• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TAFSIR SURAT AL-MAIDAH AYAT 67 DAN AL-NAHL AYAT

2. Sistematika Tafsir Al-Mishbah

Karya Quraisy Shihab diberi judul: Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan

Keserasian al-Qur‟an, yang kemudian biasa disingkat dengan tafsir al-Mishbah saja.

Tafsir ini terdiri dari 15 jilid yang membahas 30 juz, dengan rincian jilid 1 terdiri dari

surah al-Fatihah sampai dengan al-Baqarah, Jilid 2 surah Ali Imran sampai dengan

an-Nisa, jilid 3 surah al-Maidah, jilid 4 surah al-An‟am, jilid 5 surah al-A‟raf sampai

dengan at-Taubah, jilid 6 surah Yunus sampai dengan ar-Raa‟d, jilid 7 surah Ibrahim

Hajj sampai dengan al-Furqan, jilid 10 surah asy-Syu‟ara sampai dengan al-„Ankabut, jilid 11 surah ar-Rum sampai dengan Yasin, jilid 12 surah as-Saffat sampai dengan

az-Zukhruf, jilid 13 surah ad-Dukhan sampai dengan al-Waqi‟ah, jilid 14 surah al-

Hadad sampai dengan al-Mursalat, dan jilid 15 surah Juz A‟mma.

Sistematika penulisan tafsir Al-Mishbah ini dimulai dari penulisan ayat-ayat

Al-Qur‟an, kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Setelah itu menguraikan makna-makna penting dalam tiap kosa kata, makna kalimat, dan maksud ungkapan

berdasarkan ijtihad Quraish Shihab sendiri dan para mufassir.

Jika melihat sistematika yang demikian terperinci maka metode yang

dipergunakan dan yang dipilih dari penafsirannya adalah metode Tahliliy. Tafsir

Tahliliy adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat

Al-Quran dari seluruh aspeknya (Farmawi, 1996: 12). Hal ini dapat dilihat dari

penafsirannya yaitu dengan menjelaskan ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai

dengan susunannya yang terdapat dalam mushaf. Quraisy Shihab (1994: 85)

memberikan arti kosakata dari setiap ayat kemudian menjelaskan makna ayat dilihat

dari seluruh aspeknya, menguraikan asbab al-nuzul, memaparkan kaitan antar ayat

bahkan antar surat. Namun Quraisy Shihab tetap berpijak pada asumsi bahwa ayat-

ayat yang ditafsirkan terintegrasi dalam satu tema. Hal ini yang membedakan metode

tahliliy yang digunakan Quraisy Shihab dengan metode tahliliy yang digunakan

mufassir terdahulu, yang cenderung memaparkan seluruh ayat tanpa

mengkategorisasikan dalam tema-tema tertentu. Namun di sisi lain Quraish Shihab

mengemukakan bahwa metode tahliliy memiliki berbagai kelemahan, maka dari itu

penulis tafsir ini juga menggunakan metode Maudhu‟i atau tematik, yang menurutnya

metode ini memiliki beberapa keistimewaan, diantaranya metode ini dinilai dapat

menyangkut tema-tema yang dibicarakannya.Dengan demikian, metode penulisan Al-

Mishbah mengkombinasikan metode tahliliy dengan metode maudhu‟i.

Adapun corak yang dipergunakan dalam tafsir Al-Misbah adalah corak al-

Adabi Ijtima‟i atau kemasyarakatan, sebab uraian-uraiannya mengarah pada masalah- masalah yang berlaku atau terjadi di masyarakat. Corak tafsir ini terkonsentrasi pada

pengungkapan balaghah dan kemukjizatan al-Qur‟an, menjelaskan makna dan

kandungan sesuai hukum alam, memperbaiki tatanan kemasyarakatan umat, dan

lainnya. http://anamko.blogspot.com/2013/08/kajian-kitab-tafsir-di-indonesia-

tafsir.html, diakses selasa 20 Januari 2015 pukul 18:30

Mengenai sumber penafsiran ini, dapat dinyatakan bahwa tafsir al-Misbah

dapat dikelompokan pada al-Tafsir bi al-Ra‟yi. Kesimpulan yang seperti ini dari

pernyataan penulisannya sendiri yang mengungkapkan pada akhir “sekapur sirih” yang merupakan sambutan dari karya ini. Beliau menulis:

Akhirnya, penulis merasa sangat perlu menyampaikan kepada pembaca bahwa apa yang dihidangkan disini bukan sepenuhnya ijtihad penulis. Hasil ulama terdahulu dan kontemporer, serta pandangan-pandangan mereka sungguh penulis nukil, khususnya pandangan pakar tafsir Ibrahim Umar al-Biqa‟I (W 885 H/1480 M), demikian juga karya tafsir tertinggi al-Azhar dewasa ini. Sayyid Muhammad Thanthawi, Syeikh Mutawalli al-Sya‟rawi dan tidak ketinggalan pula Sayyid Quttub,

Muhammad Thahir Ibn As-Ssyur, Sayyid Muhammad Husein Thobathoba‟I dan

beberapa pakar tafsir lainnya”.

Adapun metodologi yang digunakan dalam tafsir al-Mishbah, dilihat dari

sumber penafsiran Quraisy Shihab menggunakan metode al-iqtiran. Yaitu metode

yang memadukan antara sumber bi al-ma‟tsur dan bi al-ra‟yi, yaitu cara menafsirkan

al-Qur‟an yang didasarkan atas perpaduan antara sumber tafsir riwayah yang kuat dan sahih dengan sumber hasil ijtihad pikiran yang sehat.

Dilihat dari cara penjelasan tafsirnya, Quraisy Shihab menggunakan metode

muqarin, yakni suatu metode yang mengemukakan penafsiran ayat-ayat Al-Qur‟an

yang ditulis oleh sejumlah mufassir (Farmawi, 1996: 30). Dalam hal ini Quraish

Shihab begitu tampak dalam mengadopsi sejumlah pemikiran para mufassir

sebelumnya, sebelum mengemukakan pendapatnya sendiri, atau terkadang dia hanya

memilihkan pendapat ulama‟ tertentu untuk diikuti oleh pembaca tanpa mengemukakan pemikirannya. Nama-nama yang seringkali disebut oleh Quraisy

Shihab dalam penafsirannya adalah Ibrahim ibn „Umar al-Biqa‟i, Mahmud Shaltut,

Sayyid Qutub, Syekh Muhammad al-Madani, Muhammad Hijazi, Ahmad Badawi,

Muhammad Ali Sabuni, Muhammad Sayyid Tanthawi, Mutawalli as-Sha‟rawi dan

lain-lain. Dari sekian nama, ulama‟ yang paling sering disebut dan pendapatnya

seringkali dikemukakan ole shihab adalah al-Biqa‟i. Dia menilai ulama‟ inilah yang

paling berhasil dalam mengupayakan pembuktian terhadap keserasian hubungan-

hubungan bagian al-Qur‟an. Hal ini tidak mengherankan karena karya al-Biqa‟i yang

berjudul Nazm Durar fi tanasub al-ayat wa al-suwar ketika masih dalam bentuk

manuskrip dijadikan refrensi primer Shihab dalam menulis disertasi di Universitas al-

Azhar. Hal inipun menunjukkan bahwa keterpengaruhan tafsir al-Mishbah oleh karya

al-Biqa‟i ini sangat kental. (http://jhonisamual.blogspot.com/2013/06/analisis-

terhadap-tafsir-al-mishbah.html, diakses selasa 20 Januari 2015 pukul 18.25)

Dalam keluasan penjelasan, Quraish Shihab menguraikannya secara bertahap

dengan penyampaian secara global (ijmaly) terlebih dahulu, kemudian

menguraikannya secara rinci atau tafsily. Penyampaian secara ijmaliy tampak terlihat

pada saat dia menguraikan arti ayat-ayat al-Qur‟an, perkata dan atau per kalimat

sambil menyisipkan penjelasan diantara arti-arti kata sebagaimana pernah disebutkan

global, Shihab menjelaskan secara detail perkalimat dan bahkan memberikan makna

dengan detail terhadap kata-kata yang dianggap perlu

(http://jhonisamual.blogspot.com/2013/06/analisis-terhadap-tafsir-al-

mishbah.html,diakses selasa 20 Januari 2015 pukul 18.25).

B. Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 67 Dan Al-Nahl Ayat 125

Dokumen terkait