• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /ProdukHukum/kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /ProdukHukum/kehutanan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR

Oleh :

Achmad Supriadi 1)

ABSTRAK

Industri perkayuan di Indonesia saat ini banyak mengalami kekurangan bahan baku

terutama kayu bundar. Kebutuhan bahan baku berupa kayu sekitar 63,5 juta m3 per tahun.

Realisasi produksi rata-rata kayu bulat hutan alam hanya 10 juta m3 per tahun. Hal ini berarti

hutan alam hanya mampu memasok sekitar 16% dari keseluruhan bahan baku kayu yang

diperlukan. Untuk mengurangi kesenjangan antara jumlah pasokan dengan kebutuhan kayu, salah

satu upaya yang dapat ditempuh adalah pemanfaatan jenis kayu yang bersumber dari dari hutan

rakyat.

Luas hutan rakyat di kabupaten Bogor adalah 10.791,28 ha, terdiri dari areal siap tebang

2.219,73 ha (20,6%), telah ditebang 443,99 ha (4,1%) dan sisanya 8.127,56 ha (75,3%) berupa

areal tanaman muda. Komoditas tanaman didominasi oleh jenis sengon, kemudian berturut-turut jenis

afrika, mahoni, campuran dan jati. Bogor Barat merupakan wilayah yang memiliki hutan rakyat

terluas. Perkiraan potensi kayunya adalah sekitar 1.034.763,18 m3. Kayu sengon telah dapat

dimanfaatkan untuk berbagai macam produk, dengan nilai tambah per m3 berkisar antara Rp6.392 – Rp 1.325.000, tergantung jenis dan ukuran produk.

Kata kunci : Hutan rakyat, potensi, nilai tambah

I. PENDAHULUAN

Industri kayu merupakan industri kehutanan yang penting dalam

rangka pemanfaatan sumber daya alam berupa hutan. Industri pengolahan kayu di

dalam negeri baik primer maupun sekunder, yang tercatat saat ini hampir 2.000 unit,

yang didominasi oleh industri kayu lapis dan penggergajian. Nilai ekspor barang kayu

(2)

seluruh nilai ekspor Indonesia (Deperindag, 2002). Dari nilai ekspor tersebut sebesar

Rp 1.655.295 juta (6,9%) disumbang dari industri pengolahan kayu skala kecil dan

menengah. Sedangkan sisanya sebanyak 93,1% oleh industri skala besar.

Industri tersebut saat ini banyak mengalami kekurangan bahan baku terutama

kayu bundar, karena kemampuan produksi kayu bundar terutama dari hutan alam yang

terus menurun. Kebutuhan bahan baku berupa kayu sekitar 63,5 juta m3 per tahun.

Realisasi produksi rata-rata kayu bulat hutan alam hanya 10 juta m3 per tahun (Laban,

2003).

Mengingat kondisi hutan secara umum di Indonesia, diperkirakan kekurangan ini

makin lama makin membesar jumlahnya. Kesulitan yang dialami industri dalam

memenuhi bahan bakunya, dikhawatirkan menjadi pemicu maraknya penebangan dan

perdagangan kayu secara illegal di Indonesia. Dampak negatif dari kondisi ini antara lain

tutupnya perusahaan-perusahaan pengolahan kayu, rusaknya hutan beserta ekosistim di

dalamnya dan makin besarnya tekanan dunia internasional terhadap manajemen hutan

dan produk hasil hutan dari Indonesia.

Untuk menanggulangi atau paling tidak mengurangi berbagai permasalahan ini,

pemanfaatan kayu tidak cukup hanya mengandalkan sumber-sumber dari hutan alam,

tetapi harus terus dikembangkan juga dari sumber-sumber lainnya di antaranya dari

hutan rakyat. Di dalam pemanfaatannya harus tetap diusahakan penghematan

penggunaan kayu, antara lain melalui peningkatan efisiensi pemanfaatan kayu dan

diversifikasi produk kayu.

Makalah ini menyajikan tentang potensi kayu dari hutan rakyat di Kabupaten

Bogor dan nilai tambah yang diperoleh dari pemanfaatan kayu hutan rakyat. Sasarannya

adalah tersedianya data dan informasi tentang potensi hutan rakyat di Kabupaten Bogor,

pemanfaatan kayu sengon dan nilai tambah yang diperoleh dari pemanfaatan kayu

sengon.

II. POTENSI HUTAN RAKYAT

Luas areal hutan rakyat di Kabupaten Bogor tahun 2005 tercatat 10.791,28 ha,

(3)

(4.745,02 ha), kemudian berturut-turut diikuti oleh jenis afrika (2.620,95 ha), mahoni

(1.937,78 ha), campuran (1.040,84 ha) dan jati (446,68 ha). Pengusahaan hutan rakyat

telah mampu memberikan lapangan kerja bagi 53.995 orang. Data rekapitulasi potensi

hutan rakyat selengkapnya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi hutan rakyat Kabupaten Bogor tahun 2005

Luas areal (ha) No

.

Komoditas Total Siap

tebang Ditebang Produksi (M3) Jumlah tenaga kerja (orang) 1. 2 3 4 5.

Sengon (Albizia falcataria) Mahoni (Switenia sp.) Afrika (Maesopsis sp.) Jati (Tectona grandis) Campuran 4.745,02 1.937,78 2.620,95 446,68 1.040,84 1.026,09 412,75 557,93 1,64 221,33 205,22 82,55 111,59 0,33 44,31 20.551,41 8.252,06 11.154,20 32,70 4.429,46 23.718 9.685 13.100 2.250 5.202

Jumlah 10.791,28 2.219,73 443,99 44.383,83 53.955

Sumber : Anonim, 2006.

Berdasarkan sebaran arealnya, Bogor Barat merupakan wilayah kabupaten Bogor

yang memiliki areal hutan rakyat terluas hampir untuk semua jenis tanaman yakni

7.362,27 ha atau sekitar 67,4% dari seluruh luas areal hutan rakyat di kabupaten Bogor,

selanjutnya diikuti oleh wilayah Bogor Timur 1.837,65 ha (16,8%) dan sisanya wilayah

Bogor Tengah1.837,65 ha (15.7%). Luas hutan rakyat di kabupaten Bogor berrdasarkan

sebaran wilayahnya disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi luas areal hutan rakyat per wilayah Kabupaten Bogor tahun 2005 (ha)

Wilayah Sengon Mahoni Afrika Jati Campuran Jumlah

Bogor Barat Bogor Tengah Bogor Timur 3.311,98 606,76 826,28 1.269,99 284,02 383,76 1.815,58 408,65 409,45 184,02 250,83 125,13 780,70 167,12 93,03 7.362,27 (67,4%) 1.717,38 (15,7%) 1.837,65 (16,8%

Jumlah 4.745,02 1.937,77 2.633,68 559,98 1.040,85 10.917,30 (100%)

(4)

Luas areal hutan rakyat yang telah ditebang memberikan hasil berupa produksi

kayu yang berbeda-beda jumlahnya tergantung kepada jenis kayu dan luas areal. Sebagai

contoh pada Tabel 1, dari 205,22 ha penebangan tanaman sengon menghasilkan

20.551,41 m3 kayu bundar. Sedangkan dari 1.937,78 ha tanaman mahoni menghasilkan

8.252,06 m3 kayu bundar dan seterusnya. Berdasarkan produksi kayu yang dihasilkan

dari luasan areal yang telah ditebang ditebang, maka dapat diperkirakan besarnya potensi

kayu setiap jenis tanaman dari hutan rakyat di kabupaten Bogor seperti disajikan pada

Tabel 3.

Tabel 3. Potensi kayu dari hutan rakyat di kabupaten Bogor

No. Komoditas

Luas areal tanaman muda dan siap tebang

(ha)

Perkiraan potensi kayu (m3)

1. 2 3 4 5.

Sengon (Albizia falcataria) Mahoni (Switenia sp.) Afrika (Maesopsis sp.) Jati (Tectona grandis) Campuran

4.539,80 1.855,23 2.509,36 446,35 996,53

454.630,60 185.456,93 250.828,06 44.229,23 99.618,36

Jumlah 10.347,27 1.034.763,18

Sumber : Anonim, 2006. Data diolah

Pada Tabel 3 tampak, jumlah luas hutan rakyat dengan tanaman belum ditebang

adalah 10.347,27 ha dengan perkiraan potensi kayunya sebesar 1.034.763,18 m3.

Tanaman sengon diperkirakan berpotensi menghasilkan produksi kayu terbanyak yaitu

45.630,60 m3, kemudian berturut-turut diikuti oleh tanaman afrika 250.828,06 m3 dan

mahoni 185.456,93 m3.

III. KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH PEMANFAATAN KAYU SENGON

Kayu sengon di Jawa Barat terkenal dengan nama kayu jeungjing, banyak

digunakan oleh penduduk Jawa Barat untuk bahan perumahan (papan, balok, tiang, kaso

dan sebagainya). Selain daripada itu dapat juga dipakai untuk pembuatan peti, venir,

(5)

banyak industri pengolahan kayu skala kecil menggunakan kayu sengon untuk

menghasilkan produk-produk berupa peti kemas, palet, bahan bangunan serta mebel

(Sylviani, et. al., 1996). Di Bogor banyak industri penggergajian yang telah biasa

menggergaji kayu sengon untuk nantinya dibuat berbagai macam produk kayu.

Kayu sengon telah dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam produk kayu

seperti telah diuraikan di atas, sehingga telah dapat meningkatkan nilai tambah dari kayu

sengon tersebut. Besarnya nilai tambah yang diperoleh tergantung kepada jenis dan

ukuran produk yang dihasilkan. Nilai tambah dari pemanfaatan kayu sengon disajikan

pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai tambah dari pemanfaatan kayu sengon untuk berbagai macam produk

No. Jenis Produk Nilai output (Rp)

Nilai input (Rp)

Nilai tambah (Rp/m3)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Kayu gergajian*) Tempat tidur**) Lemari**) Bufet**) Palet***) Peti***)

700.000 600.000 1.200.000 1.500.000 83.750.000 37.754.000

500.000 175.000 175.000 175.000 33.350.000 34.133.500

200.000 425.000 1.025.000 1.325.000 119.290 6.392 Keterangan : *) Pedagang kayu gergajian di Bogor; **) Supriadi, A. dan Osly Rachman

(2000); ***) Sylviani, et. al., (1996)

IV. KESIMPULAN

1. Luas hutan rakyat di Kabupaten Bogor 10.791,28 ha, terdiri dari areal siap tebang

2.219,73 ha (20,6%), telah ditebang 443,99 ha (4,1%) dan sisanya 8.127,56 ha

(75,3%) berupa areal tanaman muda. Komoditas tanaman didominasi oleh jenis

sengon, kemudian berturut-turut jenis afrika, mahoni, campuran dan jati. Bogor

Barat merupakan wilayah yang memiliki hutan rakyat terluas.

2. Perkiraan potensi kayunya adalah sekitar 1.034.763,18 m3

3. Kayu sengon telah dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam produk, dengan nilai

tambah per m3 berkisar antara Rp 6.392 – Rp 1.325.000, tergantung jenis dan ukuran

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Kebijakan dan Strategi Umum Pengembangan Industri Kecil Menengah.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Jakarta.

_______. 2006. Monografi Hutan Rakyat Kabupaten Bogor. Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Bogor, Bogor.

Laban, B.Y. 2003. Kebijakan restrukturisasi industri kehutanan berbasis pengelolaan

hutan lestari. Makalah Utama dalam Ekspose Hasil-Hasil Litbang Teknologi

Hasil Hutan di Bogor tanggal 16 Desember 2003 . Puslitbang Teknologi Hasil

Hutan. Bogor.

Martawijaya, A., I. Kartasujana, Y.I. Mandang, S.A. Prawira dan K. Kadir. 2005. Atlas

Kayu Indonesia Jilid II. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.

Sylviani, B.M. Purnama dan A. Saiban. 1996. Nilai ekonomi kayu dari hutan rakyat di

kabupaten Sukabumi. Buletin Penelitian Hasil Hutan 14(9): 344-354.

Puslitbang Hasil Hutan dan Sosek Kehutanan. Bogor

Supriadi, A. dan O. Rachman. 2000. Profil industri kecil mebel di Sukabumi. Info Hasil

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi hutan rakyat Kabupaten Bogor tahun 2005

Referensi

Dokumen terkait

Pengiriman delegasi Koalisi Masyarakat Sipil ini dalam rangka mendapatkan dukungan masyarakat internasional untuk mendesak pemerintah Indonesia segera meratifikasi Statuta Roma

New York, 5 July 2011 —The Coalition for the International Criminal Court today called on the Republic of Indonesia to deliver on its commitment to end impunity by

Tutor menjelaskan tujuan pertemuan tutorialmelalui inisiasi, peserta diharapkan sudah membaca dan berusaha memahami materi dalam modul.. Tutor menjelaskan target kompetensi dan

Sehubungan dengan hasil evaluasi Paket Pekerjaan Belanja Modal Pengadaan Peralatan Studio Visual Kegiatan Peningkatan Kualitas Informasi Pembangunan (City Commander Centre)

Debong Tengah pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Tegal akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi secara elektronik

Terakhir, pernyataan yang menunjukkan keengganan untuk segera meratifikasi muncul dari Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, yang menyatakan bahwa ratifikasi Statuta Roma 1998

[r]

- Menjelaskan Pengujian Mendetail Saldo Kas (Test of Details of Balances) Pokok Bahasan : Audit Siklus Pendanaan, dan Audit Atas Saldo Akun Kas. Sub Pokok bahasan :