.2.4 Gambaran Derajat Dedication...39

4.2.2.5 Gambaran Derajat Absoprtion...40

4.2.3 Tabulasi Silang Derajat Work Engagement dengan Aspek-Aspek Work Engagement...41

4.3 Pemabahasan...43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...51

5.1 Kesimpulan...51

5.2 Saran...52

(6)

xiii Universitas Kristen Maranatha 5.2.2 Saran Praktis...53

Daftar Pustaka... ...54

Daftar Rujukan...55

(7)

xiv Universitas Kristen Maranatha Daftar Bagan

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir...19

(8)

xv Universitas Kristen Maranatha Daftar Tabel

Tabel 3.1 Tabel Alat Ukur...29

Tabel 3.2 Tabel Bobot Penilaian...30

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...36

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir...37

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Bekerja Sebagai Dosen...37

Tabel 4.4 Gambaran Derajat Work Engagement...38

Tabel 4.5 Gambaran Derajat Vigor...39

Tabel 4.6 Gambaran Derajat Dedication...39

Tabel 4.7 Gambaran Derajat Absorption...40

Tabel 4.8 Tabulasi Silang Derajat Work Engagement dengan Vigor...41

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Derajat Work Engagement dengan Dedication...41

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Derajat Work Engagement dengan Absorption...42

(9)

xvi Universitas Kristen Maranatha Daftar Lampiran

LAMPIRAN A LETTER OF CONCENT DAN ALAT UKUR

Lampiran A.1 Kata Pengantar dan Letter of Concent

Lampiran A.2 Identitas dan Data Penunjang

Lampiran A.3 Alat Ukur Work Engagement

Lampiran A.4 Kisi-kisi Alat Ukur

LAMPIRAN B UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

Lampiran B.1 Hasil Uji Validitas

Lampiran B.2 Hasil Uji Reliabilitas

LAMPIRAN C HASIL PENELITIAN

Lampiran C.1 Hasil Penelitian Work Engagement

Lampiran C.2 Hasil Penelitian Aspek-Aspek Work Engagement

Lampiran C.2.1 Hasil Penelitian Aspek Vigor

Lampiran C.2.2 Hasil Penelitian Aspek Dedication

Lampiran C.2.3 Hasil Penelitian Aspek Absorption

Lampiran C.3 Data Demografis

Lampiran C.4 Data Penunjang

LAMPIRAN D FREKUENSI, TABULASI SILANG DATA

UTAMA-DATA PENUNJANG

Lampiran D.1 Gambaran Responden

Lampiran D.1.1 Berdasarkan Jenis Kelamin

Lampiran D.1.2 Berdasarkan Pendidikan Terakhir

(10)

xvii Universitas Kristen Maranatha Lampiran D.2 Tabulasi Silang Antara Data Demografis dengan Work

Engagement

Lampiran D.2.1 Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin dengan Work

Engagement

Lampiran D.2.2 Tabulasi Silang Antara Pendidikan Terakhir dengan

Work Engagement

Lampiran D.2.3 Tabulasi Silang Antara Lama Menjadi Dosen dengan Work Engagement

Lampiran D.2.4 Tabulasi Silang Antara Mata Kuliah KBK yang Diajar dengan Work Engagement

Lampiran D.3 Tabulasi Silang Antara Job Resources dengan Work

Engagement

Lampiran D.3.1 Tabulasi Silang Antara Autonomy dengan Work

Engagement

Lampiran D.3.2 Tabulasi Silang Antara Feedback dengan Work

Engagement

Lampiran D.3.3 Tabulasi Silang Antara Social Support dengan Work

Engagement

Lampiran D.4 Tabulasi Silang Antara Job Demands dengan Work

Engagement

Lampiran D.4.1 Tabulasi Silang Antara Work Pressure dengan Work

Engagement

Lampiran D.4.2 Tabulasi Silang Antara Mental Demands dengan

Work Engagement

Lampiran D.4.3 Tabulasi Silang Antara Emotional Demands dengan

Work Engagement

Lampiran D.4.4 Tabulasi Silang Antara Physical Demands dengan

Work Engagement

Lampiran D.5 Tabulasi Silang Antara Personal Resources dengan Work

Engagement

Lampiran D.5.1 Tabulasi Silang Antara Optimism dengan Work

Engagement

Lampiran D.5.2 Tabulasi Silang Antara Hope dengan Work

(11)

xviii Universitas Kristen Maranatha Lampiran D.5.3 Tabulasi Silang Antara Resiliency dengan Work

Engagement

(12)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada tahun 2000, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional

mengeluarkan Kepmendiknas no.232/U/2000, yang menyatakan bahwa

Kepmendikbud no.056/U/1994 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum

Pendidikan Tinggi Dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa sudah tidak berlaku

dan pembuatan Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan

Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa yang baru akan diserahkan kepada perguruan

tinggi. Hal ini kemudian diperkuat dengan Kepmendiknas no.045/U/2002 yang

menyatakan perubahan dalam kurikulum inti pendidikan tinggi dan UU no.20

Tahun 2003 pasal 38 ayat 3 dan 4 yang menyatakan bahwa kurikulum; baik

kerangka dasar maupun struktur kurikulum; dikembangkan oleh perguruan tinggi

dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Oleh karena itu, Dinas

Pendidikan Tinggi (Dikti) mengarahkan agar kurikulum perguruan tinggi

dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi, sehingga diresmikan sebuah

kurikulum baru yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK untuk perguruan

tinggi (www.dikti.go.id).

Perguruan-perguruan tinggi di Indonesia; baik perguruan tinggi negeri

maupun swasta; diharapkan untuk segera mulai mengimplementasikan kurikulum

(13)

2

Universitas Kristen Maranatha belum semua perguruan tinggi di Indonesia menerapkan kurikulum KBK, hanya

beberapa perguruan tinggi yang telah mengubah kurikulum yang mereka gunakan

sebelumnya dengan kurikulum KBK. Salah satu perguruan tinggi yang telah

menerapkan kurikulum KBK adalah Universitas “X” di Kota Bandung, dan

fakultas pertama yang telah menerapkan kurikulum KBK di Universitas “X”

adalah fakultas kedokteran pada tahun ajaran 2006/2007. Peraturan Pemerintah

no.17 Tahun 2010 semakin memperkuat fakultas psikologi Universitas “X” untuk

menggunakan kurikulum KBK, sehingga pada tahun ajaran 2013/2014 fakultas

psikologi Universitas “X” resmi menggunakan kurikulum KBK.

Fakultas psikologi Universitas “X” mulai menyusun kurikulum KBK dan

penyusunan dilakukan oleh tim penyusun kurikulum KBK, yang terdiri dari

beberapa dosen dan pembantu dekan. Persiapan ini menjadi tantangan bagi tim

penyusun kurikulum untuk membentuk dan menghasilkan kurikulum yang

mampu memberikan pengetahuan yang komprehensif bagi mahasiswa sehingga

mahasiswa mampu mencapai kompetensi, yaitu dapat menerapkan pengetahuan

yang telah diperoleh dalam membahas perilaku manusia, tidak hanya sebatas

informasi saja. Setelah melakukan persiapan selama kurang lebih 1 tahun,

dihasilkanlah kurikulum KBK di fakultas psikologi Universitas “X”.

Kurikulum KBK menentukan setiap mata kuliah yang akan dikontrak oleh

mahasiswa setiap semesternya hingga semester 8, sehingga mahasiswa tidak dapat

bebas mengontrak mata kuliah sesuai keinginan. Penentuan mata kuliah yang akan

dikontrak mahasiswa setiap semester telah disusun sedemikian rupa sehingga

(14)

3

Universitas Kristen Maranatha dasar hingga pengetahuan yang kompleks tentang ilmu psikologi, bahkan

keterampilan dalam mengaplikasikan ilmu tersebut. Selain itu, penentuan ini dapat

membuat mahasiswa lebih cepat dan tepat waktu dalam menyelesaikan studi

mereka.

Pada umumnya, mata kuliah di kurikulum KBK terdiri dari beberapa

modul, dimana modul-modul tersebut berisi bagian-bagian materi yang

merupakan mata kuliah pada kurikulum lama, misalnya mata kuliah Psikologi

Dasar di kurikulum KBK terdiri dari modul Psikologi Umum I, Psikologi Umum

II dan Psikologi Eksperimen yang merupakan mata kuliah terpisah pada

kurikulum sebelumnya. Modul-modul ini terdiri dari 2 tipe modul, yaitu modul A

untuk materi yang bersifat teoritik dan modul B untuk materi yang bersifat

praktikum. Hal ini menjadikan materi yang diberikan kepada mahasiswa cukup

padat, namun juga komprehensif dalam satu mata kuliah.

Setiap mata kuliah di kurikulum KBK juga dipersiapkan oleh satu tim

dosen, dimana tim dosen akan bertugas untuk mempersiapkan dengan matang

sekaligus mengajarkan materi-materi yang akan disampaikan dalam setiap modul,

maupun setiap pertemuan di kelas. Oleh karena itu tim dosen perlu untuk

melakukan rapat sebelum, selama dan setelah kegiatan akademik satu semester

berlangsung. Tim dosen melakukan rapat sebelum kegiatan akademik satu

semseter berlangsung untuk menyusun materi secara keseluruhan yang akan

disampaikan agar komprehensif dari awal hingga akhir semester, mempersiapkan

tugas-tugas yang akan diberikan agar dapat membantu mahasiswa memahami

(15)

4

Universitas Kristen Maranatha mengukur apakah mahasiswa telah mampu mencapai tujuan pembelajaran.

Selama kegiatan akademik berlangsung juga, tim dosen melakukan rapat secara

rutin untuk membahas lebih detil mengenai persiapan dan penyampaian materi

untuk setiap modul maupun setiap pertemuan. Setelah kegiatan akademik satu

semester selesai, tim dosen akan melakukan evaluasi sehingga dapat memperbaiki

kekurangan di semester tersebut pada semester berikutnya.

Tim dosen yang terdiri dari dosen-dosen pengajar, diharapkan mampu

menjadi fasilitator bagi mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan selama proses

belajar mengajar dan tidak lagi menjadi pusat dari proses belajar mengajar.

Mahasiswa yang menjadi pusat dari proses belajar mengajar sehingga

pengetahuan yang diperoleh merupakan hasil dari keaktifan mahasiswa dalam

mencari informasi, bukan hasil dari kerja keras dosen untuk memberikan materi

ajar. Hal ini menantang dosen-dosen pengajar untuk mempersiapkan diri untuk

menjadi sumber dari informasi, dimana dosen perlu untuk memperluas

pengetahuan dengan membaca lebih banyak referensi, jurnal-jurnal terbaru,

mencari sumber-sumber di internet, dan berdiskusi dengan dosen pengajar lainnya

sehingga seringkali dosen-dosen meluangkan waktu datang lebih pagi sebelum

perkuliahan dimulai untuk berdiskusi dan bertukar informasi mengenai materi

yang akan disampaikan saat mengajar. Dosen-dosen pengajar juga ditantang untuk

bersikap terbuka, ramah, memiliki kedekatan dengan mahasiswa, sehingga

mahasiswa tidak sungkan untuk bertanya dan mencari informasi dari dosen-dosen

(16)

5

Universitas Kristen Maranatha Kurikulum KBK juga menggunakan metode diskusi dan presentasi,

dimana dalam satu pertemuan, mahasiswa akan mendengarkan materi yang

disampaikan oleh dosen, kemudian mahasiswa diminta untuk mencari

sumber-sumber informasi lainnya mengenai materi, mendiskusikan materi tersebut, lalu

mempresentasikan di depan kelas. Dosen yang menjadi fasilitator bagi mahasiswa

dengan sengaja akan memberikan materi yang tidak begitu mendalam sehingga

perlu dikembangkan dan diperdalam oleh mahasiswa itu sendiri melalui diskusi

dan presentasi. Saat mahasiswa mempresentasikan hasil yang telah mereka

peroleh, dosen akan memperhatikan dan memberikan umpan balik mengenai

presentasi yang mahasiswa sampaikan, dimana dosen akan memberikan masukan

mengenai sumber-sumber yang digunakan, mengoreksi apabila ada informasi atau

pemaknaan yang salah mengenai materi, melengkapi apabila ada informasi yang

belum disampaikan sehingga pengetahuan yang diperoleh mahasiswa menjadi

tepat dan lebih lengkap. Oleh karena itu, diperlukan waktu untuk kegiatan belajar

mengajar yang lebih panjang dibandingkan kurikulum sebelumnya, yaitu dimana

satu mata kuliah diselenggarakan ke dalam dua pertemuan setiap minggu dan

masing-masing pertemuan sekitar 6-8 jam.

Sistem penilaian yang digunakan pada kurikulum ini membagi penilaian

mahasiswa dari berbagai aspek, meliputi hard skill (pengetahuan) dan soft skill

(sikap) dengan penekanan pada proses dan hasil belajar yang muncul pada

perilaku mahasiswa sehingga dapat dipastikan bahwa mahasiswa telah mencapai

kompetensi yang diharapkan. Oleh karena itu, penilaian dilakukan dengan

(17)

6

Universitas Kristen Maranatha dosen pada saat proses penyampaian materi oleh dosen, diskusi, maupun saat

presentasi berlangsung sesuai dengan indikator-indikator pembelajaran yang telah

dibuat oleh tim penyusun kurikulum. Observasi yang dilakukan oleh dosen dan

asisten dosen lebih banyak menjaring penilaian mengenai soft skill dari

mahasiswa, misalnya kemampuan komunikasi, kerja sama, dll. Untuk penilaian

hard skill, dosen memberikan penilaian pada hasil presentasi yang dilakukan

setiap pertemuan, tugas-tugas yang diberikan, dan kuis mengenai materi di kelas.

Penilaian ini terus dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung pada

setiap pertemuan.

Kurikulum KBK menggunakan standar nilai kelulusan adalah huruf mutu

B (≥68) dan apabila mahasiswa gagal mencapai standar tersebut, mahasiswa akan

diberikan remedial, yaitu kesempatan untuk memperbaiki nilai yang tidak

mencapai standar kelulusan. Mahasiswa yang tidak mencapai standar nilai

kelulusan dalam suatu pertemuan langsung diberikan remedial pada pertemuan

tersebut untuk memperbaiki nilai pada pertemuan tersebut sehingga mahasiswa

dapat beberapa kali diberikan remedial selama satu semester. Hal ini menantang

dosen untuk menyelesaikan penilaian dengan cepat pada setiap pertemuan,

sehingga dapat diperoleh hasil penilaian bagi setiap mahasiswa dan dapat

diketahui siapa saja yang harus mengikuti remedial atau tidak.

Apabila setelah diberikan remedial pada pertemuan masih tidak mencapai

standar kelulusan, maka mahasiswa akan diberi remedial di akhir semester dan

apabila masih gagal, maka mahasiswa tersebut harus mengulang mata kuliah

(18)

7

Universitas Kristen Maranatha telah ditentukan oleh fakultas. Hal ini kembali menjadi tantangan bagi dosen

untuk mempersiapkan soal-soal remedial dan melakukan evaluasi sehingga

mengetahui apa yang menghambat mahasiswa KBK untuk memahami materi

yang disampaikan pada proses belajar mengajar.

Proses belajar mengajar dalam kurikulum KBK yang telah disampaikan di

atas, dihayati dosen-dosen pengajar dengan perasaan tertantang dan antusias.

Berdasarkan wawancara dengan 5 orang dosen, 4 orang (80%) diantaranya

menghayati bahwa mereka tertantang dan antusias dengan tugas-tugas sebagai

dosen pengajar KBK. Meluangkan waktu untuk memperdalam materi yang akan

disampaikan, melakukan observasi secara terus menerus dalam proses belajar

mengajar, menjaga stamina dan kestabilan emosi selama 6-8 jam, menjadi

tantangan yang ingin dihadapi dengan antusias oleh dosen pengajar KBK.

Selain persaaan tertantang dan antusias, dosen-dosen pengajar KBK juga

menghayati bahwa mereka memiliki level energi yang tinggi dalam mengajar di

kurikulum KBK. Hasil wawancara dengan 5 orang dosen yang menunjukkan

bahwa 4 orang (80%) menghayati lebih bersemangat, memiliki energi lebih saat

mengajar, dan mau untuk mengerahkan usaha dalam mengajar di kurikulum KBK.

Dosen menghayati bahwa keaktifan mahasiswa untuk bertanya, mencari informasi

kepada dosen, dan kedekatan antara dosen dengan mahasiswa membuat dosen

bersemangat, memiliki energi lebih, dan ingin memberikan usaha lebih dalam

mengajar.

Proses belajar mengajar di kurikulum KBK juga dirasakan dosen pengajar

(19)

8

Universitas Kristen Maranatha orang dosen (60%) menyatakan bahwa mereka seringkali tidak menyadari bahwa

waktu perkuliahan telah habis dan merasa waktu perkuliahan begitu cepat berlalu.

Dosen yang dituntut untuk terus menerus berkonsentrasi dalam menyampaikan

materi, mengobservasi, memberi penilaian, mengarahkan, serta menjadi

narasumber informasi, sehingga waktu terasa begitu cepat berlalu dalam

mengerjakan tugas-tugas tersebut.

Menurut Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma & Bakker (2002), hal ini

disebut sebagai work engagement. Work engagement adalah suatu keadaan mental

positif yang berhubungan dengan kesejahteraan pekerjaan dan memenuhi diri,

yang memiliki karakteristik energi yang tinggi dan kuat serta teridentifikasi dalam

satu pekerjaan (Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma & Bakker, 2002, dalam

Bakker dan Leiter 2010, h. 13). Work engagement terdiri dari 3 aspek yaitu vigor,

dedication, dan absorption.

Vigor terkait dengan level energi yang tinggi dan resiliensi mental ketika

bekerja, kemauan untuk mengerahkan usaha, serta persisten dalam menghadapi

masalah saat bekerja, sedangkan dedication terkait dengan perasaan berarti,

antusias, inspirasi, bangga, serta tertantang dalam mengerjakan suatu pekerjaan,

dan absorption terkait dengan konsentrasi yang penuh dan keasyikan dalam

bekerja hingga waktu terasa begitu cepat berlalu. Ketiga aspek ini akan saling

terkait dan menentukan tinggi rendahnya derajat work engagement seseorang

terhadap pekerjaannya.

Selain memiliki penghayatan seperti yang sudah disampaikan di atas,

(20)

9

Universitas Kristen Maranatha belajar mengajar pada kurikulum KBK. Berdasarkan hasil wawancara dengan 5

orang dosen pengajar kurikulum KBK, 3 orang (60%) menghayati adanya

tuntutan secara mental dalam mengajar kurikulum KBK, dimana memperluas

pengetahuan dan memperdalam materi dihayati memerlukan usaha lebih secara

mental. Selain itu, kelima dosen (100%) menghayati adanya tuntutan secara fisik

dalam mengajar kurikulum KBK, dimana dosen perlu meluangkan waktu untuk

rapat secara rutin, datang lebih awal untuk bertukar informasi, sistem penilaian

hardskill dan softskill membutuhkan konsentrasi yang terus menerus selama

proses pembelajaran dan waktu perkuliahan yang berkisar 6-8 jam menguras

stamina dosen pengajar KBK. Usaha untuk bersikap terbuka, ramah, memiliki

kedekatan dengan mahasiswa, terlebih apabila menghadapi mahasiswa yang

kurang kooperatif dalam proses belajar mengajar juga menjadi hambatan bagi

dosen dalam menjaga kestabilan emosi saat mengajar, sehingga 4 orang dosen

(80%) menghayati adanya tuntutan secara emosional. Tuntutan-tuntutan ini

disebut sebagai job demands.

Job demands dapat meningkatkan work engagement individu apabila

dihadapi dengan sikap yang positif, yaitu yakin bahwa dirinya mampu

menghadapi tuntutan tersebut, mencari berbagai alternatif untuk menghadapi

tuntutan, optimis, dan bangkit kembali apabila mengalami kegagalan. Sikap-sikap

positif ini disebut sebagai psychological capital, dimana dalam konsep JD-R

(Bakker & Demerouti, 2007) disebut juga personal resources. Selain itu,

karakteristik pekerjaan yang memberikan kemandirian, umpan balik, dukungan

(21)

10

Universitas Kristen Maranatha individu yang disebut sebagai job resources. Menurut Bakker & Demerouti

(2007), resources akan memberikan pengaruh yang lebih signifikan terhadap work

engagement apabila diperhadapkan dengan level job demands yang tinggi (Bakker

& Leiter 2010, h. 186).

Pada akhirnya, work engagement akan berpengaruh pada kinerja individu,

dimana semakin tinggi derajat work engagement yang dimiliki individu, semakin

tinggi pula kualitas pelayanan yang diberikan oleh individu tersebut (Salanova,

Agut, & Peiró, 2005) dan juga in-role performance individu tersebut (Halbesleben

& Wheeler, 2008). Selain itu, work engagement berkorelasi positif dengan

organizational commitment (Hakanen, Bakker & Schaufeli, 2006; Hakanen,

Schaufeli & Ahola, 2008) dan berkorelasi negatif dengan intention untuk turnover

(Schaufeli & Bakker, 2004), sehingga semakin tinggi derajat work engagement

individu, semakin tinggi pula komitmen terhadap organisasi dan semakin rendah

pula niat untuk berhenti dari perusahaan dimana individu tersebut bekerja.

Permasalahan mengenai karyawan yang seringkali tidak masuk tanpa

alasan juga dapat teratasi apabila karyawan memiliki work engagement yang

tinggi, karena work engagement berkorelasi negatif dengan absenteeism

(Schaufeli, Bakker & Van Rhenen, 2009). Work engagement yang tinggi juga

meningkatkan inisiatif individu, yang selanjutnya dapat mengembangkan inovasi

dalam bekerja (Hakanen, Perhoniemi, & Toppinen-Tanner, 2008).

Penelitian-penelitian di atas menunjukkan betapa pentingnya work

engagament bagi dosen pengajar KBK dan hasil wawancara menunjukkan adanya

(22)

11

Universitas Kristen Maranatha ini menyebabkan peneliti tertarik untuk mempelajari lebih mendalam mengenai

gambaran work engagement pada dosen pengajar KBK di fakultas psikologi

Universitas “X” di Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Peneilitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran work

engagement pada dosen pengajar kurikulum KBK di fakultas psikologi

Universitas “X” di Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai work

engagement pada dosen pengajar KBK di fakultas psikologi Universitas “X” di

Kota Bandung.

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai work

engagement dari ketiga aspek yaitu vigor, dedcation, dan absorption pada dosen

pengajar KBK di fakultas psikologi Universitas “X” di Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memberikan informasi mengenai Work Engagement pada bidang

Psikologi Industri Organisasi.

2. Memperkaya kajian mengenai Work Engagement.

(23)

12

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi pada dosen pengajar KBK di fakultas psikologi

Universitas “X” di Kota Bandung mengenai gambaran work engagement

yang dimilikinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh dosen pengajar dalam

rangka meningkatkan kualitas diri maupun kinerja dalam mengajar.

2. Memberikan informasi pada dekan fakultas psikologi Universitas “X” di

Kota Bandung mengenai gambaran work engagement pada dosen pengajar

KBK di fakultas psikologi Universitas “X” di Kota Bandung sehingga

dekan, pembantu dekan, dan tim penyusun kurikulum dapat mengevaluasi

kurikulum dan pelaksanaan kurikulum, serta memotivasi dosen pengajar

kurikulum KBK untuk lebih engaged dengan pekerjaannya.

1.5 Kerangka Pikir

Dosen pengajar KBK, sebagai salah satu pekerjaan, tentu memiliki

tuntutan-tuntutan dalam bekerja. Dosen pengajar KBK diberikan berbagai macam

tugas untuk mencapai standar yang telah ditentukan dalam mengajar.

Tuntutan-tuntutan ini juga disebut sebagai job demands. Job demands dosen pengajar KBK

adalah segala sesuatu dari pekerjaan sebagai dosen pengajar KBK yang secara

potensial dapat menimbulkan tekanan, dan menguras kemampuan untuk

beradaptasi yang dimiliki dosen pengajar KBK. Kurikulum KBK menuntut dosen

pengajar KBK untuk menyusun materi yang akan disampaikan secara

(24)

13

Universitas Kristen Maranatha bertukar informasi mengenai materi, berkerja 6-8 jam setiap pertemuan,

melakukan penilaian hardskill maupun softskill, memberikan masukan ataupun

arahan saat mahasiswa melakukan presentasi, memeriksa tugas-tugas yang

diberikan, dan mempersiapkan soal kuis, ujian ataupun remedial. Hal ini tentu

menjadi job demands bagi dosen pengajar KBK dalam pekerjaannya dan

menuntut dosen pengajar KBK untuk lebih banyak meluangkan waktu,

memberikan usaha dan produktivitas yang lebih, sehingga dosen pengajar KBK

dapat memberikan pengajaran yang terbaik dan berkualitas bagi mahasiswa.

Selain itu, job demands ini secara tidak langsung memberikan tuntutan

juga bagi dosen pengajar KBK secara mental, dimana dosen pengajar KBK harus

berusaha untuk terbuka terhadap informasi-informasi baru mengenai materi dan

mengingat informasi-informasi tersebut; dan secara emosional, dimana dosen

perlu bersikap terbuka, ramah, memiliki kedekatan dengan mahasiswa, terlebih

apabila menghadapi mahasiswa yang kurang kooperatif. Dosen pengajar KBK

juga dituntut untuk memiliki fisik yang bugar dan mampu menjaga kesehatan

karena dosen pengajar KBK memberi penilaian dengan sistem penilaian hardskill

dan softskill membutuhkan konsentrasi yang terus menerus selama proses

pembelajaran dan waktu perkuliahan yang berkisar 6-8 jam menguras stamina

dosen pengajar KBK.

Selain job demands, pekerjaan sebagai dosen pengajar KBK juga memiliki

job resources, dimana job resources dosen pengajar KBK didefinisikan sebagai

setiap aspek fisik, sosial, atau organisasi dimana dosen pengajar KBK mengajar,

(25)

14

Universitas Kristen Maranatha pekerjaan (job demands) dan kerugian secara fisiologis maupun psikologis ketika

mengajar, (b)berfungsi dalam mencapai tujuan saat mengajar, atau

(c)menstimulasi pertumbuhan, pembelajaran, dan pengembangan diri dosen

pengajar KBK. Job resources dosen pengajar KBK terdiri dari autonomy,

performance feedback, dan social support.

Dosen pengajar KBK diberikan kebebasan dalam mengatur cara mengajar

serta dalam mengembangkan materi yang akan disampaikan (autonomy), sehingga

dosen pengajar KBK akan merasa lebih tertantang serta antusias dalam mengajar.

Umpan balik yang diberikan oleh mahasiswa KBK maupun dekan mengenai

kinerja dosen pengajar KBK (performance feedback) juga akan mengakibatkan

dosen pengajar KBK merasa berarti dan peningkatan keyakinan akan

kemampuannya dalam mengajar ketika menjadi dosen pengajar KBK. Selain itu,

dukungan yang diperoleh dosen pengajar KBK dari dekan, rekan dosen pengajar

yang lain, maupun keluarga serta kerabat (social support), akan meningkatkan

kerelaan dosen pengajar KBK untuk lebih berusaha dan berjuang. Keyakinan

dosen pengajar KBK mengenai kemampuannya juga semakin meningkat dengan

dukungan tersebut dan dosen pengajar KBK lebih berharap akan mendapat hasil

yang baik. Seluruh resources ini akan mendukung dosen pengajar KBK menjadi

lebih yakin untuk menghadapi tuntutan-tuntutan pekerjaannya sebagai dosen

pengajar KBK.

Resources atau sumber daya yang digunakan untuk menghadapi job

demands tidak hanya berasal dari hakekat pekerjaan itu saja, namun juga dari

(26)

15

Universitas Kristen Maranatha

personal resources. Personal resources dosen pengajar KBK dibentuk dari

psychological capital dosen pengajar KBK, dimana terdiri dari self-efficacy,

optimism, hope, dan resiliency.

Dosen pengajar KBK yang yakin dengan kemampuannya untuk mengajar

pada kurikulum KBK tentu akan merasa lebih bangga dan berarti, sehingga rasa

bangga dan berarti dosen pengajar KBK tersebut (self-efficacy) meningkatkan

keyakinan untuk menghadapi tuntutan sebagai dosen pengajar KBK. Selain itu,

dosen pengajar KBK yang berharap akan mendapat hasil yang baik (optimism)

saat mengajar akan merasa lebih tertantang dan antusias. Dosen pengajar KBK

yang juga membuat perencanaan untuk mencapai tujuannya ketika mengajar dan

mengarahkan energi yang dimiliki (hope), serta mampu untuk bangkit kembali

dari kesulitan yang dialami saat mengajar (resiliency), maka dosen tersebut akan

mampu menghadapi hambatan saat mengajar kurikulum KBK sehingga menjadi

lebih yakin untuk menghadapi tuntutan dalam mengajar di kurikulum KBK.

Job resources dosen pengajar KBK dan personal resources dosen

pengajar KBK akan saling terkait dan akan saling mendukung untuk mengurangi

job demands dosen pengajar KBK, dimana job demands dosen pengajar KBK

hanya dapat dipenuhi oleh job resources dan personal resources yang dimiliki

dosen pengajar KBK (Bakker & Demerouti, 2007, 2008). Hal ini kemudian akan

menjadi faktor yang mempengaruhi terbentuknya work engagement dosen

pengajar KBK, bergantung pada seberapa mampu job demands dosen pengajar

KBK dipenuhi oleh job resources dan personal resources dosen pengajar KBK.

(27)

16

Universitas Kristen Maranatha KBK, maka akan semakin menunjang dalam mengurangi job demands dosen

pengajar KBK (Bakker & Demerouti, 2007).

Work engagement dosen pengajar KBK adalah suatu keadaan mental

positif yang berhubungan dengan kesejahteraan pekerjaan sebagai dosen pengajar

KBK dan memenuhi diri, yang memiliki karakteristik energi tinggi dan kuat dan

teridentifikasi dalam pekerjaan sebagai dosen pengajar KBK. Bakker dan Leiter

(2010) menyatakan bahwa energi dan fokus yang terdapat pada work engagement

akan memampukan dosen pengajar KBK mencapai kinerja maksimal saat

mengajar. Dosen pengajar KBK juga mendapat kapasitas dan motivasi lebih untuk

mengajar, bahkan work engagement dapat meningkatkan komitmen organisasi,

inisiatif, inovasi, dan kreativitas (Bakker & Demerouti, 2007, 2008).

Untuk mengukur work engagement dosen pengajar KBK, harus pula

diukur aspek-aspek dari work engagement itu sendiri. Work engagement terdiri

dari tiga aspek yaitu vigor, dedication dan absorption. Aspek yang pertama, yaitu

vigor, adalah tingkat energi yang tinggi dan mental yang kuat yang dimiliki oleh

dosen pengajar KBK selama mengajar, kemauan untuk menginvestasikan segala

upaya dalam mengajar, dan tetap bertahan meskipun menghadapi kesulitan dalam

mengajar. Apabila seorang dosen pengajar KBK memiliki vigor yang tinggi, maka

dosen pengajar tersebut akan bersemangat ketika mengajar, mampu menghadapi

apabila situasi di kelas tidak kondusif untuk belajar, mengupayakan segala cara

untuk melengkapi materi dan memberikan penjelasan yang mendalam mengenai

materi. Sebaliknya, apabila dosen pengajar KBK memiliki vigor yang rendah,

(28)

17

Universitas Kristen Maranatha menghadapi situasi yang tidak kondusif untuk belajar, hanya memberikan materi

dan penjelasan seadanya.

Aspek kedua, yaitu dedication, adalah keterlibatan dosen pengajar KBK

yang sangat tinggi saat mengajar dan dosen pengajar tersebut mengalami

keberartian (significance), antusiasme (enthusiasm), inspirasi (inspiration),

kebanggaan (pride), dan tantangan (challenge). Apabila dosen pengajar KBK

memiliki dedication yang tinggi, maka dosen pengajar tersebut akan antusias

untuk mengajar di kelas, memiliki banyak inspirasi dalam memberikan materi,

bangga akan pekerjaannya sebagai dosen pengajar KBK, dan merasa tertantang

dengan pekerjaannya sebagai dosen. Sebaliknya, apabila dosen pengajar KBK

memiliki dedication yang rendah, maka dosen tersebut akan malas untuk

mengajar di kelas, kurang memiliki inspirasi dalam memberikan materi, tidak

bangga akan pekerjaannya sebagai dosen pengajar KBK, dan merasa terbeban

dengan pekerjaannya sebagai dosen pengajar KBK.

Aspek ketiga, yaitu absorption, adalah dimana dosen pengajar KBK

berkonsentrasi penuh dan asyik ketika mengajar sehingga dosen pengajar KBK

merasa ketika ia mengajar waktu berlalu begitu cepat dan menemukan kesulitan

dalam memisahkan diri dengan mengajar. Apabila dosen pengajar KBK memiliki

absorption yang tinggi, maka dosen pengajar tersebut akan berkonsentrasi dan

asyik ketika mengajar, merasa waktu begitu cepat berlalu dan seringkali lupa

waktu ketika mengajar, serta sulit untuk berhenti ketika sedang menerangkan

materi. Sebaliknya, apabila dosen pengajar KBK memiliki absorption yang

(29)

18

Universitas Kristen Maranatha waktu begitu lama berlalu saat menyampaikan materi, dan tidak sulit untuk

menghentikan proses belajar mengajar ketika waktu kelas telah habis.

Vigor, dedication, dan absorption akan saling terkait dan membentuk

tinggi atau rendahnya work engagement yang dimiliki oleh dosen pengajar KBK,

sehingga tinggi atau rendahnya work engagement dosen pengajar KBK harus

dilihat melalui vigor, dedication, dan absorption secara keseluruhan. Apabila

dosen pengajar KBK bersemangat ketika mengajar, mampu menghadapi

permasalahan yang dialami dalam perkuliahan, merasa bangga dan berarti dengan

pekerjaannya, serta berkonsentrasi penuh dan merasa waktu begitu cepat berlalu

ketika mengajar, maka dosen tersebut akan semakin menikmati pekerjaannya,

merasa nyaman dengan pekerjaannya, dan tentunya engaged dengan pekerjaannya

sebagai dosen pengajar KBK. Dosen pengajar KBK yang antusias ketika mengajar

dan merasa waktu begitu cepat ketika dosen tersebut mengajar, namun tidak

bangga dan tidak merasa berarti dengan pekerjaannya sebagai dosen, akan

memiliki derajat work engagement yang lebih rendah dibandingkan dengan dosen

pengajar KBK yang antusias ketika mengajar, merasa waktu begitu cepat berlalu

ketika dosen tersebut mengajar, dan bangga serta merasa berarti dengan

pekerjaannya sebagai dosen. Bagan kerangka pemikiran dapat digambarkan

(30)

19

Universitas Kristen Maranatha 1.1 Bagan Kerangka Pikir

Dosen KBK Fakultas Psikologi Universitas “X” di kota Bandung

Work Engagement

Tinggi

Rendah

Aspek-aspek :  Vigor Dedication Absorption Job resources :

Autonomy Performance

feedback Social support Personal resources :

Self-efficacy Optimism Hope Resiliency

(31)

20

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

1. Keyakinan mendapatkan hasil yang baik dalam mengajar, keyakinan

dalam kemampuan untuk mengajar di kurikulum KBK, perencanaan untuk

mencapai tujuan pembelajaran, kemampuan untuk menghadapi masalah

atau hambatan dan bangkit kembali adalah personal resources dosen

pengajar KBK.

2. Kemandirian dalam mengajar di kurikulum KBK, umpan balik dan

dukungan dari koordinator tim dosen maupun rekan dosen adalah job

resources dosen pengajar KBK.

3. Mempersiapkan materi dan mencari informasi tambahan mengenai materi,

mengajar materi di kelas, menjadi narasumber, memberikan masukan,

arahan, penilaian, dan remedial untuk tugas, kuis, ujian dan proses belajar

mengajar mahasiswa adalah job demands dosen pengajar KBK

4. Job resources dan personal resources dosen pengajar KBK akan

mengurangi dampak dari job demands dosen pengajar KBK dan

membentuk work engagement dosen pengajar KBK.

5. Dosen pengajar KBK memiliki derajat work engagement yang

(32)

51 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

ditarik beberapa simpulan mengenai work engagement dosen pengajar KBK

Fakultas Psikologi Universitas „X‟ di Kota Bandung sebagai berikut :

1. Dosen pengajar KBK Fakultas Psikologi Universitas „X‟ di Kota

Bandung memiliki derajat work engagement yang tergolong tinggi

sebanyak 51,4 % dan yang tergolong rendah 48,6%.

2. Dosen pengajar KBK Fakultas Psikologi Universitas „X‟ di Kota

Bandung yang memiliki derajat work engagement yang tinggi, pada

umumnya memiliki derajat vigor, dedication, dan absorption yang

tinggi, sedangkan dosen pengajar KBK Fakultas Psikologi Universitas

„X‟ di Kota Bandung yang memiliki derajat work engagement rendah,

pada umumnya memiliki derajat vigor dan absorption yang rendah,

namun memiliki derajat dedication yang relatif sama jumlahnya antara

tinggi dan rendah.

3. Aspek dedication merupakan aspek yang derajatnya paling tinggi dari

seluruh dosen pengajar KBK Fakultas Psikologi Universitas „X‟ di

(33)

52

Universitas Kristen Maranatha 4. Job demands yang paling menonjol dirasakan oleh dosen pengajar

KBK adalah mental demands.

5. Job resources yang paling menonjol adalah lemahnya autonomy yang

diperoleh dosen pengajar KBK.

6. Personal resources yang paling menonjol adalah lemahnya optimism

pada dosen pengajar KBK dengan derajat work engagement yang

tergolong rendah.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

work engagement pada dosen pengajar KBK dengan menggunakan

metode kontribusi untuk memperoleh seberapa besar derajat kontribusi

aspek-aspek work engagement pada work engagement, terutama pada

dosen pengajar yang memiliki work engagement rendah.

2. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi work engagement pada dosen

pengajar KBK Fakultas Psikologi Universitas „X‟ di Kota Bandung,

sehingga dapat diperoleh data dan gambaran dinamika yang akurat

mengenai work engagement pada dosen pengajar KBK Fakultas

Psikologi Universitas „X‟ di Kota Bandung.

3. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

(34)

53

Universitas Kristen Maranatha

“X” di Kota Bandung, terutama bentuk-bentuk autonomy yang dapat

diterapkan dalam sistem pembelajaran dengan kurikulum berbasis

kompetensi.

5.2.2 Saran Praktis

1. Sehubungan dengan hampir seluruh dosen pengajar KBK merasakan

mental demands, disarankan bagi dekan dan kaprodi S1 fakultas

psikologi Universitas “X” untuk memfasilitasi pendalaman materi

yang diajarkan melalui pelatihan atau diskusi, dengan melibatkan

(35)

54

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bakker, Arnold. B., Leiter, Michael. P. 2010. Work Engagement:A Handbook of Essential Theory and Research. New York: Psychology Press.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing :Design, Analysis, and Use. USA: University of North California.

Guliford. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and education. New York : McGRAW-HILL Book Company, inc

Kumar, Ranjit. 2005. Research Methodology : A step-By-Step guide for beginners. London : Sage.

Luthan. F., Youssef, C.M., & Avolio, B.J. 2007. Psychological capital:

Developing the human competiotive edge. Oxford: Oxford University

Press.

Schaufeli, Taris & Bakker, A.B. 2006. Dr Jekyll or Mr Hyde? On The Differences

Between Work Engangement and Workaholism. USA and UK: Edward

(36)

55

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Bakker, A.B., Schaufeli, W.B., Leiter, M.P., & Taris, T.W. 2008. Work Engagement : An Emerging Concept in Occupational Health Psychology.

Journal of Work & Stress, 187-200.

Bakker, A.B. 2009. Building engagement in the workplace. Building

Engagement,8-23

Bakker, A. B, Demerouti, E. 2006. The Job Demands-Resources Model: State of The Art. Journal of Managerial Psychology. Volume 22, No. 3.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia nomor 56 tahun 1994 tentang Kurikulum Nasional 1994

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 232 tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 45 tahun 2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Hakanen, J. J., Bakker, A. B., & Schaufeli, W. B. 2006. Burnout and work

engagement among teachers. Journal of School Psychology, 43, 495-513.

Hakanen, J. J., Perhoniemi, R., & Toppinen-Tanner, S. 2008. Positive gain spirals

at work: From job resources to work engagement, personal initiative and work-unit innovativeness. Journal of Vocational Behavior, 73, 78-91.

Hakanen, J. J., Schaufeli, W. B., & Ahola, K. 2008. The job demands-resources

model: A three-year cross-lagged study of burnout, depression, commitment, and work engagement. Work & Stress, 22, 224-241.

Halbesleben, J. R. B., & Wheeler, A. R. 2008. The relative roles of engagement

and embeddedness in predicting job performance and intention to leave.

(37)

56

Universitas Kristen Maranatha Nugroho, Dwi Ari Setyo. 2012. Hubungan antara Psychological Capital dengan

Work Engagement Karyawan PT. Bank Mega Wilayah Regional Semarang. Skripsi. Semarang. Universitas Diponegoro.

Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi III Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Salanova, M., Agut, S. & Peiró, J.M. 2005. Linking organizational resources and

work engagement to employee performance and customer loyalty: The mediation of service climate. Journal of Applied Psychology, 90,

1217-1227.

Schaufeli, W. B., Bakker, A. B. & Van Rhenen, W. 2009. How changes in job

demands and resources predict burnout, work engagement, and sickness absenteeism. Journal of Organizational Behavior, 30, 893-917.

Schaufeli, W.B., & Bakker, A.B. 2004. Job demands, job resources, and their

relationship with burnout and engagement: Amulti-sample study. Journal

of Organizational Behavior, 25, 293-315.

Simbula, S. 2009. Burnout and work engagement among teachers: An application of the Job Demands-Resource Model. University Bologna.

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH..

Negara Indonesia yang terbentuk dari bersatunya masyarakat hukum adat (adatrecht gemeenschap) menjadi wilayah hukum adat (adat recht kringen),

Untuk itu, kami menyepakati untuk melakukan kesepakatan dalam perencanaan dan pelaksanaan Program Investasi Jangka Menengah Bidang PU/Cipta Karya pada tahun 2016 – 2020..

4.1.4 Unsur Lingkungan anu nyampak dina Kandaga Kecap Pakakas Tradisional di Kampung Naga ditilik tina jihat Diversity ... Patalina antara Kandaga Kecap Pakakas Tradisional anu

Pembuatan rangka meja mesin simulator bubut CNC dimulai dari penyiapan bahan, pemilihan mesin dan alat yang digunakan, langkah pengerjaan yang dilakukan, serta mencatat

Pada penelitian ini penulis mengusulkan pendekatan baru dengan mengkombinasi algoritma genetika dengan algoritma Palgunadi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan

Sebagai seorang Australia dengan latar belakang heritage Indonesia, tulislah sebuah artikel untuk majalah Indonesia yang menggambarkan tantangan yang Anda hadapi dalam upaya

dengan ini diumumkan bahwa Pemenang e-Lelang Pemilihan Langsung untuk pekerjaan tersebut di atas adalah sebagai berikut :.. NO