Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Resti Wahyu Susanti
1111011000050
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR
PENGESAHAN SKRIPSINILAI PEIIDIDIKAN AKHLAK TENTAIIG SIKAP ADIL DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN
lfalian
Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 danAl-M6'idah Ayat 8)".
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sadana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh:
Resti Wahvu Susanti NIM: 1111011000050
Menyetujui,
Pembimbing
0^^^r'
Drs. H. Achmad Gholib. M.Ae NIP. 19541015 197902
I
001JURUSAN
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS
ILMU
TARBIYAH
DAN KEGURUANUNIVERSITAS
ISLAM
NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
Ayat 8) disusun oleh Resti Wahyu Susanti, NIM. 1111011000050, Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang mundqasah sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 2l Oktober 201 5
Yang Mengesahkan,
Pembimbing,
SURAT PENGESAIIAN PENGUJI
Skripsi dengan judul
'Nilai
Pendidikan Akhlak Tentang SikapAdil
dalam Perspel<tif Al-Qur:'0n (Kajian Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 dan Al-N{A'idahAyat 8)" di susun oleh Resti Wallu Susanti, NIM.II11011000050. Di ajul<an
kepada Falrultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) LIIN Syarif FlidayatLrllah Jal<afia. Di nyatakan lulus dalam ujian rmrnaqasah pada tanggal 07 Januari 2016
di
depan Dervan Penguji Karena ih1 penulis berhak mernperoleh gelar SarjanaPendidil<an Islam (S.Pd.I).
Jakarta, 07 Januari 2016 Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
lZ
-
o/ _?4
/{
Ketua Panitia (Kefua Ju'r-san PAI) Dr.H. Abdul Maiid Khon M.Ag NrP 19sB0707 198703 1 005
Sekretaris Jurusan
Marhamah Shaleh. Lc, MA NIP. 19720313 200801 2 010
Penguji I
Drs. Rrsydi Jamil. M.Aq
NIP, 19621231 199503 I 005 Pengqji II
Siti Khpdiiab MA
NrP. 19700727 199703 2004
Dekan Fakultas I larbtyah
l2-
t.
zok
ll: !
:
SI$
tl
-t
-
Jol6
Mengetahui,
"Nilai
Pendidikan Akhlak tentang SikapAdil
dalam Perspektif Al-Qur'An(Kajian Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 dan Al-Md'Idah Ayat 8)" disusun oleh :
Nama
: Resti Wahyu SusantiNIM
:lll1011000050Jurusan
: Pendidikan Agama IslamTelah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal2l
Oktober 2015.
Jakarta, 2 1 Oktober 20 I 5 Dosen Pembimbing
@r""/
Yang bertanda
Nama
NIM Jurusan
Alamat
tangan di
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
bawah ini:
Resti Wahyu Susanti 1111011000050
Pendidikan Agama Islam
Jl.
Kapuk Raya,G.
Masjid, Rt.010/003,No.
40,: Drs. H. Achmad Gholib M,Ag : 19541015 197902
I
001Kelurahan. Kapuk, Kecamatan. Cengkareng, Jakarta Barat
MENYATAKAN DENGAN SE STINGGUHNYA
Bahwa skrispsi yang berjudul Nilai Pendidikan Akhlak tentang Sikap Adil Perspektif At-Qur'An (Kajian Tafsir Surat An-Nahl ayat 90 dan AI-MA'idah Ayat 8) adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen :
Nama Pembimbing NIP
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Iakarta, l2 Oktober 2015
i
ABSTRAK
Nama : Resti Wahyu Susanti NIM : 1111011000050
Judul : Nilai Pendidikan Akhlak tentang Sikap Adil Perspektif Qur`ân (Kajian Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 dan Surat Al-Maidah ayat 8
Al-Qur`ân diturunkan tidak hanya terbatas pada pemberi pedoman untuk satu aspek kehidupan suatu kelompok tertentu saja, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, baik berhubungan dengan Allah SWT, hubungan antar manusia maupun dengan alam semesta.
Al-Qur`ân banyak mengandung tentang nilai pendidikan akhlak, seperti perintah Allah untuk berbuat adil dalam surat an-Nahl ayat 90 dan al-Maidah ayat 8. Mengingat masih ada masalah-masalah tentang keadilan yang terjadi di bidang hukum, bidang kesehatan, keluarga, termasuk dalam dunia pendidikan. Maka penulis tertarik untuk menganalisis surat an-Nahl ayat 90 dan surat al-Maidah ayat 8 tentang adil.
Perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu mengenai bagaimana nilai pendidikan akhlak tentang sikap adil dalam prespektif al-Qur`ân (kajian tafsir surat an-Nahl ayat 90 dan al-Mâ`idah ayat 8).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis library research (penelitian kepustakaan) dengan tehnik analisis deskriptif kualitatif, dengan cara mengumpulkan data atau bahan-bahan yang berkaitan dengan tema pembahasan dan permasalahannya, yang diambil dari sumber-sumber kepustakaan, kemudian dianalisis dengan metode tahlilî, yaitu metode tafsir yang menjelaskan kandungan ayat al-Qur`ân dari seluruh aspeknya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam surat an-Nahl ayat 90 mengandung nilai pendidikan akhlak tentang adil yang mencakup kedalam seluruh bentuk keadilan termasuk keadilan terhadap diri sendiri, hukum, keadilan terhadap keluarga, kerabat maupun musuh. Sementara dalam surat al-Mâ`idah ayat 8 perintah Allah untuk bersikap adil dalam persaksian sekalipun terhadap musuh.
ii
ABSTRACT
Name : Resti Wahyu Susanti NIM : 1111011000050
Tittle : Moral values of attitude fair Al-Qur`an Perspectives (Review Tafsir Surah An-Nahl verse 90 and Surat Al-Maidah verse 8
The Qur'an was derived not only as guidance for an aspect of a particular group’s life, but also covers various aspects of human life, as well as relationship with Allah, between humans and the universe.
Many of contains in Qur`an are moral values such as justice in the surah of an-Nahl verse 90 and al-Maidah verse 8. Observing there are still many issues in justice happened in the area of law, health, family, and education as well. The author interested to analyze the surah of an-Nahl verse 90 and al-Maidah verse 8 about justice.
Issues formulation raised in this study is about the moral education of fairness in the perspective of the Qur'an (tafsir studies cover an-Nahl verse 90 and al-Mâ`idah paragraph 8).
The method used in this research is library research with qualitative descriptive analysis, by collecting data and references relating to the theme of the discussion issues, which is taken from literature sources and being analyzed by methods tahlilî, the interpretation method that explains the Qur'an content from all aspects.
The results showed that in the letter an-Nahl verse 90 contains the fair value of moral education that covers the whole shape of justice, including justice for themselves, law, justice for the family, relatives and enemies. Meanwhile, in a letter al-Mâ`idah verse 8 God's command to be fair in spite of the testimony of the enemy.
iii
Kiranya tiada kalimat yang pantas diucapkan selain Alhamdulillah, yang
merupakan kalimat terindah yang dapat penulis sampaikan. Segala puji hanya
bagi Allah, merupakan manifestasi rasa syukur terhadap kehadirat Ilâhi Rabbi
dengan rahmat dan hidayahnya telah menghadiahkan anugerah yan begitu
mahal nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, orang yang begitu mencintai kita sehingga diakhir hayatnya yang
beliau sebut dan kenang hanyalah kita umatnya.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menyadari bahwa suksesnya penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
bukan semata-mata karena usaha penulis sendiri, melainkan tidak lepas dari
bantuan beberapa pihak, baik batuan moril ataupun materil. Oleh karena itu
sudah menjadi kepatutan untuk penulis sampaikan penghargaan yang tulus
dan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Orang tua penulis, yaitu: Bapak Heri Santoso dan Ibunda Surti
Rahayu yang telah merawat, mendidik penulis dengan tulus ikhlas,
dan mencukupi kebutuhan moril dan materil serta membimbing,
memotivasi dan mendo’akan penulis dalam menempuh langkah hidup
didunia yang sementara ini.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK).
3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA
selaku ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. Semoga
kebijakan yang telah dilakukan selalu mengarah kepada kontinuitas
iv
4. Drs. H. Achmad Gholib, M.Ag selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan perhatian, bimbingan, nasehat, kritik dan saran, serta
motivasi yang besar dalam proses penulisan skripsi ini.
5. Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA selaku dosen pebimbing akademik yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan konsultasi
bagi penulis.
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat memahami berbagai
materi perkuliahan.
7. Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
menyediakan berbagai referensi yang menunjang dalam penulisan
skripsi ini.
8. Keluarga besar Alm. Karso Dimulyo (kakek) dan keluarga besar Alm.
Pujowinoto (kakek) yang telah memberikan pengorbanan yang tak
terhitung nilainya dan tak terbalas bagi penulis.
9. Teman-teman sejawat jurusan PAI angkatan 2011, khususnya sahabat
TWO PAI (PAI B) yang selalu ada untuk menemani membimbing dan
terus memberikan semangat kepada penulis.
10.Kepada sahabat yang selalu sedia untuk memberikan nasehat, arahan,
serta semangatnya untuk penulis, yaitu: Atik Ulfah Adawiyah, Ima
Malia, Mustika Wenny, Desni Purwanti, Syifa Aulia, Rif’ah Awaliyah, Ade Firda Mas’ud, yang sama-sama menempuh studi pada jurusan PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11.Teman-teman Fathurrohmah Aviciena S.Pd.I, Achmad Widadi,
Uswatun Hasanah S.Pd, Nining Astriani dan Akmal Nurullah, yang
telah memberikan bimbingan, masukkan dan motivasi kepada penulis.
12.Kepada sahabat yang selalu sedia untuk memberikan nasehat, arahan,
serta semangatnya untuk penulis, yaitu: Lintang Nawang Wulan Amd,
Sumarti Amd.Keb, Wiji Lestari Amd, Turfi Yanti S.E, Nurul Ajeng
v
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan
pahala dan rahmat Allah SWT. Dan semoga apa yang telah ditulis dalam
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Âmîn Yâ Robbal `Âlâmîn.
Jakarta, 15 Oktober 2015
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB
–
LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Konsonan Tunggal
No. Huruf Arab Huruf Latin No. Huruf Arab Huruf Latin
1 ا Tidak
dilambangkan
16 ط ţ
2 b 17 ظ ť
3 t 18 ع ‘
4 ś 19 غ ġ
5 ج j 20 ف f
6 ح h 21 ق q
7 kh 22 k
8 د d 23 ل l
9 ż 24 م m
10 ر r 25 ن n
11 ز z 26 و w
12 س s 27 h
13 ش sy 28 ء `
14 ص ş 29 ي y
15 ض đ 30 ة h
2. Vokal Tunggal
Tanda Huruf Latin
ـ a
ـ i
3. Vokal Rangkap
Tanda dan Huruf Huruf Latin
ْيـ ai
ْوــ Au
4. Mâdd
Harakat dan Huruf Huruf Latin
اــ â
ْيــ î
ْوــ ȗ
5. Tâ’ Marbuţah
Tâ’ Marbuţahhidup translitrasinya adalah /t/.
Tâ’ Marbuţahmati transliterasinya adalah /h/.
Jika pada suatu kata yang akhir katanya adalah Tâ’ Marbuţah diikuti oleh
kaya sandang al, serta kata kedua itu terpisah maka Tâ’ Marbuţah itu
ditransliterasikan dengan /h/.
Contoh:
ح دي حلا ي و نا
ا = hadîqat al-hayawânât atau hadîqatul hayawânât
لا ْد ر س ْلا ْبإ د ئا
ي = al-madrasat al-ibtidâ`iyyâh atau al-madrasatul
ibtidâ`iyyâh
6. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah/tasydid ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf
yang diberi tanda syaddah (digandakan).
مَلع Ditulis ‘allama
رِّ ي Ditulis yukarriru
7. Kata Sandang
a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan
viii
Contoh:
ةاَّلا= aş-şalâtu
b. Kata sandang diikuti dengan hufuf Qamariyah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya. Contoh:
قلفلا= al-falaqu
8. Penulisan Hamzah
a. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan dan ia
seperti alif, contoh:
ْلكأ= akaltu ي ْوأ = ȗtiya
b. Bila di tengah dan di akhir, ditransliterasikan dengan aprostof, contoh:
نولكأ = ta’kulȗna ٌئْيش = syai`un
9. Huruf Kapital
Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata
sandangnya. Contoh:
نآّ لا = al-Qur`ân
ix
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI UJI REFENSI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Perumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II LANDASAN TEORI A. Acuan Teori ... 10
1. Nilai Pendidikan Akhlak a. Pengertian Nilai Pendidikan Akhlak ... 10
b. Sumber-Sumber Pendidikan Akhlak ... 15
c. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Akhlak ... 18
2. Adil dalam Al-Qur’an a. Pengertian Adil ... 21
b. Ragam Makna Adil ... 23
c. Macam-Macam Adil ... 25
d. Manfaat Bersikap Adil ... 28
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian ... 31
B. Metode Penelitian ... 31
C. Fokus Penelitian ... 33
D. Prosedur Penelitian ... 33
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 dan Al-Maidah Ayat 8 ... 36
1. Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 a. Teks Ayat dan Terjemahnya ... 36
b. Sejarah Surat An-Nahl ... 36
c. Mufradat ... 37
d. Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 ... 39
2. Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 8 a. Teks Ayat dan Terjemahnya ... 46
b. Sejarah Surat Al-Maidah Ayat 8 ... 47
c. Mufradat ... 47
d. Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 8 ... 48
B. Analisis Nilai Pendidikan Adil dalam Surat An-Nahl Ayat 90 dan Al-Maidah Ayat 8 ... 54
1. Analisis Nilai Pendidikan Adil dalam Surat An-Nahl Ayat 90 ... 54
2. Analisis Nilai Pendidikan Adil dalam Surat Al-Maidah Ayat 8 ... 58
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 64
1
A.
Latar Belakang Masalah
“Al-Qur`ân adalah kalam atau Firman Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang pembacaannya merupakan suatu ibadah”.1
Al-Qur`ân adalah sumber utama dalam ajaran Islam dan merupakan pedoman
hidup bagi setiap muslim. Al-Qur`ân bukan sekedar memuat petunjuk tentang
hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan
manusia dengan sesamanya, bahkan hubungan manusia dengan alam yang
ada disekitarnya.
Al-Qur`ân menyimpan berbagai mutiara yang sangat berharga dan jika
dianalisis lebih mendalam akan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Diantara mutiara tersebut yaitu tentang pendidikan akhlak yang baik. Untuk
mengetahui pendidikan akhlak yang terkandung dalam al-Qur`ân kita harus
memahami isi al-Qur`ân dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
dengan sungguh-sungguh.
Perhatian al-Qur`ân terhadap pendidikan akhlak dapat dibuktikan dengan
adanya beberapa hal penting, sebagaimana pendapat Abudin Nata sebagai
berikut: 1. Dalam al-Qur`ân menyebutkan tentang berbagai macam perbuatan
yang baik dan perbuatan yang buruk. 2. Salah satu tujuan al-Qur`ân yaitu
membimbing manusia agar berakhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang
buruk. Al-Qur`ân telah memberikan cara-cara melaksanakannya melalui
sosok para nabi dan rasul serta orang-orang teladan yang terdapat dalam
al-Qur`ân. 3. Al-Qur`ân menjelaskan serta memberikan dorongan berupa pahala
bagi orang yang berakhlak mulia dan siksa bagi orang yang berakhlak buruk.2
1Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an,Terj. Mudzakir, (Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2011), h. 17.
2
Pendidikan akhlak dalam Islam sudah tertulis jelas didalam surat
al-Qalam ayat 4:
“dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
Demikian pula diutusnya Nabi Muhammad SAW yaitu untuk
memperbaiki dan menyempurnakan akhlak yang mulia. Salah satu
pendidikan akhlak yang Rasulullah serukan kepada umat manusia yaitu
berlaku adil. Beliau mengajak umat manusia untuk berhias diri dengan
keadilan agar tercipta rasa saling mencintai antar sesama umat manusia.
Beliau bersabda :
Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil di sisi Allah
laksana berada di atas mimbar yang terbuat dari cahaya. Mereka itu orang-orang yang berlaku adil dalam memberikan hukum kepada keluarga dan
rakyat yang mereka kuasai (perintah)”. (HR Muslim)3
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup bersama dalam suatu
komunitas masyarakat dengan jangka hidup dan waktu yang tidak sebentar.
Sebagai mahkluk sosial, manusia harus bisa berinteraksi dengan manusia
lainnya di mana pun dia berada, baik dilingkungan keluarga,
madrasah/sekolah maupun di lingkungan masyarakat sekitar karena manusia
tidak dapat hidup sendiri, mengingat ia bukanlah makhluk individual.
Sehingga masih sering terjadi konflik sosial di antara mereka, seperti
memunculkan tindakan-tindakan yang menyimpang dari nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku di masyarakat serta tidak sesuai dengan akhlak
terpuji. Dalam menindak lanjuti penyimpangan tersebut masyarakat tidak
boleh main hakim sendiri, hakim harus memutuskan dengan sikap adil. Oleh
karenanya keadilan dalam kehidupan sangatlah penting untuk ditegakkan.
Hidup manusia memiliki dua peraturan yang harus dipatuhi yaitu
ketentuan syariat ajaran Islam dan peraturan dari pemerintah melalui UUD.
Siapa saja yang melanggar syariat Islam maka ia akan mendapat balasan dari
Allah SWT dan siapa saja yang melanggar aturan UUD maka ia akan
mendapatkan sanksi.
Meskipun UUD telah ditetapkan namun masih saja terdapat kasus hukum
yang dirasakan tidak adil. Baru-baru ini terdapat putusan hakim yang
dirasakan oleh masyarakat tidak adil, seperti dikutip dari sumber berita
Trimbun Nasional “persidangan gugatan perdata senilai Rp 7,9 triliun dalam kasus kebakaran hutan dan lahan di konsesi PT BMH yang digelar Rabu
(30/12/2015), majelis hakim menyatakan bahwa gugatan pemerintah
ditolak”.4
Sementara pada “kasus Asyani dijatuhkan vonis satu tahun penjara
dengan masa percobaan 15 bulan kepada nenek Asyani karena kasus
pencurian 7 batang kayu milik Perum Perhutani setempat”.5
Kedua contoh
kasus hukum tersebut dirasakan tidakadil oleh masyarakat. Sebagai hakim
yang adil seharusnya dapat memutuskan sesuai denga peraturan yang telah
ditetapkan.
Keadilan adalah sesuatu yang abstrak, karena kata adil sulit untuk
diungkapkan dan dideskripsikan. Terkadang makna adil dikaitkan dengan
hukum, memberikan sesuatu sesuai hak-hak setiap individu, tidak berat
sebelah atau tidak memihak kepada salah satu pihak, mengetahui hak dan
kewajiban, mengerti mana yang benar dan yang salah, bertindak jujur dan
4Srihandriatmo Malau, Trimbun News Putusan Hakim Parlas Nababan (5 Januari 2016), diakses pada hari sabtu (9-1-2016) pukul 08.00,
(http://m.trimbunnews.com/nasional/2016/01/05dpr-menilai-putusan-hakim-parlas-nababan-tak-adil-bagi-masyarakat-korban-pembakaran-lahan)
4
tetap menurut peraturan yang telah ditetapkan. Keadilan merupakan nilai-nilai
kemanusiaan asasi dan menjadi pilar bagi berbagai aspek kehidupan, baik
individual, keluarga, dan masyarakat.
Adil juga merupakan satu kata yang mudah diucapkan, tetapi berat untuk
ditegakkan. Kata ini berbentuk kata benda tetapi maknanya adalah kata kerja
yang mempunyai berbagai macam pengertian. Hal ini mengindikasikan
adanya perintah untuk menegakkan dan berlaku adil kepada setiap orang.
Selain masalah keadilan dalam bidang hukum seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya keadilan juga banyak terjadi di dalam dunia
pendidikan. Di Indonesia memperoleh pendidikan diwajibkan bagi setiap
orang selama 12 tahun dari mulai tingkatan SD/MI (6 tahun), SMP/MTS (3
tahun), SMA/MA (3 tahun). Sebagaimana telah tercantum pada UUD 1945
pasal 31 ayat 1 dan 2, Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan
setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.6 Tetapi pada kenyataannya didalam penerapan pemerataan
wajib belajar yang diterapkan oleh pemerintah itu sendiri belumlah merata,
kita dapat melihat masih ada orang-orang yang belum pernah merasakan
pendidikan. Hal ini dikarenakan biaya hidup yang tinggi dan biaya sekolah
yang masih belum bisa dijangkau oleh sebagian orang.
Di daerah pedalaman pedesaan pendidikan juga belum bisa merata,
mungkin hanya sebagian orang yang bisa merasakannya. Padahal banyak
anak-anak di daerah pedalaman atau daerah perbatasan yang membutuhkan
pendidikan formal. Untuk sampai kesekolah dan belajar mereka harus rela
berjalan melewati hutan dan menyebrangi sungai yang jaraknya sangat jauh
dari tempat tinggalnya.
Selain pemerataan permerintah sebaiknya juga memperhatikan
penyamarataan dunia pendidikan. Masih ada beberapa lembaga pendidikan
yang berbeda antara satu dengan lain, yang dikenal dengan sekolah unggulan
dan non unggulan. Hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan yang sangat
mencolok dari lembaga itu sendiri yaitu dari segi fisik bangunan, sarana dan
prasarana serta kelengkapan didalam penunjang pembelajaran. Sebaiknya
pemerintah dalam hal ini perlu melakukan penyamarataan dalam pendidikan
antara satu dengan yang lain agar tidak terlihat seperti ada kasta-kasta
didalam dunia pendidikan. Sehingga setiap orang dapat merasakan
pendidikan dengan kualitas yang baik. Sebagaimana terdapat dalam Pasal 5
ayat (1), (3) dan (5) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, secara umum menjelaskan bahwa setiap warga negara
memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Setiap
warga negara berhak untuk mendapatkan kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hidup.7
Sebaiknya pemerintah dapat mengambil langkah cepat dalam mengatasi
persoalan-persoalan ketidakadilan didalam dunia pendidikan di Indonesia.
Usaha yang telah dilakukan pemerintah antara lain dengan memberikan dana
BOS, beasiswa untuk peserta didik miskin serta Kartu Jakarta Pintar. Namun
usaha-usaha tersebut justru menimbulkan ketidakadilan, seperti dalam
pelaksanaannya masih ada kesalahan dalam pendataan pemberian beasiswa
maupun KJP. Masih ada beasiswa yang diberikan tidak hanya kepada orang
yang tidak mampu tetapi juga kepada yang mampu, bahkan masih ada peserta
didik tidak mampu yang tidak mendapatkan bantuan. Sebagaimana
penjelasan Gubernur DKI Jakarta “penerima KJP meleset 19,4 persen dari
total 405 ribu penerima KJP tahun 2013. Hal ini terjadi karena penerima KJP
ternyata tidak sesuai dengan kriteria penerima KJP sesuai dengan Juknis
(petunjuk teknis) KJP”.8
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa ajaran Islam menyerukan untuk
berlaku adil, apalagi menyangkut pendidikan yang merupakan suatu hal
penting bagi setiap orang. Keadilan itu sendiri merupakan salah satu sifat
7Dihimpun oleh Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional: (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2013), h. 8.
6
yang harus ada pada setiap orang. Karena jika ia mampu berlaku adil untuk
dirinya, maka ia akan mampu berlaku adil untuk orang lain.
Di dalam al-Qur`ân terdapat ayat-ayat yang membahas tentang perbuatan
adil, diantaranya yaitu firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 90 :
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
Ayat diatas menerangkan tentang berlaku adil dalam bersikap, ucapan
dan tindakan terhadap diri sendiri maupun orang lain. Ayat diatas dinilai oleh
para mufassir sebagai ayat yang sempurna dalam penjelasan segala aspek
kebaikan. Sebagaimana pendapat Ath-Thabari yang dikutip oleh Muhammad
Ahmad Isawi, bahwa:
Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Jarir menceritakan kepada kami dari Manshur dari Asy-Sya’bi dari Syutair bin Syakl, ia berkata: Aku mendengar Abdullah berkata, Sesungguhnya ayat yang paling lengkap dalam al-Qur`ân tentang kebaikan atau keburukan adalah surah an-Nahl
ن
سْحإْلاو لْدعْلابرمْأي ها َّإ
(Sesungguhnya Allah menyuruh[kamu] berlaku adil dan berbuat kebajikan).9
Mempelajari ayat tersebut sangat penting untuk dijadikan sebagai
pedoman bagi kita semua dalam perbuatan dan pembinaan akhlak mulia.
Karena pada dasarnya manusia merupakan homo educandum atau manusia
yang dapat dididik dan mempunyai akal pikiran, sehingga manusia dapat
melaksanakan akhlak mahmudah (apa yang diperintahkan) dan menjauhi
akhlak mażmumah (apa yang dilarang) oleh Allah SWT. Mengaplikasikan
nilai-nilai luhur agama mutlak diperlukan dalam setiap sendi kehidupan,
sehingga dapat berguna bagi sesama manusia dalam upaya mencapai ridho
Allah. Begitupun ayat diatas perlu diaplikasikan agar manusia dapat berbuat
adil dalam setiap sendi kehidupan baik dari sikap, ucapan dan tidakan.
Selain surat an-Nahl ayat 90 masih banyak lagi surat dan ayat yang
membahas tentang keadilan. Diantaranya yaitu surat al-Mâ`idah ayat 8
sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
lebih jauh nilai-nilai pendidikan akhlak tentang adil yang terdapat dalam surat
an-Nahl ayat 90. Oleh karena itu penulis akan membahasnya dengan judul
“Nilai Pendidikan Akhlak Tentang Sikap Adil dalam Perspektif Al-Qur`ân (Kajian Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 dan Al-Mâ`idah Ayat 8)”.
B.
Identifikasi Masalah
1. Masih ada orang yang belum memahami makna dari nilai pendidikan
akhlak tentang sikap adil dalam perspektif al-Qur`ân, seperti yang
terkandung dalam surat an-Nahl ayat 90 dan al-Mâ`idah ayat 8.
2. Masih ada masalah-masalah tentang keadilan yang terjadi di bidang
hukum dan dalam dunia pendidikan.
3. Ketidakadilan dalam dunia pendidikan salah satunya tidak meratanya
bantuan untuk infrastruktur yang memadai dan tidak meratanya beasiswa
8
C.
Pembatasan Masalah
Pembahasan tentang adil sangat banyak dan aspek-aspek yang terkait
dengannya sangat luas. Seperti berlaku adil ketika menjadi seorang
pemimpin, menegakkan hukum, melerai dua orang yang berselisih sehingga
tidak memihak kepada salah satu dari keduanya, menjadi saksi.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis akan membatasi pada
penafsiran surat an-Nahl ayat 90 dan surat al-Mâ`idah ayat 8 untuk
mengetahui makna adil yang terkandung didalamnya. Maka permasalahan
pada penelitian ini akan dibatasi pada “Nilai Pendidikan Akhlak Tentang
Sikap Adil dalam Prespektif Al-Qur`ân (Kajian Tafsir Surat an-Nahl ayat 90
dan al-Mâ`idah ayat 8)”.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai pendidikan akhlak tentang sikap adil dalam prespektif
al-Qur`ân (kajian tafsir surat an-Nahl ayat 90)?
2. Bagaimana nilai pendidikan akhlak tentang sikap adil dalam prespektif
al-Qur`ân (kajian tafsir surat al-Mâ`idah ayat 8)?
E.
Tujuan Penelitian
Secara sederhana, tujuan merupakan target yang diharapkan akan
tercapai setelah melakukan sebuah pekerjaan tertentu. Jika target itu tercapai,
maka pekerjaan tersebut layak dikatakan berhasil. Adapun tujuan dari
penulisan skripsi ini, diantaranya untuk:
1. Mengetahui nilai pendidikan akhlak adil prespektif al-Qur`ân (kajian
tafsir surat an-Nahl ayat 90).
2. Mengetahui nilai pendidikan akhlak adil prespektif al-Qur`ân (kajian
F.
Manfaat Hasil Penelitian
1. Dapat mempelajari dan memahami al-Qur`ân sebagai petunjuk dan
pedoman hidup manusia agar ajaran-ajarannya dapat direalisasikan dalam
sikap dan tingkah laku sehari-hari.
2. Memberikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang nilai pendidikan
akhlak adil prespektif al-Qur`ân.
3. Sebagai referensi bagi masyarakat untuk mengkaji nilai pendidikan akhlak
adil prespektif al-Qur`ân, serta membuka kemungkinan adanya penelitian
lebih lanjut dan peninjauan kembali dari hasil penelitian ini.
4. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu
(S-1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Acuan Teori
1.
Nilai Pendidikan Akhlak
a.
Pengertian Nilai Pendidikan Akhlak
Istilah nilai pendidikan akhlak terdiri dari tiga kata yaitu nilai,
pendidikan dan akhlak. Agar bisa memahami lebih dalam maka
penulis akan sampaikan uraian arti dari masing-masing kata tersebut.
Kata nilai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “harga
atau sifat-sifat hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan”.1
Sedangkan menurut Moh. Toriquddin “nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan,
singkatnya sesuatu yang baik. Nilai selalu mempunyai konotasi
positif”.2 Nilai sendiri berasal dari bahasa inggris value termasuk
bidang kajian filsafat. Persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari
salah satu cabang filsafat yaitu filsafat nilai (Axiology Theory of
Value). Aksiologi merupakan suatu pendidikan yang menguji dan
mengintegrasikan semua nilai berupa tindakan moral dan estetika
dalam kehidupan manusia, selanjutnya nilai tersebut ditanamkan
dalam kepribadian anak.3 Filsafat juga sering diartikan sebagai ilmu
tentang nilai-nilai.
Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang
melekat pada sesuatu itu. Nilai adalah harga atau kualitas sesuatu.
Artinya, sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu tersebut
secara instrinsik memang berharga. Salah satu cara yang sering
1Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), cet. 4, h. 963.
2Moh. Toriquddin, Sekularitas Tasawuf : Membumikan Tasawuf dalam Dunia Modern, (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), cet. 1, h. 3.
digunakan untuk menjelaskan apa itu nilai adalah
memperbandingkannya dengan fakta.4
Nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga, memiliki
kualitas, baik itu kualitas tinggi atau kualitas rendah. Dari
uraian-uraian pengertian nilai diatas, maka Notonegoro sebagaimana dikutip
oleh Kaelan, menyebutkan adanya 3 macam nilai, yaitu sebagai
berikut :
1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia.
2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna untuk rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi sebagai berikut:
a) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta manusia).
b) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan (emotion) manusia.
c) Nilai kebaikan atau nilai yang bersumber pada unsur kehendak manusia.
d) Nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.5
Sesuai dengan penjelasan di atas maka penulis dapat memahami
bahwa nilai ialah suatu hal yang menjadi ukuran atas suatu tindakan.
Nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga, memiliki
kualitas, baik itu kualitas tinggi atau kualitas rendah.
Selanjutnya pengertian pendidikan, menurut Yatimin Abdullah
“pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dalam arti luas
pendidikan baik formal maupun informal meliputi segala hal yang
memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang
dunia tempat mereka hidup”.6
4Moh. Toriquddin, op.cit., h. 4.
5Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2008), cet. 9, h. 89.
12
Menurut Sudirman sebagaimana di kutip oleh Hasbullah
menjelaskan bahwa:
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau pedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.7
Menurut Ahmad Tafsir pendidikan ialah “pengembangan pribadi
dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud
pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh diri
sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain
(guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati”.8
Menurut Mortiner J. adler sebagaimana dikutip oleh Arifin,
mengatakan bahwa pendidikan adalah “proses dengan mana semua
kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang
dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan
kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik
dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau
dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang
baik”.9
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan
sebagai “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
7Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2013), cet. 11, h. 1. 8Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet. 7, h. 26.
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”.10
Dari definisi-definisi di atas, penulis dapat memahami bahwa
pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar oleh pendidik
untuk mengembangkan jasmani dan rohani peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan menuju terbentuknya
kepribadian dalam diri peserta didik menuju peranannya dimasa yang
akan datang, agar nantinya peserta didik menjadi manusia yang
bertanggung jawab.
Beralih ke definisi akhlak. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa
dalam “kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai
budi pekerti atau kelakuan”.11Jamil Shaliba sebagaimana dikutip oleh
Moh. Ardani menjelaskan bahwa “kata akhlak berasal dari bahasa
Arab yang berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan
santun agama”.12
Dedi Supriyadi menjelaskan dalam bukunya Pengantar Filsafat
Islam, bahwa:
Menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab (
قاخا
) bentuk jamak dari mufradnya khuluq(
قلخ)
yang artinya budi pekerti.
Sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal dari bahasa latin, yaitu etos yang berarti kebiasaan. Sedangkan moral berasal dari kata mores yang berarti kebiasaannya. Menurut terminology, kata budi pekerti terdiri atas budi dan pekerti. Budi ialah yang ada pada manusia, berhubungan dengan kesadaran, dan didorong oleh pemikiran, rasio, yang disebut karakter. Sedangkan pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada tingkah laku manusia.13
10Dihimpun oleh Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional: (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2013), h. 3.
11M.Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat,(Bandung: Mizan, 1996), cet. 6, h. 253.
12Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulia, 2005), cet. 2, h. 25.
14
Pengertian akhlak menurut istilah yang dikemukakan oleh para
tokoh, antara lain:
Menurut konsepsi Ibn Maskawaih yang dikutip oleh Ahmad
Daudy, akhlak adalah “suatu sikap mental (hâlun li al- nafs) yang mendorongnya untuk berbuat, tanpa berpikir dan pertimbangan.
Keadaan atau sikap jiwa ini terbagi kepada dua: ada yang berasal dari
watak dan ada yang berasal dari kebiasaan dan latihan”.14
Imam al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Mahjuddin
mengatakan bahwa :
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam pada jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan; tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak terpuji. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.15
Menurut Abuddin Nata: Akhlak adalah perbuatan yang timbul
dari dalam diri seseorang yang telah mendarah daging dan melekat
dalam jiwa, maka pada saat akan mengerjakan perbuatan tersebut
sudah tidak lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran.16
Menurut Abdul Hamid yang dikutip oleh Yatimin Abdullah:
“Akhlak ialah ilmu tentang keutamaan yang harus dilakukan dengan
cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan, dan
tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong
(bersih) dari segala bentuk keburukan”.17
Sedangkan menurut Hamzah Ya’qub yang dikutip oleh Yatimin
Abdullah: “Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik
14Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), cet. 3, h.61.
15Mahjuddin, Akhlak Tasawuf I Mu’jizat Nabi, Karamah Wali, dan Ma’rifah Sufi, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), cet. 1, h. 4.
16Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), cet. 13, h. 4.
dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan
manusia lahir dan batin”.18
Apabila diperhatikan dengan seksama, terlihat bahwa seluruh
definisi akhlak yang telah dijelaskan di atas tidaklah bertentangan,
melainkan saling melengkapi, yakni suatu sikap yang tertanam kuat
dalam jiwa yang terlihat dalam perbuatan lahiriah, sikap tersebut
dilakukan tanpa memerlukan pemikiran lagi karena sudah menjadi
sebuah kebiasaan.
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan
antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup keseharian. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral
yang terdapat di dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang
bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat.
Dari definisi nilai, pendidikan dan akhlak di atas, maka dapat
dikatakan bahwa pengertian nilai pendidikan akhlak ialah suatu hal
yang menjadi ukuran atas suatu tindakan yang dilakukan oleh
pendidik untuk membentuk budi pekerti yang baik pada peserta didik
dengan dasar al-Qur`ân dan al-Hadis Rasulullah sehingga terbentuk
manusia yang taat kepada Allah SWT.
b.
Sumber-Sumber Pendidikan Akhlak
1) Al-Qur`ân
Al-Qur`ân adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia.
Sebagaimana firman Allah SWT surat al-Baqarah ayat 185 di bawah
ini:
16
....
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”.
Al-Qur`ân merupakan sumber utama pendidikan akhlak dalam
Islam, sebagaimana pendapat Mohammad Daud Ali yang
menjelaskan bahwa:
Al-Qur`ân adalah sumber agama (juga ajaran) Islam yang pertama dan utama menurut keyakinan umat Islam yang diakui kebenarannya oleh penelitian ilmiah, al-Qur`ân adalah kitab suci yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekkah kemudian di Madinah. Tujuannya untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia ini dan dikebahagiaan di akhirat kelak.19
Sedangkan Muhammad Alim menjelaskan bahwa kitab Suci
al-Qur`ân mempunyai isi kandungan yang terdiri dari tiga kerangka
besar, yaitu: pertama, soal akidah. Kedua, soal syariah. Ini terbagi
menjadi dua pokok, yaitu ibadah, hubungan manusia dengan Allah
dan mu’âmalah, hubungan manusia dengan sesama manusia. Ketiga,
soal akhlak yaitu etika, moralitas, budi pekerti dan segala sesuatu
yang termasuk didalamnya.20
Al-Qur`ân menduduki posisi terdepan dalam pengambilan
sumber-sumber pendidikan termasuk pendidikan akhlak. Segala
proses dan kegiatan pendidikan akhlak haruslah senantiasa
berorientasi kepada prinsip-prinsip dan nilai-nilai al-Qur`ân.
2) Al-Hadis
Sumber pendidikan akhlak setelah al-Qur`ân adalah al-Hadis.
Sebagaimana pendapat Mohammad Daud Ali yang mengatakan
bahwa “al-Hadis adalah sumber kedua agama (juga ajaran) Islam. Sunnah Rasul yang kini terdapat dalam al-Hadis merupakan
penafsiran serta penjelasan otentik (sah, dapat dipercaya
sepenuhnya) tentang al-Qur`ân”.21
Terdapat tiga jenis hadis atau sunnah, yaitu qawl atau perkataan
Nabi SAW, Fi’il atau perbuatan Nabi SAW dan Taqrir atau sikap
diam Rasulullah sebagai persetujuan dari tindakan orang lain.22
Tingkah laku Nabi Muhammad SAW merupakan contoh suri
tauladan bagi umat manusia. Nabi Muhammad SAW diutus untuk
meperbaiki manusia sehingga tercipta ketentraman, sebagaimana
firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 21 sebagai berikut:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.
Dari hadiś tersebut di atas dapat dipahami bahwa ajaran Islam
serta pendidikan akhlak mulia yang harus diteladani adalah Rasullah
SAW agar menjadi manusia yang hidup sesuai dengan tuntutat
syariat, yang bertujuan untuk kemaslahatan serta kebahagiaan umat
manusia. Rasullah SAW adalah contoh serta teladan bagi umat
manusia yang mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai akhlak
yang sangat mulia kepada umatnya.
Mengingat kebenaran al-Qur`ân dan al-Hadis adalah mutlak,
maka setiap ajaran yang sesuai dengan al-Qur`ân dan al-Hadis harus
18
dilaksanakan dan apabila bertentangan maka harus ditinggalkan.
Dengan demikian berpegang teguhlah kepada al-Qur`ân dan al-Hadis
agar terhindar dari kesesatan. Sebagaimana firman Allah SWT surat
an-Nisâ ayat 59 di bawah ini:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (al- Qur`ân) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa Qur`ân dan
al-Hadis adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim,
maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlak mahmudah
dalam ajaran Islam. Al-Qur`ân dan al-Hadis adalah ajaran yang
paling mulia dari segala ajaran manapun hasil renungan dan ciptaan
manusia. Sehingga telah menjadi keyakinan (akidah) Islam bahwa
akal dan naluri manusia harus tunduk mengikuti petunjuk dan
pengarahan al-Qur`ân dan al-Hadis. Maka dari pedoman itulah
diketahui kriteria mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk.
c.
Tujuan dan Manfaat Pendidikan Akhlak
1) Tujuan Pendidikan akhlak
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang berproses dan
terencana sudah tentu mempunyai tujuan. Tujuan tersebut berfungsi
sebagai titik pusat perhatian dalam melaksanakan kegiatan serta
sebagai pedoman guna mencegah terjadinya penyimpangan dalam
Setiap usaha yang dilakukan secara sadar oleh manusia, pasti
tidak terlepas dari tujuan. Demikian halnya dengan tujuan
pendidikan akhlak, tidak berbeda dengan tujuan pendidikan Islam
itu sendiri. Tujuan tertingginya ialah mencapai kebahagiaan dunia
dan akhirat.
Muhammad „Atiyyah al-Abrâsyî mengatakan bahwa tujuan
pendidikan akhlak adalah “untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik, berkemauan keras, sopan dalam berbicara dan
perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat
bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci”.23
Sedangkan yang dikutip oleh Ahmad Daudy dari kitab Risalah
fit-Tanbih `Ala Subuli `a-Sa’adah karangan al-Farabi, yaitu :
“akhlak bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh
setiap manusia untuk memperoleh kebahagiaan. Jika seseorang
tidak memiliki akhlak yang terpuji, ia dapat memperolehnya
dengan adat kebiasaan”.24
Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh Abuddin
Nata mengatakan bahwa:
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pendidikan akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk.25
Dengan demikian, tujuan pendidikan akhlak adalah untuk
membuat peserta didik mampu berperilaku dengan baik sesuai
dengan ajaran al-Qur`ân dan al-Hadis. Pendidikan akhlak yang
23Muhammad Aţiyyah al-Abrâsyî, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 109.
20
sesuai dengan al-Qur`ân dan al-Hadis diharapkan dapat mencapai
kebahagiaan dan kedamaian hidup umat manusia di dunia, serta
kebahagiaan hidup di akhirat.
2) Manfaat Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak dapat membuka mata hati seseorang untuk
mengetahui yang baik dan buruk, memberikan pengertian apa
manfaat jika berbuat baik dan apa pula bahayanya jika berbuat
kejahatan. Orang yang baik akhlaknya maka hidupnya akan
bahagia dan membahagiakan karena hatinya tenang, riang dan
senang.
Menurut Mustofa orang yang berakhlak karena ketakwaan
kepada Tuhan maka dapat menghasilkan kebahagiaan, antara lain:
a) Mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat. b) Akan disenangi orang dalam pergaulan.
c) Akan dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusiawi dan sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.
d) Orang yang bertakwa dan berakhlak mendapat pertolongan dan kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan baik.
e) Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala penderitaan dan kesukaran.26
Setiap orang dalam hidupnya bercita-cita memperoleh
kebahagiaan sebagaimana telah disebutkan di atas. Namun untuk
memperoleh kebahagiaan tersebut tidaklah mudah, manusia harus
mampu membedakan mana yang baik untuk dikerjakan dan
meninggalkan hal-hal yang buruk. Orang yang dapat berpegang
pada kebaikan dan meninggalkan keburukan, maka sesungguhnya
ia berada dijalan yang lurus dan termasuk orang-orang yang
beruntung.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Mustofa dalam bukunya
Akhlak Tasawuf menjelaskan bahwa :
Seseorang yang mendapatkan kebahagiaan karena akibat tindakan yang baik dan benar, dan berakhlak baik maka akan memperoleh:
a) Irsyâd : Artinya dapat membedakan antara amal yang baik dan amal yang buruk.
b) Taufîq : Perbuatan kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW dan dengan akal yang sehat.
c) Hidâyah : Berarti seseorang akan gemar melakukan yang baik dan terpuji serta menghindari yang buruk dan tercela.27
Dengan demikian manfaat dari pendidikan akhlak atau
mempelajari akhlak yakni untuk memperoleh kebahagiaan di dunia
dan di akhirat kelak. Untuk mencapai kebahagiaan tersebut
manusia harus mampu membedakan perbuatan yang baik dan
buruk sesuai dengan tuntunan dari al-Qur`ân dan al-Hadis, dengan
demikian manusia akan memperoleh irsyâd, taufîq dan hidâyah.
2.
Adil dalam Al-Qur`ân
a. Pengertian Adil
Keadilan berasal dari kata dasar adil yang diserap dari kata
berbahasa Arab ‘adl . Secara literal, kata ‘adl adalah bentuk masdar
dari kata kerja „adala –ya’dilu – ‘adlan –wa ‘udûlan – wa ‘adûlatan. Rangkaian huruf-huruf tersebut mengandung makna yang bertolak
belakang, yakni lurus atau sama, dan bengkok atau berbeda.28
Dalam Tafsir Al-Misbah kata (
لدعلا
) al-‘adl terambil dari kata(
لدع
) „adala yang terdiri dari huruf-huruf „ain, dâl, dan lâm. Rangkaian huruf ini mengandung dua makna yang bertolak belakang,yakni lurus dan samaserta bengkok dan berbeda.29
27Ibid., h. 27.
22
Sedangkan dalam buku Terjemahan Tafsir Al-Maragi
لْدعْلا
“secara bahasa berarti persamaan dalam segala perkara, tidak lebih dan tidak kurang”.30
Selanjutnya menurut kamus Besar Bahasa Indonesia kata adil
yaitu sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak.31 Secara
etimologis, adil berasal dari kata al-‘adl berarti tidak berat sebelah,
tidak memihak. Secara terminologis, “adil adalah mempersamakan
sesuatu dengan yang lain, baik dari segi nilai maupun dari segi ukuran
sehingga sesuatu itu tidak berat sebelah dan tidak berbeda”.32
Adil di dalam al-Qur`ân diungkapkan dalam berbagai bentuk
diantaranya: al-‘adl, al-Qisth dan al-Mizan. ‘Adl yang berarti sama,
memberi kesan adanya dua pihak atau lebih. Qisth arti asalnya adalah
bagian (yang wajar dan patut). Mizan berasal dari akar kata wazn yang
berarti timbangan. 33
Kata ‘adl yang ada dalam berbagai bentuk dijumpai sebanyak 28
kali. Kata ‘adl dalam bentuk aslinya disebutkan 13 kali yakni pada
QS Baqarah: 48, 123, dan 282 (dua kali), QS an-Nisa: 58, QS
al-Maidah: 95 (Dua kali) dan 106, QS al-An’am: 70, QS an-Nahl: 76 dan
90, QS al-Hujurat: 9 serta QS at-Talaq: 2.34
Sesuai dengan penjelasan diatas maka penulis dapat memahami
bahwa adil ialah menempatkan sesuatu pada tempatnya yakni
dilakukan dengan tidak memihak ataupun berat sebelah antara satu
dengan yang lainnya.
30Ahmad Mustafa Al Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, Terj. dari Tafsir Al-Maragi oleh Bahrun Abu Bakar, dkk, Jilid. 14, (Semarang: CV. Toha Putra Semarang, 1992), cet. 2, h. 233. 31Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi Keempat, op.cit., h. 10.
32Bachrul Ilmy, Pendidikan Agama Islam untuk SMK Kelas XII, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2011), h. 38.
33M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, op.cit., h. 111-112.
b. Ragam Makna Adil
Kata ‘adl dalam al-Qur`ân memiliki aspek dan objek yang
beragam, begitu pula pelakunya. Keragaman tersebut mengakibatkan
keragaman makna ‘adl . Menurut M. Quraish Shihab ada empat
makna keadilan yang dikemukakan oleh pakar agama,yaitu :
“Pertama, ‘adl dalam arti sama. Pengertian ini yang paling
banyak terdapat di dalam al-Qur`ân, antara lain pada surat an-Nisa: 3,
58, dan 129, asy-Syura: 15, Maidah: 8, an-Nahl: 76, 90; dan
al-Hujurat: 9. Kata ‘adl dengan arti sama pada ayat-ayat tersebut yang
dimaksud adalah persamaan dalam persoalan hak.”35
Dalam al-Qur`ân kata ‘adl dalam arti sama salah satunya terdapat
dalam surat an-Nahl ayat 90, sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
Dalam buku Al-Qur`ân dan Tafsirnya menjelaskan bahwa surat
an-Nahl ayat 90 merupakan “ayat yang paling luas dalam
pengertiannya. Ibnu Mas’ud berkata: Dan ayat paling luas lingkupnya
dalam al-Qur`ân tentang kebaikan dan kejahatan ialah ayat dalam Surat an-Nahl (yang artinya): Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.(Riwayat Bukhari dari Ibnu
Mas’ud)”36
Sedangkan menurut al-Baidawi sebagaimana di kutip dalam buku
Tafsir al-Qur`ân Tematik menjelaskan bahwa : “kata ‘adl berarti
sama bermakna berada di pertengahan dan mempersamakan, Sayyid
35M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, op.cit., h. 114.
24
Qutub menyatakan bahwa dasar persamaan itu adalah sifat
kemanusiaan yang dimiliki setiap manusia. Ini berimplikasi bahwa
manusia mempunyai hak yang sama oleh karena mereka sama-sama
manusia”.37
Kedua, ‘adl dalam arti seimbang. Pengertian ini dikemukakan di
dalam surat al-Maidah: 95, dan al-Infitar: 7. M Quraish Shihab
menjelaskan bahwa:
Keseimbangan ditemukan pada suatu kelompok yang di dalamnya terdapat beragam bagian yang menuju satu tujuan tertentu, selama syarat dan kadar tertentu terpenuhi oleh setiap bagian. Keadilan dalam arti ini akan menimbulkan keyakinan bahwa Allah yang Maha bijaksana dan Maha mengetahui menciptakan serta mengelola segala sesuatu dengan ukuran, kadar, dan waktu tertentu guna mencapai tujuan. Keyakinan ini yang pada ak