• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 TAMAN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 TAMAN SIDOARJO."

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) TERHADAP

AKHLAK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 TAMAN

SKRIPSI

Oleh:

JAZIRAH UMMI AROFAH NIM. D31212107

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii ABSTRAK

Jazirah Ummi Arofah 2016: Pengaruh Kecerdasn Spiritual(SQ) Terhadap

Akhlak Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Taman.

Kata Kunci : Kecerdasn Spiritual(SQ), Akhlak Siswa.

Berdasarkan atar belakang kecerdasan spiritual sebagai satu sumber kekayaan, kuasa dan pengaruh yang mampu mendorong seseorang bertindak. Tindakan yang diambil bermula daripada nilai-nilai murni dari jiwa seseorang yang penuh makna bagi menjadikan kehidupan mereka lebih bernilai. Maka peneliti tertarik menjadikan penelitian skripsi ini dengan judul Pengaruh Kecerdasan Spiritual (SQ) Terhadap Akhlak Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk 1. Untuk mengetahui bagaiman tingkat kecerdasan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui akhlak siswa SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo. 3. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan spiritual ( SQ) terhadap akhlak SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis field research. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling yang diambil secara acak dari berbagai kelas. Adapun sampel yang diambil sebanyak 90 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, wawancara, dan skala (angket).

Berdasarkan analisa data diketahui Kecerdasan Spiritual (SQ) siswa SMA Negeri 1 Taman adalah termasuk dalam kategori “cukup” tebukti diketahui mean kecerdasan Spiritual siswa sebesar 34 yaitu pada interval 21 sampai dengan 40. Sedangkan Akhlak siswa SMA Negeri 1 Taman adalah termasuk dalam kategori “cukup” tebukti diketahui mean Akhlak siswa sebesar 34 yaitu pada interval 21 sampai dengan 40.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 6

F. Defenisi Operasioanal ... 6

G. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kecerdasan Spiritual ... 11

(8)

2. Ciri- Ciri Kecerdasan Spiritual... 15

3. Sudut Pandang Menguji Tingkat Kecerdasan Spiritual Seseorang ... 16

4. Pengukuran Kecerdasan Spiritual ... 18

5. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual ... 19

6. Indikator- Indikator Kecerdsan Spiritual ... 20

B. Akhlak Siswa ... 28

1. Pengertian Akhlak Siswa ... 28

2. Ciri- Ciri Perbutan Akhlak Siswa ... 31

3. Pembagian Akhlak Siswa ... 32

4. Indikator- Indikator Akhlak Siswa ... 35

C. Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Akhlak Siswa ... 40

D. Hipotesis ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 43

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian ... 44

C. Populasi dan Sampel ... 49

D. Jenis dan Sumber Data ... 51

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

F. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Objek Penelitian ... 60

(9)

C. Pengijian Hipotesis ... 99

D. Diskusi Hasil Penelitian ... 110

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 114

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kisi- Kisi Angket Siswa ... 47

3.2 Distribusi Populasi ... 49

4.1 Jumlah Siswa- Siswi SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo Tahun 2015/2016 ... 68

4.2 Sarana Prasarana SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo ... 69

4.3 Uraian Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMAN 1 Taman ... 71

4.4 Variabel X(Kecerdasan Spiritual (SQ) Siswa SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo) ... 80

4.5 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Spiritual (SQ) di SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo87 4.6 Variabel Y (Akhlak Siswa SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo) ... 89

4.7 Distribusi Frekuensi Akhlak Siswa SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo ... 95

4.8 Interval Nilai Kecerdasan Spiritual (X) dan Akhlak Siswa (Y) SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo ... 98

4.9 Tabel Kerja Variabel X (Kecerdasan Spiritual Siswa) dan Y (Akhlak Siswa) SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo ... 100

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pola pembangunan Sumber Daya Manusia di Indonesia selama ini

terlalu mengedepankan IQ (kecerdasan intelektual) dan materialisme tetapi

mengabaikan EQ (kecerdasan emosi) terlebih SQ (Kecerdasan spiritual).

Pada umunya masyarakat Indonesia memang memandang IQ paling

utama, dan menganggap EQ sebagai pelengkap, sekedar modal dasar tanpa

perlu dikembangkan lebih baik lagi. Fenomena ini yang sering tergambar

dalam pola asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan juga

sekolah-sekolah negeri atau swasta pada umumnya. Maka tidak heran

kalau banyak remaja siswa berprestasi tapi tidak sedikit kemudian mereka

yang berprestasi juga menjadi siswa yang urakan dan mengabaikan

tanggungjawabnya dalam menjalani proses pendidikan di sekolah, terjebak

dalam pergaulan bebas, narkoba dan atau budaya tawuran sering

dilakukan. Pengaruh obat-obatan terlarang, budaya kritis yang cenderung

negatif karena mengurangi kesopanan pada guru dan orang tua, selama ini

menjadi ciri adanya perubahan budaya pada remaja siswa di Indonesia.

Selama empat dawarsa terakhir, setiap orang dari kepala sekolah

dasar hingga pengkotbah dan presiden telah berusaha sekuat tenaga

(12)

2

lama keadaan justru semakin memburuk. Bila statistik untuk ini saja sudah

mengejutkan, apa lagi cerita dibalik data tersebut.

Sehingga pada tahun 2003, lahirlah Undang-Undang SIKDIKNAS

(Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003 merupakan awal

reformasi pendidikan yang mencoba menyeimbangkan pola pembangunan

SDM dengan mengedepankan SQ (Kecerdasan spiritual), EQ (kecerdasan

emosi) dan tidak mengabaikan IQ (kecerdasan intelektual).1

Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan

menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih hasil

yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient

(IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan

memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan hasil

belajar yang optimal. Menurut Binet dalam buku Winkel hakikat

inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan

suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai

tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.2

Selain kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual juga turut

mengetengahkan istilah existential intelligence atau kecerdasan kewujudan Gardner. Kecerdasan ini berkait rapat dengan kebolehan untuk memahami

unsur-unsur keagamaan dan kerohanian. Hanya tidak dapat dilihat dengan

mata kasar tetapi dapat dijelaskan dengan iman, keyakinan dan

kepercayaan. Lanjut kecerdasan kewujudan yang diutarakan oleh Gardner,

(13)

3

beberapa ahli psikologi lain mulai mengetengahkan kecerdasan spiritual

atau kecerdasan rohani.Toto menjelaskan Kecerdasan ruhaniah adalah

kecerdasan yang berpusat pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah

Rabbul Alamin dan seluruh ciptaan-Nya. Kecerdasan ini merupakan bentuk kesadaran yang berangkat dari keimanan kepada Allah SWT, atau

kecerdasan spiritual berarti memberikan muatan baru yang bersifat

keilahian ke dalam God Spot (Titik Tuhan) yang merupakan fitrah3. Danah Zoharjuga turut membincangkan kecerdasan spiritual sebagai satu sumber

kekayaan, kuasa dan pengaruh yang mampu mendorong seseorang

bertindak. Tindakan yang diambil bermula daripada nilai-nilai murni dari

jiwa dalaman seseorang yang penuh makna bagi menjadikan kehidupan

mereka lebih bernilai

Kecerdasan spiritual turut dikonsepkan sebagai kebolehan untuk

berkelakuan atau melakukan sesuatu tindakan yang diiringi dengan rasa

belas dan kebijaksanaan di samping mengekalkan kestabilan dalaman dan

luaran diri tanpa mengira situasi WigglesworthHanya merupakan

keperluan peribadi yang amat penting. Kekurangan kecerdasan spiritual

menjadikan seseorang individu tidak dapat mengekalkan kesejahteraan

dalaman atau luaran semasa berhadapan dengan apa keadaan yang

menekan atau konflik.

Berdasarkan dapatan kajian-kajian yang telah dinyatakan sebelum

ini jelas menunjukkan bahawa elemen-elemen yang dikaitkan dengan

(14)

4

kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual mempunyai pengaruh ke atas

emosi seterusnya tingkah laku seseorang. `Kajian-kajian yang dijalankan

bukan sahaja dijalankan di Malaysia dan Asia, malah turut dikaji oleh

penyelidik dari negara-negara yang lain.

Maka dari itu, dalam kaitan pentingnya Kecerdasan Spiritual (SQ)

pada diri siswa sebagai salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam

akhlaknya, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis tertarik untuk

meneliti: “Pengaruh kecerdasan Spiritual (SQ)) Terhadap Akhlak Siswa kelas XI SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka

masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana tingkat kecerdasan Spiritual (SQ) siswa SMA Negeri 1

Taman Sidoarjo ?

b. Bagaimana akhlak siswa SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo?

c. Adakah pengaruh kecerdasan spiritual ( SQ) terhadap akhlak siswa

kelas XI SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo ?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual (SQ) siswa SMA

(15)

5

b. Untuk mengetahui akhlak siswa SMANegeri 1 Taman Sidoarjo?

c. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan spiritual ( SQ) terhadap

akhlak SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo ?

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dikatakan berhasil apabila dapat memberikan

manfaat pada dunia pendidikan. Dalam penelitian ini, penulis

mengharapkan adanya manfaat atau kegunaan, khususnya bagi peneliti

sendiri dan umumnya bagi yang berkepentingan di bidang pendidikan.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalahsebagai berikut

:

1. Manfaat Teoritis

Dengan penelitian ini dapat dijadikan wadah untuk pengembangan diri

dan pemantapan pengetahuan serta untuk penerapan pendidikan agama

Islam dalam hal pembinaan dan pembimbingan akhlak siswa

denganmengembangkan kecerdasan spiritual mereka.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi individu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu

memberikaninformasi khususnya kepada para orang tua, konselor

sekolah danguru dalam upaya membimbing dan memotivasi siswa

(16)

6

b. Bagi lembaga

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

sekolah dalam membimbing tingkah laku (akhlak) siswa. Sehingga

akan menjadi manusia yang mandiri dan dewasa.

c. Bagi ilmu pengetahuan

Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil

penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai

pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap akhlak siswa.

E. Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah

dipaparkan diatas, penulis ingin memberikan batasan masalah dengan

fungsi sebagai penyempitan obyek yang akan diteliti agar masalah yang

diteliti tidak melebar dan jelas pembahasannya.

Yang pertama kecerdasan spiritual (SQ) di sini dikhususkan pada

siswa kelas XI SMANegeri 1 Taman Sidoarjo.

Yang kedua yang dimaksud kecerdasan spiritual di sini adalah

sikap kejujuran, kerjasama, kepedulian, rasa syukur dan kesabaran.

F. Definisi Operasional

Untuk memperjelas kemana arah pembahasan masalah yang akan

diangkat, maka penulis perlu memberikan definisi dari judul tersebut, yaitu

(17)

7

1. Pengaruh

Pengertian pengaruh menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah

daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut

membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.4

Dalam penelitian ini pengaruh adalah yang menyebabkan sesuatu

terjadi, baik secara langsung maupun tidak. Berarti yang menjadi

penyebab secara langsung atau tidak terhadap akhlak siswa.

2. Kecerdasan spiritual

Kecerdasan menurut Gadner yaitu kemampuan untuk memecahkan

persoalan dan menghasilkna produk dalam suatu setting yang

bermacam-macamdan dalam situasi nyata (1983, 1993). Jadi kecerdasan memuat

kemampuan untuk memecahkan persoalan yang nyata dalam situasai yang

bermacam-macam. Tekanan pada persoalan nyata ini sangat penting bagi

Gender karena seorang baru sungguh intelegensi tinggi bila ia dapat

menyelesaikan persoalan hidup nyata dan situasi yang bermacam-macam,

situasi hidup yang sungguh kompleks5

Danah Zohar dan Ian Marshal mendefinisikan kecerdasan spititual

adalah kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam

konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa

tindakan atau jalan untuk seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan

ynag lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk mengfungsikan IQ

(18)

8

dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdsan tertinggi kita (

Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ : Spiritual Intelegence, Bloom, Sbury

Great Britan)6

Dalam penelitian ini yang dimaksud kecerdasan Spiritual adalah

kemampuan siswa untuk bersikap jujur, kerjasama, peduli, syukur dan

sabar.

3. Akhlak Siswa

Al-Ghozali mendefinisikan Akhlaq adalah suatu sifat yang

tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan

dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih

dulu).7

Siswa : Murid, pelajar.8

Jadi pengertian Akhlak Siswa dalam penelitian ini adalah suatu

kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa seorang murid dan

menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan

dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan

pemikiran.

Jadi pengaruh kecerdasan spiritual (SQ) terhadap akhalak siswa di

SMA Negeri 1 Taman merupakan suatu kelakuan yang menjadikan siswa

(19)

9

itu bersikap baik atau tidak menurut pandangan syari‘at dan akal pikiran

yang disebabkan oleh kecerdasan spiritual yang mereka miliki.

G. Sistematika Pembahasan

Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh

mengenai pembahasan skripsi ini. Maka secara global penulis merinci

dalam sistematika pembahasan ini sebagai berikut.

Bab pertama berisi tentang, pendahuluan, yang meliputi :

Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi

operasional, sistematika pembahasan.

Sedangkan bab kedua berisi tentang, pembahasan landasan

teori, yang mencakup pembahasan tentang : Kecerdasan Spiritual,

ciri-ciri kecerdasan spiritual, sudut pandang menguji kecerdasan

spiritual seseorang, faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan

spiritual, kemudian kajian tentang akhlak siswa yang di dalamnya

berisikan mengenai pengertian akhlak, ciri-ciri akhlak, pembagian

akhlak, dilanjutkan membahas kajian inti yaitu tentang pengaruh

kecerdsan spiritual terhadap akhlak siswa di SMA Negeri 1 Taman

Sidoarjo.

Selanjutnya bab ketiga merupakan penjelasan metode

(20)

10

jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik

analisis data.

Kemudian bab keempat memaparkan hasil penelitian dan

pembahasan dari keseluruhan bab, yang meliputi Latar belakang

obyek penelitian, diskripsi data, analisis data dan pengujian

hipotesis, pembahasan temuan dan hasil tindakan.

Akhirnya bab kelima penutup hasil simpulan dari semua

bab dan saran-saran dari peneliti untuk perbaikan-perbaikan yang

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan (dalam bahasa inggris disebut Intelligence dan bahasa Arab di sebut al-dzaka') Menurut arti bahasa kecerdasan adalah pemahaman,

kecepatan dan kesempurnaan sesuatu, atau berarti kemampuan (al-qudrah)

dalam memahami sesuatu secara tepat dan sempurna. Intelligence berarti

kapasitas umum seorang individu yang dapat dilihat pada kesanggupan

pikirannya dalam mengatasi tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru, keadaan

ruhani secara umum yang dapat disesuaikan dengan problema-problema dan

kondisi-kondisi yang baru di dalam kehidupan.1 Kecerdasan sering diartikan

sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi terutama

pemecahan yang menuntut kemampuan dan ketajaman pikiran. Kamus

Webster dalam Born To Be a Genius mendefinisikan kecerdasan (intelligence)

sebagai :

a. Kemampuan untuk mempelajari atau mengerti dari pengalaman,

kemampuan untuk mendapatkan dan mempertahankan pengetahuan,

kemampuan mental.

(22)

12

b. Kemampuan untuk memberikan respon secara cepat dan berhasil pada

situasi baru, kemampuan untuk menggunakan nalar dalam memecahkan

masalah.2

Dari beberapa Pengertian kecerdasan di atas menunjukan bahwa

kecerdasan hanya berkaitan dengan kemampuan struktural akal (intellectual)

dalam menangkap gejala sesuatu, sehingga kecerdasan hanya bersentuhan

dengan aspek-aspek kognitif.

Spiritual merupakan bentukan dari kata spirit. Spirit merupakan kata

yang memiliki banyak arti, misalanya spirit diartikan sebagai kata benda

(noun) seperti arwah, hantu, peri, orang, kelincahan, makna, moral, cara

berfikir, semangat, keberanian, sukma dan tabiat. Keduabelas kata tersebut

masih terlalu luas, apabila dipersempit lagi maka kata spirit menjadi tiga

macam arti saja, yaitu moral, semangat dan sukma. Kata spiritual sendiri bisa

dimaknai sebagai hal-hal yang bersifat spirit atau berkenaan dengan

semangat.3

Spiritual dapat diartikan sebagai sesuatu yang murni dan sering juga

disebut dengan jiwa atau ruh. Ruh bisa diartikan sebagai energi kehidupan

yang membuat manusia dapat hidup, bernafas dan bergerak. Spiritual berarti

2 Ibid.,

(23)

13

segala sesuatu di luar tubuh fisik manusia. Dimensi spiritual adalah inti kita,

pusat kita, komitmen kita pada sistem nilai kita. Daerah yang amat pribadi

dari kehidupan dan sangat penting. Dimensi ini memanfaatkan sumber yang

mengilhami dan mengangkat semangat kita dan mengikat kita pada kebenaran

tanpa batas waktu mengenai aspek humanitas.4

Sisi lain menurut kamus Webster, kata spirit berasal dari kata benda

bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas, dan kata kerja “spairare” yang

berarti untuk bernafas, dan memiliki nafas berarti memiliki spirit. Beberapa

literatur lain juga menjelaskan bahwa kata spiritual yang diambil dari bahasa

latin itu memiliki arti sesuatu yang memberikan kehidupan atau vitalitas,

dengan vitalitas ini maka hidup akan menjadi lebih hidup. Spiritualitas

merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai tujuan dan

makna hidup seseorang.5

Menurut Zohar dan Marshall, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan

untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu

kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna

yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan

hidup orang lebih bermakna dibandingkan orang lain.6

4 Agus Nggermanto, Quantum Quotient:Kecerdasan Quantum Cara Praktis Melejitkan

IQ,EQ dan SQ yang Harmonis, (Bandung: Nuansa, 2005), 113.

(24)

14

Menurut Khalil Khavari, kecerdasan spiritual merupakan fakultas dari

dimensi non material ruh manusia. Kecerdasan ini merupakan intan yang

belum terasah yang dimiliki semua orang. Semua harus mengenalinya seperti

apa adanya, menggosoknya sehingga berkilap dengan tekad yang besar dan

menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi. Seperti dua

bentuk kecerdasan lainnya (kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi),

kecerdasan spiritual dapat ditingkatkan dan diturunkan.7

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang

menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta

cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena

merasa sebagai bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat manusia dapat

menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan,

kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan manusia yang harus diasah

dengan baik yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan serta untuk

menempatkan makna pada konteks yang lebih luas sehingga dapat

berinteraksi antar sesama manusia dengan interaksi yang baik.

(25)

15

2. Ciri- Ciri Kecerdasan Spiritual

Adapaun tanda-tanda atau ciri-ciri orang yang kecerdasan spiritualnya

berkembang dengan baik di antaranya sebagai berikut :

a. Kemampuan bersikap fleksibel yaitu menyesuaikan diri secara spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang baik.

b. Tingkat kesadaran yang tinggi. Bagian terpenting dari kesadaran diri ini mencakup usaha untuk mengetahui batas wilayah yang nyaman untuk dirinya sendiri, banyak tahu tentang dirinya

c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.

Mampu menanggapi dan menentukan sikap ketika situasi yang menyakitkan atau tidak menyenangkan datang.

d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit. Mampu memandang kehidupan yang lebih besar sehingga mampu menghadapi dan memanfaatkan serta melampaui, kesengsaraan dan rasa sehat serta memandangnya sebagai suatu visi dan mencari makna dibaliknya. e. Kualitas hidup yang diIlhami oleh visi dan nilai-nilai. Seseorang yang

memiliki spiritual yang tinggi memiliki pemahaman tentang tujuan hidupnya.

f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu. Orang yang kecerdasan spiritualnya tinggi akan mengetahui bahwa ketika di merugikan oranglain, dia merugikan dirinya sendiri.

g. Berpandangan holistik. Kecenderungan untuk melihatketerkaitan antara berbagai hal, melihat diri sendiri dan oranglain saling terkait h. Refleksi diri. Kecenderungan untuk mencari jawaban-jawaban yang

mendasar

i. Menjadi bidang mandiri, yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi. Mampu berdiri menantang orang banyak, berpegang teguh pada pendapat yang tidak popular jika itu benar-benar diyakininya.8

Dari beberapa ciri yang disebutkan di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, seseorang

tersebut mampu memberikan inspirasi kepada orang lain dan ia cenderung

(26)

16

menjadi pemimpin yang memiliki tujuan membawa visi dan nilai yang tinggi

kepada orang lain dan memberikan petunjuk secara benar.

3. Sudut Pandang Menguji Tingkat Kecerdasan Spritual Seseorang: Menurut Khalil Khavari terdapat tiga bagian yang dapat dilihat untuk

menguji kecerdasan spiritual seseorang:

a. Spiritual keagamaan (relasi vertikal, hubungan dengan yang Maha

Kuasa) Sudut pandang ini akan melihat sejauh manakah tingkat relasi

spritual seseorang dengan Sang Pencipta. Hal ini dapat diukur dari

segi komunikasi dan intensitas spritual individu dengan Tuhannya.

Manifestasinya dapat terlihat dari pada frekwensi doa, makhluq

spritual, kecintaan kepada Tuhan yang bersemayam dalam hati, dan

rasa syukur kehadirat-Nya. Khavari lebih menekankan segi ini untuk

melakukan pengukuran tingkat kecerdasan spritual, karena apabila

keharmonisan hubungan dan relasi spritual keagamaan seseorang

semakin tinggi maka semakin tinggi pula tingkat kualitas kecerdasan

spritualnya.

b. Relasi sosial-keagamaan

Sudut pandang ini melihat konsekwensi psikologis spritualkeagamaan

terhadap sikap sosial yang menekankan segi terhadap kesejahteraan

(27)

17

merupakan manifestasi dari keadaan jiwa, maka kecerdasan spritual

yang ada dalam diri individu akan termanifestasi dalam perilakunya.

c. Etika sosial

Sudut pandang ini dapat menggambarkan tingkat etika sosial sebagai

manifestasi dari kualitas kecerdasan spiritual. Semakin tinggi tingkat

kecerdasan spritualnya semakin tinggi pula etika sosialnya. Hal ini

tercermin dari ketaatan seseorang pada etika dan moral, jujur, dapat

dipercaya, sopan, toleran, dan anti terhadap kekerasan. Dengan

kecerdasan spritual maka individu dapat menghayati arti dari

pentingnya sopan santun, toleran, dan beradab dalam hidup.9

Berdasarkan sudut pandang menguji tingkat kecerdasan

spiritual seseorang, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

spiritual adalah kemampuan atau kapasitas seseorang untuk

menggunakan nilai-nilai agama baik dalam berhubungan secara

vertikal atau berhubungan dengan Allah SWT ( Hab lum minallah dan

hubungan secara horizontal / hubungan sesama manusia yang dapat

dijadikan pedoman suatu perbuatan yang bertanggung jawab di dunia

maupun akhirat.

(28)

18

4. Pengukuran Kecerdasan Spiritual

Hal yang bisa di lakukan untuk mengukur tingkat kecerdasan spiritual

seseorang adalah memberikan batasan-batasan (atau semacam ancang-ancang/

rambu-rambu) yang lentur. Tentu saja semua ini akan berimplikasi pada

ketidaksamaan penentuan skor untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat

SQ seseorang. Di samping itu, validitas hasil pengukurannya sangat relatif ,

tidak seakurat hasil pengukuran tes IQ. Sebab dalam pengukuran kecerdasan

Spiritual ini, seorang hanya diminta untuk mengisi (menjawab) poin-poin

pertanyaan yang diajukan.

Berikut ini contoh tes SQ yang dirumuskan oleh prof. Dr. Khalil

Khavari.10

DAFTAR PERTANYAAN JAWABAN NILAI

01 Apakah anda berdoa setiap hari ?

02 Apakah anda berada adalam perjalanan menjadi baik ?

03 Apakah anda berani untuk berpendirian kepada kebenaran?

04 Apakah anda membimbing kehidupan anda sebagai makhluk spiritual ?

05 Apakah anda merasa memiliki ikatan kekeluargaan dengan semua manusia ? 06 Apakah anda menganut standar etika dan

moral ?

07 Apakah anda merasa cinta keapada Tuhan dalam hati ?

10 Abdul Wahid Hasan, SQ NABI Aplikasi Strategi & Model Kecerdasan Spiritual (SQ)

(29)

19

08 Apakah anda menahan diri untuk tidak melakukan pelanggaran hukum meskipun anda dapat melakukannya tanpa resiko terkena sangsi ?

09 Apakah anda mempunyai konstribus terhadap kesejahteraan orang lain ?

10 Apakah anda mencintai dan secara aktif ikut melindungi planet bumi ini ?

11 Apakah anda menurus kesejahteraan binatang ?

16 Apakah anda toleran terhadap perbedaan? 17 Apakah anda anti kekerasan ?

18 Apakah anda bahagia ?

19 Apakah anda tawadhu’ (rendah ahati) ? 20 Apakah anda hemat sehingga tidak

konsumtif dan boros ?

21 Apakah anda dermawan? Apakah anda berbagi keberuntungan dengan orang lain ? 22 Apakah anda sopan?

23 Apakah anda dapat dipercaya ?

24 Apakah anda orang yang terbuka saat Anda berinteraksi dengan orang lain ? 25 Apakah anda sabar dengan keadaan yang

sangat berat ? NILAI TOTAL

5. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual

Adapun pendapat para tokoh mengenai faktor-faktor kecerdasan

(30)

20

Menurut Sinetar11faktor-faktor yang mendukung kecerdasan spiritual

otoritas intuitif, yaitu kejujuran, keadilan, kesamaan perlakuan terhadap

semua orang dan mempunyai faktor yang mendorong (motivasi) kecerdasan

spiritual. Suatu dorongan yang disertai oleh pandangan luas tentang tuntutan

hidup dan komitmen untuk memenuhinya.

Sedangkan menurut Agustian12adalah inner value (nilai-nilai spiritual

dari dalam) yang berasal dari dalam diri (suara hati), seperti transparency

(keterbukaan), responsibilities (tanggung jawab), accountabilities

(kepercayaan), fairness (keadilan) dan social wareness (kepedulian sosial).

Faktor kedua adalah drive yaitu dorongan dan usaha untuk mencapai

kebenaran dan kebahagiaan.

Dari pendapat para tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor kecerdasan spiritual ialah suatu dorongan yang berasal dari dalam diri

seseorang untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan.

6. Indikator- indikator Kecerdasan Spiritual

Menurut Suyanto, nilai-nilai spiritual antara lain: Kebenaran,

kejujuran, kesederhanaan, kepedulian, kerjasama, rasa percaya, kebersihan

(31)

21

hati, kerendahan hati, rasa syukur, ketekunan, kesabaran, keadilan, ikhlas,

hikmah & keteguhan.13

Sedangkan menurut Toto Tasmoro ada 8 indikator dalam kecerdasan

spiritual yaitu: Merasakan kehadiran Allah, berdzikir dan berdo’a, memiliki

kualitas sabar, Cenderung kepada kebaikan, memiliki empati, berjiwa besar,

melayani dan menolong .14

Selanjutnya menurut Ary Ginanjar Agustian dalam buku Tasmara,

aspek kecerdasan spiritual yaitu: Shiddiq, Istiqomah, Fathanah, Amanah dan

tabliq.15

Berdasarkan pendapat tiga tokoh di atas maka dalam skripsi ini penulis

mengambil sebagian indikator kecerdasan Spiritual agar kecerdasan spiritual

tidak melebar sehingga apa yang dimaksud oleh penulis tersamapaikan kepada

pembaca.

a. Kejujuran

Kejujuran adalah sifat yang melekat dari dalam diri seseorang dan

merupakan hal penting untuk dilakukan dalam hidup sehari-hari. Menurut

Tabrani Rusyan, arti jujur dalam bahasa Arab merupakan terjemahan dari

kata Shidiq yang artinya benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur

13 Suyanto, 15 Rahasia Mengubah Kegagalan Menuju Kesuksesan Dengan SQ( kecerdasan

spiritual), (Yogyakarta: Andi, 2006) , 1.

14 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah( Transcendental intellegence: Membentuk

kepribadian yang bertanggung jawa, profesional, dan berakhlak), (Jakarta: Gema insani, 2001), 1-38.

(32)

22

adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur

merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut

benar, memberikan sesuatu yang benar atau sesuai dengan kenyataan.16

Perintah jujur ini terdapat dalam Q.S. At- Taubah: 119

َﲔِﻗِدﺎﱠﺼﻟا َﻊَﻣ اﻮُﻧﻮُﻛَو َﻪﱠﻠﻟا اﻮُﻘﱠـﺗا اﻮُﻨَﻣآ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡـﻳَأ ﺎَﻳ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar jujur.( Q.S.

At-Taubah: 119)17

Perilaku yang jujur adalah prilaku yang diikuti dengan sikap

tanggung jawab atas apa yang diperbuatnya, karena dia tidak pernah

berfikir untuk melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, sebab

sikap tidak bertanggung jawab merupakan pelecehan paling azasi terhadap

orang lain, serta sekaligus penghinaan terhadap dirinya sendiri.

Kejujuran dan rasa tanggung jawab yang memancar dari qalbu,

merupakan sikap sejati manusia yang bersifat universal, sehingga harus

menjadi keyakinan dan jati diri serta sikapnya yang paling otentik, asli,

dan tidak bermuatan kepentingan lain, kecuali ingin memberikan

keluhuran makna hidup.

16A. Tabrani Rusyan, Pendidikan Budi Pekerti, (Jakarta: Inti Media Cipta Nusantara, 2006), 25.

(33)

23

b. Kerjasama

Budaya melayani dan menolong (salvation) merupakan bagian dari

citra diri seorang muslim. Mereka sadar bahwa kehadiran dirinya tidak

terlepas dari tanggung jawab terhadap lingkungan. Individu ini akan

senantiasa terbuka hatinya terhadap keberadaan oranglain dan merasa

terpanggil atau ada semacam ketukan yang sangat keras dari lubuk hatinya

untuk melayani. Hal ini terdapat dalam Q.S. Al- M aidah (5) : 2

َﻻَو َماَﺮَْﳊا َﺮْﻬﱠﺸﻟا َﻻَو ِﻪﱠﻠﻟا َﺮِﺋﺎَﻌَﺷ اﻮﱡﻠُِﲢ َﻻ اﻮُﻨَﻣآ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡـﻳَأ ﺎَﻳ

(34)

24

berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,

Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (QS.Al-maidah: 2)18

c. Kepedulian

Empati adalah kemampuan seseorang untuk memahami orang lain,

mampu beradaptasi dan mampu memahami bathin seseorang.19

Merasakan rintihan dan mendengarkan debar jantungnya adalah

merupakan bentuk dari empati.

ٍﻢﻴِﻈَﻋ ٍﻖُﻠُﺧ ﻰَﻠَﻌَﻟ َﻚﱠﻧِإَو

Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung.”(Q.S.Al-Qalam[68] 4)20

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa anak cerdas spiritual

melihat orang lain bukan sebagai ancaman melainkan kehadiran orang

lain, bagi mereka yang cerdas spiritual merupakan anugerah, karena hanya

bersama orang lain itulah dirinya akan mampu meningkatkan kualitas

sebagai makhluk yang memiliki multi potensi dihadapan Allah SWT,

perbedaan dan pluralitas dipandangnya sebagai rahmat yang akan

memperkaya nuansa bathiniahnya.

18 Ibid., 207.

19 Toyo Tasmara,Kecerdasan Ruhaniah, 30.

(35)

25

d. Syukur

Syukur adalah berterimah kasih atas segala anugerah/ karunia

Allah SWT yang telah dilimpahkan kepada kita.21. Allah Swt telah

memberikan banyak anugerah kepada kita. Dalam hal ini semenjak kita

lahir hingga meninggal. Meskipun kita sekuat tenaga untuk menghitung

anugrah tersebut mustahil dapat menghitungnya. Oleh karena itu, kita

harus selalu bersyukur terhadap apa yang telang dilimpahkan kepada kita.

Allah berfirman dalam Q.S. Ibrahim ayat 2 :

ٍباَﺬَﻋ ْﻦِﻣ َﻦﻳِﺮِﻓﺎَﻜْﻠِﻟ ٌﻞْﻳَوَو ِضْرَْﻷا ِﰲ ﺎَﻣَو ِتاَوﺎَﻤﱠﺴﻟا ِﰲ ﺎَﻣ ُﻪَﻟ يِﺬﱠﻟا ِﻪﱠﻠﻟا

ٍﺪﻳِﺪَﺷ

Artinya: “Allah-lah yang memiliki segala yang di langit dan di bumi. Dan

kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat

pedih.” (Q.S. Ibrahim: 2)22

Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa kita sebagai makhluk

hidup harus pandai bersyukur atas nikmat dan anugerah yang telah Allah

swt limpahkan kepada kita.

(36)

26

e. Sabar

Sabar pada hakekatnya adalah kemampuan untuk dapat

menyelesaikan kekusutan hati dan menyerah diri kepada Tuhan dengan

sepenuh kepercayaan menghilangkan segala keluhan dan berperang dalam

hati sanubari dengan segala kegelisahan.23

Sabar merupakan sendi yang harus benar-benar kuat dan kokoh.

Dan lebih jauh, sabar itu inheren dalam diri seseorang karena bersifat

inheren, maka kegagalan dalam mencapai sesuatu yang dicita-citakan

bersumber dari diri sendiri dan bukan dari orang lain.24 Ada beberapa

tingkatan dalam sabar, diantaranya :

a) Sabar dalam taat

Allah menciptakan makhluk di dunia ini untuk

beribadah dan mengenal-Nya. Hanya dengan ketaatanlah

ibadah kepada Allah SWT dan mengenal-Nya akan terwujud.25

Sabar dalam taat merupakan ibadah kepada Allah SWT.

b) Sabar dalam meninggalkan maksiat

23 Sulaiman Al-Kumayi, Kearifan Spiritual dari Hamka ke Aa Gym, (Semarang : Pustaka

Nuun, 2004), 137.

24 Ibid.,

25 Syaikh Amru Muhammad Khalid, Sabar dan Santun Karakter Mukmin Sejati, Terj.

(37)

27

Sabar dalam meninggalkan maksiat yaitu berusaha

menjauhi perbuatan maksiat. Sabar jenis ini tingkatannya lebih

rendah dibandingkan sabar dalam ketaatan karena Allah

melipat gandakan pahala kebaikan dengan sepuluh kali lipat,

sedangkan pahala meninggalkan kemaksiatan hanyalah satu

kali lipat.26

Membebaskan diri dari hawa nafsu adalah jenis

kecerdasan spiritual yang tidak kalah pentingnya. Karena

dengan bebasnya diri dari nafsu dan potensi ego, akan menjadi

perpanjangan “kehendak” ilahi dalam menyebarkan rahmat

bagi alam.27

Anak diharapkan mampu menjauhi hal-hal yang

membawa pada kemaksiatan. Untuk itu, perlu diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari sikap sabar dalam meninggalkan

kemaksiatan.

c) Sabar dalam menghadapi ujian

Sabar dalam menghadapi berbagai cobaan dapat dilihat

dalam kehidupan ini, seperti : cobaan berupa kematian,

26 Ibid.,

(38)

28

kemiskinan, kegagalan anak dalam studi, problematika rumah

tangga dan lain-lain.28

Mereka yang sabar menerima ujian sebagai tantangan

adalah orang yang menetapkan harapan (tujuan, perjumpaan

dan berjalan menggapai ridha Allah). Dengan hati yang lapang

merasakan penderitaan dengan senyuman. Kepedihan hanyalah

sebuah selingan dari sebuah perjalanan.29 Bukankah tidak

selamanya jalan yang ditempuh itu mulus dan indah, terkadang

harus mendaki dan penuh tantangan atau ujian.

َْﳋا ﻰَﻠَﻋ ﱠﻻِإ ٌةَﲑِﺒَﻜَﻟ ﺎَﻬﱠـﻧِإَو ِة َﻼﱠﺼﻟاَو ِْﱪﱠﺼﻟﺎِﺑ اﻮُﻨﻴِﻌَﺘْﺳاَو

َﲔِﻌِﺷﺎ

Artinya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.

Dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali

bagi orang-orang yang khusyu'.” (Al Baqoroh[02]: 45)30

B. Akhlak Siswa

1. Pengertian Akhlak Siswa

Definisi Akhlak dari segi etimologi adalah berasal dari kata Al-Khalqa

dan Al-khulqu yang bermakna satu, sebagaimana kata Asy Ayarabu dan Asy

(39)

29

Syurabu. Tetapi ketika harokat fathanya disukunkan pada huruf Kha‘ dalam

kata al-Khalqu, maka ia bermakna suatu keadaan dan gambaran yang bisa

dirasakan oleh pandangan. Sedangkan tatkala harakatdhammahnya

dikhususkan pada kha‘nya, maka ia bermakan suatu kekuatan dan peragai

yang bisa dirasakan oleh pandangan hati.31

Sedangkan Al-Qazali mengatakan “Bagaimana orang mengatakan si A

itu baik khalqunya dan Khuluqnya, berarti si A itu baik sifat lahirnya dan sifat

batinya”. Dalam pengertia sehari-hari, “ akhlaq ” umumnya disamakan artinya

dengan arti kata “ budi pekerti” atau “kesusilaan” atau “sopan santun” dalam

bahasa Indonesia, dan tidak berbeda pula dengan arti kata “moral” atau “etic”

dalam bahasa ingris. Dalam bahasa Yunani, untuk pengertian “akhlaq” ini

dipakai kata “ethos” atau “ethikos” yang kemudian menjadi “etika” dalam

istilah bahasa Indonesia.

Definisi “akhlak” dilihat dari segi terminologi di kemukakan oleh para ahli.

Diantaranya sebuah definisi dari Ibnu Maskawaih menyatakan, bahwa yang

disebut “akhlaq” adalah:

ﲑﻏ ﻦﻣ ﺎﳍﺎﻌﻓا ﱃا ﺎﳍ ﺔﻴﻋاد ﺲﻔﻨﻟا لﺎﺣ

ﺔﻳوروﺮﻜﻓ

.

(40)

30

“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan

perbuatanperbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dulu)”

Dengan kalimat yang agak berbeda, Iman Al-Ghozali mengemukakan definisi “akhlaq” sebagai berikut:

ﺳار ﺲﻔﻨﻟا ﰲ ﺔﺌﻫ ﻦﻋةرﺎﺒﻋ ﻖﳊا

ﻦﻣﺮﺴﻳو ﺔﻟﻮﻬﺴﺑ لﺎﻌﻓﻻارﺪﺼﺗ ﺎﻬﻨﻋ ﺔﺨ

ﺔﻳوروﺮﻜﻓ ﱃا ﺔﺟﺎﺣ ﲑﻏ

“Akhlaq ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul

perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan

pikiran (lebih dulu)”32

Jadi pada hakekatnya Khulk (budi pekerti) atau akhlak adalah suatu

kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian,

hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan

mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila kondisi

tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari‘at dan

akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia (akhlakul karimah) dan

sebaliknya pabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah bukit

pekerti yang tercela (akhlak madzmumah).

(41)

31

2. Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak Siswa

Yang dimaksud dengan perbuatan akhlak pada konteks ini adalah

prilaku atau tindakan seseorang sebagai penjelmaan (manifestasi) dari sifat

mental yang terkandung di kalbunya. Tetapi tidak semua prilaku atau

perbuatan manusia digolongkan kepada perbuatan akhlaknya. Yang dapat

disebut sebagai perbuatan akhlak seseorang adalah:

a. Perbuatan itu sudah menjadi kebiasaan sehingga telah menjadi

kepribadiaanya.

b. Perbuatan itu mudah dilakukan tanpa didahului oleh pertimbangan.

c. Perbuatan itu timbul dari dorongan hati atau keinginan hati, bukan karena

terpaksa.

d. Perbuatan itu dilakukan dengan sesungguh hati, bukan sekedar bercanda

dan kajian ilmiyah.

e. Perbuatan itu dilakukan dengan ihklas (untuk berbuat baik).

f. Tidak merasa bersalah atau malu setelah melakukannya karena sudah

menjadi kebiasannya sehari-hari.

Perbuatan buruk yang dilakukan hanya satu atau dua kali sepanjang

hayat, belum dapat dijadikan sebagai ukuran akhlaknya yang buruk.

Disamping karena belum termasuk kebiasaan, perbuatan itu dilakukan bukan

(42)

32

Suatu perbuatan buruk apabila sudah menjadi kebiasaan, jika dilakukan tidak

melahirkan rasa penyesalan.33

3. Pembagian Akhlak Siswa

Akhlak yang baik merupakan sifat para nabi dan orang-orang shiddiq,

sedangkan akhlak yang buruk merupakan sifat syaitan dan orang-orang yang

tercela. Maka pada dasarnya akhlak itu dibagi dua jenis yaitu akhlak terpuji

dan akhlak tercela. Akan tetapi apabila akhlak dilihat dari seginya,maka ada

beberapa segi yaitu :

Dari segi sifatnya akhlak dibagi kepada dua bagian yaitu akhlak yang

terpuji dan (al-Akhlaq al-Mutmainnah) dan akhlak yang tercela (Akhlaq

al-Madzmumah).

Sedangkan kalau dilihat dari segi objeknya, oleh para ulama‘

mengatakan akhlak dibagi menjadi lima bagian bagian :34

a. Akhlak kepada Allah: adalah dengan mencintai (Al-Hubb) Allah

melebihi cintanya kepada apa dan siapapun juga dengan mempergunakan

firman-Nya dalam al-Qur‘an sebagai pedoman hidup dan kehidupannya,

kecintannya kepada Allah diwujudkan dengan melaksanakan semua

33 A. Rahman Titonga. Akhlak: Merakit Hubungan Dengan Sesama Manusia. (Surabaya: Amelia, 2005), 9.

(43)

33

perintahnya dan menjauhi larangannya, sebagaimana Allah berfirman

dalam Qur’an surat Adz-Dzariyat: 56. yang berbunyi:

ِنوُﺪُﺒْﻌَـﻴِﻟ ﱠﻻِإ َﺲْﻧِْﻹاَو ﱠﻦِْﳉا ُﺖْﻘَﻠَﺧ ﺎَﻣَو

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku”(Q.S. Adz-Dzariyat: 56).35

b. Akhlak terhadap diri sendiri, yaitu bagaimana seharusnya seseorang

bersikap dan berbuat yang terbaik untuk dirinya terlebihdahulu, karena

dari sinilah kemudian ia menentukan sikap dan perbuatannya yang terbaik

bagi yang lainnya, seperti yang dinyatakan dalam sebuah hadist ibda’

binafsik (mulailah dari dirimu sendiri) dan ayat al-Qur‘an yang

memerintahkan agar setiap orang selalu memperhatikan dirinya sendiri

terlebih dahulu36

c. Akhlak terhadap sesama manusia, yaitu hak atau kewajiban sesma

manusia. Setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang harus

berjalan secara seimbang.

(44)

34

Pada prinsipnya, dalam lingkungan akhlak sesama manusia, seorang

harus bersifat adil, berani, dan bijaksana.37 Rasulullah saw., bersabda

yang Artinya : “ Demi zat yang menggenggam jiwaku ini, bahwasanya

seorang tidak dapat dikatakan beriman sehingga dapat mengasihi

saudaranya sebagaimana dia mengasihi dinya sendiri.”

d. Akhlak terhadap masyarakat, yaitu bersikap lemah lembut dalam

berbicara maupun bergaul, berlapang dada dalam berinteraksi dengan

orang lain, memiliki sikap toleransi, menghormati sesama, membalas

kebaikan orang lain, bersikap dermawan, memiliki sifat amanah

(terpercaya).38

e. Akhlak terhadap alam sekitar, yaitu dengan tidak mebang pohon dengan

liar, tidak berburu binatang-binatang secara liar, melakukan reboisasi,

membuat cagar alam dan suaka margastwa, mengendalikan erosi,

menetapkan tata guna lahan yang lebih sesuai, memberikan pengertian

(45)

35

yang baik tentang lingkungan kepada seluruh lapisan masyarakat,

memberikan sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggar-pelanggarnya.39

4. Indikator- Indikator Akhlak Siswa

Adapun indikator dalam penelitian yang penulis gunakan dalam

skripsi ini adalah akhlak terhadap sesama manusia. Lingkup akhlak ini

berangkat dari keimanan bahwa semua manusia adalah sama dan selevel

dalam pandangan Allah swt.Keimanan dan tauhid-lah yang mengharuskan

manusia untuk berbuat baik terhadap sesama. Dalam nuansa tauhid jugalah

manusia disandarkan bahwa semua manusia adalah keluarga besar Allah (

ahlullah). Artinya, semua manusia diurusi, ditanggung dan dirawat oleh Allah.

Rasulullah saw., mejelaskan bahwa Allah tidak menengok pada bentuk rupa

dan tubuh kalian, tetapi menengok hati-hati kalian.40 Adapun Akhlak siswa

kepada sesama manusia di kategorikan penulis dalam tiga hal :

a. Akhlak Siswa kepada Teman sebaya

Teman sebaya adalah teman sepergaulan yang seumur dalam usianya.

Dalam pergaulan seorang siswa dengan teman sebayanya sangat diperlukan

39 M. Yatimi Abdullah, Study Akhlak, 232.

(46)

36

adanya kerjasama, saling pengertian dan saling menghargai. Pergaulan yang

dijalin dengan kerajasama yang baik dapat memecahkan berbagai kesulitan

yang dihadapi, karena sangat banyak masalah-masalah yang tidak dapat

diselesaikan oleh siswa itu sendiri tanpa adanya kerja sama dengan orang lain.

Untuk menciptakan kerja sama yang baik dalam pergaulan hendaknya

janganlah seseorang merasa lebih baik dari yang lainnya walaupun terhadap

diri sendiri. Kalau kerja sama itu terjalin baik dalam pergaulan tak ubahnya

seperti suatu bangunan yang mana didalamnya semua unsur saling keterkaitan

dan kuat menguatkan.

Pergaulan yang ditopang dengan saling pengertian akan menimbulkan

kehidupan yang tenang dan tenteram. Dengan adanya saling pengertian maka

akan terbina rasa saling kasih mengasihi dan tolong menolong, sehingga

apabila yang satu merasa sakit, maka yang lain ikut merasakannya.

Pergaulan yang dilandasi oleh saling menghargai akan menimbulkan

rasa setia kawan yang akrab dan kerukunan yang mantap, serta tidak akan

timbul rasa curiga mencurigai, rasa dendam, saling jelek menjelekkan, cela

mencela, sehingga terhindar percecokan dan perkelahian antar pelajar.

b. Akhlak siswa kepada Guru

Seorang siswa wajib berbuat baik kepada guru dalam arti menghormati,

(47)

37

yang diberikannya. Siswa berbuat baik dan berakhlak mulia atau bertingkah

laku kepada guru dengan dasar pemikiran sebagai berikut:

1) Memuliakan dan menghormati guru termasuk satu perintah agama Sabda

Rasulullah SAW yang artinya: “Muliakanlah orang yang kamu belajar

darinya”. (HR. Abul Hasan Mawardi), “Muliakanlah guru-guru

Al-Qur’an (agama), karena barang siapa yang memuliakan mereka berarti ia

memuliakan aku”. (HR. Abul Hasan Al-Mawardi)41

Penyair Mesir Ahmad Syauki Bey mengatakan :“Berdiri dan hormatilah

guru, dan berilah ia penghargaan, (karena) seorang guru itu hampir saja

merupakan Tuhan”. (HR. Abul Hasan Al-Mawardi)42

2) Guru adalah orang yang sangat mulia

Dalam sejarah nabi disebutkan, bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad

SAW keluar rumah. Tiba-tiba beliau melihat ada dua majlis yang berbeda.

Majlis yang pertama adalah orang-orang yang beribadah yang sedang

berdoa kepada Allah dengan segala kecintaan kepadaNya, sedang majlis

yang kedua ialah majlis pendidikan dan pengajaran yang terdiri dari guru

dan sejumlah murid-muridnya. Melihat dua macam majlis yang berbeda

41Mohammad Mansur, Aqidah Ahlak II, (Jakarta : Ditjen Binbaga Islam Departemen Agama

Islam, 1998), Cet ke-3, 188.

(48)

38

Nabi bersabda: “Adapun mereka dari majlis ibadah mereka sedang berdoa

kepada Allah. Jika Allah mau, Allah menerima doa mereka, dan jika Allah

mau, Allah menolak doa mereka. Tetapi mereka yang termasuk dalam

majlis pengajaran manusia. Sesungguhnya aku diutus Tuhan adalah untuk

menjadi guru. (HR. Ahmad)43

3) Guru adalah orang yang sangat besar jasanya dalam memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan mental kepada siswa

Bekal ini jika diamalkan jauh lebih berharga dari pada harta benda.

Orang yang ingin sukses di dunia dan akhirat harus dengan ilmu. Sabda

Rasulullah SAW: “Barang siapa yang menghendaki dunia, wajib ia

mempunyai ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat, wajib

mempunyai ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki dunia dan akhirat

kedua-duanya, wajib juga mempunyai ilmu. (HR. Ahmad)

4) Dilihat dari segi usia, maka pada umumnya guru lebih tua dari pada

muridnya, sedangkan orang muda wajib menghormati orang yang lebih tua

(49)

39

Sabda Rasulullah SAW: “Bukan dari umatku, orang yang tidak sayang

kepada yang lebih muda dan tidak menghargai kehormatan yang lebih

tua.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi)44

5) Cara Berakhlak Terhadap Guru

Banyak cara yang dapat dilakukan seorang siswa dalam rangka berakhlak terhadap seorang guru, di antaranya adalah sebagai berikut: a) Menghormati dan memuliakannya serta mengagungkannya menurut

cara yang wajar dan dilakukan karana Allah.

b) Berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang baik. c) Tidak merepotkan guru dengan banyak pertanyaan.

d) Dengan meletihkan guru dengan berbagai pertanyaan dan beban lainnya.

e) Jangan berjalan dihadapannya. f) Jangan duduk ditempat duduknya.

g) Jangan mulai berbicara kecuali setelah mendapat izin darinya. h) Jangan membukakan rahasia guru.

i) Jangan melawan dan menipu guru.

j) Meminta ma’af jika berkata keliru dihadapan guru. k) Memuliakan keluarganya.

l) Memuliakan sahabat karib guru.45

c. Akhlak Siswa kepada pegawai.

Adapun Akhlak kepada pegawai termasuk dalam kategori akhalak

terhadap yang lebih tua. Dilihat dari segi usia, maka pada umumnya pegawai

44 Ibid, 198.

45 http://www. Google.co.id/amp/s/ridwan202.wordpress.com/2009/03/12/aklh-siswa,diakses

(50)

40

lebih tua dari pada muridnya, sedangkan orang muda wajib menghormati

orang yang lebih tua

Sabda Rasulullah SAW: “Bukan dari umatku, orang yang tidak sayang

kepada yang lebih muda dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua.”

(HR. Abu Daud dan Turmudzi)46

C. Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Akhlak Siswa

Sebagaimana pada pembahasan sebelumnya bahwa kecerdasan

spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan

makna dan nilai yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup

dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai

bahwa tindakan atau jalan hidup orang lebih bermakna dibandingkan orang

lain.

Sedangkan Akhlak Siswa adalah akhlak adalah suatu kondisi atau sifat

seseorang yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian, hingga

dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah

dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila kondisi tadi timbul kelakuan yang

baik dan terpuji menurut pandangan syari‘at dan akal pikiran, maka ia

(51)

41

dinamakan budi pekerti mulia (akhlakul karimah) dan sebaliknya pabila yang

lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah bukit pekerti yang tercela (akhlak

madzmumah).

kecerdasan spiritual merupakan upaya seseorang sebagai makhluk

Tuhan meyakini akan keberadaan-Nya, dan aturan-aturan yang sudah

digariskan oleh-Nya. Dengan memahami itu semua, suatu hari nanti manusia

khusnya siswa akan memiliki keseimbangan hidup. Tak menjadi manusia

yang hanya memikirkan hal-hal yang bersifat dunia yang mendorong

seseorang menjadi materialistis. Artinya kecerdasan spiritual erat

hubungannya dengan kecerdasan moral. Lantaran manusia menyakini adanya

Tuhan, memahami hal-hal spiritual, pemahamannya itu menjadi alat untuk

mengontrol moralnya.

Jadi kecerdasan Spiritual erat hubungannya dengan akhlak atau

tingkah laku seseorang sehingga dengan demikian kecerdasan Spiritual

mempunyai pengaruh terhadap akhlak siswa sebab apabila siswa itu

mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi, secara otomatis maka akhlak

siswa itu terkontrol sehingga timbullah perlakuan-perlakuan yang baik dan

siswa tersebut akan berhati-hati apabila akan berbuat sesuatu dan siswa

(52)

42

D. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga

salah.47 Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, hipotesis adalah” Suatu

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, samapai

terbukti melalui data yang terkumpul”.48

Kemudian menurut Sugiyono, Hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di man rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban sementara

terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara

empiris.49

Hipotesis penelitian ada dua macam yaitu: Hipotesis nol (Ho) yang

menyatakan adanya persamaan atau tidak adanya perbedaan antara dua

kelompok atau lebih dan hipotesis kerja/ alternatif (Ha) yang menyatakan

adanya hubungan antara variabel x dan variabel y atau adanya perbedaan

antara x dan y.

1. Ha: Hipotesis Kerja atau Hipoesis Alternatif

` Hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini adalah : “Adanya Pengaruh

antara Kecerdasan Spiritual (SQ) terhadap Akhlak Siswa”.

47 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), 63.

48 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), Cet XIII, 7.

(53)

43 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode di sini diartikan sebagai suatu caara atau teknis yang akan dilakukan

dalam proses penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebaagai upaaya

dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan

prinsip-prinsip denagn sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.1

Metode penelitian dalam penulisan karya ilmiah mutlak diperlukan agar alur

penulisan karya tersebut betul-betul sistematis, tidak simpang siur sehingga alur

permasalahan dan penyelesaian masalahnya dapat ditulis dengan lancar dan

sempurna. Metode penelitian menurut Moleong adalah seperangkat cara dalam proses

yang sistematis diperlukan dalam perencanaan dan juga dalam pelaksanaan

penelitian.2 Oleh karena itu di sini akan dipaparkan mengenai:

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

research) dan studi pustaka. Studi pustaka digunakan untuk melakukan

pengumpulan data dari berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang

dibahas dalam skripsi ini. Penelitian lapangan (field research) digunakan

1Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) cet. Ke-5, 24.

2 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kuanlitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),

(54)

44

pengumpulan data dari objek penelitian, baik berupa data kuantitatif maupun

data kualitatif yang diperlukan, dan jenis penelitian berdasarkan tekniknya

adalah Survey Research (Penelitian Survei), karena tidak melakukan

perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti.

Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif.

Menurut sugiyono alasan digunakannya penelitian kuantitatif dikarenakan

data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.3

Kuantitatif digunakan apabila masalah merupakan penyimpangan antara yang

seharusnya dengan yang terjadi, antara aturan dengan pelaksanaan, antara

teori dengan praktik, antara rencana dengan pelaksanaan. Penelitian

menggunakan jenis dan pendekatan ini untuk mengukur pengaruh Kecerdasan

Spiritual (SQ) terhadap Akhlak siswa kelas XI SMA Negeri 1 Taman

Sidoarjo.

B. Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu

variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Variabel

3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D”,

(55)

45

independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Sedangkan variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Sesuai dengan judul penelitian tentang” Pengaruh Kecerdasan

Spiritual (SQ) Terhadapa Akhlak Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Taman

“. Dalam penelitian ini hanya terdapat dua variabel yaitu variabel X dan

Y, dengan rincian sebagai berikut:

a. Variabel bebas(Independent Variable)

Variabel bebas (x) adalah variabel yang beroprasi secara bebas secara

aktif yang diselidiki pengaruhnya. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah Kecerdasan Spiritual Siswa.

b. Variabel terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (Y) adalah variabel yang diramalkan akan timbul dan

berhubungan fungsional. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

Akhlak Siswa.

2. Indikator Penelitian

Indikator Variabel adalah tanda-tanda atau batasan-batasan data

yang harus dikumpulkan oleh peneliti. Adapun indikator variabel dalam

(56)

46

a. Variabek Kecerdasan Spiritual Siswa dengan indikator sebagai

berikut:

1) Kejujuran

2) Kerjasama

3) Kepedulian

4) Rasa Syukur

5) Sabar

b. Variabel Akhlak Siswa dengan indikator sebagai berikut:

1) Akhlak Siswa kepada teman

2) Akhlak Siswa kepada Guru

3) Akhlak siswa kepada pegawai sekolah

3. Instrumen Penelitian

Menurut S. Margono, instrumen sebagai alat pengumpul data

harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga

menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.4 Maka, pembuatan

instrumen penelitian harus disesuaikan dengan masalah yang diajukan

dalam penelitian dan sesuai dengan metode pengumpulan data yang

dipergunakan.

Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam

penelitian

(57)

47

ini, ialah sebagai berikut:

a. Membuat item interview/wawancara guru agama mengenai akhlak

siswa.

b. Membuat instrumen angket untuk siswa sebagai responden untuk

mengukur kecerdasan spiritual dan akhlak siswa. (Instrumen

terlampir)

Instrumen angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berupa pernyataan yang berjumlah 20 pernyataan, dan setiap pernyataan

akan disediakan 4 alternatif jawaban. Adapun rentangan nilai/skor dari

tiap-tiap jawaban angket adalah:

Jika jawaban “Selalu” diberi skor 4,

Jika jawaban “Sering” diberi skor 3,

Jika jawaban “Kadang-kadang” diberi skor 2,

Jika jawaban “Tidak pernah” diberi skor 1.

Pengembangan instrumen angket yang akan digunakan dapat

dilihat dari tabel kisi-kisi berikut ini:

Tabel 3.1

Kisi- kisi Angket Siswa

variabel Indikator Jumlah

(58)

48

Setelah instrumen angket disebar dan terkumpul, maka perlu dilakukan

uji validitas dan uji reliabilitas terhadap angket tersebut. Validitas instrumen

menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau

aspek yang diukur.5 Sedangkan reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan

atau ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki reliabilitas yang

memadai, bila instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur

beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama.6

5 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT. Remaja

Rosdakarya, 2013) , Cet. Ke-9, 228.

(59)

49

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan.7

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian. Apabila ingin meneliti semua elemen yang

ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian

populasi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek

yang akan diteliti dalam suatu wilayah.8 Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo kelas XI, yang

keseluruhannya berjumlah 315 siswa, rinciannya adalah:

Tabel 3.2

Distribusi Populasi

Populasi Jumlah

Kelas XI Bahasa 15

Kelas XI IPA 192

7 Sugiyono, Metode Penelitian, 80.

(60)

50

Kelas XI IPS 108

Jumlah 315

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.9 Dalam

pengambilan sampel, menurut Suharsismi Arikunto, apabila subyek

penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah

subjeknya besar, dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25%atau

lebih.10

Sedangkan menurut Winarno Surachmad, yang dikutip oleh

Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi dalam “Metodologi Penelitian”

menjelaskan, bahwa apabila populasi cukup homogen (serba sama),

terhadap populasi di bawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50%,

apabila di atas 1.000 sebesar 15%.11

Dan menurut Deni Darmawan, jika ukuran populasi di atas seribu

maka sampel yang digunakan sekitar 10% sudah memenuhi kriteria

cukup, tetapi jika ukuran populasinya sekitar seratus, maka sampel yang

9 Ibid., 131. 10 Ibid., 134.

11 Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

(61)

51

digunakan paling sedikit 30%, dan kalau ukuran populasinya 30, maka

sampel yang harus diguanakan adalah 100%.12

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel 30% dari jumlah

populasi. Pengambilan sampel ini sekiranya cukup memenuhi kriteria

suatu penelitian sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto di atas.

Jadi, sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 90

siswa. 9 siswa dari kelas XI IPA 1, 9 siswa dari kelas XI IPA 2 , 9 siswa

dari kelas XI IPA 3, . 9 siswa dari kelas XI IPA 4, 9 siswa dari kelas XI

IPA 5, 9 siswa dari kelas XI IPA 6, 9 siswa dari XI IPS 1, 9 siswa dari XI

IPS 2, 9 siswa dari XI IPS 3, 9 siswa dari XI Bahasa.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang

menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan

mengenai apa yang ingin diketahui.13 Adapun jenis dan sumber data yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Jenis data

1) Data kualitatif

12Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet.

Ke-1, 143

13 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet. Ke-6,

Gambar

Tabel
  Tabel 3.1
 Tabel  3.2
Tabel 4.1  Jumlah Siswa- Siswi SMA Negeri 1 Taman Sidoarjo Tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini selaras dengan penelitian yang dilakukan (Erlik Budiharja, 2016) dengan kesimpulan hasil penelitian harga (X1) berpengaruh signifikan terhadap

Ketika beliau diangkat menjadi rasul, tugas utama yang dilakukan adalah memberikan penerangan kepada ummat, bahwa beliau diutus oleh Allah tidak untuk satu

Berdasarkan hasil penelitian dan juga pembahasannya, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi baik dalam melakukan perawatan kaki, sebagian

3.5 ArcRisk seeks to understand a) what influence climate change is having on the long-range transport of contaminants; b) how contaminants travel through the food web; and c)

Dalam mengajarkan siswa bagaimana cara mengetahui luas daerah persegi dan persegi panjang hal pertama yang perlu guru lakukan adalah dengan menunjukan kepada siswa sebuah

smartphone mengakses fungsi pengecekan level baterai pada sistem operasi android. Selanjutnya, data level pengisian baterai tersebut dibuatkan algoritmanya agar level

Puji syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan karunianya Penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) yang telah

Aktifitas lalu lintas sendiri berarti suatu kegiatan dari sistem yang meliputi lalu lintas, jaringan lalu lintas dan angkutan.. jalan, prasarana lalu lintas dan