10 BAB IV
P E N U T U P
1.1 Kesimpulan
1. Secara hukum (yaitu menurut Pasal 24
Undang-Undang Dasar tahun 1945 dan Undang-Undang-Undang-Undang
Nomor 48 tahun 2009 Pasal 25 ayat (2) hakekat
dari Kekuasaan Yudisial pada Hakim adalah
menyelenggarakan ajudikasi , yaitu : memeriksa,
mengadili dan memutus perkara berdasarkan
hukum, dan penyelenggaraan peradilan perdata
pada hakekatnya adalah berada diranah ajudikasi
sehingga fungsi hakim adalah sebagai ajudikator.
2. Bahwa Perma Nomor 1 tahun 2008 pada
hakekatnya “menambah” fungsi badan Yudisial
sebagai penyelenggara ajudikasi menjadi
penyelenggara mediasi, dengan demikian Perma
11 mengenai Kekuasaan Yudisial yaitu Pasal 24 UUD
1945 dan Pasal 25 UU No.48 tahun 2004.
1.2 Saran
1. Pembaharuan badan peradilan merupakan
sebuah kemestian dan harus dilakukan secara
terus menerus sampai terwujudnya kembali
peradilan yang dipercaya, berwibawa, terhormat
dan dihormati, Konsisten dengan temuan
penelitian ini penulis mengarahkan agar Perma
No.1 tahun 2008 dicabut oleh mahkamah
Agung.
2. Mediasi seyogyanya ditangani oleh institusi non
yudisial , karena ketika pencari keadilan
diwajibkan untuk menempuh mediasi maka hal
ini mencederai pihak-pihak yang hanya ingin
menempuh upaya hukum yudisial (yaitu
memperoleh putusan pengadilan atas