• Tidak ada hasil yang ditemukan

IBLIS SEBAGAI MUSUH MANUSIA : KAJIAN TAFSIR AL-MISBAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IBLIS SEBAGAI MUSUH MANUSIA : KAJIAN TAFSIR AL-MISBAH."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

IBLIS SEBAGAI MUSUH MANUSIA

(KAJIAN TEMATIK TAFSIR AL-MISBAH)

SKRIPSI

Oleh:

MOH. AFAN FADLI

E03211069

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)

IBLIS SEBAGAI MUSUH MANUSIA

(KAJIAN TEMATIK TAFSIR AL-MISBAH)

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untukMemenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir

Oleh:

MOH. AFAN FADLI

E 03211069

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN& FILSAFAT

UNIVERSITASISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Moh. Afan Fadli. Iblis sebagai musuh manusia (kajian tafsir Al-Misbah). Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah pertama, bagaimana penafsiran M. Quraish Shihab tentang iblis sebagai musuh manusia?Kedua,bagaimana bentuk permusuhan iblis terhadap manusia?

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memaparkan dan memproporsionalkan data penafsiran M. Quraish Shihab sebagai salah satu wacana bagi umat Islam terkait dengan berbagai macam penafsiran yang muncul pada zaman dulu sampai sekarang. Agar nantinya dapat mengembangkan penafsiran ayat al-Qur’an yang tidak dapat diterima oleh masyarakat untuk dirasionalkan. Kemudian dalam menafsirkannya tidak mengabaikan kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu tafsir yang telah disepakati oleh para ulama tafsir.

Dalam menjawab permasalahan di atas, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan metode penyajian data secara deskriptif dan analitis. Deskriptifanalitis adalah menggambarkan bagaimana mufasir menafsirkan iblis sebagai musuh manusia. Bagaimana iblis bisa menjadi musuh bagi manusia dan seperti apa bentuk permusuhan antara iblis dengan manusia.

Penelitian ini dilakukan karena melihat fenomena yang terjadi di masyarakat yang semakin banyak menghadapi berbagai macam godaan yang dapat membuat manusia lalai akan ibadah dan lupa kepada Tuhan. Hal ini sehubungan dengan munculnya berbagai macam tekhnologi modern yang menghilangkan batas ruang dan waktu. Menyediakan berbagai macam hiburan dan kesenangan untuk mengisi setiap waktu luang masyarakat bahkan memaksa manusia meluangkan waktunya. Munculnya berbagai media sosial yang memberikan ruang bagi masyarakat untuk mencurahkan berbagai keluh kesah, mengeluhsertameminta.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI

………. v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ... xi

DAFTAR ISI……….. xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Kajian Pustaka ... 7

F. Metode Penelitian ... 7

G. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II : MANUSIA DAN IBLIS A. Pengertian Manusia Dan Iblis ... 11

(8)

B. Asalmula Iblis ... 15

C. Nama-nama Iblis ... 16

D. Pandangan Ulama’ Tentang Permusuhan Iblis Dan Manusia .... 21

BAB III : M. QURAISH SHIHAB DAN TAFSIR AL MISBAH A. Biografi Singkat M. Quraish Shihab dan Karya-karyanya ... 24

B. Kontribusi Muhammad Quraish Shihab Terhadap Perkembangan KajianTafsir di Indonesia ... 27

C. Mengenal Tafsiral-Misba>h Secara Konprehensif ... 30

1. Kronologis dan Motivasi Penyusun Tafsir Al-Misba>h ... 30

2. Pemilihan Nama “Tafsir al-Misba>h ... 33

3. Bentuk, Metode dan Karakteristik Tafsir al-Misba>h ... 35

4. Corak Tafsir al-Misba>h ... 39

5. Tafsir al-Misbah diTengah Belantara Kitab Tafsir Nusantara ... 41

BAB IV : PENAFSIRAN M. QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT TENTANG IBLIS SEBAGAI MUSUH MANUSIA A. Penafsiran ayat-ayat tentang iblis dan manusia ... 45

1. Kelompok Makkiyah………... 45

2. Kelompok Madaniyah………. 68

B. Bentuk-bentuk Permusuhan Iblis Dengan Manusia ... 76

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 80

(9)

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dan iblis merupakan salah satu penghuni surga bersama malaikat dan mahkluk-mahkluk lainnya. Kebersamaan iblis dan manusia di surga ternyata tidak bertahan lama, karena kemudian manusia dan iblis sama-sama diturunkan dari surga, manusia diturunkan ke bumi karena melanggar larangan Allah dan iblis diturunkan ke neraka karena membantah perintah Allah untuk bersujud ke pada Adam dan menyombongkan diri. Ini merupakan awal pembangkangan iblis terhadap Allah dengan keangkuhan iblis yang tidak mau mengakui kelebihan manusia yang mengakibatkan iblis mendapatkan tempat yang hina di sisi Allah hal ini terlihat dalam Al-Quran surat Al- A’raf ayat 12-17:

(11)

2

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang hina".. iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya1 sampai waktu mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu Termasuk mereka yang diberi tangguh." iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).2

Dalam tafsir jalalain dikatakan, (Allah berfirman) Maha tinggi Allah, (Apakah yang menghalangimu untuk) huruf laa adalah tambahan (bersujud diwaktu) tatkala (Aku menyuruhmu.’’ Menjawab iblis,’’Aku lebih baik dari padanya, Engkau ciptakan aku dari api sedangkan dia engkau ciptakan dari tanah.’’). (Allah berfiman,’’Turunlah kamu dari surga itu) ada yang mengatakan dari langit (karena tidak patut) tidak layak(bagi kamu menyombongkan diri didalamnya, maka keluarlah) dari surga (sesunguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.’’)maksudnya orang-orang orang-orang yang terhina. (Iblis menjawab,’’ Beri tangguhlah saya) artinya berilah saya kesempatan (sampai waktu mereka dibangkitkan.’’) yakni sampai manusia dibangkitkan. (Allah berfirmn,’’Sesunguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.’’).

Ubaid bin Rifa’ah mendengar Nabi Saw berabdah,’’ Ada seorang rahib dikalangan Bani Israel. Setan mengambil seorang gadis dan membuatnya tercekik. Setan juga membisikan keluarga gadis itu bahwa obat bagi kesembuhanya ada ditangan rahib. Maka gadis itu dibawah ke hadapan rahib, namun rahib menolak

1

Maksudnya: janganlah saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya.

(12)

3

kedatangan gadis itu. Karena keluarganya terus mendesak, akhirnya rahib mau menerimanya, sehingga gadis itupun menetap bersama rahib. Setan datang dan membujuk rahib untuk menyetubuhinya, hingga membuat gadis itu hamil. Setan mendatangi rahib dan membisikanya lagi bahwa keluarga gadis itu akan mendatangimu. Lebih baik bunuh saja gadis ini, dan jika keluarganya mendatangimu, katkan saja bahwa ia telah mati.3’’

Maka rahib membunuh gadis itu dan menguburnya. Selanjutnya setan mendatangi keluarga sang gadis dan membisikkan kedalam hati mereka bahwa anak gadis mereka telah hamil karena perbuatan rahib, lalu dia membunuhnya dan menguburnya. Maka keluarganya mendatangi rahib dan menanyakan keadaan anak gadis mereka. Rahib menjawab,’’Dia telah mati.’’ Lalu mereka menahan rahib. Setan mendatangi rahib dan berkata, ‘’Akulah yang telah memukul gadis itu dan membuatnya seperti orang tercekik. Aku pula yang membisiki hati keluarganya dan mendorongmu untuk berbuat seperti itu. Karena itulah patulah kepadaku agar kau selamat sujudlah kepadaku dua kali!’’.4

Dari sedikit penjelasan diatas ada beberapa para Ulama’ mengilustrasikan tentang iblis diantaranya Ibn al-Jauzi dia mengambarkan bagaimana pertarungan antara manusia dan iblis: Ketahuilah bahwa hati bagaikan benteng. Ada pagar-pagar yang mengelilingi benteng itu, dan di setiap pagar-pagar ada pintu-pintu dan juga bagian-bagian pagar yang berlubang. Penghuni benteng adalah akal. Para malaikat berkunjung ke benteng itu. Di samping benteng, ada bungalow tempat nafsu

3

Ibnul Zauzi, perangkap setan, terj Kathur Suhardi, cet 1, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar 1998), 47.

(13)

4

bersemayam. Iblis dengan mudah, tanpa halangan, berkunjung ke tempat itu. Terjadi peperangan antara penghuni benteng dan penghuni-penghuni bungalow. Iblis menunggu kesempatan lengahnya penjaga agar dapat menyerang masuk melalui bagian-bagian pagar yang berlubang. Penjaga harus benar-benar awas, tidak boleh lengah, Karena musuh tidak lengah.

Seandainya iblis lengah, kita dapat beristirahat. Benteng itu dapat menjadi terang benderang dengan zikir. Didalamnya, terdapat cermin yang dapat memonitor segala lalu lalang. Langkah pertama iblis adalah memperbanyak asap dari bungalow menuju benteng itu agar benteng dipenuhi kegelapan sehingga monitor tidak dapat berfungsi dengan baik. Ketenangan bertafakkur menciptakan angin yang mengusik asap hitam, dan ketekunan berzikir memperjernih cermin. Musuh terus berupaya; sesekali atau kerap kali dia berhasil masuk ke benteng dan melumpuhkan penjaga serta memporak-porandakan isi benteng. Angin yang menjernikan ruangan boleh hanya sepoi-sepoi, tak berdaya menghilangkan asap, sehinga seluruh benteng menjadi gelap dan cermin menjadi karatan. Penjaga pun boleh jadi ditawan karena kelengahanya, bahkan tidak mustahil si penjaga diperalat oleh musuh untuk mencapai tujuanya.

(14)

5

yang terkutuk dan dibenci itu berpenampilan indah dan simpatik? Maka, ia bertanya kepeda setan berkaitan dengan rasa heranya itu, dan setan menjawab penuh angkuh: jangan percaya yang ditampakkan kepadamu adalah aku. Aku dilukis oleh satu kuas yang dipegang seorang musuh yang iri hati. Keindahanku disingkirkanya.

Boleh jadi, sang penyair terpengaruh oleh ungkapan populer yang dilukiskan setan sebelum terkutuk sebagai ”Burung meraknya malaikat”. Burung ini dikenal memang sangat indah, tetapi berpenampilan penuh keangkuhan.5

Setelah di atas dijelaskan berbagai upaya setan untuk menjerumuskan manusia dalam Al-Qur’an Allah juga menegaskan bahwa iblis adalah musuh yang nyata bagi manusia. Seperti dalam surat Thaha ayat 117 :



















Maka Kami berkata: "Hai Adam, Sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.6

Dari latar belakang tersebut maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai permusuhan antara iblis dengan manusia dengan judul “Iblis sebagai musuh manusia (kajian tematik tafsir Al-Misbah)”. Dengan tujuan menguraikan bagaimana permusuhan antara iblis dan manusia dapat terjadi dan bagaimana bentuk-bentuk permusuhan antara iblis dengan manusia dalam kehidupan sebenarnya.

5

(15)

6

B. Identifikasi masalah

Berangkat dari latar belakang di atas muncul berbagai persoalan dan pertanyaan akan tetapi agar pertanyaan lebih terarah dan mudah untuk dipahami, Penulis mengidentifikasi dan membatasi masalah sebagai berikut:

1. Siapa iblis itu? 2. Siapa manusia itu?

3. Apa tugas iblis diciptakan oleh Allah? 4. Apa tugas manusia diciptakan?

5. Bagaimana cara iblis mengganggu manusia?

6. Mengapa iblis membantah terhadap perintah Allah?

7. Bagaimana relasi antara iblis dengan manusia dalam prespektif M. Quraish shihab?

Dan masih banyak lagi permasalahan tentang relasi Manusia dengan Iblis, akan tetapi di sini akan dibahas semua yang disebutkan diatas dengan mengunakan beberapa tafsir untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, perlu adanya perumusan masalah agar pembahasan dapat lebih terarah dan tidak melebar sangat jauh dari tujuan awal yang ingin dicapai dari penelitian ini. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

(16)

7

2. Bagaimana bentuk permusuhan iblis terhadap manusia menurut M. Quraish Shihab?

D. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penafsiran M. Quraish Shihab mengenai iblis adalah musuh bagi manusia.

2. Untuk mengetahui bentuk permusuhan iblis terhadap manusia menurur M. Quraish Shihab.

E. Kajian pustaka

Iblis dalam al-Quran; kajian tematik tentang ayat-ayat iblis, karya Muhammad Saifullah dalam skripsinya UINSA surabaya 2006. Dalam skripsinya pembahasan tentang iblis dia menjelaskan tentang penafsiran ayat-ayat al-Quran tetapi tidak mengkususkan dalam satu tafsir, jelas penelitian ini dengan penelitian penulis berbeda karena penulis mengkususkan dalam satu tafsir saja.

F. Metodologi penelitian

1. Model Penelitian

Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif tentang iblis sebagai musuh manusia menurut M. Quraish Shihab.7

2. Jenis Penelitian

7

(17)

8

Penelitian ini merupakan penelitian non-empirik yang menggunakan metode kepustakaan (library research). Dimana sumber-sumber datanya diperoleh dari buku, jurnal, penelitian terdahulu dan literatur-literatur lain yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.8

3. Sumber data

Dalam penelitian ini sebenarnya akan melibatkan beberapa literature.

Literatur-literatur yang dimaksud adalah berdasarkan kebutuhan dalam penelitian ini setidaknya terdiri dari dua kategori, sumber data primer dan sekunder.

a. Data primer

Sumber data primer adalah rujukan utama yang akan dipakai, yaitu al-Qur’a>n al-Kari>m, tafsir al-Misba>h. Karena, objek utama dalam penelitian ini adalah teks Alquran yang membicarakan tentang Setan sebagai musuh Manusia yang nanti akan dikelompokkan dan dikaji secara mendalam.

b. Sumber data skunder.

1) Setan skak mat ( Suhendi Abiraja ), 2008. 2) Yang tersembunyi ( M. Quraish Shihab ), 2006.

3) Membentengi diri dari ganguan jin dan setan ( Wahid’Abdus Salam Bali ), 2006.

8

(18)

9

4.Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini mengunakan metode dokumentasi, yaitu mencari dan mengumpulkan berbagai data berup catatan, buku, Kitab, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan hal-hal atau variable terkait penelitian berdasarkan konsep konsep kerangka penulis sebelumnya yang telah disiapkan.

5. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh adalah mengunakan metode sebagai berikut:

Tehnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis.9 Metode deskriptif bersifat menggambarkan, menguraikan sesuatu hal menurut apa adanya atau karangan yang melukiskan sesuatu. Pendeskripsian ini berfungsi untuk memaparkan hasil data-data yang diperoleh dari literatur kepustakaan. Setelah semua data yang terkumpul, baik primer maupun sekunder selanjutnya akan diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Setelah itu dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek penelitian dengan menggunakan content analysis.10 Dalam hal ini content analysis digunakan untuk menganalisis tujuan.

9

Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), 274.

10

Content analysis merupakan teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan yang tersirat dari satu atau beberapa pernyataan dan mengelolahnya. Selain itu, content analysis dapat juga berarti mengkaji bahan dengan tujuan spesifik yang ada dalam benak (peneliti). Sementara Holsti mengartikulasikan content analysis sebagai teknik membuat inferensi-inferensi secara obyektif dan sistematis dengan mengidentifikasikan karakteristik-karakteristik yang spesifik dari pesan (messages). Cole R. Holsti, Content Analysis for the Social Sciences and Humanities (Vantower:

(19)

10

G. Sistematika

BAB I : Pendahuluan, meliputi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan penelitian, Kajian Pustaka, Kerangka Teorik, Metode Penelitian.

BAB II : Pada bab ini menjelaskan teori apa yang digunakan untuk

menganalisis penelitian. Kerangka teorik adalah model konseptual tentang bagaimana teorik yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasihkan sebagai masalah penelitian, yang nanti akan berisi ayat-ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang penegasan Allah bahwa Iblis adalah musuh bagi Manusia.

BAB III : Dalam bab ini berisi tentang biografi M. Quraish Shihab dari riwayat hidup, perjalanan pendidikannya serta karir beliau, serta mengulas tentang kitab tafsir karya beliau yakni Tafsir Al-Misbah baik metode, kecenderungan dan keunggulan serta kelemahan dari tafsir tersebut. BAB IV : Bab ini berisi penafsiran M. Quraish Shihab terhadap ayat-ayat yang

mengatakan bahwa Iblis adalah musuh musuh bagi Manusia, serta analisis Terhadap pandangan M. Quraish Shihab mengenai penegasan Allah bahwa iblis adalah musuh manusia.

BAB V : Bab ini berupa penutup yang berisi tentang kesimpulan dari

(20)

BAB II

MANUSIA DAN IBLIS

A. Pengertian Manusia dan Iblis

1. Pengertian manusia

Manusia merupakan hewan yang paling unik dan paling sempurna yang melata di muka bumi ini. Perbedaan manusia dengan makhluk lain itu sangat tampak dan jelas. Manusia memiliki akal, berbudi luhur dan dapat memilih dan memilah sesuatu yang ingin diperbuatnya. Akan tetapi asal usul manusia hingga saat ini masih misteri bagi kalangan ilmuan sehingga Alexis Carrel (1873-1944) seorang ilmuan dan dokter berkebangsaan Perancis dan telah meraih dua kali nobel perdamaian menulis buku yang berjudul “Manusia adalah Makhluk yang Belum Dikenal”.1

Sekian banyak penemuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian canggih, masih ada satu permasalahan yang hingga kini belum mampu dijawab dan dijabarkan oleh manusia secara eksak dan ilmiah. Masalah itu ialah masalah tentang asal usul kejadian manusia. Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa makhluk hidup (manusia) berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia

1

M. Quraish Shihab, Dia Ada Dimana-mana (Jakarta: Lentera Hati, 2006), 111.

(21)

12

seperti sekarang ini. Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan-penemuan ilmiah berupa fosil seperti jenis Pitheccanthropus dan Meghanthropus.2

Defini manusia yang dikemukakan ilmuan sangat beragam tergantung dari aspek mana ia meneliti dan mengkajinya. Sebagian ilmuan berpendapat bahwa manusia adalah makhluk sosial karena ia melihat dari aspek sosialnya. Sebagian lagi berkomentar bahwa manusia adalah binatang cerdas yang menyusui atau makhluk yang bertanggung jawab atau makhluk membaca dan tertawa.3

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manusia diartikan sebagai makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).4 Dalam bahasa Inggris disebut man (asal kata dari bahasa Anglo Saxon, man). Apa arti dasar kata ini tidak jelas, tetapi pada dasarnya bisa dikaitkan dengan mens (Latin), yang berarti ada yang berpikir. Demikian halnya arti kata anthropos (Yunani) tidak begitu jelas. Semua antrophos berarti seseorang yang melihat ke atas. Namun saat ini, kata itu dipakai untuk mengartikan wajah manusia.5

Pembahasan hakekat manusia dengan indikasi bahwa ia merupakan makhluk ciptaan di atas bumi sebagaimana semua benda duniawi, hanya saja ia muncul di atas bumi untuk mengejar dunia yang lebih tinggi. Manusia merupakan

2

M. Noor Matdawam, Manusia, Agama dan Kebatinan (Yogyakarta: Bina Karier, 1999), 10.

3

Shihab, Dia Ada, 111. 4

TPKP3B (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Depdikbud dan Balai Pustaka, 1997), 629.

5

Loren Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 1996), 564-565.

(22)

13

makhluk jasmani yang tersusun dari bahan meterial dan organis. Kemudian manusia menampilkan sosoknya dalam aktivitas kehidupan jasmani. Selain itu, sama halnya dengan binatang, manusia memiliki kesadaran indrawi. Namun, manusia memiliki kehidupan spiritual-intelektual yang secara intrinsik tidak tergantung pada segala sesuatu yang material.6

Menurut M. Dawam Raharjo istilah manusia yang diungkapkan dalam al-Qur’an seperti basyar, insa>n, unas, ins, ‘imru’ atau yang mengandung pengertian perempuan seperti imra’ah, nisa’ atau niswah atau dalam ciri personalitas, seperti al-atqa>, al-abra>r, atau ulu al-alba>b, juga sebagai bagian kelompok sosial seperti al-asyqa>, z}u al-qurba>, al-du‘afa} >atau al-mustad}‘afi>n yang semuanya mengandung petunjuk sebagai manusia dalam hakekatnya dan manusia dalam bentuk kongkrit.7Meskipun demikian untuk memahami secara mendasar dan pada umumnya ada tiga kata yang sering digunakan al-Qur’an untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu insa>n dengan segala modelnya, yaitu ins, al-na>s, una>s atau insa>n, dan kata basyar serta kata bani A><dam atau z}urriyat Adam .8

Istilah insan terambil dari kata uns yang berarti jinak, harmonis, dan tampak. Dalam Al Qur’an kata insan sering juga dihadapkan dengan kata jin atau

6

Loren Bagus, Kamus Filsafat 629. 7

Dawam Raharjo, Pandangan al-Qur’an Tentang Manusia Dalam Pendidikan dan Perspektif al-Qur’an ( Yogyakarta : LPPI, 1999), 18.

8

Rif’at Syauqi Nawawi, Konsep Manusia Menurut al-Qur’an dalam Metodologi Psikologi Islami, (Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2000), 5.

(23)

14

jan, yaitu makhluk yang tidak tampak. Kata insan, demikian Quraish Shihab, dalam Al Qur’an digunakan untuk menunjuk manusia sebagi totalitas (jiwa dan raga).9

Menurut Quraish Shihab, kata basyar diambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama muncul kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang. Di bagian lain dari Al Qur’an disebutkan bahwa kata basyar digunakan untuk menunjukkan proses kejadian manusia sebagai basyar melalui tahap-tahap sehingga mencapai kedewasaan. Disini tampak bahwa kata basyar dikaitkan dengan kedewasaan dalam kehidupan manusia yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab, sebab itu pula tugas kekhalifahan dipikulkan kepada basyar seperti dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Hijr ayat 28-29.10Adapun istilah Bani Adam dan Zuriyah Adam maksudnya ialah manusia itu adalah keturunan Adam.11

9

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudu’i atas Berbagai Persoalan Umat (Bandung : Mizan, 1998) 275.

10

Ibid., 277. 11

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004). 34.

(24)

15

2. Pengertian Iblis

Iblis adalah mahluk ciptaan Tuhan yang berasal dari golongan jin. Iblis adalah mahluk Tuhan yang melakukan pembangkangan secara terang-terangan kepada Tuhanya ketika diperintah Tuhan untuk sujud kepada manusia pertama yang diciptakan Tuhan. Iblis telah mendapatkan mandat dari tuhan untuk menyesatkan manusia yang tidak beriman agar bisa dihukum bersama-sama diakhirat nanti. Iblis punya keungulan bisa hidup hingga hari kiamat atau hari kebangkitan.12

Secara etimologi dalam bahasa arab nama iblis berasal dari kata balasa ﺲﻠﺑ yang artinya ia menyesal, maka arti dari kata iblis adalah yang

menyebabkan penyesalan atau terambil dari kata ablasa yang berarti putus asa dan binggung (yaisa wa tahayyara). Disebut iblis (putus asa) karena mereka merasa putus asa dari rahmat Allah, dan tidak pernah berbuat kebaikan sedikitpun.13

B. Asalmula Iblis

Sejak penciptaan manusia Adam, iblis diperintahkan Allah untuk bersujud kepadanya, namun iblis tidak mau bersujud kepadanya. Oleh karena itu, oleh karena itu iblis dikeluarkan oleh Tuhan dari surga dan menjadi mahluk yang

12

www.organisasi.org/1970/01/pengertian-arti-setan-jin-dan-iblis-makhluk-gaib.htm1?m=1,20:16,jum’at,24-juni-2015.

13

https://id.m.wikipedia.org/wiki/iblis, jum’at, 24-juni-2015.

(25)

16

terkutuk. Ia memiminta kepada Tuhan untuk menangguhkan kematiannya hingga hari kiamat, iblis dendam kepada manusia, keturunan Adam karena lantaran kehadiran adam, keinginanya jadi mahluk nomor satu jadi buyar. Iblis juga disebut setan dan seluruh jin dan manusia yang menjadi pengikutnya juga disebut setan.14

C. Nama-Nama Iblis

Jenis iblis yang menjerumuskan manusia kedalam jurang kesesatan itu banyak sekali. Bahkan ada ulama berpendapat bahwa dalam menyesatkan manusia iblis itu mempunyai spesiifikasi keahlian tersendiri sesuai dengan bidangnya. Yang ahli mengoda orang shalat tugasnya hanya mengoda orang shalat, yang ahli mengkufurkan orang yang beriman tugasnya hanya mungkufurkan orang yang beriman tugasnya hanya mengkufurkan dengan berbagai tipu daya dan propaganda yang menyesatkan, begitu seterusnya.

Mengenai hal ini ada keterangan yang bersumber dari Umar bin Khatab ra : Bahwa keturunan iblis yang mempunyai tugas mengoda dan menjerumuskan manusia (kelembah kesesatan) itu ada sembilan,yaitu:15

14

Lampu islam.Blogspot.in/2013/08/iblis-menurut-pandangan-islam.H+m1?m=1, 20:16, jum’at, 24-juni-2015.

15

Fuad Kauma, Wajah-wajah Iblis, cet 1, (Jakarta: Radar Karya, 1999), 3.

(26)

17

a. Iblis Zailatun

Iblis ini bertugas untuk menjerumuskan para pedagang dipasar agar berdusta, mau mengurangi timbangan, dan melakukan bujuk rayu kepada para pedagang agar melakukan penyimpangan dan kecurangan dalam aqad jual beli, dengan iming-iming agar cepat kaya.

Ajakan Iblis diatas itu jelas bertentangan dengan syari’ah, merusak ekonomi umat, menanamkan mental binatang yang segala cara dalam meraih kesuksesan, serta menumbuhkan jiwa egoistisme dan materialisme yang membabi buta.Kalau ini sudah ditanamkan oleh iblis, maka dengan sendirinya orang itu akan senang berenang dalam lumpur kemaksiatan.16 b. Iblis Wawatsin

Iblis Wawasin adalah Iblis yang bertugas mengoda dan menjerumuskan orang yang beriman agar selalu mengerutu, tidak sabar dan tidak iklas setiap kali menerima musibah, atau cobaan dari Allah.

Padahal orang yang meratapi musibah dengan menggerutu sampai merobek-robek pakaianya adalah dosa. Tindakan seperti ini merupakan cermin dari ketidak iklasan atas takdir Allah, sepertinya ia menyalahkan

16

Fuad Kauma, Wajah-wajah Iblis, 6.

(27)

18

Allah, yang menghilangkan kesenangan dirinya, padahal semua apa yang ada dialam ini telah ditentukan oleh Allh masanya atau kehancuranya.17 c. Iblis Akwan

Iblis jenis ini bertugas menyesatkan dan mempengaruhipara remaja dan pimpiman umat supaya selalu berbuat dzalim, menjauhi hal-hal yang Ma’ruf menanamkan berbuat mungkar dan maksiat.

Cara yang digunakan iblis Akwan dalam menjerumuskan remaja yang beriman kedalam lembah kemaksiatan adalah bermacam-macam. Perbuatan yang jelas mungkarnya itu dikemas dengan baik sehingga tidak terkesan sebagai perbuatan maksiat, hal ini dilakukan oleh iblis Akwan untuk menarik simpati dari remaja beriman agar mau melakukanya.18 d. Iblis hafaf

Iblis ini bertugas menyesatkan dan menjerumuskan kaum muslimin kelembah nista yang berlumur dosa dengan cara melakukan tipu daya dan bujukan agar kaum muslimin melangengkan minum khamer. Sebab jika seseorang sudah minum Khamer dan mabuk, maka segala bentuk kemungkaran yang lain dengan mudah ia laksanakan. Seperti

17

Fuad Kauma, Wajah-wajah Iblis,. 3-2. 18

Ibid., 8.

(28)

19

berzina, membunuh, dan berbuat aniaya, mencuri dan segala kemungkaran yang lain.19

e. Iblis Wamurah

Iblis Wamurah ini bertugas menjerumuskan para penyanyi agar mendendangkan lagu yang penuh maksiat, mengajak berbuat mungkar, serta lagu-lagu yang bersyairkan kebebasan tanpa etika. Juga menjerumuskan para penyanyi agar berpenampilan seronok, yang dapat mengundang luapan nafsu dan maksiat. Dengan demikian orang akan mudah digiring untuk dijebloskan dalam dunia mungkar dan maksiat. Nyanyian dan biduanya itu termasuk salah satu alat iblis yang paling ampuh untuk menjerumuskan orang ke jurang kesesatan yang penuh dengan lumuran dosa.20

f. Iblis Laqwas

Iblis Laqwas adalah Iblis yang bertugas mempengaruhi manusia agar tetap kafir, tetap musyrik dan tetap menyembah berhala atau sesembahan lainya selain Allah. Sudah banyak orang yng disesatkan oleh Iblis Laqwas, terkadang ia menganti bentuknya menjadiSyekh lalu memberikan pelajaran atau tuntunan mengarah kepada kemusyrikan.21

19

Fuad Kauma, Wajah-wajah Iblis.,10. 20

Ibid., 12-13. 21

Ibid.

(29)

20

g. Iblis A’war

Iblis ini bertugas untuk mempengaruhi dan mengoda laki-laki dan perempuan untuk berbuat zina, atau melakukan perbuatan maksiat lainya. Iblis A’war mengunakan “Pandangan mata” sebagai cara yang paling ampuh untuk membakar nafsu kaum lelaki dan wanita untuk berbuat maksiat.22

h. Iblis Al-Wasnan

Iblis ini tugasnya mengencingi orang supaya malas bangun untuk beribadah. Jika orang sudah malas bangun malam untuk beribadah berarti dirinya mementingkan tidurnya, tidak mementingkan kehidupanya nanti di akhirat.23

i. Iblis Dasim

Iblis satu ini bertugas untuk mempengaruhi, mengoda dan mendorong suami istri untuk melakukan penyelewengan. Dengan terjadinya penyelewengan, maka sudah tentu rumah tangganya menjadi berantakan, tidak harmonis, jauh dari kebahagian dan pada akhirnya nanti akan terjadi perceraian.24

22

Fuad Kauma, Wajah-wajah Iblis., 15-16 23

Ibid., 17. 24

Ibid., 18.

(30)

21

D. Iblis Sebagai Musuh Manusia dalam Pandangan Ulama’

Setelah iblis menyadari bahwa ia telah dikutuk Allah karena keangkuhan dan kedurhakaan yang lahir dari kedengkianya kepada Adam as., maka kedurhakaanya makin menjadi-jadi. Terbukti ia tidak memohon ampun, tidak juga minta ditinggikan derajatnya, tetapi ia berkata yakni bermohon untuk- guna menjerumuskan manusia- beri tangguhlah saya. Cukup banyak ulama tafsir ketika membicarakan Surat Al-A’raf ayat 14-15, ini membahas apakah permohonan Iblis dikabulkan sampai kapan usianya ditangguhkan oleh Allah:

1. Al- Imam Ibn Jarir at- Thabari, tokoh utama penafsir masa lampau menegaskan bahwa Allah tidak mengabulkan permohonanya. Permohonanya baru dapat dikatakan terkabul/dipenuhi seandainya Allah berfirman kepadanya ’’Engkau termasuk yang ditangguhkan sampai waktu yang engkau minta, atau sampai hari kebangkitan, atau sampai hari mereka dibangkitkan dan lain-lain yang dapat menunjukkan bahwa permohonanya menyangkut penangguhan itu diterima Allah’’. 25

2. At- Thabari yang diikuti pendapatnya oleh sekian ulama. Tha>hir bin As>yu>r berpendapat serupa, dan inilah- tulisanya- yang menjadikan

25

Shihab, Tafsir al-Misba>h, vol 5, 31

(31)

22

ayat ini menyatakan’’Engkau termasuk kelompok mereka yang ditangguhkan’’. Jawaban ini adalah informasi tentang suatu yang telah ditetapkan sebelumnya. Iblis terlalu hina untuk diterima Allah permohonan-nya.26

3. Ibnu Katsi>r lain pula pandanganya.’’Allah memperkenankan apa yang dimohonkanya karena adanya hikmah, iradah dan kehendak yang tidak dapat ditolak dan Dia Maha cepat perhitungan-Nya’’demikian Ibnu Katsi>r Dalam tafsirnya yang dikutip dan dibenarkan oleh Sayyid Muhammad Rasyid Ridha Dalam tafsir Al-Manar. Sebelum Ibnu Katsi>r, penafsir dan pengamal tasawuf An- Nasafi menjelaskan dalam tafsirnya bahwa’’Allah menerima permohonan Iblis karena dalam permohonan terkandung ujian, sekaligus mendekatkan hati para pencinta Allah, bahwa inilah anugerah Allah bagi yang durhaka kepada-Nya, maka tentu jauh lebih besar anugrah-Nya bagi yang mencintai-Nya’’.27

4. Al-Baidha>wi dan Az-Zamakhshari, juga Sayyid Quthud serta beberapa ulama lain mengambil jalan tengah, dengan menyatakan bahwa kalau dilihat dari permintaanya agar usianya ditangguhkan, maka ini jelas diterima, tetapi kalau dilihat dari permintaanya agar ditangguhkan 26

Shihab, Tafsir al-Misba>h, vol 5, 31

27

Shihab, Tafsir al-Misba>h, vol 5,31

(32)

23

sampai hari kebangkitan, sebagai bunyi ayat yang diabadikan antara lain oleh (QS. Al-Hijr[15]: 36), maka doanya tidak diterima. Karena menurut kedua ulama itu, hari pembangkitan adalah hari peniupan sangkakalah untuk kedua kalinya dimana manusia bangkit dari kubur sebab hari yang maklu>m/diketahui(ditentukan) adalah hari peniupan pertama, dimana manusia yang masih hidup ketika secara serentak meningal didunia. Memang dalam surat Al-Hijr permintaan Iblis adalah, agar ditangguhkan sampai hari kebangkitan dan disana Allah menyatakan bahwa ia termasuk mereka yang ditangguhkan, sampai waktu yang maklu>m, Yakni yang diketahui/ ditentukan Allah. (QS. Al-Hijr[15]:8),28

28

Shihab, Tafsir al-Misba>h, vol 5,. 32

(33)

BAB III

M. QURAISH SHIHAB DAN TAFSIR AL MISBAH

A. Biografi Singkat M. Quraish Shihab dan karya-karyanya

1. Biografi Singkat M. Quraish Shihab

Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab, mempunyai nama lengkap Muhammad Quraish Shihab, dia lahir di Rappang, Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Februari 1944.1Ia termasuk alumni Ja>mi‘at al-Khair, suatu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang mengedepankan gagasan-gagasan keislaman moderat. Selain sebagai guru besar dalam bidang tafsir, ia juga pernah menduduki jabatan sebagai rektor IAIN Alauddin dan tercatat sebagai salah satu pendiri Univeritas Islam Indonesia (UII) di Ujung Pandang.2 Menurut pengakuan Shihab, selain kesibukannya sebagai seorang akademisi, ayahnya sejak muda juga terbiasa berwiraswasta.3

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di Ujung Pandang, M. Quraish Shihab melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang sambil nyantri di pesantren Da>r al-Hadith al-Fiqhiyah pada 1958. Dia berangkat ke Kairo-Mesir dan diterima di kelas II Tsanawiyah al-Azhar pada 1967, dia meraih gelar Lc (S1) pada Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadis Universitas al-Azhar. Kemudian melanjutkan pendidikan Strata 2 (S2) di Fakultas yang sama dan pada tahun 1969 meraih gelar M.A. untuk spesialisasi bidang tafsir al-Qur’an dengan Tesis

1

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2007), 6. 2

Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia: Dari Hermeneutika hingga Ideologi

(Bandung: Teraju, 2002), 80.

(34)

25

berjudul al-I’jaz at-Tasryri’i al-Qur'an al-Karim (kemukjizatan Qur'an al-Karim dari Segi Hukum).4

Sekembalinya ke Ujung Pandang, M. Quraish Shihab dipercaya untuk menjabat sebagia wakil Rektor bidang Akademik Kemahasiswaan di IAIN Alauddin. Selain itu, ia juga diserahi jabatan-jabatan lain baik di dalam maupun di luar kampus.5

Tahun 1984 merupakan babak baru karir M. Quraish Shihab dimulai, saat pindah tugas dari Ujung Pandang ke IAIN Jakarta. Di sini ia aktif mengajar bidang tafsir dan ‘Ulum al-Qur’an di program S1, S2, dan S3 sampai tahun 1998. Dia juga mengajar matakuliah lain seperti hadis, hanya di program S2 dan S3 saja. Selain menjadi Rektor di IAIN Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan 1997-1998), ia juga dipercayai menjadi menteri agama kurang lebih dua bulan di awal tahun 1998 pada kabinet terakhir pemerintahan Soeharto. Sejak tahun 1999 ia diangkat menjadi Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa penuh di Republik Indonesia untuk Negara Republik Arab Mesir dan merangkap Negara Djibauti berkedudukan di Kairo sampai tahun 2002. Sejak itu ia kembali ke tanah air dan konsen menyelesaikan karya tafsirnya dengan judul Tafsir al-Misbah.6

4

Fauzul Iman dkk, al-Qalam Jurnal Keagamaan dan Kemasyarakatan (Serang: Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2004), Vol. 21, 56.

5

Ibid., 57.

(35)

26

2. Karya-karya M. Quraish Shihab

Karya-karya yang telah dihasilkan oleh M. Quraish Shihab adalah sebagai berikut:

1. Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat (Bandung: Mizan, 1992).

2. Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i berbagai Persoalan Umat

(Bandung: Mizan, 1996).

3. Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan(Bandung: Mizan, 1994).

4. Tafsir al-Qqur’an al-Karim: Tafsir Surat-surat Pendek(Bandung: Pustaka Hidayah, 1997).

5. Fatwa-fatwa Quraish Shihab sekitar al-Qur’an dan Hadits(Bandung:

Mizan, 1999).

6. Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan(Bandung: Mizan, 1994).

7.

Tafsir Al-Misba>h: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'a>n (Jakarta: Lentera Hati, 2002).

8. Yang Tersembunyi (Jakarta: Lentera Hati, 2000).

9. Menabur Pesan Ilahi, Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat(Jakarta: Lentera Hati, 2006).

10.Dan masih banyak yang lain.7

(36)

27

B. Kontribusi Muhammad Quraish Shihab Terhadap Perkembangan Kajian

Tafsir di Indonesia

Sebagaimana disiplin ilmu yang lain, kajian tafsir Al-Qur’an juga mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, bahkan cukup pesat dan mengagumkan. Dahulu orang hanya mengenal karya-karya ulama klasik dalam penafsiran Al-Quran, seperti Jami’ul Bayan fi tafsirul Qur’an atau lebih dikenal Tafsir At-Thobary karya Ibnu Jarir At-Thobary8, Ibnu Qoyyim dalam bukunya At-Tibyan fi Aqsamil Al-Qur’an, Abu Ja’far An-Nukhas dengan Nasih wal Mansukh, Al-Wahidi Dengan Asbabun Nuzul dan Al-Jassos dengan Ahkamul Qur’annya.9Namun pada abad ke 19 dan ke 20 ini, masyarakat bisa menemukan banyak kitab tafsir yang disusun oleh para cendekiawan muslim dengan berbagai corak dan metodenya masing-masing yang berbeda satu sama lain seperti Tafsi>r al-Maraghi karya Mustafa al-Maraghi, Tafsi>r Fi D}ilali al-Qur’an karya Syyid Qut}ub, Tafsi>r al-Mana>r karya Muhammad Abduh dan Rasyid rid}a dll.

Khusus di Indonesia, perkembangan kajian tafsir cukup mengagumkan. Pada masa awal telah dikenal beberapa kitab tafsir, antara lain: Tafsir al-Muni>r, karya Imam Nawawi al-Bantani. Turjuman al-Mustafi>d karya Abdul Rauf al-Singkli yang ditulis pada pertengahan abad ke 17. Upaya rintisan ini kemudian diikuti oleh Munawwar Khalil dengan karyanya Tafsir Al-Qur’an Hidayatur Rahman, A. Hassan dengan karyanya Al-Furqan yang ditulis pada tahun 1928 di Bandung. Mahmud Yunus dengan Tafsirnya Tafsir Al-Quran Indonesia yang

8

M. Hasbi Ash Shiddieqy. Sedjarah dan Pengantar Ilmu al-Quran/Tafsir. (Jakarta: Bulan Bintang, 1972), 237.

(37)

28

ditulis pada tahun 1935, Hamka dengan tafsirnya Tafsir Al-Azhar, Zainuddin Hamid dengan karyanya Tafsir Al-Qur’an yang ditulis pada tahun 1959. Iskandar Idris karyanya Hibarna, Kasim Bakri dengan karyanya Tafsir Qur’anul Hakim yang ditulis pada tahun 1961, KH. Bisri Mustafa mengarang kitab tafsir yang bernama Tafsi>r Al-Ibri>z yang ditulis pada tahun 1960 dan R. Muammad Adnan dengan karyanya Al-Qur’an Suci Basa Jawi yang ditulis pada tahun 1969.10

Dibandingkan dengan mufasir lain, Muhammad Quraish Shihab merupakan ulama dan mufasir yang lebih populer dan digemari banyak masyarakat. Seorang ulama yang cukup santun dan luwes. Ide dan gagasannya disampaikan dengan bahasa yang sederhana, tetapi tetap lugas daan rasional. Dari analisa terhadap karya-karyanya, sebagian orang menyimpulkan bahwa ia secara umum mempunyai karakteristik rasional dan moderat.11

Penulis Tafsir al-Misba>h pun mendapat banyak pengakuan dan pujian dari beberapa intelektual muslim lain. Yang demikian karena kontribusinya dalam kajian keislaman, Khususnya Tafsir Al-Qur’an. Di antara pujian tersebut adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Abuddin Nata, Bahwa Muhammad Quraish Shihab adalah penafsir nomor wahid-untuk saat ini- di seluruh Asia Tenggara.12

Pujian terhadap M.Quraish Shihab juga dikemukakan oleh para tokoh di Indonesia yang lain seperti KH. Abdullah Gymnastiar – Aa Gym yang mengatakan bahwa Setiap kata yang lahir dari rasa cinta, pengetahuan yang luas

10

Taufiq Adnan Amal “pengantar” dalam Rekontruksi sejarah Al-Qur’an, (Yogyakarta: FkBA, 2001), xvi.

11

Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Press, 2005), 365

(38)

29

dan dalam, serta lahir dari sesuatu yang telah menjadi bagian dirinya niscaya akan memiliki kekuatan daya sentuh, daya hunjam dan daya dorong bagi orang-orang yang menyimaknya. Demikianlah yang saya rasakan ketika membaca tulisan dari guru yang kami cintai, Prof. Dr. M. Quraish Shihab.13

Ir. Shahnaz Haque juga memuji M.Quraish Shihab dengan mengatakan bahwa Membaca buku-buku M. Quraish Shihab, kita sangat beruntung karena pakar ini berani dan mampu membuka kerang dan menunjukkan mutiara-mutiara yang ada di dalamnya, hal yang memang dicari oleh umat yang sedang dahaga akan bantuan serta keindahan.14

Pujian terhadap M. Quraish Shihab juga dikemukakan oleh Howard Federspil dalam karyanya yang sudah diterjemahkan oleh Tajul Arifin yakni Kajian Al-Qur’an di Indonesia: Dari Mahmud Yunus hingga Quraish Shihab. Howard mengatakan bahwa Muhammad Quraish Shihab adalah mufasir Indonesia yang terdidik peling baik di antara mufasir lain.15

Kapasitas Muhammad Quraish Shihab sebagai intelektual Islam kenamaan dan seorang mufasir abad ke 20 dan ke 21 tidak hanya diakui di Indonesia. Terbukti dengan perhatian seorang intelektual muslim Al-Jazair, Muhammad Arkoun terhadap Muhammad Quraish Shihab. Ketika mendengar bahwa Muhammad Quraish Shihab akan menulis Tafsir Al-Qur’an dengan metode

13

“Riwayat Hidup Quraish Shihab”,http://rasailmedia.com/index.php/en/13-artikel/7-tafsir-al-misbah-karya-muhammad-quraish-shihab#sthash.dGssGhwn.dpuf(Sabtu,16 Mei 2015 pukul 10:00)

14 Ibid. 15

(39)

30

Maudhui, Muhammad Arkoun menyampaikan pesan kepadanya agar tetap tawadhu’ dan rendah hati.16

Kontribusi Muhammad Quraish Shihab dalam perkembangan tafsir di Indonesia tidak sebatas pada karya-karyanya dalam kajian Al-Qur’an, khususnya tafsir monumentalnya yakni Tafsir Al-Misba>h. Lebih dari itu kontribusinya dalam membangun dan mengembangkan pola pembelajaran tafsir Al-Qur’an di perguruan tinggi juga besar dan patut diperhitungkan, bahkan oleh beberapa kalangan beliau dianggap sebagai tokoh yang mengembangkan metode maud}u>’i di Indonesia dengan merujuk pada kerangka –bangun Al-Farmawi17 yang akhirnya terciptalah suatu karya yaitu Wawasan Al-Qur’an.

C. Mengenal Tafsir al-Misba>h Secara Konprehensif

Setelah pembahasan mengenai biografi Muhammad Quraish Shihab, pada bagian berikut ini akan dipaparkan tentang Tafsir al-Misb>ahitu sendiri, yang menjadi obyek utama penelitian ini. Beberapa hal yang akan dipaparkan mengenai tafsir al-Misba>h meliputi kronologis penulisannya, nama yang dipilih, bentuk dan curak hingga karakteristiknya.

1. Kronologis dan Motivasi Penyusun Tafsir Al-Misba>h

Segala sesuatu yang muncul dan lahir ke dunia ini pasti memiliki kronologis dan sejarahnya masing-masing, karena pada dasarnya tidak ada sesuatu yang hampa sejarah, semuanya mempunyai latar belakang. Begitupun dengan penulisan Tafsir al-Misba>h.

16

Shihab, Wawasan Al-Qur’an, xiv 17

Islah Gusmian, khazanah Tafsir Indonesia, dari Hermeunetika hingga Idiologi, (Jakarta:

(40)

31

Sejarah penulisan tafsir al-Misbah berbeda dengan tafsir-tafsir yang lain, seperti Tafsir fi d}ila>lil Qur’a>n yang penulisannya dilakukan di penjara.18 Begitu juga tafsir Al-Azhar yang penulisannya dilakukan oleh Buya Hamka di penjara pada masa orde lama kurang lebih dua tahun.19 Sedangkan penulisan Tafsir al-Misba>h dilakukan oleh penulisnya di luar penjara dan dalam keadaan sudah berkecukupan dengan berbagai fasilitas yang memadai.20

Penulisan Tafsir al-Misba>h oleh M. Quraish Shiahb pada daasarnya tidak dapat dipisahkan dengan sejarah masa kecilnya. Pada masa itu, Sang ayah selalu menanamkan kepadanya rasa cinta terhadap Al-Qur’an dengan cara mengajarinya dan menelaah Al-Qur’an beserta tafsirnya. Sehingga ia melanjutkan pendidikannya ke Malang –mengenai perjalanan akademik M.Quraish Shihab sudah dijelaskan di awal bab ini- Setelah menyelesaikan pendidikannya dan menjadi seorang ulama, ia pun menulis berbagai karya ilmiah dalam berbagai bidang. Dan pada saat menjadi Dubes Indonesia untuk Mesir, Jibouti dan Somalia ia mulai menulis dan menyusun Tafsir al-Misba>h di Kairo Mesir dan selesai di Indonesia pada tahun 2003.21

Adapun motivasi uatama penulisan Tafsir al-Misba>h adalah sebagai wujud tanggungjawab moral seorang ulama/ intelektual muslim, untuk membantu umat dalam memahamai kitab suci mereka (Al-Qur’an). Hal ini

18

Lihat Sayyid Qut}ub, Tafsir Fi> D}ila>lil Qur’a>n, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), pada bagian biografi, 406-407

19

Lihat Hamka, Tafsir Al-Azhar, vol. 1 (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1971), 42 20

M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), 310

(41)

32

terekam dari apa yang ia sampaikan dalam muqaddimah tafsirnya, “Adalah kewajiban para ulama untuk memperkenalkan Al-Qur’an dan menyuguhkan pesan-pesannya sesuai dengan kebutuhan”.22 Ini dikuatkan lagi dengan apa yang ia sampaikan dalam bukunya yang lain, yaitu membumikan Al-Qur’an. Dalam karya tersebut ia mengatakan:

“Oleh karena itu, kebutuhan akan penafsiran atas kalam Ilahi terasa sangat mendesak, mengingat sifat redaksinya yang beragam, yakni ada yang jelas dan rinci, tetapi ada pula yang samar dan global. Jangankan yang samar, yang jelas sekalipun masih membutuhkan penafsiran.”23

Yang demikian dikuatkan dengan pernyataannya dalam muqaddimah Tafsir al-Misba>h,

Mufassir dituntut untuk menjelaskan nilai-nilai itu sejalan dengan perkembangan masyarakat yang dijumpainya. Kendati demikian, nilai-nilai yang diamanatkannya dapat diterapkan pada setiap situasi dan kondisi.

Disamping itu, mufasir dituntut pula untuk menhapus kesalahpahaman terhadap Al-Qur’an atau kandungan ayat-ayatnya, sehingga pesan-pesan Al-Qur’an diterapkan dengan sepenuh hati dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.24

Dari beberapa uraian yang disampaikannya tersebut, dengan jelas terdokumentasikan apa yang menjadi faktor pendorong atau motivasi serta tujuan utama penulisan Tafsir Al-Misbah. Sebagaimana yang kami sebutkan di atas, bahwa pada dasarnya setiap karya tidak akan lepas dari keinginan dan harapan penulisnya, yaitu membantu memberikan penjelasan atas

ayat-22

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misba>h pesan, kesan, dan keserasian Al-Quran vol 1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vii

23

Shihab, Membumikan al-Qur’an, 16

(42)

33

ayat Al-Qur’an sehingga Al-Qur’an dapat dipahami makna dan kandungnnya oleh masyarakat luas, untuk kemudian dilaksanakan dan diamalkan.

2. Pemilihan Nama “Tafsir al-Misba>h

Nama populer tafsir karya Muhammad Quraish Shihab ini adalah “Tafsir al-Misba>h”, yang sebenarnya memiliki nama panjang “Tafsir al-Misba>h: Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an”. Pemberian nama tersebut tentunya telah melalui sebuah proses panjang dan pertimbangan-pertimbangan yang masak.

Kata Al-Misba>h berasal dari bahasa Arab yang memiliki makna “Penerang” (lampu), yang dalam bahasa jawa disebut dengan lentera atau pelita. Banyak para peneliti yang berkomentar mengenai pemberian nama terhadap karya M. Quraish shihab ini, seperti Hamdani Anwar yang menghubungkan nama al-Misba>h dengan rubrik yang ia asuh selama beberapa tahun dalam harian umum Pelita dengan nama “Pelita Hati”. Sebagian yang lain juga menghubungkannya dengan nama penerbit buku miliknya yang bernama “Lentera Hati”, yang juga menjadi penerbit dari tafsir al-Misba>h itu sendiri.25

Sebagian peneliti yang lain mengemukakan, bahwa pemberian nama Tafsir al-Misba>h adalah sebuah inspirasi atas pembacaan dan perenungan M. Quraish Shihab terhadap ayat Al-Qur’an yakni surat Al-Nur ayat 35 yang berbunyi:

25

Hamdani Anwar, Telaah Kritis Terhadap Tafsir al-Misba>h, Mimbar Agama dan

(43)

34

رﻮ ﷲ

ﺔ ﺎ ز ﻲﻓ حﺎ ْﺼ ْ ا حﺎ ْﺼ ﺎﮭ ﻓ ةﺎ ْ هرﻮ ضْرﻷاو تاﻮ ﺴ ا

ﺔ ْﺮ و ﺔ ْﺮ ﺔ ﻮ ْ ز ﺔ رﺎ ةﺮ ْ ﺪ ﻮ ﱞيرد ْﻮ ﺎﮭ ﺄ ﺔ ﺎ ﺰ ا

ْ ْﻮ و ءﻲﻀ ﺎﮭ ْ ز دﺎ

ءﺎ ْ هرﻮ ﷲ يﺪْﮭ رﻮ ﻰ رﻮ رﺎ ﮫْﺴﺴْ

ءْﻲ ﷲو سﺎ لﺎ ْ ﻷا ﷲ بﺮْﻀ و

“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi, perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkah, (yaitu) pohon Zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur (sesuatu) dan tidak pula disebelah barat(nya), yang minyaknya hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahanya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”26

Kata “al-Misba>h” sendiri hanya disebut dalam Al-Qur’an sebanyak dua kali, dan keduanya ada dalam ayat ke 35 surah Al-Nur tersebut. Sangat beralasan apabila Muhammad Quraish Shihab mengambil kata “al-Misba>h” dari surat Al-Nur tersebut menjadi nama dari karya tafsirnya. Alasan lain yang disampaikan para peneliti adalah berkolerasi dengan tujuan utama penulis “Tafsir al-Misba>h” itu sendiri, yakni sang penulis –Muhammad Quraish shihab- yang memiliki harapan agar tafsirnya dapat menjadi lampu (pelita), penerang bagi umat secara luas dalam memahami agamanya dan menjadi petunjuk dalam seluruh aspek kehidupan.27

Dari semua uraian tersebut di atas dapat disimpulakan, bahwa pemberian nama “Tafsir al-Misba>h” oleh M. Quraish shihab merupakan harapannay agar tafsirnya tersebut dapat menjadi pelita, penerang di waktu

26

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: STGMA, 2010), 354.

(44)

35

gelap, memberikan petunjuk bagi umat manusia dalam mengarungi kehidupan. Sebagaimana yang dituliskan beliau dalam muqaddimah tafsirnya:

“Hidangan ini membantu manusia memperdalam pemahaman dan penghayatan tentang Islam dan merupakan pelita bagi umat Islam dalam mengahadapi persoalan hidup.”28

Selanjutnya ia juga mengatakan:

“Kalau dahulu orang berbicara tentang bukti kebenaran Al-Qur’an dari segi keindahan sastra bahasanya, atau isyarat-isyarat ilmiah yang dikandungnya, maka kini, kita harus menjadikan bukti kebenarannya adalah kemampuannya memberi petunjuk dan menyelesaikan problem masyarakat, karena Al-Qur’an pada hakikatnya turun untuk membimbing mannusia, baik secara individu maupun kolektif.”29 3. Bentuk, Metode dan Karakteristik Tafsir al-Misba>h

Tafsir al-Misbah ini bila ditinjau dari bentuk penafsirannya, penulisnya lebih menonjolkan bentuk bi al- ra’yi dari pada bi al-Ma’thur.30 Yang demikian terlihat jelas dari cara penulisannya yang menjabarkan dan memberikan penjelasan setiap ayat yang ia tafsir, di mana penggunaan rasio/ logika lebih dikedepankan. Seperti saat menafsirkan masalah ‘ArsyM. Quraish Shihab mengatakan dalam tafsirnya:

Merupakan suatu yang lumrah sejak dahulu kala, bagi para penguasa atau hakim atau siapapun yang menjadi sumber rujukan orang lain, bahwa mereka meiliki tempat duduk yang berbeda dengan orang lain, baik dalam bentuk permadani atau tempat bersandar atau bahkan semacam balai-balai. Yang paling terhormat adalah tempat duduk raja yan dinamai ‘Arsy/ singgasana. Peringkat bawahnya adalah kursi, yang digunakan untuk menunjuk tempat duduk raja atau

28

Shihab, Tafsir al-Misba>h, vol.1, v 29

M. Quraish Shihab, menabur Pesan Ilahi, 95 30

Mengenai istilah ini penulis mengacu pada pendapat Nasruddin Baidan. Lihat Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

(45)

36

siapa yang di bawah peringkat raja,lalu makna tersebut berkembang sehingga kekuasaan raja pun dinamai ‘Arsy. Pemilik ‘Arsy, memagang kendali pemerintahan dan kekuasaan dan semua merujuk kapadanya. Sebagai contoh, setiap masyarakat terlibat dalam berbagai persoalan sosial, politik, ekonomi, militer, dan lain-lain. karena banyak dan bercabangnya aspek-aspek tersebut, maka setiap aspek ditangani oleh kelompok, dan kelompok ini mempunyai hirarki dan kursi sesuai dengan kemampuan atau bobot masing-masing. Yang di bawah harus mengikuti ketetapan yang di atasnya, demikian seterusnya. Hirarki ini, harus terpelihara, karena perbedaan yang ada bila tidak disatukan dalam satu tujuan dan diserasikan atau dikoordinasikan oleh satu kendali, pastilah akan kacau. Dari sini masyarakat maju mengatur kegiatan-kegiatan yang beraneka ragam – ragam dengan ragam- masing-masing ada kursinya dan berbeda-beda pula tingkat dan nilainya. Ia dimulai dari yang kecil, kemudian yang (kecil) ini tunduk di bawah kursi yang lebih besar, dan ini pun demikian, sampai akhirnya pemilik kursi/ kekuasaan besar tunduk pada pemilik ‘Arsy.

Demikian juga ada kursi buat kepala Desa, Camat, Bupati, Gubernur, Menteri dan Presiden.Demikian itulah kejadian-kejadian juz’i yang terlihat sehari-hari dan semua kejadian itu merujuk kembali kepada Allah swt sebagai pemilik penguasa dan pengatur alam semesta ini.

Tetapi perlu dicatat, bahwa Allah yang duduk di kursi/ ‘Arsy yang tertinggi itu keadaan dan pengaturan-Nya terhadap alam raya. Berbeda dengan makhluk penguasa, misalnya manusia dalam kehidupan bermasyarakat manusia yang duduk di atas kursi tidak mengetahui dan tidak juga mengatur secara rinci apa yang dikuasai oleh pemilik kursi yang berada di bawahnya , adapun Allah swt., maka Dia mengetahui dan mengatur secara rinci apa yang ada di bawah kekusaan dan pengaturan pemilik kursi-kursi yang di bawahnya. Inilah menurut M. Quraish Shihab yang dimaksud dengan Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia yang menciptakan dan Dia pula yang mengatur segala sesuatu.31

Dalam tafsir Al-Misbah ini, metode yang digunakan Quraish Shihab tidak jauh berbeda dengan Hamka, yaitu menggunakan metode tahlili (analitik), yaitu sebuah bentuk karya tafsir yang berusaha untuk mengungkap kandungan al-Qur'an, dari berbagai aspeknya, dalam bentuk ini disusun

(46)

37

berdasarkan urutan ayat di dalam al-Qur'an, selanjutnya memberikan penjelasan-penjelasan tentang kosa kata, makna global ayat, kolerasi, asbabun nuzul dan hhal lain yang dianggap bisa membantu untuk memahami al-Qur'an.32

Pemilihan metode tahlili yang digunakan dalam tafsir al-Misbah ini didasarkan pada kesadaran Quraish Shihab bahwa metode maudu'i yang sering digunakan pada karyanya yang berjudul "Membumikan Al-Qur'an" dan "Wawasan Al-Qur'an", selain mempunyai keunggulan dalam memperkenalkan konsep al-Qur'an tentang tema-tema tertentu secara utuh, juga tidak luput dari kekurangan. Menurut Quraish Shihab, al-Qur’an memuat tema yang tidak terbatas seperti yang dinyatakan Darraz, bahwa al-Qur'an itu bagaikan permata yang setiap sudutnya memantulkan cahaya. Jadi dengan ditetapkannya judul pembahasan tersebut berarti yang akan dikaji hanya satu sudut dari permasalahan Dengan demikian kendala untuk memahami al--Qur'an secara komprehensip tetap masih ada.

Akan tetapi dalam tafsir al-Misbah ini M. Quraish Shihab juga menggunakan metode Maudlu’i yakni,metode mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas satu tema tersendiri, menafsirkannya secara global dengan kaidah-kaidah tertentu dan menemukan rahasia yang tersembunyi dalam Al-Qur’an. Selanjutnya, dalam menggunakan tafsir al-Maudhu’i memerlukan langkah-langkah yang pertama, Mengumpulkan ayat-ayat yang membahas topik yang sama, kedua Mengkaji Asbab al-Nuzul dan kosakata

(47)

38

secara tuntas dan terperinci, ketiga mencari dalil-dalil pendukung baik dari Al-Qur’an, hadis maupun ijtihad.33

Hal ini terlihat dari caranya membahas setiap surat atau ayat, yang beliau selalu mengelompokkan ayat-ayat dalam surat sesuai dengan tema tema pokoknya. Misalnya Surat Waqi’ah, aat-ayat dalam surat ini dikelompokkannya kedalam enam kelompok, yang jumlah ayat masing-masing tidak sama, tergantung pada sub topik yang dikandungnya.

Dengan pengelompokkan ini, pembahasan hal yang sama tidak dilakukan dua kali atau berulang, tetapi cukup sekali. Jikapun terjadi pengulangan pembahasan biasanya pembahasan yang kedua relatif lebih singkat dan biasanya sang penulis langsung mengarahkan pembaca untuk melihat kembali pada bagian sebelumnya, atau kepada ayat yang akan dijelaskan lebih rinci di kemudian.

Sebagai contoh, ketika menafsirkan kata Nafs Wa>hidah pada surat Al-A’rafsang penulis hampir tidak menjabarkan sama sekali mengenai penjelasan kata/ lafadz tersebut akan tetapi langsung menunjukkan/ merekomendasikan kepada pembaca untuk kembali kepada ayat pertama surat Al-Nisa’ yang memang memiliki kesamaan tema/ pembahasan, yaitu mengenai penciptaan manusia pertama kali.

Kemudian untuk penafsirannya, ada beberapa langkah yang dapat dilihat dalam tafsir al-Misba>h yang dalam penelitian ini disebut dengan karakteristik. Dalam penafsirannya, M. Quraish Shihab mengambil beberapa

(48)

39

langkah serta mengedepankan aspek-aspek tertentu yang dipandang urgen. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Dimulai dengan penjelasan singkat tentang nama surat, urutan turunnya surat, serta tujuan utama surat tersebut.

b. Mencari munasabah (korelasi) dengan ayat sebelumnya .

c. Terkadang diikuti penjelasan mengenai sebab-sebab turunnya ayat atau Asbab al-Nuzul bagi ayat-ayat yang memilikinya.

d. Penjelasan terhadap potongan ayat/ lafadz yang dianggap penting dan substansial.

e. Penjelasan panjang lebar baik dengan pendapat sendiri maupun dengan mengutip pendapat beberapa ulama lain.

f. Sesekali juga mengutip hadis Nabi yang dianggap sesui dengan pembahasan, dengan penjelasan kwalitas hadis tersebut.

g. Terkadang sang penulis mengambil kesimpulan dari perbedaan pendapat ulama yang ada, namun sering juga membeiarkan perbedaan pendapat tersebut tanpa menyimpulkan atau memilih salah satunya.

4. Corak Tafsir al-Misba>h

(49)

40

berusaha menghuhungkan nash-nash al-Qur'an yang dikaji dengan kenyataan social dan sistem budaya yang ada.34

Corak tafsir ini merupakan corak baru yang menarik pembaca dan menumbuhkan kecintaan kepada al-Qur'an serta memotivasi untuk menggali makna-makna dan rahasia-rahasia al-Qur'an.

Setidaknya ada tiga karakter yang harus dimiliki oleh sebuah karya tafsir bercorak sastra budaya dan kemasyarakatan. Pertama, menjelaskan petunjuk ayat al-Qur'an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan menjelaskan bahwa al-Qur'an itu kitab suci yang kekal sepanjang zaman. Kedua, penjelasan-penjelasan lebih tertuju pada penanggulangan penyakit dan masalah-masalah yang sedang mengemuka dalam masyarakat. Ketiga, disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan indah didengar.35

Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab ini nampaknya memenuhi ketiga persyarakat tersebut. Sehubungan dengan karakter yang disebut pertama, misalnya, tafsir ini selalu menghadirkan akan petunjuk dengan menghubungkan kehidupan masyarakat dan menjelaskan bahwa al-Qur'an itu kitab suci yang kekal sepanjang zaman, seperti yang telah ditafsirkan pada surat al-Mu'minun 5-7 sebagai berikut:

“Budak-budak wanita yang tersebut di atas, kini tidak ada lagi pembantu-pembantu rumah tangga atau tenaga kerja wanita yang bekerja atau dipekerjakan di dalam, atau diluar negeri, sama sekali tidak dapat dipersamakan dengan budak-budak pada masa itu, ini karena Islam hanya merestui ada perbudakan melalui perang, itupun

34

Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta: AMZAH, 2014), 193-194

(50)

41

jika peperangan itu perang agama dan musuh menjadi tawanan kaum muslimin menjadi budak-budak. Sedangkan pada pekerjaan wanita itu adalah manusia-manusia merdeka, kendati mereka miskin dan butuh pekerjaan. Disisi lain, walau perbudakan secara resmi tidak dikenal lagi oleh umat manusia dewasa ini, namun itu bukan berarti ayat di atas dan semacamnya, tidak relevan lagi ini karena al-Qur'an diturunkan tidak hanya untuk putra putri abad lalu, tetapi ia diturunkan untuk umat manusia sejak abad ke VI sampai akhir zaman. Semua diberi petunjuk dan semuanya dapat menimba petunjuk sesuai dengan kebutuhan dan kebutuhan zamannya. Masyarakat abad ke VI menemukan budakbudak wanita, dan bagi mereka lantunan ini diberikan. Al-Qur'an akan terasa kurang oleh mereka, jika petunjuk ayat ini tidak mereka temukan. Di lain segi kita tidak tahu perkembangan yang belum dapat kita jaga dewasa ini, ayat-ayat ini atau jiwa petunjuknya dapat mereka jadi rujukan dan kehidupan mereka”.36

Dari kutipan yang panjang di atas, jelas sekali bahwa Quraish Shihab tidak menginginkan adanya anggapan bahwa kitab suci al-Qur'an menjadi petunjuk hanya sewaktu saja. Disini M. Quraish Shihab membedakan antara budak dengan pembantu rumah tangga yang dipekerjakan di dalam atau diluar negeri. Quraish Shihab menjelaskan walaupun sekarang sudah tidak ada budak bukan berarti ayat ini sudah tidak relevan lagi. Lagi-lagi, dapat saya katakan di sini bahwa corak tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab bercorak adabi ijtima’i, yaitu corak tafsir yang lebih mengedepankan sastra budaya dan kemasyarakatan.

5. Tafsir al-Misbah di Tengah Belantara Kitab Tafsir Nusantara

Kajian tafsir Al-Qur’an di Indonesia setidaknya dimulai oleh para ulama Nusantara-melayu, khususnya ulama Aceh pada awal abad XVI. Dan karya ulama Aceh yang berupa manuskrip yang sekarang berada di museum

36

Shihab, Tafsir Al-Misbah,vol.6, 157

(51)

42

di salah satu perguruan tinggi di Belanda. Perkembangan kajian tafsir di Indonesia pun mengalami perkembangan pesat pada masa-masa berikutnya. Perkembangannya tidak hanya terjadi di Aceh tetapi juga merambah ke wilayah lain di Nusantara, dengan berbagai ciri dan lokalitasnya masing-masing. Sebagai contoh adalah Turjuman Mustafid karya Abd Rauf al-Singkli danAl-Ibriz karya KH. Bisri Mustofa dari Rembang jawa tengah dengan ciri berbahasa daerah yakni bahasa jawa.

Pada abad ke 20, banyak bermunculan tafsir-tafsir yang berbahasa Indonesia seperti, Tafsir Al-Furqan karya Ahmad Hassan, kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah karya Munwwar Khalil. Tafsir Al-Qur’an Indonesia karya Mahmud Yunus, Tafsir An-Nur karya Hasbi al-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an karya Zainuddin Hamid, Tafsir Al-Al-Qur’anul Hakim karya Kaasim Bakri, ada juga yang masih menggunakan bahasa jawa yakni tafsir Al-Ibriz karya KH. Bisri Mustofa dan Al-Qur’an Suci bahasa Jawi karya R. Muuhammad Adnan.

Tafsir karya ulama Nusantara periode abad ke 20 ini mencapai puncaknya pada karya Buya Hamka yakni tafsir Al-Azhar yang ditulis pada saat Hamka mendekam dipenjara selama kurang lebih dua tahun. Karya ini diterbitkan sekitar tahun 1966 dan menjadi karya puncak pada masa itu karena setelah Hamka nyaris tidak ada tafsir yang muncul hingga memasuki abad ke 21.

(52)

43

kehidupan masyarakat sekarang, dengan berbagai permasalahan yang lebih ruwet dan komplek.

Akhirnya memasuki abad ke 21 muncullah tafsir yang lengkap yang di tulis oleh Muhammad Quraish Shihab yakni Tafsir al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Yang memiliki kelebihan di antara karya-karya ulama Indonesia terdahulu. Di antara kelebihan tersebut adalah mempu memadukan metode tahlily dan maudhui. Ia membahas dan menafsirkan seluruh ayat dari awal sampai akhir, namun tetap mengelompokkan ayat-ayatnya sesuai dengan tema pokok yang dikandung oleh masing-masing surat.

Selain itu juga pembahasan dalam aspek bahasa yang detail dan mendalam. Analisis sosial masyarakatnya pun cukup menonjol sesuai dengan konteks zaman sekarang.

Dengan berbagai kelebihan yang terdapat pada Tafsir al-Misba>h maka tidak heran jika banyak para pengkaji Al-Qur’an yang menjadikan Tafsir ini sebagai rujukan. Bahkan banyak para tokoh Indonesia yang memuji dan mengagumi tafsir karya M.Quraish Shihab ini,seperti Hj. Khofifah Indar Parawansa mengatakan

“Sistematika tafsir ini sangat mudah dipahami dan tidak hanya oleh mereka yang mengambil studi Islam khususnya tetapi juga sangat penting dibaca oleh seluruh kalangan, baik akademis, santri, kyai, bahkan sampai kaum muallaf.”

Chrismansyah Rahadi – Chrisyejuga mengatakan

(53)

44

Penulisannya sangat komunikatif dan dapat dibayangkan visualisasinya.”

(54)

BAB IV

PENAFSIRAN M. QURAISH SHIHAB TERHADAP

AYAT-AYAT TENTANG IBLIS SEBAGAI MUSUH MANUSIA

A. Ayat-Ayat Tentang Iblis dan Manusia

1. Kelompok Ayat-ayat Makkiyah Surat Al-A’raf ayat 14-15:









Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu Termasuk mereka yang diberi tangguh."1

Munasabah :

Ayat- ayat yang lalu memperingatkan bahwa Allah telah member karunia kepad hamba-Nya dengan menempatkanya diatas bumi dan member sumber-sumber kehidupan, serta semua nikmat dan karunia itu wajib disukuri. Pada ayat berikut ini manusia didalam hidup dan pertumbuhanya menuju kesempurnaanya selalu digoda setan dan iblis.2

Setelah iblis menyadari bahwa ia telah dikutuk Allah karena keangkuhan dan kedurhakaan yang lahir dari kedengkianya kepada Adam as., maka kedurhakaanya makin menjadi-jadi. Terbukti ia tidak memohon ampun, tidak juga minta ditinggikan derajatnya, tetapi ia berkata yakni bermohon untuk- guna

1

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: STGMA, 2010), 152.

(55)

46

menjerumuskan manusia- beri tangguhlah saya, yakni panjangkan usia saya ke satu waktu yang lama sampai waktu mereka yakni semua manusia dibangkitkan dari kubur, yakni hari Kiamat. Dia yakni Allah swt. Berfirman untuk memenuhi harapanya, atau bukan untuk memenuhinya tetapi demikian itu ketetapan-Nya sejak semula bahwa Sesunguhnya hai iblis, engkau termasuk mereka yang diberi tangguh sampai hari yang telah ditentukan, tetapi setelah itu engkau harus mati dan mempertanggung jawabkan amal usahamu.3

Cukup banyak ulama tafsir ketika membicarakan ayat ini membahas apakah permohonan Iblis dikabulkan Allah dan sampai kapan usianya ditangguhkan oleh Allah. Al- Imam Ibn Jarir at- Thabari, tokoh utama penafsir masa lampau menegaskan bahwa Allah tidak mengabulkan permohonanya. Permohonanya baru dapat dikatakan terkabul/dipenuhi seandainya Allah berfirman kepadanya ’’Engkau termasuk yang ditangguhkan sampai waktu yang engkau minta, atau sampai hari kebangkitan, atau sampai hari mereka dibangkitkan dan lain-lain yang dapat menunjukkan bahwa permohonanya menyangkut penangguhan itu diterima Allah’’. Demikian At- Thabari yang diikuti pendapatnya oleh sekian ulama. Tha>hir bin As>yu>r berpendapat serupa, dan inilah- tulisanya- yang menjadikan ayat ini menyatakan’’Engkau termasuk kelompok mereka yang ditangguhkan’’. Jawaban ini adalah informasi tentang suatu yang telah ditetapkan sebelumnya. Iblis terlalu hina untuk diterima Allah permohonan-nya.4

3

Shihab, Tafsir al-Misba>h, vol 5, 31

(56)

47

Ibnu Katsi>r lain pula pandanganya.’’Allah memperkenankan apa yang dimohonkanya karena adanya hikmah, iradah dan kehendak yang tidak dapat ditolak dan Dia Maha cepat perhitungan-Nya’’demikian Ibnu Katsi>r Dalam tafsirnya yang dikutip dan dibenarkan oleh Sayyid Muhammad Rasyid Ridha Dalam tafsir Al-Manar. Sebelum Ibnu Katsi>r, penafsir dan pengamal tasawuf An- Nasafi menjelaskan dalam tafsirnya bahwa’’Allah menerima permohonan Iblis karen

Referensi

Dokumen terkait

Buku ini berbeda dengan kajian yang penulis lakukan, karena kajian ini lebih mendalam dan hanya mengambil satu tema yakni Konsepsi kehidupan manusia dalam al-Qur’an, pengklasifikasian

hikmah dapat dipahami sebagai cara yang digunakan dalam proses pendidikan Islam untuk. tercapainya tujuan pendidikan Islam secara umum yakni dengan kebijaksanaan,