• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QURAN SURAT AL MAIDAH AYAT 67 DAN AL NAHL AYAT 125 ( KAJIAN TAFSIR AL MISBAH) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QURAN SURAT AL MAIDAH AYAT 67 DAN AL NAHL AYAT 125 ( KAJIAN TAFSIR AL MISBAH) SKRIPSI"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENDIDIKAN ISLAM

DALAM PERSPEKTIF AL QURAN SURAT AL MAIDAH

AYAT 67 DAN AL NAHL AYAT 125

( KAJIAN TAFSIR AL MISBAH)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

MOCHAMAD MANGSUR

NIM 11110077

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

SKIRPSI

METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QURAN SURAT AL

MAIDAH AYAT 67 DAN AL NAHL AYAT 125 (KAJIAN TAFSIR AL MISBAH)

DISUSUN OLEH MOCHAMAD MANGSUR

NIM : 111 10 077

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 Maret 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna

memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Drs. A. Bahrudin. M.Ag _______________

Sekretaris Penguji : M. Ghufron, M.Ag _______________

Penguji I : Muna Erawati, M. Psi _______________

Penguji II : Dr. M. Zulfa, M.Ag _______________

Salatiga, 10 April 2015 Dekan

FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M. Pd

NIP. 19670112 199903 1 002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

(4)

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Mochamad Mangsur

NIM : 111 10 077

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

Salatiga, 9 Januari 2015

Yang Menyatakan,

(5)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunnya maka skripsi Saudara:

Nama : Mochamad Mangsur

NIM : 111 10 077

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF

AL QURAN SURAT AL MAIDAH AYAT 67 DAN AL

NAHL AYAT 125 ( KAJIAN TAFSIR AL MISBAH)

telah kami setujui untuk dimonaqosyahkan.

Salatiga, 9 Januari 2015

Pembimbing

M. Ghufron, M. Ag

(6)

MOTTO

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

(7)

PERSEMBAHAN

Teruntuk Ibuku tercinta ( Ibu Rusyati) terimakasih namaku selalu engkau sebut

dalam setiap doa-doamu selama ini, pengorbanan yang tiada pernah terhenti walaupun

aku tahu tubuhmu sudah cukup letih untuk tetap bekerja demi anakmu dan keluargamu,

kasih sayang yang tak pernah bisa tergantikan oleh apapun, semoga selalu diberi

kekuatan, kesehatan, dan umur panjang. Bapakku (Bapak Nur Rochmad) yang telah dulu

mendahului kami, teriring doa semoga dalam rahmat dan ampunan Allah SWT. selalu

menyertaimu sehingga menjadikan lapangnya kuburmu. Terimakasih telah menjadi

orang tua terbaik dan sempurna di dunia ini untuk kami anak-anakmu.

Terimakasih untuk keluarga besarku, saudaraku, keponakan-keponakanku yang

selalu membesarkan hatiku, sahabatku, dan perempuan yang selalu menemani,

memahami, dan membantu setiap kesulitan diriku maupun keluargaku. Terucap kasih

dan sayang untuk kalian semua.

Semua ini aku persembahkan untuk mereka yang selalu membimbingku,

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Metode Pendidikan Islam dalam Perspektif Al Quran Surat Al Maidah Ayat 67 dan Al Nahl Ayat 125 (Kajian Tafsir Al Misbah)”. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana S1

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak

akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Bapak Rasimin, SPd.I, M.Pd Selaku Ketua Program Studi PAI IAIN Salatiga.

4. Bapak M. Ghufron M. Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan motivasi, bimbingan, pengarahan, dan sumbangan pemikiran dalam

masa bimbingan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra.Siti Farikhah,M Pd.Selaku dosen pembimbing akademik.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan bagian akademik IAIN

Salatiga.

7. Kyai Ahmad Qomarudin dan Nyai Nurul Hidayah (Pengasuh PonPes Nurul

Musthofa) yang secara terus menerus menjaga dan menata rohaniku

8. Bapak (Nur Rochmad) dan Ibu (Rusyati) yang selalu memberikan dukungan baik

moril maupun materi serta dengan tulus ikhlas tiada henti mendoakan agar dapat

menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

9. Semua teman-teman PAI angkatan 2010 (khususnya PAI B), PPL, dan KKN

yang selalu memotivasi dan saling mendukung agar cepat menyelesaikan

perkuliahan ini.

Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang tentunya

(9)

sumbangan pemikiran pendidikan Islam, berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin…

Salatiga, 9 Januari 2015

Penulis

Mochamad Mangsur

(10)

ABSTRAK

Mangsur, Mochamad. 2015. METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QURAN SURAT AL MAIDAH AYAT 67 DAN AL NAHL AYAT 125 ( KAJIAN TAFSIR AL MISBAH). Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Instutut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Pembimbing. M. Ghufron, M. Ag,.

Kata kunci : Metode Pendidikan Islam, Surat Al Maidah, Surat Al Nahl, dan Tafsir Al Mishbah.

Penelitian ini membahas metode pendidikan Islam dalam ayat Al-Quran khususnya ayat dalam surat Al Maidah dan surat Al Nahl. Fokus penelitian yang dikaji adalah: 1. Bagaimana prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan Islam. 2. Bagaimana metode pendidikan Islam yang ada dalam surat Al Maidah ayat 67 dan surat Al-Nahl ayat 125.

Penelitian ini dikategorikan dalam jenis penelitian kepustakaan (Library Reseach)

atau “kualitatif literal”. Penelitian kepustakaan adalah penelitian dengan mencari dan

mengumpulkan kepustakaan atau bahan-bahan bacaan untuk mencari dan membandingkan naskah atau pendapat para ahli tafsir dan ahli pendidikan tentang metode pendidikan Islam, kemudian dianalisa untuk mendapatkan tujuan penelitian. Secara garis besar penulis menghendaki hasil penelitian ini memberi kontribusi dalam nuansa keilmuan pendidikan berkaitan dengan metode-metode pendidikan Islam, khususnya untuk memberi kemudahan pengajar dalam menunjukkan keberadaan dalil-dalil yang ada dalam Al-Quran berhubungan dengan metode yang digunakan pada proses belajar mengajar.

Hasil penelitian menunjukan bahwa prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan Islam antara lain: Mengetahui motivasi (dorongan batin), kebutuhan dan minat anak didiknya. Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan anak didik. Mengetahui perbedaan-perbedaan karakter individu di dalam anak didik. Metode dalam proses pendidikan memiliki fungsi yang sangat signifikan. Banyak pendapat yang

menyatakan seberapa urgensi dari metode pendidikan seperti “Al-Thariqatu Ahammu min

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Daftar nilai SKK

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 10

C. Rumusan Masalah... 10

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Metode Penelitian ... 12

1. Jenis Penelitian... 12

2. Metode Pengumpulan Data... 12

3. Metode Analisa Data ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 14

(13)

A. Pengertian Metode Pendidikan Agama Islam... 16

B. Fungsi Metode Pendidikan Agama Islam... 19

C. Prinsip Metode Pendidikan Agama Islam... 21

D. Karakteristik Metode Pendidikan Agama Islam.. 33

E. Pendekatan-Pendekatan Metode Pendidikan Agama Islam... 35

F. Macam-Macam Metode Pendidikan Islam... 39

BAB III TAFSIR SURAT AL-MAIDAH AYAT 67 DAN AL-NAHL AYAT 125 DALAM PERSPEKTIF TAFSIR AL-MISHBAH A. Tafsir Al-Mishbah... 64

1. Biografi Mufassir ... 64

2. Sistematika Tafsir Al-Mishbah... 66

B. Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 67 dan Al-Nahl Ayat 125... 70

1. Surat Al-Maidah Ayat 67... 70

a. Penjelasan Ayat... 70

b. Asbabun Nuzul... 72

c. Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 67... 73

d. Kandungan Isi Surat Al-Maidah Ayat 67. 78 2. Sutar Al-Nahl Ayat 125... 80

a. Penjelasan Ayat... 80

b. Tafsir Surat Al-Nahl Ayat 125... 83

c. Kandungan Isi Surat Al-Nahl Ayat 125.... 92

BAB IV METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-MAIDAH AYAT 67 DAN AL-NAHL AYAT 125 MENURUT TASFIR AL-MISHBAH A. Metode Pendidikan Islam dalam Surat Al-Maidah Ayat 67... 94

1. Metode Pendidikan dalam Surat Al-Maidah Ayat 67... 94

(14)

B. Relevansi Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 67 dan

Al-Nahl Ayat 125 dalam Kehidupan Sehari-Hari... 105

1. Surat Al-Maidah Ayat 67... 105

2. Surat Al-Nahl Ayat 125... 107

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 109

B. Saran ... 113

C. Penutup ... 114

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk termulia dari segenap makhluk yang ada di alam ini.

Dalam Al-Quran banyak ditemukan gambaran yang membicarakan tentang manusia

dan makna filosofis dari penciptaanya. Manusia merupakan makhluk-Nya paling

sempurna dan sebaik-baik ciptaan yang dilengkapi dengan akal fikiran (al-Rasyidin,

2005:1). Sebagai makhluk pilihan yang mengemban banyak tugas maka Tuhan

membedakannya dengan makhluk lain seperti hewan, jin, dan malaikat. Di samping

itu manusia juga dibekali bentuk fisik yang sempurna, harmonis dan indah.

sebaik-baiknya”. (Departemen Agama RI, 2007: 903)

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa secara jelas manusia diberi kelebihan

bentuk fisik yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Manusia dilengkapi dengan

pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba, akal atau daya untuk berpikir, dan hati

yang selalu merasakan. Setiap manusia yang diciptakan setidaknya memiliki

kelengkapan tersebut terutama akal dan perasaan. Akal pusatnya di otak dan

fungsinya untuk berfikir. Perasaan pusatnya di hati, fungsinya untuk merasa dan

dalam tingkat yang paling tinggi ia melahirkan “kata hati”. Fungsi fikir dan rasa tidak

(16)

(Djumransyah, 2007:29). Begitu juga dengan orang yang memikirkan sesuatu pasti

juga terlahirah sebuah perasaan tertentu hasil dari akal yang bekerja dalam otak

manusia.

Sebagai makhluk yang Allah sertakan dengan akal dan perasaan maka

manusia memungkinkan untuk mengembangkan dan menghasilkan ilmu pengetahuan

dan seterusnya menghasilkan kebudayaan. Untuk lebih jelasnya akal adalah alat untuk

menuntut ilmu, dan ilmu merupakan solusi dari setiap kesulitan manusia dan untuk

mempertahankan eksistensinya. Dengan demikian Islam memerintahkan untuk

menuntut ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya, agar memiliki pengetahuan yang dapat

digunakan untuk tercapainya menjadi makhluk yang sempurna. Faktor terbesar yang

membuat makhluk manusia itu mulia adalah karena ia berilmu. Ia dapat hidup senang

dan tenteram karena memiliki dan menggunakan ilmunya. Ia dapat menguasai alam

ini dengan ilmunya. Iman dan takwanya dapat meningkat dengan ilmu juga (Darajat,

2011:7). Ilmu juga yang membedakan antara manusia yang dimuliakan dan yang tidak

dimuliakan. mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Departemen Agama RI, 2007:660)

Karena selain secara fisik dan psikologis manusia sebagai makhluk terbaik, ia

(17)

tidak kalah penting adalah menjadi khalifah Allah di muka bumi. Manusia yang diberi

wewenang secara langsung oleh Tuhan untuk mendiami, mengurus, dan mengolah

dengan sebaik-baiknya sehingga dapat dipergunakan untuk kesejahteraan seluruh

umat manusia. Tanggung jawab besar dipikul oleh manusia sebagai khalifah dalam

kaitanya dengan mengurus alam semesta sehingga dapat mengambil manfaat dari

kerja kerasnya.

meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(Departemen Agama, 2007:202)

Manusia sebagai makhluk pedagogik yang memiliki potensi dapat dididik dan

mendidik sehingga memiliki tugas mulia yakni menjadi penguasa, maka dibutuhkan

ilmu pengetahuan yang cukup. Dalam hubungan ini, pendidikan memegang peran

utama untuk mencapai kesempurnaan berfikir. Tidak ada jalan lain selain melalui

proses pendidikan, agar akal pikiran dapat kembali kefitrahnya. Manusia dibekali

fitrah, untuk membedakan yang baik dan buruk (Munir, 2003:25). Dengan kata lain,

manusia yang dianggap sebagai khalifah Allah tidak akan menjunjung tinggi

tanggung jawab kekhalifahannya, kecuali dilengkapi dengan potensi-potensi yang

(18)

itu memiliki karakteristik-karakteristik unik. Atribut pertama yang penting adalah

manusia dilengkapi dengan fithrah yang dimiliki sejak lahir (Abdullah, 1994:56).

Malalui pendidikan manusia juga akan menjadi manusia yang dimanusiakan

sebagai hamba Allah yang mampu mentaati ajaran-ajaran-Nya. Pendidikan adalah

proses untuk menuju kedewasaan seseorang yakni adanya interaksi antara peserta

didik dengan pendidik yang mewariskan pola-pola tingkah laku yang didasarkan pada

tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu setiap situasi pendidikan

harus disesuaikan dengan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai, materi yang akan

diberikan, dan metode yang akan dipergunakan sehingga proses belajar mengajar itu

dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. Sementara itu, pendidikan merupakan

usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan

intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam

membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang

dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai

khalifah Allah SWT., baik kepada Tuhannya, sesama manusia dan sesama makhluk

lainnya (Arief, 2002:41). Sebagai salah satu komponen pokok dalam pendidikan,

metode berperan sangat penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, karena ia

menjadi sarana untuk menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum

pendidikan, agar dapat dipahami oleh peserta didik, dan menjadi pengertian yang

fungsional bagi tingkah lakunya.

Pengertian pendidikan seperti sekarang ini di zaman Nabi belum lazim pakai atau

diketahui, tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan

(19)

ketrampilan berbuat, memberi motivasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang

mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu telah mencakup arti

pendidikan dalam pengertian sekarang. Seperti halnya masyarakat Arab Makah yang

tadinya kafir, musyrik, dan bertabiat buruk, atas usaha dan kegigihan Nabi untuk

mengimankan dan mengislamkan mereka kemudian mereka berubah menjadi

penyembah Allah yang taat dan berakhlak mulia. Dengan demikian Nabi telah

menjadi pendidik yang membina, mendidik, dan mengajar kepribadian masyarakat

Jahiliyah secara tidak langsung untuk membentuk pribadi muslim sesuai Al-Quran

dan keberhasilan beliau sangat diakui dunia pendidikan Islam. Apa yang beliau

lakukan dalam membentuk kepribadian manusia yang mulia, kita rumuskan sekarang

dengan pendidikan Islam. Cirinya adalah perubahan sikap dan perilaku sesuai dengan

petunjuk ajaran Islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat, dan

lingkungan yang menunjang.

Pendidikan merupakan persoalan yang kompleks, menyangkut semua komponen yang

terkandung di dalamnya. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan

Al-Quran dan As-Sunnah selain mempunyai tujuan keilmuan, juga mempunyai tujuan

menjadikan manusia sebagai khalifah yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik

(Arief, 2002:29). Jadi untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dalam

ajaran Islam tidak semudah membalikkan telapak tangan, oleh karena itu perlu adanya

kegigihan, kesungguhan, dan kesabaran dalam menjalankannya serta pandai-pandai

dalam memilih metode yang cocok untuk proses pembelajaran sesuai materi maupun

kondisi dan kebutuhan. Di sinilah pentingnya sebuah metode atau jalan untuk

mencapai sesuatu tujuan yang dikehendaki sehingga Allah SWT. menegaskannya

(20)





Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (Departemen Agama RI, 2007: 150)

Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat

signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer

ilmu pengetahuan/materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih signifikan

dibanding dengan materi sendiri. Sebuah adigum mengatakan bahwa “Al-Thariqat

Ahammu min al-Maddah” (metode jauh lebih penting dibanding materi), adalah

sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta

didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu

menarik. Sebaliknya, materi yang cukup baik, karena disampaikan disampaikan

dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri kurang dapat dicerna oleh

peserta didik (Arief, 2002:39). Hubungan antara metode dan tujuan pendidikan

merupakan hubungan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Tujuan

pendidikan yang telah dirumuskan dapat berhasil dengan baik jika didukung oleh

pemakaian dan pemilihan metode pendidikan yang tepat. Subjek pendidikan juga

perlu memiliki kompetensi yang mahir dalam menerapkannya sehingga peserta didik

dapat belajar dengan senang hati dan proses belajar mengajar menimbulkan kesan

(21)

Tujuan pendidikan Islam tidak hanya sesederhana yang ingin membentuk kepribadian

manusia yang baik tetapi pendidikan Islam menitik beratkan semua aspek pendidikan

agama yang berupa aqidah, syariah, dan akhlak. Kongres se-dunia ke II tentang

pendidikan Islam tahun 1980 di Islamabad menyatakan bahwa: Tujuan pendidikan

Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia

(peserta didik pen.) secara menyeluruh dan seimbang dan yang dilakukan melalui

latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional, perasaan dan

indera. Karena itu, pendidik hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah

peserta didik; aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, dan bahasa, baik secara

individual maupun kolektif; dan mendorong semua aspek tersebut berkembang kearah

kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada

perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas,

maupun seluruh umat manusia (Al-Rasyidin, 2005:38). Dari sangat kompleksnya

tujuan yang akan dicapai maka dibutuhkan juga pendekatan dan metode yang sesuai

dengan materi-materi ajaran Islam yaitu metode-metode pendidikan yang ada dalam

Al-Quran. Metode pendidikan yang disajikan di dalam Al-Quran banyak sekali

variannya. Oleh karena itu, pendidik dituntut untuk dapat memilih dan menggunakan

metode yang mempertimbangkan aspek efektivitasnya dan relevansinya dengan

materi yang disampaikan, akan tetapi realita di lapangan masih banyak sekali kendala

yang dihadapi khususnya pendidik dalam proses penyampaian materi. Dalam

penggunaan metode masih sering ditemui ketidak cocokan antara bahan ajar dengan

cara menyampaikannya maupun penggunaan metode yang kurang variatif.

Al-Quran adalah pedoman untuk seluruh umat manusia, sehingga begitu kompleks

sekali isi kandungannya, juga terdapat banyak sekali metode pendidikan yang terdapat

(22)

Menyadari pentingnya metode yang tepat dalam menyampaikan materi dalam proses

belajar mengajar sehingga mempengaruhi keberhasilan peserta didik maka penulis

terdorong menyusun skripsi yang berjudul METODE PENDIDIKAN ISLAM

DALAM PERSPEKTIF AL QURAN SURAT AL MAIDAH AYAT 67 DAN AL NAHL AYAT 125 (KAJIAN TAFSIR AL-MISHBAH). Judul ini dipilih karena

ketertarikan penulis terhadap nuansa keilmuan dunia pendidikan Islam yang minim

dengan kecakapan tenaga pengajar yang kurang profesional dalam melaksanakan

tugas pengajarannya. Kecakapan guru yang dirasa kurang dalam kaitannya dengan

proses pengajaran salah satunya adalah kemampuan dalam menggunakan metode

pembelajaran, dengan demikian penulis berharap dapat memberikan sumbangsih

dalam mengembangkan dan memberi alternatif sajian pengetahuan yang positif

dalam proses belajar mengajar melalui skripsi ini. Ada pun pemilihan tafsir

Al-Mishbah sebagai pedoman utama kajian karena dianggap cakap dan kompetendan

diakui dalam dunia penafsiran Al-Quran sehingga untuk menjelaskan tema yang

diangkat penulisbisa secara jelas dapat dimengerti. Penjelasan yang berupa tafsir dari

mufassir bisa mudah dipahami dan dapat menghasilkan kesimpulan keilmuan dengan

bentuk skripsi.

B. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan singkatnya waktu pelaksanaan penyusunan skripsi,

peneliti membatasi pembahasan hanya pada ayat 67 surat Al Maidah dan ayat 125

dalam surat Al Nahl, karena di dalam ayat-ayat tersebut dirasa terdapat banyak

(23)

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat

terumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan Islam?

2. Bagaimana deskripsi metode pendidikan Islam yang terdapat dalam surat Al

Maidah ayat 67 dan Al Nahl ayat 125?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan Islam.

2. Untuk mengetahui deskripsi metode pendidikan Islam yang terdapat dalam surat

Al Maidah ayat 67 dan Al Nahl ayat 125.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberi wacana kepada pendidik tentang

metode-metode pendidikan Islam yang dapat dikaji kembali sehingga termotivasi

untuk menggunakan dalam proses belajar mengajar baik manfaat secara teoritis

maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah

menambah khasanah temuan penelitian baru mengenai metode pendidikan Islam

(24)

2. Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis dari pelaksanaan penelitian ini untuk seorang

pengajar adalah dapat mengetahui dan memahami secara benar penafsiran yang

ada dalam ayat-ayat Al-Quran dalam kaitannya dengan cara pengajaran sehingga

dalam proses pengajaran dapat berjalan dengan lancar karena pemilihan metode

pengajaran yang sesuai atau cocok dengan materi yang disampaikan.

F. Metode penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dikategorikan dalam jenis penelitian kepustakaan (Library

Reseach) atau “kualitatif literal”. Penelitian kepustakaan adalah penelitian dengan

mencari dan mengumpulkan kepustakaan atau bahan-bahan bacaan untuk mencari

dan membandingkan naskah atau pendapat para ahli tafsir dan ahli pendidikan

tentang metode pendidikan Islam, kemudian dianalisa untuk mendapatkan tujuan

penelitian.

2. Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah sumber utama yakni

Al-Quran dan buku-buku yang membahas tentang metode pendidikan Islam.

Seperti buku yang berjudul prinsip-prinsip dan metoda pendidikan Islam, ilmu

pendidikan Islam, serta tafsir Al-Mishbah, dan tafsir lainnya sebagai rujukan

pemahaman penulis terhadap ayat yang sedang dikaji.

3. Metode Analisa data

Metode Analisa data yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode tafsir.

(25)

(mufassirin) terhadap makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Quran yang

berkaitan dengan metode pendidikan dan pendapat para ahli pendidikan.

Berdasarkan pemaknaan yang terkandung dalam ayat-ayat berdasarkan penafsiran

para ahli dan buku-buku yang relevan, maka disusunlah secara logis sehingga

menjadi dua hal yang saling bersinergi dan saling melengkapi.

Adapun metode tafsir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Metode tafsir maudhu‟i

Metode maudhu‟i ialah metode tafsir yang membahas ayat-ayat Al-Quran sesuai

dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan,

dihimpun. Kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek

yang terkait dengannya, seperti asbabun nuzul, kosa kata dan sebagainya.

Semua dijelaskan dengan rinci dan tuntas, serta didukung oleh dalil-dalil atau

fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik dari

argumen itu berasal dari Al-Quran, hadis, maupun pemikiran rasional (Baidan,

2000: 151). Adapun langkah-langkah penerapan metode ini sebagaimana

dijelaskan Farmawi antara lain. Pertama, menghimpun ayat-ayat yang

berkenaaan dengan judul. Kedua, menelusuri latar belakang turun (asbab

nuzul) jika ada. Ketiga, meneliti dengan cermat semua kata atau kalimat yang

dipakai. Keempat, mengkaji pemahaman ayat-ayat itu dari pemahaman

berbagai aliran dan pendapat para mufassir. Kelima, semua dikaji secara tuntas

(26)

b. Metode Induktif

Metode induktif yaitu melakukan analisis dari pengetahuan yang bersifat khusus

guna menarik kesimpulan yang bersifat umum. Metode ini digunakan dngan

cara menganalisa fakta-fakta dan persoalan yang khusus kemudian ditarik

kesimpulan yang umum, yakni dengan cara menganalisa data tentang konsep

metode pendidikan Islam dalam Surat Al-Maidah ayat 67 dan Al-Nahl ayat

125.

c. Metode Komparatif

Metode komparatif yaitu metode untuk membandingkan dua fenomena atau lebih

sehingga menghasilkan satu kesimpulan. Cara kerjanya semisal dengan

menyajikan perbandingan antara tafsir Al-Mishbah dengan tafsir lain

kemudian bisa diambil kesimpulan terhadap kajian yang dikehendaki.

G. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, berisi tentang pengertian, fungsi, prinsip, karakteristik,

dan pendekatan metode, serta beberapa pendapat ahli pendidikan tentang

metode pendidikan Islam.

BAB III Tafsir Surat Al Maidah ayat 67 dan Al Nahl ayat 125 dalam perspektif

(27)

BAB IV Analisis Metode pendidikan Islam dalam Surat Al Maidah ayat 67 dan Al

Nahl ayat 125 Menurut Tafsir Al-Mishbah dan Relevansi dengan

Kehidupan Masa Kini.

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Metode Pendidikan Islam

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata

ini terdiri dari dua suku kata: yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan

“hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berati suatu jalan yang dilalui untuk

mencapai tujuan, dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqat”, dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, “metode” adalah: “Cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk

mencapai maksud”, sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang

harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran

(Arief, 2002:40). M. Athiyah al-Abrasyi mengartikan metode sebagai jalan yang

dilalui untuk memperoleh pemahaman peserta didik. Sementara Abdul Aziz

mengartikan metode sebagai cara-cara memperoleh informasi, pengetahuan,

pandangan, kebiasaan berpikir, serta cinta kepada ilmu, guru, dan sekolah (Roqib,

2009:92).

Sedangkan pendidikan Islam atau pendidikan agama Islam (PAI)

sesungguhnya adalah pendidikan yag berorientasi pada penanaman nilai-nilai Islami

baik yang bersumber dari ajaran Islam (Al-Quran-Sunnah), maupun bersumber dari

nilai-nilai kemanusiaan yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam (Yasin,

2008:158). Di sisi lain pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk

manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya

untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah

(29)

2002:41). Pendidikan Islam juga dapat dipahami sebagai pendidikan khusus yang

berorientasi pada nilai-nilai agama yakni akidah, syari‟ah dan akhlak sebagai landasan

pendidikan sehingga Al-Quran, As-Sunnah, Ijma‟ dan Qiyas sebagai rujukan awal

pengambilan materi pendidikan dan juga sebagai sumber hukum Islam.

Pendidikan adalah keniscayaan dalam pembentukan manusia sebagai khalifah

di muka bumi. Dengan demikian maka hukum Islam adalah pegangan yang wajib

digunakan untuk mencapai tujuan manusia sebagai penguasa. Dapat dipahami bahwa

tujuan kekhalifahan manusia adalah sama dengan tujuan hukum Islam yang akan

dilaksanakan dalam kesehariannya. Adapun tujuan hukum Islam adalah, mencegah

kerusakan (mufsadah) dan mendatangkan kemashlahatan bagi ummat manusia,

mengurus dunia dengan bijak, serta menunjuki jalan yang ditempuh oleh akal

manusia, baik untuk kesejahteraan dunia maupun kebahagiaan di akhirat (Naim,

2009:134).

Di samping pengertian di atas, secara terminologi para ahli pendidikan Islam

telah mencoba menformulasikan pengertian pendidikan Islam. Di antara batasan yang

variatif tersebut (Al-Rasyidin, Nizar, 2005:31) adalah:

1. Al-Syaibani; mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah

tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam

sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran

sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi di antara sekian banyak profesi asasi

dalam masyarakat.

2. Muhammad Fadhil al-Jamaly; mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya

mengembalikan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis

(30)

proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi perserta didik yang lebih

sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun

perbuatannya.

3. Ahmad D. Marimba : mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan

atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan

rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan

kamil).

4. Ahmad Tafsir; mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan

oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan Islam adalah

prosedur umum dalam menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pendidikan yang

didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakekat Islam sebagai supra sistem (Roqib,

2009:91). Dengan bahasa yang sederhana, metode pendidikan Islam adalah cara yang

dapat dilakukan dalam memudahkan tercapainya tujuan pendidikan Islam yakni

menjadikan manusia yang berkepribadian sempurna (insan kamil) berdasarkan

Al-Quran dan Sunnah dengan adanya urutan kerja yang terencana, sistematis, dan

merupakan hasil eksperimen ilmiyah.

B. Fungsi Metode Pendidikan Islam

Berdasarkan definisi metode pendidikan Islam di atas, dapat dipahami bahwa

fungsi metode adalah alat untuk memudahkan tercapainya tujuan yang sudah

ditentukan dapat diterima peserta didik dengan mudah. Kerena pentingnya fungsi

(31)

dalam kaitannya dengan metode pendidikan sehingga dapat memilih dan

menggunakan dengan optimal agar tujuan pendidikan dapat tercapai.

Secara essensial metode sebagai alat yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan pendidikan itu mempunyai fungsi ganda (Al-Rasyidin, 2005:67) yakni:

1. Polipragmatis, yaitu manakala metode itu mengandung kegunaan yang serba

ganda (multi purpose). Misalnya metode tertentu pada situasi tertentu dapat

dipergunakan untuk merusak, pada situasi dan kondisi yang lain dapat digunakan

untuk membangun atau untuk memperbaiki. Kegunaanya dapat bergantung

kepada si pemakai atau pada corak dan bentuk serta kemampuan dari metode

sebagai alat. Contoh konkrit dalam hal ini seperti Audio Visual Methods yang

mempergunakan video casette recorder yang dapat merekam dan menayangkan

semua jenis film, baik yang moralis maupun pornografis.

2. Monopragmatis, yaitu yang hanya dapat dipergunakan untuk mencapai satu

macam tujuan saja. Misalnya metode eksperimen ilmu alam yang menggunakan

laboratorium ilmu alam, hanya dapat dipergunakan untuk eksperimen-eksperimen

bidang ilmu alam, dan tidak dipergunakan untuk eksperimen ilmu-ilmu lain

seperti ilmu sosial dan lain-lain.

Pada prinsipnya fungsi metode pendidikan Islam adalah mengarahkan

keberhasilan belajar, memberi kemudahan dalam belajar mengajar berdasarkan pada

bakat dan minat peserta didik, serta mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan

belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik. Selain itu, fungsi metode

pendidikan adalah memberi inspirasi peserta didik melalui hubungan yang serasi

(32)

Di samping itu, fungsi metode pendidikan mempunyai prinsip agar pengajaran

dapat disampaikan dalam suasana yang menyenangkan, menggembirakan, dan penuh

motivasi sehingga materi dapat dengan mudah diterima. Dalam menyampaikan materi

pendidikan perlu ditetapkan metode yang berdasar pada pandangan dalam

menghadapi manusia sesuai dengan unsur penciptaanya, yaitu jasmani, rohani dan

dilengkapi akal perasaan yang mengarahkannya agar menjadi manusia yang

sempurna.

C. Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam

Prinsip pada dasarnya sama dengan asas, yakni kebenaran yang menjadi dasar

pemikiran, berperilaku dan sebagainya. Dalam kaitannya dalam metode pendidikan

Islam prinsip atau asas yang dimaksud adalah dasar pemikiran yang digunakan dalam

melaksanakan metode pendidikan Islam, sehingga perlu dipahami terlebih dahulu

prinsip-prinsip metodologi pendidikan Islam sebagai dasar pijakan dalam nuansa

keilmuan.

Secara esensial metode pendidikan Islam merupakan alat yang bisa dicapai

untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, dan ini dianggap oleh para ilmuan

pendidikan sebagai bagian penting dalam sistem pendidikan Islam. Dalam syair

dikatakan bahwa “Al-Thariqatu Ahammu min al Maddah” maksutnya bahwa

metodologi itu dianggap lebih penting dari pada penguasaan materi. Rasionalisasi dari

pernyataan di atas adalah apabila seorang pendidik menguasai banyak materi, namun

tidak memahami bagaimana materi tersebut bisa dididikan ke peserta didik (tidak

menguasai metodologi), maka proses transformasi dan pewarisan nilai-nilai

pendidikan Islam sulit dicapai. Namun sebaliknya, apabila seorang pendidik hanya

(33)

cara/strategi/teknik pembelajaran, maka dimungkinkan peserta didik akan kreatif

dalam mencari dan mengembangkan materi sendiri dan tidak harus menerima materi

dari pendidiknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan para filosof pendidikan dari Barat

bahwa “pendidikan itu pada hakikatnya adalah proses pemberian kail untuk

digunakan mencari ikan, dan bukan proses memberi ikan untuk dimakan oleh anak

didik” (Yasin, 2008:133). Dalam adagium ushuliyah dikatakan bahwa “Al-Amru Bi

Sya‟i Amru Biwasailihi, Walil Wasaili Hukmul Maqosidi.” Artinya perintah terhadap

sesuatu termasuk di dalamnya adalah pendidikan maka perintah pula mencari

mediumnya (metode), dan bagi medium hukumnya sama halnya dengan apa yang

dituju (Muhaimin, Mujib, 1993: 229). Oleh karena itu penerapan metode yang tepat

sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Metode yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak efesien.

Prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan Islam menurut Omar

Muhammad Al-Toumy Al-Saibaby adalah (Arief, 2002:93) sebagai berikut:

1. Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat anak didiknya;

2. Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum pelaksaan

pendidikan.

3. Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan anak didik.

4. Mengetahui perbedaan-perbedaan individu di dalam anak didik.

5. Memperhatikan kepahaman, dan mengetahui hubungan-hubungan, integrasi

pengalaman dan kelanjutanya, keaslian, pembaruan dan kebebasan berfikir.

6. Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi

anak didik.

(34)

Muhtar Yahya (Muhaimin, Mujib, 1993: 241-242) menyebutkan ada empat

asas umum metode pendidikan Islam, yaitu:

1. At-Tawassu‟ Fil Maqashid la fi Alat (prinsip pencarian ilmu yang dimaksud bukan

ilmu alat)

Prinsip yang menganjurkan untuk menuntut ilmu sebagai tujuan bukan

sebagai alat. Prinsip ini sebagai antisipasi dari berkembangnya asumsi bahwa ilmu

terbagi kepada dua: pertama, ilmu yang digunakan untuk dzatnya sendiri, seperti

ilmu agama dll., dan kedua, ilmu yang berfungsi sebagai alat untuk membantu

ilmu-ilmu yang lain, seperti ilmu Nahwu, Saraf, Balaghah dll.

2. Mura‟tul Isti‟dad Wa Thab‟i(prinsip memperhatikan minat dan tabiat)

Sebuah prinsip yang sangat memperhatikan pembawaan dan

kecenderungan anak didik. Dengan memperhatikan prinsip ini, maka metode yang

digunakan pun adalah metode yang dapat disesuaikan dengan pembawaan dan

kecenderungan tersebut.

3. At-Tadarruj Fi Talqien (prinsip pemberian pengajaran bertahap)

Al-Ghazali menyebutkan “Berilah pelajaran kepada anak didik sesuai

dengan tingkat kemampuan mereka”. Atas dasar pemikiran bahwa anak didik

memiliki tingkatan-tingkatan kematangan dalam berfikir, maka setiap pendidik

seyogyanya mempertimbangkan metode mana yang tepat diaplikasikan sesuai

dengan tingkat berfikir anak didik.

Ibn Khaldun, sebagaimana yang dikutip oleh Muhtar Yahya mengatakan,

bahwa ada tiga tahap dalam mengaplikasikan metode pendidikan Islam (Arief,

(35)

a) Tahap awal (Al-Marhalah Al-Ula), pendidik memberikan masalah-masalah

yang menjadi topik pokok suatu bab, lalu menerangkan secara global dengan

memperhatikan kesanggupan otak anak didik untuk memahaminya.

b) Tahap kedua (Al-Marhalah al-Tsani), pengulangan mempelajari tiap-tiap bab

dari suatu mata pelajaran dengan keterangan dan penjelasan yang lebih luas

sebagai tangga untuk mempelajari secara mendalam.

c) Tahap ketiga (Al-marhalah al-Tsalits), dipelajari setiap mata pelajaran dengan

mendalam, sehingga anak didik dapat menguasai masalah-masalah dengan

sempurna.

4. Min al-Mahsus Ila al Maq‟ul (prinsip pengajaran dari yang khusus menuju yang

filosofis)

Tidak dapat dibantah bahwa setiap manusia merasa lebih mudah

memahami segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indranya. Sementara

hal-hal yang bersifat hissi atau rasional apalagi hal-hal yang bersifat irrasional,

kemampuan akal sulit untuk menangkapnya. Oleh karena itu prinsip

berangsur-angsur merupakan prinsip yang sangat perlu diperhatikan untuk memilih dan

mengaplikasikan sebuah metode dalam proses belajar mengajar.

Inti prinsip-prinsip pemakaian metode pendidikan agama Islam (Arief,

2002:95) dapat dibagi kepada:

1. Pengenalan yang utuh terhadap peserta didik; umur, kepribadian dan tingkat

kemampuan mereka,

2. Berstandar kepada tujuan, oleh karena metode diaplikasikan untuk mencapai

tujuan.

(36)

Secara sederhana Muhammad Abdul Qodir Ahmad (Muhaimin, Mujib, 1993:

241) merumuskan tiga asas pokok metode pendidikan Islam, yaitu:

1. Adanya relevansi dengan kecenderungan dan watak anak didik, baik dari aspek

intelegensinya, serta aspek sosial, ekonoomi dan status keberadaan orang tuanya.

2. Memelihara prinsip-prinsip umum, seperti:

a) Berangsur-angsur dalam pengajaran dari yang mudah menuju yang sulit.

b) Berangsur-angsur dalam pengajaran dari yang jelas dan terperinci menuju

pada yang pengajaran ganda yang terstruktur.

c) Berangsur-angsur dalam pengajaran dari yang konkret menuju yang abstrak.

d) Berangsur-angsur dalam pengajaran dari yang indrawi (kebenaran ilmiah)

menuju pada yang ma‟quli (kebenaran filosofis).

3. Memperhatikan perbedaan-perbedaan antar individu, baik dilihat dari

kemampuan, kepribadian, etika, intelegensi, watak, dan produktivitasnya.

Sesungguhnya metode pendidikan Islam memiliki asas-asas di mana ia tegak

berdiri dan memperoleh unsur, tujuan dan prinsip-prinsip. Asas-asas tersebut pada

prinsipnya tidak banyak berbeda dengan asas-asas tujuan dan kurikulum pendidikan

Islam. Konsep ini menggambarkan bahwa seluruh komponen yang terkait dalam

proses pendidikan Islam adalah merupakan satu kesatuan yang membentuk suatu

sistem.

Adapun prinsip-prinsip metodologis yang dijadikan landasan psikologis yang

memperlancar proses kependidikan Islam yang sejalan dengan ajaran Islam adalah

sebagai berikut (Rosyadi, 2004:215):

1. Prinsip memberikan suasana kegembiraan.

(37)

3. Prinsip kebermaknaan bagi peserta didik.

4. Prinsip pra-syarat.

5. Prinsip komunikasi terbuka.

6. Prinsip pemberian pengetahuan yang baru.

7. Prinsip memberikan perilaku yang baik.

8. Prinsip praktek secara aktif.

9. Prinsip kasih sayang dan pembinaan kepada anak didik dan lain sebagainnya.

Secara umum, asas-asas metode pendidikan Islam itu menurut al-Syaibany,

(Al-Rasyidin, 2005:68) adalah:

1. Asas Agama, yaitu prinsip-prinsip, asas-asas dan fakta-fakta umum yang diambil

dari sumber asasi ajaran Islam, yakni Al Quran dan Sunnah Rasul

2. Asas Biologis, yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan jasmani dan

tingkat perkembangan usia peserta didik.

3. Asas Psikologis, yaitu prinsip yang lahir di atas pertimbangan kekuatan

psikologis, seperti motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, kesedihan,

bakat dan kecakapan akal atau kapasitas intelektual.

4. Asas Sosial, yaitu asas yang bersumber dari sosial manusia seperti tradisi,

kebutuhan-kebutuhan, harapan dan tuntutan kehidupan yang senantiasa maju dan

berkembang.

Sementara dari sudut pelaksanaanya, asas-asas metode pendidikan Islam dapat

diformulasikan kepada (Muhaimin, Mujib, 1993:234-240):

1. Asas Motivasi, yaitu usaha pendidik untuk membangkitkan perhatian peserta didik

(38)

2. Asas Aktivitas, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ambil

bagian secara aktif dan kreatif dalam seluruh kegiatan pendidikan yang

dilaksanakan.

3. Asas Apersepsi, yaitu mengupayakan respon-respon tertentu dari peserta didik

sehingga mereka memperoleh perubahan tingkah laku, perbendaharaan konsep,

dan kekayaan akan informasi.

4. Asas Peragaan, yaitu memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan

mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata, baik dalam bentuk aslinya

maupun tiruan.

5. Asas Ulangan, yaitu usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan

belajar peserta didik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap.

6. Asas Korelasi, yaitu menghubungkan suatu bahan pelajaran dengan bahan

pelajaran lainnya, sehingga membentuk mata rantai yang erat.

7. Asas konsentrasi, yaitu memfokuskan pada suatu pokok masalah tertentu dari

keseluruhan bahan pelajaran untuk melaksanakan tujuan pendidikan serta

memperhatikan peserta didik dalam segala aspeknya.

8. Asas Individualisasi, yaitu memperhatikan perbedaan-perbedaan individual

peserta didik.

9. Asas Sosialisasi, yaitu menciptakan situasi sosial yang membangkitkan semangat

kerja sama antara peserta didik dengan pendidik atau sesama peserta didik dan

masyarakat, dalam menerima pelajaran agar lebih berdaya guna.

10.Asas Evaluasi, yaitu memperhatikan hasil dari penilaian terhadap kemampuan

yang dimiliki peserta didik sebagai umpan balik pendidik dalam memperbaiki cara

(39)

11.Asas Kebebasan, yaitu memberikan keleluasaan keinginan dan tindakan bagi

peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacu pada hal-hal yang

positif.

12.Asas Lingkungan, yaitu menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh

lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan akibat interaksi lingkungan.

13.Asas Globalisasi, yaitu memperhatikan reaksi peserta didik terhadap lingkungan

secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, sosial

dan sebagainya.

14.Asas Pusat-Pusat Minat, yaitu memperhatikan kecenderungan jiwa tetap ke

jurusan suatu yang berharga bagi seseorang.

15.Asas Ketauladanan, yaitu memberikan contoh terbaik untuk ditiru dan ditauladani

peserta didik.

16.Asas Pembiasaan, yaitu membiasakan hal-hal positif dalam diri peserta didik

sebagai upaya praktis dalam pembinaan mereka.

Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara metode (termasuk

juga strategi dan teknik) dalam pendidikan Islam dengan metode dalam pendidikan

lain. Jika diperhatikan, perbedaannya hanya terletak pada nilai spiritual dan mental

yang menyertainya pada saat metode tersebut dilaksanakan atau dipraktikan. Prinsip

metode pendidikan Islam yang mengandung unsur-unsur pembeda tersebut (Roqib,

2009:95) antara lain:

1. Niat dan orientasi dalam pendidikan Islam, yakni untuk mendekatkan hubungan

antara manusia dengan Allah dan sesama makhluk. Pendekatan kepada Allah

dilakukan dengan banyak mengingat-Nya yang disertai dengan tauhid,

mengesakan Allah SWT. Tauhid ini yang menjadi ruh bagi setiap muslim. Prinsip

(40)

metode yang lain. Penerapan metode apa pun diperbolehkan asalkan mampu

memperkuat keimanan dam pengabdian kepada Allah SWT. Keimanan dan

ketakwaan yang meningkat secara vertikal tersebut akan berdampak secara

horizontal sehingga peserta didik menjadi lebih harmonis dengan sesama manusia

dan sesama makhluk hidup lain di dunia ini.

2. Keterpaduan (integrative, tauhid), dalam arti bahwa dalam pendidikan Islam ada

kesatuan antara Iman-Ilmu-Amal, Iman-Islam-Ihsan, dzikir-fikr (hati dan pikir),

zhahir-batin (jiwa-raga), dunia akhirat, serta yang dulu-sekarang-akan datang.

Semuanya harus seimbang, selaras,dan menyatu. Kesatuan dan kesalingterkaitan

ini merupakan artikulasi dari ketauhidan yang menjadi karakteristik pendidikan

Islam.

pendidikan Islam harus memegang teguh prinsip kejujuran (akademik).

Kebohongan dan dusta (kidzb) dalam bentuk apapun tidak dibenarkan. Jika

realitas (politik) bertentangan dengan hasil penemuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, misalnya, seorang pendidik (peneliti) harus tetap menyampaikan

kebenaran tersebut: katakan kebenaran meski terasa pahit (qul al-haqqa walau

kana murran).

5. Keteladanan. Dalam pendidikan Islam ada kesatuan antara Iman-Ilmu-Amal.

Pendidik dituntut menjadi contoh teladan bagi peserta didiknya. Tidak

(41)

harus juga bisa menjadi contoh bagaimana ia menjalankan shalat dengan baik dan

benar. Meskipun demikian, ada dispensasi (rukhshah) jika pendidik berhalangan

secara syar‟i semisal ia mengajar tentang haji sementara ia belum memiliki biaya

untuk naik haji sehingga belum mampu berhaji.

6. Berdasar pada nilai. Metode pendidikan Islam tetap berdasarkan pada nilai

etika-moral (al-akhlaq al-karimah). Pengajar yang mengajar praktikum kimia atau

geologi misalnya, dia tetap harus menjaga hubungan antara laki-laki dan

perempuan, tidak berdua-duaan (di ruang tertutup) yang bisa mengakibatnya

munculnya fitnah. Hal ini karena metode pendidikan Islam sarat nilai, tidak bebas

nilai.

7. Sesuai dengan usia dan kemampuan akal anak (biqadri uqulihim). Pendidikan

hendaknya diberikan kepada peserta didik setelah mereka berusia minimal tujuh

tahun, sehingga mereka mampu merangsang pemikiran serta

memperteguhkeimanan dan daya kreatifnya.

8. Sesuai dengan kebutuhan peseta didik (child center), bukan sekadar untuk

memenuhi keinginan pendidikan, apalagi untuk proyek semata.

9. Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian (ibrah) yang menyenangkan

ataupun yang menyedihkan. Mengambil pelajaran ini dimulai dengan berpikir

positif dan menerima perjalanan hidup dengan tidak berlebihan dalam

menyikapinya.

10.Proporsional dalam memberikan janji (wa‟d, targhib) yang menggembirakan dan

ancaman (wa‟id, tarhib) untuk mendidik kedisiplinan. Proporsional karena harus

disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik.

Metode pendidikan Islam harus dipahami, diolah, digunakan, dan

(42)

Melalui aplikasi nilai-nilai Islam dalam proses penyampaian seluruh materi

pendidikan Islam, diharapkan proses tersebut dapat diterima, difahami, dihayati dan

diyakini sehingga pada gilirannya memotivasi peserta didik untuk mengamalkannya

dalam bentuk nyata.

Di samping itu, dalam asas metode pendidikan Islam juga diperlukan prinsip

variasi dan inovasi, karena kedua prinsip ini membawa situasi dan kondisi baru yang

dapat menumbuhkan gairah semangat belajar anak didik. Cara yang ditempuh pada

prinsip bervariasi adalah pergantian pendidik, variasi pergantian pendidik untuk tiap

jam pelajaran, variasi pemberian aspek-aspek materi yang yang meliputi perilaku,

hubungan sosial dan kesulitan belajar. Selain itu, juga diperlukan variasi kegiatan

anak didik, misalnya mendengar, menulis, mengamati, membahas, menggambar,

bermain, mencari, menyelesaikan, bertanya, berdiskusi, membuat proyek/eksperimen,

dan sebagainya. Tidak kalah penting adalah prinsip inovasi dalam proses belajar dan

mengajar yang berkaitan dengan ketangkasan pendidik memunculkan atau melahirkan

kondisi yang baru maupun dalam kaitannya dalam penyampaian materi pendidikan.

D. Karakteristik Metode Pendidikan Islam

Beberapa karakteristik metode pendidikan Islam adalah:

1. Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan Islam, mulai dari

pembentukannya, penggunaannya sampai pada pengembangannya tetap

didasarkan pada nilai-nilai asasi Islam sebagai ajaran yang universal.

2. Proses pembentukannya, penerapannya dan pengembangannya tetap tidak dapat

dipisahkan dengan konsep al-akhlak al-karimah sebagai sebagai tujuan tertinggi

(43)

3. Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel dalam artian senantiasa

membuka diri dan dapat menerima perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi

yang melingkupi proses pendidikan Islam tersebut, baik dari peserta didik,

pendidik, materi pelajaran dan lain-lain.

4. Metode pendidikan Islam berusaha sungguh-sungguh untuk menyeimbangkan

antara teori dan praktek.

5. Metode pendidikan Islam dalam penerapannya menekankan kebebasan peserta

didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam batas kesopanan dan

al-akhlak al-karimah.

6. Dari segi pendidik, metode pendidikan Islam lebih menekankan nilai-nilai

keteladanan dan kebebasan pendidik dalam menggunakan dan mengkombinasikan

berbagai metode yang ada dalam mencapai tujuan pengajarannya.

7. Metode pendidikan Islam dalam penerapannya berupaya menciptakan situasi dan

kondisi yang memungkinkan bagi terciptannya interaksi edukatif dan kondusif.

8. Metode pendidikan Islam merupakan usaha untuk memudahkan proses pengajaran

dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efesien.

Seluruh karakteristik tesebut di atas wajib difahami oleh pendidik muslim. Dalam

kaitan ini, yang paling penting adalah pendidik mampu menggunakan metode dalam

proses kependidikan Islam sehingga mampu membimbing, mengarahkan dan

membina peserta didik menjadi manusia yang dewasa dalam sikap dan

kepribadiannya, sehingga tergambar dalam dirinya tingkah laku yang sesuai dengan

nilai-nilai Islam atau al-akhlak al-karimah.

(44)

Secara umum pendekatan pendidikan terbagi menjadi dua bagian, yakni

pendekatan yang menjadikan pendidik lebih dominan dalam proses belajar mengajar

dan peserta didik menjadi dominan dalam proses belajar mengajar. Dari dua

pendekatan ini masing-masing memiliki peran dan kegunaan yang berbeda sehingga

perlu difahami lebih lanjut.

Metodologi pendidikan Islam yang dinyatakan dalam Al-Quran menggunakan

sistem multi approach yang meliputi antara lain (Arief, 2002:41):

1. Pendekatan religius, bahwa manusia diciptakan memiliki potensi dasar (fitrah)

atau bakat agama.

2. Pendekatan filosofis, bahwa manusia adalah makhluk rasional atau berakal pikiran

untuk mengembangkan diri dan kehidupannya.

3. Pendekatan rasio-kultural, bahwa manusia adalah makhluk bermasyarakat dan

berkebudayaan sehingga latarbelakangnya mempengaruhi proses pendidikan.

4. Pendekatan scientific, bahwa manusia memiliki kemampuan kognitif, dan afektif

yang harus ditumbuhkembangkan.

Berdasarkan multi approach tersebut, penggunaan metode harus dipandang secara

komperhensif terhadap anak. Karena anak didik tidak saja dipandang dari segi

perkembangan, tetapi juga harus dilihat dari berbagai aspek yang mempengaruhinya.

Pendekatan metode pendidikan Islam dikategorikan menjadi enam macam,

(Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:224) yakni:

1. Pendekatan tilawah

Pendekatan tilawah ini meliputi membacakan ayat-ayat Allah yang bertujuan

(45)

semua ciptaan Allah mempunyai keteraturan yang bersumber dari Robbul

„Alamin, serta memandang bahwa segala yang ada tidak diciptakan-Nya secara

sia-sia belaka. Bentuk tilawah mempunyai indikasi tafakkur dan dzikir, sedangkan

aplikasinya adalah pembentukan kelompok ilmiah bimbingan ahli, kompetisi

ilmiah dengan landasan akhlak Islam, dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya,

misalnya penelitian, pengkajian, seminar, dan sebagainya.

2. Pendekatan tazkiyah

Pendekatan ini meliputi: menyucikan diri mereka dengan upaya amar ma‟ruf dan

nahi munkar (tindakan proaktif dan tindakan reaktif). Bentuk ini bertujuan untuk

memelihara kebersihan diri dari lingkungan, memelihara dan mengembangkan

akhlak yang baik, menolak dan menjauhi akhlak yang tercela, berperan serta

dalam memelihara kesucian lingkungannya. Indikator pendekatan ini adalah

penyucian diri secara fisik dan rohani, serta penyucian lingkungan fisik dan sosial.

Aplikasi pendekatan ini adalah adanya gerakan kebersihan, kelompok-kelompok

usrah, riyadhoh keagamaan, ceramah, tabligh, pemeliharaan syiar Islam,

kepemimpinan terbuka, teladan pendidikan, serta pengembangan kontrol sosial

(social control).

3. Pendekatan ta‟lim Alkitab

Mengajarkan Alkitab yang menjelaskan halal dan haram. Bentuk pendekatan ini

bertujuan untuk membaca, memahami, dan merenungkan Al-Quran dan As-Sunah

sebagai keterangannya. Pendekatan ini bukan hanya memiliki fakta tetapi juga

makna dibalik fakta sehingga dapat menafsirkan informasi secara kreatif dan

produktif. Indikatornya adalah Alkitab dengan aplikasi pelajaran membaca

(46)

pengkajian atas Islam, kelompok diskusi, kegiatan membaca literatur Islam, dan

lomba kreativitas.

4. Pendekatan ta‟lim Al-Hikmah

Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan ta‟lim Alkitab, hanya saja bobot dan

proporsi, serta frekwensinya diperluas dan diperbesar. Indikator utama pendekatan

ini adalah mengadakan perenungan (reflective thinking), reinovasi, dan

reinterprestasi terhadap pendekatan ta‟lim Alkitab. Aplikasi pendekatan ta‟lim Al

-Hikmah ini dapat berupa studi banding antarlembaga pendidikan, antarlembaga

pengkajian, antarlembaga penelitian, dan sebagainya, sehingga terbentuk suatu

konsensus umum yang dapat dipedomani oleh masyarakat Islam secara universal

dan sebagai pembenahan atas kekurang relevannya pendekatan ta‟lim Alkitab.

5. Yu‟allimukum malam takunu ta‟lamun

Suatu pendekatan yang mengajarkan suatu hal yang memang benar-benar asing dan

diketahui, sehingga pendekatan ini membawa peserta didik pada suatu alam

pemikiran yang benar-benar luar biasa. Pendekatan ini mungkin hanya dapat

dinikmati oleh Nabi dan Rosul saja, seperti adanya mu‟jizat, isra‟ dan mi‟raj dan

sebagainya, sedangkan manusia biasa hanya dapat menikmati sebagian kecil saja.

Indikator pendekatan ini adalah penemuan teknologi canggih yang dapat

membawa manusia pada penjelajahan ruang angkasa, sedangkan aplikasinya

adalah mengembangkan produk teknologi yang dapat mempermudah dan

membantu kehidupan manusia sehari-hari, dan sebagainya.

6. Pendekatan ishlah

Pelepasan beban dan belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap

penderitaan orang lain, sanggup menganalisis kepincangan-kepincangan yang

(47)

menjembatani perbedaan paham. Di samping itu, pelepasan beban dan belenggu

ini bertujuan memelihara ukhuah Islamiyah dengan aplikasinya kunjungan ke

kelompok dhu‟afa, kampanye amal saleh, kebiasaan sedekah, dan proyek-proyek

sosial serta mengebangkan Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqoh (Bazis).

Pendekatan ini memilih untuk memertemukan dengan maksud memperbaiki pola

kehidupan Islami dari berbagai persoalan yang berbeda, terjadi konflik yang

berlandaskan kepentingan tertentu.

Mahmud Yunus dalam buku A. Fatah Yasin yang berjudul Dimensi-dimensi

Pendidikan Islam (2008:141), berpendapat bahwa cara mendidikkan agama Islam

kepada peserta didik perlu menggunakan berbagai pendekatan, yakni:

1. Apabila dimensi yang dibangun itu aspek afektif maka pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan psikologi, dan pendekatan kisah keteladanan.

2. Untuk membangun dimensi kognitif manusia (peserta didik) terhadap masalah

yang diimani, dapat menggunakan pendekatan rasional.

3. Untuk membangun aspek psikomotorik dalam menggunakan pendekatan praktik

dan pengalaman lapangan.

F. Macam-Macam Metode Pendidikan Islam

Secara garis besar metode mengajar dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian,

(Usman, 2002:33) yakni:

1. Metode mengajar konvensional, dan

2. Metode mengajar inkonvensional.

Metode mengajar konvensional yaitu metode mengajar yang lazim dipakai

(48)

inkonvensional yaitu suatu teknik mengajar yang baru berkembang dan belum lazim

digunakan secara umum, seperti metode mengajar dengan modul, pengajaran

berprogram, pengajaran unit, machine program, masih merupakan metode yang baru

dikembangkan dan ditetapkan di beberapa sekolah tertentu yang mempunyai peralatan

dan media yang lengkap serta guru-guru yang ahli menanganinya.

Beberapa metode mengajar konvensional, antara lain:

a) Metode ceramah

b) Metode diskusi

c) Metode tanya jawab

d) Metode demonstrasi dan eksperimen

e) Metode resitasi

f) Metode kerja kelompok

g) Metode sosio-drama dan bermain peranan

h) Metode karya wisata

i) Metode drill

j) Metode sistim regu

Pendapat para pakar pendidikan antara lain:

1. Al-Ghazali

Berbicara mengenai metode yang digunakan dalam mendidik, Al-Ghazali

mengemukakan beberapa metode alternatif (Arief, 2002:44) antara lain:

a) Mujadalah dan Riyadlah Nafsiyah (kekuatan dan latihan jiwa). Yaitu mendidik

(49)

kesan yang baik dalam jiwa anak didik dan benar-benar akan mengakui

sehingga terbentuk akhlak dan watak dalam dirinya.

b) Mendidik anak hendaknya menggunakan beberapa metode. Penggunaaan

metode yang bervariasi akan membangkitkan motivasi belajar dan

menghilangkan kebosanan.

c) Pendidik hendaknya memberikan dorongan berupa pujian, penghargaan dan

hadiah kepada anak yang berprestasi. Sedangkan memberikan hukuman

hendaknya bersifat mendidik dengan maksud memperbaiki perbuatan yang

salah agar tidak menjadi kebiasaan. Pemberian hukuman jasmani disyaratkan

bila anak telah sampai usia 100 tahun, dan kalaupun harus melakukan

hukuman jasmani hendaknya pukulan tidak melebihi 3 kali, hal ini

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bertaubat kepada siterdidik.

2. Ibnu Khaldun

Pendapat Ibnu Khaldun tentang metode pendidikan (Arief, 2002:45) adalah

sebagai berikut:

a) Metode ilmiah yang modern, yaitu menumbuhkan kemampuan memahami

ilmu dengan kelancaran berbicara dalam diskusi untuk menghindari

verbalisme dalam pelajaran.

b) Metode gradasi (pentahapan) dan pengulangan. Pengetahuan bersifat global

bertahap dan terperinci, agar penjelasan sesuai dengan tingkat berfikirnya.

c) Menggunakan media (alat peraga) untuk membantu siswa dalam memahami

materi pelajaran.

d) Melakukan karya wisata agar siswa mendapatkan pengalaman belajar secara

langsung.

(50)

f) Memberikan sanksi yang proporsional untuk menumbuhkan motivasi

(semangat) belajar siswasanksi yang positif dapat dilakukan dengan pemberian

pujian atau hadiah terhadap segala bentuk karya atau tingkah laku positif anak

didik. Sementara sanksi negatif berupa hukuman hanya dilakukan bila anak

didik berperilaku negatif, namun hendaknya dengan pendekatan yang lebih

bijaksana.

3. H.M Arifin.

Beberapa metode pendidikan yang dilontarkan H.M. Arifin, bisa dikaitkan

dengan mewakili metode modern ahli pendidikan dewasa ini (Arief, 2002:46),

yaitu:

a) Metode situasional dan kondisional dalam pembelajaran.

b) Metode tarhib dan targhib, untuk mendorong minat belajar anak didik agar

terlepas dari paksaan atau tekanan.

c) Metode kebermaknaan, yaitu menjadikan anak bergairah belajar dengan

menyadarkan bahwa pengetahuan itu bermakna dalam hidupnya.

d) Metode dialog, melahirkan sikap saling terbuka antara guru dan murid.

e) Metode pemberian contoh keteladanan yang baik, yang akan mempengaruhi

tingkah laku dan sikap mental anak didik.

f) Metode diskusi, memantapkan pengertian dan sikap mental anak terhadap

suatu masalah

g) Metode induktif dan deduktif.

h) Metode demonstrasi.

i) Metode eksperimen

(51)

4. Berkaitan dengan metode pendidikan Islam, Fatah Yasin menyebutkan beberapa

metode pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh yang antara lain:

a) Metode ilmiah-rasional

b) Metode munazharah (berdebat)

c) Metode berdiskusi (mujadalah)

5. An-Nahlawi menyebutkan 7 metode pendidikan Islam dalam bukunya yang

berjudul Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam (1989).

a) Metoda hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi.

b) Mendidik dengan kisah-kisah Qurani dan Nabawi.

c) Mendidik dengan amtsal (perumpamaan) Qurani dan Nabawi.

d) Mendidik dengan memberi teladan.

e) Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman.

f) Mendidik dengan mengambil „ibarah (pelajaran) dan mau‟idhah (peringatan).

g) Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat takut).

6. Zakiyah Daradjat dalam bukunya Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam

mengatakan ada beberapa metode pengajaran yang dikenal secara umum, antara

lain adalah:

a) Metode ceramah, memberikan pengertian dan uraian sesuatu masalah.

b) Metode diskusi, memecahkan masalah dengan berbagai tanggapan.

c) Metode eksperimen, mengetahui proses terjadinya suatu masalah.

d) Metode demonstrasi, menggunakan alat peraga memperjelas sebuah masalah.

e) Metode pemberian tugas, dengan cara memberi tugas tertentu secara bebas

dan bertanggung jawab.

f) Metode sosiodrama, menunjukkan tingkah laku kehidupan.

Referensi

Dokumen terkait

TAP MPR yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) huruf b Undang-udang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, bisa djabarkan melalui

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan diketahui bahwa kedua variabel penelitian antara iklan dan minat beli, terbukti memberikan pengaruh yang signifikan

Itseilmaisuksi koettiin muun muassa se, että sai itse päättää valmistettavan tuotteen tyylin, tai millaisen siitä tekee (esim. kuudennen luokan teknisen työn lamppu).. Oma

Potensi sumberdaya ikan kembung dapat diketahui dari data dan informasi tentang hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan kembung selama 5 tahun terakhir dengan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara trust kelompok dengan kecemasan menghadapi pertandingan pada pemain futsal

Hasil analisa dengan program HEC RAS dengan debit rancangan untuk periode ulang 25 tahun didapatkan ketinggian air di hilir Sungai Mookervart adalah 4.2 m dan air

pengalaman karir alumni Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam yang berprofesi sebagai Guru Pembimbing, faktor-faktor yang mempengaruhi subjek dalam pemilihan karir, dan