• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 712008035 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 712008035 BAB III"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB

“BETHESDA” SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING

PASTORAL

Bab ini secara mendasar mengetengahkan hasil penelitian di lapangan dan akan mengemukakan bagaimana bentuk-bentuk pelayanan komisi doa di GPIB “Bethesda”

Sidoarjo sesuai dengan prespektif pastoral di dalam pelayanannya.

3.1. Deskripsi lokasi penelitian

3.1.1. Latar belakang Gereja

Benih berdirinya GPIB “Bethesda” Sidoarjo pada waktu itu terdiri dari Kumpulan

jemaat Kristen ini anggotanya terdiri dari tentara Belanda dan juga 4 keluarga sipil yang ada

waktu itu menyatukan diri (Kel. Budiarjo; Kel. Samuel Pattiasina; Kel. Tuminah Hutagalung; Kel. Pattinama).1 Tepatnya sejak tanggal 20 Novembember 1948, dengan menggunakan

tempat kebaktian di sebuah ruang kantor Sosial. Pelayanan pada waktu itu adalah Bapak Pattiastina – Kepala Kantor Sosial Sidoarjo bersama-sama dengan pelayan-pelayan dari Surabaya. Sampai akhir tahun 1950 jumlah anggota bertambah menjadi 20 orang. Pada tahun

1951, dan karna satu dan lain hal kebaktian pun dipindahkan ke Pengadilan Negeri Sidoarjo. Setelah menunggu cukup lama maka pada tahun 1952 seorang aktivis Kristen Boedihardjo

menghubungi Kementerian Agama Djawa Timoer urusan Kristen yaitu R. Rasih, Untuk kemudian memberikan bantuan pembinaan kepada jemaat.2

1

Artikel GPIB Bethesda “idoarjo, “ekilas Sejarah Gereja, 2005, 1.

2

(2)

Dari waktu ke waktu, jemaat bertumbuh cukup cepat. Hingga kumpulan jemaat ini menyatakan diri sebagai Jemaat Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat Sidoarjo.

Dibentuklah saat itu susunan Majelis Jemaat pada tanggal 13 Oktober 1963 dengan susunan Majelis Jemaat periode pertama.3 Sejak saat itu pula mulai dipikirkan mengenai

pembangunan gedung gereja. Dengan dibentuk panitia khusus pembangunan gereja yang terbentuk pada tanggal 28 Pebruari 1964. Sejak saat itu panitia bekerja keras untuk menggalang dana pembangunan. Sampai pada tahun 1966, Keluarga Boediardjo bergerak

untuk menyerahkan sebidang tanah seluas 15 x 25 meter. Kemudian ditambah lagi menjadi seluas ± 930 m.4 Sementara itu kebaktian jemaat masih tetap dilaksanakan di Gedung

Pengadilan Negeri Sidoarjo sampai pada tahun 1970. Pada 9 Maret 1970, berkat bantuan Letkol (Purn) R. Soediman Padmowaloejo, pembangunan gedung gereja GPIB mulai terwujud dengan dilakukannya peletakan batu pertama oleh Wakil Bupati Kepala Daerah

Tingkat II Sidoarjo, Ds. VM. Rumodor, Ds. Sidabutar dan Majelis gereja di Surabaya, gedung gereja direncanakan dibangun dengan ukuran lebar 8 meter dan panjang 20 meter.5

Dan pada akhirnya, tepat pada 10 Juni 1973 Gedung Gereja GPIB Sidoarjo diresmikan

pamakaiannya. Berkaitan dengan itu, nama “Bethesda” sebagai nama jemaat yang sudah

mempunyai gedung gereja, diangkat dari Janji Yohanes 5 : 2 nama ini tidak begitu saja lahir,

melainkan menunjukkan bahwa nama ini mempunyai makna perjuangan iman yang heran bagi jemaat Sidoarjo pada waktu itu, setelah 25 tahun, Tuhan mendengar dan menjawabnya.

Itulah sebabnya nama “Bethesda” diberikan, dan kini menjadi lambang dalam kesaksianNya

– termeterai pada gedung gereja dan nama yang otonom untuk kawasan GPIB lainnya.6

Perkembangan pun terus terjadi di dalam lingkungan jemaat GPIB “Bethesda”

Sidoarjo, terutama perkembangan jumlah warga jemaat yang semakin besar. Total jumlah

3

Ibid 1, 3.

4

Wawancara dengan Evie Panambunan, 17 Desember 2012, Pkl. 14.35wib.

5

ibid

6

(3)

kepala keluarga yang tercatat hingga bulan agustus 2012, adalah sekitar 950 kepala keluarga7 dengan 13 sektor dan 131 majelis jemaat dan 2 pendeta yaitu, Pdt. Rumambi A. Kariso dan

Pdt. Unsulangi. 13 sektor ini yaitu; sektor Syalom, sektor Nafiri, sektor Nazaret, sektor Gloria, sektor Galilea, sektor Hosiana, sektor Sion, sektor Haleluya, sektor Makedonia, sektor

Immanuel, sektor Eden, sektor Maranatha, dan sektor Efrata. GPIB “Bethesda” pun memiliki 1 pos pelayanan yaitu Arhanudse, bertempat di sebuah kawasan TNI di Gedangan Sidoarjo.

Selain itu, dalam pelayanan gereja, GPIB “Bethesda” Sidoarjo memiliki 5 Pelkat yaitu; PKP

(Persekutuan Kaum Perempuan), PKB (Persekutuan Kaum Bapak), PA (Pelayanan Anak), PT (Pelayanan Teruna) dan Pelkat GP (Gerakan Pemuda). Hingga pada tahun 2012, telah

ditentukan anggota pengurus jemaat di dalam organisasi gereja yang biasa disebut Pengurus Harian Majelis Jemaat (PHMJ) yaitu; Ketua Majelis Jemaat oleh bpk. Pdt. P. Kariso Rumambi, Ketua 1 oleh bpk. Dwi Sasmito, Ketua 2 oleh bpk. Royke Paoki, Ketua 3 oleh bpk.

Victor Manuputy, Ketua 4 oleh bpk. L. Petta, Ketua 5 oleh bpk. Yohanes Tri S., dan para koordinator pengurus pelkat yaitu; Pelkat PA oleh Rayu Anekageo, Pelkat PT oleh Edwin

Rumengan, Pelkat GP oleh Putri Muli, Pelkat PKP oleh Melati Muli, Pelkat PKB oleh Prihadi Sapto, Komisi duka oleh Benny Rosahyanugraha dan Komisi doa & perkunjungan oleh Subardi Tomoseputro. Dengan ini maka, setiap pelayanan akan dikontrol sesuai dengan

tata gereja GPIB yang berlaku dan juga dapat membantu pelaksanaan pelayanan-pelayanan yang ada.8

Akan tetapi, disisi lain gereja ini merupakan gereja dengan banyak warga jemaat, akan tetapi kurang memadai dalam hal gedung gerejanya. Gedung gereja yang kurang besar membuat banyak jemaat yang harus duduk diluar halaman gereja. Walaupun dilengkapi

dengan dua LCD yang dipasang dihalaman gereja akan tetapi tetap saja menurut penulis

7

Wawa ara de ga Ketua Majelis Je aat GPIB Bethesda “idoarjo, Pdt. P. Kariso Ru a i, 4 Ja uari

2013, Pkl. 11.20wib.

8

Wawa ara de ga Ketua Majelis Je aat GPIB Bethesda “idoarjo, Pdt. P. Kariso Ru a i, Ja uari

(4)

kurang dapat membuat ibadah minggu tersebut menjadi khusuk. Oleh sebab itu, gereja berupaya untuk membangun pos pelayanan menjadi gereja cabang, akan tetapi sampai

sekarang belum ada izin yang pasti dari pemerintah. Bahkan, menurut Pdt. Rumambi selaku

ketua majelis jemaat berkata; “segala sesuatu telah diupayakan, akan tetapi semuanya ini

butuh proses dan campur tangan Tuhan.”9 Upaya izin untuk beribadah senantiasa diupayakan, bahkan pendekatan kepada masyarakat sekitar pos pun terus dilakukan. Oleh sebab itulah maka, jemaat harus bersabar untuk tetap beribadah dengan tempat yang telah ada. Mengenai

keuangan, gereja ini dianggap sangat cukup mandiri di dalam setiap pelayanannya. Pemasukan berasal dari persembahan perpuluhan, persembahan syukur jemaat, dan

persembahan ibadah minggu, sektor dan pelkat-pelkat yang ada serta ibadah lainnya. Dalam setiap bulannya, total persembahan-persembahan ini diperkirakan sekitar 60-70 juta yang kemudian dialokasikan kepada segala bidang pelayanan yang ada bahkan juga membantu

jemaat lain yang membutuhkan.

3.1.2 Kegiatan dan Komisi Gereja

Adapun Komisi-komisi yang bergerak di dalam pelayanan gereja yaitu; Komisi Duka

dan Komisi Doa & Perkunjungan. Pendeta dan jemaat pun menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar di dalam beberapa bidang pelayanan gereja dan juga dalam aksi meja

putih di bulan-bulan perayaan gerejawi. Kegiatan-kegiatan yang ada di dalam Gereja pun dilaksanakan sesuai dengan jadwal kegiatan harian gereja. Berikut ini kegiatan sepekan dari

GPIB “Bethesda” Sidoarjo;10

GPIB “Bethesda” Sidoarjo merupakan sebuah gereja yang memiliki kapasitas jemaat

yang tinggi. Maka dengan itu maka, kebutuhan di dalam pelayanan gerejawi pun harus cukup

agar dapat mencangkup seluruh kebutuhan jemaat dalam hal spiritual. Dalam gereja ini,

9

Ibid.,

10

(5)

Ibadah jemaat pada hari minggu, dilaksanakan tiga kali yaitu pada jam 06.00, 09.00 dan 17.00 setiap minggunya. Pada hari minggu itu pula dilaksanakan ibadah pelkat PA dan pelkat

PT pada jam 06.00, 09.00 dan 17.00 bersamaan dengan ibadah jemaat oleh karena diharapkan agar anak-anak PA dan PT dapat beribadah sendiri dan tidak mengganggu ibadah jemaat

pada saat itu.11 Pada jam 11.00 diadakan pula persekutuan doa khusus untuk gerakan pemuda. Pada hari senin, seharusnya merupakan hari libur untuk GPIB, namun ada kebijakan dari pihak gereja untuk tetap menjadikan hari senin sebagai hari dimana dilaksanakannya latihan

kolintang dan persiapan bagi pelayan pelkat PA. pada hari selasa, paduan suara PKP dan paduan suara jemaat meluangkan waktu untuk latihan di gedung gereja. Pada hari itu pula,

dilaksanakan Katekisasi rutin untuk pada calon sidi yang dibna oleh pendeta, vikaris dan majelis jemaat. Hari rabu, merupakan hari keluarga bagi GPIB, dimana pada pkl. 19.00 diadakan ibadah keluarga disetiap sektornya. Pada hari kamis, kembali dilaksanakan

katekisasi rutin untuk para calon sidi, persiapan untuk para pelayan yang bertugas untuk ibadah jemaat pada hari minggu dan pelkat PT dan pada hari yang sama pula dilaksanakan

rapat PHMJ rutin pada pukul 19.30. pada hari jumat, diadakan ibadah PKP disetiap sektor dimana sekali dalam sebulan dilaksanakan di gedung gereja dan setiap minggu yang lain diadakan di rumah-rumah jemaat persektor. Tiba pada hari terakhir yaitu hari sabtu, pada hari

iniselain latihan paduan suara PA dan persiapan pelkat, organis dan kantoria, juga diadakan doa pagi pada pkl.05.00 pagi serta ibadah pelkat GP jemaat pada pkl. 18.00.12

Adapun ibadah pengucapan syukur jemaat dilaksanakan sesuai dengan permintaan jemaat tersebut. Sedangkan untuk latihan kolintang atau pengisi ibadah lainnya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Pelayanan gereja yang dilaksanakan oleh pendeta secara khusus

yaitu konseling pastoral kepada jemaat-jemaat secara khusus, dilaksanakan setiap minggunya

11

Wawancara dengan Ketua Majelis Jemaat GPIB Bethesda “idoarjo, Pdt. P. Kariso Ru a i, Ja uari 2013, Pkl. 11.20wib., Pertanyaan no.4.

12

(6)

pada hari jumat atau pun, bisa juga dilaksanakan sesuai dengan permintaan jemaat. Di samping itu, untuk Komisi Duka, kegiatannya pun sesuai dengan situasi tertentu pada saat

jemaat berduka.

Dan untuk pelayanan Komisi Doa & Perkunjungan yang dulunya adalah Komisi Doa, dilakukan persektor dengan 54 anggota jemaat yang terdiri dari gabungan antara majelis

jemaat dan jemaat awam. Dalam pelayanan Komisi Doa & Perkunjungan ini, dibagi atas dua bentuk kepemimpinan yaitu pengurus inti dan koordinator sektor.13 Pengurus inti yang terdiri

dari ketua (Subardi Tomoseputro, wakil ketua (J.A.. Lessy), sekretaris (Evi Panambunan), wakil sekretaris (Bambang Baskoro) dan Bendahara (Yuli Maanary) mengurus kebutuhan

para koordinator sektor untuk Komisi Doa & Perkunjungan beserta anggotanya secara keseluruhan didalam struktur organisasi dan kegiatan yang dilakukan oleh Komisi ini. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh Komisi Doa & Perkunjungan adalah berkunjung kepada

jemaat-jemaat yang membutuhkan pertolongan secara khusus dalam bidang spiritual.14 Jemaat-jemaat ini dapat diperoleh dari informasi koordinator sektor atau pun jemaat yang

langsung meminta untuk dikunjungi dengan menelpon koordinator sektor untuk komisi doa & perkunjungan sesuai dengan wilayah sektor jemaat tersebut.selain itu pun, ada pula kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh komisi doa & perkunjungan yang akan penulis

paparkan pada sub.bab selanjutnya.

3.2. Bentuk-bentuk pelayanan komisi doa di GPIB “Bethesda” Sidoarjo

Komisi doa & perkunjungan merupakan sebuah kegiatan yang belum lama dibentuk

didalam GPIB “Bethesda” Sidoarjo. Terbentuknya Komisi doa & perkunjungan yang

sebelumnya diberi nama Komisi Doa & Perkunjungan (TDP), yaitu pada tanggal 10

13

Wawancara dengan Ketua Komisi Doa & Perkunjungan, Bp. Subardi Tomoseputro, 27 januari 2013, Pkl. 07.10wib.

14

(7)

Desember 2011. Sang pelopor dari terbentuknya Komisi ini di dalam jemaat GPIB

“Bethesda” Sidoarjo adalah Ketua Majelis Jemaat yaitu Pdt. P. Kariso Rumambi. Nama

Komisi doa & pekunjungan diambil dari nama Komisi yang telah ada di sinode GPIB dan di setiap Gereja GPIB yang telah melakukannya.15 Keterbatasan sebagai pendeta di dalam

jemaat yang besar membuat Pdt. Rumambi sadar akan kebutuhan untuk mendapatkan bantuan dari majelis jemaat dan jemaat itu sendiri unuk ikut serta di dalam pelayanan jemaat. Dengan itu maka, pelayanan secara menyeluruh kepada setiap jemaat yang membutuhkan

dapat terjangkau.16 Dengan alasan itu pula, untuk menjadi anggota dari Komisi doa & perkunjungan tidak diberikan syarat tertentu.17 Setiap jemaat berhak untuk ikut serta di dalam

pelayanan yang ada di dalam gereja. Setiap jemaat pun berhak ikut peduli kepada sesama jemaat di dalam kesaksian dan pelayanannya. GPIB merupakan sebuah gereja yang mandiri dimana akan membawa jemaatnya untuk dapat mempertanggung jawabkan setiap

kehidupannya secara mandiri dan juga dapat membawa damai kepada sesamanya.18

Di dalam pelaksanaannya, Komisi ini senantiasa diberikan pembinaan secara berkala

mengenai hal-hal yang penting mengenai doa dan pastoral.19 Pembinaan ini berguna bagi anggota komisi doa & perkunjungan, agar di dalam pelaksaannya, anggota dapat memahami kondisi jemaat yang dikunjungi secara holistic.20 Dengan adanya pembinaan kepada anggota,

maka anggota pun dapat menentukan sikap di dalam menghadapi apapun kondisi jemaat yang dikunjungi.21 Pembinaan yang dilaksanakan merupakan sebuah bagian di dalam pembentukan

pemahaman anggota komisi agar dapat melayani dengan baik dan tepat pada sasaran sesuai

15

Wawancara dengan Ketua Majelis Je aat GPIB Bethesda “idoarjo, Pdt. P. Kariso Ru a i, 4 Ja uari 2013, Pkl. 11.20wib., Pertanyaan no.4.

16

Ibid., Pertanyaan no.5.

17

Ibid., Pertanyaan no. 6 & 8.

18

Wawa ara de ga Ketua Majelis Je aat GPIB Bethesda “idoarjo, Pdt. P. Kariso Ru a i, 11 Januari 2013, Pkl. 11.20wib.,

19

Ibid., Pertanyaan no.10.

20

Ibid., Pertanyaan no.14.

21

(8)

dengan peran dan fungsi konseling pastoral itu sendiri. Hal mendengarkan dan sikap integritas yang tinggi adalah hal sangat penting bagi anggota komisi doa & perkunjungan

agar mereka benar-benar dapat belajar untuk memahami proses kehidupan orang lain. sesuai dengan lima fungsi pastoral menurut penulis, pembinaan diberikan kepada anggota komisi

agar dapat menyembuhkan, menopang, membimbing, mendamaikan dan memelihara anggota jemaat yang sedang berada didalam pergumulannya, pembinaan diberikan secara langsung oleh Pdt. Rumambi dengan materi yang sesuai dengan materi pastoral yang kemudian

dipraktekkan di dalam pelaksanaannya.22 Pembinaan ini bersifat berkala dimana setiap bulannya diberikan sebanyak 4 kali pertemuan dengan waktu dua jam setiap pertemuannya23.

Selain itu, pembinaan terus diberikan kepada anggota komisi doa & perkunjungan, mulai dari awal hingga pada saat ini sesuai dengan kebutuhan proses pemahaman para anggota

mengenai pastoral itu sendiri.24

Proses kegiatan komisi doa & perkunjungan itu sendiri dilakukan dengan percakapan pembukaan kepada jemaat yang dikunjungi, lalu masuk kepada ibadah singkat dengan

nyanyian, berdoa dan membaca firman dan kemudian masuk kedalam proses mendengarkan keluh kesah atau pergumulan jemaat tersebut.25 Hal mendengarkan dipahami oleh anggota komisi sebagai hal yang penting, ketika mendengarkan maka anggota pun tidak boleh

menyela atau membantah perkataan jemaat yang dikunjungi, penopangan dan pemeliharaan yang diberikan adalah dengan mendengarkan dan mendoakan jemaat tersebut.26 Komisi doa

& perkunjungan diharapkan dapat membantu tugas pendeta di dalam kunjungan pastoral, karna hal yang tidak mungkin ketika di dalam satu gereja yang bersisi 950kk dengan dua

22

Ibid., Pertanyaan no.6.

23

Wawancara dengan Ketua Komisi Doa & Perkunjungan, Bp. Subardi Tomoseputro, 27 januari 2013, Pkl. 07.10wib. Pertanyaan no.28 & 30.

24

Ibid.

25

Wawa ara de ga Ketua Majelis Je aat GPIB Bethesda “idoarjo, Pdt. P. Kariso Ru a i, 4 Ja uari

2013, Pkl. 11.20wib., Pertanyaan no.15.

26

(9)

pendeta, pendeta tersebut dapat berkunjung secara keseluruhan kepada setiap jemaat yang ada, karena mendengarkan dan mengetahui keadaan jemaat merupakan sebuah pelayanan

yang harus terus dilaksanakan.27 Dengan adanya komisi doa & perkunjungan maka, pendeta, majelis jemaat dan jemaat dapat saling bekerja sama untuk membangun sebuah kesatuan

untuk melayani kepada sesama jemaat dan menjadikan kehidupan kita sebagai saksi Allah. Pemulihan yang diberikan oleh anggota komisi dilakukan dengan memberikan penguatan melalui doa dan firman disisi lain, pemulihan ini berjalan terus hingga jemaat dapat

benar-benar keluar dari pergumulannya.28

Komisi doa & perkunjungan direspon dengan sangat baik oleh jemaat. Jemaat

merasakan ada kehadiran anggota gereja untuk dapat peduli kepada kondisi kehidupan mereka. Oleh sebab itu maka, komisi doa & perkunjungan dapat dikatakan telah berhasil dan sangat membantu pelayanan gereja. Sedangkan kendala yang dihadapi komisi doa &

perkunjungan adalah masih kurangnya informasi mengenai masalah-masalah jemaat yang ada. Masalah-masalahnya antara lain, masalah ekonomi, masalah keluarga (perceraian,

perkelahian suami-istri atau orang tua-anak), masalah pekerjaan dan masalah relasi di dalam masyarakat. Tapi walaupun demikian, selama setahun ini di dalam laporan kerja yang telah dilaksanakan oleh komisi doa & perkunjungan, mereka telah berkunjung kepada ±397

keluarga didalam pergumulannya.29 Komisi doa & perkunjungan dalam hal ini merupakan sebuah wadah dan alat, dimana setiap jemaat dapat berlajar melayani kepada sesamanya dan

juga membantu pendeta dan majelis jemaat untuk dapat merangkul seluruh jemaat didalam pelaksanaan pelayanan gereja. Oleh sebab itu, sebagai salah satu komisi di dalam pelayanan

27

Ibid.

28

Wawancara dengan koordinator komisi doa & perkunjungan, bapak Didit Heru Yuwono, 15 januari 2013, pkl. 14.00wib., Pertanyaan no. 23.

29

(10)

gerejawi maka, komisi ini pun memiliki beberapa kegiatan yang diharapkan dapat membantu

tugas pelayanan gereja kepada jemaat.30

Kegiatan-kegiatan dari komisi ini antara lain; yang pertama, Kunjungan kerumah-rumah jemaat atau kekerumah-rumah sakit. Kunjungan ini dilakukan oleh anggota komisi doa & perkunjungan kepada jemaat-jemaat yang sedang sakit atau pun bergumul dengan masalah

kehidupan. Data jemaat-jemaat yang membutuhkan pertolongan doa dan kunjungan didapatkan dari korsek31 yang telah mengerti secara jelas mengenai kondisi jemaat tersebut.

Adanya kerjasama antara majelis jemaat dengan anggota komisi doa & perkunjungan sangat dibutuhkan untuk membantu kerja komisi ini di dalam pelayanannya. Perkunjungan

kerumah-rumah atau ke rumah sakit (sesuai kondisi jemaat) ini, diisi dengan ibadah singkat lalu kemudian masuk kepada konseling pastoral kepada jemaat tersebut. Konseling pastoral yaitu dengan cara mendengarkan kondisi jemaat dan kemudian pergumulan ini dibawa di

dalam doa. Anggota komisi membimbing jemaat agar dapat terbuka untuk menceritakan pergumulannya. Penopangan melalui doa dan firman Tuhan diberikan agar supaya jemaat

tersebut dapat merasakan penguatan yang berasal dari Tuhan. Dengan seiringnya waktu, diharapkan jemaat yang bergumul dapat berdamai dengan dirinya sendiri dan juga dengan Tuhan dan memperoleh penyembuhan yang holistic. Dengan itu maka, proses ini dapat

disebut sebagai konseling pastoral dan dapat menjalankan fungsi pastoral tersebut kepada jemaat. Disamping itu, komisi doa & perkunjungan, memberikan sebuah kartu untuk dapat

menjadi kenang-kenangan kepada jemaat yang dikunjungi. didalam kartu tersebut terdapat

30

Wawancara dengan koordinator komisi doa & perkunjungan, ibu Eliyani Suseno, 20 Desember 2012, Pkl. 16.00wib.

31

(11)

doa napas dan nomor telepon dari anggota komisi agar supaya jemaat dapat menghubungi

kembali para anggota komisi jika dibutuhkan untuk datang kembali.32

Yang kedua, merupakan kegiatan yang ada sebelum adanya komisi doa & perkunjungan yaitu doa pagi, hanya bedanya adalah ketika terbentuknya komisi doa & perkunjungan maka doa pagi merupakan tanggung jawab dari komisi doa & perkunjungan

untuk memimpin dan memelihara keberadaan dari doa pagi ini. Doa pagi yang dilaksanakan setiap minggu, pada hari sabtu, pkl. 05.00 pagi. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh jemaat GPIB

“Bethesda” Sidoarjo, namun karena masih kurangnya kesadaran dari jemaat, maka doa pagi

biasanya hanya bersisi 10-25 orang saja. Kegiatan ini diisi dengan nyanyian, renungan yang

setiap minggu berbeda yaitu khotbah biasa dan bedah alkitab, sharing antar jemaat dan terutama diisi dengan doa bersama sesuai dengan topik-topik doa yang ada. Kegiatan ini dipimpin oleh pendeta atau vikaris yang bertugas. Kegiatan ini merupakan sebuah kegiatan

yang sangat baik, karena mengandung unsur penopangan dan pemeliharaan dalam fungsi pastoral bagi jemaat untuk belajar mengawali hari dan mengakhiri minggu dengan berserah

dan bersyukur kepada Tuhan.33

Dan kegiatan ketiga yang merupakan kegiatan terakhir dari komisi doa & perkunjungan yaitu, kegiatan yang menyangkut dengan perayaan grejawi seperti natal dan

paskah. Komisi doa & perkunjungan mengadakan ibadah di rumah-rumah atau di rumah sakit kepada jemaat-jemaat yang memiliki keterbatasan sehingga tidak dapat mengikuti kebaktian perayaan grejawi di gereja.34 Dengan membawa liturgi, lilin dan parcel, anggota komisi ini

beserta keluarga jemaat yang dikunjungi mengadakan ibadah sederhana yang tetap menarik

32

Wawa ara de ga Ketua Majelis Je aat GPIB Bethesda “idoarjo, Pdt. P. Kariso Ru a i, 4 Ja uari 2013, Pkl. 11.20wib.

33

Wawancara dengan Ketua Komisi Doa & Perkunjungan, Bp. Subardi Tomoseputro, 27 januari 2013, Pkl. 07.10wib.

34

(12)

untuk merayakan natal dan paskah.35 Media yang pakai oleh komisi dibentuk semenarik mungkin untuk memeriahkan ibadah tersebut. Dengan begitu maka jemaat akan merasakan

adanya damai natal atau sukacita paskah hadir ditengah-tengah rumah atau rumah sakit dan dapat membawa kehadiran Allah ditengah-tengah kehidupan jemaat tersebut. Pemelihaaran

hidup bersama Tuhan dipahami merupakan hal yang sangat penting. Maka dengan menjaga persekutuan yang ada maka, hidup bersama Tuhan tetap hidup.36 Disinilah peran gereja

didalam anggota komisi untuk tetap menghidupkan persekutuan.37

Setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh komisi doa & perkunjungan disesuaikan dengan kondisi jemaat tersebut. Memahami keadaan jemaat adalah salah satu kunci komisi

ini agar dapat diterima ditengah-tengah jemaat. Dengan itu maka, diharapkan seluruh kegiatan yang telah dibentuk dapat berjalan baik. Kerjasama antara pendeta, majelis jemaat dan anggota komisi doa & perkunjungan sangat diperlukan didalam pelaksanaan seluruh

kegiatan komisi ini. Pencapaian fungsi pastoral yaitu; penyembuhan, penopangan, pembimbingan, perdamaian dan pemeliharaan, didalam bentuk-bentuk kegiatan komisi ini

dapat tercapai dengan kerjasama dan kepekaan yang baik terhadap jemaat yang bersangkutan.

35

Wawancara dengan koordinator komisi doa & perkunjungan, bapak Didit Heru Yuwono, 15 januari 2013, pkl. 14.00wib.

36

Wawa ara de ga Ketua Majelis Je aat GPIB Bethesda “idoarjo, Pdt. P. Kariso Ru a i, 4 Ja uari

2013, Pkl. 11.20wib.

37

(13)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

penelitian yaitu di Ds. Peneliti mengambil kasus penelitian di tempat tersebut, sehingga hasil penelitian ini pun hanya berlaku untuk masyarakat Ds. Selain itu,

Dihimbau kepada para Koordinator Sektor Pelayanan “NAZARETH”, “FILADELFIA” dan “MAKEDONIA”/Pengurus PelKat/Komisi, serta Warga Jemaat GPIB “CINERE” Depok

1].Diberitahukan kepada para Koordinator Sektor Pelayanan dan/Pengurus Pelkat/Komisi, serta Warga Jemaat GPIB “IMMANUEL” Balikpapan yang ingin memasukkan

Dihimbau kepada para Koordinator Sektor Pelayanan “NAZARETH”, “FILADELFIA” dan “MAKEDONIA”/Pengurus PelKat/Komisi, serta Warga Jemaat GPIB “CINERE” Depok

Dihimbau kepada para Koordinator Sektor Pelayanan “NAZARETH”, “FILADELFIA” dan “MAKEDONIA”/Pengurus PelKat/Komisi, serta Warga Jemaat GPIB “CINERE” Depok

Dihimbau kepada para Koordinator Sektor Pelayanan “NAZARETH”, “FILADELFIA” dan “MAKEDONIA”/Pengurus PelKat/Komisi, serta Warga Jemaat GPIB “CINERE” Depok

Dihimbau kepada para Koordinator Sektor Pelayanan “NAZARETH”, “FILADELFIA” dan “MAKEDONIA”/Pengurus PelKat/Komisi, serta Warga Jemaat GPIB “CINERE” Depok

Dihimbau kepada para Koordinator Sektor Pelayanan “NAZARETH”, “FILADELFIA” dan “MAKEDONIA”/Pengurus PelKat/Komisi, serta Warga Jemaat GPIB “CINERE” Depok