MEMORABLE TOURIST EXPERIENCE (MTE) DAN CUSTOMER-BASED BRAND EQUITY FOR TOURIST DESTINATION (CBBETD)
(Survei terhadap Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Manajemen Bisnis
Oleh:
YENI YUNIAWATI
0907853
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA
ANALISIS DAYA SAING BANDUNG SEBAGAI DESTINASI WISATA MELALUI
MEMORABLE TOURIST EXPERIENCE (MTE) DAN CUSTOMER-BASED BRAND EQUITY FOR TOURIST DESTINATION (CBBETD)
(Survei terhadap Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Bandung)
Tesis ini telah disetujui dan disahkan oleh:
Tim Pembimbing,
Pembimbing I,
Prof. Dr. Agus Rahayu, M.Si. NIP. 19620607 198703 1 002
Pembimbing II,
Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd., MM NIP. 19690404 199903 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Manajemen Bisnis
Sekolah Pasca Sarjana
Dr. Hj. Ratih Hurriyati., M.Si NIP. 19680225 199301 2 001
Tanggung jawab yuridis ada pada penulis
Dengan ini, saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “ Analisis Daya Saing Bandung
sebagai Destinasi Wisata melalui Memorable Tourist Experience (MTE) dan
Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)” ini beserta seluruh isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya bersedia menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian hari ada pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Maret 2013 Yang membuat pernyataan
Yeni Yuniawati 0907853, “An Analysis on Competitiveness of Bandung as a Tourist Destination through Memorable Tourist Experience (MTE) and Customer-Based Brand
Equity for Tourist Destination (CBBETD)” Supervised by Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.Si and Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd, M.M.
Competition among tourism destinations has become increasingly severe. It is a challenge for all destination managers to continuously improve their competitiveness in the form of comparative and competitive advantage. In creating a competitive destination, there are two things that must be taken into consideration, that is tourists as the driving force and the destination marketing activities as the operating key driver. The paradigm shift from delivery focus to staged experience requires tourism destinations to be able to create memorable tourist experience for their visitors, while in terms of marketing, the ability to form a strong customer-based brand equity is one of the factors that determine the success of a destination in order to stay ahead in the competition. This study is aimed to analyze the influence of memorable tourist experience (MTE) and the customer-based brand equity for tourist destination (CBBETD) to Bandung’s competitiveness as a tourism destination in the tourists’ perspective.
The method of this research is descriptive and explanatory survey with a sample size of 285 tourists from 9 destinations in Bandung. Data is collected by interviews, observations, questionnaires and the literature study and is analyzed using the Structural Equation Model (SEM) with LISREL program.
The result shows that as a destination, Bandung is considered to be able to provide memorable tourist experience (MTE) for its visitors, but the brand equity is still low. The tourists’ perception of Bandung’s competitiveness as a tourism destination is somewhat high. On the other hand, the influence of memorable tourist experience (MTE) and the customer-based brand equity for tourist destination (CBBETD) on the competitiveness of Bandung is low. It is because competitiveness is a complex issue built on a variety of other variables that are more influential which are not examined in this study.
Yeni Yuniawati 0907853, “Analisis Daya Saing Bandung sebagai Destinasi Wisata melalui Memorable Tourist Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD) (Survey terhadap wisatawan nusantara yang berkunjung ke
Bandung). Di bawah bimibingan Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.Si dan Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd, M.M.
Persaingan antar destinasi pariwisata telah menjadi semakin ketat. Hal ini menjadi tantangan bagi semua pengelola destinasi untuk terus meningkatkan keunggulan mereka yang berupa comparative dan competitive advantage. Dalam menciptakan destinasi yang berdaya saing, ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu wisatawan sebagai driving force dan kegiatan pemasaran destinasi tersebut sebagai operating key driver. Perubahan paradigma dari delivery focus menjadi staged experience menuntut destinasi untuk mampu menciptakan memorable tourist experience bagi wisatawannya, sementara dari sisi pemasaran kemampuan membentuk customer-based brand equity for tourist destination yang kuat merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu destinasi untuk tetap unggul di tengah persaingan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh memorable tourist experience (MTE) dan customer-based brand equity for tourist destination (CBBETD) terhadap daya saing Bandung sebagai destinasi pariwisata dalam persespsi wisatawan.
Metode penelitian yang digunakan adalah descriptive dan explanatory survey dengan ukuran sampel sebanyak 285 wisatawan nusantara dari 9 DTW yang tersebar di Bandung. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, angket serta studi literatur sementara tehnik analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Model (SEM) melalui program LISREL.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai destinasi, Bandung dianggap memberikan memorable tourist experience (MTE) tinggi bagi wisatawannya, akan tetapi untuk ekuitas mereknya masih dianggap rendah. Daya saing Bandung sebagai destinasi beradasarkan persepsi wisatawan adalah cukup tinggi. Sementara pengaruh memorable tourist experience (MTE) dan customer-based brand equity for tourist destination (CBBETD) terhadap daya saing Bandung secara bersama-sama adalah rendah, hal tersebut karena daya saing adalah suatu hal yang kompleks yang terbangun atas berbagai variable lain yang lebih kuat pengaruhnya dan tidak diteliti dalam penelitian ini.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ... PERNYATAAN ... ABSTRACT ... ABSTRAK ...
i ii iii iv
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... ix xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Identifikasi Masalah………... 19
1.3. Rumusan Masalah ... 20
1.4. Tujuan Penelitian ... 20
1.5. Kegunaan Penelitian ... 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 23
2.1. Kajian Pustaka ... 23
2.1.1. Memorable Tourist Experience... 34
2.1.2.1 Pengertian Tourist Experience………. 34
2.1.2.2 Pendekatan-pendekatan Studi Tourist Experience……….. 37
2.1.2.3 Dimensi-dimensi Tourist Experience……. 42
2.1.2.4 Pengertian Memorable Tourist Experience……….. 51
2.1.2.5 Dimensi dan Pengukuran Memorable Tourist Experience……… 52
2.1.2 Konsep Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination……….. 56
2.1.2.1 Destination Brand……….. 56
2.1.2.2 Brand Equty (Ekuitas Merek)…………... 63
2.1.2.3 Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)………. 69
2.1.2.4 Pengukuran-pengukuran CBBETD……… 69
2.1.3 Konsep Daya Saing Destinasi……… 75
2.1.3.1 Definisi-definisi Daya Saing Destinasi…... 75
2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Destinasi……… 78
2.1.3.3 Pendekatan-pendekatan Penelitian Daya Saing Destinasi……….. 81
2.1.3.4 Dimensi-dimensi Daya Saing Destinasi….. 82
Destinasi……… 84
2.2. Kerangka Pemikiran ... 88
2.3. Hipotesis Penelitian ... 101
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 103
3.1. Objek Penelitian ... 3.2. Metode Penelitian ... 3.2.1 Metode Penelitian dan Jenis yang Digunakan…... 3.2.2 Operasionalisasi Variabel... 3.2.3 Jenis dan Sumber Data ... 3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 103
3.2.6.1 Hasil Uji Validitas………. 122
3.2.6.2 Hasil Uji Reliabilitas………. 124
3.3 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis……….. 126
3.3.1 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian……… 126
3.3.2 Pengujian Hipotesis……….. 129 BAB
IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 4.1. Hasil Penelitian ...
4.1.1 Gambaran Umum Jenis Wisata di Bandung……. 4.1.2 Karakteristik Wisatawan dan Pengalaman
Wisatawan……….. 4.1.2.1 Karakteristik Wisatawan Wilayah
Bandung Berdasarkan jenis Kelamin…… 4.1.2.2 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan 4.1.2.6 Pengalaman Wisatawan Berdasarkan
Tujuan Berkunjung ……… 4.1.2.7 Pengalaman Wisatawan Berdasarkan
Jenis Wisata yang Dikunjungi ………… 4.1.2.8 Pengalaman Wisatawan Berdasarkan
Frekuensi Kunjungan ke Bandung….. 4.1.2.9 Pengalaman Wisatawan Berdasarkan
Waktu Kunjungan………. 4.1.2.10 Pengalaman Wisatawan Berdasarkan
Lama Kunjungan………. 4.1.2.11 Pengalaman Wisatawan Berdasarkan
Moda Transportasi Yang Digunakan…..
4.1.2.12 Pengalaman Wisatawan Berdasarkan
Tempat Menginap……… 4.1.3 Tanggapan Wisatawan terhadap Memorable
Tourist Experience……….. 4.1.3.1 Tanggapan Wisatawan terhadap Hedonism 4.1.3.2 Tanggapan Wisatawan terhadap Novelty… 4.1.3.3 Tanggapan Wisatawan terhadap Local
Culture……… 4.1.3.4 Tanggapan Wisatawan terhadap
Refreshment……… 4.1.3.5 Tanggapan Wisatawan terhadap
Meaningfulness………. 4.1.3.6 Tanggapan Wisatawan terhadap
Involvement……… 4.1.3.7 Tanggapan Wisatawan terhadap Sub
Variabel Knowledge……… 4.1.3.8 Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan
terhadap Memorable Tourist Experience 4.1.4 Tanggapan Wisatawan terhadap Customer-Based
Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD) 4.1.4.1 Tanggapan Wisatawan terhadap Sub
Variabel Awareness……… 4.1.4.2 Tanggapan Wisatawan terhadap Image… 4.1.4.3 Tanggapan Wisatawan terhadap Perceived
Quality……….. 4.1.4.4 Tanggapan Wisatawan terhadap Loyalty…. 4.1.4.5 Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan
terhadap Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)……. 4.1.5 Tanggapan Wisatawan terhadap Daya Saing
Destinasi……… 4.1.5.1 Tanggapan Wisatawan terhadap
Phisiography and Climate……….. 4.1.5.2 Tanggapan Wisatawan terhadap Culture.. 4.1.5.3 Tanggapan Wisatawan terhadap Tourism Superstructure……… 4.1.5.4 Tanggapan Wisatawan terhadap Mix of
Activities……….. 4.1.5.5 Tanggapan Wisatawan terhadap Special
Events……….. 4.1.5.6 Tanggapan Wisatawan terhadap
Entertainment………. 4.1.5.7 Tanggapan Wisatawan terhadap
Infrastructure……….. 4.1.5.8 Tanggapan Wisatawan terhadap
Accessibility………. 4.1.5.9 Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan
BAB V
terhadap Daya Saing……….. 4.2 Hasil Pengujian Hipotesis………
4.2.1Model Faktor (Pengukuran)………. 4.2.2 Variabel Laten Eksogen………. 4.2.3 Variabel Laten Endogen………. 4.2.4 Pengaruh Memorable Tourist Experience terhadap
Daya Saing……….. 4.2.5 Pengaruh Customer-Based Brand Equity for
Tourist Destination (CBBETD terhadap Daya
Saing………
4.2.6 Pengaruh Memorable Tourist Experience dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD terhadap Daya Saing……
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………... 5.1 Kesimpulan………
5.2 Rekomendasi………...………..
DAFTAR PUSTAKA………. LAMPIRAN………
207 209 209 209 212
218
219
221
224 224 225
DAFTAR TABEL
No Judul Tabel Hal
1.1. ASEAN Tourism and Travel Competitiveness Report 2011... 6 1.2. Rekapitulasi Peringkat Daya Saing Indonesia dibanding
Negara-negara ASEAN 2008-2011... 7 1.3. Fokus Peningkatan Daya Saing Pariwisata... 8 1.4. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional di Jawa Barat... 10 1.5. Sebaran dan Karakteristik Potensi Wisata Kota dan
Kabupaten Bandung... 11 1.6. Kepariwisataan dalam Visi, Misi dan Renstra Pemerintahan
Kota dan Kabupaten Bandung... 12 1.7. Kota Destinasi Terfavorit Versi Majalah Swa 2012……….. 13 1.8. Pemenang Penghargaan Indonesia Tourism Award
2009-2011... 14 1.9. Rekapitulasi Pemenang Penghargaan TTCA 2011-2012... 15 2.1. Definisi dan Indikator Dimensi Pengkuran Memorable
Tourist Experience………. 53 2.2
Dimensi dan Sub-dimensi Memorable Tourist Experience…. Dimensi Memorable Tourist Experience Menurut
Chandralal & Valenzuela……… Dimensi-dimensi Pengukur Memorable Tourist Experience.. Pilar dan Atribut Destination Competitiveness and
Sustainability………. Atribut yang Digunakan dalam Penelitian Ini……… Operasionalisasi Variabel………... Jenis dan Sumber Data……… Ukuran Sampel Minimal dengan Banyaknya Variabel…….. Distribusi Jumlah Sampel Penelitian………. Skor Setiap Item Pernyataan
Hasil Pengujian Realibilitas Instrumen
4.8
Pengalaman Wisatawan Berdasarkan Frekuensi Kunjungan ke Bandung………. Pengalaman Wisatawan Berdasarkan Waktu Kunjungan….. Pengalaman Wisatawan Berdasarkan Lama Kunjungan…… Pengalaman Wisatawan Berdasarkan Moda Transportasi yang Digunakan………. Pengalaman Wisatawan Berdasarkan Tempat Menginap….. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Hedonism….. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Novelty…….. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Lokal Culture Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Refreshment.. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel
Meaningfulness……… Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Involvement... Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Knowledge… Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan terhadap Memorable Tourist Experience………. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Awareness…. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Image………. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Perceived Quality……….. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Loyalty……… Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan terhadap Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)…… Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel
Physyographic and Climate……….. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Culture……... Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Tourism Superstructure………. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Mix of Activities……… Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Special Events………. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel
Entertainment……….. Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Infrastructure Tanggapan Wisatawan terhadap Sub Variabel Accessibility.. Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan terhadap Daya Saing…. Analisis Validasi Variabel Laten Eksogen………. Analisis Validasi Variabel Laten Endogen……….
4.37. 4.38.
4.39.
4.40.
4.41.
Pengujian Model Penelitian………. Pengaruh Memorable Tourist Experience terhadap Daya Saing……… Pengaruh Customer-Based Brand Equity for Tourist
Destination (CBBETD terhadap Daya Saing……….. Pengaruh Memorable Tourist Experience dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD terhadap Daya Saing………... Perbandingan Koefisien Korelasi………
215
219
220
DAFTAR GAMBAR
No Judul Gambar Hal
1.1. Inbound Tourism Berdasarkan Alasan Berkunjung……… 2 1.2 Perbandingan Tourist Arrivals dan Tourism Receipts…… 3 1.3 Destinasi Wisata Utama berdasarkan Jumlah Pengunjung 4 1.4 Sebaran Kunjungan Wisatawan Berdasarkan Wilayah….. 4 1.5 Destinasi dengan Pertumbuhan Paling Cepat di Asia
Pasifik………
Peta Sebaran Lima Puluh Destinasi Pariwisata Nasional.. Kerangka Analisis Destinasi Pariwisata……….. Concept and Scope of Destination Marketing and
Management………..
The Tourist Experience……… Pendekatan-pendekatan Tourist Experience……… Lima Fase Pengalaman Wisatawan……… Tahap Pembentukan Tourist Experience……….. Four Realms of Experience……… Dimensi-dimensi Pengukuran Memorable Tourist Experience……….. Place (Destination) as Relational Brand Network……… Manfaat Brand bagi Penjual dan Pembeli………. Konsep Pengukuran Brand Equity (Brand Equity Ten)…. Customer-Based Brand Equity Pyramid……….. Customer-Based Brand Equity untuk Destinasi………… Customer-Based Brand Equity untuk Destinasi………… Konsep Pengembangan Dimensi CBBETD……….. Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)……….. Multidimensional Scaling untuk Mengukur Daya Saing Destinasi……….. Conceptual Model of Destination Competitiveness and Sustainability……….. Kerangka Berfikir Persepsi Wisatawan Mengenai Daya Saing Destinasi Melalui Memorable Tourist Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)……….. Paradigma Penelitian Persepsi Wisatawan Mengenai Daya Saing Destinasi Melalui Memorable Tourist
3.1
Tourist Destination (CBBETD)……….. Diagram Jalur Pengaruh Memorable Tourist Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD) terhadap Daya Saing………. Diagram Jalur Pengaruh Memorable Tourist Experience (MTE) terhadap Daya Saing………... Diagram Jalur Pengaruh Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD) terhadap Daya Saing... Peta Wilayah Bandung………... Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Hedonism……….. Perbandingan Indikator Sub Variabel Hedonism…………. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Novelty……….. Perbandingan Indikator Sub Variabel Novelty………. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Local Culture………... Perbandingan Indikator Sub Variabel Lokal Culture…….. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Refreshment………. Perbandingan Indikator Sub Variabel Refreshment……… Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Meaningfulness……… Perbandingan Indikator Sub Variabel Meaningfulnes……. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Involvement……….. Perbandingan Indikator Sub Variabel Involvement………. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Knowledge……… Perbandingan Indikator Sub Variabel Knowledge………… Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan terhadap Memorable Tourist Experience………. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Awareness……… Perbandingan Indikator Sub Variabel Awareness………… Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel
Image……….
4.22
Perbandingan Indikator Sub Variabel Perceived Quality.. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Loyalty……….. Perbandingan Indikator Sub Variabel Loyalty……….. Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan terhadap Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)... Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Physiographic and Climate……….. Perbandingan Indikator Sub Variabel Physyographic and Climate……….. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Culture……….. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Culture……… Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Mix of Activities……….. Perbandingan Indikator Sub Variabel Mix of Activities….. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Special Events………. Perbandingan Indikator Sub Variabel Special Events……. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Entertainment……….. Perbandingan Indikator Sub Variabel Entertainment……. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Infrastructure……….. Perbandingan Indikator Sub Variabel Infrastructure…….. Tanggapan Wisatawan Terhadap Indikator Sub Variabel Accessibility………. Perbandingan Indikator Sub Variabel Accessibility………. Rekapitulasi Tanggapan Wisatawan terhadap Daya Saing. Model Variabel Laten Eksogen (Standardized Solution)... Model Variabel Laten Eksogen (t-Value)………... Model Variabel Laten Endogen... Model Variabel Laten Endogen (t-Value)……… Estimasi Persamaan Struktural Persepsi Wisatawan mengenai Daya Saing Bandung sebagai Destinasi
Pariwisata melalui Memorable Tourist Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist
4.46
4.47
Estimasi t- value Persamaan Struktural Persepsi Wisatawan mengenai Daya Saing Bandung sebagai Destinasi Pariwisata melalui Memorable Tourist
Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)……….. Model Struktural Persamaan Struktural Persepsi
Wisatawan mengenai Daya Saing Bandung sebagai Destinasi Pariwisata melalui Memorable Tourist
Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD)………...
217
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Salah satu dari sekian sektor yang selama ini memberi sumbangan yang
besar terhadap pertumbuhan ekonomi dunia adalah sektor pariwisata.
Berdasarakan laporan dari World Travel and Tourism Council tahun 2011, tiga
sektor yang memberikan kotribusi terbesar terhadap GDP global adalah perbankan
(11%), pariwisata (9%), dan otomotif (8.5%). Pariwisata bisa menjadi sektor yang
menghasilkan begitu banyak keuntungan karena dari faktor supplier di mana
Destination Marketing Organisation (DMO) melakukan upaya maksimal untuk
mencapai pertumbuhan pariwisata yang berkelanjutan. Peningkatan kualitas
infrastruktur dan fasilitas pendukung yang menujang kegiatan industri pariwisata
serta pengemasan dan promosi sumber daya alami dan buatan yang dimiliki tiap
destinasi menjadi faktor penarik yang kuat. Saat ini DMO-DMO destinasi dunia
berlomba-lomba menonjolkan diferensiasi produk-produk pariwisata yang mereka
tawarkan, baik itu dari segi keunikan, pengalaman, authenticacy, atau manfaat
ekonominya serta melakukan inovasi-inovasi dalam menciptakan nilai bagi para
wisatawan.
Sedangkan dari faktor demand, kondisi ekonomi, sosial, budaya dan
teknologi memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Daya beli yang semakin
kuat memungkinkan lebih banyak orang untuk memiliki sumber keuangan yang
bisa dialokasikan untuk kegiatan wisata, selain itu keberadaan low cost carrier
perjalanan domestic maupun internasional. Perubahan gaya hidup, sistem nilai dan
kondisi lingkungan menyebabkan semakin banyak orang yang menyadari
pentingnya melakukan perjalanan ke luar tempat tinggalnya, malah sebagian
orang menjadikan kegiatan traveling sebagai bentuk aktualisasi diri. Berikut
Gambar 1.1 menunjukkan proporsi inbound tourism wisatawan internasional
berdasarkan tujuan berkunjung.
Sumber: World Travel and Tourism, 2011 Gambar 1.1
Inbound Tourism Berdasarkan Alasan Berkunjung
Gambar 1.1 di atas menunjukkan tujuan wisatawan melakukan perjalanan
ke lain negara sebagian besar untuk berlibur, rekreasi, dan leisure.
Selama tahun 2011, total kunjungan wisatawan mencapai 990 milyar
orang di seluruh penjuru dunia (www.media.unwto.org, diakses tanggal 30
November 2012) dengan jumlah pendapatan ekspor lebih dari US$ 1.2 trilyun atau
rata-rata sekitar US$3.4 juta dolar per hari. Jumlah tersebut meningkat 4.6% dari
US$928 milyar (www.media.unwto.org diakses tanggal 3 Desember 2012).
Perbandingan antara kunjungan wisatawan dengan devisa yang dihasilkan terlihat
pada Gambar 1.2 di bawah ini.
Sumber: World Travel and Tourism, 2011
Gambar 1 .2
Perbandingan Tourist Arrivals dan Tourism Receipts
Secara global, UNWTO membuat urutan sepuluh destinasi wisata utama
internasional di tahun 2011, Perancis berada di urutan pertama dengan jumlah
pengunjung sebanyak 79.5 juta disusul oleh Amerika Serikat dengan jumlah
pengunjung sebanyak 62.3 juta wisatawan, sementara Meksiko menempati urutan
akhir dengan jumlah pengunjung sebanyak 23.4 juta orang. Urutan destinasi
utama internasional menurut UNWTO selengkapnya tampak pada Gambar 1.3
Sumber: United Nation World Tourism Organisation, per June 2012
Gambar 1 .3
Destinasi Wisata Utama berdasarkan Jumlah Pengunjung
Berdasarkan wilayah, destinasi yang menjadi tujuan kunjungan wisatawan
manca negara tampak pada Gambar 1.4 di bawah. Eropa masih menjadi tujuan
utama wisatawan manca negara dengan jumlah kunjungan sekitar 503 milyar
orang atau sekitar 51%, disusul oleh Asia dan Pasifik 22% (216 milyar orang),
Amerika 16% (50 milyar orang), Timur Tengah 6% (55 milyar orang) dan Afrika
5% (50 milyar orang)
Gambar 1 .4
Dari Gambar 1.4, terlihat bahwa Asia Pasifik memiliki pengaruh yang
cukup besar dalam perannya sebagai supplier industri pariwisata secara
global.Tahun 2011 industri pariwisata di Asia Pasifik naik sebesar 6% dengan
total pendapatan sekitar US$ 289 milyar (UNWTO, 2012). Pertumbuhan industri
pariwisata di Asia termasuk yang paling cepat selama satu dekade terakhir (ITB
World Travel Trends Report 2011/2012).Bhutan, Sri Lanka dan Thailand berada
di tiga urutan teratas yaitu sebesar 41.5%, 34.3% dan 27.1%. Destinasi-destinasi
di Asia Pasifik yang memiliki pertumbuhan pariwisata paling cepat secara
lengkap terlihat di Gambar 1.5 berikut.
Sumber: ITB World Travel Trends Report 2011/2012
Gambar 1.5
Destinasi dengan Pertumbuhan Paling Cepat di Asia Pasifik
Dari kedua belas destinasi di atas, empat di antaranya berada di Asia
bahwa destinasi-destinasi di Asia Tenggara sedang tumbuh pesat dan
masing-masing saling bersaing untuk mendapat peringkat sebagi destinasi terbaik.
Sebuah survey yang dilakukan oleh World Economic Forum dalam Travel and
Tourism Competitiveness Report menunjukkan peringkat daya saing yang
dimiliki negara-negara destinasi wisata di Asia Tenggara di antara 139 negara di
dunia seperti terlihat pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1
ASEAN Tourism and Travel Competitiveness Report 2011 Peringkat
(dari 139)
Negara Skor (1-7) Kelompok 10 Singapura 5 ASEAN 35 Malaysia 4.6 ASEAN 41 Thailand 4.5 ASEAN 67 Brunei Darussalam 4.1 ASEAN 74 Indonesia 4.0 ASEAN 80 Vietnam 3.9 ASEAN 94 Filipina 3.7 ASEAN 109 Kamboja 3.4 ASEAN
Sumber: The ASEAN Travel & Tourism Competitiveness Report 2012
Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa hanya tiga destinasi di Asia
Tenggara yang termasuk ke dalam lima puluh peringkat teratas, dan indeks daya
saing kedelapan destinasi di Asia Tenggara tersebut sangat beragam. Singapura
menempati urutan paling atas dan bisa dikatakan jauh meninggalkan
destinasi-destinasi yang lain, sementara Malaysia dan Thailand memiliki skor yang hampir
sama, menandakan bahwa daya saing kedua destinasi tersebut hampir seimbang.
Vietnam, Indonesia, dan Brunei Darussalam berada di kelompok ketiga, dan
terakhir adalah Filipina dan Kamboja yang berada di urutan paling bawah.
Meski berada di urutan ke-74, Indonesia mendapat kenaikan dari tahun
ASEAN lainnya dari tahun 2008 berdasarkan laporan ASEAN Travel & Tourism
Competitiveness Report 2011.
Tabel 1.2
Rekapitulasi Peringkat Daya Saing Indonesia dibanding Negara-negara ASEAN 2008-2011
Negara 2008 2009 2010 2011
Rank Skor Rank Skor Rank Skor Rank Skor Singapura 1 5.06 1 5.24 n/a n/a 1 5 Malaysia 2 4.63 2 4.71 n/a n/a 2 4.6 Thailand 3 4.37 3 4.45 n/a n/a 3 4.5 Brunei
Darussalam
n/a n/a 4 3.99 n/a n/a 4 4.1
Indonesia 4 3.70 5 3.79 n/a n/a 5 4.0 Vietnam 6 3.57 7 3.70 n/a n/a 6 3.9 Filipina 5 3.70 6 3.73 n/a n/a 7 3.7 Kamboja 7 3.32 8 3.43 n/a n/a 8 3.4
Sumber: Modifikasi data ITTC 2008-2011
Dari Tabel 1.2 di atas terlihat meski skor untuk Indonesia naik setiap
tahunnya, peringkat yang diraih masih belum berubah dari tahun sebelumnya
yaitu peringkat ke-5. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan skor daya saing
Indonesia masih belum cukup untuk menaikkan peringkat Indonesia diantara
negara-negara ASEAN lainnya bahkan dibandingkan dengan Brunei Darussalam
yang secara mengejutkan mampu mengungguli Indonesia di peringkat ke-4.
Menyadari pentingnya memiliki daya saing yang unggul dalam pariwisata,
Indonesia melalui Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah merumuskan
program kerja yang tertuang dalam Rencana Strategis Pengembangan Destinasi
Pariwisata 2010-2014 dengan visi “Terwujudnya daya saing destinasi pariwisata
berkualitas internasional, berbasis masyarakat, berkelanjutan dan mendorong
2010-2014 adalah mengembangkan destinasi pariwisata berdaya saing yang
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional dan
kesejahteraan masyarakat dengan sasaran 1) meningkatnya lama tinggal dan
pengeluaran wisatawan; 2) terwujudnya destinasi berdaya saing internasional; 3)
terwujudnya kapasitas pengelolaan destinasi pariwisata; 4) terwujudnya
diversifikasi destinasi pariwisata.
Keseluruhan komponen dalam Renstra tersebut diformulasikan dalam
program-program terarah yang disebut sebagai fokus dan kegiatan Prioritas
Bidang Kepariwisataan untuk mewujudkan peningkatan daya saing pariwisata.
Fokus dan Kegiatan prioritas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.3
Fokus Peningkatan Daya Saing Pariwisata PENGEMBANGAN
1.Pengembangan Usaha, Industri, dan Investasi Pariwisata;
2.Pengembangan Standardisasi Pariwisata.
1. Pengembangan Daya Tarik Pariwisata; 2. Pemberdayaan
Masyarakat di Tujuan Pariwisata;
3. Peningkatan PNPM Mandiri Bidang Pariwisata
1. Peningkatan Promosi Pariwisata Dalam dan luar Negeri;
2. Pengembangan Informasi Pasar Pariwisata;
3. Peningkatan Publikasi Pariwisata; 2.Penelitian dan
Pengembangan
Sumber: Paparan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam Konferensi Pariwisata Nasional, Desember 2011
Pemerintah, melalui Kementrian Ekonomi dan Pariwisata Kreatif, telah
menetapkan lima puluh Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yaitu destinasi
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025. Penentuan DPN
tersebut berdasarkan pada sembilan kriteria yang di antaranya adalah adanya daya
tarik wisata yang berkualitas dan terkenal secara nasional atau internasional,
memiliki dukungan jejaring aksesibilitas dan infrastruktur yang mendukung
pergerakan wisatawan dan kegiatan kepariwisataan, serta memiliki kesesuaian
tema Daya Tarik Wisata yang mendukung penguatan daya saing. DPN-DPN ini
tersebar di 33 provinsi di Indonesia seperti terlihat pada Gambar 1.6 berikut.
Sumber: PP No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 lampiran 2
Gambar 1.6
Peta Sebaran Lima Puluh Destinasi Pariwisata Nasional
Setiap DPN tersebut terdiri dari beberapa Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) dengan jumlah total keseluruhan adalah 88 KSPN. KSPN
merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi
untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting
dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta
Di Jawa Barat, ada tiga destinasi yang merupakan Destinasi Pariwisata
Nasional (DPN) yaitu Bandung – Ciwidey dan sekitarnya, Bogor-Halimun dan
sekitarnya, serta Pangandaran – Nusakambangan dan sekitarnya. Ketiga DPN
tersebut terdiri dari emat sampai lima KSPN seperti telihat pada Tabel 1.4 di
bawah ini.
Tabel 1.4
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional di Jawa Barat
DPN KSPN
DPN BOGOR–HALIMUN dan sekitarnya
1. KPPN Puncak–Gede Pangrango dan sekitarnya 2. KPPN Bogor–Ciawi dan sekitarnya
3. KPPN Gunung Halimun dan sekitarnya 4. KPPN Pelabuhan Ratu dan sekitarnya DPN BANDUNG–CIWIDEY dan
sekitarnya
1. KPPN Bandung Kota dan sekitarnya 2. KPPN Tangkuban Perahu dan sekitarnya 3. KPPN Lembang dan sekitarnya
4. KPPN Ciwidey dan sekitarnya DPN PANGANDARAN–
NUSAKAMBANGAN dan sekitarnya
1. KPPN Tasikmalaya dan sekitarnya 2. KPPN Pangandaran dan sekitarnya
3. KPPN Cilacap–Nusakambangan dan sekitarnya 4. KPPN Baturaden dan sekitarnya
5. KPPN Karst Kebumen dan sekitarnya
Sumber: PP No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 lampiran 2
Dari Tabel 1.4 di atas terlihat bahwa Bandung merupakan salah satu
kawasan yang termasuk ke dalam Destinasi Pariwisata Nasional di Jawa Barat
dengan empat KSPN didalamanya. Secara administratif, Bandung terdiri dari Kota
Bandung, Kabupaten Bandung Selatan, Kabupaten Bandung Utara, Kabupaten
Bandung Timur, dan Kabupaten Bandung Barat.
Bandung sebagai destinasi pariwisata memiliki banyak potensi yang bisa
ditawarkan pada wisatawan baik itu mancanegara atau nusantara. Jenis wisata
kabupaten, wisata belanja, kuliner, pendidikan, sejarah, dan minat khusus yang
berpusat di area kota. Tabel 1.5 berikut memuat potensi pariwisata yang ada di
Bandung.
Tabel 1.5
Sebaran dan Karakteristik Potensi Wisata Kota dan Kabupaten Bandung
Kawasan Karakeristik
Wisata
Jenis daya tarik Sentra
Bandung Utara Alam Gunung , air terjun, danau, bumi perkemahan, air panas
Kec. Lembang
Bandung Barat Alam Danau, gua, air panas, air terjun
Cipatat dan Cililin
Bandung Timur Alam Bumi perkemahan,
air terjun, danau, situs sejarah
Kec Paseh
Bandung Selatan Ciwidey
Alam Gunung api, danau, air terjun, air panas, perkebunan teh, bumi perkemahan
Kec Ciwidey dan Rancabali
Bandung Selatan Pangalengan
Alam Gunung api, danau, air terjun, air panas, perkebunan teh, bumi perkemahan
Kec Pangalengan
Bandung Kota Belanja, kuliner, minat khusus,
budaya, dll
Pusat belanja, pusat kuliner, museum, sanggar budaya, dll
Daerah perkotaan
Sumber: pengolahan berbagai sumber, 2012
Menurut UU Kepariwisataan No 10 Tahun 2009 pasal 1,daerah tujuan
wisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisataadalah kawasan geografis
yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
Dengan demikian Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten
Meningkatkan daya saing Bandung sebagai destinasi pariwisata tertuang
baik secara eksplisit maupun implisit dalam visi misi dan renstra Dinas Pariwisata
masing-masing kota dan kabupaten seperti terlihat di Tabel 1.6 di bawah ini.
Tabel 1.6
Kepariwisataan dalam Visi, Misi dan Renstra Pemerintahan Kota dan Kabupaten Bandung
Kota/Kabupaten
Kabupaten Bandung Barat Visi Dinas Pariwisata Kab. Bandung Barat: terwujudnya pengembangan potensi kebudayaan dan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan dalam mendukung akselerasi pembangunan di kabupaten Bandung barat
Misi :
1. Membangun sarana penunjang potensi pariwisata budaya. 2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
aparatur kebudayaan dan pariwisata, pelaku pariwisata budaya serta Kelompok Penggerak Pariwisata dalam rangka pelaksanaan sadar wisata dan sapta pesona.
3. Menyusun aspek legalitas operasional pengembangan pariwisata budaya.
4. Melaksanakan promosi pariwisata budaya guna peningkatan destinasi pariwisata dan pelestarian kebudayaan.
5. Membangun jaringan kerja sama dan koordinasi antar stakeholder pariwisata budaya untuk mencapai sinergitas dalam pengembangan pariwisata budaya
Kota Bandung Visi Dinas Pariwisata Kota Bandung
Memantapkan Kota Bandung sebagai Kota Seni Budaya dan Tujuan Wisata Tahun 2013
Misi Dinas Pariwisata Kota Bandung
Meningkatkan destinasi pariwisata kota yang berdaya saing tinggi baik pada tingkat regional, nasional maupun
internasional;
Kabupaten Bandung Visi Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Bandung
Terwujudnya masyarakat kabupaten Bandung yang maju, mandiri dan berdaya saing melalui pengembangan pemuda, olahraga dan pariwisata unggulan tahun 2015
Misi berkenaan dengan kepariwisataan
1. Mengembangkan Potensi Daya Tarik Wisata (DTW) dan Kemitraan Pariwisata
Sumber: Pengolahan Berbagai Sumber, 2012
Meski memiliki berbagai jenis atraksi wisata, jika dibandingkan dengan
bawah. Berikut Tabel 1.7 menyajikan hasil survey yang dilakukan majalah SWA
(XXVII/2012;80) mengenai kota destinasi favorit.
Tabel 1.7
Kota Destinasi Terfavorit Versi Majalah Swa 2012
No Nama Kota NPS (%)
1 Raja Ampat 76.7 2 Denpasar 50.5
3 Badung 42.0
4 Lombok 37.6
5 Yogyakarta 36.4
6 Malang 34.4
7 Tanah toraja 26.8
8 Bandung 19.6
9 Sorong 194
10 Lamongan 17.5
Sumber: Majalah SWA edisi XXVII, Januari 2012 hal. 80
Bandung pada Tabel 1.7 di atas berada pada urutan ke-8 di bawah
Denpasar, Yogyakarta, dan Malang. Survei lain mengenai peringkat destinasi
terbaik tingkat Nasional adalah Indonesia Tourism Award (ITA) yang
diselenggarakan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bekerja
samadengan majalah SWA sejak tahun 2009. Kegiatan ini merupakan hasil survei
yang dilakukan terhadap 1.500 wisatawan, terdiri dari 1.350 wisatawan Nusantara
dan 150 wisatawan mancanegara. Selain hasil survei, beberapa kategori industri
pendukung juga melibatkan 100 responden dari kalangan profesional dan
eksekutif. Di tiap kota, jumlah responden yang disurvei berkisar 60-90 wisatawan.
Selain itu, pemenang juga ditentukan melalui Indeks kepuasan konsumen
dihitung dari prosentasi responden yang memilih 2 skor tertinggi (Top 2 Boxes)
dengan skala 1-10. Para responden diminta memberikan penilaian terhadap 9
obyek, keamanan, keunikan obyek dan keramahan. (www.indonesia.traveldiakses
tanggal 3 November 2012)
Tabel 1.8 berikut merupakan rekapitulasi kota/kabupaten yang meraih
penghargaan Indonesia Tourism Awards 2009-2011 dengan kategori Best
Destination Cities, Favorite Destinations, dan Best Service Cities.
Tabel 1.8
Pemenang Penghargaan Indonesia Tourism Award 2009-2011
No 2009 2010 2011
Best Destination
Cities
Favorite Destination
Cities
Best Service Cities
Fave Dest Cities
Best Service
Cities
1 DIY DIY Denpasar Raja Ampat Malang
2 Kota Denpasar
Kota Medan Yogyakarta Denpasar Denpasar
3 Kab. Malang Kota Manado Badung Tana Toraja 4 Kota
Surabaya
Kota Malang
5 Kab. Tana Toraja
Kota Solo
6 Kota Manado Kota Bandung 7 Kab. Kutai
Kertanegara
Kota Makassar 8 Kab. Badung
9 Kota Solo
10 Kab. Lombok Barat
Sumber: Pengolahan berbagai sumber, 2012
Dalam tiga tahun penganugerahan ITA, di tahun 2010 Kota Bandung
berhasil meraih predikat sebagai Favourite Destination Citiespada peringkat ke-6.
Setelah itu baik kota maupun kabupaten Bandung tidak berhasil masuk menjadi
pemenang baik di kategori Best Destination, Favorit Destination maupun Best
Service. Hal tersebut tentunya menunjukkan bahwa sebagai destinasi Bandung
memenangkan ajang penghargaan tingkat nasional sangat penting untuk
meningkatkan citra Bandung sendiri sekaligus sebagai barometer daya saing
Bandung dibanding destinasi yang lain
Selain Indonesia Tourism Award, penghargaan lain dengan kategori
sejenis adalah Travel and Tourism Club Award (TTCA) yang diselenggarakan
atas kerjasama Majalah Travel Club dengan Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata. Penghargaan ini diberikan sejak tahun 2011 lalu pada kepala daerah
tingkat provinsi, kabupaten dan kota seluruh Indonesia yang dinilai telah berhasil
membangun, membina dan mengembangkan kepariwisataan didaerahnya.TTCA
meliputi tiga kategori yaitu The Best Performance diberikan pada pemda yang
memiliki kinerja organisasi terbaik, The Best Achievement diberikan pada pemda
yang berupaya optimal mencapai target organisasi, dan The Most
Improved diberikan pada pemda yang konsisten dan memiliki perhatian penuh
terhadap perkembangan pariwisata daerah.
Seluruh kategori ini terdiri dari berbagai elemen penilaian oleh tim juri
yang hasilnya diverifikasi dan diaudit oleh lembaga audit terkemuka, Delloite
(www.eljohn.co.id, diakses tanggal 3 November 2012). Hasil rekapitulasi
pemenang terlihat pada Tabel 1.9 berikut.
Tabel 1.9
Rekapitulasi Pemenang Penghargaan TTCA 2011-2012
Kategori 2011 2012
Best Performance Kota Denpasar Pemkot Surakarta Pemkab Gianyar Kab. Sleman Pemkot Sawah
Lunto
Pemkab Berau
Kategori 2011 2012 Ampat
Best Achievement Kota Sawah Lunto
Pemkot Tomohon Pemkab Banyumas
Kab. Malang Pemkot Balik papan
Pemkab Wajo
Pemkot Banda aceh
Pemkab Purbalingga
The Best Improved
Kota Yogyakarta
Pemkot Malang Pemkab Banyuwangi
Kab Raja Ampat Pemkot Pangkal Pinang
Pemkab Magelang
Pemkot Denpasar Pemkab Ogan Komering Ilir
Sumber: Pengolahan berbagai sumber, 2012
Untuk Travel and Tourism Club Award, pemerintah Bandung, baik
kabupatenataupun kota, tidak berhasil mendapatkan penghargaan untuk kategori
apapun. Hal tersebut bisa menjadi indikasi bahwa berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh patinitia penyelenggara kompetisi, pemerintah kota maupun
kabupaten Bandung dipandang masih kurang menunjukkan keterlibatan dalam
tata kelola pariwisata dibandingkan dengan kota dan kabupaten yang lain.
Padahal, dalam pasar yang sudah mencapai titik jenuh, peran utama tata kelola
pariwisata adalah memahami bagaimana daya saing destinasi pariwisata bisa
ditingkatkan dan dipertahankan (Gomezelj, Mihaljič, 2008 dalam Dragicevic,
et.al, 2012)
Pemahaman tersebut bukan hanya pada bagaimana mengemas,
memasarkan dan melakukan inovasi produk wisata, tapi juga penting untuk
yaitu wisatawan. Meng (2006:ii) mengemukakan pentingnya memahami persepsi
wisatawan karena wisatawan dan kebutuhan-kebutuhannya merupakan driving
force paling utama yang mempengaruhi persaingan dan daya saing destinasi
pariwisata.
Pine & Gilmore (1999) dalam Oh (2007:119) mengemukakan bahwa
konsumen [wisatawan] bukan hanya mengkonsumsi produk dan jasa saja tetapi
mereka mencari suatu pengalaman yang unik karena kualitas produk dan jasa
yang tinggi tidak bisa lagi digunakan sebagai dasar diferensiasi bagi konsumen
[wisatawan] dalam membuat pilihan. Lebih jauh lagi, Pine & Gilmore (1999)
dalam Ibid menekankan pentingnya perubahan paradigma dari “delivery-focus”
atau fokus untuk menciptakan penawaran berkualitas tinggi pada “staged
experience” yaitu menciptakan pengalaman konsumsi yang memorable atau tidak
terlupakan. Pada intinya, apa yang diinginkan dan dikonsumsi pada suatu
destinasi adalah pengalaman yang disertai oleh komponen barang dan atau jasa
yang ada di destinasi tersebut (Oh, 2007:120)
Berkaitan dengan daya saing destinasi, bisa dikatakan bahwa sumber
competitive advantage suatu destinasi adalah kemampuannya membangun
lingkungan yang bisa menciptakan pengalaman yang desireable (Tsaur, et al,
2006 dalam Jurowski, 2009), dengan demikian pemahaman terhadap pengalaman
konsumen sangat penting untuk menciptakan posisi bersaing suatu destinasi.
Pemasaran yang efektif memerlukan analisa terhadap penawaran yang diberikan
persaingan destinasi-destinasi wisata terletak pada kualitas pengalaman wisata
(tourism experience) yang ditawarkan pada wisatawan (Meng, 2006:ii)
Selain menciptakan pengalaman yang memorable, hal yang tidak kalah
penting adalah adanya pemahaman faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing
itu sendiri terutama yang sifatnya jangka panjang. Kegiatan pendukung seperti
infrastruktur, sumber daya manusia, kebijakan, dan lain-lain harus disinergikan
dengan factor-faktor yang menjadi key driver yaitu input (model bisnis,
kerjasama, investasi dan sumber daya), proses berkelanjutan (pembentukan citra,
kompetensi, pengembangan, dan penyampaian jasa), serta operasional atau
pelaksanaan (brand management, core competencies, ekspansi, dan positioning)
(www.tourism-master.nl, diakses tanggal 20 November 2012).
Brand management atau pengelolaan merek adalah hal yang sangat
penting bagi suatu destinasi karena untuk meningkatkan daya saing diperlukan
dukungan dari brand yang kuat (Fantanariu, 2012:21).Suatu destinasi harus
dipandang berbeda dari berbagai sudut (unik) sehingga dirasakan memiliki nilai
dibandingkan waktu dan uang yang dikeluarkan, tapi keunikan tidak diperoleh
hanya dengan memperlihatkannya saja melainkan melalu kinerja ekuitas merk
(brand equity) (Cai, Gartner and Munar 2009: 54 dalam Olimpia, et.al, 2012:194)
Ekuitas merek dirumuskan sebagai nilai tambah yang ada pada suatu
produk dalam benak, perkataan dan tindakan konsumen (Keller, 2003). Ekuitas
suatu produk atau destinasi meningkat seiring dengan meningkatnya level
diferensiasi yang dipersepsi oleh pasar dibanding dengan pesaing. (Gartner &
Prinsip dasar dari ekuitas merek adalah kekuatan suatu merek dalam benak
konsumen dan apa yang mereka alami dan rasakan tentang merek tersebut (Keller,
2003), dengan demikian bagi suatu destinasi ekuitas merek merupakan persepsi
wisatawan terhadap merek suatu destinasi berdasarkan pengalaman mereka
mengunjungi destinasi tersebut.
Ekuitas merek - dalam hal ini adalah ekuitas destinasi - merupakan hal
yang sangat penting karena melalui brand yang kuat akan tercipta competitive
advantage (Lassar et al., 1995 dalam Mechinda, et. al 2010: 99) sekaligus
meningkatnya daya saing dalam pasar yang bersaing ketat (Konecnik, 2004).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa perlu melakukan
penelitian mengenai “ Analisis Daya Saing Bandung sebagai Destinasi Pariwisata Melalui Memorable Tourist Experience (MTE) dan Customer –
Based Brand Equity For Tourist Destination (CBBETD)”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas terlihat bahwa Bandung, meski telah ditetapkan
sebagai salah satu Destinasi Pariwisata Nasional, daya saingnya masih berada di
bawah destinasi lain yang bukan merupakan destinasi pariwisata nasional. Untuk
meningkatkan daya saing tersebut maka diperlukan tinjauan dari berbagai sudut
pandangsalah satunya dengan melakukan penelitian pada wisatawan sebagai
konsumen yang sekaligus merupakan faktor demand.
Memorable tourist experience dan customer-based brand equity for touris
destinasi dalam persepsi wisatawan, karena itu ruang lingkup dan tema sentral
penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya saing Bandung sebagai destinasi
perlu dilakukan analisis mengenai memorable experience yang dirasakan
wisatawan dari kunjungan mereka ke Bandung dan ekuitas merek Bandung
sebagai destinasi pariwisata dalam perspektif wisatawan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana memorable tourist experience yang diperoleh wisatawan nusantara
yang berkunjung ke Bandung
2. Bagaimana ekuitas merek Bandung (CBBETD) sebagai destinasi pariwisata
dilihat dari perspektif wisatawan
3. Bagaimana daya saing Bandung sebagai destinasi pariwisata dilihat dari
perspektif wisatawan
4. Bagaimana pengaruh memorable tourist experience dan ekuitas merek
Bandung (CBBETD) terhadap daya saing Bandung sebagai destinasi
pariwisata
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
1. Memperoleh temuan mengenai memorable tourist experience yang
diperoleh wisatawan nusantara yang berkunjung ke Bandung
2. Memperoleh temuan mengenai ekuitas merek Bandung (CBBETD) sebagai
destinasi pariwisata dilihat dari perspektif wisatawan
3. Memperoleh temuan mengenai daya saing Bandung sebagai destinasi
pariwisata dilihat dari perspektif wisatawan
4. Memperoleh temuan mengenai memorable tourist experience dan ekuitas
merek Bandung (CBBETD) terhadap daya saing Bandung sebagai destinasi
pariwisata
1.5Kegunaan Penelitian
Data informasi yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat diantaranya:
1. Kegunaan Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
penelitian pemasaran pariwisata terutama yang berkaitan dengan kajian
tourist experience (pengalaman wisatawan), ekuitas merek destinasi
(CBBETD) dan peningkatan daya saing destinasi
b. Memberikan sumbangan informasi dan pemikiran bagi peneliti yang
berminat melakukan penelitian yang berkenaan dengan temuan dan
kekurangan dalam penelitian ini.
a) Penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran
bagi para pengelola DTW untuk meningkatkan daya saing dengan
melakukan fokus terhadap usaha-usaha untuk menciptkan memorable
tourist experience atau pengalaman berwisata yang tidak terlupakan
bagi wisatawan dan merancang serta mengeimplementasikan strategi
untuk memperkuat ekuitas merek masing-masing.
b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan yang bermanfaat bagi Dinas Pariwisata Kota, Kabupaten
Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat dan semua pihak terkait agar
di masa yang mendatang dapat merancang dan menerapkan strategi
yang mampu meningkatkan daya saing Bandung sebagai destinasi
BAB III
SUBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh memorable tourist
experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination
(CBBDTD) terhadap daya saing Bandung sebagai destinasi pariwisata dalam
persepsi wisatawan. Adapun objek penelitian sebagai variabel eksogen adalah
memorable tourist experience, yaitu hedonism, novelty, local culture, refreshment,
meaningfulness, involvement, dan knowledge; dan Customer-Based Brand Equity
for Tourist Destination (CBBDTD) terdiri dari awareness, perceived quality,
image, dan loyalty; serta variable endogen yaitu daya saing destinasi (destination
competitiveness) yang terdiri dari physiography and climate, culture, tourism
superstructure, mix of activities, special events, entertainment, infrastructure, dan
accessibility
Subjek penelitian ini adalah Bandung sebagai destinasi pariwisata tanpa
melihat batasan wilayah administratif, dalam hal ini diwakili oleh lima jenis
wisata yaitu wisata kuliner, wisata belanja, wisata alam, wisata edukasi, dan
wisata budaya. Kelima jenis wisata ini tersebar di seluruh Bandung (Kabupaten
dan Kota).
Selain itu karena penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari
satu tahun, maka metode yang digunakan adalah cross sectional method, yaitu
(tidak berkesinambungan dalam jangka wanktu panjang) (Husain Umar 2005:89).
Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey melalui kuesioner yang
disebar pada tanggal 9-11 Desember 2012 disertai dengan wawancara para
responden serta studi literatur.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Metode Penelitian dan Jenis yang Digunakan
Pada penelitian ini digunakan penelitian kuantitatif. Menurut Suharsimi
Arikunto (2002:10):
Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian juga pemahaman akan kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila disertai dengan table, grafik, bagan, gambar atau tampilan lain. Selain data yang berupa angka, dalam penelitian kuantitatif juga terdapat data berupa informasi kualitatif.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menganalisa
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono 2008:206). Menurut Travers
yang dikutip oleh Husein Umar (2005:87) metode deskriptif adalah metode yang
bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat
riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai memorable tourist
experience dan ekuitas merek Bandung sebagai destinasi pariwisata, serta daya
Penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari semua
hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, dimana
dalam penelitian ini diuji pengaruh memorable tourist experience (MTE)
danekuitas merek Bandung sebagai destinasi pariwisata serta pengaruhnya
terhadap daya saing Bandung dalam persepsi wisatawan.
Berdasarkan jenis penelitian di atas yaitu penelitian deskriptif dan
verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka
metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif survey dan metode
explanatory survey. Menurut Kerlinger (2006:660):
Yang dimaksud dengan penelitian survey adalah penelitian yang mengkaji populasi (atau universe) yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu, untuk menemukan insidensi, distribusi, dan interelasi relatif dari variabel-variabel sosiologis dan psikologis.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Variabel yang dikaji dalam penelitian ini meliputi memorable tourist
experience (X1), yaitu hedonism (X1.1), novelty (X1.2), local culture (X1.3),
refreshment (X1.4), meaningfulness (X1.5), involvemet (X1.6), dan
knowledge(X1.7) dan variable X2 yaitu ekuitas merek destinasi (Customer-Based
Brand Equity for Tourist Destination) terdiri dariawareness (X2.1), perceived
quality (X2.2), image(X2.3)dan loyalty (X2.4), serta variable endogen (Y) yaitu
daya saing destinasi (destination competitiveness)yang terdiri dari physiography
(Y.4) , Specialevents (Y.5), Entertainment (Y.6), Infrastructure (Y.7), Accessibility
(Y.8).
Secara lebih rinci operasionalisasi variabel dalam penelitian ini
ditampilkan dalam Tabel 3.1 sebagai berikut.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel/
Indikator Ukuran Skala
Memorable
Hedonism Kesenangan yang dirasakan Tingkat sensasi
Variabel/
Indikator Ukuran Skala
pengalaman
Kesan terhadap penduduk
Variabel/
Indikator Ukuran Skala
mengembalika
Involvement Ketertarikan terhadap tempat wisata di Bandung tempat wisata di bandung
Knowledge Pengetahuan baru yang Tingkat nilai
Variabel/
Indikator Ukuran Skala
berwisata ke
Awareness Pengetahuan terhadap
jenis-Image (citra) Citra Bandung sebagai Citra Bandung
sebagai destinasi wisata budaya yang unik Citra Bandung
sebagai
Tingkat citra bandung Tingkat citra
bandung sebagai destinasi wisata kuliner yang beragam Tingkat citra
bandung sebagai destinasi wisata edukasi yang menarik Tingkat citra
Variabel/
Indikator Ukuran Skala
destinasi wisata alam yang indah Citra Bandung
sebagai Citra Bandung
sebagai
Citra Bandung sebagai Tingkat citra
bandung sebagai destinasi wisata alam yang indah Tingkat citra
bandung Tingkat citra
bandung
Variabel/
Indikator Ukuran Skala
personel
Variabel/
Indikator Ukuran Skala
enceritakan pengalaman yang
menyenangkan pada orang lain Kesediaan
untuk
merekomendas ikan Bandung pada orang lain Kesediaan pada orang lain Tingkat
kesediaan untuk
merekomendas ikan Bandung pada orang lain Tingkat
“its ability to
increase in a profitable way, while capital of the destination
Variabel/
Indikator Ukuran Skala
Variabel/
Indikator Ukuran Skala
Kemenarikan
Entertainment Keragaman jenis hiburan
Variabel/
Indikator Ukuran Skala
rumah sakit,
Accessibility Kemudahan perjalanan menuju Bandungdiban ding destinasi lain
Besarnya biaya yang Tingkat durasi
3.2.3 Jenis dan Sumber Data
Data terdiri dari dua jenis yaitu primer dan sekunder. Pengkategorian jenis
data tersebut dilihat dari sumbernya, Husein Umar (2008:130) mengemukakan
bahwa data primer adalah data yan didapat dari sumber pertama (individu),
sedangkan data primer adalah data yang diperoleh, diolah lebih lanjut, dan
disajikan oleh pengumpul data atau pihak lain.
Sugiono (2010:193) mengemukakan bahwa
Berdasarkan sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian inidisajikan dalam
Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2
Jenis dan Sumber Data
No Data Penelitian Jenis Data Sumber Data 1 Jumlah wisatawan nusantara
yang berkunjung ke Bandung
Sekunder Situs internet
2 Perkembangan pariwisata Bandung
Sekunder Situs internet
3 Daya saing Bandung sebagai destinasi
Sekunder Situs internet
4 Ekuitas merek Bandung Sekunder Situs internet 5 Tanggapan mengenai
pengalaman wisatawan
Primer Responden (wisatawan)
6 Tanggapan mengenai ekuitas merek
Primer Responden (wisatawan)
7 Tanggapan mengenai daya saing
3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Sugiyono (2008:115) mendefinisikan populasi sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Sementara Husein Umar (2008:145) berpendapat bahwa
“populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel.” Pendapat lain dikemukakan oleh Riduwan
(2004:55) yaitu “Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil
pengukuran yang menjadi objek penelitian.”
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Ukuran sampel merupakan sekumpulan anggota dalam sampel
yang karakteristiknya diteliti. Keterwakilan populasi adalah karekteristik
terpenting, hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2010:116):
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasa dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Dalam penelitian ini ukuran sampel ditentukan dalam bentuk uji statistika
yang akan digunakan yaitu model persamaan struktural atau Struktural Equation
Modeling (SEM). Dengan demikian ukuran sampel minimal untuk model
persamaan struktural ini dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini (Joreskog dan
Tabel 3.3
Ukuran Sampel Minimal dengan Banyaknya Variabel
Banyaknya variabel Ukuran sampel minimal
3 200
5 200
10 200
15 360
20 630
25 975
30 1395
Sumber: Achmad Bachrudin dan Harapan L. Tobing, 2003, Analisis Data untuk Penelitian Survai dengan menggunakan Lisrel 8, Jurusan Statistika FPMIPA UNPAD, Bandung.
Jumlah variabel dalam penelitian ini adalah tiga, dengan demikian ukuran
sampel minimal adalah 200. Selanjutnya sampel ditentukan dengan menggunakan
tehnik sampling cluster sampling. Cluster sampling adalah teknik memilih sebuah
sampel dari kelompok-kelompok unit-unit yang kecil, atau klaster. Tehnik
sampling ini digunakan jika populasi terlalu besar. Dalam penelitian ini, yang
menjadi populasi adalah wisatawan nusantara yang datang ke Bandung, sementara
populasi sasaran adalah wisatawan nusantara yang berkunjung ke lima wisata
utama yaitu wisata alam, wisata belanja, wisata kuliner, wisata edukasi, dan
wisata budaya. Mengingat jumlah populasi sangat besar, yaitu lebih dari enam juta
orang dan tidak adanya data yang akurat mengenai jumlah kunjungan ke setiap
objek daya tarik wisata yang ada di Bandung, maka peneliti memutuskan untuk
menggunakan metode cluster sampling dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membagi wilayah Bandung menjadi cluster yaitu Kota Bandung dan
2. Membuat listing unit yang berisi objek-objek wisata yang ada di tiap
cluster (terlampir)
3. Dari objek-objek wisata yang didaftar, dipilih 4 DTW untuk cluster
kabupaten dan 5 DTW untuk cluster kota secara acak menggunakan
sistem pengundian
4. Mencari jumlah kunjungan ke sembilan tempat tersebut
5. Berdasarkan jumlah kunjungan pada akhir pekan, ditentukan sampel
yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 4% dari
tiap-tiap lokasi.
Tabel 3.4
Distribusi Jumlah Sampel Penelitian
No Nama DTW Jml
Kunjungan
Jml Sampel
Lokasi
1 Museum Konperensi Asia Afrika
420 17 Kota
2 Museum Geologi 700 28 Kota
3 Taman Hutan Dago Pakar 350 14 Kab
4 Gunung Tangkuban Perahu 500 20 Kab
5 Kawah Putih Ciwidey 800 32 Kab
6 Pemandian Air Panas Ciwalini 350 14 Kab
7 Pasar Baru 3000 120 Kota
8 RM. Bancakan 400 16 Kota
9 Saung Angklung Udjo 450 18 kota
Total 6970 279
Sumber : pengolahan data, 2012
Berdasarkan hasil perhitungan maka sampel minimal yang diperoleh
sebanyak 279 orang, akan tetapi untuk kepentingan penelitian ini maka ukuran
sampel yang diambil menjadi 300 sebagai antisipasi apabila terdapat angket yang