• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Status Consumption terhadap Counterfeit Brand Type Choice.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Status Consumption terhadap Counterfeit Brand Type Choice."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Di tengah kondisi budaya, kehidupan sosial, serta fashion yang berkembang sangat pesat, sebagian besar orang menyadari bahwa citra diri atau status merupakan hal yang penting bagi kehidupan sosial mereka sehingga kedua hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam memilih barang. Perilaku seperti itu dapat dikatakan sebagai status consumption. Status consumption identik dengan barang-barang mewah, mahal, dan bermerek. Namun, tidak semua orang bisa membeli barang-barang bermerek yang authentic hanya untuk meningkatkan status sosial mereka, apalagi di tengah kondisi perekonomian saat ini yang sangat sulit. Hal tersebut memicu penggunaan barang bermerek palsu atau tiruan ataupun bekas (counterfeit brand). Banyak orang rela untuk menggunakan barang bermerek palsu sekalipun hanya untuk bergaya dan diterima dalam lingkungan sosialnya, selain itu juga mereka percaya dengan memakai barang bermerek palsu status sosial pun akan meningkat. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini membahas pengaruh status consumption terhadap counterfeit brand type choice di lingkungan sekitar Kota Bandung. Metode yang digunakan adalah non probability sampling yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 130 responden di sekitar Kota Bandung. Kemudian dianalisa secara kuantitatif dengan menggunakan uji regresi sederhana. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa pengaruh status consumption mempengaruhi counterfeit brand type choice sebesar 22,8 %. Dengan kata lain counterfeit brand type choice dipengaruhi status consumption sebesar 22,8 % dan sisanya 77,2 % berasal dari faktor-faktor lainnya di luar penelitian.

(2)

ix Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

In the midst of culture, social life, as well as the fashion of the fastest growing, most people realize that the self-image or status is important for their social life so that these can affect their behavior in choosing goods. Such behavior can be regarded as consumption status. Consumption status synonymous with luxury goods, expensive, and branded. However, not everyone can buy branded goods are authentic only to improve their social status, especially in the midst of the current economic conditions are very difficult. It triggers the use of counterfeit or replica designer goods or used (counterfeit brand). Many people are willing to use fake branded goods even if only for a stylish and acceptable in a social environment, in addition to that they also believe in wearing fake designer goods will increase social status. Based on the description above, this study discusses the effect of consumption on the status of counterfeit brand choice in the type of environment around Bandung. The method used is a non-probability sampling that is by distributing questionnaires to 130 respondents in the city of Bandung. Then analyzed quantitatively using simple regression test. The results obtained that influence consumption status of counterfeit brand-type affect the choice of 22.8%. In other words counterfeit brand choice type influenced the status of consumption of 22.8% and the remaining 77.2% came from other factors beyond research.

(3)

x Universitas Kristen Maranatha

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Perilaku Konsumen ... 9

2.2 Model Perilaku Konsumen ... 11

2.3 Pengertian Status Consumption... 15

2.4 Pengertian Counterfeit Brand Type Choice ... 16

2.5 Kerangka Teoritis ... 21

2.6 Kerangka Pemikiran ... 22

2.7 Penelitian Terdahulu ... 23

2.8 Pengembangan Hipotesis ... 31

(4)

xi Universitas Kristen Maranatha BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Populasi dan Sampel ... 34

3.3 Teknik Pengambilan Sampel... 35

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 35

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.6 Metode Analisis Data ... 42

3.7 Uji Instrumen ... 44

3.7.1 Uji Validitas ... 44

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 45

3.8 Hasil Pengujian Instrumen ... 45

3.8.1 Hasil Pengujian Validitas ... 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden ... 58

4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ... 58

4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden ... 59

4.2 Hasil Tanggapan Responden ... 60

4.2.1 Status Consumption ... 61

4.2.2 Counterfeit Brand Type Choice ... 66

4.3 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 74

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

(5)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Perilaku Konsumen Assael ... 11

Gambar 2 Model Perilaku Konsumen Kotler ... 13

Gambar 3 Kerangka Teoritis ... 21

Gambar 4 Kerangka Pemikiran ... 22

(6)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel I Penelitian Terdahulu ... 23

Tabel II Definisi Operasional Variabel ... 33

Tabel III Penelitian Skor Pada Skala Likert ... 35

Tabel IV Hasil Pengujian Validitas Status Consumption ... 40

Tabel V Hasil Pengujian Validitas Counterfeit Brand Type Choice ... 42

Tabel VI Hasil Pengujian Reliabilitas... 45

Tabel VII Nilai Skor Outlier ... 52

Tabel VIII Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ... 53

Tabel IX Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden ... 54

Tabel X Saya Akan Membeli Barang Bermerek Tiruan Karena Dapat Meningkatkan Status Sosial Saya ... 56

Tabel XI Saya Tertarik Dengan Barang Bermerek Tiruan Terbaru Karena Dapat Meningkatkan Status Sosial Saya ... 57

Tabel XII Saya Akan Membayar Lebih Untuk Barang Bermerek Tiruan Yang Dapat Meningkatkan Status Sosial Saya ... 58

Tabel XIII Barang Bermerek Tiruan Tidak Cocok Untuk Meningkatkan Status Sosial Saya ... 59

Tabel XIV Barang Bermerek Tiruan Lebih Berharga Bagi Saya Karena Dapat Meningkatkan Status Sosial Saya ... 60

Tabel XV Secara Umum, Barang Bermerek Tiruan Memiliki Kualitas Yang Memuaskan ... 61

Tabel XVI Secara Umum, Barang Bermerek Tiruan Praktis ... 62

Tabel XVII Secara Umum, Barang Bermerek Tiruan Dapat Diandalkan... 63

Tabel XVIII Bagi saya, Membeli/Menggunakan Barang Bermerek Tiruan Merupakan Penghematan ... 64

Tabel XIX Bagi Saya, Membeli/Menggunakan Barang Bermerek Tiruan Memberikan Kenyamanan ... 65

(7)

xiv Universitas Kristen Maranatha Barang Bermerek Tiruan Merupakan Suatu Kebanggan ... 67 Tabel XXII Bagi Saya, Membeli/Menggunakan

(8)

xv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Kuesioner ... 75

Lampiran B Hasil Tabulasi Data... 78

Lampiran C Hasil Uji Validitas ... 84

Lampiran D Hasil Uji Reliabilitas ... 89

Lampiran E Hasil Uji Frekuensi dan Tanggapan Responden ... 95

Lampiran F Hasil Uji Regresi Linier Sederhana ... 102

(9)

xv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GRAFIK

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era ekonomi yang sulit seperti sekarang ini, setiap orang tetap harus memenuhi

kebutuhannya. Kebutuhan adalah syarat hidup dasar manusia (Kotler dan Keller, 2008).

Maslow dalam Kotler dan Keller (2008) menjelaskan bahwa kebutuhan manusia diatur

dalam hierarki dari yang paling menekan sampai paling tidak menekan diantaranya

adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan

penghargaan diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.

Namun, hal tersebut sepertinya mulai bergeser dengan kondisi yang sedang terjadi

saat ini. Kebutuhan penghargaan diri dan aktualisasi diri dapat menjadi sangat penting

bagi sebagian orang. Mereka menyadari bahwa citra diri atau status merupakan hal yang

penting bagi kehidupan sosial mereka sehingga kedua hal tersebut dapat mempengaruhi

perilaku mereka dalam memilih barang. Perilaku seperti itu dapat dikatakan sebagai

status consumption yang dapat didefinisikan sebagai pembelian, penggunaan, dan

konsumsi dari barang dan jasa untuk meningkatkan status (Mason, 1981; Scitovsky

1992; Eastman et al., 1997). Dengan begitu, perilaku konsumen ini menjadi sangat

penting untuk dipelajari lebih lanjut. Perilaku konsumen merupakan studi tentang

(11)

BAB I PENDAHULUAN

2 Universitas Kristen Maranatha bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan

keinginan mereka (Kotler dan Keller 2008). Schiffman dan Kanuk (2010) menjelaskan

bahwa perilaku konsumen berfokus pada cara konsumen individu, dan konsumen

keluarga atau rumah tangga membuat keputusan untuk membelanjakan sumberdaya

mereka yang tersedia (waktu, uang dan usaha) untuk barang- barang konsumsi yang

terkait, mempelajari apa yang mereka beli, mengapa membelinya, kapan membelinya, di

mana membelinya, seberapa sering membelinya, seberapa sering menggunakannya,

bagaimana mengevaluasinya setelah mereka membelinya, dan bagaimana dampak

evaluasi tersebut pada pembelian dimasa yang akan datang, dan bagaimana mereka.

Perilaku konsumen juga tidak lepas dari tren-tren yang berkembang saat ini

sehingga dapat dikatakan perilaku konsumen bersifat dinamis mengikuti perkembangan

jaman. Tren-tren yang berkembang khususnya fashion mengalami kemajuan yang

sangat pesat. Hal ini yang menyebabkan konsumen memiliki sifat konsumtif karena

ingin terus mengikuti tren saat ini sehingga memunculkan komunitas-komunitas

pencinta barang-barang branded agar mereka selalu up to date terhadap tren yang

berkembang. Komunitas-komunitas itulah yang memunculkan istilah sosialita.

Secara bahasa, para kaum sosialita adalah sebagai orang-orang yang memiliki

derajat tinggi atau terpandang, dan mereka senang berkumpul dengan beberapa

kelompok masyarakat dengan status terpandang dan dengan strata yang sama seperti

mereka, baik dalam sebuah pesta, klub (diskotik), jamuan, arisan, dan sebagainya. Para

(12)

BAB I PENDAHULUAN

3 Universitas Kristen Maranatha konsumsi. Barang-barang yang mereka kenakan tersebut dapat menjadi suatu indikator

terhadap status mereka yang dapat terlihat dari merek-merek papan atas yang mereka

pakai. Merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau semua

kombinasi ini, yang menunjukkan identitas produk atau jasa dari satu penjual atau

sekelompok penjual dan membedakan produk itu dari produk pesaing (Kotler dan Keller

, 2008). Tak jarang mereka berani membayar dengan jumlah yang tidak masuk akal

demi sebuah merek tertentu. Menurut Thomson, et. al. (2005) ada hubungan antara

kekuatan gairah konsumen untuk merek dan kesediaan mereka untuk membayar harga

premium untuk merek tersebut. Mereka menganggap bahwa harga yang mahal dapat

menampilkan suatu prestise dan mereka juga lebih merasa dihargai. Caroll dan Ahuvia

(2006) meneliti bahwa merek tertentu sebagai cara untuk meningkatkan diri sosial

mereka dan untuk mencerminkan diri mereka. Commuri (2009) mengatakan bahwa

tujuan dari perilaku seperti itu adalah untuk mengucilkan orang lain secara sosial dengan

menggunakan merek sebagai sinyal kekayaan atau untuk menghindari pengucilan

tersebut. Mereka menggunakan merek-merek tertentu agar mereka dapat diterima dalam

lingkungan sosial mereka. Dengan membeli merek tertentu maka mereka pun akan

dipandang oleh orang lain serta mendapatkan pengakuan. Onkvist dan Shaw (1987)

mengatakan bahwa barang-barang bermerek meningkatkan citra diri dan konsep diri

konsumen. Menurut SRI Consulting Business Intelligence , mereka membeli

(13)

BAB I PENDAHULUAN

4 Universitas Kristen Maranatha Pemilihan tipe merek telah menjadi sesuatu hal yang penting bagi para pecinta

fashion dan juga sosialita karena dengan begitu mereka dapat memperlihatkan status dan

juga prestise yang akan berpengaruh pada kehidupan sosial mereka. Menurut Elliott &

Wattanasuwan (1998) dan Levy (1959) konsumen membeli sebuah produk dan bukan

hanya untuk mendapatkan manfaat fungsi barang tersebut tetapi juga sebagai sebuah

signal simbolik. Lee (2009) mengatakan bahwa kepribadian konsumen berdampak

langsung pada seleksi akhir pemilihan sebuah merek dan merek tersebut mewakili

konsep diri yang dianut oleh konsumen tersebut. Pemilihan konsumen terhadap

keputusan membelinya tidak hanya dipengaruhi oleh kepribadiannya saja, melainkan

juga konsep diri yang dianutnya dan juga asosiasi merek terhadap kepribadian dan

kepentingannya. Kotler dan Keller (2009) mengemukakan bahwa merek juga

mempunyai kepribadian, dan konsumen mendefinisikan kepribadian merek sebagai

bauran spesifik atas ciri-ciri bawaan manusia yang bisa dikatakan dimiliki oleh merek

tertentu. Merek mengandung ikatan emosional dengan konsumennya. Dengan demikian,

fungsi merek bukan sekedar gambaran tentang produk, merek merupakan wakil pribadi

penggunanya, dan nilai suatu merek berubah dari instrumental menjadi simbolik, yaitu

yang dapat mengekspresikan pemakainya (Rangkuti, 2008).

Namun, tidak sedikit juga orang yang tidak mampu untuk membeli barang

bermerek asli dengan harga yang mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah,

walaupun mereka sebenarnya tetap ingin terlihat dari golongan atas dengan memakai

(14)

BAB I PENDAHULUAN

5 Universitas Kristen Maranatha tiruan ataupun bekas. Menurut MIAP (Masyarakat Indonesia Anti Palsu), Pemalsuan

adalah memproduksi suatu produk yang menyalin atau meniru penampakan fisik suatu

produk asli sehingga menyesatkan para konsumen bahwa ini adalah produk dari pihak

lain. Produk yang melanggar merek dagang, pelanggaran hak cipta, peniruan kemasan,

label dan merek merupakan bagian dari pemalsuan.

Penggolongan barang palsu menurut para ahli bisa dibedakan menjadi 4

golongan, berdasarkan pada tingkat pelanggaran, yaitu:

1. Produk Palsu Sejati (True Counterfeit Product)

2. Produk Palsu yang Tampak Serupa(Look-Alike)

3. Reproduksi

4. Imitasi yang Tak Meyakinkan

Tapi ada juga penggolongan lain yang berdasarkan konsumen tentang produk

yang bersangkutan, yakni:

1. Deceptive Counterfeiting (pemalsuan yang bersifat memperdayai)

2. Non-DeceptiveCounterfeiting (pemalsuan yang tidak bersifat memperdayai)

Banyak orang rela untuk menggunakan barang bermerek sekalipun hanya untuk

tetap bergaya dan diterima dalam lingkungan sosialnya, selain itu juga mereka percaya

dengan memakai barang bermerek palsu status sosial pun akan meningkat. Seperti yang

(15)

BAB I PENDAHULUAN

6 Universitas Kristen Maranatha ketika membeli barang bermerek palsu. Namun lebih besar lagi keinginan untuk

memiliki prestise dan simbol status dari sebuah merek terkenal. Riset-riset terdahulu

juga telah mengidentifikasikan bahwa ada dua macam konsumen dalam pemalsuan

produk. Pertama adalah korban, yang tidak tahu dan tidak bermaksud untuk membeli

barang palsu dikarenakan miripnya barang palsu tersebut dengan produk aslinya

(Grossman and Shapiro, 1988; Bloch et al., 1993; Mitchell and Papavassilliou, 1997;

Tom et al. 1998). Sedangkan yang kedua adalah konsumen yang memang bersedia

berpartisipasi dalam membeli barang palsu walaupun sadar bahwa hal tersebut adalah

kegiatan ilegal (Bloch, et. al., 1993; Cordell, et. al., 1996; Prendergast, et. al., 2002).

Sebagai barang palsu, mereka tetap memberikan fungsional yang sama dengan barang

aslinya, tapi hanya dengan sebagian kecil harga barang aslinya, maka barang palsu

cukup disukai. Untuk konsumen yang sangat peka dengan arti sebuah nilai produk, maka

sikap konsumen tersebut terhadap barang palsu menjadi positif. Seperti yang

dikemukakan oleh Lichenstein, et. al., (1993) bahwa konsumen yang sadar nilai

memiliki kesenangan besar ketika mampu membeli barang dengan harga yang lebih

rendah karena mereka merasa seperti " pembeli yang cerdas " . Beberapa konsumen

membeli merek imitasi karena nilai , yang lain memilih mereka untuk menunjukkan

bahwa mereka adalah pembeli pintar ( Penz dan Stottinger 2005; Tom, et. al., 1998).

Oleh sebab itu, seringkali para pemakai barang bermerek palsu seringkali

dipersepsikan sebagai golongan atas, pribadi terpandang dan kaya. Baginya, merek dapat

meningkatkan kepercayaan diri dan juga status mereka. Namun, apakah pengguna

(16)

BAB I PENDAHULUAN

7 Universitas Kristen Maranatha memakai barang bermerek asli. Apakah mereka beranggapan bahwa dengan memakai

barang bermerek palsu dapat meningkatkan status sosial mereka juga ? Hal ini membuat

peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai hal ini.

1.2 Rumusan Masalah

Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah, Sekaran & Bougie

(2009) mendefinisikan riset sebagai suatu investigasi atau keingintahuan saintifik yang

terorganisasi, sistematik, berbasis data, kritikal terhadap suatu masalah dengan tujuan

menemukan jawaban atau solusinya. Berdasarkan latar belakang, berikut diuraikan

pertanyaan pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

Apakah status consumption dari konsumen berpengaruh terhadap counterfeit

brand type choice ?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, secara spesifik penelitian ini memiliki tujuan sebagai

berikut:

Untuk menguji dan menganalisis adanya pengaruh status consumption terhadap

(17)

BAB I PENDAHULUAN

8 Universitas Kristen Maranatha 1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian berupa manfaat praktis

dan teoritis.

a) Manfaat praktis

 Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengupayakan cara-cara bagi perusahaan dalam

memberikan pelayanan yang tepat dan sesuai bagi konsumen dalam membantu proses

pemilihan tipe merek yang akhirnya dapat menghasilkan keputusan pembelian yang

tepat. Dengan memperhatikan faktor yang dapat mempengaruhi konsumen dalam

melakukan proses pemilihan tipe merek, pemasar dapat memenuhi kebutuhan dan

kepentingan konsumen terutama dalam kepentingan sosial mereka. Dengan demikian,

pengusaha juga mendapat keunggulan kompetitif di tengah persaingan yang ada.

 Bagi akademisi

Membantu para akademik dalam memahami perilaku konsumen sehingga dapat

mengembangkan strategi pemasaran dengan mengetahui faktor yang berpengaruh dalam

(18)

BAB I PENDAHULUAN

9 Universitas Kristen Maranatha b) Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengkonfirmasi teori mengenai perilaku konsumen

khususnya yang berhubungan dengan konsep pemilihan tipe merek.

 Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan diskusi maupun referensi acuan

(19)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

79 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh status consumption terhadap

counterfeit brand type choice, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

 Nilai signifikansi () pada status consumption yang diperoleh dari analisis regresi

adalah sebesar 0.000 yang berarti Ho ditolak karena nilai signifikansi () dari faktor

status consumption nilainya lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

status consumption berpengaruh signifikan terhadap counterfeit brand type choice.

Besarnya pengaruh status consumption terhadap counterfeit brand type choice

adalah sebesar 22,8 % dan sisanya 77,8 % dipengaruhi oleh faktor lain. Berarti

pengaruh yang diberikan oleh status consumption terhadap counterfeit brand type

choice tidak begitu besar yaitu hanya sebesar 22,8 %.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini hanya menggunakan faktor status consumption untuk menguji

counterfeit brand type choice.

 Penelitian ini hanya dilakukan di sekitar Kota Bandung dan hanya kepada pengguna

barang bermerek tiruan.

(20)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

80 Universitas Kristen Maranatha 5.3 Saran

Untuk penelitian ke depannya bisa menggunakan faktor lainnya selain status

consumption untuk mengukur pemilihan tipe merek, dapat menggunakan faktor daya

beli dan faktor pendapatan.

 Sebaiknya pengumpulan data tidak hanya dilakukan di Kota Bandung , namun dapat

juga dilakukan di kota-kota lain agar data yang dihasilkan dapat lebih baik.

 Dalam penelitian selanjutnya dapat menggunakan tipe merek lainnya seperti barang

bermerek authentic dan juga produk fashion yang lebih spesifik seperti jam, tas,

(21)

81 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Assael, H., 1992, Consumer Behavior & Marketing Action, Fourth Edition, New York: Kent Publishing Company.

Bian, X., Veloutsou, C. 2007. “Consumers‟ Attitudes Regarding Non-Deceptive Counterfeit Brands in the UK and China”. Brand Management. Vol. 14 No. 3 pp.211-22.

Bloch, P.H., Bush, R.F., Campbell, L. 1993. “Consumer „Accomplices‟ in Product Counterfeiting: a Demand-side Investigation”. Journal of Consumer Marketing. Vol. 10 No.2 pp.27-36.

Carroll, B & Ahuvia, A. (2006): Some Antecedents and Outcomes of Brand Love. Marketing Letters, 17, 2, pp. 79-89.

Chadha, R. 2007. From Mao suits to Armani. Advertising Age 78(2), 27.

Cheng, Shih-I ; Fu, Hwai-Hui ; Tu, Le Ti Cham . (2011). Examining Customer Purchase Intentions for Counterfeit Products Based on a Modified Theory of Planned Behavior. International Journal of Humanities and Social Science. Vol 1 No.10, p: 278-284.

Commuri, S. (2009). The impact of counterfeiting on genuine-item consumers’ brand relationships. Journal of Marketing, 73, 86–98.

Cooper, D.R & P.S. Schindler. 2011. Business Research Methods, 7th Edition, McGraw-Hill Companies, Inc., New York.

Cooper, D.R & P.S. Schindler. 2008. Business Research Methods, McGraw-Hill Companies, Inc., New York.

Cordell, V. V., Wongtada, N. and Kieschnick Jr., R. L. 1996. Counterfeit Purchase Intentions: Role of Lawfulness Attitudes and Product Traits as Determinants. Journal of Business Research 35, 41 – 53.

Dawson, S., Cavell, J. 1986. “Status Recognition in the 1980s: Invidious Distinction Revisited” in Wallendorf, M., Anderson, P. (Eds). Advances in Consumer Research. Association for Consumer Research, Provo, UT, Vol.14 pp.487-91.

Eastman, J. K., Fredenberger, B., Campbell, D. and Calvert, S. 1997, “The Relationship Between Status Consumption and Materialism: A Cross-cultural Comparison of Chinese, Mexican, and American Students”, Journal of Marketing Theory and Practice, Iss. Winter.

(22)

82 Universitas Kristen Maranatha and Preview”. Academy of Marketing Science Review. Vol. 2006 No.12.

Elliott, Richard, and Wattanasuwan, Kritsadarat (1998), " Consumption and the Symbolic Project of the Self". In: European Advances in Consumer Research, 3 (Ed.) Englis, B. and Olofsson, A., (Provo, Utah), Association for Consumer Research, pp.17-20.

Freedman, A.M. 1991. “Little Wishes form the Big Dream: the American Way of Buying”. Wall Street Journal. September pp.4-10.

Geiger-Oneto, Stephanie; Gelb, Betsy D, Walker, Doug ; Hess, James D. (2012). “Buying status” by choosing or rejecting luxury brands and their counterfeits. Journal Academy of Marketing Science, 41: 357-372.

Gentry, J.W., Putrevu, S., Shultz, C.J. II . 2006. “The Effects of Counterfeiting on Consumer Search”. Journal of Consumer Behaviour. Vol. 5 No. 3 pp.245-56.

Gozhali, Imam, 2011. Edisi Kelima. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Grossman, G.M., Shapiro, C. 1988. “Foreign Counterfeiting of Status Goods”. Quarterly Journal of Economics. Vol. February pp.79-100.

Hudders, Liselot ; Pandelaere, Mario. The Silver Lining of Materialism: The Impact of Luxury Consumption on Subjective Well-Being. J Happiness Stud (2012) 13:411–437.

Indriantoro dan Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Jogiyanto, H.M, (2011). Metode Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman, Yogyakarta : BPFE.

Joy, Gemini V. and James, P.S. 2012. Do Prestige Goods Enhance Self-Esteem and Professionalism? A Study on Users of Luxury-Branded Shirts. Marketing Review St. Gallen (1) : 17 – 22.

Kotler, Philip, 1997. Manajemen Pemasaran. Jakarta, Prenhallindo.

Kotler, Philip., dan Keller, Kevin Lane. (2008). Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi 13, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip., dan Keller, Kevin Lane. (2008). Manajemen Pemasaran, Jilid 2, Edisi 13, Penerbit Erlangga, Jakarta.

(23)

83 Universitas Kristen Maranatha Kotler, Philips. 2009. Manajemen Pemasaran (Terjemahan) Jilid 9. Jakarta: PT.

Prehallindo.

Lee, Kaman (2009) "Gender differences in Hong Kong adolescent consumers' green

purchasing behavior", Journal of Consumer Marketing, Vol. 26 Iss: 2, pp.87 – 96.

Levy, Sidney J. (1959), "Symbols for Sale", Harvard Business Review, 1959 No. 37,4, pp. 117-124.

Lichenstein, D., Ridgway, N. M., & Netemeyer, R. G. (1993). Price perceptions and consumer shopping behavior: a field study. Journal of Marketing Research, 30, 234–245.

Mason, R.S. 1981, Conspicuous Consumption: A Study of Exceptional Consumer Behavior. New York: St. Martin’s Press.

Miller, C. 1991. “Luxury Goods Still Have Strong Market Despite New Tax”. Marketing News. Vol. 25 pp.1-7.

Mitchell, V.W., Papavassiliou, V. 1997. “Exploring Consumer Confusion in the Watch Market”. Marketing Intelligence & Planning. Vol. 15 No. 4 pp.164-72.

Musay, Fransisca Paramitasari. (2013). Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian (Survei Pada Konsumen KFC Kawi Malang). Skripsi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

Nill, A., Shultz, C.J. 1996. “The Scourge of Global Counterfeiting”. Business Horizons. Vol. 39 No. 6 pp.37-43.

Putri, Primadhany Kartana. (2011). Pengaruh Faktor Sosial dan Psikografis terhadap Keputusan Mahasiswa Melakukan Registrasi Akademik (Studi pada Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Terdaftar dan Aktif Tahun Akademik 2010/2011).

Penz, E., & Stottinger, B. (2005). Forget the “real” thing - take the copy! An exploratory model for the volitional purchase of counterfeit products. Advances in Consumer Research, 32, 568–575.

Peter, J. Paul dan Olson, Jerry C. (2013). Perilaku Konsumen & Strategi Pemasaran, Jilid 1, Edisi 9, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

(24)

84 Universitas Kristen Maranatha Priyatno, Dwi. (2008). Mandiri Belajar SPSS Untuk Analisis Data dan Uji Statistik,

Mediakom.

Rangkuti Freddy, 2008. The Power of Brand’s. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Roscoe, J. T. (1975). Fundamental research statistics for the behavioural sciences. (2nd ed.) New York: Holt Rinehart & Winston.

Scitovsky, T. 1992, The Joyless Economy: The Psychology of Human Satisfaction, revised edn, Oxford, Oxford University Press.

Schiffman, Leon. G. dan Leslie Lazar Kanuk, 2010. Edisi Tujuh. “ Perilaku

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV Alfabeta.

Suliyanto, 2006. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta : Andi

Tatzel, Miriam. The Art of Buying : Coming to Terms with Money and Materialsm. Journal of Happiness Studies 4: 405–435, 2003.

Teah, Min and Phau, Ian. 2008. The influence of personality factors on attitudes towards counterfeiting of luxury brands and purchase intention, Australian and New Zealand Marketing Academy Conference, Dec 1 2008. Olympic Park, Sydney: University of Western Sydney.

Thomson, M., MacInnis, D.J. and Park, C.W. (2005). The ties that bind: Measuring the strength of consumers’ emotional attachment to brands. Journal of Consumer Psychology 15 (1) : 77 – 91.

Tjahjono, Amelia; Prof. Dr. Semuel, Hatane MS; M. R. Karina, Ritzky; Brahmana, S.E., M.A. Analisa Marketing Mix, Lingkungan Sosial, Psikologi terhadap Keputusan Pembelian Online Pakaian Wanita. JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 1, No. 2, (2013) 1-9.

(25)

85 Universitas Kristen Maranatha Trisdiarto, Tommy Hendro. (2012). Pengaruh Faktor Sosial Dan Personal Terhadap

Sikap dan Niat Beli Konsumen Untuk Barang Fashion Palsu di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung .Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Onkvist, S./ Shaw, J.J. (1987): Self-Concept and Image Congruence: Some Research and Managerial Implications, in: The Journal of Consumer Market-

ing, Winter, pp. 13-24.

Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan. (2009). Komunitas Peduli Asli Untuk

Menekan Peredaran Barang Palsu. Diakses dari

http://miap.or.id/main/berita/detail.php?detail=20091230160731 pada tanggal 20 Oktober 2014.

Wardana, Dwiyadi Surya (2011). Pengaruh Kepribadian Konsumen pada Pilihan Merek sebagai Konsep Diri pada Kategori Produk. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggala.

Wibisono. 2000. Metodologi Penelitian. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Zhou, L., Hui, M.K. 2003. “Symbolic Value of Foreign Products in the People‟s

Referensi

Dokumen terkait

tentang sesuatu pada saat yang timbul secara tiba-tiba, sedangkan kata belum mengandung ciri makna proses, peristiwa atau keadaan yang melibatkan jangka

Permasalah utama yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah adalah “Bagaimana kesenian calung dapat bertahan seiring perkembangan zaman pada tahun 1970-2013?”

“Kehadiran UNAIR telah menjadi lokomotif peningkatan kualitas sumber daya manusia di Banyuwangi,” ujar Bupati yang baru saja dilantik untuk periode keduanya ini.. Menurut Anas,

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa padat penebaran berbeda berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik, produksi dan rasio konversi pakan

Dari pengertian singkat di atas dapat dijumpai di dalamnya beberapa unsur yang memberikan wujud pengertian perjanjian, antara lain hubungan hukum yang menyangkut hukum kekayaan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul: “Analisis Potensi dan Daya Saing Kawasan Minapolitan di Kabupaten Sidoarjo” adalah benar-benar hasil karya

Tahap do atau tahap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini, dimana kegiatan pembelajaran dimulai dengan dosen model dan moderator membuka pelajaran. Setelah

• Hingga Agustus 2015, jumlah utang dalam dollar AS yang dimiliki perseroan sekitar US$ 515 juta dari total Rp 22,6 triliun atau sekitar 32%.S elain mengurangi porsi utang