• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Analisis Stabilitas Bendung Tetap (Studi Kasus Bendung Njaen Pada Sungai Brambangan Sukoharjo) Binder5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Analisis Stabilitas Bendung Tetap (Studi Kasus Bendung Njaen Pada Sungai Brambangan Sukoharjo) Binder5"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

TINJAUAN ANALISIS STABILITAS BENDUNG TETAP

(STUDI KASUS BENDUNG NJAEN PADA SUNGAI

BRAMBANGAN SUKOHARJO)

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dikerjakan oleh :

SULARNO NIM : I 8708011

PROGRAM STUDI D-III INFRASTRUKTUR PERKOTAAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

TINJAUAN ANALISIS STABILITAS BENDUNG TETAP

(STUDI KASUS BENDUNG NJAEN PADA SUNGAI

BRAMBANGAN SUKOHARJO)

TUGAS AKHIR

Dikerjakan Oleh:

SULARNO NIM : I 8707011

Telah disetujui untuk dipertahankan Tim Penguji Pendadaran Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Diperiksa dan disetujui ; Dosen Pembimbing

(3)

commit to user

iii

LEMBAR PENGESAHAN

TINJAUAN ANALISIS STABILITAS BENDUNG TETAP

(STUDI KASUS BENDUNG NJAEN PADA SUNGAI

BRAMBANGAN SUKOHARJO)

TUGAS AKHIR

Dikerjakan Oleh: SULARNO NIM : I 8707011

Dipertahankan didepan tim penguji:

1. Ir. J.B SUNARDI WIDJOJO, Msi :... NIP. 19471230 198410 1 001

2. Ir. SUYANTO, MM :... NIP. 19520317 198503 1 001

3. Ir. SUDARTO, Msi :... NIP. 19570327 198603 1 002

Mengetahui, a.n. Dekan Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS

KUSNO ADI SAMBOWO, ST, Msc, PhD NIP.19691026 199503 1 002

Mengetahui, Disahkan,

Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNS

Ir. BAMBANG SANTOSA, MT NIP. 19590823 198601 1 001

Ketua Program D-III Teknik Jurusan Teknik Sipil FT UNS

(4)

commit to user

iv

MOTTO

““Sedikit pengetahuan disertai tindakan adalah lebih

berharga daripada banyak

pengetahuan namun tak ada tindakan apapun……..”

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir dipersembahkan kepada :

Allah SWT, hanya padamulah aku berserah diri, meminta cahaya

penerangan dan ketabahan dalam hidupku

Kedua orang tuaku dan kakakku yang tak pernah henti-hentinya

memberikan dukungan, semangat, doa serta kasih sayangnya. Inilah

persembahanku, semoga bisa selalu menjadi bagian dari banyak kebahagiaan

yang kita syukuri

„My Dreams‟. … yang menjadikan putus as

aku menjadi sebuah semangat

untuk maju.

Anak

anak kost genk GapLE terimakasih buat bantuannya selama ini.

Teman-

teman infras ‟0

8 yang telah memberikan bantuan dan

semangatnya dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini

Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan Tugas Akhir

ini.

…..

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir

ini dengan judul “TINJAUAN ANALISIS STABILITAS BENDUNG TETAP(STUDI

KASUS BENDUNG NJAEN PADA SUNGAI BRAMBANGAN SUKOHARJO)

dengan baik. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penyusun banyak menerima

bimbingan, bantuan dan dorongan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, dalam kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak

terhingga kepada :

1. Segenap pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta stafnya.

2. Segenap pimpinan Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta

stafnya.

3. Segenap pimpinan Program D-III Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta

stafnya.

4. Ir. JB. Sunardi Widjojo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir atas arahan dan

bimbingannya selama dalam penyusunan tugas ini.

5. Ir. Koosdaryani, MT., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan

bimbingannya.

6. Rekan – rekan dari Teknik sipil semua angkatan dan semua pihak yang telah membantu

terselesaikannya laporan Tugas Akhir ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, kritik dan saran maupun masukan yang membawa ke arah perbaikan dan

bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan

manfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2011

(6)

commit to user

vi

ABSTRAK

Sularno, 2011. “Tinjauan Analisis Stabilitas Bendung Tetap (Studi Kasus

Bendung Njaen pada Sungai Brambangan Sukoharjo)”

Tugas Akhir, Jurusan Sipil, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.. Pembimbing; Ir. JB. Sunardi, M.Si.

Bendung Njaen merupakan bendung tetap yang berdiri sejak tahun 1950 yang terletak di Desa Kagokan kecamatan Gatak Sukoharjo. Bendung ini dibangun dengan tujuan meninggikan elevasi muka air sungai Brambangan pada saat musim kemarau, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanaian bagi warga setempat. Tapi kini pada tubuh bangunan hilir bendung terjadi kerusakan berupa penggerusan yang dikhawatirkan akan mempengaruhi stabilitas kemanaan bangunan bendung tersebut.

Perhitungan Analisis Stabilitas Bendung Nilai Stabilitas pada Kondisi air Normal; Stabilitas terhadap guling (Sf = 2.28 ≥ 1.5); Stabilitas terhadap geser (Sf = 1.96 ≥ 1.5);

eksentrisitas pembebanan yang terjadi (e = 0.37 ≤ 1.37); Daya dukung tanah atau

Tegangan tanah yang terjadi (σmin = 3.95 t/m2

< 20 t/m2); (σmaks = 6.89 t/m2 <20 t/m2), stabilitas terhadap erosi bawah tanah (piping )(C= 4.49 ≥ 4.0). Nilai Stabilitas

pada Kondisi air Banjir ;Stabilitas terhadap guling (Sf = 1.83 ≥ 1.25); Stabilitas terhadap geser (Sf = 2.46 ≥ 1.25); eksentrisitas pembebanan yang terjadi (e = 0.814 ≤

1.37); Daya dukung tanah atauTegangan tanah yang terjadi (σmin = 2.31 t/m2

< 20

t/m2); (σmaks = 8.99 t/m2 < 20 t/m2), stabilitas terhadap erosi bawah tanah (piping) (C =

5.2 ≥ 4.0). Dari hasil perhitungan Kontrol Stabilitas masih memenuhi syarat dan aman.

(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Sularno, 2011. "Review of Stability Analysis of Fixed weir (dam Njaen Case Study on River Brambangan Sukoharjo)"

Final Project, Department of Civil, Faculty of Engineering, University of Surakarta Eleven March Mentors; Ir. JB. Sunardi, M.Sc.

Njaen weir is a weir fixed builti since 1950 located in the Village Kagokan Gatak Sukoharjo district. Weir was built with the goal of elevating elevation Brambangan river water during the dry season, so it can be used to irrigate pertanaian for local residents. But now the body of the weir downstream building damage in the form of grinding which is feared to affect the stability of the dam building security.

Calculation of Stability Analysis The stability of the dam Value Normal Water

Conditions: The stability of the bolsters (Sf = 2.28 ≥ 1.5); Stability against sliding (Sf = 1.96 ≥ 1.5); eccentricity of loading occurs (e = 0.37 ≤ 1:37); Carrying capacity of land

or Voltage soil occurred (σmin = 3.95 t/m2 <20 t/m2); (σmaks = 6.89 t/m2 <20 t/m2),

the stability of underground erosion (piping) (C = 4.49 ≥ 4.0). Stability in the value of flood water conditions; stability against rolling (Sf = 1.83 ≥ 1.25); Stability against sliding (Sf = 2.46 ≥ 1.25); eccentricity of loading occurs (e = 0814 ≤ 1:37); Carrying capacity of land occurring soil atauTegangan (σmin = 2.31 t/m2 <20 t/m2); (σmaks = 8.99 t/m2 <20 t/m2), the stability of underground erosion (piping) (C = 5.2 ≥ 4.0). From

the calculation Stability Control is still eligible and safe.

(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... .iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR. ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI. ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... I-1

...

1.1. Latar Belakang ... I-1

1.2. Rumusan Masalah. ... I-2

1.3. Batasan Masalah... I-2

1.4. Maksud dan Tujuan ... I-2

1.5. Manfaat Penulisan ... I-2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... II-1 2.1. Umum ... II-1

2.2. Analisis Stabilitas ... II-1

2.2.1. Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan ... II-1

2.2.2. Tekanan air ... II-1

2.2.3. Tekanan lumpur ... II-6

2.2.4. Gaya gempa ... II-7

2.2.5. Berat bangunan ... II-8

(9)

commit to user

ix

2.3. Kebutuhan Stabilitas ... II-10

2.3.1. Ketahanan terhadap gelincir... II-11

2.3.2. Ketahanan terhadap guling ... II-13

2.3.3. Stabilitas terhadp erosi bawah tanah (piping) ... II-14

2.4. Detail Bangunan Bendung ... II-17

2.4.1. Dinding penahan ... II-17

2.4.2. Perlindungan terhadap erosi bawah tanah ... II-20

2.4.2.1. Lantai hulu ... II-20

2.4.2.2. Dinding halang (cut-off) ... II-21

2.4.2.3. Alur pembuang/filter ... II-22

2.4.2.4. Kontruksi pelengkap ... II-22

2.4.3. Peredam energi ... II-23

BAB III METODE PENELITIAN ... III-1

3.1. Lokasi Penelitian ... III-1

3.2. Langkah-langkah Penelitian ... III-2

3.2.1. Mencari Data atau Informasi ... III-2

3.2.1.1. Tahap persiapan ... III-2

3.2.1.2. Pengumpulan data... III-3

3.2.2. Mengolah Data ... III-4

3.2.3. Penyusunan Laporan ... III-4

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS ... IV-1 4.1. Data Teknis Bendung ... IV-1

4.2. Analisis Stabilitas Bendung ... IV-2

4.2.1. Perhitungan Gaya-gaya pada Bendung ... IV-2

4.2.1.1. Berat sendiri bendung ... IV-2

4.2.1.2. Gaya akibat gempa ... IV-4

4.2.1.3. Gaya hidrostatis ... IV-6

(10)

commit to user

x

4.2.1.5. Gaya tekanan lumpur ... IV-13

4.2.2. Kontrol Stabilatas Bendung ... IV-16

4.2.2.1. Guling ... IV-16

4.2.2.2. Geser ... IV-17

4.2.2.3 Eksentrisitas ... IV-18

4.2.2.4. Daya dukung tanah ... IV-19

4.2.2.5. Erosi bawah tanah (piping) ... IV-20

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA ... V-1

5.1. Rekapitulasi Volume Pekerjaan Bendung ... V-1

5.2. Analisa Harga Satuan Pekerjaan ... V-1

5.3. Perhitungan Anggaran Biaya ... V-5

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... VI-1

6.1. Kesimpulan ... VI-1

6.2. Saran ... VI-1

PENUTUP

(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Gaya angkat untuk bangunan yang dibangun pada pondasi

buatan.. ... II-2

Gambar 2.2 Kontruksi jaringan aliran menggunakan analog listrik... ... ..II-4

Gambar 2.3 Contoh jaringan aliran dibawah dam pasangan batu

pada pasir ... II-4

Gambar 2.4 Gaya angkat pada pondasi bendung. ... II-5

Gambar 2.5 Unsur-unsur persamaan distribusi tekanan pada pondasi. ... II-9

Gambar 2.6 Tebal lantai kolam olak ... II-13

Gambar 2.7 Metode angka rembesan lane. ... II-15

Gambar 2.8 Ujung hilir bangunan; sketsa parameter-parameter stabilitas ... II-17

Gambar 2.9 Dinding penahan gravitasi penahan batu. ... II-18

Gambar 2.10 Perlindungan terhadap rembesan melibat pangkal bendung. ... II-19

Gambar 2.11 Lantai hulu... II-21

Gambar 2.12 Dinding- inding halang di bawah lantai hulu atau tubuh

bendung. ... II-22

Gambar 2.13 Alur pembuang filter di bawah kolam olak. ... II-23

Gambar 3.1 Denah lokasi studi penelitian. ... III-1

Gambar 3.2 Tubuh bendung. ... III-2

Gambar 3.3 Diagram alir penelitian ... III-5

Gambar 4.1 Gaya akibat berat sendiri yang bekerja pada bendung. ... IV-3

Gambar 4.2 Gaya akibat gempa yang bekerja pada bendung. ... IV-6

Gambar 4.3 Gaya hidrostatis yang bekerja pada bendung pada kondisi

air normal ... IV-7

Gambar 4.4 Gaya hidrostatis yang bekerja pada bendung pada kondisi

air banjir. ... IV-8

Gambar 4.5 Gaya uplift pressure yang bekerja pada bendung pada

(12)

commit to user

xii

Gambar 4.6 Gaya uplift pressure yang bekerja pada bendung pada

kondisi air banjir... IV-13

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Harga-hargaξ ... II-3

Tabel 2.2 Koefisien jenis tanah ... II-7

Tabel 2.3 Periode ulang dan percepatan dasar gempa, ac ... II-8

Tabel 2.4 Harga-harga perkiraan untuk koefisien gesekan ... II-11

Tabel 2.5 Harga-harga minimum angka rembesan Lane (CL) ... II-16

Tabel 4.1 Hasil perhitungan Momen akibat Gaya berat sendiri... IV-3

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Momen akibat Gaya Gempa ... IV-5

Tabel 4.3 Hasil perhitungan Momen akibat Gaya Hidrostatis pada saat

kondisi air normal ... IV-7

Tabel 4.4 Hasil perhitungan Momen akibat Gaya Hidrostatis pada saat

kondisi air banjir ... IV-7

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Rembesan dan Tekanan Air pada saat

kondisi air normal ... IV-9

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Momen akibat Gaya uplift pressure pada saat kondisi

air normal ... IV-10

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Rembesan dan Tekanan Air pada saat

kondisi air banjir ... IV-11

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Momen akibat Gaya uplift pressure pada saat kondisi

air banjir ... IV-12

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Momen akibat Gaya Tekanan lumpur ... IV-14

Tabel 4.10 Resume Hasil Perhitungan Gaya-gaya yang bekerja pada

Bendung ... IV-15

Tabel 5.1 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Galian Tanah. ... V-2

Tabel 5.2 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Timbunan Tanah

dipadatkan. ... V-2

Tabel 5.3 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Beton Sicloop ... V-3

(14)

commit to user

xiv

Tabel 5.5 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pasangan Batu Kali ... V-4

(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 Peta zona koefisien gempa

(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bendung adalah suatu bangunan yang dibuat dari pasangan batu kali, bronjong

atau beton, yang terletak melintang pada sebuah sungai yang tentu saja bangunan

ini dapat digunakan pula untuk kepentingan lain selain irigasi, seperti untuk

keperluan air minum, pembangkit listrik atau untuk penggelontoran suatu kota.

Menurut macamnya bendung dibagi dua, yaitu bendung tetap dan bendung

sementara, bendung tetap adalah bangunan yang sebagian besar konstruksi terdiri dari

pintu yang dapat digerakkan untuk mengatur ketinggian muka air sungai

sedangkan bendung tidak tetap adalah bangunan yang dipergunakan untuk

meninggikan muka air di sungai, sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air

dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier.

Bendung Njaen merupakan bendung tetap yang beriri sejak tahun 1950 yang terletak

di Desa Kagokan kecamatan Gatak Sukoharjo. Bendung ini dibangun dengan tujuan

meninggikan elevasi muka air sungai Brambangan pada saat musim kemarau,

sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanaian bagi warga setempat.

Tapi kini pada tubuh bangunan hilir bendung terjadi kerusakan berupa penggerusan

yang dikhawatirkan akan mempengaruhi stabilitas kemanaan bangunan bendung

tersebut.

Salah satu persyaratan keamanan suatu bangunan bendung yaitu harus stabil terhadap

geser (sliding), guling (overtuning), dan erosi bawah tanah (piping). Untuk itu harus

di hitung gaya dihitung gaya-gaya yang bekerja pada bangunan bendung , kemudian

gaya-gaya yang bekerja pada bangunan itu dianalisis dan dikontrol stabilitasnya

(17)

commit to user

2

penulis mencoba menganalisis stabilitas suatu bangunan bendung dan menjadikan

Bendung Njaen sebagai obyek studi.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam penulisan Tugas Akhir ini rumusan masalah dapat disusun sebagai berikut :

1. Bagaimana langkah-langkah dalam menganalisis stabilitas bangunan suatu

bendung berdasarkan persyaratan teknis?

2. Berapa angka keamanan bendung terhadap stabilitasnya?

1.3. Batasan Masalah

Mengingat terbatasnya waktu dan biaya penelitian, serta masalah yang dihadapi

maka studi ini dibatasi pada beberapa masalah yaitu gambar (desain) dan data teknis

bendung yang akan dianalisis merupaakan asumsi data penulis untuk daerah desa

Kagokan kecamatan Gatak kabupaten Sukoharjo pengukuran langsung ke lapangan.

1.4. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Mengetahui nilai keamanan suatu bendung terhadap geser (sliding), guling

(overtuning) dan erosi bawah tanah (piping).

2. Manghitung anggaran biaya untuk membangun bangunan bendung tersebut.

1.5. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan laporan Tugas Akhir ini dapat menjadi penambah sumber

(18)

commit to user

3 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Bendung adalah suatu bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun

melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan elevasi muka

air, sehingga air dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi suatu lahan pertanian

untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi lahan dan sumber air hujan yang

ada di daerah tersebut.

2.2 Analisis Stabilitas

2.2.1 Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan

Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan bendung dan mempunyai arti penting dalam

perencanaan adalah:

(a) tekanan air, dalam dan luar

(b) tekanan lumpur (sediment pressure)

(c) gaya gempa

(d) berat bangunan

(e) reaksi pondasi.

2.2.2 Tekanan air

Gaya tekan air dapat dibagi menjadi gaya hidrostatik dan gaya hidrodinamik.

Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah permukaan air. Tekanan air

akan selalu bekerja tegak lurus terhadap muka bangunan. Oleh sebab itu agar

perhitungannya lebih mudah, gaya horisontal dan vertikal dikerjakan secara terpisah.

Tekanan air dinamik jarang diperhitungkan untuk stabilitas bangunan bendung

dengan tinggi energi rendah.

Gaya tekan ke atas. Bangunan bendung mendapat tekanan air bukan hanya pada

(19)

commit to user

4

tekan ke atas, yakni istilah umum untuk tekanan air dalam, menyebabkan

berkurangnya berat efektif bangunan diatasnya.

Rumus gaya tekan ke atas untuk bangunan yang didirikan pada pondasi batuan adalah

(lihat Gambar 6.4):

di mana:

c = proposi luas di mana tekanan hidrostatik bekerja (c = 1, untuk semua tipe

pondasi)

γw = berat jenis air, kN/m3 h2 = kedalaman air hilir, m

ξ = proposi tekanan (proportion of net head)

h1 = kedalaman air hulu, m

A = luas dasar, m2

Wu = gaya tekan ke atas resultante, kN

……….….…….………. .

Gambar 2.1 Gaya angkat untuk bangunan yang dibangun pada pondasi buatan

γw

h1

γw

h2

γw

(20)

commit to user

5

Gaya tekan ke atas untuk bangunan pada permukaan tanah dasar (subgrade) lebih

rumit. Gaya angkat pada pondasi itu dapat ditemukan dengan membuat jaringan

aliran (flownet), atau dengan asumsi-asumsi yang digunakan oleh Lane untuk teori

angka rembesan (weighted creep theory).

Gaya tekan ke atas untuk bangunan pada permukaan tanah dasar (subgrade) lebih

rumit. Gaya angkat pada pondasi itu dapat ditemukan dengan membuat jaringan

aliran (flownet). Dalam hal ditemui kesulitan berupa keterbatasan waktu pengerjaan

dan tidak tersedianya perangkat lunak untuk menganalisa jaringan aliran, maka

perhitungan dengan asumsi-asumsi yang digunakan oleh Lane untuk teori angka

rembesan (weighted creep theory) bisa

diterapkan.

Jaringan aliran dapat dibuat dengan:

(1) plot dengan tangan

(2) analog listrik atau

(3) menggunakan metode numeris (numerical method) pada komputer.

Dalam metode analog listrik, aliran air melalui pondasi dibandingkan dengan aliran

listrik melalui medan listrik daya-antar konstan. Besarnya voltase sesuai dengan

tinggi iezometrik, daya-antar dengan kelulusan tanah dan aliran listrik dengan

kecepatan air (lihat Gambar 2.2) Untuk pembuatan jaringan aliran bagi bangunan

utama yang dijelaskan disini, biasanya cukup diplot dengan tangan saja.

Contoh jaringan aliran di bawah bendung pelimpah diberikan pada Gambar 2.3. Tabel 2.1 Harga-harga ξ

(21)

commit to user

6

Dalam teori angka rembesan Lane, diandaikan bahwa bidang horisontal memiliki

daya tahan terhadap aliran (rembesan) 3 kali lebih lemah dibandingkan dengan

bidang vertikal. Ini dapat dipakai untuk menghitung gaya tekan ke atas di bawah

bendung dengan cara membagi beda tinggi energi pada bendung sesuai dengan

panjang relatif di sepanjang pondasi.

Gambar 2.2 Kontruksi jaringan aliran menggunakan analog listrik

Gambar 2.3 Contoh jaringan aliran dibawah dam pasangan batu pada pasir

Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP-02

(22)

commit to user

7

Dalam bentuk rumus, ini berarti bahwa gaya angkat pada titik x di sepanjang dasar

bendung dapat dirumuskan sebagai berikut:

di mana:

Px = gaya angkat pada x, kg/m2

L = pnjang total bidang kontak bendung dan tanah bawah, m

Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x, m

ΔH = beda tinggi energi, m Hx = tinggi energi di x, m

……….….…….………. .

Gambar 2.4 Gaya angkat pada pondasi bendung

(23)

commit to user

8

Dan di mana L dan Lx adalah jarak relatif yang dihitung menurut cara Lane,

bergantung kepada arah bidang tersebut. Bidang yang membentuk sudut 450 atau

lebih terhadap bidang horisontal, dianggap vertikal.

2.2.3 Tekanan lumpur

Tekanan lumpur yang bekerja terhadap muka hulu bendung atau terhadap

pintu dapat dihitung sebagai berikut:

di mana:

Ps : gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman adri atas lumpur yang bekerja secara

horisontal

γs : berat lumpur, kN

h : dalamnya lumpur, m

Φ : sudut gesekan dalam, derajat.

Beberapa andaian/asumsi dapat dibuat seperti berikut:

di mana:

γs ’ = berat volume kering tanah ≈ 16 kN/m (≈ 1.600 kgf/m )

λ = berat volume butir = 2,65

menghasilkan γs = 10 kN/m3 (≈ 1.000 kgf/m3)

Sudut gesekan dalam, yang bisa diandaikan 300 untuk kebanyakan hal, menghasilkan:

Ps = 1,67 h2

2.2.4 Gaya gempa

……….….…….………. .

……….….…….………. .

……….….…….………. .

γs

(24)

commit to user

9

Harga-harga gaya gempa diberikan dalam bagian Parameter Bangunan. Harga-harga

tersebut didasarkan pada peta Indonesia yang menujukkan berbagai daerah dan risiko.

Faktor minimum yang akan dipertimbangkan adalah 0,1 g (perapatan gravitasi)

sebagai harga percepatan. Faktor ini hendaknya dipertimbangkan dengan cara

mengalikannya dengan massa bangunan sebagai gaya horisontal menuju ke arah yang

paling tidak aman, yakni arah hilir.

Koefisien gempa dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

ad = n (ac * z)m

,

ad

E = --- g

di mana :

ad = percepatan gempa rencana, cm/dt2

n, m = koefisien untuk jenis tanah (lihat Tabel 2.2)

ac = percepatan kejut dasar, cm/dt2 (untuk harga per periode ulang lihat Tabel-2.3).

E = koefisien gempa

g = percepatan gravitasi, cm/dt2 ( 980)

z = faktor yang bergantung kepada letak geografis (Koefisien Zona lihat Lampiran 1).

Jenis n m

Batu 2,76 0,71

Diluvium 0,87 1,05

Aluvium 1,56 0,89

Aluvium lunak 0,29 1,32

Periode ulang *) ac*)

Tahun (gal = cm/dt2

20 85

100 160

500 225

1000 275

Tabel 2.2 Koefisien jenis tanah

Tabel 2.3 Periode ulang dan percepatan dasar gempa, ac

……….….…….………. .

……….….…….………. .

(25)

commit to user

10

2.2.5 Berat bangunan

Berat bangunan bergantung kepada bahan yang dipakai untuk membuat bangunan itu.

Untuk tujuan-tujuan perencanaan pendahuluan, boleh dipakai harga-harga berat

volume di bawah ini.

pasangan batu kali 22 kN/m3(≈ 2.200 kgf/m3)

beton tumbuk 23 kN/m3(≈ 2.300 kgf/m3)

beton bertulang 24 kN/m3(≈ 2.400 kgf/m3)

Berat volume beton tumbuk bergantung kepada berat volume agregat serta ukuran

maksimum kerikil yang digunakan. Untuk ukuran maksimum agregat 150 mm

dengan berat volume 2,65, berat volumenya lebih dari 24 kN/m3 (≈ 2.400 kgf/m3).

2.2.6 Reaksi Pondasi

Reaksi pondasi boleh diandaikan berbentuk trapesium dan tersebar secara linier.

(26)

commit to user

11

Gambar 2.5, rumus-rumus berikut dapat diturunkan dengan mekanika sederhana.

Tekanan vertikal pondasi adalah:

dimana:

∑(W) = keseluruhan gaya vertikal, termasuk tekanan ke atas A = luas dasar, m2

e = eksentrisitas pembebanan, atau jarak dari pusat gravitasi dasar (base) sampai

I = momen kelembaban (moment of inertia) dasar di sekitar pusat gravitasi

m = jarak dari titik pusat luas dasar sampai ke titik di mana tekanan dikehendaki

Untuk dasar segi empat dengan panjang ℓ dan lebar 1,0 m, I = 1/12 ℓ3 dan A = 1,

rumus tadi menjadi:

……….….…….………. .

Gambar 2.5 Unsur-unsur persamaan distribusi tekanan pada pondasi

(27)

commit to user

12

sedangkan tekanan vertikal pondasi pada ujung bangunan ditentukan dengan rumus:

dengan m’ = m” = ½ ℓ

Bila harga e dari Gambar 2.5 dan persamaan (2.12) lebih besar dari 1/6, maka akan

dihasilkan tekanan negatif pada ujung bangunan. Tekanan Tarik pada tanah pondasi

tidak diizinkan, irisan yang mempunyai dasar segi empat sehingga resultante gayanya

untuk semua sehingga kondisi pembebanan jatuh pada daerah inti.

2.3 Kebutuhan Stabilitas

Ada tiga penyebab runtuhnya bangunan gravitasi, yaitu:

(1) gelincir (sliding)

(a) sepanjang sendi horisontal atau hampir horisontal di atas pondasi

(b) sepanjang pondasi, atau

(c) sepanjang kampuh horisontal atau hampir horisontal dalam pondasi.

(2) guling (overturning)

(a) di dalam bendung

(b) pada dasar (base), atau

(c) pada bidang di bawah dasar.

(3) erosi bawah tanah (piping).

2.3.1 Ketahanan terhadap gelincir

……….….…….………. .

……….….…….………. .

(28)

commit to user

13

Ketahanan benung terhadap gelincir dinyatakan dengan besarnya tg θ, sudut antara

garis vertikal dan resultante semua gaya, termasuk gaya angkat, yang bekerja pada

bendung di atas semua bidang horisontal, harus kurang dari koefisien gesekan yang

diizinkan pada bidang tersebut.

di mana:

∑ (H) : keseluruhan gaya horizontal yang bekerja pada bangunan, kN

∑ (V-U) : keseluruhan gaya vertikal (V), dikurangi gaya tekan ke atas yang bekerja pada bangunan, kN

θ : sudut resultante semua gaya, terhadap garis vertikal, derajat

f : koefisien gesekan

S : faktor keamanan

Harga-harga perkiraan untuk koefisien gesekan f diberikan pada Tabel 2.4

Untuk bangunan-bangunan kecil, seperti bangunan-bangunan yang dibicarakan di

sini, di mana berkurangnya umur bangunan, kerusakan besar dan terjadinya bencana

besar belum dipertimbangkan, harga-harga faktor keamanan (S) yang dapat diterima

adalah: 2,0 untuk kondisi pembebanan normal dan 1,25 untuk kondisi pembebanan

ekstrem.

Kondisi pembebanan ekstrem dapat dijelaskan sebagai berikut:

……….….…….………. .

Tabel 2.4 Harga-harga perkiraan untuk koefisien gesekan

(29)

commit to user

14

(1) Tak ada aliran di atas mercu selama gempa, atau

(2) Banjir rencana maksimum.

Apabila, untuk bangunan-bangunan yang terbuat dari beton, harga yang aman untuk

faktor gelincir yang hanya didasarkan pada gesekan saja (persamaan 2.16) ternyata

terlampaui, maka bangunan bisa dianggap aman jika faktor keamanan dari rumus itu

yang mencakup geser (persamaan 2.17),

sama dengan atau lebih besar dari harga-harga faktor keamanan yang sudah

ditentukan.

di mana:

c = satuan kekuatan geser bahan, kN/m2

A = luas dasar yang dipertimbangkan, m2

arti simbol-simbol lain seperti pada persamaan 2.16.

Harga-harga faktor keamanan jika geser juga dicakup, sama dengan harga-harga yang

hanya mencakup gesekan saja, yakni 2,0 untuk kondisi normal dan 1,25 untuk

kondisi ekstrem.

Untuk beton, c (satuan kekuatan geser) boleh diambil 1.100 kN/m2 ( = 110 Tf/m2)

Persamaan 2.17 mungkin hanya digunakan untuk bangunan itu sendiri. Kalau rumus

untuk pondasi tersebut akan digunakan, perencana harus yakin bahwa itu kuat dan

berkualitas baik berdasarkan hasil pengujian. Untuk bahan pondasi nonkohesif, harus

digunakan rumus yang hanya mencakup gesekan saja (persamaan 2.16).

2.3.2 Ketahanan terhadap Guling

Agar bangunan aman terhadap guling, maka resultante semua gaya yang bekerja pada

bagian bangunan di atas bidang horisontal, termasuk gaya angkat, harus memotong

bidang ini pada teras. Tidak boleh ada tarikan pada bidang irisan mana pun.

(30)

commit to user

15

Besarnya tegangan dalam bangunan dan pondasi harus tetap dipertahankan pada

harga-harga maksimal yang dianjurkan. Harga-harga untuk beton adalah sekitar 4,0

N/mm2 atau 40 kgf/cm2, pasangan batu sebaiknya mempunyai kekuatan minimum 1,5

sampai 3,0 N/mm2 atau 15 sampai 30 kgf/cm2.

Tiap bagian bangunan diandaikan berdiri sendiri dan tidak mungkin ada distribusi

gaya-gaya melalui momen lentur (bending moment). Oleh sebab itu, tebal lantai

kolam olak dihitung sebagai berikut (lihat Gambar 2.6):

di mana:

dx = tebal lantai pada titikx, m

Px = gaya angkat pada titik x, kg/m2

Wx = kedalaman air pada titik x, m

γ = berat jenis bahan, kg/m3

S = faktor keamanan (= 1,5 untuk kondisi normal, 1,25 untuk kondisi ekstrem)

2.3.3 Stabilitas terhadap erosi bawah tanah (piping)

Bangunan-bangunan utama seperti bendung dan bendung gerak harus dicek

stabilitasnya terhadap erosi bawah tanah dan bahaya runtuh akibat naiknya dasar

galian (heave) atau rekahnya pangkal hilir bangunan.

[image:30.612.111.522.179.597.2]

……….….…….……….. .

Gambar 2.6 Tebal lantai kolam olak

γ

(31)

commit to user

16

Bahaya terjadinya erosi bawah tanah dapat dianjurkan dicek dengan jalan membuat

jaringan aliran/flownet (lihat pasal 2.4.2). Dalam hal ditemui kesulitan berupa

keterbatasan waktu pengerjaan dan tidak tersedianya perangkat lunak untuk

menganalisa jaringan aliran, maka perhitungan dengan beberapa metode empiris

dapat diterapkan, seperti:

- Metode Bligh

- Metode Lane

- Metode Koshia

Metode Lane, disebut metode angka rembesan Lane (weighted creep ratio method),

adalah yang dianjurkan untuk mencek bangunan-bangunan utama untuk mengetahui

adanya erosi bawah tanah. Metode ini memberikan hasil yang aman dan mudah

dipakai. Untuk bangunan-bangunan yang relatif kecil, metode-metode lain mungkin

dapat memberikan hasil-hasil yang lebih baik, tetapi penggunaannya lebih sulit.

Metode Lane diilustrasikan pada Gambar 2.10 dan memanfaatkan Tabel 2.5. Metode

ini membandingkan panjang jalur rembesan di bawah bangunan di sepanjang bidang

kontak bangunan/pondasi dengan beda tinggi muka air antara kedua sisi bangunan.

Di sepanjang jalur perkolasi ini, kemiringan yang lebih curam dari 450 dianggap

vertikal dan yang kurang dari 450 dianggap horisontal. Jalur vertikal dianggap

memiliki daya tahan terhadap aliran 3 kali lebih kuat daripada jalur horisontal.

Oleh karena itu, rumusnya adalah:

di mana:

CL : Angka rembesan Lane (lihat Tabel 2.7)

Lv : jumlah panjang vertikal, m

LH : jumlah panjang horisontal, m

H : beda tinggi muka air, m

.

(32)

commit to user

[image:32.612.187.474.88.476.2]

17

Gambar 2.7 Metode angka rembesan Lane

(33)

commit to user

18

Angka-angka rembesan pada Tabel 2.5 di atas sebaiknya dipakai:

a. 100% jika tidak dipakai pembuang, tidak dibuat jaringan aliran dan tidak

dilakukan penyelidikan dengan model;

b. 80% kalau ada pembuangan air, tapi tidak ada penyelidikan maupun jaringan

aliran;

c. 70% bila semua bagian tercakup.

Menurut Creagen, Justin dan Hinds, hal ini menunjukkan diperlukannya keamanan

yang lebih besar jika telah dilakukan penyelidikan detail. Untuk mengatasi erosi

bawah tanah elevasi dasar hilir harus diasumsikan pada pangkal koperan hilir. Untuk

menghitung gaya tekan ke atas, dasar hilir diasumsikan di bagian atas ambang ujung.

Keamanan terhadap rekah bagian hilir bangunan bisa dicek dengan rumus

berikut:

di mana:

[image:33.612.112.515.89.491.2]

……….….…….……….. .

Tabel 2.5 harga-harga minimum angka rembesan Lane (CL )

(34)

commit to user

19

S = faktor keamanan

s = kedalaman tanah, m

a = tebal lapisan pelindung, m

[image:34.612.107.528.193.465.2]

hs = tekanan air pada kedalaman s, kg/m2

Gambar 2.8 memberikan penjelasan simbol-simbol yang digunakan. Tekanan air pada

titik C dapat ditemukan dari jaringan aliran atau garis angka rembesan Lane.

Rumus di atas mengandaikan bahwa volume tanah di bawah air dapat diambil 1 (γw =

γs = 1). Berat volume bahan lindung di bawah air adalah 1. Harga keamanan S sekurang-kurangnya 2.

2.4 Detail Bangunan Bendung

2.4.1 Dinding penahan

Dinding penahan gravitasi setinggi tidak lebih dari 3 m bisa direncana dengan

potongan melintang empiris seperti diberikan pada Gambar 2.10

dengan :

b = 0,260 h untuk dinding dengan bagian depan vertikal

B = 0,425 h

b = 0,230 h untuk dinding dengan bagian depan kurang dari 1:1/3

Gambar 2.8 Ujung hilir bangunan; sketsa parameter-parameter stabilitas

(35)

commit to user

20

[image:35.612.125.508.89.584.2]

B = 0,460 h.

(36)

commit to user

21

Dinding penahan yang lebih tinggi dan dinding penahan yang mampu menahan

momen lentur (beton bertulang atau pelat pancang baja) harus direncana berdasarkan

hasil-hasil perhitungan stabilitas. Perhitungan pembebanan tanah dan stabilitas di

belakang dinding penahan dijelaskan dalam KP-06 Parameter Bangunan.

Karena dinding penahan di sebelah hulu bangunan utama mungkin tidak dilengkapi

dengan sarana-sarana pembuang akibat adanya bahaya rembesan, maka dalam

melakukan perhitungan kita hendaknya mengandaikan tekanan air penuh di belakang

dinding. Kebutuhan stabilitas untuk bangunan-bangunan ini dapat dijelaskan seperti

dalam pasal 2.4.2.

[image:36.612.131.513.82.386.2]

2.4.2 Perlindungan terhadap erosi bawah tanah

Gambar 2.10 Perlinungan terhadap rembesan melibat pangkal bendung

(37)

commit to user

22

Untuk melindungi bangunan dari bahaya erosi bawah tanah, ada beberapa cara yang

bisa ditempuh. Kebanyakan bangunan hendaknya menggunakan kombinasi beberapa

konstruksi lindung.

Pertimbangan utama dalam membuat lindungan terhadap erosi bawah tanah adalah

mengurangi kehilangan beda tinggi energi per satuan panjang pada jalur rembesan

serta ketidakterusan (discontinuities) pada garis ini.

Dalam perencanaan bangunan, pemilihan konstruksi-konstruksi lindung berikut dapat

dipakai sendiri-sendiri atau dikombinasi dengan:

- lantai hulu

- dinding halang

- filter pembuang

- konstruksi pelengkap.

Penting disadari bahwa erosi bawah tanah adalah masalah tiga dimensi dan bahwa

semua konstruksi lindung harus bekerja ke semua arah dan oleh sebab itu termasuk

pangkal bendung (abutment) dan bangunan pengambilan (lihat Gambar 2.10).

2.6.2.1 Lantai hulu

Lantai hulu akan memperpanjang jalur rembesan. Karena gaya tekan ke atas di bawah

lantai diimbangi oleh tekanan air di atasnya, maka lantai dapat dibuat tipis.

Persyaratan terpenting adalah bahwa lantai kedap air, demikian pula sambungannya

dengan tubuh bendung. Sifat kedap air ini dapat dicapai dengan foil plastik atau

lempung kedap air di bawah lantai dan sekat karet yang menghubungkan lantai dan

tubuh bendung. Contoh sambungan yang dianjurkan antara lantai dan tubuh bendung

(38)

commit to user

23

Salah satu penyebab utama runtuhnya konstruksi ini adalah bahaya penurunan tidak

merata (diferensial) antara lantai dan tubuh bendung.

Oleh sebab itu, sambungan harus direncana dan dilaksanakan dengan amat hati-hati.

Lantai itu sendiri dapat dibuat dari beton bertulang dengan tebal 0,10 m, atau

pasangan batu setebal 0,20 – 0,25 cm. Adalah penting untuk menggunakan sekat air

dari karet yang tidak akan rusak akibat adanya penurunan tidak merata.

Keuntungan dari pembuatan lantai hulu adalah bahwa biayanya lebih murah

dibanding dinding halang vertikal yang dalam, karena yang disebut terakhir ini

memerlukan engeringan dan penggalian. Tapi, sebagaimana dikemukakan oleh Lane

dalam teorinya, panjang horisontal rembesan adalah 3 kali kurang efektif dibanding

panjang vertikal dengan panjang yang sama.

2.4.2.2 Dinding halang (Cut-off)

Dinding halang bisa berupa dinding beton bertulang atau pasangan batu, inti tanah

kedap air atau pudel atau dengan pelat pancang baja atau kayu. Pelat pancang mahal

dan harus dibuat dengan hati-hati untuk menciptakan kondisi yang benar-benar

tertutup. Terdapatnya batu-batu besar atau kerikil kasar di dasar sungai tidak

menguntungkan untuk pelat pancang yang kedap air. Tanah yang paling cocok untuk

pelat pancang adalah tanah berbutir halus dan tanah berlapis horisontal.

Pudel yang baik atau inti tanah kedap air bisa merupakan dinding halang yang baik

[image:38.612.111.533.85.470.2]

sekali, tapi sulit disambung ke bangunan itu sendiri. Gambar 2.11 Lantai hulu

(39)

commit to user

24

Metode yang dianjurkan untuk membuat dinding halang adalah dengan beton

bertulang atau pasangan batu.

Agar gaya tekan ke atas pada bangunan dapat sebanyak mungkin dikurangi, maka

tempat terbaik untuk dinding halang adalah di ujung hulu bangunan, yaitu di pangkal

(awal) lantai hulu atau di bawah bagian depan tubuh bendung. (lihat Gambar 2.12).

2.4.2.3 Alur pembuang/Filter

Alur pembuang dibuat untu mengurangi gaya angkat di bawah kolam olak bendung

pelimpah karena di tempat-tempat ini tidak cukup tersedia berat pengimbang dari

tubuh bendung.

Untuk mencegah hilangnya bahan padat melalui pembuang ini, konstruksi sebaiknya

dibuat dengan filter yang dipasang terbalik dari kerikil atau pasir bergradasi baik atau

bahan filter sintetis.

Gambar 2.13 memperlihatkan lokasi yang umum dipilih untuk menempatkan filter

serta detail konstruksinya.

2.4.2.4 Konstruksi pelengkap

Jika bagian-bagian bendung mempunyai kedalaman pondasi yang berbeda-beda,

maka ada bahaya penurunan tidak merata yang mengakibatkan retak-retak dan

terjadinya jalur-jalur pintasan erosi bawah tanah. Adalah penting untuk mencek

kemungkinan-kemungkinan ini, serta memantapkan konstruksi di tempat-tempat ini,

[image:39.612.131.498.201.297.2]

jika diperlukan.

Gambar 2.12 Dinding-dining halang di bawah lantai hulu atau tubuh bendung

(40)

commit to user

25

Selama pelaksanaan perlu selalu diingat untuk membuat sambungan yang bagus

antara bangunan dan tanah bawah. Jika tanah bawah menjadi jenuh air akibat hujan,

maka lapisan atas ini harus ditangani sedemikian sehingga mencegah kemungkinan

terjadinya erosi awah tanah atau jalur gelincir (sliding path).

2.4.3 Peredam Energi

Beda tinggi energi di atas bendung terhadap air hilir dibatasi sampai 7 m. Jika

ditemukan tinggi terjunan lebih dari 7 m dan keadaan geologi dasar sungai relatif

tidak kuat sehingga perlu kolam olak maka perlu dibuat bendung tipe cascade yang

mempunyai lebih dari satu kolam olak. Hal ini dimaksudkan agar energi terjunan

dapat direduksi dalam dua kolam olak sehingga kolam olak sebelah hilir tidak terlalu

berat meredam energi.

Keadaan demikian akan mengakibatkan lantai peredam dan dasar sungai dihilir

[image:40.612.125.491.100.200.2]

koperan (end sill) dapat lebih aman.

Gambar 2.13 Alur pembuang filter di bawah kolam olak

(41)

commit to user

BAB III Rencana Anggaran Biaya (RAB)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada Bendung Njaen di Desa Kagokan, Kecamatan

Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Bendung tersebut berdiri di palung sungai

Brambangan, dimana sungai tersebut juga merupakan pembatas antara wilayah

[image:41.612.128.514.219.555.2]

Kabupaten Sukoharjo dengan Kabupaten Klaten.

Gambar 3.1 Denah lokasi studi penelitian

Bendung Njaen bediri sejak tahun 1950 Bendung ini dibangun dengan tujuan

meninggikan elevasi muka air sungai Brambangan pada saat musim kemarau,

sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanaian bagi warga setempat.

(42)

commit to user

27

yang dikhawatirkan akan mempengaruhi stabilitas kemanaan bangunan bendung

[image:42.612.118.511.161.480.2]

tersebut.

Gambar 3.2 Tubuh Bendung Njaen

3.2 Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara bertahap, langkah-langkah penelitian ini adalah:

a. Mencari data atau informasi

b. Mengolah data

c. Penyusunan laporan

3.2.1 Mencari Data atau Informasi

3.2.1.1Tahap persiapan

Tahap dimaksudkan untuk mempermudah jalannya penelitian, seperti pengumpulan

data, analisis, dan penyusunan laporan. Tahap persiapan meliputi:

1. Studi Pustaka

Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan arahan dan wawasan sehingga

mempermudah dalam pengumpulan data, analisis data maupun dalam penyusunan

(43)

commit to user

28

2. Observasi Lapangan

Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui dimana lokasi atau tempat

dilakukan nya pengumpulan data yang diperlukan dalam penyusunan penelitian.

3.2.1.2Pengumpulan Data

Pengumpulan data meliputi proses pengumpulan data yang terkait alam perhitungan

analisis stabilitas bendung yaitu berupa data desain bendung, data teknis bendung dan

data mekanika tanah. Data tersebut merupakan data yuang diperoleh ari hasil

pengukuran di lapangan dan beberapa asumsi yang diberikan oleh dosen pembimbing

kepada penulis.

A.Data Desain Bendung

Data berupa gambar denah, potongan melintang dan memanjang bendung.

B.Data Teknis Bendung

Tipe bendung : Bendung tetap

Mercu bendung : Mercu bulat, dengan jari-jari R1= 1.3 m

Kolam olak : Tipe Vlughter

Debit rencana (Q100) : 215,10 m3/dt

Lebar total bendung : 36,0 m

Lebar pembilas : 2,0 m

Lebar pilar pembilas : 1,5 m

Tinggi mercu : 4.25 m

Tinggi enersi di atas bendung (He): 2.17 m

Elevasi mercu bendung : +150.25

Elevasi dasar kolam olak : +142.92

Elevasi dasar sungai hulu : +146.00

Elevasi dasar sungai hilir : +143.65

Elevasi M.A hulu : +152.42

Elevasi M.A hilir : +147.74

(44)

commit to user

29

C.Data Meanika Tanah

Data material tanah yang digunakan diperoleh data sebagai berikut:

Angka pori (e) : 1,09

Berat jenis tanah ( ) : 1,80 ton/m3

Tegangan ijin ( ) : 20 ton/m2

Sudut geser dalam ∅ : 0o

3.3.2 Mengolah Data

Setelah mendapatkan data yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah mengolah

data tersebut. Pada tahap mengolah atau menganalisis data dilakukan dengan

menghitung data yang ada dengan rumus yang sesuai.

Hasil dari suatu pengolahan data digunakan kembali sebagai data untuk menganalisis

yang lainnya dan berlanjut seterusnya sampai mendapatkan hasil akhir tentang kinerja

perencanaan bendungan tersebut. Adapun urutan dalam analisis data dapat dilihat

pada diagram alir pada.

3.3.3 Penyusunan Laporan

Seluruh data telah terkumpul kemudian diolah atau dianalisis dan disusun untuk

(45)

commit to user

[image:45.612.181.489.134.552.2]

30

Gambar 3.3 Diagram alir penelitian

Mulai

Desain dan Data Teknis Bendung

Analisis Stabilitas Bangunan Tubuh

Bendung

Aman

Tidak Aman

Selesai

(46)

commit to user

31

BAB IV

PERHITUNGAN DAN ANALISIS

Untuk menghitung stabilitas bendung harus di tinjau pada saat kondisi normal dan

ekstrem seperti kondisi saat banjir. Ada beberapa gaya yang harus di hitung untuk

mengetahui stabilitas bendung, antara lain :

a. Gaya Berat sendiri Bendung

b. Gaya Gempa

c. Gaya Hirostatis

d. Gaya Tekan ke atas (Uplift Pressure)

e. Gaya Tekan Lumpur

Pada saat banjir gaya-gaya bekerja ada yang mengalami perubahan seperti gaya

Tekan ke atas (Uplift Pressure) dan Hidrostatis. Sementara gaya-gaya yang tetap

aalah : Gaya akibat beban sendiri, Gaya Gempa, dan Gaya Tekanan Lumpur.

4.1 Data Teknis Bendung

Tipe Bendung

- mercu bendung : mercu bulatdengan bagian hulu miring 1:1

- jari – jari mercu : dengan jari-jari 1,3 m

Data Desain

1. Debit rencana (Q100) : 215.10 m3/s

2. Lebar total bendung (B) : 36 m

3. Lebar efektif (Be)

- Tinggi mercu (p) : 2.15 m

- Kp : 0,01 (ujung pilar bulat)

- Ka : 0,1 (abutment bulat)

- Tinggi enegsi di atas mercu (He) : 1.13 m

- Jumlah pilar (n) : 1

(47)

commit to user

32

Be = 36-2*(1*0,01 + 0,1)* 1.13

= 35.75 m

4. Tinggi jagaan (w) : 1,00 m

5. Elevasi mercu : + 122.65

5. Elevasi dasar kolam olak : + 118.30

6. Elevasi M.A hulu : + 123.78

7. Elevasi M.A hilir : + 120.04

4.2 Analisis Stabilitas Bendung

4.2.1 Perhitungan Gaya – gaya pada Bendung

4.2.1.1 Berat Sendiri Bendung

Contoh perhitungan:

Besarnya gaya berat sendiri segmen G1 ;

γ pasangan beton = 2.4 ton/m3

Volume = panjang x tinggi x lebar

= 1.5 x 9.15 x 1

= 13.75 m3

Besar gaya = Volume x Bj pas beton

= 13.75 x 2.0

= 27.45 ton

Momen = Gaya x jarak

= 27.45 x 17.5

= 480.38 tm

[image:47.612.110.433.81.567.2]

Selanjutnya perhitungan dilakukan dengan cara tabelaris.

(48)

commit to user

33 No

Gaya

Luas Berat

jenis Gaya Vertikal Lengan thd. M Momen Tahan thd.M

m2 ton/m3 ton m t.m

G1 4.66 2.4 -11.18 7.77 -86.90

G2 1.98 2.4 -4.75 6.61 -31.41

G3 2.20 2.4 -5.28 6.77 -35.75

G4 2.90 2.4 -6.96 5.77 -40.16

G5 4.09 2.4 -9.81 4.52 -44.32

G6 2.70 2.4 -6.48 4.77 -30.91

G7 3.30 2.4 -7.92 3.64 -28.81

G8 1.43 2.4 -3.42 2.00 -6.84

G9 4.50 2.4 -10.80 1.50 -16.20

Total -66.61 -321.30

1.00 1.00 1.00 1.00 1.27 3.00 0.75

[image:48.612.170.478.81.543.2]

G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 A B C D E F G H I J K L M 2.30

Gambar 4.1 Gaya akibat berat sendiri yang bekerja pada bendung

4.2.1.2 Gaya Akibat Gempa

(49)

commit to user

34

besarnya dihitung dengan rumus;

He = E * G

Dimana E (koefisien gempa)

Jenis tanah yang terdapat di lokasi merupakan jenis tanah batuan campuran halus

sampai kasar maka di kategorikan jenis tanah diluvium maka koefisien gempanya

adalah:

n = 0.87 (lihat tabel 2.4)

m = 1.05 (lihat tabel 2.5)

z = 0.56 (lihat lampiran 1)

ac = 113 cm/det2

g = 980 cm/det2

maka:

ad = n (ac x z)m

= 0.87(113x0.56)1.05

=67.741 cm/det

E = ad / g

= 67.41/980

= 0.0691

Contoh perhitungan:

(50)

commit to user

35

Besarnya gaya akibat Gempa segmen K1

Besar gaya berat (G1) = 27.45 ton

Besar gaya = koefisien x gaya berat sendiri

= 0.0691 x 27.45

= 1.90 ton

Momen = Gaya x jarak

= 1.90 x 4.57

= 8.67 tm

[image:50.612.113.458.110.556.2]

Selanjutnya perhitungan dilakukan dengan cara tabelaris

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Momen akibat Gaya Gempa

No Gaya

Koefisien Gaya Gaya Titik M

Gempa (E)

berat

(G) Gempa Lengan Momen

K=E x G Guling

t t m t.m

K1 0.0691 11.18 0.77 4.57 3.53

K2 0.0691 4.75 0.33 8.76 2.88

K3 0.0691 5.28 0.36 4.87 1.78

K4 0.0691 6.96 0.48 6.00 2.89

K5 0.0691 9.81 0.68 2.39 1.62

K6 0.0691 6.48 0.45 1.60 0.72

K7 0.0691 7.92 0.55 3.20 1.75

K8 0.0691 3.42 0.24 3.65 0.86

K9 0.0691 10.80 0.75 0.50 0.37

(51)

commit to user

36

1.00 1.00 1.00 1.00 1.27 3.00 0.75

K1 K2

K3

K4

K6

K7 K8

K9 A

B C

D E

F G

H I

J K

L

M

[image:51.612.110.471.82.612.2]

2.30 K5

Gambar 4.2 Gaya akibat Gempa yang bekerja pada bendung

4.2.1.3 Gaya Hidrostatis

Gaya Hidrostatis dihitung dengan rumus;

W= Luas x γ air

Contoh perhitungan;

γ air = 1 ton/m2

Luas = ½ x lebar x tinggi

=1/2 x 4.25 x 4.25

= 9.03 m2

W1 = luas x γ air

= 9.03 x 1

= 9.03 ton

(52)

commit to user

37

[image:52.612.155.502.124.468.2]

a.Kondisi air normal

Tabel 4.3 Hasil perhitungan Momen akibat Gaya Hidrostatis pada kondisi air normal

No Gaya

Luas Berat

Jenis

Gaya Titik M

Lengan Momen

H V Tahan

m2 ton/m3 ton ton m ton.m

W1 2.31 1 2.31 5.33 12.32

W2 0.19 1 0.19 5.08 0.95

Total 2.31 0.19 13.26

W1

1.00 1.00 1.00 1.00 1.27

A B C D E F G H I J K L 2.30 W2 2.15

Gambar 4.3 Gaya Hidrostatis yang bekerja pada bendung pada kondisi air normal

b. Kondisi air banjir

Tabel 4.4 Hasil perhitungan Momen akibat Gaya Hidrostatis pada kondisi air banjir

No Gaya

Luas Berat

Jenis

Gaya Titik M

Lengan Momen

H V Tahan

m2 ton/m3 ton ton m ton.m

W1 2.31 1 2.31 5.33 12.32

W2 0.19 1 -0.19 5.08 -0.95

W3 4.65 1 4.65 6.36 29.57

W4 0.66 1 -0.66 4.56 -2.99

[image:52.612.159.499.559.703.2]
(53)

commit to user

38

W6 11.00 1 -11.00 1.42 -15.62

W7 12.10 1 -12.10 3.82 -46.23

Total -5.14 -14.51 -30.16

W1

1.00 1.00 1.00 1.00 1.27

[image:53.612.136.502.81.490.2]

A B C D E F G H I J K L 2.30 W2 W3 W4 W5 W6 W7 1.13 0.58 0.57 4.92 2.15 4.69

Gambar 4.4 Gaya Hidrostatis yang bekerja pada bendung pada kondisi air banjir

4.2.1.4 Gaya angkat (uplift pressure)

a. Perhitungan uplift pressure pada kondisi air normal

∆H = Elevasi mercu – Elevasi dasar kolam olak = 122.65 – 118.30

= 4.35 m

Lx = 0 m

γ air = 1 ton/m3

∑l = 15.57 m Untuk segmen A;

Lx = 0

Hx = 2.45

(54)

commit to user

39

[image:54.612.150.504.220.683.2]

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Rembesan dan Tekanan Air pada saat kondisi air normal

Titik Garis Hx Lx ∆H ∑L Px

m m m m m

A 2.45 0 4.35 15.57 2.45

A-B

B 4.75 2.3 4.35 15.57 4.11

B-C

C 4.75 3.3 4.35 15.57 3.83

C-D

D 3.75 4.3 4.35 15.57 2.55

D-E

E 3.75 5.3 4.35 15.57 2.27

E-F

F 4.75 6.3 4.35 15.57 2.99

F-G

G 4.75 7.3 4.35 15.57 2.71

G-H

H 5.75 8.3 4.35 15.57 3.43

H-I

I 5.75 9.3 4.35 15.57 3.15

I-J

J 6.75 10.3 4.35 15.57 3.87

J-K

K 6.75 11.57 4.35 15.57 3.52

K-L

L 5.75 12.57 4.35 15.57 2.24

L-M

M 5.35 15.57 4.35 15.57 1.00

(55)

commit to user

[image:55.612.161.501.115.627.2]

40

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Momen akibat Gaya uplift pressure pada saat kondisi air

normal

No Gaya

Luas Berat

jenis

Gaya Titik x

Lengan Momen

H V Guling

m2 ton/m3 t t m tm

U1 7.54 1 7.54 1.71 12.90

U2 3.97 1 3.97 7.77 30.83

U3 3.19 1 -3.19 1.1 -3.51

U4 2.41 1 2.41 6.77 16.31

U5 2.63 1 2.63 1.1 2.89

U6 2.85 1 2.85 5.77 16.45

U7 3.07 1 3.07 0.1 0.31

U8 3.29 1 3.29 4.77 15.70

U9 3.51 1 3.51 -0.9 -3.16

U10 4.69 1 4.69 3.63 17.03

U11 2.88 1 -2.88 -0.9 2.59

U12 4.86 1 4.86 1.5 7.29

Jumlah 10.69 22.07 115.62

0.63 0.63 0.63 0.63 0.79 1.87 0.47

A B 2.45 D E F G H I J K L M 1.44 0.63 0.63

A B C D E F G H I J K L M

4.11 3.83 2.55 2.27 2.29 2.71 3.43 3.15 3.87 3.52 2.24 1.0 U1 U2

U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 U11

U12

Gambar 4.5 Gaya uplift pressure yang bekerja pada bendung pada kondisi air

(56)

commit to user

41

[image:56.612.161.506.120.584.2]

b. Perhitungan uplift pressure pada kondisi air banjir

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Rembesan dan Tekanan Air pada saat kondisi air banjir

Titik Garis Hx Lx ∆H ∑L Px

m m m m m

A 3.58 0 3.74 15.57 3.58

A-B

B 5.88 2.3 3.74 15.57 5.33

B-C

C 5.88 3.3 3.74 15.57 5.09

C-D

D 4.88 4.3 3.74 15.57 3.85

D-E

E 4.88 5.3 3.74 15.57 3.61

E-F

F 5.88 6.3 3.74 15.57 4.37

F-G

G 5.88 7.3 3.74 15.57 4.13

G-H

H 6.88 8.3 3.74 15.57 4.89

H-I

I 6.88 9.3 3.74 15.57 4.65

I-J

J 7.88 10.3 3.74 15.57 5.41

J-K

K 7.88 11.57 3.74 15.57 5.10

K-L

L 6.88 12.57 3.74 15.57 3.86

L-M

M 6.48 15.57 3.74 15.57 2.74

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Momen akibat Gaya uplift pressure pada saat kondisi air

banjir

(57)

commit to user

42

Gaya jenis

Lengan Momen

H V Guling

m2 ton/m3 t t m tm

U1 10.24 1 10.24 1.71 17.52

U2 5.21 1 5.21 7.77 40.46

U3 4.47 1 -4.47 1.1 -4.91

U4 3.73 1 3.73 6.77 25.23

U5 3.99 1 3.99 1.1 4.39

U6 4.25 1 4.25 5.77 24.50

U7 4.51 1 4.51 0.1 0.45

U8 4.77 1 4.77 4.77 22.73

U9 5.03 1 5.03 -0.9 -4.52

U10 6.67 1 6.67 3.63 24.22

U11 4.48 1 -4.48 -0.9 4.03

U12 9.90 1 9.90 1.5 14.85

Jumlah 14.81 34.52 168.95

0.63 0.63 0.63 0.63 0.79 1.87 0.47

A B C D E F G H I J K L M 1.44 0.63 0.63 3.58

A B C D E F G H I J K L M

5.33 5.09

3.85 3.61 4.37 4.13

4.89 4.65 5.41 5.10 3.86

2.74 U1 U2

U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 U11

[image:57.612.162.499.81.582.2]

U12

Gambar 4.6 Gaya uplift pressure yang bekerja pada bendung pada kondisi air

banjir

4.2.1.4 Gaya Tekanan Lumpur

Berdasarkan data dari penyelidikan tanah di hasilkan parameter tanah berupa :

(58)

commit to user

43

Berat isi tanah = 1.8 t/m3

Berat satuan air = 1 t/m3

lumpur = 1.8 – 1 =0.8 t/m3

Ф = 0o

Sehingga Ka:

Contoh perhitungan:

Luas=1/2 x lebar x tinggi

=1/2 x 2.15 x 2.15

= 2.31 m2

Gaya = Luas x lumpur x Ka

= 2.31 x 0.8 x 1

= 1.85 ton

Momen = Gaya x jarak

= 1.85 x 5.33

[image:58.612.110.438.77.564.2]

= 9.86 t.m

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Momen akibat Gaya Tekanan lumpur

No

Gaya Luas Ka Bj lumpur

Gaya Titik K

Lengan Momen

(59)

commit to user

44

m2 ton ton m ton.m

Ps1 2.31 1 0.8 1.85 5.33 9.86

Ps2 0.19 1 0.8 -0.15 5.08 -0.76

Total 1.85 -0.15 9.10

Ps1

1.00 1.00 1.00 1.00 1.27

A

B C

D E

F G

H I

J K

L 2.30

[image:59.612.128.516.84.149.2]

Ps2

Gambar 4.3 Gaya Tekan lumpur yang bekerja pada bendung

Tabel 4.10 Resume Hasil Perhitungan Gaya-gaya yang bekerja pada Bendung

a. Gaya-gaya yang bekerja pada saat kondisis air normal

Gaya

Besar Gaya

MG MT

V H

[image:59.612.169.474.166.474.2]
(60)

commit to user

45

Berat sendiri -66.61 -321.30

Gempa 4.60 16.39

Hidrostatis -0.19 2.31 11.37

Uplift Pressure 22.07 10.69 115.62

Tekanan lumpur -0.15 1.85 9.10

Total -44.87 19.45 132.01 -300.82

b. Gaya-gaya yang bekerja pada saat kondisis air banjir

Gaya

Besar Gaya

MG MT

V H

ton ton t.m t.m

Berat sendiri -66.61 -321.30

Gempa 4.60 16.39

Hidrostatis -14.51 -5.14 -30.16

Uplift Pressure 34.52 14.81 170.71

Tekanan lumpur -0.15 1.85 9.10

Total -46.75 16.12 187.11 -342.36

4.2.2 Kontrol Stabilitas Bendung

Di analisa terhadap :

4.2.2.1 Guling

a. Kondisi air normal:

∑Mt= -300.82t.m

∑Mg= 132.01t.m

(61)

commit to user

46

b. Kondisi air banjir:

∑Mt= -342.36 t.m

∑Mg= 187.11 t.m

………(Aman)

4.2.2.2 Geser

a. Kondisi air normal:

∑RV = -44.87 t.

∑RH= 19.45 t.

………..(Aman)

b. Kondisi air banjir:

∑RV = -46.75 t.

∑RH= 16.12 t.

(62)

commit to user

47 4.2.2.3Eksentrisitas

a. Kondisi air normal

∑Mt= -300.82 t.m

∑Mg= 132.01t.m

∑RV = -44.87 t B= 8.27 m

……….(Aman)

b. Kondisi air banjir

∑Mt= -342.36 t.m

∑Mg= 187.11 t.m

(63)

commit to user

48

……….(Aman).

4.2.2.4Daya Dukung Tanah

a. Kondisi air normal

∑RV = -44.87 t e = 0.37

B = 8.27 m

= 20 t/m2

……….(Aman)

……….(Aman)

b. Kondisi air banjir ;

∑RV = -46.75 t e = 0.814

B = 8.27 m

(64)

commit to user

49

…………....(Aman)

………(Aman)

4.2.2.5 Erosi bawah tanah (piping)

a. kondisi air normal

∆H = Elevasi mercu – Elevasi dasar kolam olak = 122.65 – 118.30

= 4.35 m

∑Lv = 11.8 m

∑LH = 23.27 m

C = 4.0 (kerikil halus)

4.49 ≥ 4.0 ……… (Aman)

b. kondisi air banjir

(65)

commit to user

50

= 3.75 m

Lv = 11.8 m

Lh = 23.27 m

C = 4.0 (kerikil halus)

(66)

commit to user

BAB V Rencana Anggaran Biaya (RAB)

51

BAB V

RENCANA ANGGARAN BIAYA

(RAB)

Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah perhitungan biaya suatu konstruksi

berdsarkan gambar bestek dalam suatu kontrak yang disepakati. Tujuan pembuatan

rencana anggaran biaya ini adalah untuk memperkirakan kembali besarnya biaya

untuk pelaksanaan pembangunan bangunan tubuh bendung yang telah ada dengan

analisa harga baru yang sesuai kondisi saat ini.

5.1. Rekapitulasi Volume Pekerjaan Bendung

Perhitungan volume pekerjaan ini berdasarkan gambar desain bangunan bendung

yang sesuai dengan dimensi data dilapangan.

 Pekerjaan Galian Tanah Biasa = 3644.88 m3

 Pekerjaan Tanah yang dipadatkan = 337.16 m3

 Pekerjaan Beton siclop = 1367.18 m3

 Pekerjaan Bekesting/cetakan beton = 206.62 m2

 Pekerjaan Pasangan batu kali = 1029.25 m3

 Pemasangan 1 set pintu pembilas

5.2. Analisa Harga Satuan Pekerjaan

Harga satuan pekerjaan yang diperoleh penulis berdasarkan dari beberapa referensi

yang telah dibaca oleh penulis. didapatkan masing harga satuan pekerjaan sebagai

berikut:

Pekerjaan : Galian Tanah Sedalam 4 m + Pembuangan tanah sejauh 150 m

SNI 2835 : 2008 (6.4)

(67)

commit to user

[image:67.612.117.511.89.678.2]

52

Tabel 5.1 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Galian Tanah

NO. U R A I A N SATUAN KUANTITAS

BIAYA SATUAN

(Rp.)

JUMLAH (Rp)

1 2 3 4 5 6

I a. Galian tanah

UPAH.

1 Pekerja Org/hr 0,9830 35.000,00 34.405,00 2 Mandor Org/hr 0,0980 45.000,00 4.410,00

=Rp. 38.815,00

b. Pembuangan tanah

K= a/ 275 (L+ 75)

K= biaya yang dicari per m3

a= Upah pekerja

L= jauh jarak angkut

K= Rp. 35.000,00/275 (150 +75) =Rp. 28.636,36

T O T A L =Rp. 67.451,36

Pekerjaan : Timbunan tanah dipadatkan

SNI 2835 : 2008 (6.9) + (6.10)

Satuan : m3

Tabel 5.2 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Timbunan Tanah Dipadatkan

NO. U R A I A N SATUAN KUANTITAS

BIAYA SATUAN

(Rp.)

JUMLAH (Rp)

1 2 3 4 5 6

I UPAH URUGAN.

1 Pekerja Org/hr 0,2500 35.000,00 8.750,00

2 Mandor Org/hr 0,0083 45.000,00 373,50

II UPAH

PEMADATAN.

1 Pekerja Org/hr 0,5000 35.000,00 17.500,00

2 Mandor Org/hr 0,0500 45.000,00 2.250,00

(68)

commit to user

53

Pekerjaan : Beton sicloop ( 60 % Beton Camp. 1 PC : 2 Ps ; 3 Kr , dan 40 %

batu belah SNI 2836 : 2008 (6.9) + (6.10)

[image:68.612.126.503.166.477.2]

Satuan : m3

Tabel 5.3 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Beton Sicloop

NO. U R A I A N SATUAN KUANTITAS

BIAYA SATUAN

(Rp.)

JUMLAH (Rp)

1 2 3 4 5 6

I UPAH.

1 Pekerja Org/hr 3,4000 35.000,00 119.000,00

2 Mandor Org/hr 0,1700 45.000,00 7.650,00

3 Tukang Org/hr 0,8500 50.000,00 42.500,00 4 Kepala Tukang Org/hr 0,0850

55.000,00 4.675,00

II BAHAN.

1 Batu belah m3 0,5720 125.000,00 71.500,00

2 PC kg 194,0000 1.100,00 213.400,00 3 Pasir beton m3 0,3120

130.000,00 40.560,00

4 Krikil m3 0,4680 135.000,00 63.180,00

T O T A L =Rp. 562.465,00

Pekerjaan : Cetakan Beton / begisting untuk pondasi , per m2

SNI 7394 : 2008 ( 6.20 )

Satuan : m2

Tabel 5.4 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Cetakan Beton

NO. U R A I A N SATUAN KUANTITAS

BIAYA SATUAN

(Rp.)

JUMLAH (Rp)

1 2 3 4 5 6

I UPAH.

1 Pekerja Org/hr 0,5200 35.000,00 18.200,00

(69)

commit to user

54

3

4 Kepala Tukang Org/hr 0,0260 55.000,00 1.430,00

II BAHAN.

1 Kayu tahun m3 0,0400 1.050.000,00 42.000,00

2 Paku kg 0,3000

Gambar

Gambar  2.6 Tebal lantai kolam olak
Gambar  2.7 Metode angka rembesan Lane
Tabel  2.5  harga-harga minimum angka rembesan Lane (CL )
Gambar 2.8 memberikan penjelasan simbol-simbol yang digunakan. Tekanan air pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisa gaya dan pengkalkulasian hasil perhitungan gaya untuk peninjauan gaya guling dan geser bendung diperoleh faktor keamanan bendung untuk guling pada kondisi normal

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul μ ” Analisis Pengaruh Bangunan Intake Terhadap Stabilitas Bendung (Studi Kelayakan Bendung PLTMH di Zeelandia ”

Berdasarkan analisa gaya dan pengkalkulasian hasil perhitungan gaya untuk peninjauan gaya guling dan geser bendung diperoleh faktor keamanan bendung untuk guling pada kondisi normal

Bendung adalah suatu bangunan air dengan kelengkapan yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan taraf muka air atau untuk

Dari hasil analisis kestabilan lereng pada potongan gambar P18 yang telah diperkuat dengan pile , diperoleh nilai angka keamanan naik menjadi 1,554 yang

Dalam perhitungan stabilitas bangunan sedimen kondisi berada pada waktu banjir dan normal sehingga dibutuhkan control stabilitas.. Dalam control stabilitas gaya-gaya yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keamanan pada bangunan groundsill secara teori dan rumus-rumus yang digunakan Mengetahui keamanan

Untuk memudahkan perhitungan, biasanya dibagi-bagi yang berbentuk segitiga - segitiga, segi empat atau trapesium.Karena peninjauannya adalah tiap lebar 1 meter, maka gaya yang di