• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surat al-Ma'un perspektif Tafsir al-Maraghi dan Tafsir al-Misbah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surat al-Ma'un perspektif Tafsir al-Maraghi dan Tafsir al-Misbah."

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT AL-MA’UN PERSPEKTIF TAFSIR AL-MISBAH DAN TAFSIR AL-MARAGHI

Skripsi

Oleh :

Wakid Abdul Aziz NIM. D01212066

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Wakid Abdul Aziz (D01212066), 2017. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat Al-Ma’un Perspektif Tafsir Al-Misba Dan Al-Maraghi. Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Latar belakang penelitian ini dilandasi oleh adanya kegelisahan tentang merosotnya akhlak di kalangan bangsa. Adanya tindak kriminal, kezaliman, Korupsi, Nepotisme, kemiskinan dan degradasi moral bangsa di semua kalangan masyarakat merupakan penyebab kemerosotan akhlak. Pendidikan adalah sebagai suatu alat untuk menanggapi permasalahan tersebut. Menyadari pentingnya kedudukan dan fungsi Al-Qur’an bagi umat manusia, maka dari keadaan inilah penulis tertarik untuk mengkaji lebih Mendalam Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat Al-Ma’un Perspektif Tafsir Al-Misba Dan Al-Maraghi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam surat Al-Ma’un Perspektif Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Al-Maraghi dan Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam surat Al-Ma’un Perspektif Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Al-Maraghi.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research). Sumberdata primernya adalah Kitab Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Al-Maraghi. Sedangkan data sekundernya buku-buku atau tulisan yang ada relevansinya dengan masalah penelitian. Untuk kemudian diolah sesuai dengan kemampuan penulis. Metode yang digunakan adalah Metode rekord (dokumentasi) Dimana mencari dan menemukan data dengan cara membaca, mengkaji, mempelajari literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas, kemudian data yang diperoleh dikumpulkan, dan dianalisa dengan baik sesuai dengan aturan yang ditentukan.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan Akhlak yang relevan dan sesuai dengan nilai Pendidikan Karakter yang dicanangkan oleh KEMENDIKBUD yang berjumlah 18 peneliti menemukan 5 kriteria nilai pendidikan karakter yang sama diantaranya pada nomor1. Religius, 2. jujur, 4. Disiplin, 5. Kerja keras, 6. Kreatif , 11. Cinta tanah air, poin 13. Bersahabat/Komunikatif, 14. Cinta Damai, 16. peduli lingkungan, 17. peduli social, 18. Tanggung jawab.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Penelitian Terdahulu ... 10

F. Definisi Oprasional ... 12

G. MetodePenelitian ... 15

(8)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Akhlak ... 21

B. Dasar Pendidikan Akhlak ... 27

C. Tujuan Pendidikan Akhlak ... 32

D. Macam-Macam Pendidikan Akhlak... 34

E. Metode Pembentukan Pendidikan Akhlak... 44

F. Nila-Nilai Pendidikan Akhlak... 52

BAB III PROFIL TAFSIR AL-MISBAH DAN TAFSIR AL-MARAGHI A. Profil Tafsir Al-Misbah... 64

B. Profil Tafsir Al-Maraghi ... 73

C. Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat Al-Ma’unPerspektif Tafsir Al-Misbah ... 91

D. Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat Al-Ma’unPerspektif Tafsir Al-Maraghi ... 103

BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHAK DALAM SURAT AL-MA’UN PERSPEKTIF TAFSIR AL-MISBAH DAN TAFSIR AL-MARAGHI

(9)

Tafsir Al-Misbah dan Al-Maraghi... 108

B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam surat Al-Ma’un Perspektif Tafsir Al-Misbah dan Al-Maraghi ... 135

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ... 139

B. Saran ... 140

DAFTAR PUSTAKA ... 142

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Adanya pendidikan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan keluarga, lingkungan masyarakat, dirinya sendiri maupun kehidupan bangsa dan Negara. Pendidikan berupanya mendidik manusia yang mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan dan juga disertai dengan iman dan taqwa kepada Allah SWT, sehingga dia akan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya itu untuk kebaikan masayarakat.

Begitu juga dengan pendidikan akhlak, dalam hal ini peranannya merupakan sumber daya pendorong dan pembangkit bagi tingkah laku dan perbuatan yang baik dan juga merupakan pengendali dalam mengarahkan tingkah laku dan perbuatan manusia karena itu pembinaan moral harus didukung pengetahuan tentang ke-Islaman pada umumnya dan aqidah atau keimanan pada khususnya.

Pendidikan memiliki peranan penting dalam membangun bangsa sebab pembangunan suatu bangsa hanya bisa dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kualitas intelektual yang tinggi. Menurut UUD 1945 Pasal 31 ayat 1, adalah setiap warga negara berhak mendapat pengajaran.1Hal ini menunjukkan

1 MPR RI, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945,(Jakarta:

(11)

2

bahwa pendidikan itu memang sangat penting untuk setiap warga nega ra tanpa terkecuali.

Pendidikan sendiri adalah suatu bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.2 Pengertian tersebut samahalnya dalam pengertian pendidikan yang tertulis dalam (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.3

Dalam pengertian lain pendidikan dapat juga di artikan sebagai kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mampu mengembangkan kemampuan (potensi) yang di milikinya, sikap-sikap dan bentuk bentuk prilaku bernilai positif di masyarakat tempat individu yang bersangkutan berada.4 Nilai-nilai pendidikan akhlak sendiri merupakan konsep-konsep dan cita-cita yang penting dan berguna bagi manusia.

Di lain pihak, nilai yang berlaku dalam pranata kehidupan manusia meliputi nilai-nilai Ilahi dan nilai-nilai Insani yang diformulasikan melalui pendidikan.

2Ahmad. D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan,(Bandung: PT. Al Ma’arif,1962),

h.19.

3Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. (Bandung: Refika Aditama.

2007), h.7.

4Sukarjo. Ukim,Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya,( jakarta: PT. Raja

(12)

3

Termasuk didalamnya komponen pendidikan. 5 Pendidikan mengalami perkembangan yang sangat pesat di era globalisasi saat ini. Pendidikan mudah di dapatkan oleh setiap manusia. Pendidikan dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Beragam cara dapat dengan mudah kita akses untuk mendapatkan pendidikan. Jika di era modern, tidak pandai dalam mengolah informasi, bukan pendidikan yang akan didapat melainkan pengaruh budaya asing maupun sesuatu hal yang negatif. Budaya tersebut adalah budaya yang bertolak belakang dengan pribadi bangsa dan akan merusak moral generasi penerusnya. Oleh karenanya harus pandai-pandai memilih dan memilah informasi yang ada dan tidak seharusnya menerima informasi secara mentah-mentah.

Budi pekerti yang merupakan komponen penting dalam diri manusia, tanpa terealisasinya (budipekerti) yang luhur, perlu merujuk pada landasan agama. Dalam Islam komponen ini disebut dengan akhlaqul karimah. Akhlak dalam Islam menempati posisi yang sangat esensial, karena kesempurnaan iman seseorang muslim itu di tentukan oleh kualitas akhlaknya. Semakin tinggi akhlak seseorang berarti semakin berkualitas iman seseorang, demikian dengan sebaliknya. Islam menganjurkan umatnya untuk memiliki nilai-nilai akhlaqul karimah dengan merujuk kepada pribadi Rasulullah SAW.

5Ziauddin,Sardar,RekayasaPendidikan Masa DepanPeradaban Muslim, (Bandung

(13)

4

Pendidikan sebagai upaya mengembangkan budi pekerti atau akhlak adalah jiwa pendidikan agama Islam. Mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan dengan tidak mengesampingkan aspek-aspek penting lainnya pendidikan jasmani, akal, ilmu pengetahuan ataupun segi-segi praktis lainnya.

Nilai pendidikan saat ini terasa jauh dari awal mula tujuan pendidikan islam. Pendidikan islam yang terasa hakiki bertujuan mendekatkan diri pada Allah SWT serta mengangkat harkat martabat manusia dari kebodohan telah bergeser kearah yang tidak jelas. Dalam hal ini manusia yang ber ilmu di ibaratkan dengan padi bahwa semakin padi itu tua padi tersebut akan merunduk begitu juga manusia semakin besar ilmunya semakin besar pula ketaatan kepada Allah SWT yang berarti jika di tafsirkan taat kepada Allah SWT adalah tidak hanya ibadah kepada Tuhanya melainkan ibadah sesama mahluk Tuhan.

(14)

5

Gejala kehidupan pemimpin masyarakat yang diistilahkan di dalam gaya hidup KKN (Korupsi, kolusi, dan Nepotisme) menunjukkan bahwa masyarakat itu sendiri juga telah kehilangan pegangan nilai-nilai moralnya. 6 Kemiskinan kekurangan pangan meraja lela akibat korupsi yang di lakukan oleh penguasa yang dzalim pada rakyatnya dan mereka yang kaya melaksanakan akhlak tercela di mana mereka tak mau menafkahkan hartanya bagi si miskin, yang sudah menjadi kewajiban bagi yang kaya untuk menafkahkan sebagian hartanya untuk si miskin.

Adanya banyaknya hal yang dapat menyebabkan kemerosotan akhlak (dekadensi moral) yang dapat menimbulkan akhlak buruk atau perilaku tercela. Orientaasi pendidikan saat ini lebih pada mencari kerja dan merebut materi semata, sehingga dari pardigma yang demikian itu muncullah pemikiran bahwa pendidikan harus mengedepankan kecerdasan otak, akibatnya pendidikan hati dan kecerdasan hati kurang di perhatikan bahkan hilang sama sekali. Akibat dari ini pula lahirlah anak didik yang cerdas dalam berfifkir tetapi kurang berakhlak dalam bersikap.

Problematika akhlak senantiasa mewarnai kehidupan manusia dari masa ke masa. Seiring dengan gelombang kehidupan ini, dalam setiap kurun waktu dan tempat tertentu muncul tokoh yang memperjuangkan tegaknya nilai-nilai akhlak. Upaya penegakan akhlak menjadi sangat penting dalam rangka mencapai

6Nurul Zuriah,Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti Dalam Prespektif Perubahan(jakarta

(15)

6

keharmonisan hidup. Sekali lagi akhlak sangatlah urgen bagi manusia, Urgensi akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, bahkan juga dirasakan dalam kehidupan berbangsa atau bernegara.

Akhlak adalah mustika hidup yang membedakan makhluk manusia dari makhluk hewani. Manusia tanpa akhlak adalah manusia yang telah membinatang dan sangat berbahaya. Manusia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang buas sendiri. Pendidikan mental dan moral, budi dan akhlak, sangatlah diperlukan bagi kelanjutan hidup suatu bangsa, karena apabila budi suatu bangsa telah hilang dan akhlaknya telah rusak, maka dengan cepat atau berangsur-angsur bangsa itu akan lenyap dari permukaan bumi, sebagaimana dilukiskan oleh riwayat bangsa terdahulu yang hanya tertinggal nama saja yang dapat diingat oleh orang-orang yang kemudian.

Kehadiran Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera dan lahir batin. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara bermakna.

(16)

7

Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia membahas semua nilai-nilai akhlak tanpa terkecuali. Ayat-ayatnya tidak meninggalkan satu pun permasalahan yang berhubungan dengan akhlak. Setiap dimensi yang berkaitan dengan akhlak terdapat di dalamnya baik berbentuk perintah, larangan maupun berbentuk anjuran, baik mengenai akhlak terpuji maupun mengenai perilaku tercela.7

Demikian juga yang terkandung dalam Surat Al-Ma’un.

Ada dua pesan sederhana yang terkandung dalam Surat Al-Ma’un pertama adalah seorang yang beragama Islam tidak boleh hanya beribadah secara egois dengan memandang bahwa beribadah hanya hubungan transenden saja dengan Allah SWT (Habl min Allah) yang dilakukan dengan cara menggugurkan kewajiban ibadah ritual. Padahal ibadah yang absolutelyjuga berhubungan dengan hubungan bermasyarakat (Habl min al nas). Fungsi kedua ini sangat eratkaitannya dengan muamalah, serta mendorong ummat Islam menguasai berbagai lmu keduniaan serta berkontribusi dalam bermasyarakat.8

Surat Al-Ma’un mengandung arti yang sangat indah, Surat Al-Ma’un bermakna perbuatan cinta kasih, sebagai penegas tujuan diturunkannya agama

7Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia,(Jakarta: Gema Insani, 2004), cet. 1, h. 173. 8M. Qurais Shihab,Wawasan Al Qur’an, Tafsir Maudlu’I atas Pelbagai Persoalan Umat,

(17)

8

Islam yaitu sebagai rahmah lil al’alamin (pembawa cinta). Al-Ma’un juga membawa pesan bahwa ummat Islam yang benar agamanya (bukan pendusta agama) sangat peduli terhadap perbaikan nasib sesama, memberikan pertolongan pada dhu’afa, anak yatim dan kaum tertindas, menjadi masyarakat yang tidak sombong dan tidak riya.

Hal tersebut merupakan sedikit cuplikan isi dari Surat Al-Ma’un dan jika apa yang tersirat dalam makna Surat Al-Ma’un di jalankan oleh manusia maka ketentraman hidup akan tercapai dan kemiskinan terutama di indonesia akan berkurang, yang mana faktor penyebab kemiskinan tersebut telah tertuliskan diatas secara garis besar terjadi karena kemrosotan akhak serta penanaman akhlak sejak dini yang menyebabkan ketika dewasa mereka acuh pada sesama.

Surat Al-Ma’un Telah menginspirasi untuk mewujudkan tujuan pendidikan islam, terutama akhlak seorang hamba kepada Tuhanya memaluli perbuatan baik seorang hamba manusia ciptaan tuhan pada manusia lainya. Maka diperlukan suatu usaha-usaha yang baik yaitu pendidikan yang dapat mengantarkan anak didik terhadap tujuan pendidikan islam yang sebenarnya, yaitu melalui proses-proses yang baik sesuai dengan ajaran Islam.

(18)

9

sebenarnya dari pendidikan Islam.9 Maka penulis tertarik untuk meneliti dan membahas mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surat Al-Ma’un. Maka judul yang diambil peneliti adalah “NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT AL-MA’UNDALAM PERSPEKTIF TAFSIR AL MISBAH DAN TAFSIR AL MARAGHI”

B. RUMUSAN MASALAH

Pokok- pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam Surat Al-Ma’un perspektif Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Al-Marahgi?

2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak perspektif Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Al-Marahgi?

C. TUJUAN PENELITIAN

Setiap usaha yang dilakukan seseorang tidak terlepas dari tujuan, dimana tujuan adalah salah satu bagian terpenting dari suatu kegiatan, karena dengan adanya tujuan usaha yang dilakukan seeorang akan semakin jelas, terencana, terkonsep dan terarah untuk mencapai sasaran yang hendak dicapai. Adapun tujuan dalam skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam Surat Al-Ma’un perspektif Tafsir Al-Misbah dan

9M. Athiyah al-Abrasyi,Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam,terj. Bustami A Gani dan

(19)

10

Tafsir Al-Marahgi serta relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak perspektif Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Al-Marahgi.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu diharapkan dapat memperluas khazanah ilmu yang terdapat dalam Surat Al-Ma’un di lingkungan pendidikan pada umumnya dan khusunya pada jurusan pendidikan agama Islam, serta di harapakan dapat memberikan masukan tentang nilai-nilai pendidikan Islam, terutama nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam Surat Al-Ma’un.

Secara Sosial Praktis penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pembaca tentang nilai-nilai akhlak dalam Surat Al-Ma’un.Serta dapat memberikan referensi, refleksi atau perbandingan kajian yang dapat dipergunakan lebih lanjut dalam pengembangan pendidikan Islam, terutama pada nilai-nilai akhlak kepada pihak yang mau melakukan penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Disamping itu sebagai objek pendidikan bagi guru, orang tua, maupun siswa dalam memperdalam nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam Surat Al-Ma’un.

E. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian pustaka ini pada dasarnya bukan penelitian yang benar-benar baru.

Sebelum ini banyak yang telah mengkaji objek penelitian tentang nilai-nilai

pendidikan akhlak Pada Al-Qur an namum belum ada penelitian yang spesifik

tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surat Al-Maun. Oleh karena itu,

penulisan dan penekanan skripsi ini harus berbeda dengan skripsi yang telah dibuat

(20)

11

Penulis akan mendeskripsikan beberapa karya skripsi sebelumnya yang ada kaitannya tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam Surat Al-Ma’un.

Pertama penelitian yang di lakukan oleh Erlin Nur Muhibbah 2014, alumni Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Skripsinya berjudul Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat Ayat 1-18 yang memberikan pengajaran tentang nilai yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, antara sesama manusia, antara lingkungan dan mengatur dirinya sendiri. Nilai-nilai pendidikan akhlak tersebut, adalah Adab terhadap wali-wali Allah, Sopan satun dalam pergaulan Berhati-hati terhadap berita yang dibawa oleh orang fasik, Cara menyelesaikan konflik yang timbul diantara kaum Muslimin, Larangan saling mengejek Larangan berburuk sangka dan menggunjing.

Penelitian yang kedua di lakukan oleh Zahratussa’adatul Jannah 2014. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Surah Yusuf Ayat 8-18. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terdapat dalam Al-Qur’ansurah Yusuf ayat 8-18 meliputi Akhlaqul Karimah,: sabar dan Akhlaqul Madzmumah; su’u dzhon (berburuk sangka), hasad (dengki), kadzib (dusta), zalim, khianat dan munafik.

(21)

12

tiga nilai pendidikan untuk mencapai pada tujuan Pendidikan Islam. Yaitu nilai pendidikan keimanan,Nilai pendidikan syari’ah,Nilai pendidikan tentang kisah.

Siti Imzanah dalam Penelitianya yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

dalam QS. Ali Imran: 159-160, yang mengungkap tentang nilai-nilai akhlak yang

terkandung dalam QS. Ali Imran: 159-160 berupa sikap lemah lembut,

memaafkan, bermusyawarah dalam memutuskan persoalan bersama, bertawakkal,

dan yakin akan pertolongan Allah.

Penulis menganilisis beberapa kajian pustaka ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan skripsi yang akan penulis teliti, yaitu:

Persamaanya adalah berkisar tentang pendidikan etika/akhlak, beberapa literatur dan skripsinya tersebut di dalamnya terkandung pembahasan berkisar tentang prilaku dan kepribadian, dan skripsi keduanya sama-sama menggunakan kajian studi analisis, yaitu dengan mengambil sumber dari Ayat Al-Qur’an, As-Sunnah, buku literatur yang relevan dan kitab karangan.

Perbedaanya adalah terletak pada objek penelitian, belum ada penelitian terdahulu mengenai nilai-nilai pendidikan akhlah dalam surat Al-Maun.

F. DEFINISI OPERASIONAL

(22)

13

pemahaman, maka menurut penulis perlu adanya penjelasan berbagai istilah yang ada pada judul penelitian ini :

1. Nilai

Nilai dapat diartikan sebagai suatu yang positif dan bermanfaat dalam kehidupan manusia dan harus dimiliki setiap manusia untuk dipandang dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai di sini dalam konteks etika (baik dan buruk), logika (benar dan salah), estetika (indah dan jelek).10

Esensi nilai melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan. Kata majemuk nilai-nilai menurut Muhaimin berasal dari kata dasar nilai diartikan sebagai asumsi-asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang hal-hal yang benar dan penting.11

Nilai-nilai pendidikan adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan Definisi lain menyebutkan nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternative.12

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai merupakan patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya baik benar maupun salah.

2. Pendidikan

10http://konselingsebaya.blogspot.com/2012/06/pengertian-nilai-pendidikan.html diakses

pada tanggal 29 oktober 2016

(23)

14

Pendidikan menurut John Dewey adalah suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya piker (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju kearah tabiat manusia dan manusia biasa.13

Menurut Syeh Naquib al-Attas, pendidikan merupakan upaya dalam membentuk dan memberikan nilai-nilai kesopanan(ta'dib)kepada pesertadidik. Apalah artinya pendidikan jika hanya mengedepankan aspek kognitif maupun psikomotorik apabila tidak diimbangi dengan penekanan dalam pembentukan tingkah laku (afektif).14

Pendidikan juga merupakan bagian dari upaya untuk membantu manusia memperoleh kehidupan yang bermakna hingga diperoleh suatu kebahagiaan hidup, baik secara individu maupun kelompok.15

Dari beberapa definisi diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang secara terus menerus tanpa mengenal batas waktu, tempat dan usia untuk mendapatkan suatu ilmu, supaya mereka berkembang dan mampu menggapai cita yang setinggi-tingginya, yakni memajukan hidup untuk mempertinggi derajat manusia.

13Mas’ud Ikhsan Abdul Kohar,et. al.,Kamus Istilah Pengetahuan Populer, (Bandung:

CV. Bintang Pelajar, 1994), h. 167.

14Syamsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendididkan Islam

(Jogjakarta: ArRuzz,2011), h. 275.

15Jalaluddin,Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke-3,

(24)

15

3. Akhlak

Akhlak merupakan serangkaian usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk membentuk watak, budi pekerti, akhlak, dan kepribadian peserta didik, sehingga ia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.16

Akhlak dilihat dari sudut bahasa (etimologi) adalah bentuk jamak dari kata khuluq, khulq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.17Ahmad Amin dalam bukunya“al-akhlak”mengatakan bahwa akhlak adalah ilmu yang menetapkan ukuran segala perbuatan manusia, yang baik atau yang buruk, yang benar atau yang salah, dan yang hak atau yang bathil.18

Sedangkan menurut pendapat Hamzah ya’qub akhlak adalah ilmu yang menentukan antara yang baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.19

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha sadar yang dilaksanakan manusia dalam rangka mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya baik jasmani maupun rohani dengan membiasakan diri berperilaku baik dan meninggalkan perilaku buruk dengan berpedoman pada Al-Qur’an sehingga mencapai kedewasaan yang akan menimbulkan perilaku utama dan kepribadian yang baik.

16Mahjuddin,Kuliah Akhlak-Tasawuf,(Jakarta:Kalam Mulia,1994), h.1-6.

17Aminudin dkk,Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi,(Jakarta: Ghalia

Indonesia, 2002), 152.

18Anwar Masy’ari,Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990), h. 3.

(25)

16

G. METODOLOGI PENELITIAN

Merujuk pada kajian diatas, peneliti menggunakan beberapa metode yang

relevan untuk mendukung dalam pengumpulan dan penganalisaan data yang

dibutuhkan dalam penulisan skripsi. Berikut ini deskripsinya:

1. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengemukakan fokus penelitian sebagai

berikut:Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surat al-ma’un dan perspektif tafsir al misbah dan tafsir al maraghi. yang meliputi dua dimensi akhlak yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela yang tergambar dalam ayat-ayat tersebut yang di ambil

dari hasil komparasi Tafsir Al-Misbah da Tafsir Al-Maraghi.

2. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data data tertulis atau lisan dari orang orang dan pelaku yang dapat diamati.20Penelitian ini menggunakan jenis penelitian library research yaitu mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah yang bertujuan dengan objek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat kepustakaan atau telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya tertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan.

20Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

(26)

17

Adapun bentuk penelitiannya adalah deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan hanya bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena dalam situasi tertentu. Penelitian ini termasuk dala penelitian yang tidak perlu merumuskan hipotesis (Non Hypothesis) terlebih dahulu dan juga bukan untuk mengujinya, tetapi hanya mempelajari gejala gejala sebanyak banyaknya.

a. Tahap tahap penelitian

1) Menentukan masalah penelitian, dalam tahap ini peneliti mengadakan studi pendahuluan.

2) Pengumpulan data, pada tahap ini peneliti mulai dengan menentukan sumber data, yaitu buku buku yang berkaitan dengan permasalahan, dari segenap individu yang berkompeten dengan pengumpulan data malalui dokumentasi.

3) Analisis dan penyajian data, yaitu ,menganalisis data dan akhirnya ditarik suatu kesimpulan.

3. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

(27)

18

b. Suber Data Skunder

Sumber data sekunder adalah sumber data untuk menunjang referensi bagi penulis untuk menelaah dan menganalisis serta pembanding dari data sekunder.

Data sekunder diantaranya adalah :

1) Aminah, Nina. Pendidikan Kesehatan dalam Al-Qur‟an (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) 2013.

2) Aliaras Wahid, Aminuddin, dkk. Pendidikan Agama Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu) 2006.

3) Mohammad Daud Ali,. Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada) 2005.

4) M Arifin.Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta; Bumi Aksara) 2000. 5) Hasan Basri. Filsafat Pendidikan Islam ( Bandung: CV. Pustaka Setia)

2009.

4. Teknik Pengumpulan Data

(28)

19

berbagai dokumen yang ada baik berupa buku, artikel, jurnal dan lainnya sebagai data penelitian.21

Metode pengumpulan data dengan cara rekord (dokumentasi) dilakukan karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (libraryresearch). Dimana kita mencari dan menemukan data dengan cara membaca, mengkaji, mempelajari literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang akandi bahas, kemudian data yang diperoleh dikumpulkan, dan di analisa dengan baik sesuai dengan aturan yang ditentukan.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahap terpenting dari sebuah penulisan. Sebab pada tahap ini dapat dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah penyampaian yang benar-benar dapat digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan yang telah dirumuskan. Secara definitif, analisis data merupakan proses pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola. kategori dan suatu uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang dirumuskan oleh data.22

Analisis yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Dalam hal ini analisanya adalah analisa konseptual (content analisis) atas makna atau isi sebagaimana terkandung dalam kitab atau buku.

21Lexy J. Moeleong,Metodologi Penelitian Kwalitatif,Ibid. h. 161.

22Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2001),

(29)

20

Analisis ini dilakukan pada kitab yang akan ditelah dalam penelitian ini untuk mendapatkan isi yang terkandung dalam Surat Al-Ma’un.

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan cara konseptual analisis (content analysis)karena model analisis ini menekankan pada pembahasan isi yang terkandung dalam buku. Content analysis digunakan untuk menggali nilai-nilai akhlak dalam Surat Al-Ma’un sebagai sumber primer dalam penelitian ini juga memahami data-data yang dibutuhkan dari sumber-sumber lain yang relevan dengan tema penelitian yang menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.

Metode yang digunakan selanjutnya adalah Muqaran (komparatif), yaitu metode penyajian yang dilakukan dengan mengadakan perbandingan antara satu konsep dengan lainnya, kemudian menarik suatu kesimpulan.23Penelitian

ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Jadi, penelitian komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu.24

23Abd Muin Salim,Metodologi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: TERAS, 2005), h. 46. 24Abdul Hayy Al Farmawi,Metode Tafsir Maudhu’I dan Cara Penerapanya, (Bandung:

(30)

21

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk mempermudah dalam memahami skiripsi ini, maka penulis membuat sitematika pembahasan sebagai berikut :

Bab Pertama Pendahuluan. Dalam Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Penelitian terdahulu, definisi operasional, metode penelitian, analisi data dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua Kajian teori. Berisi tentang kajian teori yaitu tinjauan tentang pendidikan akhlak: pengertian pendidikan akhlak, tujuan pendidikan akhlak, ruang lingkup pendidikan akhlak, dasar pendidikan akhlak, metode pendidikan akhlak, faktor pembentuk akhlah, Nilai-nilai pendidikan akhlak.

Bab Ketiga Profil Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Al-Maraghi. Dalam bab ini membahas tentang laporan hasil penelitian yang berisi tentang paparan (Deskripsi) sejumlah data empiris yang diperoleh melalui studi literasi yang berisi tentang: Biografi Pengarang Tafsir Misbah dan Biografi pengarang Tafsir Maraghi, Riwayat Hidup Muhammad Quraish Sihab dan Ahmad Mustofa Al-Maraghi, Riwayat Pendidikan, Riwayat pekerjaan/karir, karya-karya yang telah dikeluarkan dalam dunia tulis-menulis serta Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat Al-Ma’un Perspektif Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Misbah.

(31)

22

(32)

21 BAB II

KAJIAN TEORI

TINJAUAN TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK AKHLAK

Dalam bab ini, akan dijelaskan Kajian Teori tentang Nilai-nilai Pendidikan Akhlak, sebagai acuan teori sebelum Peneliti membahas pada bab selanjutnya, sebagai berikut:

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN AKHLAK

Sebelum melangkah lebih jauh dalam memahami pengertian pendidikan akhlak alangkah baiknya terlebih dahulu kita pelajari pengertian pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan dan lebih sistematis dalam memahami arti tersebut.

Kata pendidikan berasal dari kata didik, artinya bina, mendapat awalan pen-, akhiran-an, sehingga mempunyai arti perbuatan membina atau melatih, atau mengajar dan mendidik itu sendiri. Sehingga pendidikan bisa diartikan sebagai pembinaan, pelatihan, pengajaran dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilannya.25

Dahasa bahasa arab pendidikan berarti tarbiyah, yang berasal dari tiga akar

kata, yaitu : (pertama) yang berarti tambah, tumbuh, dan berkembang,

(33)

22

(kedua) dengan wazan berarti menjadi besar, dan (ketiga)

berasal dari kata dengan wazan

berarti memperbaiki, menguasai

urusan, menuntut, menjaga dan memelihara.26

Dalam pengertian lain pendidikan diartikan perubahan atau pengembangan diri anak didik dalam segala aspek kehidupan sehingga terbentuklah suatu kepribadian yang utuh (insan kamil) baik sebagai makhluk sosial, maupun makhluk individu, sehingga dapat beradaptasi dan hidup dalam masyarakat luas dengan baik. Termasuk bertanggung jawab kepada diri sendiri, orang lain, dan Tuhannya.27

Adapun beberapa ahli pendidikan mendefinisikan bahwa pendidikan itu ialah : 1. Menurut Ngalim Purwanto, bahwa Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan.28

2. Ahmad D. Marimba berpendapat, bahwa Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

3. Suwarno mengutip pendapat Ki Hajar Dewantara. Adapun maksud pendidikan yaitu menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar

26Abdurrahman An-Nalawi,Ushul At-Tarbiyyah Al-Islamiyah wa Asalibiha, Terj. Herry

Noer Ali,Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam,(Bandung: Pustaka, 1989), h. 30.

27Hasan Hafidz,Dasar-dasar Pendidikan dan Ilmu Jiwa,(Solo: Ramadhani, 1989), h. 12. 28 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung; Remaja Rosda

(34)

23

mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan bahagia setinggi-tingginya.29

4. Menurut M. Arifin Pendidikan yang benar adalah yang memberikan kesempatan pada keterbukaan terhadap pengaruh dari dunia luardan perkembangan dari diri anak didik.30

5. M. Arifin mengutip pendapatnya Mortimer J. Adler mengartikan, Pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalului sarana yang secara artistic dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik.31

6. Hasan Langgulung, mengemukakan bahwa pendidikan sebenarnya dapat ditinjau dari dua segi: pertama, dari sudut pandangan masyarakat.kedua, dari sudut pandangan individu. Dari sudut pandangan masyarakat pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dan generasi tua ke generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan, dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara, dilihat dari segi pandangan individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan

29 Kartini, Kartono, Bimbingan dan dasar-dasar Pelaksanaannya (Jakarta; Rajawali, h.

198.

(35)

24

tersembunyi. Manusia mempunyai berbagai bakat dan kemampuan yang kalau dikelola secara cerdas bisa berubah menjadi emas dan intan.32

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli dan pengertian diatas tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha secara sadar untuk mengarahkan dan membimbing anak dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya baik jasmani maupun rohani sehingga mencapai kedewasaan yang akan menimbulkan perilaku utama dan kepribadian yang baik.

Setelah memahami pengertian pendidikan diatas maka selanjutnya kita pelajari pengertian akhlak, Perkataan akhlak dalam bahasa Arab disebut akhlak

(

)

jamak dari kata khuluk

(

)

yang menurut lughat atu bahasa diartikan

budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (internal creation) atau kejadian batin atau dapat juga berarti ciri-ciri watak seseorang yang dalam bahasa asingnya “the traits of men’s moral character”.33

Menurut pandangan agama akhlak berarti suatu daya positif dan aktif dalam

bentuk tingkah laku/perbuatan.34 Kata akhlak

(

)

sendiri mengandung segi-segi persesuaian dengan perkatan kholaqa

(

)

yang berarti kejadian

32 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tengtang Pendidikan Islam, (Bandung:

Al-Ma’arif, 1980), h. 94.

33Ali Mas’ud,Akhlak Tasawuf,(Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), h.1.

34 Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an, (Surabaya: PT. Bina

(36)

25

penciptaanserta erat hubungannya dengankholiq

(

)

yang berarti pencipta, dan

makhluq yang diciptakan.35

Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan

adanya hubungan baik antara

(

)

Pencipta dengan makhluk

(

)

ciptaan-Nya dan antara makhluk dengan makhluk (sesama ciptaan-Nya). Perkataan ini dipetik dari kalimat yang tercantum dalam Al-Qur’an:





Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.36

Sedangkan secara istilah sendiri beberapa pakar ilmu akhlak mengungkapkan bahwa akhlak ialah antara lain:

1. Al-Qurtubi mengatakan perbuatan yang bersumber dari diri manusia yang selalu dilakukan, maka itulah yang disebut akhlak, karena perbuatan tersebut bersumber dari kejadiannya.37

2. Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa akhlak adalah kondisi jiwa yang selalu mendorong (manusia) berbuat sesuatu, tanpa ia memikirkan (terlalu lama).38

35Hamzah Ya’qub,Etika Islam,(Jakarta: Publicita, 1978) h. 10.

36Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahanya(Semarang Kumudasmoro

Grafindo, 1994), h. 960.

(37)

26

3. Imam al Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan; tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama). Jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan terpuji menurut ketentuan rasio dan norma agama, maka dinamakan akhlak baik. Jika sifat tersebut melahirkan tindakan buruk, maka dinamakan akhlak buruk.39

4. Sidi Ghazalba mendefinisikan akhlak sebagai sikap kepribadian yang melahirkan perbuatan manusia terhadap Tuhan, diri sendiri, dan makhluk lain, sesuai dengan suruhan dan larangan serta petunjuk al-Qur’an dan Hadits.40

Selanjutnya Abuddin Nata dalam bukunya Pendidikan Dalam Persfektif Hadits mengatakan bahwa ada lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak. Pertama perbuatan akhlak tersebut sudah menjadi kepribadian yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang.Keduaperbuatan akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan dengan acceptable dan tanpa pemikiran (unthouhgt). Ketiga, perbuatan akhlak merupakan perbuatan tanpa paksaan. Keempat, perbuatan

39 Raharjo, dkk., Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer,

(Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), h. 63.

40Aminuddin, Aliaras Wahid, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

(38)

27

dilakukan dengan sebenarnya tanpa ada unsur sandiwara. Kelima, perbuatan dilakukan untuk menegakkan kalimat Allah.41

Berdasarkan paparan pengertian akhlaq diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak merupakan suatu sikap atau kehendak manusia disertai dengan niat yang tentram dalam jiwa yang berlandaskan Al-Qur’andan Al-Hadits yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan atau kebiasaan-kebiasaan secara mudah tanpa memerlukan pembimbingan terlebih dahulu. Kehendak jiwa itu menimbulkan perbuatan-perbuatan dan kebiasaan-kebiasaan yang bagus, maka disebut dengan akhlak yang terpuji. Begitu pula sebaliknya, jika menimbulkan perbuatan-perbuatan dan kebiasaan-kebiasaan yang jelek, maka disebut dengan akhlak yang tercela.

Setelah dijelaskan secara terpisah mengenai pengertian pendidikan dan pengertian akhlak, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa sampai ia menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan. Ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu kuat, ingat bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, maka ia akan memiliki potensi dan

41Abuddin Nata dan Fauzan,Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta

(39)

28

respon yang instingtif di dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan. Di samping terbiasa melakukan akhlak mulia.42

B. DASAR TUJUAN PENDIDIKAN AKHLAK

Dasar secara bahasa dasar berarti fundamen, pokok, atau pangkal suatu pendapat (ajaran, aturan), atau asas. Lebih lanjut dikatakan bahwa dasar adalah landasan berdirinya sesuatu yang berfungsi memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai.43 Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga setiap ajaran

yang ada dalam Islam memiliki dasar pemikiran, begitu pula dengan pendidikan akhlak.

Dasar pendidikan akhlaq adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits, karena akhlak merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran islam. Al-Qur’an danAl-Hadits seagai pedoma hidup umat islam menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan.44 Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan pendidikan Akhlak ini antara lain :

Surat Al-Nahl ayat 125, yang berbunyi

42 Raharjo, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer,

(Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), h. 63.

43Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 1994), Cet.I, h. 12.

44Abu Ahmadi dab Noor salimi, Dasar-Dasar pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Bumi

(40)

29









Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.45

Surat Ali Imron ayat 104, yang berbunyi :





















Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar

46

. orang yang beruntung

-merekalah orang

Surat At - Tahrim ayat 6, yang berbunyi :

(41)

30

























Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.47

Berdasarkan ayat Al-Qur’an tersebut di atas penulis menganggap perlu kiranya pendidikan akhlak menjadi perhatian penting sebagai manifestasi dari pengamalan ajaran agama Islam. Sedangkan Rasul menekankan betapa indahnya berakhlak baik sehingga rasul sangat mencintai orang yang seperti itu. Sedangkan betapa buruk dan rendahnya akhlak tercela tersirat dalam kalimat Rasul yang lain, yakni rasul sangat membenci orang yang buruk akhlaknya. Dan mereka yang buruk akhlaknya juga yang paling jauh dari Rasul di akhirat kelak.

Allah Swt dalam Al-Qur’an mengajarkan akhlak-akhlak yang baik dan larangan untuk berbuat tercela kepada manusia. Mengingat kebenaran Al-Qur’an adalah mutlak, maka setiap ajaran yang sesuai dengan Al-Qur’an harus dilaksanakan dan apabila bertentangan maka harus ditinggalkan. Dengan demikian

(42)

31

dengan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah Nabi akan menjamin seseorang terhindar dari kesesatan.

Sebagaimana telah disebutkan bahwa selain Al-Qur’an, yang menjadi sumber pendidikan akhlak adalah Hadits. Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) dan sebagainya.48 Dengan demikian, maka sesuatu yang disandarkan kepada beliau sebelum beliau menjadi Rasul, bukanlah Hadits. Hadits memiliki nilai yang tinggi setelah Al-Qur’an, banyak ayat Al-Qur’an yang mengemukakan tentang kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya. Oleh karena itu mengikuti jejak Rasulullah SAW sangatlah besar pengaruhnya dalam pembentukan pribadi dan watak sebagai seorang muslim sejati.

Ajaran islam serta pendidikan akhlak mulia yang harus diteladani agar menjadi manusia yang hidup sesuai dengan tuntutansyari’at, yang bertujuan untuk kemaslakhatan serta kebahagiaan umat manusia. Sesungguhnya Rasulullah SAW adalah contoh serta teladan bagi umat manusia yang mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai akhlak yang sangat mulia kepada umatnya. Sebaik-baik manusia adalah yang paling mulia akhlaknya dan manusia yang paling sempurna adalah yang memiliki akhlak Al-karimah. Karena akhlak Al karimah merupakan cerminan dari iman yang sempurna.

48Cahbib thoha dkk., Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

(43)

32

Ajaran al-Qur’an bersifat universal dan abadi. Kebenaran Al-Qur’an dan Al-Hadis adalah mutlak, maka setiap ajaran yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits harus dilaksanakan dan apabila bertentangan maka harus ditinggalkan. Dengan demikian berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw akan menjamin seseorang terhindar dari kesesatan. Sebagaimana hadis Rasul yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra:

,

:

:

:

Dari Abu Hurairah r.a ia berkata, Rasulallah saw bersabda: Aku tinggalkan pada kalian dua (pusaka), kamu tidak akan tersesat setelah (berpegang) pada keduanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnahku dan keduanya tidak akan berpisah sehingga keduanya tiba pada al-Haud ( telaga al-Kauthar).

(44)

33

paling mulia akhlaknya dan manusia yang paling sempurna adalah yang memiliki akhlak karimah. Karena akhlak karimah merupakan cerminan dari iman yang sempurna.

C. Tujuan Pendidikan Akhlak

Setiap usaha yang dilakukan secara sadar oleh manusia, pasti tidak lepas dari tujuan. Demikian juga halnya dengan tujuan pendidikan akhlak, yaitu bahwa yang akan dicapai dalam pendidikan akhlak tidak berbeda dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Tujuan tertinggi agama dan akhlak ialah mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan jiwa bagi individu, dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat.

Dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan akhlak sangat penting diterapkan untuk menciptakan nilai moral yang baik. Beberapa orang mengartikan bahwa akhlak hanyalah sebagai konsep untuk dipahami dan bukan menjadi bagian dari diri kita. Namun sebenarnya akhlak harus benar-benar dimiliki dan diterapkan oleh diri kita masing-masing, sebagai modal utama moralitas kita pada kehidupan yang menuntut kita berbuat baik. Akhlak yang baik, mencerminkan perilaku yang baik, sedangkan etika yang buruk, mencerminkan perilaku yang buruk pula. Selain itu akhlak dapat membuat seorang menjadi lebih bertanggung jawab, adil dan responsif.

(45)

34

Menurut Hamka tujuan dalam pendidikan akhlak adalah ingin mencapai setinggi-tinggi budi pekerti atau akhlak. Adapun ciri-ciri dari pada ketinggian budi tersebut adalah apabila manusia telah dapat mencapai derajat itidal, yaitu adanya keseimbangan dalam jiwa manusia yang merupakan pertengahan dari dua sifat yang paling berlawanan yaitu kekuatan akal dan nafsu atau syahwat serta keutamaan budi itulah tujuan akhir.49

Selanjutnya Muhamad Yunus berpendapat bahwa Tujuan pendidikan akhlak adalah membentuk putra-putri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab, sopan santun, baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam segala perbuatannya, suci murni hatinya.50

Sama halnya dengan Muhammad Attiyah Al-Abrasyi mengatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik, berkemauan keras, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci.51

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, bab II, Pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

49 Cahbib thoha dkk., Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1999), h. 135.

50 Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hida

KaryaAgung, 1978), Cet. II, h.22.

51Muhammad Aţiyyah al-Abrasyi,Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan

(46)

35

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratisserta bertanggung jawab.52

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tersebut mengisyaratkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan adalah sebagai usaha mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu pendidikan dan martabat manusia baik secara jasmaniah maupun rohaniah.

Berdasarkan uraian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan akhlak ialah tercapainya budi pekerti atau akhlak yang setinggi-tingginya, dalam pencapainnya tersebut apabila manusia telah dapat memperoleh derajat i’tidal yaitu keseimbangan jiwa manusia yang mencakup akal dan syahwat atau hawa nafsu serta keutamaan budi itulah tujuan akhir dari pendidikan akhlak itu sendiri.

D. Macam-Macam Pendidikan Akhlak

Akhlak dalam wujud pengamalannya dibedakan menjadi dua: Akhlak Terpuji (Akhlak mahmudah) dan Akhlak Tercela (Akhlak mazmumah). Jika sesuai dengan perintah Allah SWT. dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak terpuji. Sedangkan jika

52 Undang-undang RI, Sistem Pendidikan Nasional, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003),

(47)

36

ia sesuai dengan apa yang dilarang Allah SWT. dan Rasul-Nya dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak tercela.53

1. Akhlak Mahmudah (Akhlak al-Karimah)

Akhlak yang baik ialah segala tingkah laku yang terpuji(mahmudah) juga bisa dinamakan fadhilah (kelebihan). Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik. Oleh karena itu, dalam hal jiwa manusia dapat menelurkan perbuatan-perbuatan lahiriah. Tingkah laku dilahirkan oleh tingkah laku batin, berupa sifat dan kelakuan batin yang juga dapat berbolak-balik yang mengakibatkan berbolak-berbolak-baliknya perbuatan jasmani manusia. Oleh karena itu, tindak-tanduk batin (hati) itupun dapat berbolak-balik.54

Dalam berusaha, manusia harus menunjukkan tingkah laku baik, tidak bermalas-malasan, tidak menunggu tetapi segera mengambil keputusan. Sesuatu yang dapat dikatakan baik apabila ia memberikan kesenangan, kepuasan, kenikmatan, sesuai dengan yang diharapkan, dapat dinilai positif oleh orang yang menginginkannya. Perbuatan baik merupakan akhlak al-karimah yang wajib dikerjakan.

Akhlak al-karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT. Al-Ghazali

53 Moh Ardani, Nilai-nilai akhlak / budi pekerti dalam ibadat, (Jakarta: Karya Mulia),

Cet.1, h. 54.

54 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-quran, (Jakarta: Amzah,

(48)

37

menerangkan adanya empat pokok keutamaan akhlak yang baik, yaitu sebagai berikut :55

a. Mencari Hikmah.

Hikmah ialah keutamaan yang lebih baik. Ia memandang bentuk hikmah yang harus dimiliki seseorang, yaitu jika berusaha untuk mencapai kebenaran dan ingin terlepas dari semua kesalahan dari semua hal.

b. Bersikap Berani.

Berani berarti sikap yang dapat mengendalikan kekuatan amarahnya dengan akal untuk maju. Orang yang berakhlak baik biasanya pemberani, dapat menimbulkan sifat-sifat yang mulia, suka menolong, cerdas, dapat mengendalikan jiwanya, suka menerima saran dan kritik orang lain, penyantun, memiliki perasaan kasih dan cinta.

c. Bersuci Diri.

Suci berarti mencapai fitrah, yaitu sifat yang dapat mengendalikan syahwatnya dengan akal dan agama. Orang yang memiliki sifat fitrah dapat menimbulkan sifat-sifat pemurah, pemalu, sabar, toleransi, sederhana, suka menolong, cerdik, dan tidak rakus.

d. Berlaku Adil

(49)

38

Adil, yaitu seseorang yang dapat membagi dan member haknya sesuai dengan fitrahnya, atau seseorang mampu menahan kemarahannya dan nafsu syahwatnya untuk mendapatkan hikmah dibalik peristiwa yang terjadi. Adil juga berarti tindakan keputusan yang dilakukan dengan cara tidak berat sebelah atau merugikan satu pihak tetapi saling menguntungkan.

Orang yang mempunyai akhlak baik dapat bergaul dengan masyarakat secara luwes, karena dapat melahirkan sifat saling cinta-mencintai dan saling tolong-menolong. Akhlak yang baik bukanlah semata-mata teori yang muluk-muluk, melainkan akhlak sebagai tindak-tanduk manusia yang keluar dari hati.56

Akhlak al-karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulai itu dapat dibagi kepada tiga bagian. Yaitu : a. Akhlak Terhadap Allah SWT.

Titik tolak akhlak terhadap Allah SWT. adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya. Banyak alasan mengapa

(50)

39

manusia harus berakhlak baik terhadap Allah. Diantaranya adalah hal-hal sebagai berikut:57

1) Karena Allah SWT. telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang menciptakanya.

2) Karena Allah SWT. telah memberikan perlengkapan pancaindera hati nurani dan naluri kepada manusia. Semua potensi jasmani dan rohani ini amat tinggi nilainya, karena dengan potensi tersebut manusia dapat melakukan berbagai aktifitas dalam berbagai bidang kehidupan yang membawa kepada kejayaannya. Karena Allah SWT. menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang, dan lain sebagainya.

b. Akhlak yang baik terhadap diri sendiri.

Selaku individu, manusia diciptakan oleh Allah SWT. dengan segala kelengkapan jasmaniah dan rohaniahnya. Ia diciptakan dengan dilengkapi rohani seperti akal pikiran, hati nurani, naluri, perasaan dan kecakapan batiniah atau bakat. Dengan kelengkapan rohani ini manusia dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya secara konseptual

57Muhammad Aţiyyah al-Abrasyi,Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan

(51)

40

dan terencana, dapat menimbang antara baik dan salah, dapat memberikan kasih sayang, yang selanjutnya dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan peradaban yang mengangkat harkat dan martabatnya.

Berakhlak baik pada diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Untuk menjalankan perintah Allah SWT. Dan bimbingan Nabi Muhammad SAW. maka setiap umat islam harus berakhlak dan bersikap sebagai berikut58:

1) Hindarkan minuman beracun / keras.

Setiap muslim harus menjaga dirinya sebagai suatu kewajiban, untuk tidak meracuni dirinya dengan minuman beralkohol.

2) Hindarkan perbuatan yang tidak baik.

Sikap seorang muslim untuk mencegah melakukan sesuatu yang tidak baik adalah gambaran untuk pribadi muslim dalam sikap

(52)

41

perilakunya sehari-hari, sebagai suatu usaha untuk menjaga dirinya sendiri.

3) Memelihara kesucian jiwa.

Penyucian dan pembersihan diri dilakukan secara terus menerus dalam amal shaleh. Untuk keperluan memelihara kebersihan diri dan kesucian jiwa secara teratur, perlu pembiasaan sebagai berikut: taubat, muraqabah, muhasabah, mujahadah,ta’at beribadah.

4) Pemaaf dan pemohon maaf.

umat yang pemaaf biasanya mudah, tetapi untuk meminta maaf apabila seseorang melakukan kekhilafan terhadap orang lain sungguh sangat sukar, karena merasa malu.

5) Sikap sederhana dan jujur.

Setiap diri pribadi umat islam harus bersikap dan berakhlak yang terpuji, diantaranya bersikap sederhana, rendah hati, jujur, menepati janji, dan dapat dipercaya.

(53)

42

Setiap diri pribadi umat islam harus menghindari dari perbuatan yang tercela yang dapat mempengaruhi rusaknya akhlak yang baik.59

7) Bersifat Sabar.

Ada peribahasa mengatakan bahwa kesabaran itu pahit laksana jadam, namun akibatnya lebih manis daripada madu. Ungkapan tersebut menunjukkan hikmah kesabaran sebagai fadhilah.

Kesabaran dapat dibagi empat kategori berikut ini:60

a) Sabar menanggung beratnya melaksanakan kewajiban. Kewajiban menjalankan shalat lima waktu, kewajiban membayar zakat, kewajiban melaksanakan haji bilamana mampu. Bagi orang yang sabar, betapapun beratnya kewajiban itu tetap dilaksanakan, tidak perduli apakah dalam keadaan melarat, sakit, atau dalam kesibukan. Semuanya tetap dilaksanakan dengan patuh dan ikhlas. Orang yang sabar melaksanakan kewajiban berarti mendapat taufik dan hidayah Allah SWT.

b) Sabar menanggung musibah atau cobaan. Cobaan bermacam-macam, silih berganti datangnya. Namun bila orang mau bersabar

59 Moh Ardani, Nilai-nilai akhlak / budi pekerti dalam ibadat, (Jakarta: Karya Mulia),

Cet.1, h.50.

60 Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyyah, Sabar dan Syukur, (Semarang: Pustaka Nun, 2010),

(54)

43

menanggung musibah atau cobaan disertai tawakal kepada Allah SWT., pasti kebahagiaan terbuka lebar. Namun yang sabar menanggung musibah pasti memperoleh pahala dari Allah SWT.

c) Sabar menahan penganiayaan dari orang. Di dunia ini tidak bisa luput dari kezaliman. Banyak terjadi kasus-kasus penganiayaan terutama menimpa orang-orang yang suka menegakkan keadilan dan kebenaran. Tetapi bagi orang yang sabar menahan penganiayaan demi tegaknya keadilan dan kebenaran, pasti dia orang-orang yang dicintai Allah SWT.

d) Sabar menanggung kemiskinan dan kepapaan. Banyak orang-orang yang hidupnya selalu dirundung kemiskinan akhirnya berputus asa. Ada yang menerjunkan dirinya ke dunia hitam, menjadi perampok, pencopet dan pembegal. Ada lagi yang kemudian terjun menjadi pengemis, pekerjaannya tiap hari hanya minta-minta. Orang seperti ini tidak memiliki sifat sabar. Sebaliknya orang yang sabar menanggung kemiskinan dan kepapaan dengan jalan mencicipinya apa adanya dari pembagian Allah SWT. serta mensyukurinya, maka ia adalah yang di dalam hidupnya selalu dilimpahi kemuliaan dari Allah SWT.61

c. Akhlak yang baik terhadap sesama manusia.

(55)

44

Manusia sebagai makhluk sosial yang berkelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Untuk itu, ia perlu bekerja sama dan saling tolong menolong dengan orang lain. Islam mengajurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasakan kita, dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan, menghargainya, dan sebagainya.62

Imam Ghazali menuturkan bahwa sebagian ulama menyebutkan beberapa ciri akhlak mulia, diantaranya merasa malu untuk melakukan keburukan, tidak senang menyakiti, berkelakuan baik, dan berkata jujur.

Selain itu, tidak banyak bicara, banyak berkarya, sedikit melakukan kesalahan (yang berulang), tidak banyak melakukan intervensi, tenang, sabar, suka bersyukur, ridha akan realitas kehidupan (pahit maupun manis), bijaksana, lemah-lembut, pandai menjaga kesucian dan harga diri, penyayang, tidak senang melaknati sesuatu atau orang lain. Juga tidak suka mencela, tidak suka mengadu domba, tidak memfitnah, tidak tergesa-gesa, tidak dengki dan iri hati, tidak kikir, tidak bermanis-manis di bibir dan wajah namun dengki di hati, mencintai dan membenci orang lain karena Allah, serta ridha dan marah karena Allah.

62 Moh Ardani, Nilai-nilai akhlak / budi pekerti dalam ibadat, (Jakarta: Karya Mulia),

(56)

45

2. Akhlak Mazmumah (Akhlak Tercela)

Akhlak yang tercela (Akhlak al-mazmumah) secara umum adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik. Berdasarkan petunjuk ajaran islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, diantaranya :

a. Berbohong.

Bohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai, tidak cocok dengan yang sebenarnya. Berbohong / Berdusta ada tiga macam : Berdusta dengan perbuatan, berdusta dengan lisan, berdusta dalam hati.

b. Takabur (sombong).

Takabur adalah salah satu akhlak yang tercela pula. Arti takabur ialah merasa atau mengaku diri besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa diri serba hebat. Takabur ada tiga macam, yaitu takabur kepada Allah SWT, berupa sikap tidak mau memperdulikan ajaran-ajaran Allah SWT. Takabur kepada Rasul-Nya berupa sikap dimana orang merasa rendah dirinya kalau mengikuti dan mematuhi Rasul terse

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi ini merupakan aplikasi dari analisa yang terjadi di lapangan bagaimana prosedur penyewaan fasilitas yang ada digambarkan ke dalam rancangan sistem

Dengan demikian, diharapkan dari hasil analisa yang sistematis tersebut akan dapat ditarik suatu kesimpulan yang dapat menjelaskan hubungan antara berbagai jenis bahan yang ada,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh campuran bahan bakar bonggol jagung terhadap temperatur pembakaran, waktu penyalaan awal dan waktu nyala efektif

Karya- wan yang merasa cocok dengan nilai-nilai dalam organisasi akan tetap tinggal dan menghidupinya (merasa terhubung dan tergerak untuk melakukan sesuatu atas dasar

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kota yang diangkat oleh pejabat yang

1 Mengenal teks deskriptif tentang sifat benda dengan bantuan guru - Siswa dapat mendeklamasikan puisi atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi - Siswa

Menurut penelitian David, dkk (2016) yang menggunakan film tipis ZnO dengan variasi kecepatan putaran pada substrat kaca dengan metode sol-gel menunjukkan hasil

Untuk pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Dimethoate, Alfametrin, Abamektin dan Sipermetrin secara penyemprotan