commit to user
FESTIVAL JENANG SOLO SEBAGAI MEDIA
KOMUNIKASI DAN PROMOSI TRADISI JAWA
Disusun Oleh :
Novita Tyandini Husin
D0211073
JURNAL
Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
FESTIVAL JENANG SOLO SEBAGAI MEDIA
KOMUNIKASI DAN PROMOSI TRADISI JAWA
Novita Tyandini Husin
Andrik Purwasito
Program Studi Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Abstract
Javanese life that is synonymous with the ritual 'slamatan' is a cultural activity that aims to seek blessings of God Almighty, as well as a means of harmonizing all the elements of life. Ritual it covers the whole process of life and death. For the Java community, especially people in Surakarta, the whole ritual that salvation was never separated from the presence of porridge (jenang). The presence of porridge (jenang) here is not merely serves as a supplement, but the presence of molten metal itself is a symbol of prayer, hope, unity and the spirit of the Java community itself. Implicitly inherent properties that can make Jenang have educational value to society. An educational value in building the Java community together to share in everyday life. In another sense here, the presence of Jenang have tremendous role in all aspects of life of Javanese culture. Porridge is a clear manifestation of heritage or noble heritage of Javanese culture, which still exists today and must be preserved in view of the positive aspects of both in the visible tangible or intangible of the existence of porridge itself. Solo has an annual event Festival Jenang Solo attract enough so that the wider community Festival Jenang Solo became media in Communication and Promotion of Javanese tradition that is currently being abandoned.
commit to user Pendahuluan
Masyarakat Jawa sebagai bagian kebudayaan Nusantara adalah
masyarakat yang sangat menghormati proses kodrati jalannya kehidupan.
Seluruh pandangan tersebut sangat tercermin dalam etika, moralitas, dan
bentuk kebudayaan dalam sikap hidup Jawa itu sendiri.
Stametan atau wilujengan merupakan suatu upacara pokok atau unsur
terpenting dari hampir semua ritus dan upacara dalam sistem religi orang Jawa
pada umumnya. Bagi masyarakat Jawa, khususnya masyarakat di wilayah
Surakarta dan sekitarnya, seluruh ritual selamatan tersebut tak pernah lepas
dari keberadaan jenang (bubur). (koentjaraningrat, 1984 : 344)
Isni Herawati dalam jurnal sejarah dan budaya vol II, no.3 (2007 :
125-224) Dengan judul Makna Simbolik Sajen Slametan Tingkeban. Menjelaskan
Pada hakekatnya pengetahuan manusia adalah pengetahuan yang simbolis.
Fungsi utama dari simbol-simbol itu adalah untuk mempermudah
berkomunikasi. Komunikasi manusia tidak hanya dengan sesamanya,
melainkan juga dengan mahluk di luar dirinya, yang bersifat supranatural atau
gaib, demi menjaga keseimbangan dalam alam hidupnya. Ketika manusia
berkomunikasi dengan sesama selalu diungkapkan dengan kata-kata, sebagai
salah satu bentuk dari tindakan simbolik. Akan tetapi kalau manusia itu
berkomunikasi dengan mahluk yang lain atau yang ritual maka tindakan
komunikasinya adalah secara simbolik.
Begitu pula dengan sikap hidup Jawa. Sikap hidup Jawa sangat identik
dengan berbagai ritual ‘selamatan’ yaitu sebuah aktivitas budaya yang
bertujuan untuk memohon berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus
sebagai sarana harmonisasi semua unsur kehidupan itu sendiri. Ritual itu
meliputi seluruh proses kehidupan hingga kematian. Bagi masyarakat Jawa,
khususnya masyarakat di wilayah Surakarta dan sekitarnya, seluruh ritual
selamatan tersebut tak pernah lepas dari keberadaan jenang (bubur).
commit to user
pelengkap, melainkan keberadaan jenang itu sendiri merupakan symbol doa,
harapan, persatuan dan semangat masyarakat Jawa itu sendiri. Sebagai contoh
untuk mendoakan agar ibu hamil diberikan kelancaran dalam proses
melahirkan, maka dibuatlah selamatan dengan menggunakan jenang procotan.
Sifat yang melekat secara implisit itulah yang dapat membuat Jenang
memiliki nilai edukatif pada masyarakat. Suatu nilai edukatif dalam
membangun kebersamaan masyarakat Jawa untuk saling berbagi dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam arti lain disini, kehadiran Jenang mempunyai
peranan yang luar biasa dalam segala lini kehidupan budaya orang Jawa.
Jenang merupakan perwujudan nyata heritage atau warisan luhur kebudayaan
Jawa, yang masih ada hingga sekarang dan wajib dilestarikan mengingat aspek
positif baik dari sisi yang nampak (tangible) atau yang tersimbolkan
(intangible) dari keberadaan Jenang itu sendiri.
Penyelenggaraan festival jenang merupakan suatu level komunikasi
Sosial-Budaya yang ditujukan untuk memberi manfaat bagi seluruh masyarakat
kota Solo dan sekitarnya, baik tua-muda, lintas sosial, ekonomi ras dan
ideologi untuk berbaur dalam kebersamaan dan sebagai alarm pengingat bahwa
kita memiliki Jenang sebagai warisan leluhur. Sikap hidup Jawa sangat identik
dengan berbagai ritual ‘selamatan’ yaitu sebuah aktivitas budaya yang
bertujuan untuk memohon berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus
sebagai sarana harmonisasi semua unsure kehidupan itu sendiri. Ritual itu
meliputi seluruh proses kehidupan hingga kematian.
Rumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan dengan rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana pesan yang disampaikan Festival Jenang Solo dalam rangka
commit to user Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
a. Festival Jenang Solo merupakan media penyampaian pesan tradisi Jawa
kepada masyarakat Kota Surakarta
b. Mengenal , memahami dan mengembangkan Jenang sebagai salah satu
prodak warisan budaya masyarakat Jawa, dengan cara yang berbeda
namum tidak meninggalkan filosofi dari Jenang itu sendiri.
Kajian Teori
a. Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian ide atau gagasan
melalui proses interaksi antara satu orang atau lebih. Harold Laswell
(dalam Effendy 1984: 13) menyatakan bahwa komunikasi merupakan
gambaran mengenai siapa mengatakan apa, melalui apa kepada siapa dan
apa efeknya (who says what in which channel to whom and with what
effect). Definisi ini mengungkapkan proses komunikasi secara keseluruhan
yang meliputi unsur komunikator, pesan, media, komunikan dan efek dari
komunikasi tersebut.
Komunikasi bersifat dinamis dan transaksional, dimana akan
terjadi perubahan dalam individu peserta komunikasi tersebut. Karena
dalam proses komunikasi, para peserta komunikasi saling mempengaruhi
baik melalui komunikasi verbal maupun nonverbal. Pengaruh-pengaruh
tersebut akan menimbulkan pengetahuan dan perilaku baru.
Andrik Purwasito dalam buku Message Studies (2003),
menjelaskan bahwa pesan merupakan penggerak kebudayaan. Pesan
menggambarkan tentang realitas sosial yang obyektif, mendistribusikan
gagasan individual, kelompok dan institusional serta menjadi sarana
commit to user
karena peranannya dalam membangun hidup berdampingan secara damai.
Komunikasi mampu menumbuhkan kesadaran multikultural untuk hidup
bersama dalam perbedaan. Tahap komunikasi yang berhasil terletak pada
upaya rekayasa pesan atau message engineering (Purwasito 2003: 9-11).
b. Media Komunikasi
Media komunikasi adalah semua sarana yang dipakai untuk
memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan ataupun menyebarkan dan
juga menyampaikan informasi. Media komunikasi sangat berperan di
dalam kehidupan masyarakat karena itu merupakan sarana apa saja yang
dengannya pesan bisa ditransmisikan. Berdasarkan atas proses semiosi
manusia tanpa batas, apapun bisa dipakai untuk menyampaikan pesan.
Media komunikasi berfungsi sebagai alat perantara yang sengaja dipilih
komunikator untuk mengantarkan pesannya agar sampai ke komunikan
(Soyomukti, 2010: 62).
Adapun fungsi media komunikasi adalah sebagai berikut (Barata,
2003: 109):
1) Mempermudah penyampaian pesan dan informasi
2) Meningkatkan motivasi komunikan
3) Mengefektifkan proses penyampaian informasi
4) Mempersingkat waktu penyampaian informasi
5) Menghubungkan komunikator dengan komunikan yang berjauhan
6) Menambah daya tarik informasi atau pesan yang akan disampaikan
7) Memperjelas isi dan maksud informasi yang akan disampaikan
Festival merupakan sarana komunikasi yang penting untuk
commit to user
budaya. Karena sebagai sebuah media komunikasi maka sudah selayaknya
sebuah event festival direncanakan melalui proses perencanaan strategis
komunikasi agar dapat berjalan dengan efektif.
Festival budaya sebagai salah satu media komunikasi yang dapat
digunakan sebagai media pelestarian budaya. Sebagai sebuah peristiwa
budaya, festival memiliki warna-warni ragam dan intensitas dramatic dari
berbagai aspek dinamika, seperti misalnya esestika yang dikandungnya
berbagai tanda dan makna yang melekat. Karakteristik setiap festival
adalah unik dank arena itu tidak ada satu model standar yang dapat
digunakan untuk mengelola semua jenis festival. Festival memiliki tujuan
yang berbeda-beda seperti untuk hiburan, edukasi ,ada yang bertujuan
untuk menyatukan berbagai komunitas di dalam masyarakat, dan ada pula
yang bertujuan untuk promosi suatu prodak atau wilayah tertentu.
c. Promosi
Untuk meningkatkan jumlah permintaan barang atau jasa tersebut
produsen perlu menggunakan promosi. Tjiptono (2008: 221) berpendapat
bahwa tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan,
mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran
tentang perusahan dan bauran pemasarannya. Promosi menciptakan
berbagai saluran komunikasi untuk menginformasikakn, mempengaruhi
dan membujuk massa untuk menggunakan barang atau jasa yang produsen
tawarkan. Menurut Suryadi dalam Sugiharto (2014: 4-5) media terbagi
menjadi 3 lini, yaitu :
a. Media Lini Atas ( Above The Line)
Bentuk komunikasi komersial yang menggunakan media
komersial. Media- media yang digunakan biasanya adalah Tv,
radio, majalah, koran, dan billboard).
b. Media Lini Bawah ( Below The Line)
commit to user
tidak memberikan komisi pada perusahaan pembuat iklan.
Media-media yang biasanya digunakan adalah event, sponsorship,
sampling dan consumer promotion).
c. Ambient media
Sebutan untuk segala kemungkinan media beriklan yang diciptakan
khusus untuk target tertentu melalui cara beriklan yang tidak biasa.
Untuk melaksanakan aktivitas promosi, terdapat beberapa
bentuk promosi yang disebut bauran promosi menurut Tjiptono, 2008: 224
dan Belch dalam Morissan (2010: 17);
1) Personal Selling
Komunikasi yang bersifat individual dan personal dalam
penjualan personal ini memungkinkan pihak penjual menyesuaikan pesan
berdasarkan kebutuhan khusus atau situasi khusus calon pembeli
(Morissan, 2014: 34). Kegiatan penjualan personal merupakan komunikasi
langsung. Produsen melewati agen-agen yang terpilih dapat mengetahui
respon konsumen secara langsung. Dan dapat menberikan informasi yang
dibutuhkan konsumen secara langsung dan dalam waktu yang sama.
Kegiatan penjualan personal ini dapat digunakan sebagai riset
produsen untuk mengetahui bagaimana situasi terkini yang berhubungan
dengan barang atau jasa yang ditawarkan serta informasi mengenai
kebiasaan konsumen. Sehingga kedepannya produsen dapat memperbaiki
strategi dalam pemasaran barang atau jasa yang ditawarkan.
2) Mass Selling
Mass selling merupakan suatu aktivitas promosi yang
memanfaatkan media massa sehingga penyampaikan informasi barang
atau jasa dapat dilakukan dalam satu waktu. Dalam mass selling terdapat
dua bentuk, yaitu:
a. Iklan
Iklan merupakan suatu bentuk promosi yang paling dikenal dan
commit to user
jangkaunya yang luas (Morissan, 2014: 18). Jangkauan luas yang dapat
dijangkau oleh iklan tersebut dapat menjangkau konsumen dari
berbagai lapisan masyarakat, sehingga konsumen dapat mengetahui
keberadaan jasa yang ditawarkan produsen. Produsen tidak dapat
mengetahui secara langsung bagaimana respon yang diberikan kepada
masyarakat.
b. Publisitas
Publisitas menurut Tjiptono (2008: 228) adalah bentuk
penyajian dan penyebaran ide, barang dan jasa secara non personal,
yang mana orang atau organisasi yang diuntungkan tidak membayar
untuk itu. Sehingga publisitas adalah suatu aktivitas penyebaran
informasi mengenai kegiatan yang dimiliki oleh produsen barang atau
jasa yang bersifat non-commercial yang memanfaatkan nilai-nilai
berita yang terkandung dalam produk atau jasa. Menurut Pendit (2002:
273-274), media publisitas dapat dituangkan dalam materi tercetak.
Yang terdiri dari:
1. Surat Edaran, sepucuk surat yang dikirimkan kepada
wisatawan prospektif;
2. Lembaran selebaran (leaflet), informasi tambahan yang
sifatnya segera dan masih hangat (up to date) kepada banyak
orang di berbagai tempat yang terpencar-pencar;
3. Brosur, mengandung lebih banyak informasi tentang fasilitas
dan pelayanan, berisi petunjuk-petunjuk dan sugesti-sugesti;
4. Folder, wadah yang berisi mengenai berbagai informasi yang
tidak terbatas, sedangkan luas dan ukurannya tidak terbatas;
5. Poster, poster konsepsi dan tata warnanya harus dapat
menyatakan efek psikologisnya dengan pengucapan keindahan
suatu daerah tujuan wisata.
c. Promosi Penjualan
Promosi penjualan adalah semua kegiatan yang dimaksudkan
commit to user
penjualan akhirnya (Lupiyoadi, 2013:180). Kegiatan promosi yang
bertujuan untuk meningkatkan jumlah konsumen yang menggunakan
produk yang ditawarkan.
Promosi penjualan yang berorientasi kepada konsumen
ditujukan kepada pengguna atau pemakai akhir suatu barang atau
jasa yang mencakup pemberian kupon, pemberian sampel produk,
potongan harga, undian berhadiah, kontes dan sebagainya (Morisssan,
2014: 25). Dalam promosi penjualan jasa, penawaran yang diberikan
tidak seluas penawaran yang dapat diberikan oleh produsen suatu
produk. Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa kegiatan promosi penjualan adalah kegiatan promosi
penjualan yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah konsumen
dalam penelitian ini adalah jumlah wisatawan yang datang ke
destinasi pariwisata atau suatu kota.
3) Public Relation
Public relation adalah sebuah aktivitas perusahaan yang ditujukan
untuk mendapat kepercayaan masyarakat luas. Aktivitas public
relation salah satunya adalah membangun citra baik perusahaan terhadap
konsumen dengan menggunakan media massa. Jika suatu organisasi
merencanakan dan mendistribusikan informasi secara sistemastis dalam
upaya untuk mengontrol dan mengelola citra serta publisitas yang
diterimanya, maka perusahaan itu tengah menjalankan tugas hubungan
masyarakat (Belch (2001) dalam Morissan, 2014: 26). Selain kegiatan
penawaran yang bertujuan meningkatkan pembelian barang atau jasa,
kegiatan hubungan masyarakat menjadi salah satu hal pendukung
dalam bauran promosi.
Hubungan masyarakat mengalami pengalaman luas dalam
masyarakat dan biasa mengatur berbagai acara yang dihubungkan dengan
kesempatan memberikan penerangan, penyebaran bahan-bahan
publikasi (Pendit, 2002:
commit to user
mengelola segala sesuatu yang berhubungan dengan produsen yang
berkaitan dengan hubungannya dengan konsumen. Menurut Wahab
(1989: 278) dalam bukunya Pemasaran Pariwisata, hubungan masyarakat
dapat dilakukan dengan beberapa teknik, teknik atau hubungan
masyarakat yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Memasukkan berita ke surat kabar, melakukan konferensi pers dan
menyusun berita bergambar
b. Membuat film dokumenter tentang pariwisata yang akan dimuat
dibioskop atau televise
c. Menyelenggarakan perjalanan wisata perkenalan dan pendidikan
bagi pemimpin penerbit, para penulis pariwisata, pengusaha
perjalanan, pegawai usaha angkutan dan biro-biro perjalanan
sebagaitamu, agar mereka itu memperoleh berita dari tangan
pertama secara langsung mengenai negara tujuan wisata
d. Mendorong dan menunjang toko-toko serba ada (TOSERBA),
para penyelenggara pameran busana dan usahawan pabrik agar
mereka mau menggunakan negara kunjungan wisata itu atau
sebagai bagian pelengkap dalam usaha promosinya
e. Mengadakan pekan perkenalan antarbangsa di negara sumber
wisatawan, misalnya menyelenggarakan pekan perkenalan
masakan daerah, pameran seni musik dan budaya, wawancara di
Televisi pertandingan olah raga, pameran kebudayaan dan
kesenian rakyat dan sebagainya
f. Menyelenggarakan sayembara di radio dan televisi mengenai
masalah negara kunjungan wisata, dalam segi sejarahnya, atraksi
budayanya, informasi umum dan sebagainya, yang diimbali
dengan hadiah-hadiah yang manarik
g. Menyelenggarakan sayembara mengarang tetang negara
kunjungan wisata itu dan sebagian dari daerahnya, dengan
diberikan hadiah-hadiah yang berharga
commit to user 4) Direct Marketing
Direct marketing adalah suatu aktivitas promosi yang dilakukan
secara langsung oleh produsen kepada konsumen. Interaksi produsen dan
konsumen terjadi secara langsung, misalnya dengan cara direct call yang
dilakukan produsen kepada konsumen untuk menawarkan produk atau
jasa.
Pemasaran langsung mencakup berbagai aktivitas termasuk
pengelolaan database (database management)... (Morissan,
2014:22). Pemasaran langsung menuntut produsen untuk lebih aktif
menawarkan produk atau jasa yang dimiliki agar konsumen dapat lebih
tertarik dengan penawaran yang diberikan. Namun aktivitas pemasaran
langsung juga mencakup pengelolaan database. Database ditujukan
untuk konsumen yang bersifat aktif. Dalam artian, konsumen ini
mempunyai kemauan untuk mencari informasi atas kemauannya sendiri
untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Produsen perlu mengelola
database agar segala pertanyaan yang mungkin ditimbulkan oleh
konsumen dapat terjawab.
5) Media Interaktif
Media interaktif memungkinkan terjadinya arus informasi
timbal balik yang memungkinkan pengguna dapat berpartisipasi dan
memodifikasi bentuk dan isi informasi pada saat itu juga (real time)
(Morissan, 2010: 24). Media interaktif yang dimaksudkan adalah teknologi
internet. Internet adalah sebuah jaringan computer global, yang terdiri dari
jutaan jaringan yangsaling terhubung dengan menggunakan protocol yang
sama untukberbagi informasi secara bersama (Supriyanto, 2006: 336).
Promosi menggnakan media interaktif ini dapat memudahkan komunikator
untuk mendapatkan komunikan yang berada di luar jangkauan dari
commit to user d. Tradisi Jawa
Filsafat dan pandangan hidup bagi orang Jawa merupakan hasil
olah krida cipta rasa karsa sebagai refleksi terhadap realitas kehidupan
(kasunyatan) hingga diperoleh hakekat kebenaran. Tujuan berfilsafat bagi
orang Jawa adalah untuk mengetahui sangkan paraning dumadi yakni asal
mula dan akhir dari kehidupan seseorang. Menurut Suratno dan Astiyanto
(2009:xxviii), dalam pandangan Jawa, paran atau tujuan hidup adalah
bertemunya manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Tujuan akhir
tersebut hanya dapat dicapai bila di saat hidup di dunia seseorang
melakukan perbuatan semestinya sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan.
(Sindung Haryanto:25)
Bentuk sinkretisme paling sentral dalam budaya Jawa menurut
Geertz (1973:147) adalah upacara slametan yang dilakukandiberbagai
kesempatan seperti yang berkaitan dengan siklus kehidupan manusia,
hari-hari besar keagamaan, tahapan pekerjaan pertanian, pindah rumah dan
sebagainya. Upacara slametan selain ditujukan untuk menggairahkan
kegiatan keagamaan juga merupakan mekanisme integrasi social. Dalam
sebuah ritual terdapat unsur pengalaman masa lalu dan unsur harapan
tertentu di masa mendatang (unsur teleologis). Dalam konteks upacara
selamatan, upacara tersebut bukan merupakan ajaran Islam, melainkan
dalam prakteknya tetap berlangsung dengan modifikasi berupa masuknya
unsur-unsur Islam seperti yang ada dalam do’a-do’a. (Sindung
Haryanto:28)
Upacara slametan bagi masyarakat Jawa pada umumnya
merupakan ritual yang menduduki posisi sentral. Upacara slametan
biasanya diselenggarakan pada momen-momen khusus yang menyangkut
siklus hidup manusia mulai dari kehamilan, kelairan, sunatan (inisiasi),
perkawinan, dan kematian. Selain itu upacara slametan juga
commit to user
seperti membangun rumah, menempati rumah baru, menanam atau
memanen padi, dan sebagainya. Pekerjaan yang berkait dengan
kepentingan orang banyak (barang public) seperti membangun jalan dan
jembatan, mempertaiki saluran irigasi desa. Selain itu, upacara selametan
juga dilakukan pada momen hari-hari besar keagamaan dan nasional
seperti nyadran (menjelang bulan Ramadhan), malem selikur (malam
ke-21 bulan Ramadhan), muludan (peringatan hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW tanggal 12 Rabiul Awal), malem tirakatan (malam
menjelang peringatan hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus). (Sindung
Haryanto:69)
Upacara slametan diselenggarakan dengan tujuan memperoleh
keselamatan yakni kondisi dimana tidak ada gangguan yang menghalangi
pekerjaan. Koentjaraningrat (1994) mendeskripsikan keadaan slamet,
sebagai “sebuah keadaandi mana peristiwa-peristiwa mengikuti alur yang
telah ditetapkan dengan mulus dan tak satupun kemalangan yang menimpa
siapa saja”. Dengan kesepakatan bersama mengenai makna yang tersirat
dibalik slametan menunjukkan kesadaran orang Jawa sebagai mahkluk
social yang sangat tergantung pada kolektivitas. Dengan demikian
slametan memiliki dua dimensi sekaligus yakni historical sebagai
ungkapan rasa syukur dan teleological sebagai pengharapan akan konsidi
yang lebih baik.
Metodologi
Penelitian Festival Jenang Solo sebagai Media Promosi dan
Komunikasi Tradisi Jawa menggunakan paradigma penelitian eksploratif.
Penelitian eksploratif ini dilakukan karena pengetahuan tentang gejala yang
diteliti masih sangat kurang atau tidak ada sama sekali, bahkan teori-teorinya
belum ada (Koentjaraningrat 1977: 19). Karena banyak orang yang kurang
mengetahui tentang Festival Jenang Solo dan masih sedikitnya buku-buku dan
commit to user
membahas dari sudut pandang pesan yang ada dalam Jenang yang terdapat di
dalam Festival Jenang Solo.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori dalam
bidang kajian studi Ilmu Komunikasi dan studi pesan. Tahap penelitian
menjelajah merupakan tahap pertama dari suatu penelitian yang lebih luas.
Untuk itu, penelitian ini dilakukan sebagai suatu feasibility study, artinya
untuk meneliti apakah penelitian itu dapat dilakukan dilihat dari segi adanya
atau dapat diperolehnya data yang diperlukan. Pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah berupa catatan pengamatan lapangan yang dilakukan
secara partisipatoris atau wawancara mendalam (Purwasito 2015: 359).
Penelitian menjelajah dilakukan dimana gejala dari masalah yang diteliti
masih sangat minim informasi. Dalam kajian penelitian ini, perspektif
individual, yaitu kemampuan peneliti terhadap masalah yang ingin diteliti,
terutama referensi terhadap fenomena yang relevan dengan subjek penelitian
menjadi hal yang penting (Purwasito 2015: 359).
Sajian dan Analisis Data
Merayakan dan lebih mengenal berbagai macam Jenang dari berbagai
daerah yang ada di Nusantara, pengurus Festival Jenang sering menyebutnnya
dengan Bhineka Tunggal Jenang. Tanpa terasa, Festival Jenang Solo 2016,
sudah berusia lima tahun. Peristiwa cultural dalam festival ini tidak hanya
memandang jenang sebagai obyek semata, melainkan ada subyek (interaksi
manusia) di balik jenang. Ada proses hidup-menghidupi, belajar, Tradisi,
ritual, pengetahuan, ilmu, dan religius. Melalui jenang dapat dirajut
kebersamaan, berbagi, dan toleransi antar manusia. Tradisi ‘Bladahan’ dengan
resik-resik kawasan koridor Budaya Ngarsopuro (kawasan festival), demo
masak besar jenang, workshop, sarasehan, pameran foto jumbo, lomba foto
dan acara puncak membagi ribuan takir jenang kepada masyarakat merupakan
commit to user
penting untuk menumbuh-kembangkan nilai-nilai kehidupan
social-masyarakat.
Festival Jenang Solo yang menjadi agenda tahunan event Kota Solo
kali ini bertemakan “Ragam Jenang Nusantara” dengan menampilkan
berbagai macam jenang dari berbagai daerah. Memasuki tahun ke-5, tema kali
ini diambil untuk menggambarkan betapa bervariasinya jenang yang
merupakan makanan tradisional yang ada di Nusantara. Melalui
kegiatan tersebut, guna mengenalkan berbagai ragam jenang daerah di
Indonesia dari Sabang sampai Merauke ini dibuktikan dengan hadirnya
Jenang Aceh sampai Jenang Papeda dari Papua dalam Festival Jenang Solo
tahun ini.
Festival Jenang Solo merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
memperingati hari jadi Kota Solo yang diperingati setiap tanggal 17 Februari.
Festival Jenang Solo 2016 yang diselenggarakan empat hari berturut-turut
pada tanggal 14, 15, 16 dan 17 Februari 2016.
Hari pertama Minggu, 14 Februari dengan agenda utama Demo Masak
Jenang dari perwakilan daerah seperti Jenang Bahari (oleh OmahSinten dan
Kementerian Kelautan & Perikanan), Jenang Revolusi Mental (oleh PKK Kel.
Kadipiro Solo), Jenang Pedas (Kalimantan Barat), Jenang Aceh (dari Hotel
Sahid Jaya), Jenang Papeda (dari Papua), Jenang Sukoharjo, Jenang Mutiara
Pecah Intan (oleh Kepulauan Riau). Acara pembukaan Festival Jenang Solo
tersebut diselenggarakan saat Car Free Day di perempatan Ngarsopuro-Slamet
Riyadi dihadiri ribuan masyarakat yang menyaksikan. Hadir pula dalam
acara pembukaan Pj Walikota Surakarta, Direktur Akses Pasar & Promosi
Kementerian Kelautan & Perikanan, Ketua Kadin Surakarta, Ketua BPC
PHRI Surakarta, Ketua DPC ASITA Surakarta, jajaran Dewan Pengawas,
Pembina dan Pengurus Yayasan Jenang Indonesia serta tokoh masyarakat
Kota Solo lainnya.
Dilanjutkan pada hari Senin, 15 Februari dengan menggelar
Workshop Jenang Bahari bersama Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil
commit to user
Kelautan & Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI dan Dinas
Pertanian Kota Surakarta. yang dihadiri guru dan siswa siswi SD Ketelan 12
Solo. Selain mengkampanyakan gemar makan ikan oleh KKP,
harapannya anak-anak menyukai ikan melalui produk olahan seperti demo
membuat“kaki naga”yang diperagakan oleh BBPHP.
Hari ketiga, 16 Februari 2016 dilaksanakan Sarasehan “BHINEKA
TUNGGAL JENANG” yang dihadiri 62 siswa-siswi SMA di Kota Solo
digelar di OmahSinten Heritage & Resto. Kegiatan ini menghadirkan nara
sumber Drs. KGPH Dipokusumo (Ketua Dewan Pengawas Yayasan Jenang
Indonesia), Hery Priyatmoko (sejarahwan dan dosen Prodi Sejarah Fakultas
Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, serta Slamet Raharjo (Ketua
Dewan Pembina Yayasan Jenang Indoensia). Tujuan diselenggarakannya
Sarasehan ini adalah untuk memberi wawasan baru mengenai Jenang sebagai
aspek religi, budaya, pendidikan, sosial, ekonomi dan periwisata kepada
generasi muda. Jenang yang sudah melekat pada tradisi budaya Jawa ini
memiliki filosofi mendalam pada setiap jenis jenang yang ada di Nusantara.
Filosofi inilah yang menjadikannya sebagai sarana edukasi dan kini akan
menjadi Jenangpedia sebagai segala pengetahuan tentang jenang.
Puncak acara Festival Jenang Solo berlangsung pada tanggal 17
Februari 2016 bertempat di Koridor Ngarsopuro. Sebanyak 100 stand festival
yang diisi oleh 51 PKK Kelurahan, 5 PKK kecamatan, 15 Perwakilan Daerah
di Nusantara, 21 organisasi profesi, 6 Kantor Dinas dan 1 Paguyuban Pasar
Tradisional mampu mneyediakan lebih dari 20.000 takir jenang yang
dibagikan gratis kepada masyarakat kota Solo
Pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator (Yayasan Jenang
Indonesia) kepada komunikan (masyarakat Kota Surakarta) melalui media
(Festival Jenang Solo) dikomunikasikan dalam beberapa kategori awal tentang
informasi fenomena Festival Jenang . sehubungan dengan penelitian ini maka
commit to user
dan catatan lapangan penulis membuat kategorisasi dari penyelenggaraan
Festival Jenang Solo dalam rangka sebagai Media Komunikasi dan Promosi
Tradisi Jawa. Berikut merupakan kategorisasi;
a. Khalayak
Dalam sebuah ritual atau festival khalayak merupakan sasaran
utama dalam keberlangsungan kegiatan tersebut. Dalam festival jenang
khalayak sangat berpengaruh karena pada dasarnya festival ini merupakan
kegitan yang di selenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dalam
rangka memperingati ulang tahun kota Solo maka seluruh masyarakat
dapat berbagi dan menikmati bancaan jenang kota Solo dalam festival ini.
Dalam komunikasi, komunikan atau penerima pesan merupakan sasaran
utama dari komunikator.
Komunikator juga mengirim pesan kepada seluruh masyarakat dan
wisatawan mancanegara melalui liputan dan artikel yang telah disebar
luaskan. Komunikan berkonsentrasi pada pesan untuk dimengerti dengan
baik dan benar akan pesan yang diterima, Memberikan umpan balik pada
komunikator untuk memastikan bahwa pesan telah diterima dan
dimengerti. Dengan diterimanya umpan balik dari pihak komunikan maka
terjadi komunikasi dua arah yang antaranya komunikator dengan
komunikan mempunyai pengalaman yang sama, maka komuniaksi dapat
berjalan lancar.
Dimana motif atau tujuan dari komunikator (YJI) adalah untuk
lebih memperkenalkan budaya masa lampau leluhur lekat dengan adanya
Jenang sebagai symbol, doa dan harapan masa yang akan datang. Terlebih
lagi dalam setiap prosesnya terdapat bentuk rasa syukur. Dengan
perkembangan jaman yang semakin global dimana dengan teknologi tidak
ada lagi batasan, tradisi leluhur ini semakin dilupakan, maka Yayasan
commit to user
terkandung dalam makna tiap-tiap jenang yang erat kaitannya dengan
hidup- kehidupan tradisi jawa.
a. Jenang
Pesan, secara sederhana diartikan sebagai isi (content aspect)
pikiran, gagasan yang dikirim dari sumber kepada penerima (relational
aspect). Pesan diwujudkan dalam lambang, berupa kata-kata, gambar dan
tulisan (pesan verbal), dan perilaku nonverbal. (Purwasito, 2015 : 292).
Komunikator dimana Yayasan Jenang Indonesia menyampaikan pesan
dengan menggunakan simbol dan lambang-lambang kepada masyarakat
(komunikan).
Yayasan Jenang Indonesia berasumsi bahwa untuk mendapatkan
hasil yang dituju pesan perlu disampaikan secara berulang-ulang. Menurut
Andrik Purwasito hal ini berangkat dari ide pokok pesan dikembangkan
secara kontekstual. Di satu pihak, pesan dibangun dari konteks
masyarakatnya disampaikan kepada publik yang selaras sengan konsern
publik dan kepentingan publik. Dengan demikian, pesan tidak ada yang
tercecer atau banyak yang hilang karena tidak terserap komunikan yang
dituju. (Purwasito, 2015 : 278)
Dengan prinsip seperti itu maka Yayasan Jenang Indonesia
menyusun strategi komunikasi yang efektif dan efisien agar pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Maka apabila
dilihat dari jalannya Festival Jenang yang ke 5, Yayasan Jenang Indonesia
selalu memberikan inovasi dan trobosan baru dalam merayakan hari jadi
kota Solo sekaligus sebagai sarana untuk mengenal Jenang. Pada Festival
Jenang 2015 memberikan trobosan baru dalam dunia jenang dengan
berinovasi membuat Jenang Bahari, mengingat kekayaan hasil laut
Indonesia sangat melimpah dan banyak kandungan gizi yang tidak
dimanfaatkan. Pesan ini disambut baik oleh KKP dengan membuat
commit to user
2016. Dengan tema Ragam Jenang Nusantara, FJS 2016 mengangkat
berbagai macam jenang yang ada di indonesia yang diwakili oleh
komunitas dan perkumpulan mahasiswa luar daerah yang menempuh studi
di kota Solo sedikitnya 15 macam jenang dari luar daerah yang dihadirkan
dalam perayaan ulang tahun kota Solo tahun ini lengkap dengan filosofi
dan cerita dibalik pembuatan masing-masing jenang; Pekalongan-Batang
menampilkan jenang Wonobodro dan Sirsak, Banyumas - Jenang jaket,
Kalimantan - bubur pedas, Sumatera Barat - bubua Kampium, Kalimantan
Selatan - Jenang Begunting, Kalimantan Timur - Jenang Marhaban,
Sumatera Selatan Lempong, Jawa Timur Jenang Campur, Timor Leste
-Sasoro Kaldu Manu, Lampung - Jenang Senok Dakhiyan, Papua - bubur
Papeda, Jambi - Bubur Kacang Hijau Durian, Kepulauan Riau - Jenang
Intan Pecah Mutiara, serta Banten dengan Dodol dan Kue Keranjang Ny.
Lauw Tangerang, dan Sukoharjo–Jenang Krasikan. Tidak hanya beragam
jenang nusantara yang ditonjolkan dalam perayaan festival jenang 2016
tetapi jenang tradisi yang menjadi symbol hidup kehidupan masyarakat
jawa yang ingin diangkat, dari proses bertemunya pengantin hingga proses
kelahiran bayi menjadi pembelajan dan symbol yang ingin disampaikan
kepada masyarakat luas.
b. Panitia
Dalam festival Jenang Solo, sebagai komunikator-nya sendiri
adalah pihak Yayasan Jenang Solo selaku penggerak dan penanggung
jawab dalam serangkaian acara Festival Jenang yang telah berlangsung
selama 5 tahun. Sebagai organisai sosial mandiri yang berusaha untuk
merealisasi sebuah cita-cita membangun jati diri bangsa lewat revitalisasi,
pemberdayaan dan mengembangkan budaya terutama seni budaya Jenang
agar menjadi salah satu aset yang mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Solo khususnya dan Indonesia pada umumnya, baik aspek
commit to user
kerja yang bergerak dibidang masing-masing seperti penasehat yang
dibawahi oleh GPH. Dipokusumo, KMRT. Lilik Priarso Tirtoningrat, Drs.
Tunjung W. Sutirto, M.Hum, H. Slamet Raharjo, Suseno Hadiparwono,
Ahmad Adib, Ph.D, ketua panitia Mayor Haristanto, sekertariat Lea
Meliana, Devisi Artistik & pagelaran Heru Prasetya & MATAYA art
heritage, Devisi Acara Saptandho H. Safara (Lestude Group), Devisi
Publikasi Heru Dwi Hartanto (Ojwala Comm.), Devisi Peserta Rb. Gatot
Sudarmasto, Devisi Dokumentasi Foto dan Vidio, Timbul Fotographer dan
Ibnu Koencorobroto (Increaci), Garasi Indie dan Devisi Volunteer Arga
Panuntun.
Yayasan Jenang Indonesia mempunyai program setiap tanggal 17
februari adanya Festival Jenang Solo berharap dapat menjadi tradisi
tahunan seperti tradisi Suro dan tradisi Sekaten. Setiap tanggal 17 februari
menjadi semacam upacara pembagian jenang dan merayakan ulang tahun
Kota Solo. Yayasan Jenang Solo adalah pihak yang bertindak sebagai
pengirim pesan dalam proses komunikasi. dengan kata lain, komunikator
merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk
menjadi sumber dalam sebuah hubungan.
c. Peristiwa
Event merupakan pertunjukan penampilan, perayaan yang
direncanakan dan dapat dibuat untuk acara khusus dan mencapai tujuan
sosial, budaya dan tujuan bersama. Penulis berpendapat bahwa festival
merupakan bentuk lain dari event yang merupakan saluran untuk sebuah
kegiatan dapat terwujud, atraksi ritual keagamaan, tradisi, budaya,
olahraga dan lain sebagainya yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu
dengan mendatangkan orang-orang ke suatu tempat agar mereka
memperoleh informasi atau pengalaman penting serta tujuan lain yang
diharapkan oleh komunikator yang dalam festival Jenang merupakan
commit to user
Dengan diselenggarakannya FJS dampak langsung yang di terima
oleh masyarakat adalah suka cita merayakan pesta rakyat hari jadi kota
Solo. Dengan berkiblat pada kebiasaan orang jawa yang sering memberi
bancaan sebagai ungkapan rasa syukur dan rasa memberi kepada sesama.
Hingga saat ini ciri khas semarak membagi dan makan jenang bersama
pada 17 februari setiap tahunnya menjadi agenda kota Solo.
Dalam penyelenggaraannya yang telah berlangsung selama 5 tahun
terakir, Festival Jenang Solo banyak mendapat berbagai macam
tanggapan, ada pihak yang menilai bahwa FJS hanya kegiatan hura-hura
dan banyak meninggalkan sampah setelah acara berlansung. Tidak hanya
sekedar kegiatan hura-hura membagi ribuan takir jenang FJS juga turut
ikut serta dalam perkembangan jenang yang saat ini mulai dilupakan
karena tergerus perkembangan jaman yang melulu KFC, Burger, dan
Pizza. Dengan berlangsungnya FJS masyarakat kota Solo tidak hanya
mengenal jenang yang itu-itu saja, ada puluhan jenis jenag yang berbeda
dan memiliki banyak makna dan filosofi didalamnya. Dalam FJS yang ke
5 dengan tema Ragam Jenang Nusantata, masyarakat di ajak untuk
mengenal dan mencicipi secara lansgung 15 jenang yang tersebar di
daerah indonesia, dari sabang (aceh) hingga papua yang menghadirkan
papeda. Setelah berlangsungnya FJS banyak terlihat gerobak-gerobak yang
menjajakan berbagai macam jenang dipinggir jalan yang dapat langsung
dibeli oleh masyarakat.
d. Promosi
Antusiasme masyarakat dalam Festival Jenang Solo saat ini sangat
tinggi, hal ini dapat dilihat dari kepadatan pengunjung yang telah
memadati kawasan Ngarsopuro pada17 februari 2016 dimana menjadi
puncak acara dari Festival Jenang Solo. Selain masyarakat kota Solo dan
sekitarnya Nampak pula wisatawan mancanegara yang turut menikmati
pesta rakyat tahunan kota Solo ini. Hal ini menjadi indikasi yang positif,
commit to user
untuk dikunjungi dan untuk mencapai tujuan-tujuan social dan lainnya dari
festival ini, pihak panitia sadar bahwa dibutuhkannya promosi sebagai
langkah menarik lebih banyak lagi wisatawan lokal dan mancanegara yang
berkunjung ke kota Solo. Dengan melakukan beberapa kegiatan promosi
sebelum dan selama festival berlangsung ini merupakan bentuk bagaimana
panitia mempromosikan Jenang dalam Festival Jenang Solo.
1) Kerjasama dengan Media
Panitia bekerja sama dengan media partner seperti Radio yaitu
RRI dan SOLOPOS FM dengan pembicara KGPH Dipokusumo
dengan konten seputar Festival Jenang Solo yang akan datang pada17
februari 2016. Dalam promosinya KGPH Dipokusumo
mengungkapkan bahwa; dalam Festival Jenang Solo tahun ini
masyarakat luas dapat merasakan Jenang dari berbagai daerah di
Indonesia lengkap dengan keunikannya. Selain itu peliputan Festival
Jenang pada Kompas TV dalam berita “KOMPAS PAGI”pada tanggal
15 februari 2016 dan “Explore Indonesia” pada tanggal 27 Maret 2016
pukul 19.30 WIB.
2) Website FJS
Bentuk promosi yang disampaikan oleh panitia FJS kepada
masyarakat luas tentang Jenang dan penyelenggaraan Festival Jenang
Solo didukung dengan adanya website Festival Jenang Solo yang dapat
diakses dalam www.festivaljenang.com. Dalam website tersebut dapat
di temukan berbagai informasi mengenai berbagai kegiatan Festival
Jenang Solo seperti; (1) 20.000 Jenang Gratis (2) Masak Jenang Besar
(3) Jelajah Sejarah Jenang (4) Masak Jenang Besar (5) Seminar &
Workshop Jenang (6) Pameran Foto Jumbo (7) Lomba Jenang (8)
Lomba & Pameran Foto (9) “Adhang Agung” (10) Pagelaran Seni &
[image:23.595.150.512.238.486.2]Budaya (11) 100 Stand Jenang (12) Bazar Jenang & Marchandise (13)
Table Book Festival Jenang Solo dan (14) Technical Meeting Festival
commit to user 3) Workshop & Sarasehan
Workshop yang berlangsung pada pukul 08.00 bertempat di Omah
Sinten. Diawali dengan demonstrasi produk olahan hasil perikanan yang
diisi dengan memasak beragam kuliner dari hasil perikanan seperti bakso
ikan, kaki naga ikan, naget ikan dan keong mas. Demo ini dipandu oleh
tim Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP)
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Selanjutnya
digelar workshop masak jenang bahari yang dipandu oleh Chef Budi dari
Omah Sinten. Workshop ini menarik ratusan anak SD dan puluhan
pengunjung yang ingin mengikuti jalannya workshop. Setelah workshop,
seluruh peserta berkesempatan untuk menikmati bersama jenang bahari
hasil masakan tim Omah Sinten.
Terselenggaranya workshop ini yang bertujuan sebagai sarana
edukasi untuk generasi muda bangsa dimana dengan mengkonsumsi ikan
yang tinggi akan gizi dapat meningkatkan mutu belajar dari anak-anak
tersebut. Sedikit berinovasi dengan tujuan agar lebih menarik perhatian
anak-anak tentu suatu gerakan baru yang diapresiasi oleh masyarakat,
bahwa ikan itu makanan sehat yang dapat diolah sedemikian rupa. Salah
satu inovasi baru yang dimunculkan oleh Festival Jenang ini adalah
dengan adanya olahan Jenang bahari dan nugget kaki naga yang terbuat
dari ikan.
Sarasehan dengan tema "Bhinneka Tunggal Jenang" yang digelar
pada Selasa 16 februari 2016. Hadir dalam kesempatan tersebut Drs.
KGPH. Dipokusumo (Budayawan dari Keraton Kasunanan
Surakarta/Ketua Dewan Pengawas Yayasan Jenang Indonesia), Heri
Priyatmoko (Dosen Prodi Sejarah Fakultas Sastra, Universitas Sanata
Dharma) serta H. Slamet Raharjo (Pendiri sekaligus Ketua Dewan
Pembina Yayasan Jenang Indonesia).
Dalam sarasehan ini KGPH. Dipokusumo menyampaikan materi
seputar kekayaan kuliner kota Solo dan inovasi produk hasil laut. KGPH.
commit to user
kuliner yang beragam mulai dari nasi liwet, gudeg ceker, soto, bubur lemu,
tengkleng dan berbagai kuliner lainnya. Sedangkan Heri Priyatmoko
mengungkap bahwa, bahwa jenang merupakan produk budaya "Jenang
bukanlah produk 'kemarin sore', ia terentang melewati ruang dan waktu
yang panjang dalam gerak sejarah nusantara". Zaman kerajaan Kediri
sekitar abad XII, lahir serat Lubdaka karangan Mpu Tanakung. Sebagai
makanan asli nusantara, jenang sesungguhnya menyimbolkan
kesedarhanaan. Bahan untuk membuatnya berasal dari lingkungan sekitar,
tanpa harus impor, dan diolah dengan cara sederhana.
Kesimpulan
Dengan serangkaian acara yang di suguhkan dalam FJS, penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa, JENANG merupakan makanan olahan berupa
bubur kental, terbuat dari tepung dan bahan-bahan lain, dimakan dan
digunakan sebagai pelengkap adat dan slametan yang berhubungan dengan
kehidupan manusia. Masyarakat Jawa banyak mengenal berbagai macam
makanan tradisional. Hampir seluruh daerah mempunyai jenis makanan khas
yang dibuat dari bahan-bahan setempat dan diolah menurut cara dan kegunaan
masing-masing. Dan hampir diseluruh wilayah mengenal olahan jenang/dodol.
Festival Jenang Solo (FJS) adalah suatu festival yang diselenggarakan
untuk merayakan dan melestarikan keberadaan makanan tradisional, yaitu
JENANG dan sekaligus merayakan HUT Kota Solo setiap tanggal 17 februari.
Festival ini diselenggarakan secara tahunan oleh Yayasan Jenang Indonesia
(YJI) sejak tahun 2012, 2013, 2014, 2015, dan 2016 tahun ini merupakan
tahun kelima diselenggarakannya FJS dengan tema Ragam Jenang Nusantara
yang menghadirkan 15 jenang Nusantara dan Jenang khas masyarakat Solo.
Yayasan Jenang Indonesia (YJI) berkomitmen terus menyelenggarakan
Festival Jenang Solo secara tahunan dan bersifat mandiri. Mandiri dalam arti
melibatkan partisipasi masyarakat Solo dalam penyelenggaraannya, dari segi
pendanaan maupun seluruh aspek festival. Karena menurut pengurus YJI
commit to user
promosi dengan media partner dan lain sebagainya yang menunjang kegiatan
komunikasi FJS dalam memperkenalkan tradisi Jawa.
Pesan yang disampaikan oleh penyelenggara Fesntival Jenang Solo
(FJS) dalam memperkenalkan tradisi njenang (masak dan makan jenang)
kepada masyarakat menurut penulis sudah cukup baik karena dalam setiap
penyelenggaraanya FJS selalu dipenuhi dengan antusias masyarakat, selain itu
seluruh masyarakat kota Solo merayakan hari jadi kota Solo yang disimbolkan
dengan bancaan pada FJS. Tidak hanya dengan membagi puluhan ribu takir
jenang tepapi pengurus YJI dan panitia FJS juga membuat serangkaian
kegiatan yang syarat dengan edukasi seperti workshop jenang dan sarasehan.
Pada penyelenggaraannya setiap peserta FJS pun bersedia apabila ada
masyarakat yang bertanya tentang makna dan filosofi jenang.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberi
sumbang saran sebagai berikut:
a) Untuk FJS yang akan mendatang tentunya perlu adanya pembenahan
program kerja seperti pengelolaan peserta ibu-ibu PKK dengan baik
b) apabila ingin melibatkan kembali perwakilan jenang luar daerah maka
paling tidak pemberitahuan kepada peserta luar daerah 3-4 bulan
sebelumnya. Menurut penulis sebenarnya dengan adanya FJS maka dapat
menjadi tempat berkumpulnya Jenang seluruh daerah di indonesia apabila
sejak awal adanya undangan resmi melalui pemerintah kota Surakarta
yang menyatakan mengundang perwakilan masing-masing daerah. Selain
saling memperkenalkan kelezatan masing-masing jenang maka secara
tidak langsung dapat menjadi ajang promosi daerah untuk menarik
wisatawan berkunjung.
c) Korelasi YJI dan FJS sudah pada jalannya, selama ini inisiasi dan eksekusi
FJS oleh YJI telah berjalan baik. Tetapi, hendaknya diperhatikan bahwa
YJI bukan hanya orginizer FJS. Oleh kerena itu pengembangan kapasitas
commit to user
dilakukan oleh YJI diluar FJS yang sama-sama punya nilai guna untuk
membangun kesejahteraan.
d) Untuk persiapan Festival Jenang Solo yang akan mendatang seluruh
pengurus Yayasan Jenang Solo dan panitia Festival Jenang Solo sudah
harus disiapkan perencanaan dan perancangan sesegera mungkin agar
waktu penyelenggaraan seluruh panitia telah siap.
e) Dalam penyelenggaraan Festival Jenang Solo perlu adanya gerakan dalam
momentum yang terkait dengan kultur feminim dalam satu tahun yaitu
Hari Kartini, hari ibu, jatuhnya bulan suro, dan mengikuti agenda event
kota Solo yang berkaitan seperti SICF (Solo Indonesia Culinary Festival)
dan lain sebagainya. Dengan bentuk kegiatan yang terkait akan jenang
memiliki makna budaya yang luar biasa karena di sela-sela kegiatan
tersebut dapat diadakan lomba memasak dan sarasehan sebagai media
diskusi narasumber dari YJI dan masyarakat sehingga pesan dari setiap
jenang yang akan disampaikan dapat tersalurkan dengan tepat.
f) Apabila pengurus YJI memberi undangan resmi kepada tiap-tiap daerah
maka akan menjadi tempat ajang promosi dari keunikan jenang
masing-masing daerah maka kegiatan FJS dapat menjadi daya tarik tersendiri dari
segi peserta festival.
g) Untuk menghindari pandangan masyarakat tentang kegiatan FJS yang
hanya terkesan hura-hura dan meninggalkan sampah takir jenang, maka
pihak YJS harus membuat trobosan baru dengan mengeluarkan buku
tentang jenang yang dapat dibagikan kepada masyarakat maupun di perjual
belikan. Selain itu dengan diproduksi souvenir YJI dalam bentuk T-shirt,
topi, gelas mug, gantungan kunci dan lain-lain dapat dijual di area festival
yang diselenggarakan berkaitan dengan branding YJI
h) Kedepannya dapat di adakan kegiatan tambahan yang tidak hanya lomba
foto terbaik FJS, tetapi dapat pula diadakan lomba membuat packing untuk
jenang yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh khas Solo. Dengan desain
yang menarik, ekonomis dan ramah lingkungan penulis percaya kegiatan
commit to user Daftar Pustaka
Astiyanto, Heniy. (2006). FILSAFAT JAWA Menggali Butir-Butir Kearifan Lokal. Yogyakarta: Warta Pustaka Yogyakarta.
Barata,Atep Adya. (2003). Dasar-Dasar Pelayanan Prima.Jakarta: PT Elex Media Kompetindo Kelompok Gramedia
Data Peserta Festival Jenang Solo. Sekertariat YJI. FestJenangSolo@gmail.com
Effendy, Onong Uchjana. (1984). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Haryanto, Sindung. (2013). Dunia Simbol Orang Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.
Herawati, Isni. Jantra.(2007). Makna, Tradisi dan Simbol “Makna Simbolik Sajen Slametan Tingkeban”.Vol II No. 3
Koentjaraningrat. (1977). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia.
___________.(1984). Kebudayaan Jawa, Jakarta: PN Balai Pustaka.
Lumpioyadi, Rambat.(2013). Manajemen Pemasaran Jasa Berbasis Kompetensi. Jakarta: Salemba Empat.
Morissan. (2014). Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana
Pendit, N. S. (2002). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradya Paramita.
Purwasito, Andrik. (2003). Message Studies: Pesan Penggerak Kebudayaan. Surakarta: Ndalem Poerwahadiningratan Press.
_______. (2015). Komunikasi Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyomukti, Nurani. (2010). Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Ar Ruzz Media
Tjiptono, Fandy. (1997). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi
commit to user .