METODE PENDIDIKAN ISLAM
DALAM PERSPEKTIF AL QURAN SURAT AL MAIDAH
AYAT 67 DAN AL NAHL AYAT 125
( KAJIAN TAFSIR AL MISBAH)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
MOCHAMAD MANGSUR
NIM 11110077
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
SKIRPSI
METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QURAN SURAT AL
MAIDAH AYAT 67 DAN AL NAHL AYAT 125 (KAJIAN TAFSIR AL MISBAH)
DISUSUN OLEH MOCHAMAD MANGSUR
NIM : 111 10 077
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 Maret 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna
memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Drs. A. Bahrudin. M.Ag _______________
Sekretaris Penguji : M. Ghufron, M.Ag _______________
Penguji I : Muna Erawati, M. Psi _______________
Penguji II : Dr. M. Zulfa, M.Ag _______________
Salatiga, 10 April 2015 Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M. Pd
NIP. 19670112 199903 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Mochamad Mangsur
NIM : 111 10 077
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, 9 Januari 2015
Yang Menyatakan,
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunnya maka skripsi Saudara:
Nama : Mochamad Mangsur
NIM : 111 10 077
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF
AL QURAN SURAT AL MAIDAH AYAT 67 DAN AL
NAHL AYAT 125 ( KAJIAN TAFSIR AL MISBAH)
telah kami setujui untuk dimonaqosyahkan.
Salatiga, 9 Januari 2015
Pembimbing
M. Ghufron, M. Ag
MOTTO
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
PERSEMBAHAN
Teruntuk Ibuku tercinta ( Ibu Rusyati) terimakasih namaku selalu engkau sebut
dalam setiap doa-doamu selama ini, pengorbanan yang tiada pernah terhenti walaupun
aku tahu tubuhmu sudah cukup letih untuk tetap bekerja demi anakmu dan keluargamu,
kasih sayang yang tak pernah bisa tergantikan oleh apapun, semoga selalu diberi
kekuatan, kesehatan, dan umur panjang. Bapakku (Bapak Nur Rochmad) yang telah dulu
mendahului kami, teriring doa semoga dalam rahmat dan ampunan Allah SWT. selalu
menyertaimu sehingga menjadikan lapangnya kuburmu. Terimakasih telah menjadi
orang tua terbaik dan sempurna di dunia ini untuk kami anak-anakmu.
Terimakasih untuk keluarga besarku, saudaraku, keponakan-keponakanku yang
selalu membesarkan hatiku, sahabatku, dan perempuan yang selalu menemani,
memahami, dan membantu setiap kesulitan diriku maupun keluargaku. Terucap kasih
dan sayang untuk kalian semua.
Semua ini aku persembahkan untuk mereka yang selalu membimbingku,
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Metode Pendidikan Islam dalam Perspektif Al Quran Surat Al Maidah Ayat 67 dan Al Nahl Ayat 125 (Kajian Tafsir Al Misbah)”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana S1
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak
akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Bapak Rasimin, SPd.I, M.Pd Selaku Ketua Program Studi PAI IAIN Salatiga.
4. Bapak M. Ghufron M. Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan motivasi, bimbingan, pengarahan, dan sumbangan pemikiran dalam
masa bimbingan hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dra.Siti Farikhah,M Pd.Selaku dosen pembimbing akademik.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan bagian akademik IAIN
Salatiga.
7. Kyai Ahmad Qomarudin dan Nyai Nurul Hidayah (Pengasuh PonPes Nurul
Musthofa) yang secara terus menerus menjaga dan menata rohaniku
8. Bapak (Nur Rochmad) dan Ibu (Rusyati) yang selalu memberikan dukungan baik
moril maupun materi serta dengan tulus ikhlas tiada henti mendoakan agar dapat
menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.
9. Semua teman-teman PAI angkatan 2010 (khususnya PAI B), PPL, dan KKN
yang selalu memotivasi dan saling mendukung agar cepat menyelesaikan
perkuliahan ini.
Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang tentunya
sumbangan pemikiran pendidikan Islam, berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin…
Salatiga, 9 Januari 2015
Penulis
Mochamad Mangsur
ABSTRAK
Mangsur, Mochamad. 2015. METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QURAN SURAT AL MAIDAH AYAT 67 DAN AL NAHL AYAT 125 ( KAJIAN TAFSIR AL MISBAH). Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Instutut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Pembimbing. M. Ghufron, M. Ag,.
Kata kunci : Metode Pendidikan Islam, Surat Al Maidah, Surat Al Nahl, dan Tafsir Al Mishbah.
Penelitian ini membahas metode pendidikan Islam dalam ayat Al-Quran khususnya ayat dalam surat Al Maidah dan surat Al Nahl. Fokus penelitian yang dikaji adalah: 1. Bagaimana prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan Islam. 2. Bagaimana metode pendidikan Islam yang ada dalam surat Al Maidah ayat 67 dan surat Al-Nahl ayat 125.
Penelitian ini dikategorikan dalam jenis penelitian kepustakaan (Library Reseach)
atau “kualitatif literal”. Penelitian kepustakaan adalah penelitian dengan mencari dan
mengumpulkan kepustakaan atau bahan-bahan bacaan untuk mencari dan membandingkan naskah atau pendapat para ahli tafsir dan ahli pendidikan tentang metode pendidikan Islam, kemudian dianalisa untuk mendapatkan tujuan penelitian. Secara garis besar penulis menghendaki hasil penelitian ini memberi kontribusi dalam nuansa keilmuan pendidikan berkaitan dengan metode-metode pendidikan Islam, khususnya untuk memberi kemudahan pengajar dalam menunjukkan keberadaan dalil-dalil yang ada dalam Al-Quran berhubungan dengan metode yang digunakan pada proses belajar mengajar.
Hasil penelitian menunjukan bahwa prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan Islam antara lain: Mengetahui motivasi (dorongan batin), kebutuhan dan minat anak didiknya. Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan anak didik. Mengetahui perbedaan-perbedaan karakter individu di dalam anak didik. Metode dalam proses pendidikan memiliki fungsi yang sangat signifikan. Banyak pendapat yang
menyatakan seberapa urgensi dari metode pendidikan seperti “Al-Thariqatu Ahammu min
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Daftar nilai SKK
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 10
C. Rumusan Masalah... 10
D. Tujuan Penelitian ... 11
E. Manfaat Penelitian ... 11
F. Metode Penelitian ... 12
1. Jenis Penelitian... 12
2. Metode Pengumpulan Data... 12
3. Metode Analisa Data ... 12
G. Sistematika Penulisan ... 14
A. Pengertian Metode Pendidikan Agama Islam... 16
B. Fungsi Metode Pendidikan Agama Islam... 19
C. Prinsip Metode Pendidikan Agama Islam... 21
D. Karakteristik Metode Pendidikan Agama Islam.. 33
E. Pendekatan-Pendekatan Metode Pendidikan Agama Islam... 35
F. Macam-Macam Metode Pendidikan Islam... 39
BAB III TAFSIR SURAT AL-MAIDAH AYAT 67 DAN AL-NAHL AYAT 125 DALAM PERSPEKTIF TAFSIR AL-MISHBAH A. Tafsir Al-Mishbah... 64
1. Biografi Mufassir ... 64
2. Sistematika Tafsir Al-Mishbah... 66
B. Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 67 dan Al-Nahl Ayat 125... 70
1. Surat Al-Maidah Ayat 67... 70
a. Penjelasan Ayat... 70
b. Asbabun Nuzul... 72
c. Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 67... 73
d. Kandungan Isi Surat Al-Maidah Ayat 67. 78 2. Sutar Al-Nahl Ayat 125... 80
a. Penjelasan Ayat... 80
b. Tafsir Surat Al-Nahl Ayat 125... 83
c. Kandungan Isi Surat Al-Nahl Ayat 125.... 92
BAB IV METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-MAIDAH AYAT 67 DAN AL-NAHL AYAT 125 MENURUT TASFIR AL-MISHBAH A. Metode Pendidikan Islam dalam Surat Al-Maidah Ayat 67... 94
1. Metode Pendidikan dalam Surat Al-Maidah Ayat 67... 94
B. Relevansi Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 67 dan
Al-Nahl Ayat 125 dalam Kehidupan Sehari-Hari... 105
1. Surat Al-Maidah Ayat 67... 105
2. Surat Al-Nahl Ayat 125... 107
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 109
B. Saran ... 113
C. Penutup ... 114
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk termulia dari segenap makhluk yang ada di alam ini.
Dalam Al-Quran banyak ditemukan gambaran yang membicarakan tentang manusia
dan makna filosofis dari penciptaanya. Manusia merupakan makhluk-Nya paling
sempurna dan sebaik-baik ciptaan yang dilengkapi dengan akal fikiran (al-Rasyidin,
2005:1). Sebagai makhluk pilihan yang mengemban banyak tugas maka Tuhan
membedakannya dengan makhluk lain seperti hewan, jin, dan malaikat. Di samping
itu manusia juga dibekali bentuk fisik yang sempurna, harmonis dan indah.
sebaik-baiknya”. (Departemen Agama RI, 2007: 903)
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa secara jelas manusia diberi kelebihan
bentuk fisik yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Manusia dilengkapi dengan
pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba, akal atau daya untuk berpikir, dan hati
yang selalu merasakan. Setiap manusia yang diciptakan setidaknya memiliki
kelengkapan tersebut terutama akal dan perasaan. Akal pusatnya di otak dan
fungsinya untuk berfikir. Perasaan pusatnya di hati, fungsinya untuk merasa dan
dalam tingkat yang paling tinggi ia melahirkan “kata hati”. Fungsi fikir dan rasa tidak
(Djumransyah, 2007:29). Begitu juga dengan orang yang memikirkan sesuatu pasti
juga terlahirah sebuah perasaan tertentu hasil dari akal yang bekerja dalam otak
manusia.
Sebagai makhluk yang Allah sertakan dengan akal dan perasaan maka
manusia memungkinkan untuk mengembangkan dan menghasilkan ilmu pengetahuan
dan seterusnya menghasilkan kebudayaan. Untuk lebih jelasnya akal adalah alat untuk
menuntut ilmu, dan ilmu merupakan solusi dari setiap kesulitan manusia dan untuk
mempertahankan eksistensinya. Dengan demikian Islam memerintahkan untuk
menuntut ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya, agar memiliki pengetahuan yang dapat
digunakan untuk tercapainya menjadi makhluk yang sempurna. Faktor terbesar yang
membuat makhluk manusia itu mulia adalah karena ia berilmu. Ia dapat hidup senang
dan tenteram karena memiliki dan menggunakan ilmunya. Ia dapat menguasai alam
ini dengan ilmunya. Iman dan takwanya dapat meningkat dengan ilmu juga (Darajat,
2011:7). Ilmu juga yang membedakan antara manusia yang dimuliakan dan yang tidak
dimuliakan. mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Departemen Agama RI, 2007:660)
Karena selain secara fisik dan psikologis manusia sebagai makhluk terbaik, ia
tidak kalah penting adalah menjadi khalifah Allah di muka bumi. Manusia yang diberi
wewenang secara langsung oleh Tuhan untuk mendiami, mengurus, dan mengolah
dengan sebaik-baiknya sehingga dapat dipergunakan untuk kesejahteraan seluruh
umat manusia. Tanggung jawab besar dipikul oleh manusia sebagai khalifah dalam
kaitanya dengan mengurus alam semesta sehingga dapat mengambil manfaat dari
kerja kerasnya.
meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(Departemen Agama, 2007:202)
Manusia sebagai makhluk pedagogik yang memiliki potensi dapat dididik dan
mendidik sehingga memiliki tugas mulia yakni menjadi penguasa, maka dibutuhkan
ilmu pengetahuan yang cukup. Dalam hubungan ini, pendidikan memegang peran
utama untuk mencapai kesempurnaan berfikir. Tidak ada jalan lain selain melalui
proses pendidikan, agar akal pikiran dapat kembali kefitrahnya. Manusia dibekali
fitrah, untuk membedakan yang baik dan buruk (Munir, 2003:25). Dengan kata lain,
manusia yang dianggap sebagai khalifah Allah tidak akan menjunjung tinggi
tanggung jawab kekhalifahannya, kecuali dilengkapi dengan potensi-potensi yang
itu memiliki karakteristik-karakteristik unik. Atribut pertama yang penting adalah
manusia dilengkapi dengan fithrah yang dimiliki sejak lahir (Abdullah, 1994:56).
Malalui pendidikan manusia juga akan menjadi manusia yang dimanusiakan
sebagai hamba Allah yang mampu mentaati ajaran-ajaran-Nya. Pendidikan adalah
proses untuk menuju kedewasaan seseorang yakni adanya interaksi antara peserta
didik dengan pendidik yang mewariskan pola-pola tingkah laku yang didasarkan pada
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu setiap situasi pendidikan
harus disesuaikan dengan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai, materi yang akan
diberikan, dan metode yang akan dipergunakan sehingga proses belajar mengajar itu
dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. Sementara itu, pendidikan merupakan
usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan
intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam
membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang
dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai
khalifah Allah SWT., baik kepada Tuhannya, sesama manusia dan sesama makhluk
lainnya (Arief, 2002:41). Sebagai salah satu komponen pokok dalam pendidikan,
metode berperan sangat penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, karena ia
menjadi sarana untuk menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum
pendidikan, agar dapat dipahami oleh peserta didik, dan menjadi pengertian yang
fungsional bagi tingkah lakunya.
Pengertian pendidikan seperti sekarang ini di zaman Nabi belum lazim pakai atau
diketahui, tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan
ketrampilan berbuat, memberi motivasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang
mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu telah mencakup arti
pendidikan dalam pengertian sekarang. Seperti halnya masyarakat Arab Makah yang
tadinya kafir, musyrik, dan bertabiat buruk, atas usaha dan kegigihan Nabi untuk
mengimankan dan mengislamkan mereka kemudian mereka berubah menjadi
penyembah Allah yang taat dan berakhlak mulia. Dengan demikian Nabi telah
menjadi pendidik yang membina, mendidik, dan mengajar kepribadian masyarakat
Jahiliyah secara tidak langsung untuk membentuk pribadi muslim sesuai Al-Quran
dan keberhasilan beliau sangat diakui dunia pendidikan Islam. Apa yang beliau
lakukan dalam membentuk kepribadian manusia yang mulia, kita rumuskan sekarang
dengan pendidikan Islam. Cirinya adalah perubahan sikap dan perilaku sesuai dengan
petunjuk ajaran Islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat, dan
lingkungan yang menunjang.
Pendidikan merupakan persoalan yang kompleks, menyangkut semua komponen yang
terkandung di dalamnya. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan
Al-Quran dan As-Sunnah selain mempunyai tujuan keilmuan, juga mempunyai tujuan
menjadikan manusia sebagai khalifah yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik
(Arief, 2002:29). Jadi untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dalam
ajaran Islam tidak semudah membalikkan telapak tangan, oleh karena itu perlu adanya
kegigihan, kesungguhan, dan kesabaran dalam menjalankannya serta pandai-pandai
dalam memilih metode yang cocok untuk proses pembelajaran sesuai materi maupun
kondisi dan kebutuhan. Di sinilah pentingnya sebuah metode atau jalan untuk
mencapai sesuatu tujuan yang dikehendaki sehingga Allah SWT. menegaskannya
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (Departemen Agama RI, 2007: 150)
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat
signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer
ilmu pengetahuan/materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih signifikan
dibanding dengan materi sendiri. Sebuah adigum mengatakan bahwa “Al-Thariqat
Ahammu min al-Maddah” (metode jauh lebih penting dibanding materi), adalah
sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta
didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu
menarik. Sebaliknya, materi yang cukup baik, karena disampaikan disampaikan
dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri kurang dapat dicerna oleh
peserta didik (Arief, 2002:39). Hubungan antara metode dan tujuan pendidikan
merupakan hubungan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan dapat berhasil dengan baik jika didukung oleh
pemakaian dan pemilihan metode pendidikan yang tepat. Subjek pendidikan juga
perlu memiliki kompetensi yang mahir dalam menerapkannya sehingga peserta didik
dapat belajar dengan senang hati dan proses belajar mengajar menimbulkan kesan
Tujuan pendidikan Islam tidak hanya sesederhana yang ingin membentuk kepribadian
manusia yang baik tetapi pendidikan Islam menitik beratkan semua aspek pendidikan
agama yang berupa aqidah, syariah, dan akhlak. Kongres se-dunia ke II tentang
pendidikan Islam tahun 1980 di Islamabad menyatakan bahwa: Tujuan pendidikan
Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia
(peserta didik pen.) secara menyeluruh dan seimbang dan yang dilakukan melalui
latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional, perasaan dan
indera. Karena itu, pendidik hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah
peserta didik; aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, dan bahasa, baik secara
individual maupun kolektif; dan mendorong semua aspek tersebut berkembang kearah
kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada
perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas,
maupun seluruh umat manusia (Al-Rasyidin, 2005:38). Dari sangat kompleksnya
tujuan yang akan dicapai maka dibutuhkan juga pendekatan dan metode yang sesuai
dengan materi-materi ajaran Islam yaitu metode-metode pendidikan yang ada dalam
Al-Quran. Metode pendidikan yang disajikan di dalam Al-Quran banyak sekali
variannya. Oleh karena itu, pendidik dituntut untuk dapat memilih dan menggunakan
metode yang mempertimbangkan aspek efektivitasnya dan relevansinya dengan
materi yang disampaikan, akan tetapi realita di lapangan masih banyak sekali kendala
yang dihadapi khususnya pendidik dalam proses penyampaian materi. Dalam
penggunaan metode masih sering ditemui ketidak cocokan antara bahan ajar dengan
cara menyampaikannya maupun penggunaan metode yang kurang variatif.
Al-Quran adalah pedoman untuk seluruh umat manusia, sehingga begitu kompleks
sekali isi kandungannya, juga terdapat banyak sekali metode pendidikan yang terdapat
Menyadari pentingnya metode yang tepat dalam menyampaikan materi dalam proses
belajar mengajar sehingga mempengaruhi keberhasilan peserta didik maka penulis
terdorong menyusun skripsi yang berjudul METODE PENDIDIKAN ISLAM
DALAM PERSPEKTIF AL QURAN SURAT AL MAIDAH AYAT 67 DAN AL NAHL AYAT 125 (KAJIAN TAFSIR AL-MISHBAH). Judul ini dipilih karena
ketertarikan penulis terhadap nuansa keilmuan dunia pendidikan Islam yang minim
dengan kecakapan tenaga pengajar yang kurang profesional dalam melaksanakan
tugas pengajarannya. Kecakapan guru yang dirasa kurang dalam kaitannya dengan
proses pengajaran salah satunya adalah kemampuan dalam menggunakan metode
pembelajaran, dengan demikian penulis berharap dapat memberikan sumbangsih
dalam mengembangkan dan memberi alternatif sajian pengetahuan yang positif
dalam proses belajar mengajar melalui skripsi ini. Ada pun pemilihan tafsir
Al-Mishbah sebagai pedoman utama kajian karena dianggap cakap dan kompetendan
diakui dalam dunia penafsiran Al-Quran sehingga untuk menjelaskan tema yang
diangkat penulisbisa secara jelas dapat dimengerti. Penjelasan yang berupa tafsir dari
mufassir bisa mudah dipahami dan dapat menghasilkan kesimpulan keilmuan dengan
bentuk skripsi.
B. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan singkatnya waktu pelaksanaan penyusunan skripsi,
peneliti membatasi pembahasan hanya pada ayat 67 surat Al Maidah dan ayat 125
dalam surat Al Nahl, karena di dalam ayat-ayat tersebut dirasa terdapat banyak
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat
terumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan Islam?
2. Bagaimana deskripsi metode pendidikan Islam yang terdapat dalam surat Al
Maidah ayat 67 dan Al Nahl ayat 125?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui deskripsi metode pendidikan Islam yang terdapat dalam surat
Al Maidah ayat 67 dan Al Nahl ayat 125.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberi wacana kepada pendidik tentang
metode-metode pendidikan Islam yang dapat dikaji kembali sehingga termotivasi
untuk menggunakan dalam proses belajar mengajar baik manfaat secara teoritis
maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah
menambah khasanah temuan penelitian baru mengenai metode pendidikan Islam
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis dari pelaksanaan penelitian ini untuk seorang
pengajar adalah dapat mengetahui dan memahami secara benar penafsiran yang
ada dalam ayat-ayat Al-Quran dalam kaitannya dengan cara pengajaran sehingga
dalam proses pengajaran dapat berjalan dengan lancar karena pemilihan metode
pengajaran yang sesuai atau cocok dengan materi yang disampaikan.
F. Metode penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dikategorikan dalam jenis penelitian kepustakaan (Library
Reseach) atau “kualitatif literal”. Penelitian kepustakaan adalah penelitian dengan
mencari dan mengumpulkan kepustakaan atau bahan-bahan bacaan untuk mencari
dan membandingkan naskah atau pendapat para ahli tafsir dan ahli pendidikan
tentang metode pendidikan Islam, kemudian dianalisa untuk mendapatkan tujuan
penelitian.
2. Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah sumber utama yakni
Al-Quran dan buku-buku yang membahas tentang metode pendidikan Islam.
Seperti buku yang berjudul prinsip-prinsip dan metoda pendidikan Islam, ilmu
pendidikan Islam, serta tafsir Al-Mishbah, dan tafsir lainnya sebagai rujukan
pemahaman penulis terhadap ayat yang sedang dikaji.
3. Metode Analisa data
Metode Analisa data yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode tafsir.
(mufassirin) terhadap makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Quran yang
berkaitan dengan metode pendidikan dan pendapat para ahli pendidikan.
Berdasarkan pemaknaan yang terkandung dalam ayat-ayat berdasarkan penafsiran
para ahli dan buku-buku yang relevan, maka disusunlah secara logis sehingga
menjadi dua hal yang saling bersinergi dan saling melengkapi.
Adapun metode tafsir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Metode tafsir maudhu‟i
Metode maudhu‟i ialah metode tafsir yang membahas ayat-ayat Al-Quran sesuai
dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan,
dihimpun. Kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek
yang terkait dengannya, seperti asbabun nuzul, kosa kata dan sebagainya.
Semua dijelaskan dengan rinci dan tuntas, serta didukung oleh dalil-dalil atau
fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik dari
argumen itu berasal dari Al-Quran, hadis, maupun pemikiran rasional (Baidan,
2000: 151). Adapun langkah-langkah penerapan metode ini sebagaimana
dijelaskan Farmawi antara lain. Pertama, menghimpun ayat-ayat yang
berkenaaan dengan judul. Kedua, menelusuri latar belakang turun (asbab
nuzul) jika ada. Ketiga, meneliti dengan cermat semua kata atau kalimat yang
dipakai. Keempat, mengkaji pemahaman ayat-ayat itu dari pemahaman
berbagai aliran dan pendapat para mufassir. Kelima, semua dikaji secara tuntas
b. Metode Induktif
Metode induktif yaitu melakukan analisis dari pengetahuan yang bersifat khusus
guna menarik kesimpulan yang bersifat umum. Metode ini digunakan dngan
cara menganalisa fakta-fakta dan persoalan yang khusus kemudian ditarik
kesimpulan yang umum, yakni dengan cara menganalisa data tentang konsep
metode pendidikan Islam dalam Surat Al-Maidah ayat 67 dan Al-Nahl ayat
125.
c. Metode Komparatif
Metode komparatif yaitu metode untuk membandingkan dua fenomena atau lebih
sehingga menghasilkan satu kesimpulan. Cara kerjanya semisal dengan
menyajikan perbandingan antara tafsir Al-Mishbah dengan tafsir lain
kemudian bisa diambil kesimpulan terhadap kajian yang dikehendaki.
G. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka, berisi tentang pengertian, fungsi, prinsip, karakteristik,
dan pendekatan metode, serta beberapa pendapat ahli pendidikan tentang
metode pendidikan Islam.
BAB III Tafsir Surat Al Maidah ayat 67 dan Al Nahl ayat 125 dalam perspektif
BAB IV Analisis Metode pendidikan Islam dalam Surat Al Maidah ayat 67 dan Al
Nahl ayat 125 Menurut Tafsir Al-Mishbah dan Relevansi dengan
Kehidupan Masa Kini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Metode Pendidikan Islam
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata
ini terdiri dari dua suku kata: yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan
“hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berati suatu jalan yang dilalui untuk
mencapai tujuan, dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqat”, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, “metode” adalah: “Cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk
mencapai maksud”, sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang
harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran
(Arief, 2002:40). M. Athiyah al-Abrasyi mengartikan metode sebagai jalan yang
dilalui untuk memperoleh pemahaman peserta didik. Sementara Abdul Aziz
mengartikan metode sebagai cara-cara memperoleh informasi, pengetahuan,
pandangan, kebiasaan berpikir, serta cinta kepada ilmu, guru, dan sekolah (Roqib,
2009:92).
Sedangkan pendidikan Islam atau pendidikan agama Islam (PAI)
sesungguhnya adalah pendidikan yag berorientasi pada penanaman nilai-nilai Islami
baik yang bersumber dari ajaran Islam (Al-Quran-Sunnah), maupun bersumber dari
nilai-nilai kemanusiaan yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam (Yasin,
2008:158). Di sisi lain pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk
manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya
untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah
2002:41). Pendidikan Islam juga dapat dipahami sebagai pendidikan khusus yang
berorientasi pada nilai-nilai agama yakni akidah, syari‟ah dan akhlak sebagai landasan
pendidikan sehingga Al-Quran, As-Sunnah, Ijma‟ dan Qiyas sebagai rujukan awal
pengambilan materi pendidikan dan juga sebagai sumber hukum Islam.
Pendidikan adalah keniscayaan dalam pembentukan manusia sebagai khalifah
di muka bumi. Dengan demikian maka hukum Islam adalah pegangan yang wajib
digunakan untuk mencapai tujuan manusia sebagai penguasa. Dapat dipahami bahwa
tujuan kekhalifahan manusia adalah sama dengan tujuan hukum Islam yang akan
dilaksanakan dalam kesehariannya. Adapun tujuan hukum Islam adalah, mencegah
kerusakan (mufsadah) dan mendatangkan kemashlahatan bagi ummat manusia,
mengurus dunia dengan bijak, serta menunjuki jalan yang ditempuh oleh akal
manusia, baik untuk kesejahteraan dunia maupun kebahagiaan di akhirat (Naim,
2009:134).
Di samping pengertian di atas, secara terminologi para ahli pendidikan Islam
telah mencoba menformulasikan pengertian pendidikan Islam. Di antara batasan yang
variatif tersebut (Al-Rasyidin, Nizar, 2005:31) adalah:
1. Al-Syaibani; mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah
tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam
sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran
sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi di antara sekian banyak profesi asasi
dalam masyarakat.
2. Muhammad Fadhil al-Jamaly; mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya
mengembalikan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis
proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi perserta didik yang lebih
sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun
perbuatannya.
3. Ahmad D. Marimba : mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan
kamil).
4. Ahmad Tafsir; mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan
oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan Islam adalah
prosedur umum dalam menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pendidikan yang
didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakekat Islam sebagai supra sistem (Roqib,
2009:91). Dengan bahasa yang sederhana, metode pendidikan Islam adalah cara yang
dapat dilakukan dalam memudahkan tercapainya tujuan pendidikan Islam yakni
menjadikan manusia yang berkepribadian sempurna (insan kamil) berdasarkan
Al-Quran dan Sunnah dengan adanya urutan kerja yang terencana, sistematis, dan
merupakan hasil eksperimen ilmiyah.
B. Fungsi Metode Pendidikan Islam
Berdasarkan definisi metode pendidikan Islam di atas, dapat dipahami bahwa
fungsi metode adalah alat untuk memudahkan tercapainya tujuan yang sudah
ditentukan dapat diterima peserta didik dengan mudah. Kerena pentingnya fungsi
dalam kaitannya dengan metode pendidikan sehingga dapat memilih dan
menggunakan dengan optimal agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Secara essensial metode sebagai alat yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan itu mempunyai fungsi ganda (Al-Rasyidin, 2005:67) yakni:
1. Polipragmatis, yaitu manakala metode itu mengandung kegunaan yang serba
ganda (multi purpose). Misalnya metode tertentu pada situasi tertentu dapat
dipergunakan untuk merusak, pada situasi dan kondisi yang lain dapat digunakan
untuk membangun atau untuk memperbaiki. Kegunaanya dapat bergantung
kepada si pemakai atau pada corak dan bentuk serta kemampuan dari metode
sebagai alat. Contoh konkrit dalam hal ini seperti Audio Visual Methods yang
mempergunakan video casette recorder yang dapat merekam dan menayangkan
semua jenis film, baik yang moralis maupun pornografis.
2. Monopragmatis, yaitu yang hanya dapat dipergunakan untuk mencapai satu
macam tujuan saja. Misalnya metode eksperimen ilmu alam yang menggunakan
laboratorium ilmu alam, hanya dapat dipergunakan untuk eksperimen-eksperimen
bidang ilmu alam, dan tidak dipergunakan untuk eksperimen ilmu-ilmu lain
seperti ilmu sosial dan lain-lain.
Pada prinsipnya fungsi metode pendidikan Islam adalah mengarahkan
keberhasilan belajar, memberi kemudahan dalam belajar mengajar berdasarkan pada
bakat dan minat peserta didik, serta mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan
belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik. Selain itu, fungsi metode
pendidikan adalah memberi inspirasi peserta didik melalui hubungan yang serasi
Di samping itu, fungsi metode pendidikan mempunyai prinsip agar pengajaran
dapat disampaikan dalam suasana yang menyenangkan, menggembirakan, dan penuh
motivasi sehingga materi dapat dengan mudah diterima. Dalam menyampaikan materi
pendidikan perlu ditetapkan metode yang berdasar pada pandangan dalam
menghadapi manusia sesuai dengan unsur penciptaanya, yaitu jasmani, rohani dan
dilengkapi akal perasaan yang mengarahkannya agar menjadi manusia yang
sempurna.
C. Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam
Prinsip pada dasarnya sama dengan asas, yakni kebenaran yang menjadi dasar
pemikiran, berperilaku dan sebagainya. Dalam kaitannya dalam metode pendidikan
Islam prinsip atau asas yang dimaksud adalah dasar pemikiran yang digunakan dalam
melaksanakan metode pendidikan Islam, sehingga perlu dipahami terlebih dahulu
prinsip-prinsip metodologi pendidikan Islam sebagai dasar pijakan dalam nuansa
keilmuan.
Secara esensial metode pendidikan Islam merupakan alat yang bisa dicapai
untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, dan ini dianggap oleh para ilmuan
pendidikan sebagai bagian penting dalam sistem pendidikan Islam. Dalam syair
dikatakan bahwa “Al-Thariqatu Ahammu min al Maddah” maksutnya bahwa
metodologi itu dianggap lebih penting dari pada penguasaan materi. Rasionalisasi dari
pernyataan di atas adalah apabila seorang pendidik menguasai banyak materi, namun
tidak memahami bagaimana materi tersebut bisa dididikan ke peserta didik (tidak
menguasai metodologi), maka proses transformasi dan pewarisan nilai-nilai
pendidikan Islam sulit dicapai. Namun sebaliknya, apabila seorang pendidik hanya
cara/strategi/teknik pembelajaran, maka dimungkinkan peserta didik akan kreatif
dalam mencari dan mengembangkan materi sendiri dan tidak harus menerima materi
dari pendidiknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan para filosof pendidikan dari Barat
bahwa “pendidikan itu pada hakikatnya adalah proses pemberian kail untuk
digunakan mencari ikan, dan bukan proses memberi ikan untuk dimakan oleh anak
didik” (Yasin, 2008:133). Dalam adagium ushuliyah dikatakan bahwa “Al-Amru Bi
Sya‟i Amru Biwasailihi, Walil Wasaili Hukmul Maqosidi.” Artinya perintah terhadap
sesuatu termasuk di dalamnya adalah pendidikan maka perintah pula mencari
mediumnya (metode), dan bagi medium hukumnya sama halnya dengan apa yang
dituju (Muhaimin, Mujib, 1993: 229). Oleh karena itu penerapan metode yang tepat
sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Metode yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak efesien.
Prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan Islam menurut Omar
Muhammad Al-Toumy Al-Saibaby adalah (Arief, 2002:93) sebagai berikut:
1. Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat anak didiknya;
2. Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum pelaksaan
pendidikan.
3. Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan anak didik.
4. Mengetahui perbedaan-perbedaan individu di dalam anak didik.
5. Memperhatikan kepahaman, dan mengetahui hubungan-hubungan, integrasi
pengalaman dan kelanjutanya, keaslian, pembaruan dan kebebasan berfikir.
6. Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi
anak didik.
Muhtar Yahya (Muhaimin, Mujib, 1993: 241-242) menyebutkan ada empat
asas umum metode pendidikan Islam, yaitu:
1. At-Tawassu‟ Fil Maqashid la fi Alat (prinsip pencarian ilmu yang dimaksud bukan
ilmu alat)
Prinsip yang menganjurkan untuk menuntut ilmu sebagai tujuan bukan
sebagai alat. Prinsip ini sebagai antisipasi dari berkembangnya asumsi bahwa ilmu
terbagi kepada dua: pertama, ilmu yang digunakan untuk dzatnya sendiri, seperti
ilmu agama dll., dan kedua, ilmu yang berfungsi sebagai alat untuk membantu
ilmu-ilmu yang lain, seperti ilmu Nahwu, Saraf, Balaghah dll.
2. Mura‟tul Isti‟dad Wa Thab‟i(prinsip memperhatikan minat dan tabiat)
Sebuah prinsip yang sangat memperhatikan pembawaan dan
kecenderungan anak didik. Dengan memperhatikan prinsip ini, maka metode yang
digunakan pun adalah metode yang dapat disesuaikan dengan pembawaan dan
kecenderungan tersebut.
3. At-Tadarruj Fi Talqien (prinsip pemberian pengajaran bertahap)
Al-Ghazali menyebutkan “Berilah pelajaran kepada anak didik sesuai
dengan tingkat kemampuan mereka”. Atas dasar pemikiran bahwa anak didik
memiliki tingkatan-tingkatan kematangan dalam berfikir, maka setiap pendidik
seyogyanya mempertimbangkan metode mana yang tepat diaplikasikan sesuai
dengan tingkat berfikir anak didik.
Ibn Khaldun, sebagaimana yang dikutip oleh Muhtar Yahya mengatakan,
bahwa ada tiga tahap dalam mengaplikasikan metode pendidikan Islam (Arief,
a) Tahap awal (Al-Marhalah Al-Ula), pendidik memberikan masalah-masalah
yang menjadi topik pokok suatu bab, lalu menerangkan secara global dengan
memperhatikan kesanggupan otak anak didik untuk memahaminya.
b) Tahap kedua (Al-Marhalah al-Tsani), pengulangan mempelajari tiap-tiap bab
dari suatu mata pelajaran dengan keterangan dan penjelasan yang lebih luas
sebagai tangga untuk mempelajari secara mendalam.
c) Tahap ketiga (Al-marhalah al-Tsalits), dipelajari setiap mata pelajaran dengan
mendalam, sehingga anak didik dapat menguasai masalah-masalah dengan
sempurna.
4. Min al-Mahsus Ila al Maq‟ul (prinsip pengajaran dari yang khusus menuju yang
filosofis)
Tidak dapat dibantah bahwa setiap manusia merasa lebih mudah
memahami segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indranya. Sementara
hal-hal yang bersifat hissi atau rasional apalagi hal-hal yang bersifat irrasional,
kemampuan akal sulit untuk menangkapnya. Oleh karena itu prinsip
berangsur-angsur merupakan prinsip yang sangat perlu diperhatikan untuk memilih dan
mengaplikasikan sebuah metode dalam proses belajar mengajar.
Inti prinsip-prinsip pemakaian metode pendidikan agama Islam (Arief,
2002:95) dapat dibagi kepada:
1. Pengenalan yang utuh terhadap peserta didik; umur, kepribadian dan tingkat
kemampuan mereka,
2. Berstandar kepada tujuan, oleh karena metode diaplikasikan untuk mencapai
tujuan.
Secara sederhana Muhammad Abdul Qodir Ahmad (Muhaimin, Mujib, 1993:
241) merumuskan tiga asas pokok metode pendidikan Islam, yaitu:
1. Adanya relevansi dengan kecenderungan dan watak anak didik, baik dari aspek
intelegensinya, serta aspek sosial, ekonoomi dan status keberadaan orang tuanya.
2. Memelihara prinsip-prinsip umum, seperti:
a) Berangsur-angsur dalam pengajaran dari yang mudah menuju yang sulit.
b) Berangsur-angsur dalam pengajaran dari yang jelas dan terperinci menuju
pada yang pengajaran ganda yang terstruktur.
c) Berangsur-angsur dalam pengajaran dari yang konkret menuju yang abstrak.
d) Berangsur-angsur dalam pengajaran dari yang indrawi (kebenaran ilmiah)
menuju pada yang ma‟quli (kebenaran filosofis).
3. Memperhatikan perbedaan-perbedaan antar individu, baik dilihat dari
kemampuan, kepribadian, etika, intelegensi, watak, dan produktivitasnya.
Sesungguhnya metode pendidikan Islam memiliki asas-asas di mana ia tegak
berdiri dan memperoleh unsur, tujuan dan prinsip-prinsip. Asas-asas tersebut pada
prinsipnya tidak banyak berbeda dengan asas-asas tujuan dan kurikulum pendidikan
Islam. Konsep ini menggambarkan bahwa seluruh komponen yang terkait dalam
proses pendidikan Islam adalah merupakan satu kesatuan yang membentuk suatu
sistem.
Adapun prinsip-prinsip metodologis yang dijadikan landasan psikologis yang
memperlancar proses kependidikan Islam yang sejalan dengan ajaran Islam adalah
sebagai berikut (Rosyadi, 2004:215):
1. Prinsip memberikan suasana kegembiraan.
3. Prinsip kebermaknaan bagi peserta didik.
4. Prinsip pra-syarat.
5. Prinsip komunikasi terbuka.
6. Prinsip pemberian pengetahuan yang baru.
7. Prinsip memberikan perilaku yang baik.
8. Prinsip praktek secara aktif.
9. Prinsip kasih sayang dan pembinaan kepada anak didik dan lain sebagainnya.
Secara umum, asas-asas metode pendidikan Islam itu menurut al-Syaibany,
(Al-Rasyidin, 2005:68) adalah:
1. Asas Agama, yaitu prinsip-prinsip, asas-asas dan fakta-fakta umum yang diambil
dari sumber asasi ajaran Islam, yakni Al Quran dan Sunnah Rasul
2. Asas Biologis, yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan jasmani dan
tingkat perkembangan usia peserta didik.
3. Asas Psikologis, yaitu prinsip yang lahir di atas pertimbangan kekuatan
psikologis, seperti motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, kesedihan,
bakat dan kecakapan akal atau kapasitas intelektual.
4. Asas Sosial, yaitu asas yang bersumber dari sosial manusia seperti tradisi,
kebutuhan-kebutuhan, harapan dan tuntutan kehidupan yang senantiasa maju dan
berkembang.
Sementara dari sudut pelaksanaanya, asas-asas metode pendidikan Islam dapat
diformulasikan kepada (Muhaimin, Mujib, 1993:234-240):
1. Asas Motivasi, yaitu usaha pendidik untuk membangkitkan perhatian peserta didik
2. Asas Aktivitas, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ambil
bagian secara aktif dan kreatif dalam seluruh kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan.
3. Asas Apersepsi, yaitu mengupayakan respon-respon tertentu dari peserta didik
sehingga mereka memperoleh perubahan tingkah laku, perbendaharaan konsep,
dan kekayaan akan informasi.
4. Asas Peragaan, yaitu memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan
mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata, baik dalam bentuk aslinya
maupun tiruan.
5. Asas Ulangan, yaitu usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan
belajar peserta didik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
6. Asas Korelasi, yaitu menghubungkan suatu bahan pelajaran dengan bahan
pelajaran lainnya, sehingga membentuk mata rantai yang erat.
7. Asas konsentrasi, yaitu memfokuskan pada suatu pokok masalah tertentu dari
keseluruhan bahan pelajaran untuk melaksanakan tujuan pendidikan serta
memperhatikan peserta didik dalam segala aspeknya.
8. Asas Individualisasi, yaitu memperhatikan perbedaan-perbedaan individual
peserta didik.
9. Asas Sosialisasi, yaitu menciptakan situasi sosial yang membangkitkan semangat
kerja sama antara peserta didik dengan pendidik atau sesama peserta didik dan
masyarakat, dalam menerima pelajaran agar lebih berdaya guna.
10.Asas Evaluasi, yaitu memperhatikan hasil dari penilaian terhadap kemampuan
yang dimiliki peserta didik sebagai umpan balik pendidik dalam memperbaiki cara
11.Asas Kebebasan, yaitu memberikan keleluasaan keinginan dan tindakan bagi
peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacu pada hal-hal yang
positif.
12.Asas Lingkungan, yaitu menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh
lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan akibat interaksi lingkungan.
13.Asas Globalisasi, yaitu memperhatikan reaksi peserta didik terhadap lingkungan
secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, sosial
dan sebagainya.
14.Asas Pusat-Pusat Minat, yaitu memperhatikan kecenderungan jiwa tetap ke
jurusan suatu yang berharga bagi seseorang.
15.Asas Ketauladanan, yaitu memberikan contoh terbaik untuk ditiru dan ditauladani
peserta didik.
16.Asas Pembiasaan, yaitu membiasakan hal-hal positif dalam diri peserta didik
sebagai upaya praktis dalam pembinaan mereka.
Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara metode (termasuk
juga strategi dan teknik) dalam pendidikan Islam dengan metode dalam pendidikan
lain. Jika diperhatikan, perbedaannya hanya terletak pada nilai spiritual dan mental
yang menyertainya pada saat metode tersebut dilaksanakan atau dipraktikan. Prinsip
metode pendidikan Islam yang mengandung unsur-unsur pembeda tersebut (Roqib,
2009:95) antara lain:
1. Niat dan orientasi dalam pendidikan Islam, yakni untuk mendekatkan hubungan
antara manusia dengan Allah dan sesama makhluk. Pendekatan kepada Allah
dilakukan dengan banyak mengingat-Nya yang disertai dengan tauhid,
mengesakan Allah SWT. Tauhid ini yang menjadi ruh bagi setiap muslim. Prinsip
metode yang lain. Penerapan metode apa pun diperbolehkan asalkan mampu
memperkuat keimanan dam pengabdian kepada Allah SWT. Keimanan dan
ketakwaan yang meningkat secara vertikal tersebut akan berdampak secara
horizontal sehingga peserta didik menjadi lebih harmonis dengan sesama manusia
dan sesama makhluk hidup lain di dunia ini.
2. Keterpaduan (integrative, tauhid), dalam arti bahwa dalam pendidikan Islam ada
kesatuan antara Iman-Ilmu-Amal, Iman-Islam-Ihsan, dzikir-fikr (hati dan pikir),
zhahir-batin (jiwa-raga), dunia akhirat, serta yang dulu-sekarang-akan datang.
Semuanya harus seimbang, selaras,dan menyatu. Kesatuan dan kesalingterkaitan
ini merupakan artikulasi dari ketauhidan yang menjadi karakteristik pendidikan
Islam.
pendidikan Islam harus memegang teguh prinsip kejujuran (akademik).
Kebohongan dan dusta (kidzb) dalam bentuk apapun tidak dibenarkan. Jika
realitas (politik) bertentangan dengan hasil penemuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, misalnya, seorang pendidik (peneliti) harus tetap menyampaikan
kebenaran tersebut: katakan kebenaran meski terasa pahit (qul al-haqqa walau
kana murran).
5. Keteladanan. Dalam pendidikan Islam ada kesatuan antara Iman-Ilmu-Amal.
Pendidik dituntut menjadi contoh teladan bagi peserta didiknya. Tidak
harus juga bisa menjadi contoh bagaimana ia menjalankan shalat dengan baik dan
benar. Meskipun demikian, ada dispensasi (rukhshah) jika pendidik berhalangan
secara syar‟i semisal ia mengajar tentang haji sementara ia belum memiliki biaya
untuk naik haji sehingga belum mampu berhaji.
6. Berdasar pada nilai. Metode pendidikan Islam tetap berdasarkan pada nilai
etika-moral (al-akhlaq al-karimah). Pengajar yang mengajar praktikum kimia atau
geologi misalnya, dia tetap harus menjaga hubungan antara laki-laki dan
perempuan, tidak berdua-duaan (di ruang tertutup) yang bisa mengakibatnya
munculnya fitnah. Hal ini karena metode pendidikan Islam sarat nilai, tidak bebas
nilai.
7. Sesuai dengan usia dan kemampuan akal anak (biqadri uqulihim). Pendidikan
hendaknya diberikan kepada peserta didik setelah mereka berusia minimal tujuh
tahun, sehingga mereka mampu merangsang pemikiran serta
memperteguhkeimanan dan daya kreatifnya.
8. Sesuai dengan kebutuhan peseta didik (child center), bukan sekadar untuk
memenuhi keinginan pendidikan, apalagi untuk proyek semata.
9. Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian (ibrah) yang menyenangkan
ataupun yang menyedihkan. Mengambil pelajaran ini dimulai dengan berpikir
positif dan menerima perjalanan hidup dengan tidak berlebihan dalam
menyikapinya.
10.Proporsional dalam memberikan janji (wa‟d, targhib) yang menggembirakan dan
ancaman (wa‟id, tarhib) untuk mendidik kedisiplinan. Proporsional karena harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik.
Metode pendidikan Islam harus dipahami, diolah, digunakan, dan
Melalui aplikasi nilai-nilai Islam dalam proses penyampaian seluruh materi
pendidikan Islam, diharapkan proses tersebut dapat diterima, difahami, dihayati dan
diyakini sehingga pada gilirannya memotivasi peserta didik untuk mengamalkannya
dalam bentuk nyata.
Di samping itu, dalam asas metode pendidikan Islam juga diperlukan prinsip
variasi dan inovasi, karena kedua prinsip ini membawa situasi dan kondisi baru yang
dapat menumbuhkan gairah semangat belajar anak didik. Cara yang ditempuh pada
prinsip bervariasi adalah pergantian pendidik, variasi pergantian pendidik untuk tiap
jam pelajaran, variasi pemberian aspek-aspek materi yang yang meliputi perilaku,
hubungan sosial dan kesulitan belajar. Selain itu, juga diperlukan variasi kegiatan
anak didik, misalnya mendengar, menulis, mengamati, membahas, menggambar,
bermain, mencari, menyelesaikan, bertanya, berdiskusi, membuat proyek/eksperimen,
dan sebagainya. Tidak kalah penting adalah prinsip inovasi dalam proses belajar dan
mengajar yang berkaitan dengan ketangkasan pendidik memunculkan atau melahirkan
kondisi yang baru maupun dalam kaitannya dalam penyampaian materi pendidikan.
D. Karakteristik Metode Pendidikan Islam
Beberapa karakteristik metode pendidikan Islam adalah:
1. Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan Islam, mulai dari
pembentukannya, penggunaannya sampai pada pengembangannya tetap
didasarkan pada nilai-nilai asasi Islam sebagai ajaran yang universal.
2. Proses pembentukannya, penerapannya dan pengembangannya tetap tidak dapat
dipisahkan dengan konsep al-akhlak al-karimah sebagai sebagai tujuan tertinggi
3. Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel dalam artian senantiasa
membuka diri dan dapat menerima perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi
yang melingkupi proses pendidikan Islam tersebut, baik dari peserta didik,
pendidik, materi pelajaran dan lain-lain.
4. Metode pendidikan Islam berusaha sungguh-sungguh untuk menyeimbangkan
antara teori dan praktek.
5. Metode pendidikan Islam dalam penerapannya menekankan kebebasan peserta
didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam batas kesopanan dan
al-akhlak al-karimah.
6. Dari segi pendidik, metode pendidikan Islam lebih menekankan nilai-nilai
keteladanan dan kebebasan pendidik dalam menggunakan dan mengkombinasikan
berbagai metode yang ada dalam mencapai tujuan pengajarannya.
7. Metode pendidikan Islam dalam penerapannya berupaya menciptakan situasi dan
kondisi yang memungkinkan bagi terciptannya interaksi edukatif dan kondusif.
8. Metode pendidikan Islam merupakan usaha untuk memudahkan proses pengajaran
dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efesien.
Seluruh karakteristik tesebut di atas wajib difahami oleh pendidik muslim. Dalam
kaitan ini, yang paling penting adalah pendidik mampu menggunakan metode dalam
proses kependidikan Islam sehingga mampu membimbing, mengarahkan dan
membina peserta didik menjadi manusia yang dewasa dalam sikap dan
kepribadiannya, sehingga tergambar dalam dirinya tingkah laku yang sesuai dengan
nilai-nilai Islam atau al-akhlak al-karimah.
Secara umum pendekatan pendidikan terbagi menjadi dua bagian, yakni
pendekatan yang menjadikan pendidik lebih dominan dalam proses belajar mengajar
dan peserta didik menjadi dominan dalam proses belajar mengajar. Dari dua
pendekatan ini masing-masing memiliki peran dan kegunaan yang berbeda sehingga
perlu difahami lebih lanjut.
Metodologi pendidikan Islam yang dinyatakan dalam Al-Quran menggunakan
sistem multi approach yang meliputi antara lain (Arief, 2002:41):
1. Pendekatan religius, bahwa manusia diciptakan memiliki potensi dasar (fitrah)
atau bakat agama.
2. Pendekatan filosofis, bahwa manusia adalah makhluk rasional atau berakal pikiran
untuk mengembangkan diri dan kehidupannya.
3. Pendekatan rasio-kultural, bahwa manusia adalah makhluk bermasyarakat dan
berkebudayaan sehingga latarbelakangnya mempengaruhi proses pendidikan.
4. Pendekatan scientific, bahwa manusia memiliki kemampuan kognitif, dan afektif
yang harus ditumbuhkembangkan.
Berdasarkan multi approach tersebut, penggunaan metode harus dipandang secara
komperhensif terhadap anak. Karena anak didik tidak saja dipandang dari segi
perkembangan, tetapi juga harus dilihat dari berbagai aspek yang mempengaruhinya.
Pendekatan metode pendidikan Islam dikategorikan menjadi enam macam,
(Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:224) yakni:
1. Pendekatan tilawah
Pendekatan tilawah ini meliputi membacakan ayat-ayat Allah yang bertujuan
semua ciptaan Allah mempunyai keteraturan yang bersumber dari Robbul
„Alamin, serta memandang bahwa segala yang ada tidak diciptakan-Nya secara
sia-sia belaka. Bentuk tilawah mempunyai indikasi tafakkur dan dzikir, sedangkan
aplikasinya adalah pembentukan kelompok ilmiah bimbingan ahli, kompetisi
ilmiah dengan landasan akhlak Islam, dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya,
misalnya penelitian, pengkajian, seminar, dan sebagainya.
2. Pendekatan tazkiyah
Pendekatan ini meliputi: menyucikan diri mereka dengan upaya amar ma‟ruf dan
nahi munkar (tindakan proaktif dan tindakan reaktif). Bentuk ini bertujuan untuk
memelihara kebersihan diri dari lingkungan, memelihara dan mengembangkan
akhlak yang baik, menolak dan menjauhi akhlak yang tercela, berperan serta
dalam memelihara kesucian lingkungannya. Indikator pendekatan ini adalah
penyucian diri secara fisik dan rohani, serta penyucian lingkungan fisik dan sosial.
Aplikasi pendekatan ini adalah adanya gerakan kebersihan, kelompok-kelompok
usrah, riyadhoh keagamaan, ceramah, tabligh, pemeliharaan syiar Islam,
kepemimpinan terbuka, teladan pendidikan, serta pengembangan kontrol sosial
(social control).
3. Pendekatan ta‟lim Alkitab
Mengajarkan Alkitab yang menjelaskan halal dan haram. Bentuk pendekatan ini
bertujuan untuk membaca, memahami, dan merenungkan Al-Quran dan As-Sunah
sebagai keterangannya. Pendekatan ini bukan hanya memiliki fakta tetapi juga
makna dibalik fakta sehingga dapat menafsirkan informasi secara kreatif dan
produktif. Indikatornya adalah Alkitab dengan aplikasi pelajaran membaca
pengkajian atas Islam, kelompok diskusi, kegiatan membaca literatur Islam, dan
lomba kreativitas.
4. Pendekatan ta‟lim Al-Hikmah
Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan ta‟lim Alkitab, hanya saja bobot dan
proporsi, serta frekwensinya diperluas dan diperbesar. Indikator utama pendekatan
ini adalah mengadakan perenungan (reflective thinking), reinovasi, dan
reinterprestasi terhadap pendekatan ta‟lim Alkitab. Aplikasi pendekatan ta‟lim Al
-Hikmah ini dapat berupa studi banding antarlembaga pendidikan, antarlembaga
pengkajian, antarlembaga penelitian, dan sebagainya, sehingga terbentuk suatu
konsensus umum yang dapat dipedomani oleh masyarakat Islam secara universal
dan sebagai pembenahan atas kekurang relevannya pendekatan ta‟lim Alkitab.
5. Yu‟allimukum malam takunu ta‟lamun
Suatu pendekatan yang mengajarkan suatu hal yang memang benar-benar asing dan
diketahui, sehingga pendekatan ini membawa peserta didik pada suatu alam
pemikiran yang benar-benar luar biasa. Pendekatan ini mungkin hanya dapat
dinikmati oleh Nabi dan Rosul saja, seperti adanya mu‟jizat, isra‟ dan mi‟raj dan
sebagainya, sedangkan manusia biasa hanya dapat menikmati sebagian kecil saja.
Indikator pendekatan ini adalah penemuan teknologi canggih yang dapat
membawa manusia pada penjelajahan ruang angkasa, sedangkan aplikasinya
adalah mengembangkan produk teknologi yang dapat mempermudah dan
membantu kehidupan manusia sehari-hari, dan sebagainya.
6. Pendekatan ishlah
Pelepasan beban dan belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap
penderitaan orang lain, sanggup menganalisis kepincangan-kepincangan yang
menjembatani perbedaan paham. Di samping itu, pelepasan beban dan belenggu
ini bertujuan memelihara ukhuah Islamiyah dengan aplikasinya kunjungan ke
kelompok dhu‟afa, kampanye amal saleh, kebiasaan sedekah, dan proyek-proyek
sosial serta mengebangkan Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqoh (Bazis).
Pendekatan ini memilih untuk memertemukan dengan maksud memperbaiki pola
kehidupan Islami dari berbagai persoalan yang berbeda, terjadi konflik yang
berlandaskan kepentingan tertentu.
Mahmud Yunus dalam buku A. Fatah Yasin yang berjudul Dimensi-dimensi
Pendidikan Islam (2008:141), berpendapat bahwa cara mendidikkan agama Islam
kepada peserta didik perlu menggunakan berbagai pendekatan, yakni:
1. Apabila dimensi yang dibangun itu aspek afektif maka pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan psikologi, dan pendekatan kisah keteladanan.
2. Untuk membangun dimensi kognitif manusia (peserta didik) terhadap masalah
yang diimani, dapat menggunakan pendekatan rasional.
3. Untuk membangun aspek psikomotorik dalam menggunakan pendekatan praktik
dan pengalaman lapangan.
F. Macam-Macam Metode Pendidikan Islam
Secara garis besar metode mengajar dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian,
(Usman, 2002:33) yakni:
1. Metode mengajar konvensional, dan
2. Metode mengajar inkonvensional.
Metode mengajar konvensional yaitu metode mengajar yang lazim dipakai
inkonvensional yaitu suatu teknik mengajar yang baru berkembang dan belum lazim
digunakan secara umum, seperti metode mengajar dengan modul, pengajaran
berprogram, pengajaran unit, machine program, masih merupakan metode yang baru
dikembangkan dan ditetapkan di beberapa sekolah tertentu yang mempunyai peralatan
dan media yang lengkap serta guru-guru yang ahli menanganinya.
Beberapa metode mengajar konvensional, antara lain:
a) Metode ceramah
b) Metode diskusi
c) Metode tanya jawab
d) Metode demonstrasi dan eksperimen
e) Metode resitasi
f) Metode kerja kelompok
g) Metode sosio-drama dan bermain peranan
h) Metode karya wisata
i) Metode drill
j) Metode sistim regu
Pendapat para pakar pendidikan antara lain:
1. Al-Ghazali
Berbicara mengenai metode yang digunakan dalam mendidik, Al-Ghazali
mengemukakan beberapa metode alternatif (Arief, 2002:44) antara lain:
a) Mujadalah dan Riyadlah Nafsiyah (kekuatan dan latihan jiwa). Yaitu mendidik
kesan yang baik dalam jiwa anak didik dan benar-benar akan mengakui
sehingga terbentuk akhlak dan watak dalam dirinya.
b) Mendidik anak hendaknya menggunakan beberapa metode. Penggunaaan
metode yang bervariasi akan membangkitkan motivasi belajar dan
menghilangkan kebosanan.
c) Pendidik hendaknya memberikan dorongan berupa pujian, penghargaan dan
hadiah kepada anak yang berprestasi. Sedangkan memberikan hukuman
hendaknya bersifat mendidik dengan maksud memperbaiki perbuatan yang
salah agar tidak menjadi kebiasaan. Pemberian hukuman jasmani disyaratkan
bila anak telah sampai usia 100 tahun, dan kalaupun harus melakukan
hukuman jasmani hendaknya pukulan tidak melebihi 3 kali, hal ini
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bertaubat kepada siterdidik.
2. Ibnu Khaldun
Pendapat Ibnu Khaldun tentang metode pendidikan (Arief, 2002:45) adalah
sebagai berikut:
a) Metode ilmiah yang modern, yaitu menumbuhkan kemampuan memahami
ilmu dengan kelancaran berbicara dalam diskusi untuk menghindari
verbalisme dalam pelajaran.
b) Metode gradasi (pentahapan) dan pengulangan. Pengetahuan bersifat global
bertahap dan terperinci, agar penjelasan sesuai dengan tingkat berfikirnya.
c) Menggunakan media (alat peraga) untuk membantu siswa dalam memahami
materi pelajaran.
d) Melakukan karya wisata agar siswa mendapatkan pengalaman belajar secara
langsung.
f) Memberikan sanksi yang proporsional untuk menumbuhkan motivasi
(semangat) belajar siswasanksi yang positif dapat dilakukan dengan pemberian
pujian atau hadiah terhadap segala bentuk karya atau tingkah laku positif anak
didik. Sementara sanksi negatif berupa hukuman hanya dilakukan bila anak
didik berperilaku negatif, namun hendaknya dengan pendekatan yang lebih
bijaksana.
3. H.M Arifin.
Beberapa metode pendidikan yang dilontarkan H.M. Arifin, bisa dikaitkan
dengan mewakili metode modern ahli pendidikan dewasa ini (Arief, 2002:46),
yaitu:
a) Metode situasional dan kondisional dalam pembelajaran.
b) Metode tarhib dan targhib, untuk mendorong minat belajar anak didik agar
terlepas dari paksaan atau tekanan.
c) Metode kebermaknaan, yaitu menjadikan anak bergairah belajar dengan
menyadarkan bahwa pengetahuan itu bermakna dalam hidupnya.
d) Metode dialog, melahirkan sikap saling terbuka antara guru dan murid.
e) Metode pemberian contoh keteladanan yang baik, yang akan mempengaruhi
tingkah laku dan sikap mental anak didik.
f) Metode diskusi, memantapkan pengertian dan sikap mental anak terhadap
suatu masalah
g) Metode induktif dan deduktif.
h) Metode demonstrasi.
i) Metode eksperimen
4. Berkaitan dengan metode pendidikan Islam, Fatah Yasin menyebutkan beberapa
metode pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh yang antara lain:
a) Metode ilmiah-rasional
b) Metode munazharah (berdebat)
c) Metode berdiskusi (mujadalah)
5. An-Nahlawi menyebutkan 7 metode pendidikan Islam dalam bukunya yang
berjudul Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam (1989).
a) Metoda hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi.
b) Mendidik dengan kisah-kisah Qurani dan Nabawi.
c) Mendidik dengan amtsal (perumpamaan) Qurani dan Nabawi.
d) Mendidik dengan memberi teladan.
e) Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman.
f) Mendidik dengan mengambil „ibarah (pelajaran) dan mau‟idhah (peringatan).
g) Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat takut).
6. Zakiyah Daradjat dalam bukunya Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam
mengatakan ada beberapa metode pengajaran yang dikenal secara umum, antara
lain adalah:
a) Metode ceramah, memberikan pengertian dan uraian sesuatu masalah.
b) Metode diskusi, memecahkan masalah dengan berbagai tanggapan.
c) Metode eksperimen, mengetahui proses terjadinya suatu masalah.
d) Metode demonstrasi, menggunakan alat peraga memperjelas sebuah masalah.
e) Metode pemberian tugas, dengan cara memberi tugas tertentu secara bebas
dan bertanggung jawab.
f) Metode sosiodrama, menunjukkan tingkah laku kehidupan.