• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH: BADRIYAH

D01213009

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Badriyah, D01213009. Analisis nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi

Pembimbing: (1) Dr. H. Achmad Muhibbin Zuhri, M.Ag., (2) Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I

Pendidikan karakter bukan sekedar mengajar mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation)

tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotorik). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik

(moral action). Maka dari itu pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaaan yang terus menerus dipraktikkan dan dilakukan.

Penulisan ini merupakan jenis analisis isi kualitatif (content analysis). Objek utama analisis ini adalah novel yang mana dideskripsikan dengan cara menggambaran dan menjelaskan teks-teks dalam novel yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan. Dan metode yang digunakan adalah metode dokumentasi yang mana mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, artikel dan sebagainya.

Novel Ranah 3 Warna mengandung beberapa nilai pendidikan karakter, yaitu: a). Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, yakni sikap religius b). Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan diri sendiri, yakni pantang menyerah, bekerja keras, tawakkal, dll c). Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan sesama, yakni menghargai karya orang lain d). Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan lingkungan dan sekitarnya, yakni tolong menolong, peduli lingkungan dan e). Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan kebangsaan, yakni rasa nasionalisme terhadap tanah air. Adapun relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Ranah 3 Warna terhadap pendidikan agama islam adalah implementasi nilai pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah, lingkungan dan rumah.

(7)

SAMPUL DALAM... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I: PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 6

D. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 6

E. Manfaat Penelitian 7

F. Definisi Istilah 8

G. Metodologi Penelitian 9

(8)

1. Pengertian Nilai 14

2. Pendidikan Karakter 20

3. Nilai Pendidikan Karakter 26

4. Tujuan Pensisikan Karakter 32

B. Novel 34

1. Pengertian Novel 34

2. Ciri-ciri Novel 35

3. Unsur-unsur Novel 36

4. Novel sebagai Media Pendidikan 43

BAB III: BIOGRAFI 47

A. Sinopsis Novel Ranah 3 Warna 47

B. Analisis Unsur-Unsur Novel Ranah 3 Warna 53

1. Unsur Intrinsik 53

a. Tema 53

b. Alur 54

c. Penokohan 54

d. Latar 55

e. Sudut Pandang 59

(9)

b. Pendidikan Ahmad Fuadi 61

c. Penghargaan dan Beasiswa 61

d. Karya 62

e. Pengalaman Profesional 64

f. Pengalaman Mengajar 66

BAB IV: ANALISIS DATA 67

A. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Ranah 3

Warna 67

B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Ranah 3

Warna terhadap Pendidikan Agama Islam 87

BAB V: PENUTUP 91

A. Kesimpulan 91

B. Saran 92

DAFTAR PUSTAKA 93

(10)

Lampiran 1 : Surat Tugas Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 : Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi

(11)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sedangkan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Menurut Hermawan Kertajaya mengemukakan bahwa karakter adalah

“ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut

adalah “asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan

merupakan “mesin” pendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap,

berujar, dan merespons sesuatu.1 Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan

1

(12)

karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti yang membedakan

seseorang dari yang lain.2

Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar

dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang

positif kepada lingkungannya.3 Senada dengan hal tersebut Thomas Lickona

mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah kebiasaan yang terus

menerus dilakukan yang menekankan pada karakter yang baik, mencintai, dan

pelaksanaan atau peneladanan atas karakter baik itu.4

Orang sering terjebak, pendidikan karakter itu diterjemahkan hanya

sebagai sopan santun. Padahal lebih dari itu. Yang mau dibangun adalah

karakter-budaya yang menumbuhkan kepenasaranan intelektual (intellectual curiosity) sebagai modal untuk mengembangkan kreativitas dan daya inovatif yang dijiwai dengan nilai kejujuran dan dibingkai dengan kesopanan dan

kesantunan.

Menurut Bagus Mustakim, pendidikan karakter sebenarnya sudah

terkandung dalam arti pendidikan itu sendiri namun lebih ditambah dengan

persoalan khusus yaitu pada wilayah nilai ke-Indonesian yang ingin ditanamkan

oleh pendidikan.

2

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), 623.

3

Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter Solusi yang tepat untuk membangun bangsa. (Bogor: Indonesia Heritage Foundation, 2004), 66.

4

(13)

Sejalan dengan Bagus Mustakim, yang erat kaitannya dengan nilai

keIndonesiaan, Azyumardi Arda berpendapat bahwa dalam mewujudkan

pendidikan karakter tidak dapat dilakukan tanpa penanaman nilai-nilai. Dengan

mengedepankan nilai-nilai yang berperadaban sesuai dengan karakter bangsa

seperti yang dicanangkan Kemendiknas pada 2010, nilai-nilai ini patut kita

junjung kembali agar pondasi karakter bangsa yang memiliki banyak suku ini

dapat dilaksanakan dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal.

Nilai-nilai tersebut yaitu, 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras,

6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat

kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13)

bersahabat/komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli

lingkungan, 17) peduli sosial, dan 18) tanggung jawab.5

Dari 18 nilai-nilai tersebut diperlukan sebuah internalisasi yang akan

diterima oleh murid. Salah satu upaya untuk menginternalisasikan nilai-nilai

tersebut diperlukan metode atau pun media yang menarik sesuai tingkat

kebutuhan. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan metode

cerita.

Cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu

hal.6 Kedudukan cerita dalam dunia pendidikan memiliki sosio efek (manfaat)

5

Ibid, 43-44. 6

(14)

dan fungsi yang luar biasa dalam ikut membangun karakter dan kepribadian

anak didik.7 Salah satu bentuk cerita yang berbentuk tulisan adalah novel.

Novel merupakan karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak

terlalu panjang namun juga tidak pendek.8 Novel mampu mengikat dan menarik

perhatian pembaca tanpa memakan waktu yang lama, menyentuh nurani

manusia dalam keadaannya yang utuh, menyeluruh, mendidik perasaan

ke-Tuhanan, rasa ridha, dan cinta terhadap yang patut dicintai dan diridhoi. Ia juga

memberikan kesempatan mengembangkan pola pikirnya sehingga terpuaskan.9

Ranah 3 Warna adalah novel kedua karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan

oleh Gramedia pada tahun 2009. Novel ini merupakan kedua dari trilogi novel

Negeri 5 Menara. Dalam novel ini menceritakan tentang kehidupan seorang

anak bernama Alif yang mempunyai karakter yang sangat kuat untuk meraih

impian dan berusaha dengan keras untuk mencapainya. Alif baru saja tamat dari

Pondok Madani mempunyai impian ingin belajar teknologi tinggi di Bandung

seperti Habibie lalu merantau ke Amerika.

Dengan penuh semangat dan kesabaran, Alif berusaha menghadapi

berbagai cobaan yang menghalangi impiannya. Meskipun sahabat dan

orang-orang di dekatnya meragukan kemampuannya, Alif pantang menyerah. Dia

akhirnya berhasil mewujudkan impiannya dengan berpegang teguh pada mantra

7

Wuntat Wawan Sembodo, Mendidik Anak Dengan Memanfaatkan Metode BCM (Bermain, Cerita, danMenyanyi), (Yogyakarta: Pustaka Syahida, 2005), 21.

8

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), 10.

9

(15)

Man Jadda Wajada dan Man Shabara Dzafira. Dia menyadari bahwa mantra

Man Jadda Wajada saja tidak cukup untuk mewujudkan impiannya maka dia juga menggunakan mantra Man Shabara Dzafira yang artinya barang siapa yang bersabar maka akan beruntung.

Dengan memperhatikan latar belakang diatas, maka penulis tertarik

membahas mengenai nilai-nilai pendidikan Karakter yang terdapat dalam novel

Ranah 3 Warna dalam sebuah skripsi yang berjudul “ ANALISIS NILAI

-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL RANAH 3 WARNA

KARYA AHMAD FUADI, karena dalam novel tersebut banyak terkandung

nilai-nilai pendidikan Karakter. Kerja keras dan pantang menyerah dalam

menjalani hidup, dan terus berusaha menapaki kerasnya kehidupan untuk

mencapai impian. Dalam novel tersebut sang pembaca juga dapat mengambil

pelajaran bahwasanya impian akan menjadi orang yang berhasil dan sukses di

dunia maupun di akhirat dapat diraih jika terus berusaha dan berjalan di

jalan-Nya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan

yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Didalamnya tercakup

(16)

dan pembatasan masalah.10 Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah

1. Nilai-nilai apa sajakah yang terkandung dalam novel Ranah 3 Warna karya

A. Fuadi?

2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Ranah 3

Warna karya A. Fuadi terhadap pendidikan Agama Islam?

C. Tujuan Penilitian

Sesuai dengan fokus masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari

disusunnya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam novel Ranah 3

Warna karya A. Fuadi

2. Untuk menjelaskan relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel

Ranah 3 Warna karya A. Fuadi terhadap pendidikan Agama Islam

D. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Pembatasan masalah diperlukan supaya penelitian tetap terarah sesuai

dengan tujuan pokok penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Tinjauan pendidikan karakter dalam dalam novel Ranah 3 Warna karya A.

Fuadi

10

(17)

2. Relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Ranah 3 Warna karya

A. Fuadi terhadap pendidikan Agama Islam

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara

lain:

1. Manfaat Teoritik

Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapan memberikan kontribusi

positif bagi pendidikan pada umumnya dan khususnya pengembangan

nilai-nilai pendidikan pada umumnya, dan pendidikan Karakter khususnya,

melalui pemanfaatan seni sastra terutama novel.

2. Manfaat praktis

secara praktis, efektifitas penyampaian pesan melalui karya sastra ada

3 yaitu:

a. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan bagi sang pembaca khususunya pelajar akan manfaat dari

membaca novel, khususnya yang mengandung pendidikan Karakter di

dalamnya.

b. Bagi civitas academica, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

wacana keilmuan bagi media sebagai sarana yang baru dalam

menunjang pendidikan yang lebih baik dan dapat digunakan sebagai

salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan untuk di

(18)

c. Bagi dunia sastra, diharapkan Dapat menjadi alternatif dalam

memahami nilai-nilai pendidikan Karakter yang terkandung dalam

karya sastra (khususnya novel) terlebih bagi penyuka karya sastra pada

umumnya.

F. Defenisi Istilah

Defenisi istilah atau juga disebut defenisi operasional menjelaskan

istilah-istilah dalam skripsi. Istilah yang perlu diberi penjelasan adalah istilah-istilah yang

berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat dalam skripsi, yang

terkait erat dengan masalah-masalah yang diteliti atau variabel-variabel

penelitian. Defenisi istilah tersebut adalah pengertian yang dimaksudkan oleh

peneliti sesuai dengan referensi yang digunakan.11 Fungsi dari penegasan istilah

adalah untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini dan agar terhindar

dari kesalah pahaman di dalam memahami peristilahan yang ada, maka perlu

dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai Pendidikan Karakter

a. Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi

kemanusiaan.12 Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan

manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat.13

11

Leo, Sutanto, Kiat Jitu Menulis Skripsi Tesis dan Disertasi, (Erlangga: 2013), 77. 12

Poerwodarminto, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), 677. 13

(19)

b. Pendidikan Karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan

jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju

kea rah peradaban yang manusiawi dan lebih baik.14

2. Novel Ranah 3 Warna

Ranah 3 Warna adalah novel ke-3 dari trilogi Negeri Lima Menara.

Ranah 3 Warna adalah hikayat tentang bagaimana mencapai sebuah impian

walau hidup digelung nestapa tak berkesudahan. Mantra “Man Jadda

Wajada” dan “Man Shabara dzafira” adalah dua mantra yang

mengantarkan alif pada impiannya. Jadi yang dimaksud judul skripsi ini

adalah mengangkat sebuah nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung

dalam novel tersebut serta mempelajari bagaimana kita hidup itu harus

selalu bekerja keras sesuai di jalan Allah SWT.

G. Metodologi Penelitian

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.15 Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data penelitiannya.16 Untuk mendapatkan hasil penelitian

yang baik, cermat dan akurat, maka pada penelitian ini akan digunakan

tahap-tahapan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

14

Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 1. 15

Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 19. 16

(20)

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analisis isi kualitatif.

Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan

mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media

massa. Menurut Wimmer & Dominick mengartikan analisis isi sebagai

suatu posedur yang sistematis yang dirancang untuk menguji isi imformasi

yang direkam.17

Analisis isi kualitatif merupakan suatu analisis isi yang lebih

mendalam dan detail untuk memahami produk isi media dan mampu

menghubungkannya dengan konteks sosial/realitas yang terjadi sewaktu

pesan dibuat. Karena semua pesan teks, simbol, gambar dan sebagainya

adalah produk sosial dan budaya masyarakat.

Penulis ini menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama

analisis, yaitu dalam penelitian ini adalah novel yang kemudian

dideskripsikan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan teks-teks

dalam novel yang mengandung nilai-nilai pendidikan Karakter dengan

menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks

yang dideskripsikan.

2. Metode Pengumpulan Data

Penulis menggunakan metode pengumpulan data, metode

dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk

mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip,

17

(21)

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, agenda, dan

sebagainya.18

Dalam dokumentasi ini dilakukan dalam beberapa buku dan sumber

yang lain seperti: majalah, artikel dan sebagainya yang berhubungan

dengan objek yang diteliti. Penelusuran dokumentasi ini berguna bagi

penyususnan skripsis ini. Melalui dokumentasi sang penulis dapat

mendeskripsikan apa yang terdapat dalam sumber penelitian, dan

menghubungkannya dengan teori-teori yang bisa dijadikan bahan

pertimbangan berkenaan dengan judul penelitian ini.

Dalam penelitian ini penulis berusaha mengkaji dan melakukan

analisis kepustakaan mengenai novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi

tahun 2013 sebagai sumber data primer. Sedangkan untuk sumber data

sekunder, penulis mengambil beberapa data dari beberapa artikel yang

terkait, karya tulis yang lain, hasil diskusi yang berkaitan dengan penelitian

demi memperkaya manfaat untuk kajian dan analisis.

3. Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi

(content analysis) yaitu konten yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna.

Isi dalam metode analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi

komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan

18

(22)

naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandungsebagai

akibat komunikasi yang terjadi.19

Dalam media massa penelitian dengan metode analisis isi dilakukan

terhadap paragraf, kalimat, dan kata termasuk volume ruangan yang

diperlukan, waktu penulisan, di mana ditulis dan sebagainya, sehingga

dapat diketahui isi pesan secara tepat. Adapun tahapan-tahapan yang

peneliti gunakan dalam pengolahan isi adalah:

a. Tahapan deskripsi, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel Ranah 3

Warna yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Karakter.

b. Tahapan interpretasi, yaitu tahapan dimana peneliti menjelaskan

teks-teks dalam novel Ranah 3 Warna yang berhubungan dengan nilai-nilai

pendidikan Karakter.

c. Tahapan analisis, yaitu tahapan peneliti menganalisis novel Ranah 3

Warna yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Karakter.

d. Kesimpulan, yaitu proses mengambil kesimpulan dari pembahasan

dalm novel Ranah 3 Warna yang berhubungan dengan nilai-nilai

pendidikan Karakter.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan menjelaskan secara kronologis dan singkat isi

setiap tahap bab mulai dari Bab 1 hingga 5 (terakhir) tugas akhir.20 Skripsi ini

19

Ratna, Nyoman Kutha, Estetika Sastra dan Budaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 48. 20

(23)

ditulis dengan mengunakan sistematika yang terdiri dari lima bab yaitu antara

lain:

Bab Pertama, membahas tentang pokok pikiran dasar yang menjadi

landasan bagi pembahasan selanjutnya. Dalam bab ini tergambar

langkah-langkah penulisan awal dalam skripsi yang dapat mengantarkan pada

pembahasan berikutnya yang terdiri dari : latar belakang masalah, definisi

operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab Kedua, membahas tentang pengertian novel serta ciri-ciri dan

unsur-unsur novel. Dalam bab ini juga membahas tentang pendidikan karakter yang

mencakup nilai, pendidikan karakter, dan nilai pendidikan karakter, serta tujuan

pendidikan karakter

Bab Ketiga, membahas tentang novel Ranah 3 Warna yang meliputi: sinopsis novel Ranah 3 Warna, analisis unsur-unsur novel Ranah 3 Warna,

serta latar belakang penulis novel Ranah 3 Warna

Bab Keempat, membahas tentang hasil dari penelitian terkait nilai-nilai

pendidikan karakter dalam novel Ranah 3 Warna.

Bab Kelima, memuat tentang penutup. Pada bab terakhir ini berisi

(24)

A. Nilai Pendidikan Karakter

1. Pengertian Nilai

Kata value, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahsa Indonesia menjadi nilai, berasal dari bahasa latin valere atau bahasa prancis kuno

valoir (Encyclopedia of Real Estate Term,2002). Sebatas arti denotatifnya,

velere, valoir, value, atau nilai dapat dimaknai sebagai harga. Namun, ketika kata tersebut sudah dihubungkan dengan suatu obyek atau dipersepsi

dari suatu sudut pandang tertentu, harga yang terkandung di dalamnya

memiliki tafsiran yang bermacam-macam. Ada harga menurut ilmu

ekonomi, psikologi, sosiologi, antropologi, politik, maupun agama.

Perbedaan tafsiran tentang harga suatu nilai lahir bukan hanya disebabkan

oleh perbedaan minat manusia terhadap hal yang material atau terhadap

kajian-kajian ilmiah, tetapi lebih dari itu, harga suatu nilai perlu

diartikulasikan untuk menyadari dan memanfaatkan makna-makna

kehidupan.21

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas

dan berguna bagi manusia. Nilai dalam pandangan Brubacher tak terbatas

ruang lingkupnya. Nilai tersebut sangat erat dengan pengertian-pengertian

dan aktivitas manusia yang komplek, sehingga sulit ditentukan batasannya.

21

(25)

Dalam Ensiklopedi Britannica disebutkan, bahwa nilai itu merupakan suatu penetapan atau suatu kualitas suatu obyek yang menyangkut suatu jenis

epresiasi.22

Dalam pandangan Young, nilai diartikan sebagai asumsi-asumsi yang

abstrak dan sering tidak disadari tentang hal-hal yang benar dan hal-hal

yang penting, sedangkan Green memandang nilai sebagai kesadaran yang

secara relative berlangsung dengan disertai emosi terhadap obyek, ide dan

perseorangan. Lain halnya dengan Woods, yang menyatakan bahwa nilai

merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang

mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.23

Nilai adalah seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini

sebagai suatu identitas yang memberikan corak khusus kepada pola

pemikiran, perasaan, ketertarikan maupun perilaku.24 Untuk keperluan

suatu analisis, ahli filsafat nilai membagi nilai ke dalam beberapa

kelompok. Pembagiannya memang cukup beragam tergantung pada cara

berpikir yang digunakannya. Dalam teori nilai yang digagasnya, spranger

(Allport, 1964) menjelaskan adanya enam orientas nilai yang sering

dijadikan rujukan oleh manusia dalam kehidupannya. Dalam

pemunculannya, enam nilai tersebut cenderung menampilkan sosok yang

22

Muhaimin, Abd Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), 109.

23

Ibid, 110. 24

(26)

khas terhadap pribadi seseorang. Karena itu, spranger merancang teori nilai

itu dalam istilah tipe manusia (the types of man), yang berarti setiap orang memiliki orientasi yang lebih kuat pada salah satu diantara enam nilai yang

terdapat dalm teorinya. Enam nilai yang dimaksud adalah nilai teoritik,

nilai ekonomis, nilai estetik, nilai sosial, nilai politik, dan nilai agama.

Nilai-nilai tersebut dijelaskan sebagai berikut:25

a. Nilai teoritik

Nilai ini melibatkan pertimbangan logis dan rasional dalam

memikirkan dan membuktikan kebenaran sesuatu. Nilai teoritik

memiliki kadar benar-salah menurut pertimbangan akal pikiran.

Karena itu, nilai ini erat dengan konsep, aksioma, dalil, prinsip, teori,

dan generalisasi yang diperoleh dari sejumlah pengamatan dan

pembuktian ilmiah. Kadar kebenaran teoritik muncul dalam beragam

bentuk sesuai dengan wilayah kajiannya. Kebenaran teoritik filsafat

lebih mencerminkan hasil pemikiran radikal dan komprehensif atas

gejala yang lahir dalam kehidupan, sedangkan kebenaran ilmu

pengetahuan menampilkan kebenaran obyektif yang dicapai dari hasil

pengujian dan pengamatan yang mengikuti norma ilahiah. Karena itu,

komunitas manusia yang tertarik pada nilai ini adalah para filosof dan

ilmuan.

b. Nilai ekonomis

25

(27)

Nilai ini terkait dengan pertimbangan yang berkadar untung-rugi.

Objek yang ditimbangnya adalah harga dari suatu barang atau jasa,

karena itu nilai ini lebih mengutamakan kegunaan sesuatu bagi

kehidupan manusia. Secara praktis nilai ekonomi dapat ditemukan

dalam pertimbangan nilai produksi, pemasaran konsumsi barang,

perincian kredit keuangan, dan pertimbangan kemakmuran hidup

secara umum. Oleh karena pertimbangan nilai ini relatif pragmatis,

spranger melihat bahwa dalam kehidupan manusia seringkali terjadi

konflik antara kebutuhan nilai ini dengan lima nilai lainnya (teoritik,

estetik, sosial, politik, dan religius). Kelompok manusia yang memiliki

minat kuat terhadap nilai ini adalah para pengusaha, ekonomi atau

setidaknya orang yang memiliki jiwa materialistik.

c. Nilai estetik

Nilai estetik menempatkan nilai tertingginya pada bentuk dan

keharmonisan. Apabila nilai ini ditilik dari sisi subyek yang

memilikinya, maka akan muncul kesan indah dan tidak indah. Nilai

estetik berbeda dengan nilai teoritik. Nilai estetik lebih mencerminkan

pada keragaman, sementara nilai teoritik mencerminkan identitas

pengalaman. Dalam arti kata, nilai estetik lebih mengandalkan pada

hasil penilaian pribadi seseorang yang bersifat subyektif, sedangkan

nilai teortitik melibatkan timbangan obyektif yang diambil dari

(28)

nilai ekonomi, nilai estetik lebih melekat pada kualitas barang atau

tindakan yang diberi bobot secara ekonomis. Ketika barang atau

tindakan memiliki sifat indah maka dengan sendirinya ia akan

memiliki nilai ekonomis tinggi. Nilai estetik banyak dimiliki oleh para

seniman, seperti musisi, pelukis, atau perancang model.

d. Nilai sosial

Nilai tertinggi yang terdapat dalam nilai adalah kasih sayang

antar manusia. Karena itu kadar nilai ini bergerak pada rentang antara

kehidupan yang individualistik dengan yang altrualistik. Sikap tidak

berpraduga jelek terhadap orang lain, sosiabilitas keramahan, dan

perasaan simpati dan empati merupakan prilaku yang menjadi kunci

keberhasilan dalam meraih nilai sosial. Dalam psikologi sosial, nilai

sosial yang paling ideal dapat dicapai dalam konteks hubungan

interpersonal, yakni ketika seseorang dengan yang lainnya saling

memahami. Sebaliknya, jika manusia tidak memiliki perasaaan kasih

sayang dan pemahaman terhadap sesamanya, maka secara mental ia

hidup tidak sehat. Nilai sosial banyak dijadikan pegangan hidup bagi

orang yang senang bergaul, suka berderma, dan cinta sesama manusia.

e. Nilai politik

Nilai tertinggi dalam nilai ini adalah kekuasaan. Karena itu,

kadar nilainya akan bergerak dari intensitas pengaruh yang rendah

(29)

faktor penting yang berpengaruh terhadap pemilikan nilai politik pada

diri seseorang. Sebaliknya, kelemahan adalah bukti dari seseorang

yang kurang tertarik pada nilai ini. Ketika persaingan dan perjuangan

menjadi isu yang kerap terjadi dalam kehidupan manusia, para filosof

melihat bahwa kekuatan menjadi dorongan utama dan berlaku

universal pada diri manusia. Namun apabila dilihat dari kadar

pemiliknya nilai politik memang menjadi tujuan utama orang tertentu,

seperti para politisi atau pengusaha.

f. Nilai agama

Secara hakiki sebenarnya nilai ini merupakan nilai yang

memiliki dasar yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai

sebelumnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran tertinggi yang

datangnya dari Tuhan. Cakupan nilainya pun lebih luas. Struktur

mental manusia dan kebenaran mistik transendental merupakan dua

sisi unggul yang dimiliki nilai agama. Karena itu, nilai tertinggi yang

harus dicapai adalah kesatuan (unity). Kesatuan berarti adanya keselarasan semua unsur kehidupan, antara kehendak manusia dengan

perintah tuhan, antara ucapan dan tindakan, atau antara itiqad dengan

perbuatan. Diantara kelompok manusia yang memiliki orientasi kuat

terhadap nilai ini adalah para nabi, imam, atau orang-orang yang

(30)

Nilai-nilai dalam Islam mengandung dua kategori arti dilihat dari

segi normative yaitu pertimbangan tentang baik dan buruk, benar dan

salah, haq dan batil, diridhoi dan dikutuk oleh Allah SWT. Sedang bila

dilihat dari segi operatif nilai tersebut mengandung lima pengertian

katagorial yang menjadi prinsip strandarisasi perilaku manusia 12

yaitu:

1) Wajib atau fardhu yaitu bila dikerjakan orang akan mendapatkan

pahala dan bila ditinggalkan orang akan mendapat siksa Allah

SWT.

2) Sunnat yaitu bila dikerjakan orang akan mendapat pahala dan bila

ditinggalkan orang tidak akan disiksa.

3) Mubah yaitu bila dikerjakan orang tidak akan disiksa, demikian

pula sebaliknya tidak pula disiksa.

4) Makruh yaitu bila dikerjakan orang tidak disiksa, hanya tidak

disukai oleh Allah, dan bila ditinggalkan orang akan mendapatkan

pahala.

5) Haram yaitu bila dikerjakan orang mendapat siksa dan bila

ditinggalkan orang akan memperoleh pahala.

2. Pendidikan Karakter

Sebelum membahas tentang pendidikan karakter, perlu kita pahami

tentang arti dari karakter itu sendiri. Karena pokok bahasan pendidikan

(31)

yang jahat, buruk, tindakan kejahatan, perbuatan baik terletak pada hilang

atau tidaknya karakter seseorang. Karakter yang kuat adalah sandangan

fundamental yang memberikan kemampuan untuk membangun dunia

dengan penuh kebaikan, menjaganya serta menghindarkan perbuatan yang

amoral dari masyarakat.26

Menurut Simon Philips dalam buku Refleksi Karakter Bangsa yang dikutip oleh Masnur Muslich, karakter adalah kumpulan tata nilai yang

menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku

yang ditampilkan. Sementar itu, Koesoema menyatakan bahwa karakter

sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai “ciri atau

karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber

dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga

pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir.” Prof. Suyanto

dalam bukunya Masnur Muslich menyatakan bahwa karakter adalah cara

berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup

dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan

negara. Imam Ghozali mengatakan bahwa karakter itu dengan akhlak, yaitu

spontanitas manusia dalamm bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu

dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.27

26

Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2012), cet. 2, 41. 27

(32)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang

lain. Karakter juga bisa dipahami sebagai tabiat atau watak dan orang yang

berkarakter adalah orang yang memiliki karakter, mempunyai kepribadian,

atau berwatak. Makna yang hampir sama juga diungkapkan oleh Suyanto

dalam artikelnya yang mengatakan bahwa karakter adalah cara berfikir dan

berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja

sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Individu yang baik adalah individu yang mampu membuat keputusan dan

bertanggung jawab terhadap setiap keputusannya.28

Menurut Hermawan Kertajaya mengemukakan bahwa karakter adalah

“ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut

adalah “asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut,

dan merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seseorang bertindak,

bersikap, berujar, dan merespons sesuatu. Ciri khas inilah yang

menentukan bagaimana orang lain akan menyukai kita atau tidak.

Perusahaan juga menggunakan karakter sebagai tolok ukur untuk mencapai

28

(33)

pertumbuhan yang berkesinambungan karena karakter memberikan

konsistensi, integritas, dan energi.29

Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang mendapatkan

pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. Istilah pendidikan karakter

masih jarang didefinisikan oleh banyak kalangan. Pendidikan karakter

menurut Ratna Megawangi adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak

agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan

kontribusi yang positif kepada lingkungannya.30

Pendidikan karakter dalam ajaran islam sudah dikenal 15 abad yang

lalu. Bahkan pendidikan karakter merupakan misi utama nabi Muhammad

SAW. dalam berdakwah dan beliaulah yang mempunyai karakter yang

agung, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Qalam ayat 4

yang berbunyi:

ٌمْيظع ٌقلخ ىَلعل كَنا و

Artinya:

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

(Al-Qalam: 4)31

Puncak karakter seorang muslim adalah taqwa, dan indikator

ketaqwaannya adalah terletak pada akhlaknya. Tujuan pendidikan karakter

29

M. Furqon Hidayatulloh, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, (Surakarta: Yuma

Pustaka, 2010), cet. 1, 12. 30

Dharma Kesuma dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 5.

31

(34)

yaitu manusia yang memiliki akhlak budi pekerti yang luhur. Sehingga

manusia berkarakter taqwa adalah gambaran manusia ideal yaitu manusia

yang memiliki kecerdasan emosional spiritual (emotional spiritual quotient).

Pendididkan karakter, alih-alih disebut pendidikan budi pekerti,

sebagaimana nilai moralitas manusia yang didasari dan dilakukan dalam

tindakan nyata. Di sini ada unsur proses pembentukan tersebut dan sikap

yang didasari pada pengetahuan mengapa nilai itu dilakukan. Dan, semua

nilai moralitas yang didasari dan dilakukan itu bertujuan untuk membentuk

manusia menjadi manusia yang lebih utuh. Nilai itu adalah nilai yang

membantu orang dapat lebih baik hidup bersama dengan orang lain dan

dunianya (Learning to live together) untuk menuju kesempurnaan. Nilai itu menyangkut berbagai bidang kehidupan seperti hubungan sesama (orang

lain, keluarga), diri sendiri (Learning to be), hidup bernegara, alam dunia, dan Tuhan. Dalam penanaman moralitas tersebut unsur kognitif (pikiran,

pengetahuan, kesadaran), dan unsur efektif (perasaan) juga unsur

psikomotor (perilaku).32

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona (1991) adalah

pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan

budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu

32

Manur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,

(35)

tingkah laku yang baik, jujur bertangung jawab, menghormati hak orang

lain, kerja keras dan sebagainya.33 Pendidikan karakter merupakan

nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah SWT dan sesama

manusia yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, kultur

serta adat-istiadat.

Pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kepribadian,

akhlak mulia, dan budi pekerti sehingga karakter ini terbentuk dan menjadi

cirri khas peserta didik.34 Urgensi pentingnya pendidikan karakter pernah

dilontarkan oleh Soekarno, Presiden RI pertama mengemukakan

pentingnya membangun jati diri bangsa dan jati diri bangsa dibangun

melalui pembangunan karakter bangsa atau apa yang disebut oleh Bung

Karno sebagai national and character building. Para pendiri bangsa

(founding fathers) Indonesia bersepakat bahwa membangun jati diri atau membangun karakter bangsa mesti dilaksanakan secara berkesinambungan

dari kemajemukan masyarakat Indonesia.35

33

Heri Gunawan, PendidikanKarakter Konsep dan Implementasi. (Bandung: Alfabeta, 2012), 23-24.

34

Suyanto, Model Pembinaan Pendidikan Karakter di Lingkungan Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), 37.

35

(36)

Ki Hajar Dewantara sebagai Pahlawan Pendidikan Nasional memiliki

pandangan tentang pendidikan karakter sebagai asas Taman Siswa 1922,

dengan tujuh prinsip sebagai berikut;

a. Hak seseorang untuk mengatur sendiri dengan tujuan tertibnya

persatuan dalam kehidupan umum.

b. Pengajaran berarti mendidik anak agar merdeka batinnya, pikirannya,

dan tenaganya.

c. Pendidikan harus selaras dengan kehidupan

d. Kultur sendiri yang selaras dengan kodrat harus dapat member

kedamaian hidup.

e. Harus bekerja menurut kekuatan sendiri.

f. Perlu hidup dengan berdiri sendiri.

g. Dengan tidak terikat, lahir batin dipersiapkan untuk memberikan

pelayanan kepada peserta didik.36

3. Nilai Pendidikan Karakter

Pengetahuan tentang pendidikan telah menjadi sangat penting bagi

guru maupun peserta didik, tapi nilai yang dapat diterapkan oleh peserta

didik sangat penting untuk perkembangannya dalam menghadapi

kehidupan bermasyarakat. Bila anak didik memiliki karakter yang baik,

maka masyarakat akan memanfaatkannya dan menghargainya. Tapi bila

36

(37)

ternyata karakter yang ditunjukkan tidak baik, maka masyarakat hanya

akan memandang sebelah mata bahkan tidak menganggap keeksisannya.

Nilai adalah hal-hal yang membantu proses baik itu proses

pembentukan individu ataupun benda. Jadi, Nilai Pendidikan Karakter

adalah hal-hal yang dapat membantu dalam proses pembentukan individu

berkarakter seutuhnya baik secara karsa, hati, raga, dan jiwa atau dapat

juga diartikan sifat-sifat yang terbentuk setelah proses pemberian tuntunan

melalui seluruh aspek dalam jiwa manusia (karsa, hati, raga, dan jiwa).

Nilai-nilai itu ada karena adanya kebutuhan untuk membentuk pribadi

manusia yang berkarakter mulia dan baik.

Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, hukum,

etika akademik dan prinsip-prinsip HAM telah teridentifiasi butir-butir

nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama yaitu nilai-nilai

perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, sesama manusia dan lingkungan serta kebangsaaan. Adapun daftar

nilai-nilai utama yang dimaksud dan deskripsi ringkasnya.37

a. Nilai karakter yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa

1) Religious

Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu

berdasarkan pada nilai ketuhanan.

37

(38)

b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan dirinya sendiri

1) Jujur perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan.

2) Bertanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk merealisasikan tugas dan

kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dilakukan terhadap

diri sendiri dan masyarakat.

3) Bergaya Hidup Sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan baik dalam

menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan

buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas dengan

sebaik-baiknya.

6) Percaya Diri

Sikap yakin akan potensi diri terhadap pemenuhan tercapainya

(39)

7) Berjiwa Wirausaha

Sikap dan perilaku mandiri dan pandai mengenali produk baru,

menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk

pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur

permodalan operasinya.

8) Berpikir Logis, Kritis, Kreatif dan Inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara logis untuk menghasilkan

cara baru dari apa yang telah dimiliki.

9) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas.

10)Ingin Tahu

Sikan dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat dan

didengar.

11)Cinta Ilmu

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

c. Nilai karakter yang hubungannya dengan sesama atau orang lain

(40)

Sikap tahu dan mengerti serta merealisasikan apa yang menjadi

milik hak diri sendiri dan orang lain serta tugas dan kewajiban diri

sendiri serta orang lain.

2) Patuh pada Norma Sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan yang berkenaan dengan

masyarakat dan kepentingan umum.

3) Menghargai Karya dan Prestasi Orang Lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untu menghasilan

sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta

menghormati keberhasilan orang lain.

4) Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun

tata perilakunya ke semua orang.

5) Demokratis

Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama ha dan

kewajiban dirinya dan orang lain.

d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan

1) Peduli Sosial dan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan

pada lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya

(41)

ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan.

e. Nilai kebangsaan

1) Nasionalis

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunujukkan kesetiaaan,

kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, kultur, ekonomi dan politik.

2) Menghargai Keberagaman

Sikap memberikan rasa hormat terhadap berbagai macam hal baik

yang berbentuk fisik, sifat, adat, kultur, suku dan bangsa.

Dalam referensi Islam, nilai yang sangat terkenal dan melekat yang

mencerminkan akhlak/perilaku yang luar biasa tercermin pada Nabi

Muhammad Saw, yaitu: (1) sidik, (2) amanah, (3) fatonah, (4) tabligh.

Tentu dipahami bahwa empat nilai ini merupakan esensi, bukan

seluruhnya, ketangguhannya, dan berbagai karakter lain.

Sidik yang berarti benar, mencerminkan bahwa Rasulullah

berkomitmen pada kebenaran, selalu berkata dan berbuat benar, dan

berjuang menegakkan kebenaran. Amanah yang berarti jujur atau

terpercaya, mencerminkan bahwa apa yang dikatakan dan apa yang

dilakukan Rasulullah dapat dipercaya oleh siapa pun baik oleh kaum

muslimin maupun nonmuslim. Fatonah yang berarti cerdas/pandai, arif,

(42)

dipertanggungjawabkan kehandalannya dalam memecahkan masalah.

Tablid yang bermakna komunikatif mencerminkan bahwa siapa pun yang

menjadi lawan bicara Rasulullah, maka orang tersebut akan mudah

memahami apa yang dibicarakan/dimaksudkan oleh Rasulullah.38

Indonesia Heritage Fondation merumuskan 9 karakter yaitu; 1) Cinta

kepada Allah dan semesta beserta isinya, 2) tanggung jawab, disiplin, dan

mandiri, 3) jujur, 4) hormat dan santun, 5) kasih sayang, peduli, dan

kerjasama, 6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, 7)

keadilan dan kepemimpinan, 8) baik dan rendah hati, 9) toleransi.

Sedangkan Charakter Counts di Amerika mengidentifikasi karakter yang

pilar adalah, 1) dapat dipercaya (trustworthiness), 2) rasa hormat dan

perhatian (respect), 3) tanggung jawab (responsibility), 4) jujur (fairness),

5) peduli (caring), 6) kewarganegaraan (citizenship), 7) ketulusan

(honesty), berani (courge), 8) tekun (diligence), dan 9) integritas.39

4. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan

hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak

mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan

standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui

38

Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 3, 11.

39

(43)

pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri

meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan

menginternalisasikan serta mepersonalisasikan nilai-nilai karakter dan

akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.40

Socrates berpendapat bahwa tujuan paling mendasar dari pendidikan

adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulullah Saw, Sang Nabi terakhir dalam ajaran Islam, juga

menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk

mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character).41

Sementara itu pendidikan karakter dalam seting sekolah memiliki

tujuan sebagai berikut;

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap

penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta

didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan

nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat

dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter.42

40

Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), cet. 2, 9. 41

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 2, 30.

42

(44)

B. Novel

1. Pengertian Novel

Karya sastra (novel) merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak

sekedar merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca,

tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur yang

padu. Untuk mengetahui makna-makna atau pikiran tersebut, karya sastra

(novel) harus dianalisis. Kritik sastra, menurut Culler, pada dasarnya

merupakan upaya untuk menangkap atau memberi makna karya sastra, dan

menurut Teeuw merupakan usaha untuk merebut makna karya sastra.43

Novel berasal dari bahasa novella, yang dalam bahasa jerman disebut

novelle dan novel dalam bahasa inggris, dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia. Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil,

yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek yang berbentuk prosa.44

Novel menurut H. B. Jassin dalam bukuny Tifa Penyair dan

Daerahnya adalah suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan

orangorang luar biasa karena kejadian ini terlahir suatu konflik, suatu

pertikaian, yang mengalihkan jurusan nasib mereka.45

Novel adalah karangan yang panjang dan berbentuk prosa dan

mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di

43

Sugihastuti, Suharto, Kritik Sastra Feminis, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), cet. 2, 43. 44

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), 9.

45

(45)

sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel

adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya,

sosial, moral dan pendidikan.

Novel adalah media penuangan pikiran, perasaan, dan gagasan penulis

dalam merespon kehidupan di sekitarnya. Ketika di dalam kehidupan

sekitar muncul permasalahan baru, nurani penulis novel akan terpanggil

untuk segera menciptakan sebuah cerita.46 Sebagai bentuk karya sastra

tengah (bukan cerpen atau roman) novel sangat ideal untuk mengangkat

peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan manusia dalam suatu kondisi

kritis yang menentukan. Berbagai ketegangan muncul dengan bermacam

persoalan yang menuntut pemecahan.

2. Ciri-ciri Novel

Sebagai salah satu karya sastra, novel memiliki ciri khas tersendiri

bila dibandingkan dengan karya sastra lain. Dari segi jumlah kata ataupun

kalimat, novel lebih mengandung banyak kata dan kalimat sehingga dalam

proses pemaknaan relative jauh lebih mudah dari pada memaknai sebuah

puisi yang cenderung mengandung beragam bahasa kias. Dari segi panjang

cerita novel lebih panjang dari pada cerpen sehingga novel dapat

mengemukakan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan

lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang komplek. Berikut

adalah ciri-ciri novel:

46

(46)

a. Jumlah kata, novel jumlah katanya mencapai 35.000 buah

b. Jumlah halaman, novel mencapai maksimal 100 halaman kuarto.

c. Jumlah waktu, waktu rata-rata yang digunakan untuk membaca novel

paling diperlukan sekitar 2 jam (120 menit)

d. Novel bergantung pada perilaku dan mungkin lebih dari satu pelaku

e. Novel menyajikan lebih dari satu impresi

f. Novel menyajikan lebih dari satu efek

g. Novel menyajikan lebih dari satu emosi

h. Novel memiliki skala yang lebih luas

i. Seleksi pada novel lebih ketat

j. Kelajuan dalam novel lebih lambat

k. Dalam novel unsur-unsur kepadatan dan intensitas tidak begitu

diutamakan

3. Unsur-unsur Novel

Novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang

artistic. Sebagai sebuah totalitas, novel memiliki bagian-bagian, unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Unsur-unsur-unsur

pembangun sebuah novel yang secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu

unsur extrinsic dan unsur intrinsik. Unsur extrinsic adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung

mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra, namun tidak

(47)

subyektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan

pandangan hidup, biografi, keadaan lingkungan pengarang seperti

ekonomi, politik dan sosial yang kesemuanya itu mempengaruhi karya

yang ditulisnya.

Unsur intrinsic adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu

sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai

karya sastra, unsur-unsur yang secara factual akan dijumpai jika seseorang

membaca karya sastra. Unsur intrinsic sebuah novel adalah unsur-unsur

yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud

adalah tema, plot, penokohan, latar, dan sudut pandang.47

a. Tema

Tema merupakan gagasan dasar yang menopang sebuah karya sastra

dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantic dan yang

menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan perbedaan.48 Tema

dalam sebuah cerita bersifat mengikat karena tema tersebut yang akan

menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik dan situasi tertentu.

Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita maka tema pun

bersifat menjiwai seluruh bagian cerita.

Tema dengan demikian dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan

dasar umum sebuah novel. Gagasan yang telah ditentukan oleh

47

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), 23.

48

(48)

pengarang yang digunakan untuk mengembangkan cerita. Dengan kata

lain cerita akan mengikuti gagasan dasar umum yang ditetapkan

sebelumnya sehingga berbagai peristiwa, konflik dan pemilihan

berbagai unsure intrinsik yang lain seperti penokohan, perplotan,

pelataran, dan penyudut pandangan diusahakan mencerminkan

gagasan dasar umum tersebut.

b. Plot

Alur atau plot merupakan urutan peristiwa yang sambung

menyambung dalam sebuah cerita berdasarkan sebab-akibat. Dengan

peristiwa yang sambung menyambung tersebut terjadilah sebuag

cerita. Diantara awal dan akhir cerita itu terdapat alur. Jadi alur

memperlihatkan bagaimana cerita berjalan. Kita misalkan cerita

dimulai dengan peristiwa A dan diakhiri dengan Z. maka A, B, C, D,

dan Z merupakan alur cerita. Berdasarkan waktunya plot dibagi

menjadi dua, yaitu:

1) Plot lurus atau progresif, plot dikatakan progresif jika

peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang

pertama diikuti peristiwa-peristiwa kemudian.

2) Plot flash-back. Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya

fiksi yang berplot regresif tidak bersifat kronologis, cerita tidak

dimulai dari tahap awal melainkan mungkin dari tahap tengah atau

(49)

c. Penokohan

Dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah-istilah

seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan

karakteristik secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang

hampir sama. Istilah-istilah tersebut sebenarnya tidak menyarankan

pada pengertian yang persis sama walaupun memang ada diantaranya

yang bersinonim. Istilah tokoh merujuk pada orangnya, pelaku cerita,

misalnya sebagai jawaban dari pertanyaan: “siapakah tokoh utama

novel Ranah 3 Warna ?”, atau “Ada berapa jumlah pelaku dalam novel

Ranah 3 Warna?” dan sebagainya.

Tokoh cerita, menurut Abrams adalah orang-orang yang ditampilkan

dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan

memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang

diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.49

Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan dengan

perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan

perwatakan tertentu dalam sebuah cerita. Penokohan adalah pelukisan

gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah

cerita. Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya

dari pada tokoh dan perwatakan sebab ia sekaligus mencakup masalah

siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan

49

(50)

dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga saggup memberikan

gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus

menyarankan pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam

sebuah cerita.

d. Latar

Membaca sebuah novel, pada hakikatnya seseorang berhadapan

dengan sebuah dunia, dunia yang dilengkapi dengan tokoh penghuni

beserta dengan permasalahannya. Namun, hal tersebut tidak akan

lengkap apabila dalam cerita tidak ada ruang lingkup, tempat dan

waktu sebagai tempat pengalaman kehidupannya. Dengan begitu

dalam sebuah cerita selain memerlukan tokoh dan plot juga

memerlukan latar.

Latar atau setting merupakan tempat, hubungan waktu, dan lingkungan

sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Saat

membaca sebuah novel, pasti akan ditemukan sebuah lokasi tertentu

seperti nama kota, desa, jalan, hotel dan lain-lain tempat terjadinya

peristiwa. Di samping itu, pembaca juga akan berurusan dengan

hubungan waktu seperti tahun, tanggal, pagi, siang, pukul, saat bulan

purnama, atau kejadian yang merujuk pada waktu tertentu.

Unsur latar dapat dibedakan kedalam tiga unsur pokok, yaitu tempat,

waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walaupun masing-masing

(51)

sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi

satu dengan yang lainnya.

1) Latar tempat

Latar tempat merupakan lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan

dapat berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu

atau lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Latar dalam sebuah

novel biasanya meliputi berbagai lokasi, ia akan berpindah-pindah

dari satu tempat ke yempat yang lain sejalan dengan perkembangan

plot dan tokoh.

2) Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

Waktu dalam karya naratif dapat bermaksa ganda yaitu merujuk

pada pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita dan di pihak

lain menunjuk pada urutan waktu yang terjadi dalam cerita. Latar

waktu juga harus dikaitkan dengan latar tempat juga latar sosial

sebab pada kenyataannya memang saling berkaitan. Keadaan suatu

yang diceritakan mau tidak mau harus mengacu pada waktu tertentu

karena tempat itu akan berubah sejalan dengan perubahan waktu.

(52)

Latar sosial merupakan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan

dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup

berbagai masalah dalam lingkup yang cukup komplek. Ia dapat

berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan

hidup, cara berfikir dan bersikap. Di samping itu, latar sosial juga

berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.50

e. Sudut pandang

Sudut pandang (point of view) merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,

tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam

sebuah karya fiksi kepada pembaca. Sudut pandang dibagi menjadi 3

yaitu:

1) Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang

pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan

mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.

2) Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih

banyak mengamati dari luar dari pada terlihat di dalam cerita

pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.

Pencerita dalam sudut pandang orang ketiga berada diluar cerita

sehingga pencerita tidak memihak salah satu tokoh dan kejadian

50

(53)

yang diceritakan. Dengan menggunakan kata ganti nama ia, dia, dan

mereka, pengarang dapat menceritakan suatu kejadian jauh ke masa

lampau dan ke masa sekarang.51

3) Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali

berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu.

Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan

rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.

Selain unsur-unsur yang telah disebutkan, setiap novel mempunyai tiga

unsur pokok, sekaligus merupakan unsure terpenting, yaitu tokoh utama,

konflik utama, dan tema utama. Ketiganya saling berkaitan erat dan

membentuk satu kesatuan yang padu, kesatuan organismecerita rekaan.52

4. Novel Sebagai Media Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima.

Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen

dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara Briggs berpendapat bahwa

media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta

51

Nyoman Kutha Ratna, Penelitian Sastra (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), h. 319 52

(54)

merangsang siswa untuk belajar. Sebagai contohnya buku, novel, film,

kaset, film bingkai dan sebagainya.53

Novel merupakan sebuah media yang efisien dan efektif untuk

menyampaikan pesan pendidikan kepada pembacanya, dengan kemasan

menarik yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para pembacanya. Novel

juga berfungsi sebagai media dakwah dan pendidikan, karena novel

mempunyai kelebihan tersendiri dari media lainnya. Menurut Onong

Uchjana Effendy54 dalam bukunya “Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi”,

menyebutkan bahwa novel merupakan media yang ampuh bukan saja untuk

hiburan tapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dengan

kelebihan-kelebihan itulah novel dapat menjadi media pendidikan yang efektif,

dimana pesan-pesan dapat disampaikan kepada pembaca secara halus dan

menyentuh relung hati tanpa terkesan menggurui.

Novel sebagai salh satu media pendidikan yang memiliki kapasitas

untuk memuat pesan yang sama secara serempak dan mempunyai sasaran

yang beragam dari agama, etnis, status, umur dan tempat tinggal dapat

memainkan peranan sebagai saluran penarik untuk menyampaikan

pesan-pesan tertentu dari dan untuk manusia, termasuk pesan-pesan-pesan-pesan pendidikan

yang bernilai keagamaaan, dengan membaca novel, kita dapat memperoleh

53

Panuti Sudjiman, Pengantar Apresiasi karya Sastra, (jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1986), 6.

54

(55)

informasi dan gambaran tentang realitas tertentu, realitas yang sudah

diseleksi. Dalam penyampaian pesan keagamaan, novel

mengekspresikannya dalam berbagai macam cara dan strategi, sehingga

tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.

Salah satu kelebihan novel sebagai media pendidikan adalah penulis

dalam menyampaikan pesan pendidikannya dapat diwujudkan dalam

bahasa yang ringan namun tidak membosankan para pembacanya. Melalui

alur cerita dan tokoh dalam novel, tanpa harus mengajar seperti halnya

pada proses pembelajaran. Sehingga secara tidak langsung para pembaca

tidak sedang merasa diajar atau dipaksa.

Dengan novel pesan pendidikan dapat menjangkau berbagai

kalangan. Pesan-pesan penulis sebagai tokoh dalam dialog-dialog dan alur

cerita dapat mengalir secara lugas, sehingga pembaca dapat menerima

pesan yang disampaikan penulis tanpa paksaan, pesan pendidikan dalam

novel juga lebih mudah disampaikan pada masyarakat karena pesannya

memiliki efek yang sangat kuat terhadap pendapat, sikap, dan perilaku

pembaca. Hal ini terjadi karena dalam novel selain pikiran perasaan

pembaca pun dilibatkan.

Ada beberapa poin kelebihan novel dibanding dengan media lain

diantaranya sebagai adalah sebagai berikut:

a. Novel merupakan sarana komunikasi yang menghibur sehingga pesan

(56)

disadari. Dengan demikian konfrontasi terhadap nilai suatu ideologi

yang ada dalam novel tidak kasar, tetapi merasuk secara

perlahanperlahan. Novel yang memiliki pengaruh seperti ini biasanya

adalah novel yang mengandung nilai didaktis yang tinggi; dan

umumnya novel yang demikian biasanya karya novel yang berkaitan

dengan suatu agama atau ideologi politik. Objek dari novel ini adalah

kaum muda yang biasanya sangat optimis terhadap kehidupan.

b. Adanya pelarangan atau pembredelan terhadap suatu karya novel

menunjukkan pentingnya novel terhadap perubahan pola pikir

pembacanya. Novel bisa menyadarkan seseorang akan eksistensinya

dan juga kebenaran-kebenarannya yang harus diperjuangkan dalam

kehidupan.

c. Seorang novelwan akan memberikan nilai-nilai didaktik sebagai kritik

sekaligus peringatan kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat

akan menyadari kekurangan dan kekhilafan yang telah dilakukan. Dari

sinilah nilai-nilai identitas akan muncul dan terjaga karena karya novel

itu. Karena novel akan menanamkan nilai-nilai itu tanpa disadari oleh

siapapun.55

55

(57)

A. Sinopsis Novel Ranah 3 Warna

Alif dan Randai adalah kawan semasa kecil. Mereka sangatlah dekat satu

sama lain. Namun, di lain sisi me

Referensi

Dokumen terkait

Di antaranya Kurniawati (2008) meneliti untuk skripsinya dengan judul “Novel Trilogi Gadis Tangsi Karya Suparto Brata dalam Kajian Berperspektif Gender dan Nilai

Dari analisis yang dilakukan dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi terdapat nilai-nilai edukatif yang menonjol yaitu nilai cinta, nilai penghargaan, nilai tanggung jawab,

“ Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi Sebagai Alat Pendidikan Dalam Penanaman Nilai Akhlak Siswa ” telah terselesaikan dengan baik.. Sholawat dan salam senantiasa penulis

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur dan nilai pendidikan dalam novel Ranah 3 Warna karya A.. Tujuan penelitian ini adalah

Nilai didik sosial adalah nilai-nilai ajaran tentang bagaimana cara hidup bersosialisasi dalam masyarakat dan hubungan terhadap sesama manusia yang lebih mementingkan

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan oleh PT Falcon pada tahun 2017 dengan jumlah 357 halaman, sedangkan

Sumber data dalam penelitian ini yaitu novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata penerbit Bentang tahun 2008 dan novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi penerbit

Hasil penelitian ini adalah : (1) mendeskripsikan unsur-unsur instrinsik meliputi (a) tema, dalam novel ini temanya adalah meraih cita-cita dengan segala