• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK HEPATOPROTEKTIF JANGKA PANJANG EKSTRAK

ETANOL KULIT Persea americana Mill. TERHADAP AKTIVITAS ALT-AST PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh :

Bernadet Brigita Puspita Wardani

NIM : 118114048

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Tuhan menaruhmu di tempat yang sekarang bukan karena kebetulan.

Orang yang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan, mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan, dan air

mata…”

Don’t run ah

ead of God. Let Him direct your steps.

He has plans, God’s clock is never early or late, it always

strikes on time

instagood.org-

Dream, believe, and make it happen

Agnes Monica-

Kupersembahkan karya kecil ini untuk :

Yesus Kristus sumber rahmat dan keajaiban

Bapak, Ibu, Kakak, Adik, dan sahabat tercinta

(5)
(6)
(7)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan perlindunganNya sehingga skripsi berjudul “Efek Hepatoprotektif Jangka

Panjang Ekstrak Eatanol Kulit Persea americana Mill. Terhadap Aktivitas

ALT-AST Pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida” yang disusun untuk memenuhi

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.

Farm.) dapat dikerjakan dengan baik, lancar serta tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari

bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Kesempatan ini penulis pergunakan untuk

mengungkapkan rasa terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah mengijinkan

penulis menjalankan pembelajaran selama masa studi.

2. Ibu Phebe Hendra, M. Si., Ph. D., Apt. selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberi bimbingan,

motivasi kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Ipang Djunarko, M. Sc., Apt selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi.

4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi dan atas bantuannya

dalam determinasi tanaman Persea americana Mill. selaku Dosen Penguji

(8)

5. Ibu Agustina Setiawati, M. Sc., Apt selaku Kepala Penanggungjawab

Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin dalam

penggunaan fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian ini.

6. Pak Kayat, Pak Heru, Pak Parjiman, Pak Wagiran, Pak Parlan dan selaku

laboran laboratorium Fakultas Farmasi yang telah membantu penulis dalam

proses pelaksanaan penelitian di laboratorium.

7. Keluargaku tercinta Bapak Windiyono, Ibu Anna Lucia, Mas Andreas Suryo,

Adik Monika, Adik Sandi, Eyang Ti, Eyang Kung, dan semua yang selalu

mengirimkan doa, semangat dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini

8. Leonardus Damar Wirokusumo atas ketulusan, perhatian, pengertian dan

semangat yang selalu diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat tercinta Kezia Irma, Vivo Puspitasari, Christiana Putri,

Levina Apriyani, Yudist Latubayesian, Maria Verita, Laurensia Jessie,

Theresia Eviani atas kebersamaan, kekeluargaan, keceriaan, suka duka,

semangat dan motivasi yang diberikan

10.Teman-teman seperjuangan alpukat Siska, Mita, Sita, Angel, Puput, Gemah,

Jolin, Wina, Evi dan tentunya tim etanolers (Vivo, Uci, Ester, Risa, Novel)

atas segala kerjasama, bantuan dan semangat yang selalu bergelora dalam

penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.

11.Teman-teman KKN Alternatif Padukuhan Pondok Cynthia Feliana, Maria

Verita, Fransisca, Theresia Eviani.

12.Seluruh teman-teman panitia INSADHA 2013 atas kebersamaan, semangat,

(9)

13.Seluruh teman-teman PSM Cantus Firmus atas canda tawa, kekeluargaan,

semangat dalam segala situasi yang ada.

14.Teman-teman FSM B 2011, FST A 2011 dan seluruh teman-teman angkatan

2011 atas bantuan, kerjasama dan motivasi yang diberikan.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna dan masih

banyak kekurangan sehingga penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak

yang membangun demi kemajuan di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak dan mampu memberikan sumbangan kecil bagi perkembangan

ilmu pengetahuan terutama di bidang ilmu Farmasi.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xviii

ABSTRACT ... xix

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 4

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian ... 5

B. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan umum ... 5

(11)

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 7

A. Hati ... 7

1. Anatomi dan fisiologi hati ... 7

2. Kerusakan hati ... 9

3. Hepatotoksin ... 11

B. Alanin Aminotransferase (ALT) dan Aspartat Aminotransferase (AST) ... 11

C. Karbon Tetraklorida ... 12

D. Antioksidan ... 15

E. Persea americana Mill. ... 15

1. Sinonim ... 15

2. Taksonomi ... 16

3. Nama lain ... 16

4. Morfologi ... 17

5. Kandungan kimiawi ... 18

6. Khasiat dan kegunaan ... 18

F. Metode Pengujian... 19

G. Metode Ekstraksi ... 20

H. Landasan Teori ... 21

I. Hipotesis ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 23

(12)

2. Variabel pengacau ... 23

3. Definisi operasional ... 24

C. Bahan Penelitian... 25

1. Bahan utama ... 25

2. Bahan kimia ... 25

D. Alat Penelitian ... 26

1. Alat pembuatan serbuk kering dan ekstrak ... 26

2. Alat uji hepatoprotektif ... 27

E. Tata Cara Penelitian ... 27

1. Determinasi kulit P. americana ... 27

2. Pengumpulan bahan uji ... 27

3. Pembuatan serbuk ... 27

4. Penetapan kadar air serbuk kulit P. americana ... 28

5. Pembuatan ekstrak etanol kulit P. americana ... 28

6. Penetapan konsentrasi pekat ekstrak ... 29

7. Penetapan dosis ekstrak etanol kulit P. americana ... 29

8. Pembuatan CMC-Na 1% ... 30

9. Pembuatan larutan karbon tetraklorida ... 30

10.Uji pendahuluan ... 30

11.Pengelompokan dan perlakuan hewan uji ... 31

F. Tata Cara Analisis Hasil... 31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

(13)

B. Hasil Kadar Air Serbuk Kulit P. americana ... 33

C. Standarisasi Ekstrak Etanol Kulit P. americana ... 34

D. Uji Pendahuluan ... 35

1. Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida ... 35

2. Penentuan waktu pencuplikan darah ... 35

E. Efek Hepatoprotektif Jangka Panjang Ekstrak Etanol Kulit P. ameicana ... 38

1. Kontrol negatif olive oil 2 ml/kgBB ... 42

2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/kgBB ... 43

3. Kontrol ekstrak etanol kulit P. americana ... 44

4. Kelompok perlakuan ekstrak etanol kulit P. americana jangka panjang dosis 0,35 g/kgBB, 0,7 g/kgBB, dan 1,4 g/kgBB pada hewan uji terinduksi CCl4 dosis 2 ml/kgBB ... 45

F. Rangkuman Pembahasan ... 48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN ... 57

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel I Komposisi dan konsentrasi reagen serum ALT ... 26

Tabel II Komposisi dan konsentrasi reagen serum AST ... 26

Tabel III Rata-rata aktivitas serum ALT tikus setelah pemberian

karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada rentang waktu 0,

24, dan 48 jam ... 36

Tabel IV Perbedaan peningkatan aktivitas serum ALT setelah

pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada rentang

waktu 0, 24, dan 48 jam... 37

Tabel V Pengaruh perlakuan ekstrak etanol kulit P. americana dilihat

dare rata-rata ± SE aktivitas serum ALT dan AST ... 38

Tabel VI Hasil analisis statistik uji Post Hoc Mann Whitney dari

kebermaknaan aktivitas serum ALT antar kelompok ... 40

Tabel VII Hasil analisis statistik uji Post Hoc Mann Whitney dari

kebermaknaan aktivitas serum AST antar kelompok ... 41

Tabel VIII Nilai persen efek hepatoprotektif pada ketiga kelompok

peringkat dosis perlakuan ekstrak etanol kulit P. americana

Mill. ... 47

Tabel IX Hasil rendemen ekstak etanol kulit P. americana ... 99

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur molekul karbon tetraklorida ... 12

Gambar 2 Mekanisme biotransformasi dan oksidasi dari karbon

tetraklorida ... 14

Gambar 3 Tanaman P. americana Mill. ... 17

Gambar 4 Diagram batang rata-rata aktivitas serum ALT setelah

pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada rentang

waktu 0, 24, dan 48 jam... 36

Gambar 5 Diagram batang aktivitas serum ALT tikus jantan galur

Wistar pada perlakuan jangka panjang ekstrak etanol kulit P.

americana ... 39

Gambar 6 Diagram batang aktivitas serum AST tikus jantan galur

Wistar pada perlakuan jangka panjang ekstrak etanol kulit P.

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Bagian Luar P. americana ... 58

Lampiran 2 Foto Bagian Dalam P. americana ... 58

Lampiran 3 Foto Bagian Kulit dan Biji P. americana ... 58

Lampiran 4 Foto Serbuk Kulit P. americana ... 59

Lampiran 5 Foto Ekstrak Kental Kulit P. americana ... 59

Lampiran 6 Foto Larutan Ekstrak Etanol Kulit P. americana ... 59

Lampiran 7 Surat Pengesahan Determinasi Kulit P. americana ... 60

Lampiran 8 Surat Hasil Penetapan Kadar Air Serbuk Kulit P. americana ... 61

Lampiran 9 Surat Pengesahan Medical and Health Research Ethics Commitee (MHREC) ... 62

Lampiran 10 Hasil Analisis Statistik Serum ALT Pada Uji Pendahuluan Penentuan Waktu Pencuplikan Darah ... 63

Lampiran 11 Hasil Analisis Statistik Serum ALT Kontrol Hepatotoksin (CCl4), Kontrol Negatif (Olive Oil), Kontrol Ekstrak Etanol Kulita P. americana, Perlakuan Ekstrak Etanol Kulit P. americana (dosis 0,35; 0,70; 1,40 g.kgBB) ... 66

Lampiran 12 Hasil Analisis Statistik Serum AST Kontrol

Hepatotoksin (CCl4), Kontrol Negatif (Olive Oil),

(17)

Ekstrak Etanol Kulit P. americana (dosis 0,35; 0,70;

1,40 g.kgBB) ... 82

Lampiran 13 Hasil Rendemen Ekstrak Etanol Kulit P. americana ... 99

(18)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif ekstrak etanol jangka panjang kulit Persea americana Mill. dalam menurunkan aktivitas serum Alanin Aminotransferase (ALT) dan Aspartat Aminotransferase (AST) pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida serta mengetahui dosis efektif pemberian ekstrak etanol kulit P.americana Mill.

Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan, dan berat 150-250 gram. Tikus dibagi secara acak ke dalam enam kelompok perlakuan. Kelompok I merupakan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB secara intraperitonial. Kelompok II merupakan kontrol negatif diberi olive oil dengan pemberian dosis 2 mL/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III merupakan kontrol perlakuan yaitu pemberian ekstrak etanol kulit P.americana Mill dosis 1,4 g/kgBB secara per oral. Kelompok IV-VI merupakan kelompok perlakuan ekstrak etanol kulit P.americana Mill dengan dosis 0,35; 0,70; 1,4 g/kgBB secara oral sekali sehari selama 6 hari berturut-turut kemudian pada hari ke-7 semua kelompok perlakuan (IV-VI) diberi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB secara intraperitonial. Pada jam ke-24 setelah pemberian CCl4, semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis di

mata tikus untuk diukur aktivitas serum ALT dan AST. Data dianalisis dengan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi datanya dan uji Mann-Whitney

untuk mengetahui perbedaan aktivitas serum ALT dan AST antar kelompok.

Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. memberikan efek hepatoprotektif dengan adanya penurunan aktivitas ALT dan AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Hasil persen hepatoprotektif berturut-turut adalah 77,3; 101,9; dan 89,4%. Dosis efektif ekstrak etanol kulit

P.americana Mill setelah dilakukan analisis data secara statistik adalah 0,70 g/kgBB.

(19)

ABSTRACT

This aim of study research were to prove hepatoprotective effect of ethanol extract Persea americana Mill. peel for reducing serum activity of ALT and AST in rats induced by carbon tetrachloride and get effective dose of ethanol extract Persea americana Mill. peel.

This research was purely experimental research with randomized complete direct sampling design. This research use male Wistar rats, attain the age 2-3 months, and 150-250 gram weight. The rats were divided into six treatment groups. Group I was carbon tetrachloride hepatotoxin control dose 2 mL/kgBW intraperitoneally. Group II was olive oil control by giving as much as 2 mL/kgBW intraperitoneally. Group III was control treatment given 1.40 g/kgBW ethanol extract Persea americana Mill. peel orally. Group IV-VI were the treatment group for ethanol extract Persea americana Mill. peel with dose 0.35; 0.70; 1.40 g/kgBW orally once a day for six days succesively and in the seventh day all the tratments group (IV-VI) were given carbon tetrachloride 2 mL/kgBW intraperitoneally. At the 24th hour administration of CCl4, all groups had blood

drawn at the orbital sinus region to be measured ALT and AST serum activity. Data were analyzed using Kolmogorov-Smirnov test to look at the data distribution and Mann-Whitney test to determine the differences in ALT and AST serum activity in each group.

Based of the result, ethanol extract Persea americana Mill. peel gave hepatoprotective effect for reducing serum activity of serum ALT and AST in rats induced by carbon tetrachloride with % hepatoprotective for smallest dose to largest dose was 77.3; 101.9; and 89.4% based from ALT serum. From the data measurement of activities ALT and AST serum which were obtained, the effective dose from ethanol extract Persea americana Mill. peel was 0.70 g/kgBW.

(20)

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang Penelitian

Hati atau hepar merupakan organ intestinal yang paling besar dalam

tubuh manusia dan sangat penting peranannya dalam kelangsungan hidup

manusia. Hati memegang peranan penting dalam hampir setiap proses

metabolisme dan juga mampu mendetoksifikasi obat dan zat berbahaya

(Nurachman dan Angriani, 2011). Akan tetapi, sama seperti halnya organ lain,

hati juga dapat mengalami kerusakan/kelainan yang dapat menganggu kerja hati.

Beberapa penyakit hati seperti peradangan (hepatitis) hingga sirosis dapat

disebabkan oleh virus, obat-obatan, dan juga alkohol (Ganong dan McPhee,

2011).

Penyakit hepar sudah menjadi perhatian dunia sebagai permasalahan

kesehatan yang cukup serius baik di negara maju maupun negara berkembang.

Prevalensi kerusakan hati di dunia menunjukkan jumlah yang serius untuk

diwaspadai, misalnya di negara Inggris mengalami hepatotoksisitas dengan

mengalami peningkatan kadar Alanin Aminotransferase (ALT) dan Aspartat

Aminotransferase (AST) sebanyak tiga hingga lima kali lipat sebesar 38,2%

(Walker et al., 2009). Prevalensi penyakit perlemakan hati di Indonesia menurut

penelitian Sofia, Nurdjanah, dan Ratnasari (2009) sebesar 30,6%.

(21)

memberikan kerusakan sel hati berupa perlemakan hati. CCl4 yang bersifat toksik

berperan sebagai pelarut lipid sehingga memudahkan senyawa tersebut

menyebrangi membran sel dan terdistribusi ke semua organ. Ketoksikan CCl4

telah terbukti bahwa pada dosis kecil sekalipun dapat menghasilkan timbunan

radikal bebas dan menimbulkan efek pada berbagai organ termasuk susunan saraf

pusat, hati, ginjal, dan peredaran darah, tetapi efek toksik CCl4 yang paling terlihat

yaitu pada hati (Gene, 1999).

Banyaknya kasus hepatotoksisitas membuat dunia kesehatan pada zaman

sekarang ini sangat membutuhkan senyawa yang bisa bertindak sebagai

hepatoprotektor. Penggunaan tumbuh-tumbuhan telah memainkan peranan

penting dalam menjaga kesehatan dan menyembuhkan penyakit. World Health

Organization pada tahun 2008 memprediksi bahwa sekitar 80% penduduk dunia

telah memanfaatkan tumbuhan obat tradisional dan melibatkan penggunaan

ekstrak tanaman atau komponen aktifnya. Masyarakat umumnya menggunakan

tanaman obat berdasarkan pengalaman empiris sehingga masih terbatasnya

jaminan keamanan dan keuntungannya (Elvin-Lewis, 2001).

Dalam penelitian ini penulis memilih alpukat (Persea americana Mill.)

sebagai tanaman yang diyakini memiliki senyawa sebagai hepatoprotektor. Buah

alpukat memiliki kandungan antioksidan dan zat gizi berupa lemak yang sangat

baik untuk kesehatan. Menurut penelitian, biji alpukat (biji P. americana)

mengandung alkaloid, tanin, triterpen, flavonoid, fenol, kuinon, dan saponin

(Zuhrotun, 2007). Flavonoid merupakan antioksidan yang sangat kuat dan

(22)

antialergi, antiviral, antiinflamasi, hepatoprotektif, antioksidan dan antikanker

(Salah et al., 1995). Penelitian yang dilakukan Nopitasari (2013) melaporkan

bahwa ekstrak etanol biji P. americana dengan dosis 0,35 g/kgBB secara jangka

panjang (enam hari) memiliki efek hepatoprotektif pada tikus terinduksi CCl4

dengan adanya penurunan nilai aktivitas ALT dan AST. Biji P. americana

memang kaya akan berbagai kandungan, tetapi kulit P. americana pun memiliki

kandungan antioksidan, protein, glukosinolat, pektin dan protease (Chitturi,

Gopichans, Vuppu, 2013). Ekstrak kulit P. americana memiliki kandungan

komponen fenolik dan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan ekstrak biji P. americana (Kosinska et al., 2012).

Pada penelitian ini digunakan bentuk sediaan ekstrak etanol kulit alpukat.

Hal ini berdasarkan penelitian Javier, David, Maria, Petri, dan Mario (2011)

menyatakan bahwa dapat diperoleh senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan biji

P. americana dari hasil isolasi dengan pelarut organik bersifat polar. Penggunaan

pelarut etanol diharapkan mampu memperoleh senyawa fenolik dan aktivitas

antioksidan dari biji P. americana, sehingga untuk menarik senyawa fenolik dan

aktivitas antioksidan dari kulit dilakukan cara yang sama dengan biji. Pengamatan

nilai aktivitas ALT dan AST didasarkan pada penelitian Edem dan Akpanabiatu

(2006) menyatakan bahwa enzim ALT dan AST merupakan enzim pada serum

yang dapat menjadi indikator untuk kerusakan hati, perubahan fungsi hati atau

adanya toksisitas pada hati. Eksplorasi tanaman P. americana khususnya kulit

yang terkait dengan efek hepatoprotektif masih belum banyak dilakukan.

(23)

efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak etanol kulit P. americana terhadap

aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang diajukan

dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah pemberian jangka panjang ekstrak etanol kulit alpukat (P.

americana) dapat memberikan efek hepatoprotektif terhadap penurunan

aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon

tetraklorida?

b. Berapa dosis efektif pemberian ekstrak etanol kulit alpukat (P. americana)

untuk memberikan efek hepatoprotektif terhadap penurunan aktivitas

ALT-AST pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon

tetraklorida?

2. Keaslian penelitian

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan P. americana yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Kate dan Lucky (2009) melaporkan bahwa biji P.

americana dapat secara signifikan menurunkan tekanan darah, kadar kolestrol,

glukosa, urea dan berfungsi sebagai antihipertensi. Nopitasari (2013) melaporkan

bahwa ekstrak etanol biji P. americana dengan dosis 0,35 g/kgBB jangka panjang

(24)

lainnya menyatakan bahwa ekstrak kulit P. americana memiliki kandungan

komponen fenolik dan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan ekstrak biji P. americana (Kosinska et al., 2012). Berdasarkan

penelusuran pustaka yang dilakukan, penelitian efek hepatoprotektif jangka

panjang ekstrak etanol kulit P. americana terhadap tikus terinduksi karbon

tetraklorida belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

ilmu pengetahuan terutama ilmu kefarmasian mengenai pengaruh

pemberian jangka panjang ekstrak etanol kulit alpukat terhadap penurunan

aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon

tetraklorida.

b. Manfaat praktis. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan

masyarakat untuk menggunakan kulit alpukat dengan dosis yang diperoleh

dalam penelitian sebagai alternatif pengobatan penyakit hati.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif pemberian

(25)

yang terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat penurunan aktivitas

ALT-AST.

2. Tujuan khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pemberian ekstrak etanol kulit

P. americana yang efektif terhadap penurunan aktivitas ALT-AST pada tikus

(26)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Hati

1. Anatomi dan fisiologi hati

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia yang terletak

pada bagian teratas dalam rongga abdomen sebelah kanan di bawah diafragma.

Hati dengan berat sekitar 1,4 kg atau 2-2,5% dari berat tubuh manusia dewasa

menerima hampir 25% curah jantung atau sekitar 1500 mL darah per menit

melalui vena porta dan arteri hepatica (Robbins & Cotran, 2005). Letak hati

bergantung pada distensi organ sekitarnya, posisi tubuh dan juga gerak diafragma

pada pernapasan (Widjaja, 2007)

Hati memiliki dua lobus utama, yaitu lobus kanan yang besar dan lobus

kiri yang kecil. Lobus kanan terdiri dari bagian segmen anterior dan posterior,

sedangkan lobus kiri terdiri dari bagian segmen medial dan lateral. Lobus kanan

dan lobus kiri dipisahkan di antero-superior oleh ligamentum falsiformis dan di

postero-inferior oleh fisura. Ligamentum falsiformis dari hati melintasi diafragma

sampai ke dinding abdomen anterior. Hepar memiliki 4 saluran, yaitu arteri

hepatica, vena porta hepatica, vena hepatica, dan kanal empedu. Setiap lobus

pada hati terbagi menjadi struktur-struktur yang disebut dengan lobulus yang

terdiri dari lempeng-lempeng sel hati yang berbentuk kubus dan tersusun

mengelilingi vena sentralis. Hepatosit pada lobulus hati membentuk piringan tidak

(27)

menjulur ke vena sentral yang disebut sinusoid. Sinusoid merupakan cabang vena

porta dan arteri hepatica dan dibatasi oleh sel Kupffer. Fungsi dari sel Kupffer

adalah sebagai sistem monosit makrofag untuk menelan bakteri dan benda-benda

asing dalam darah, sehingga hati merupakan salah satu organ yang sangat penting

dalam pertahanan bakteri ataupun agen toksik (Baradero, Dayrit, Siswandi, 2005).

Hati mempunyai fungsi utama sebagai pusat metabolisme tubuh.

Beberapa aktifitas hati dalam regulasi metabolisme adalah sebagai berikut:

a. Metabolisme karbohidrat. Kadar gula darah dapat distabilkan oleh hati.

Hepatosit dapat memecah glikogen dan mengeluarkan glukosa ke aliran darah

serta mensisntesis glukosa dari asam amino yang tersedia, jika kadar gula

darah menurun. Sintesis glukosa dari komponen lain disebut juga

glukoneogenesis. Saat tubuh kekurangan gula darah, cadangan glikogen yang

disimpan dalam hati akan diubah menjadi glukosa baru dengan memecah

glikogen (Martini, 2004).

b. Metabolisme lipid. Apabila kadar trigliserida, asam lemak, dan kolestrol

menurun, hati akan memecah cadangan lipid dan akan dikeluarkan ke aliran

darah. Trigliserida yang ada di dalam tubuh nantinya akan menjadi asam

lemak untuk cadangan energi (Martini, 2004).

c. Metabolisme asam amino. Hepar dapat menurunkan peningkatan jumlah asam

amino dalam sirkulasi darah. Kegunaan asam amino untuk mensisntesis

protein dan dapat diubah menjadi glukosa atau lipid untuk cadangan energi

(28)

d. Detoksifikasi. Hepar berperan dalam menghilangkan zat-zat endogen dan

eksogen yang dapat merugikan tubuh. Kerusakan pada hepar menandakan

efek toksik dari zat-zat tersebut tidak dapat didetoksifikasi (Baradero et al.,

2005).

e. Penyimpanan mineral. Hati dapat mengubah cadangan besi menjadi ferritin

dan protein ion kompleksnya dapat disimpan (Martini, 2004).

f. Penyimpanan vitamin. Vitamin A, D, E, dan K yang dapat larut dalam lemak

dapat diabsorbsi dari darah dan disimpan di dalam hepar (Martini, 2004).

g. Inaktivasi obat. Hepar dapat menghilangkan dan memecah sirkulasi obat tanpa

menurunkan durasi dari efeknya (Martini, 2004).

Sel-sel hati mendapatkan suplai darah dari vena portae hepatis yang

kaya akan makanan, tidak mengandung oksigen dan terkadang toksik. Sistem

peredaran darah yang tidak biasa ini menyebabkan sel-sel hati mendapat darah

yang relatif kekurangan oksigen dan keadaan ini dapat menjelaskan penyebab sel

hati lebih rentan terhadap kerusakan dan penyakit ( Wibowo dan Paryana, 2009).

2. Kerusakan hati

Hepatotoksik adalah kerusakan hati yang berhubungan dengan

kerusakan fungsi hati karena paparan obat atau agen non-infeksi lainnya (Navarro

dan Senior, 2006). Berbagai macam kerusakan hati bergantung pada agen toksik,

kekerasan intoksikasi dan jenis pejanan yang termasuk akut atau kronis. Ketika sel

(29)

aminotransferase (ALT), aspartat aminotransferase (AST), alkalin fosfatase (ALP)

ke dalam darah (Hodgson, 2010).

Senyawa toksik dapat menyebabkan berbagai jenis efek toksik pada

berbagai organel dalam sel hati. Jenis kerusakan hati, seperti :

a. Steatosis (Perlemakan Hati). Perlemakan hati adalah hati yang mengandung

berat lipid lebih dari 5% atau mengenai lebih dari separuh jaringan sel hati.

Perlemakan hati ini berpotensi menjadi penyebab kerusakan hati dan sirosis

hati (Gregus dan Klaaseen, 2001). Mekanisme terjadinya penimbunan lemak

dalam hati cukup beragam, yang paling umum adalah terjadinya pelepasan

trigliserida hati ke plasma (Lu, 1995).

b. Nekrosis hati. Nekrosis hati adalah suatu kematian hepatosit yang biasanya

merupakan kerusakan akut yang ditandai dengan pembengkakan sel,

kebocoran, dan hancurnya inti serta masuknya sel-sel radang. Kematian sel

terjadi bersamaan dengan pecahnya membran plasma. Perubahan biokimia

pada nekrosis hati ini bersifat kompleks (Lu, 1995).

c. Sirosis hati. Sirosis hati merupaka bentuk kerusakan hati yang kronis dan

fatal. Hal ini ditandai dengan adanya penghancuran hepatosit dan adanya septa

kolagen yang tersebar di sebagian besar hati (Mary, Mary dan Yakobus,

2005). Sirosis bersifat irreversibel, biasanya juga disebabkan oleh paparan

(30)

3. Hepatotoksin

Senyawa dan obat yang dapat menyebakan kerusakan hati dibedakan

menjadi dua, yaitu :

a. Hepatotoksin teramalkan (Tipe A). Hepatotoksin tipe A ini merupakan obat

atau senyawa yang bila diberikan dapat mempengaruhi sebagian besar orang

yang mengonsumsinya dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan efek

toksik dan bergantung pada dosis pemberian. Contoh dari obat-obat pada tipe

ini adalah parasetamol, karbon tetraklorida, tetrasiklin, dan salisilat ( Forrest,

2006).

b. Hepatotoksin tidak teramalkan (Tipe B). Hepatotoksin tipe B ini merupakan

obat atau senyawa yang tidak bersifat toksik pada hati tetapi jika diberikan

pada orang tertentu dapat menimbulkan efek toksik dan hepatotoksin ini tidak

tergantung pada dosis pemberian. Contoh obat-obat pada tipe ini adalah

isoniazid, halothan, klorpromazin (Forrest, 2006).

B. Alanin Aminotransferase (ALT) dan Aspartat Aminotransferase (AST)

Kerusakan sel-sel hati dapat dideteksi dengan pengukuran indeks

fungsional dan mengamati produk hepatosit yang rusak. Uji enzim seringkali

menjadi petunjuk adanya cedera sel pada penyakit hati karena perubahan ringan

kapasitas ekskretorik mungkin tersamarkan akibat kompensasi dari bagian hati

(31)

Enzim ALT dan AST merupakan enzim pada serum yang dapat menjadi

indikator untuk kerusakan hati, perubahan fungsi hati atau adanya toksisitas pada

hati (Edem dan Akpanabiatu, 2006). AST menjadi perantara reaksi antara asam

aspartat dan asam alfaketoglutamat sedangkan ALT memindahkan satu gugus

amino antara alanin dan asam ketoglutamat (Sacher dan McPherson, 2004).

Enzim ALT lebih spesifik untuk organ hati karena proporsinya paling banyak

berada pada organ ini disbanding organ tubuh lainnya (Edem dan Akpanabiatu,

2006). Menurut AIDSC (cit., Fajar, 2013), kerusakan akut pada hepar terjadi

ketika peningkatan kadar ALT lebih dari lima kali dari kadar normalnya. Hati

yang mengalami nekrosis atau kehancuran akan menyebabkan kenaikan kadar

transaminase pada serum. Enzim transaminase akan masuk ke dalam pembuluh

darah dan membuat kadar transaminase dalam darah meningkat (Hartono,

Nurwanti, Ikasari, Wiryanti, 2005).

C. Karbon Tetraklorida

(32)

Karbon tetraklorida (Gambar 1) merupakan senyawa golongan halogen

yang berbentuk cairan jernih, bersifat mudah menguap, tidak berwarna, dan

berbau khas. Senyawa karbon tetraklorida mempunyai BM 153,82 dan sangat

sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam alkohol, benzene, kloroform, eter,

karbon disulfida, aseton (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,

1995).

Karbon tetraklorida termasuk dalam golongan senyawa beracun dan

sangat berbahaya bagi lingkungan. Senyawa ini digunakan biasanya sebagai

fumigasi atau pengasapan di pertanian, penghilang noda, bahan dasar

chlorofluorocarbon (CFC) untuk pendingin AC, pelarut minyak, lilin, dan karet

(SiKerNas, 2010). Senyawa ini merupakan molekul sederhana, yang jika

diberikan kepada berbagai spesies dapat menyebabkan nekrosis sentrilobuler dan

perlemakan hati (Timbrell, 2008).

Kerusakan sel dapat diinisiasi oleh beberapa mekanisme antara lain

penghambatan enzim, pengurangan metabolit atau kofaktor, pengurangan ATP,

interaksi dengan reseptor, peningkatan intraseluler kalsium, pembentukan

metabolit aktif, dan perubahan membran sel. Obat dapat menyebabkan kerusakan

sel melalui mekanisme aktifasi metabolit pada tingkatan yang lebih tinggi seperti

radikal bebas, karbon, dan nitro akibat stres oksidatif (Hodgson, 2010).

Karbon tetraklorida cepat diabsorbsi melalui rute apa saja pada manusia

dan hewan. Karbon tetraklorida setelah mengalami absorbsi akan didistribusikan

diantara jaringan terutama yang memiliki banyak timbunan lipid. Karbon

(33)

CYP450. Metabolisme CCl4 dilakukan penelitian in vivo dan in vitro pada

mamalia. Tahap awal biotransformasi dari karbon tetraklorida adalah reduksi

dehalogenisasi: pembelahan ikatan klorida karbon menjadi ion klorida dan radikal

triklorometil. Triklorometil radikal (●CCl3) dapat berikatan kovalen dengan

protein atupun lipid menyebabkan kerusakan membran (Klaassen, 2001).

Gambar 2. Mekanisme biotransformasi dan oksidasi dari karbon tetraklorida (Timbrell, 2008)

Penyebab terjadinya kerusakan jaringan oleh karbon tetraklorida

tergantung pada metabolisme aktivasi oleh sitokrom P450, terutama CYP2EI.

Enzim mikrosomal CYP2EI akan mempengaruhi aktivasi metabolit dari senyawa

yang terbentuk, yaitu dapat meningkatkan atau mengurangi sifat toksik dari

(34)

agen pereduksi dan mengkatalis adisi elektron yang mengakibatkan hilangnya satu

ion klorin sehingga terbentuk radikal bebas triklorometil (●CCl3) yang merupakan

metabolit reaktif. Radikal bebas triklorometil ini dengan adanya oksigen (O2) akan

berubah menjadi radikal bebas triklorometilperoksi (●OOCCl3) (Gambar 2) yang

bersifat lebih reaktif (Klaaseen, 2001).

D. Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron yang bekerja dengan

mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga

aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa terhambat. Antioksidan menstabilkan

radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas

dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas

(Winarsi, 2007). Senyawa antioksidan bisa didapatkan dari berbagai tanaman dan

memiliki potensi tinggi untuk mengurangi berbagai resiko penyakit. Senyawa

antioksidan seperti asam fenolik, polifenol, flavonoid dapat menghambat

mekanisme oksidasi yang mengarah pada penyakit degeneratif (Percival, 1996).

E. Persea americana Mill. 1. Sinonim

Laurus persea L., Persea americana var. angustifolia Miranda, Persea

americana var. drymifolia (Schldtl &Cham) S. F. Blake, Persea americana var.

(35)

Persea edulis Raf., Persea floccosa Mez, Persea gigantea L. O. Williams, Persea

gratissima C. F. Gaertn., Persea gratissima var. drimyfolia (Schldtl. & Cham.)

Mez, Persea pleiogyna Blake, Persea nubigena L. O. Williams, Persea

paucitriplinervia Lundell, Persea persea (L.) Cockerell, Persea streyermarkii C.

K. Allen. (Lim, 2012).

2. Taksonomi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)

Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae

Genus : Persea

Spesies : Persea americana.Mill.

(USDA, 2014).

3. Nama Lain

Avocado, avocado-per, butter fruit (Inggris), avocado (Filipina),

(36)

avokado (Malaysia), Aguacate, Pagua (Spanyol), awokado (Thailand), avocat,

avocatier, zabelbok, zaboka (Prancis) (Yasir, Das, Kharya, 2010).

4. Morfologi

Gambar 3. Tanaman P. americana Mill. (Proseanet, 2012)

Persea americana (Gambar 3) merupakan pohon yang selalu hijau

dengan tinggi mencapai 20 m. Pohon terdiri dari daun tunggal, tersusun spiral,

tepi daun rata; panjang tangkai daun 1,5-5 cm; daun berbentuk elips hingga lanset,

bulat telur hingga bulat telur sungsang, panjang daun 5-40 cm dan lebar 3-15 cm,

permukaan atas daun diselaputi lilin. Bunga berupa tongkol majemuk yang

muncul di ujung cabang; bunga banci tersusun atas 3 daun mahkota, memiliki bau

harum; perhiasan bunga tersusun atas dua lingkaran; benang sari 9 di dalam 3

(37)

bagian dasarnya; putik terdiri atas satu ruang bakal buah, tangkai kepala putik

ramping dengan kepala putik tunggal. Buah besar berdaging dan berair (berry),

berbiji tunggal, permukaan buah halus, panjang 7-20 cm. Buah besar dan bulat

dilapisi dua lapisan dan dua kotiledon besar yang melindungi embrio kecil

(Proseanet, 2012).

5. Kandungan kimiawi

Menurut penelitian yang dilakukan Chitturi dkk. (2013), kulit P.americana

Mill. memiliki kandungan protease, protein, antioksidan, melanin, glukosinolat,

dan pektin. Menurut Maryani (2003) kulit P.americana juga sangat kaya akan

kandungan senyawa flavonoida. Penelitian Vinha, Moreira, Barreira (2013)

menyatakan bahwa senyawa fenolik yang terdapat di kulit P.americana Mill.

lebih banyak dibandingkan biji P.americana Mill., dan juga terdapat banyak

vitamin seperti vitamin C dan E pada kulit P.americana Mill.

6. Khasiat dan kegunaan

Kandungan metabolit biji P.americana Mill. dilaporkan mempunyai

khasiat yang efektif yaitu melawan hepatotoksitas, inflamasi, kanker dan

mengobati hipertensi (Arukwe et al., 2012). Penelitian Nopitasari (2013)

menyatakan bahwa biji P.americana Mill.memiliki efek hepatoprotektif terhadap

tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida. Kulit buah alpukat bermafaat untuk

pengeluaran air seni dan obat sariawan karena adanya kandungan senyawa

(38)

P.americana Mill. masih sangat minim dan hanya berkisar pada kandungan yang

terdapat pada kulit saja.

F. Metode Pengujian

Studi tentang efek toksik pada hati dapat dilakukan secara in vivo

maupun in vitro. Model in vivo dapat menunjukkan bahwa senyawa eksogen

menimbulkan kerusakan pada hati berdasarkan pada tanda-tanda fisiologi yang

terjadi. Model in vitro menjelaskan mengenai mekanisme kerusakan hati yang

terjadi. Parameter yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kerusakan hati

antara lain tes enzim serum, tes ekskretori hati, perubahan penyusun kimia dalam

hati, analisis histologi kelainan hati.

a. Tes enzim serum. Pengukuran dilakukan untuk mendeteksi ketoksikan pada

hati yang didasarkan spesifikasi dan sensitivitas berbagai tipe kerusakan hati.

Enzim-enzim transaminase adalah contoh yang paling utama kelompok enzim

hati yang level serumnya berubah pada gangguan hepatoseluler. Penentuan

ALT dan AST adalah cara pengukuran parameter umum dalam plasma untuk

mendeteksi kerusakan hati. Peningkatan enzim yang dihasilkan bisa beberapa

kali lipat dare harga normal dalam 24 jam pertama (Timbrell, 2008).

b. Tes ekskretori hati. Kemampuan hati untuk mensintesis urea, kolestrol, dan

mempertahankan kadar glukosa darah serta asam amino merupakan fungsi

hati. Bilirubin dan xenobiotika merupakan contoh senyawa yang digunakan

(39)

yang terjadi di hati dapat dijadikan parameter hepatotoksisitas (Zimmerman,

1978).

c. Perubahan penyusun kimia dalam hati. Perubahan struktural dan fungsional

hepatik yang disebabkan oleh zat hepatotoksik dapat mendeteksi tingkat

kerusakan hati. Perubahan efek farmakologis obat dapat juga digunakan untuk

penentuan dan pendeteksi disfungsi hati (Plaa dan Charbonneau, 2001).

d. Analisis histologi kelainan hati. Deskripsi histologi kerusakan juga sangat

penting dalam analisis potensi hepatotoksik zat kimia terhadap kerusakan yang

dihasilkan. Pengamatan mikroskopik cahaya dapat dilakukan untuk

menentukan histologi kerusakan hati (Plaa dan Charbonneau, 2001).

G. Metode Ekstraksi

Ekstraksi senyawa metabolit sekunder dare seluruh bagian tumbuhan

seperti bunga, buah, daun ,kulit batang dan akar pada umumnya menggunakan

sistem maserasi dengan menggunakan pelarut organik.

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang

dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama

beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung cahaya. Metode ini

digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang

mudah larut dalam cairan penyari yang tidak mengandung tiraks, lilin dan benzoin

(40)

Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara ekstraksi tanaman

obat dengan ukuran partikel tertentu dan menggunakan medium pengekstraksi

yang tertentu yang dapat dilakukan dengan berbagai cara (Agoes, 2009).

H. Landasan Teori

Hati merupakan organ penting dalam proses metabolisme tubuh. Sel hati

mendapat suplai darah dari vena portae hepatis yang tidak mengandung oksigen

dan terkadang toksik sehingga sel hati lebih rentan terhadap kerusakan dan

penyakit (Wibowo dan Paryana, 2009). Alanin aminotransferase (ALT) dan

aspartat aminotransferase (AST) merupakan serum yang sering digunakan untuk

melihat kerusakan sel hati (DiPiro et al., 2005).

Bentuk kerusakan hati salah satunya berupa perlemakan hati. Hal itu

terjadi karena adanya induksi senyawa model hepatotoksik. Senyawa model

hepatotoksik yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon tetraklorida.

Karbon tetraklorida direduksi oleh suatu enzim sitokrom P-450 menjadi radikal

bebas berupa triklorometil (●CCl3) dan triklorometilperoksida (●OOCCl3) yang

bersifat lebih reaktif (Klaaseen, 2001). Radikal triklorometil akan berikatan secara

kovalen dengan lemak dan protein dan secara langsung dengan membran

fosfolipid dan kolestrol. Radikal lipid akan mengaktifkan senyawa oksigen reaktif

yang dapat menyebabkan peroksidasi lipid (Timbrell, 2008).

Radikal bebas sangat berbahaya bagi tubuh karena dapat memicu

(41)

dibutuhkan antioksidan untuk mengurangi dan menghalangi radikal bebas masuk

ke dalam tubuh. Penelitian Nopitasari (2013) menyatakan bahwa biji P.americana

Mill.memiliki efek hepatoprotektif terhadap tikus jantan terinduksi karbon

tetraklorida. Kulit P.americana memiliki khasiat yang hampir sama dengan biji

P.americana sebagai antioksidan yang diperoleh dari kandungan fenoliknya

(Kosinska et al., 2012).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak

etanol jangka panjang kulit P.americana dapat memberikan efek hepatoprotektor

dengan melihat penurunan nilai aktivitas ALT dan AST pada tikus yang terinduksi

karbon tetraklorida dan juga akan ditentukan dosis efektif ekstrak etanol kulit P.

americana dalam memberikan efek hepatoprotektif.

I. Hipotesis

Ekstrak etanol kulit P. americana dalam penggunaan jangka panjang

dapat memberikan efek hepatoprotektif dengan menurunkan kadar ALT-AST

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan

menggunakan rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Penelitian ini

dilakukan di Laboratorium Farmakologi Toksikologi, Laboratorium Farmakognosi

Fitokimia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

B. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel – variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Variabel utama

a. Variabel bebas. Dosis pemberian jangka panjang ekstrak etanol kulit P.

americana.

b. Variabel tergantung. Nilai aktivitas serum ALT dan AST tikus jantan

galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian

jangka panjang ekstrak etanol kulit P. americana.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali. Kondisi hewan uji yaitu tikus jantan

galur Wistar, berat badan 150 – 250 gram, umur 2 – 3 bulan,

pemberian ekstrak secara per oral dengan frekuensi satu kali sehari

selama 6 hari dengan waktu pemberian yang sama, pemberian karbon

(43)

americana yang ditanam di Wonosari dan didapatkan dari depot Es

Teler 77 di Plaza Ambarukmo Yogyakarta.

b. Variabel pengacau tak terkendali. Kondisi patologis dari tikus jantan

galur Wistar.

3. Definisi operasional

a. Ekstrak etanol kulit P. americana. Didefinisikan sebagai ekstrak kental

dari serbuk kering kulit P. americana yang dilarutkan dalam pelarut

etanol 70% dan dimaserasi selama 5 hari dengan sesekali penggojogan

dan remaserasi selama 2 hari. Kemudian disaring dengan corong

Buchner yang dilapisi dengan kertas saring, dievaporasi dan diuapkan

di atas waterbath pada suhu 80˚C hingga mencapai bobot pengeringan

tetap dengan susut pengeringan sebesar 0%.

b. Efek hepatoprotektif. Didefinisikan sebagai kemampuan ekstrak

etanol kulit P. americana pada dosis tertentu dalam melindungi hati

(penurunan aktivitas ALT-AST) pada tikus jantan galur Wistar

terinduksi karbon tetraklorida.

c. Pemberian jangka panjang. Didefinisikan sebagai pemberian ekstrak

etanol kulit P. americana terhadap tikus jantan galur Wistar satu kali

sehari selama enam hari berturut-turut.

d. Dosis efektif. Dosis terkecil dimana sediaan ekstrak etanol kulit P.

americana mampu memberikan efek penurunan aktivitas ALT paling

(44)

C. Bahan Penelitian

1. Bahan utama

a. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan galur

Wistar dengan berat badan 150 – 250 gram dan berumur 2 – 3 bulan yang

diperoleh dari Laboratorium Imunologi Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Bahan uji yang digunakan adalah kulit P. americana yang diperoleh dari

depot Es Teler 77 di Plaza Ambarukmo Yogyakarta periode Juni-Juli 2014.

2. Bahan kimia

a. Senyawa hepatotoksin yang digunakan adalah karbon tetraklorida yang

diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Pelarut untuk ekstraksi kulit P. americana digunakan etanol 70% yang

diperoleh dari toko bahan kimia General Labora Yogyakarta.

c. Kontrol negatif dan pelarut karbon tetraklorida digunakan olive oil

(minyak zaitun) Bertolli berbentuk cair yang dibeli dari Superindo

Yogyakarta.

d. Pelarut ekstrak etanol kulit P. americana digunakan CMC Na berbentuk

serbuk yang diperoleh dari Laboratorium Biofarmasetika Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

e. Reagen serum ALT

Komposisi dan konsentrasi dari reagen ALT Diasys yang digunakan adalah

(45)

Tabel I. Komposisi dan konsentrasi reagen serum ALT

f. Reagen serum AST

Komposisi dan konsentrasi dari reagen AST Diasys yang digunakan adalah

sebagai berikut

Tabel II. Komposisi dan konsentrasi reagen serum AST

D. Alat Penelitian

1. Alat pembuatan serbuk kering dan ekstrak etanol P. americana

Alat – alat yang digunakan antara lain oven, mesin penyerbuk dan ayakan.

Seperangkat alat gelas berupa Bekker glass, Erlenmeyer, gelas ukur, labu

ukur, cawan porselen, corong Buchner, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex

Iwaki Glass®), ayakan no 40 Electric Sieve Shaker Indotest Multi Lab®,

Komposisi pH Konsentrasi

R1: TRIS 7,15 140 mmol/L

L-alanine 700 mmol/L

LDH (lactate dehydrogease) ≥ 2300 mmol/L

R2: 2-oxogultarate 85 mmol/L

NADH 1 mmol/L

Pyridoxal-5phosphate FS:

Good’s buffer

Pyridoxal-5-phosphate

(46)

timbangan analitik Mettler Toledo®, orbital shaker Optima®, rotary vacuum

evaporator IKAVAC®, oven Memmert®.

2. Alat uji hepatoprotektif

Seperangkat alat gelas berupa Bekker glass, gelas ukur, tabung reaksi, labu

ukur, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®), timbangan analitik

Mettler Toledo®, spuit injeksi, syringe 3 cc Terumo®, jarum tuberculin.

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi kulit P. americana

Determinasi dilakukan untuk memastikan validitas tanaman yang

digunakan. Determinasi dilakukan dengan mencocokkan kulit P. americana

yang diperoleh dari depot Es Teler 77 di Plaza Ambarukmo Yogyakarta

dengan kulit P. americana dilakukan di Laboratorium Farmakognosi

Fitokimia dengan menggunakan buku acuan (Agrilink, 2001).

2. Pengumpulan bahan uji

Bahan uji yang digunakan adalah kulit P. americana yang masih segar

dan tidak busuk yang diperoleh dari depot Es Teler 77 di Plaza Ambarukmo

Yogyakarta periode Juni-Juli 2014.

3. Pembuatan serbuk kulit P. americana

Kulit P. americana dicuci bersih dan dipisahkan dari sisa buahnya.

(47)

dalam oven pada suhu 50oC selama 24 jam kemudian dihaluskan dan diayak

dengan ayakan nomor 40.

4. Penetapan kadar air pada serbuk kering kulit P. americana

Serbuk kering kulit P. americana yang sudah diayak, dimasukkan

sebanyak ± 5 gram ke dalam alat moisture balance kemudian diratakan.

Bobot serbuk kering kulit tersebut ditetapkan sebagai bobot sebelum

pemanasan (bobot A), setelah itu dipanaskan pada suhu 1100C. Serbuk kering

kulit P. americana yang sudah dipanaskan ditimbang kembali dan dihitung

sebagai bobot setelah pemanasan (bobot B). Kemudian dilakukan perhitungan

terhadap selisih bobot A terhadap bobot B yang merupakan kadar air serbuk

kulit P. americana.

5. Pembuatan ekstrak etanol kulit P. americana

Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Sebanyak 40 g serbuk kulit

P. americana direndam dalam 200 mL pelarut etanol 70% pada suhu kamar

selama 5 x 24 jam. Setelah dilakukan perendaman, hasil maserasi kemudian

disaring menggunakan corong Buchner yang dilapisi kertas saring sehingga

diperoleh filtrat. Serbuk sisa perendaman dimaserasi kembali (remaserasi)

dengan 200 mL etanol 70 % selama 2 x 24 jam. Filtrat hasil saringan

dipindahkan dalam labu alas bulat untuk dievaporasi untuk menguapkan

cairan penyari pada proses maserasi. Hasil evaporasi dituangkan dalam

cawan porselen yang telah ditimbang sebelumnya agar mempermudah

perhitungan rendemen ekstrak yang akan diperoleh. Cawan porselen yang

(48)

untuk mendapatkan ekstrak etanol kulit P. americana dengan bobot

pengeringan ekstrak yang tetap, kemudian dilakukan perhitungan rata-rata

rendemen dari replikasi ekstrak etanol kulit P. americana kental yang telah

dibuat.

Rendemen ekstrak = berat cawan ekstrak kental – berat cawan kosong

Rata-rata rendemen =

6. Penetapan konsentrasi pekat ekstrak

Konsentrasi yang digunakan adalah konsentrasi pekat yang dapat dibuat

dimana pada konsentrasi tersebut ekstrak dapat dimasukkan serta dikeluarkan

dari spuit oral. Cara pembuatannya adalah dengan melarutkan ekstrak per

cawannya dengan pelarut yang sesuai, yaitu CMC Na 1% (Kurniawati,

Adrianto,Hendra., 2011). Sebanyak 3,5 gram ekstrak dalam labu ukur 50 mL

dengan pelarut yang sesuai yaitu CMC Na 1% sehingga konsentrasi ekstrak

dapat ditetapkan sebesar 7%b/v atau 0,07 g/mL atau 70 mg/mL.

7. Penetapan dosis ekstrak etanol kulit P. americana

Penetapan peringkat dosis mengacu pada penelitian Nopitasari (2013)

yaitu ditetapkan peringkat dosis melalui perhitungan dengan bobot tikus

paling besar yaitu 250 mg, konsentrasi ekstrak etanol kulit P. americana yang

dapat dimasukkan dan dikeluarkan melalui spuit oral yaitu 7% atau 70

mg/mL serta volume pemberian maksimal oral yaitu 5 mL. Maka dosis

(49)

BB x D = C x V

0,250 kg x D = 70mg/mL x 5 mL

D = 1400 mg/kg BB

Dosis tengah dan dosis rendah ditentukan dengan menurunkan dua

kelipatan dari dosis tertinggi sehingga diperoleh dosis 700 dan 350 mg/kg

BB. Dosis yang akan digunakan dalam penelitian adalah 350, 700, dan 1400

mg/kg BB.

8. Pembuatan CMC-Na 1%

Ditimbang sebanyak 1 gram CMC-Na, kemudian dilarutkan

menggunakan aquadest sebanyak 50 mL, didiamkan selama 24 jam hingga

CMC-Na mengembang, kemudian di add hingga 100 mL pada labu ukur.

9. Pembuatan larutan karbon tetraklorida dalam olive oil

Perbandingan karbon tetraklorida dengan olive oil 1:1, sehingga

keduanya diambil dengan seksama dan dicampur hingga homogeny dalam

gelas bekker.

10. Uji pendahuluan

a. Penetapan dosis hepatotoksin (karbon tetraklorida). Berdasarkan penelitian

Murugesan dkk. (2009) dosis tunggal injeksi sebesar 2 mL/kgBB karbon

tetraklorida dengan perbandingan karbon tetraklorida dengan olive oil 1:1.

Dosis ini menyebabkan kenaikan ALT dan AST pada tikus jantan galur

Wistar tetapi tidak menyebabkan kematian.

b. Penetapan waktu pencuplikan darah. Penetapan waktu pencuplikan darah

(50)

pada jam ke 0, 24, 48 setelah pemejanan karbon tetraklorida. Setiap

kelompok perlakuan terdiri dari 5 hewan uji yang pengambilan darahnya

dilakukan melalui pembuluh sinus orbitalis mata. Kemudian nilai aktivitas

ALT diukur.

11. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji

Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak 30 ekor tikus jantan galur Wistar

yang dibagi secara acak dalam 6 kelompok sama banyak. Kelompok I

(kelompok kontrol hepatotoksin) diberi karbon tetraklorida dengan pelarut

olive oil dengan dosis 2g/kgBB secara inraperitonial. Kelompok II (kelompok

kontrol negatif) diberi olive oil secara intraperitonial. Kelompok III

(kelompok kontrol ekstrak etanol) diberi ekstrak etanol kulit P. americana

dengan dosis 1,4 g/kg BB selama 6 hari berturut-turut. Setelah 24 jam,

kelompok I-III diambil darahnya melalui vena orbitalis kemudian diukur

aktivitas ALT-AST. Kelompok IV, V, VI (kelompok perlakuan) diberi

ekstrak etanol kulit P. americana dengan seri dosis 0,35 ; 0,7 dan 1,4 g/kg BB

secara peroral sekali sehari selama enam hari berturut-turut. Pada hari ke

tujuh kelompok IV-VI dipejankan karbon tetraklorida dengan dosis 2 g/kgBB

secara per oral. Pada jam ke 24 setelah pemberian karbon tetraklorida,

diambil darahnya melalui vena orbitalis dan diukur aktivitas ALT-AST.

F. Tata Cara Analisis Hasil

Data aktivitas ALT dan AST diuji dengan Kolmogorov-Smirnov untuk

(51)

data yang normal maka analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way

ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan

masing-masing kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat

perbedaan masing-masing antar kelompok bermakna (signifikan) (p<0,05) atau

tidak bermakna (tidak signifikan) (p>0,05). Namun bila didapatkan distribusi

tidak normal, maka dilakukan analisis dengan uji Kruskal Wallis untuk

mengetahui perbedaan aktivitas ALT dan AST antar kelompok. Setelah itu

dilanjutkkan dengan uji Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan tiap

kelompok.

Perhitungan persen efek hepatoprotektif terhadap hepatotoksin karbon

tetraklorida diperoleh dengan rumus:

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan dengan tujuan untuk menjamin

kebenaran buah dari tanaman yang digunakan dalam penelitian mengenai efek

hepatoprotektif ekstrak kulit P. americana. Determinasi dilakukan dengan cara

mencocokkan kesamaan buah alpukat dengan acuan yang digunakan.

Bagian-bagian tanaman yang digunakan pada determinasi tidak hanya kulit saja

melainkan buah alpukat. Buah P. americana yang digunakan dalam penelitian

memiliki ciri-ciri bentuk seperti buah pir, warna kulit hijau agak kegelapan, dan

memiliki permukaan kulit yang tebal dan halus. Hasil determinasi dengan

menggunakan acuan (Agrilink, 2001) membuktikan bahwa benar yang digunakan

dalam penelitian adalah buah dari tanaman P. americana dengan jenis endranol.

B. Hasil Kadar Air Serbuk Kulit P. americana

Tujuan dari penetapan kadar air untuk mengetahui kandungan air dalam

serbuk kulit P. americana, sehingga dapat diketahui apakah serbuk memenuhi

salah satu persyaratan serbuk yang baik atau tidak, yaitu memiliki kadar air

kurang dari 10% (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).

Penetapan kadar air ini dilakukan dengan menggunakan metode

gravimetri dengan alat moisture balance. Berdasarkan hasil yang didapat, kadar

(53)

7,1%. Hal ini menyatakan bahwa kadar air serbuk kulit P. americana sudah

memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

C. Standarisasi Ekstrak Etanol Kulit P. americana

Dalam penelitian ini, pembuatan ekstrak etanol kulit P. americana

menggunakan metode maserasi. Pemilihan metode maserasi dikarenakan metode

ini dinilai cukup sederhana dalam prosesnya dan cocok digunakan untuk menyari

simplisia yang komponen zat aktifnya mudah larut dalam cairan penyari. Cairan

penyari yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol.

Kulit alpukat diserbukkan terlebih dahulu dan diayak dengan ayakan no

mesh 40 sebelum proses maserasi dimulai. Pada standarisasi ekstrak etanol kulit

P. americana yang menjadi parameter adalah dilihat dari bobot tetap dengan susut

pengeringan 0% yang bertujuan untuk menghitung sisa zat setelah dilakukan

pengeringan pada suhu 80oC. Ekstrak yang berada dalam cawan ditimbang tiap

satu jam sekali selama kurang lebih 10 jam atau hingga mencapai bobot tetap.

Hasil yang diperoleh menunjukkan sebanyak 400 gram serbuk kering kulit P.

americana menghasilkan 10 cawan ekstrak kental. Rata-rata rendemen dari

masing-masing cawan adalah 4,48 gram ekstrak kental. Pada pembuatan 400 gram

serbuk kering kulit P. americana menghasilkan 44,8 gram ekstrak kental, dengan

(54)

D. Uji Pendahuluan

1. Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida

Senyawa yang digunakan sebagai hepatotoksin pada penelitian ini adalah

karbon tetraklorida. Tujuan dari penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida

adalah untuk menentukan dosis karbon tetraklorida yang dapat mengakibatkan

kerusakan hati yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas ALT dan AST

pada tikus jantan galur Wistar.

Pemejanan karbon tetraklorida dapat menyebabkan steatosis

(perlemakan) pada hati yang ditandai dengan peningkatan aktivitas ALT dan AST

sebanyak tiga atau empat kali dari normal (Pachos dan Paletas, 2009). Dosis

hepatotoksin yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang

dilakukan oleh Janakat dan Merie (2002), yaitu 2mL/kgBB dalam olive oil dengan

perbandingan 1:1 secara intraperitonial. Pemberian secara intraperitonial

bertujuan agar hepatotoksin karbon tetraklorida dapat bereaksi lebih cepat

dibandingkan dengan pemberian oral.

2. Penentuan waktu pencuplikan darah tikus jantan galur Wistar

Penentuan waktu pencuplikan darah dilakukan untuk mengetahui waktu

dimana karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB mampu memberikan efek

hepatotoksik maksimal yang ditandai dengan peningkatan ALT dan AST tertinggi

pada waktu tertentu. Senyawa hepatotoksin dosis 2mL/kgBB diberikan pada tikus

(55)

ke 0, 24, dan 48 jam. Hasil uji berupa aktivitas ALT yang tertera pada Tabel III

dan Gambar 4.

Tabel III. Rata-rata aktivitas ALT tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB pada rentang waktu 0, 24, 48 jam

Selang Waktu (jam) Rata-rata aktivitas serum ALT ± SE (U/L) 0 72,3 ± 5,8

24 217,3 ± 2,7 48 90,3 ± 3,7 Keterangan: SE=Standar Error

(56)

Berdasarkan aktivitas serum ALT yang telah dianalisis dengan

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan pada jam ke 0, 48 dengan

nilai signifikansi 0,067 (>0,05). Hal itu menyatakan bahwa aktivitas serum ALT

pada jam ke 48 sudah kembali normal karena mekanisme fisiologi hati yang dapat

menggantikan sel-sel hati yang rusak. Aktivitas serum ALT pada jam ke 24 (217,3

± 2,7) mengalami peningkatan sebesar 3 kali dibandingkan dengan jam ke 0. Pada

hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan

dan berbeda bermakna dibandingkan dengan jam ke 0 dan 48 dengan nilai

signifikansi 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian karbon

tetraklorida pada jam ke 24 terbukti menyebabkan kerusakan hati paling

maksimal. Hasil analisis dari uji statistik aktivitas ALT pada waktu pencuplikan 0,

24, 48 jam dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Perbedaan peningkatan aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB pada rentang waktu 0, 24, dan 48 jam

Jam 0 Jam 24 Jam 48

Jam 0 BB BTB

Jam 24 BB BB

Jam48 BTB BB

Keterangan : BB=Berbeda Bermakna; BTB= Berbeda Tidak Bermakna

Berdasarkan data tersebut (Tabel IV), terlihat bahwa efek hepatotoksik

yang dimiliki karbon tetraklorida dengan dosis 2mL/kgBB menunjukkan efek

maksimal pada jam ke 24. Hasil orientasi ini selanjutnya digunakan peneliti

sebagai acuan dalam penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji setelah

(57)

E. Efek Hepatoprotektif Jangka Panjang Ekstrak Etanol Kulit P. americana terhadap Tikus Jantan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efek

hepatoprotektif jangka panjang ekstrak etanol kulit P. americana pada tikus jantan

galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Pada penelitian ini terdapat kelompok

perlakuan yang diberikan ekstrak etanol P. americana dengan 3 peringkat dosis

yaitu dosis 0,35; 0,70; dan 1,40 g/kgBB secara per oral selama enam hatri

berturut-turut pada jam yang sama. Pada hari ke tujuh tikus dipejankan dengan

karbon tetraklorida 2 g/kgBB secara intraperitonial dan diambil darahnya setelah

24 jam pemberian karbon tetraklorida untuk dilakukan pengukuran aktivitas

serum ALT dan AST. Hasil data ALT dan AST pada tiap kontrol dan perlakuan

tertera dalam bentuk rata-rata ± SE dalam Tabel V dan Gambar 5.

Tabel V. Pengaruh perlakuan ekstrak etanol kulit P. americana dilihat dari rata-rata ± SE aktivitas serum ALT dan AST

Kelompok

tetraklorida 2mL/kgBB 246,8 ± 10,2 762,2 ± 43,1 Kontrol negatif olive oil

2mL/kgBB 81,6 ± 3,0 127,8 ± 7,3 Kontrol ekstrak etanol kulit

P. americana 1,4 g/kgBB 168,9 ± 12,0 132,6 ± 5,5 EPA 0,35 g/kgBB + karbon

tetraklorida 2mL/kgBB 119,1 ± 10,5 256,1 ± 66,8 EPA 0,7 g/kgBB + karbon

tetraklorida 2mL/kgBB 78,4 ± 6,0 163,3 ± 39,0 EPA 1,4 g/kgBB + karbon

(58)

Gambar 5. Diagram batang aktivitas serum ALT tikus jantan galur Wistar pada perlakuan jangka panjang ekstrak etanol kulit P. americana

Hasil analisis statistik data serum ALT dan AST keduanya menunjukkan

bahwa distribusi normal sehingga bisa dilanjutkan dengan analisis variansi saru

arah (ANOVA). Analisis menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (< 0,005)

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna diantara kelompok. Perbedaan

tiap kelompok dilihat dengan menggunakan uji Scheffe, sehingga hasil analisis uji

(59)

Tabel VI. Hasil analisis statistik uji Post Hoc Mann Whitney dari kebermaknaan aktivitas serum ALT antar kelompok

(60)

Tabel VII. Hasil analisis statistik uji Post Hoc Mann Whitney dari kebermaknaan aktivitas serum AST antar kelompok

(61)

Gambar 6. Diagram batang aktivitas serum AST tikus jantan galur Wistar pada perlakuan jangka panjang ekstrak etanol kulit P. americana

1. Kontrol negatif olive oil 2 mL/kgBB

Penggunaan kontrol negatif (Kelompok II) bertujuan untuk melihat

apakah pelarut dari hepatotoksin karbon tetraklorida dapat mempengaruhi

peningkatan aktivitas serum ALT dan AST dan memastikan tidak berpotensi

untuk menimbulkan efek toksik. Kontrol negatif yang digunakan adalah olive oil

dosis 2 mL/kgBB dengan pemberian secara intraperitonial.

Penelitian Febrianti (2013) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

tidak bermakna antara aktivitas serum ALT dan AST setelah diberikan olive oil

2ml/kgBB pada jam ke 0 dan 24. Hal ini menunjukkan bahwa olive oil sebagai

Gambar

Gambar 1 Struktur molekul karbon tetraklorida ............................................
Gambar 1. Struktur molekul karbon tetraklorida (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995)
Gambar 2. Mekanisme biotransformasi dan oksidasi dari karbon
Gambar 3. Tanaman P. americana Mill. (Proseanet, 2012)
+7

Referensi

Dokumen terkait

bal$a semburc Rrbar sangar berpore.si sebasai rumbuhar invdjt lnrna hampn scntra cin cni nmbL$6 invasil dinrilikinya, didblnya biji sedbu.g.. rmbll dlpal berkccmbji

sebagai pedoman kerja yang telah dimiliki yang meliputi: suasana kerja kondusif, perangkat kerja sesuai dengan tugas masing-masing sumber daya manusia telah tersedia,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan indikator asam basa dari kulit buah kesumba ( Bixa orellana L.), mengetahui perubahan warna yang ditimbulkan oleh

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara 4437) sebagaimana telah

nkumn kon.jstensi penycl€nggara nega.a terh.dap prinsip kedaulabn Bkyat dalam UUD 1945. Paso perubahan UoD 1945, sisten pemilihan udun anggota legislatif setalu

TtrRTUMBUTLA.N DAN PRODUKSI RUM}M BXNGGAL{. (P@1

6 dan histamine yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus-antibodi

Maka, perlu disiapkan sumber daya yang berkualitas dan unggul untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat untuk produktivitas yang lebih baik dan tanggung jawab sosial yang tinggi..