• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QURAN (KAJIAN TAFSIR SURAT AN-NAHL AYAT 90-97) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QURAN (KAJIAN TAFSIR SURAT AN-NAHL AYAT 90-97) SKRIPSI"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QURAN (KAJIAN TAFSIR SURAT AN-NAHL AYAT 90-97)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Oleh:

SARAIJI LINA ERFINA

2117087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

TP 2021 M / 1443 H

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Quran (Kajian Tafsir Surat An- Nahl Ayat 90-97”. Disusun oleh Sariaji Lina Erfina, Nim. 2117087, telah memenuhi persyaratan Ilmiah dan disetujui untuk diajurkan Sidang Munagasah pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Ombilin, 30 Oktober 202

Pembimbing

Jasmienti, M.Pd

Nip. 1975040120090122001

(3)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang telah Engkau berikan akhirnya skrispsi yang sederhana ini dapat terselesaikan, Shalawat beriiringi salam selalu terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad yang telah membawa kita dari alam kebodahab menuju alam yang berilmu pengetahuan yang kita rasakan sampai saat ini.

SKRIPSI KU PERSEMBAHKAN KEPADA:

1. Ayah dan Ibu tercinta Erman dan Fatwati yang telah membesarkanku, yang telah memberikanku kasih sayangnya, dan memberi motivasi hingga terselesainya skrisip ini.

2. Saudara dan Saudari yang telah memberikan motivasi dan menyemangatiku.

3. Sahabat tercintaku yang sama-sama berjuang walaupun beda jurusan yaitu Febria Monica, Messy, Nurlaila, Nurhasnah, Zuliani, Nora yang te;ah memberikan sarannya hingga terselesainya skripsi ini.

4. Dosen pembimbingku Ibu Dr. Jasmienti, M.Pd yang memberi nasehat dan arahan serta motivasi terselesainya skripsi ini.

(4)

5. Dosen penasehat akademikku Dr. Deswalantri, SS.M.PD yang memberi nasehat dan arahan serta motivasi sertselesainya srkipsi ini.

6. Rekan-rekan kos Febria Monica, Nora, Messy, Putri, Mona, Yuri yang telah sama- sama berjuang mulai dari menyusun skripsi sampai terselesaikan.

7. Teman-teman jurusan PAI lokal C BP. 17 IAIN Bukitinggi.

8. Teman-teman satu bimbingan dan teman-teman yang telah menemaniku pergi bimbingan saya ucapkan ribuan terimakasih.

9. Teman dekatku sejak awal perkuliahan sampai detik ini Febria Monica, Siti Amina, Messy telah memahamiku dan menermaku segala kekurangan serta sikapku serta telah memberi arahan dan motivasi.

(5)

ABTRAK

Skripsi ini berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Quran (Kajian Tafsir Surat An-Nahl ayat 90-97). Skripsi ini ditulis oleh Sariaji Lina Erfina, Nim 2117087 Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan institute Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi 1442 H/ 2021 M. Adapun maksud dari judul skripsi ini adalah apa saja nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam surat an-Nahl ayat 90-97 dan apa tujuan dari dari ayat tersebut.

Al-Quran diturunkan sebagai pedoman hidup bagi manusia, didalamnya terdapat hokum-hukum atau pesan-pesan yang bias kita jadikan patokan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik berhubungan dengan Allah SWT, hubungan antar manusia dengan manusia lainnya, dan hubungan manusia dengan alam semesta.

Dalam Al-Quran banyak membahas tentang niilai pendidikan akhlak, seperti perintah berbuat adil, menempati janji dan sabar dalam surat an-Nahl ayat 90-97. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jeni library research (penelitian kepustakaan) dengan teknik analisi deskriptif kualitatif, dengan cara mengumpulkan data atau bahan-bahan yan berkaitan dengan tema pembahasan dan permaslahannya, yang di ambil dari sumber-sumber kepustakaan, kemudian dianalisis dengan metode tahlii, yaitu metode tafsir yang menjelaskan kandungan ayat al-Quran dari seluruh aspeknya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan akhlak dalm al-Quran surat an-Nahl ayat 90-97 kajian tafsir Al-Azhar dan Al-Munir meliputi a) perintah menempati janji, b) perintah adil terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, kerabat, dan hokum, c) larangan berbuat kemungkaran, d) sabar.

(6)

Kata kunci: Nilai Pendidikan Akhlak, Surat an-Nhal yat 90-97, Kajian Tafsir al-Azhar dan al- munir

(7)

KATA PENGANTAR

Alhandulillahiirabbill’alamin. Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita Rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yamg berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Quran (Kajian Tafsir Surat An-Nahl ayat 90-97)”. Juga tidak lupa penulis ucapkan shalawat beriingi salam kepada Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga dan sahabat serta para pengikut beliau yang setia hingga akhir zaman. Sebagai ungkapan rasa syukur dan terimkasih penulis atas terwujudnya peneyelesaiian skrispsi ini, Sebagai suatu keharusan dan syarat bagi program stara satu (SI) IAIN Bukittinggi dalam menyelesaikan studi untuk mencapai Gelar Sarjana Pendidikan nantinya.

Dalam penulis skripsi ini, menghadapi berbagai macam halangan dan rintangan, namun penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan bimbingan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sudah sepatutnya bagi penulis sampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terimakasih yang sebesarnya kepada:

1. Orang tua penulis, yaitu Bapak Erman dan Ibunda Fatmawati yang telah merawat, mendidik penulis dengan tulus dan ikhlas, dan mencukupi kebutuhan moril dan materil serta membimbing, memotivasi dan mendoakan penulis dalam menempuh langkah di dunia yang sementara ini.

2. Bapak Dr. Arifmiboy, M.Pd selaku Ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam Institute Agama Islam Negeri Bukitinggi.

(8)

3. Ibu Dr. Jasmienti, M.Pd selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam rangka penulisan skripsi ini.

4. Ibu DR. Deswalantri, SS. M.PD selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

5. Seluruh Staf, DOsen, Karyawan/wati, Staf Program Studi (prodi) Pendidikan Agama Islam Institute Agama Islam Negeri Bukittinggi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis.

6. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan yang tidak bias disebutkan namanya satu persatu.

Akhir penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan pahala dan rahmat Allah SWT. Dan semoga apa yang yelah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pohak. Ami Ya Rabbal‟

Amin.

Ombilin, 30 Oktober 2021

Sariaji Lina Erfina

(9)

DAFTAR ISI

COVER

PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

KATA PENGATAR

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………..…....1

B. Batasan Masalah……….………….4

C. Rumusan Masalah……….……..…...4

D. Tujuan Penelitian………....4

E. Manfaat Penelitian………..…...5

F. Penjelasan Judul………..……..5

G. Sistematika Penulisan………..………..7

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nilai………..9

B. PengertianPendidikan ………...11

(10)

C. Akhlak

1. Pengertian Akhlak……….16

2. Sumber-Sumber Pendidikan Akhlak………..……19

3. Tujuan Akhlak………..………..……22

4. Kedudukan Akhlak Dalam ISLAM……...………..………..24

5. Pembagian dan Macam-Macam Akhlak……….24

D. Hasil Penelitian yang Relevan………30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian………..……32

B. Sumber Data………..……34

C. Pengumpulan Data………..….….……34

D. Teknik Analisis Data………..…….…..36

BAB 1V HASIL PENELITIAN Kajian Tafsir Surat an-Nahl ayat 90-97 A. Teks Ayat dan Terjemahannya………39

B. Isi Kandungan Ayat………..………..41

C. Munasabatul Ayat……….…………42

(11)

D. Asbabunuzul (Latar Belakang Turunnya Ayat)……….………..43

E. Penafsiran Ayat……….……44

F. Analisis Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat An-Nahl Ayat 90-97.…….43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………..64

B. Saran……….65

DAFTAR PUSTAKA

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, karena diamanapun dan kapan pun di dunia terdapat pendidikan. Pendidikan pada hakitatnya merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk membudidayakan atau memuliakan kemanusiaan.

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dnegan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah unsur-unsur yang esensial di Indonesia yang merupakan tanggung jawab keluarga, sekolah dan pemerintah. Melalui lembaga pendidikan inilah nilai budaya bangsa, dipelihara, dibina dan dikembangkan untuk harkat dan martabat bangsa Indonesia itu sendiri.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

(13)

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Selanjutnya dalam Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa: “Sistem Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Sungguh ideal sekali tujuan pendidikan nasional yang dicita- citakan oleh bangsa kita ini, namun fenomena yang terjadi seperti kasus yang disebutkan di atas menandakan bahwa tujuan pendidikan yang seharusnya menghasilkan peserta didik yang berbudi pekerti baik belum dapat diwujudkan secara baik. 1

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa pendidikan hakikatnya membentuk karakter manusia yang berkualitas baik dari segi intelektualnya maupun dari segi spiritualnya. Artinya disamping seseorang diharapkan memiliki tubuh yang sehat, kecerdasan intelektual yang tinggi, juga memiliki budi perkerti yang luhur dalam hatinya yang tercemin dalam tingkah lakunya sehari-hari.

Sedangkan pendidikan alkhlak sebagaiama dirumuskan oleh Ibnu Miskawaih merupakan terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontas lahirnya perbuatan-perbuatan yang bernilai baik dari seseorang. Dalam pendidikan akhlak ini,

1 Safril, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), hal. 30-31

(14)

kriteria benar dan salah untuk menilai perbuatan yang muncul merujuk pada al-Quran dan Sunnah sebagaia sumber tertinggi ajaran Islam.2

Di dalam al-Quran terdapat perilaku (akhlak) terpuji yang hendaknya diaplikasikan oleh umat manusia dalam kehidupan seharhari, karena akhlak mulia merupakan barometer terhadap kebahagiaan, keamanan, ketertiban dalam kehidupan manusia, dan dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan tiang berdirinya umat, sebagaimana shalat sebagai tiang agama islam.

Pada saat ini di Indonesia khususnya penanaman akhlak semenjak dini begitu penting, mengingat banyaknya anak-anak muda muda bangsa ini melakukan pelanggaran-pelanggaran dari batas kewajarannya. Walaupun pemerintah menerapkan system kurikulum 2013, yaitu tentang pengembangan pendidikan karakter masih cenderung mengarah ke arah kemampuan kognitif disbanding kearah pengembangan karakter.

Berkenaan dengan itu maka upaya menegakkan akhlak mulia bangsa merupakan suatu keharusan mutlak. Sebab akhlak mulia pribadi dan masyarakat akan menjadi pilar yang utama untuk tumbuh dan berkembangnya akhlak suatu bangsa.

Mempelajari ayat Al-Quran sangat penting untuk dijadikan sebagai pedoman bagi kita semua termasuk dalam hal pembinaan akhlak yang mulia. Karena pada dasarnya manusia merupakan homo educandum atau manusia yang dapat di didik dan mempunyai akal pikiran, sehingga manusia dapat melaksankan akhlak mahmudah (apa yang diperintahkan) dan menjauhi akhlak mazmumah (apa yang dilarang) oleh Allah

2 Abdul Majid Dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Isla, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 10.

(15)

SWT. Mengaplikasikan nikai-nilai luhur agama mutlak diperlukan dalam setiap sendi kehidupan, sehingga dapat berguna sesame manusia dalam upaya mencapai ridha Allah.

Banyak sekali ayat dalam al-Quran yang membahas tentang akhlak, salah satu contohnya akhlak yang terdapat dalam surat an-Nahl ayat 90-97 yang akan menjadi bahan skripsi oleh penulis. Dalam surat an-Nahl ayat 90-97 berisi larangan dam peintah Allah yakni membatalkan janji, larangan berbuat kemungkaran atau perbuatan keji dan adapun perintah Allah yang terdapat dalam surat an-Nahl ayat 90-97 adalah sabar dan berbuat kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan disisi Allah tidak ada bedanya.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surat an-Nahl ayat 90-07. Olehn karena itu penulis akan membahasnya dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam al- Quran (Kajian Tafsir Surat an-Nahl ayat 90-97)”.

B. Batasan Masalah

Untuk menghindari keliruan dan agar lebih terarah dalam penelitian ini, maka penulis memfokuskan penilitian ini antara lain :

1. Nilai-nilai Pendidikan yang terdapat dalam surat an-Nahl ayat 90-97 2. Tujuan pendidikan alkhlak dalam surat an-Nahl ayat 90-97

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah adalah:

1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat an-Nahl ayat 90-97?

2. Bagaimana tujuan pendidikan akhlak dalam QS. an-Nahl ayat 90-97?

(16)

D. Tujuan Penelitian

Adapun dari tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam QS. an-Nahl ayat 90-97

2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan akhlak dalam QS. an-Nahl ayat 90-97

E. Manfaat Penelitian

1. Maafaat Teoritis, Memberikan sumbangsih berupa pemikiran dan pemahaman akhlak terkhususnya tentang sabar.

2. Manfaat Praktis

a. Penulis, dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam hal penelitian, serta sebagai bahan refleksi bagi penulis dan pembaca dalam mewujudkan tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia yang berbudi perekerti luhur dan berakhlak mulia.

b. Bagi para pendidik, dapat menambah wawasan, cakrawala pemikiran pendidikan islam serta motivasi bagi orang tua sebagai pendidik utama dalam upaya menanamkan dan menumbuh kembangkan budi perkerti yang luhur serta akhlak mulia.

c. Bagi lembaga pendidikan, memberikan bahan referensi dan sebagai masukan serta tolak ukur dan kontribusi keilmuan sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan di lingkungan manapun.

(17)

F. Penjelasan Judul

Untuk lebih memudahkan serta menghindari interprestasi yang berbeda dalam memahami judul penelitian ini mka penulis akan menjelaskan beberapa kosakata penting darin judul diatas:

Nilai-nilai : Suatu kumpulan, definisi, proposisi dan variable yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dari telah di generalisasi sehingga dapat menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu.3 Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep adalah sesuatu yang memiliki komponen, unsur, ciri-ciri yang dapat diberi nama

Pendidikan Akhlak : Usaha sadar penanaman atau internalisasi nilai-nilai akhlak/moral dalam sikap dan perilaku manusia peserta didik agar memiliki sikap dan perilaku yang luhur (akhlakul karimah) dalam keseharian baik dalam berinteraksi dengan Tuhan, dengan sesame manusia dan dengan alam lingkungan.4

Dapat disimpilkan bahwa pendidikan budi perkerti adalah usaha sadar penanaman terhadap nilai-nilai moral kedalam sikap dan perilaku peserta didik melalui bimbingan dan pengajaran agar memiliki akhlakul

3 Umar dan Husein, Metode Riset Ilmu Administrasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004) 4 Jurnal Kependidikan, Vol. II No. 1 Mei 2014. Hal 137

(18)

karimah dalam kehidupan sehari-hari, baik itu interaksinya dengan Allah, interaksi sesama manusia maupun dengan alam/lingkungan.

Tafsir Al-Quran

: Ilmu pengetahuan untuk memahami dan menafsirkan yang bersangkutan dengan Al-Quran dan isinya berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penejelasan), menjealaskan tentang arti dan kandungan Al-Quran, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak di pahami dan samar artinya.

G. Sistematika Penulisan

Dalam memaparkan isi yang terkandung dalam penelitian ini penulis menjabarkan sistematika penulisan secara global dalam hal ini penulis mensistematis lima bab, dimana setiap bab terdiri dari sub-bub bab, pembahasan sebagai berikut:

BAB I : Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, penjelasan judukl, mamfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II : Dalam bab ini menguraikan tentang hal yang berkaitan dengan terori yang ada

(19)

hubungannya dengan permasalahan yang di bahas yaitu terdiri dari: pengertian nilai, pengertian pendidikan, pengertian akhlak, tujuan akhlak, kedudukan akhlak dalam islam, pembagian dan macam-macam akhlak.

BAB III : Dalam bab ini menjelaskan tentang

metodologi penelitian, jenis penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data.

BAB IV : Dalam bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang terdiri dari asbabunuzul, tafisir surat an-nahl ayat 90-97 menurut para ahli, analisis nilai pendidikan akhlak dalam surat an-nahl ayat 90-97.

BAB V : Bab ini berisi tentang kesimpulan yang penulis ambil dari hasil penelitian dan saran

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pengertian Nilai

Kata nilai sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang baik, yang berharga, bermartabat, dan berkonotasi positif.5 Nilai atau pegangan dasar dalam kehidupan adalah sebuah konsep abstrak yang menjadi acuan atau pedoman utama mengenal masalah mendasar atau umum yang sangat penting dan ditinggikan dalam kehidupan suatu masyarakat, bangsa bahkan kemanusiaan.6

Secara kebahaasaan kata nilai memiliki tataran arti sebagai berikut:

1. Harga, dipandang dari segi ekonomi.

2. Derajat, dipandang berdasarkan pembuatan dan pengabdian.

3. Harga, kapasitasnya dipandang sebagai perbandingan mata uang.

4. Angka, di pandang dari ukuran potensi yang diperoleh.

5. Kualitas dan mutu, dipandang dari muatan atau subtansi yang dikandungnya.

Sesuatu itu mengandung nialai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Nilai adalah harga atau kualitas sesuatu, maksudnya susuatu dianggap

5 Sujarwa, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar: Manusia dan Fenomena Sosial Budaya, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010),h.229

6 Esti Ismawati, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Yogyakarta: Ombak, 2012)h, 70.

(21)

memiliki nialai apabila sesuatu tersebut secara intrisik memang berharga. Salah satu yang sering digunakan untuk menjelaskan apa itu nilai adalah memperbandingkan dengan fakta.7

Nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga, memikiki kualitas, baik itu kualitas tinggi atau kualitas rendah. Dari uraian-uraian diatas, maka Notonegoro sebagaima dikutip oleh Kaelan menyebutkan adanya tiga macam nilai, yaitu sebagai berikut:

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia.

2. Nilai vital. Yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.

3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna untuk rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi sebagai berikut:

a. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta manusia).

b. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan (emotion) manusia.

c. Nilai kebaikan atau nilai yang bersumber pada unsur kehendak manusia.

d. Nilai religious yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilia religious ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.8

7 Moh. Tariquddin, Sekularitas Tasawuf : Membunmikan Tasawuf dalam Dunia Modern, (Yogyakarta:

UIN-Malang Press, 2008)h.4

8Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2008)h. 89.

(22)

Sesuai dengan penjelasan diatas maka penulis memahami bahwa niaai ialah sesuatu yang berharga bagi manusia, memiliki kualitas baik itu kualitas tinggi maupun kualitas rendah.

B. Pengertian Pendidikan

Dalam Islam, kata pendidikan dapat bermakna tarbiyah, berasal dari kata rabba.

Disamping kata rabba terdapat pula kata ta‟dib, berasal dari kata addaba. Selain itu, ada juga kata talim, berasal dari kata kerja allama. Ketiga istilah tersebut akan dibahas secara satu persatu sebagai berikut :

a. Tarbiyah

Kata Tarbiyah merupakan bentuk mashdar dari rabba yurabbiy tarbiyatan.

Dalalm al-quran dijelaskan :

ا ًسيِغَص يَِبَيَّب َز بًََك بًَُهًَْح ْزا ِّة َّز مُق َو ِةًَْح َّسنا ٍَِي ِّلُّرنا َحبََُج بًَُهَن ْضِفْخا َو

Artinya : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih saying dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasinilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil”. (QS. Al-Isra :24)

Dalam terjemahan ayat diatas dapat ditarik kesimpulan al-Tarbiyah adalah proses pengasuhan pada fase tahap awal pertumbuhan manusia dimana yang menjadi madrasah pertama anak adalah orangtua, karena anak

(23)

sejak dilahirkan belum tahu apa-apa, tetapi dia sudah dibekali oleh Allah swt berupa potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Menurut Bukhari Umar bahwa makna kata tarbiyah meliputi 4 yaitu :

1) Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh;

2) Mengembangkan potennsi anak dan mempersiapkannya;

3) Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi anak menuju kearah kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya;

4) Proses pendidikan yang dilakukan secara bertahap

Dapat disimpulkan disini bahwa orangtua merupakan madrasah pertama dalam memberikan pendidikan pada anak, pada proses ini orangtua memperhatikan perkembangan dan memberikan pemahamannya kepada anak.

b. Ta‟dib

Muhammad Nadi al-Badri, sebagaimana dikutip oleh Ramayulis, mengemukakan bahwa pada zaman klasik, orang hanya mengenal kata ta‟dib untuk menunjukkan kata pendidikan. Pengertian seperti ini terus terpakai sejak masa kejayaan islam, sehingga semua ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh akal manusia waktu itu disebut adab, baik yang dihasilkan berhubungan dengan islam maupun yang tidak berhubungan dengan islam.

Ta‟di adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing

(24)

kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.

c. Ta‟lim

Kata allama mengandung makna pengertian memberi atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan membina kepribadian Nabi Adam as melalui nama benda- benda yang diajarkan oleh Allah dalam firmannya :

ْىُتُُك ٌِإ ءلاُؤـَه ءبًَْسَأِب يَِىُئِبََأ َلبَقَف ِةَكِئَلاًَْنا ًَهَع ْىُهَض َسَع َّىُث بَهَّهُك ءبًَْسَلأا َوَدآ َىَّهَع َو ٍَيِقِدبَص

Artinya :“Dan Dia mengajarkan kepada Nabi Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudia dikemukan kepada malaikat. Maka Allah berfirman “Sebutkanlah nama-nama benda itu semua, jika kamu benar”. (QS. Al-Baqarah: 31)

Pengertian ta‟lim menurut para ahli diantaranya yaitu ;

a. Abdul Fatah Jalal mengemukakan bahwa ta’lim adalah proses pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggungjawab dan menanaman amanah, sehingga terjadi penyucian (takziyah) atau pembersihan diri manusia dari segala kotoran yang menjadikan diri manusia itu berada dalam suatu kondisi yang memungkin untuk menerima al-hikmah serta mempelajari segala yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya.

(25)

b. Muhammad Rasyid Rida memberikan definisi ta’lim sebagia transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasa dan ketentuan tertentu.

c. Syaikh Muhammad al-Naquid al-Atas memberikan makna al-ta‟lim sebagai pengajaran tanpa pengenalan secara mendasar. Namun apabila al-ta‟lim di sinonimkan dengan al-tarbiyah, al-ta‟lim mempunyai makna tempat pengenalan segala sesuatu dalam sebuah system.9

Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani “pedagogic” yang akar katanya “pais” yang berarti anak dan “again” yang artinya diberikan kepada anak. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi “education”

yang berasal dari Yunani “educare” yang berarti membawa keluar yang tersimpan jiwa dalam jiwa anak, untuk tuntutan agar tumbuh dan berkembang.

Menurut Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional bab 1 dijelaskan bahwa pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk menwujudkan suasana belajar dan pembelajar agar peserta pendidik secara aktif mengembakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhalak mulia serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyrakat, bangsa dan Negara.

Istilah pendidikan yang dikemukan oleh para Ahli diantara adalah:

a. Langeveld, pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada pembimbingan anak untuk

9 Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam, (Medan: LPPPI, 2016),hal. 5-9

(26)

mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cakap melaksankan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

b. John Dewey mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesame manusia.

c. Ki Hajar Dewantara mengemukakan pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budiperkerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek dan tubuh anak); dalam taman siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu supaya kita memajukan kesempurnaan hidup dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.10

d. J,J Rosseau, pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetaapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

e. W.J.S Poerwardamita, pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku pada diri seseorang atau kelempok orang yang dilakukan dengan cara pengajara dan latihan agar seseorang atau sekelompok tersebut menjadi manusia yang dewasa.

f. Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan

10 Syafril, hal. 26-30

(27)

rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama dengan menggunakan alat dan metode tertentu.11

Dari berbagai definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan usaha sadar yang dilakukan untuk menumbuhkan kembangkan potensi yang pemberian ilmu dan bimbingan kepada peserta didik baik itu dirumah maupun di lembaga pendidikan agar terbentuk manusia yang berakhlak karimah serta nanti dapat berguna untuk dirinya, orangtua, masyarakat, bangsa dan Negara.

C. AKHLAK

1. Pengertian Akhlak

Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari kata khuluq, yang berarti adat kebiasan, perangai, tabiat, dan dan muru‟ah. Dengan demikian, secara etimologi akhlak dapat diartikan sebagai budi perkerti, watak, tabiat. Dalam bahasa Inggris, istilah ini sering diterjemahkan sebagai character.

Pengerian akhlak menurut para ulama sebagai berikut:

a. Iman Al-Ghazali (1055-1111 M)

Akhlak adalah hay‟at atau sifat yang tertanam dalam jiwa dari padanya lahir perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbagann dan pemikiran. Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma

11 Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Al-Ma’rif, 1980) cet. IV, hal. 19

(28)

agama, ia dinamakan akhlak yang baik, tetapi jika ia menimbulkan tindakan yang jahat maka ia dinamakan akhlak yang buruk.

b. Ibnu Maskawaih (941-1030 M)

Keaadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu, Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang.

c. Al-Qurthubi

Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya disebut akhlak, karena petnuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya.

d. Abu Bakar Jabar Al-Jazairi

Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja.12

Akhlak adalah sifat yang harus dimiliki setiap muslim ketika sedang melakukan aktivitas. Sifat tersebut berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan atau ditinggalkan oleh seseorang. Sifat tersebut ada yang hasan (terpuji) dan qabih (tercela) atau khayr (baik) dan syarr (buruk). Dalam hal ini, Islam telah mengatur sifat perbuatan tersebut dalam konteks hubungan manusia dengan dirinya. Artinya, bagaimana seseorang menperhatikan kesenpurnaan perbuatannya dengan menjadikan sifat terterntu sebagai sifat perbuatannya.

12 Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2016),h.1-6

(29)

Semua ini telah diatur oleh Islam dalam bentuk hokum syara‟ yang spesifik, dan tidak diserahkan kepada manusia itu sendiri untuk menentukannya. Sebab, jika diserahkan kepada manusia untuk menentukan sendiri sifat perbuatannya, pasti dia hanya akan melihat aspek yang “menguntungkan atau merugikan” bagi dirinya. Ini artinya, jika hal itu menguntungkan, ia dianggap baik, sebaliknya jika merugikan, ia dianggap buruk.13

Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah kondisi dalam diri yang melahirkan tindakan-tindakan tanpa perlu pikir panjang atau secara spontan, jika tindakan-tindakan tersebut melahirka yang baik menurut hokum syariah maka ia disebut sebagai akhlak yang baik, dan jika melahirkan tindakan yang buruk maka ia disebut akhlak buruk.

Ketika akhlak dipahami sebagai suatu keadaan yang melekat pada diri seseorang, maka suatu perbuatan baru bias diesbut akhlak akhlak jika memenuhi beberapa syarat berikut. Pertama, perbuatan tersebut dilakukan secara berulang- ulang. Artinya jika sesuatu perbuatan hanya dilakukan sekali, tidak dapat disebut akhkak. Kedua, perbuatan tersebut muncul dengan mudah, tanpa terpikirkan terlebih dahulu, sehingga ia benar-benar merupakan suatu kebiasaaan. Artinya, jika perbuatan tersebut timbul karena terpaksa, sebab beberapa pertimbangan atau motif yang lain, tidak bias disebut akhlak.

Dari definisi nilai, pendidikan dan akhlak di atas, maka dapat dikatakan bahwa pengertian nilai pendidikan akhlak ialah suatu hal yang menjadi ukuran

13 Hafidz Abdurrahman, Islam Politik dan Spirutural, (Bogor: Al-Azar Press, 2015), h. 241.

(30)

atas suatu tindakan yang dilakukan oleh pendidik untuk membentuk budi perkerti yang baik pada peserta didik dengan dasar al-Quran dan al-Hadits Rasulullah sehingga terbenuk manusia yang taat kepada Allah SWT.

Pendidikan akhlak merupakan prinsip dasar yang harus ditanamkan pada setiap jiwa manusia sejak manusia itu lahir sampai akhir hayatnya, karna akhlak adalah kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga darinsitu timbulah perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran. Oleh karena itu penenanaman akhlak dalam jiwa manusia harus dilakukan sejak kecil agar menjadi kebiasaan se[anjanh hidupnya.

2. Sumber-Sumber pendidikan Akhlak a. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhamad SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia. Sebagaimana firnan Allag SWT surat al-Baqarah ayat 185 di bawah ini:

ُ شَْٓش ٌَُبَضَي َس َُِ٘زَّنا َُل ِضَ أ ُِِّٛف ُ ٌآ ْش قْنا ًٖذ ْ ُ ِطبَُّهِ ن ُ ثبَُِ َٛب َٔ ٍَُِ ي َٖذ ْٓنا ٌُِبَق ْش فْنا َٔ ًٍََف َُذَِٓش ُ ى كُِي َُشَّْٓشنا

ُ ًّْ صَْٛهَف ٍَي َٔ ٌَُبَك بًضٚ ِشَي َُْٔأ َٗهَع ُ شَفَس ُ ةَّذِعَف ٍُِْ ي ُ وبََّٚأ َُشَخ أ ُ ذٚ ِش ٚ ُ الل ُ ى كِب َُشْس ْٛنا َُل َٔ ُ ذٚ ِش ٚ ُ ى كِب َُشْس عْنا

ُْإ هًِْك خِن َٔ ُْناَُةَّذِع ُْأ شِ بَك خِن َٔ َُ الل َٗهَع بَي ُْى كاَذَْ ُْى كَّهَعَن َٔ ٌَُٔ ش كْشَح

Artinya : Bulan Ramadhan bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pempeda (antara yang hak dan yang bathil).

Al-Quran merupakan sumber utama pendidikan akhlak dalam Islam, sebagaimana pendapat Mohammad Daud Ali yang menjelaskan bahwa:

(31)

Al-Quran adalah sumber agama (juga ajaran) Islam yang pertama dan utama menurut keyakinan umat Islam yang diakui kebenarannya oleh penelitian ilmiah, al-Quran adalah kitab suci yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekkah kemudian di Madinah, Tujuannya untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kedihupannya mencapai kesejahteraan di dunia dan di kebahagiaan di akhirat kelak.14

Sedangkan Muhammad Alim menjelaskan bahwa kitab Suci al-Quran mempunyai isi kandungan yang terdiri dari tiga kerangka besar, yaitu : pertama soal akidah, kedua soal syariah. Ini terbagi menjadi dua pokok, yaitu ibadah, hubungan manusia dengan Allah dan muamalah, haitu hubungan manusia dengan sesame manusia. Ketiga, soal akhlak yaitu etika, moralitas, budi perkerti dan segala sesuatu yang termasuk di dalamnya.15

Al-Quran menduduki posisi terdepan dlam pengambilan sumber-sumber pendidikan termasuk pendidikan akhlak. Segala proses dan kegitan pendidikan akhlak haruslah senantiasa berorientasi kepada prinsip-prinsip dan nilai-nilai al-Quran.

b. Al-Hadits

Sumber pendidikan akhlak setelah al-Quran adalah al-Hadits.

Sebagaimana pendpat Mohammad Dud Ali yang menyatakan bahwa al-

14 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008), h. 180.

15 Mummad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 180.

(32)

Hadits adalah sumber kedua agama Islam. Sunnah Rasul yang kini terdapat dalam al-Hadits merupakan penafsiran serta penjelasan otentik (sah, dapat dipercaya sepenuhnya) tentang al-Quran.16

Terdapat tiga jenis hadits atau sunnah, yaitu qawl atau perkataan Nabi SAW, Fi’il atau perbuatan Nabi SAW dan Tagri atau sikap diam Rasulullah sebagai persetujuan dari tindakan orang lain.17Tingkah laku Nabi Muhammad SAW merupakan cobtoh suri tauladan bagi umat manusia. Nabi Muhammad SAW diutus untuk menperbaiki akhlak manusia, sebagaimana firnan Allag dalan surat al-Ahzab ayat 21 sebagai berikut:

َُ َّاللَُشَكَر ََُٔش ِخ ْٜاَُو َْْٕٛنا ََُٔ َّاللُٕ ج ْشٌََُٚبَكًٍَُِ نُ تََُسَحُ ة َْٕس أُِ َّاللُِلٕ سَسُِٙفُْى كَنٌَُبَكُْذَقَن ا ًشِٛثَك

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi ornag yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pendidikan akhlak mulia yang harus diteladani adalah Rasulullah SAW agar menjadi manusia yang hidup sesuai dengan tuntutan syariat, yang bertujuan untuk kemaslahatan serta kebahagiaan umat manusia. Rasulullah SAW adalah contoh serta teladan bagi umat manusia yang mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai akhlak yang sangat mulia kepada umatnya.

Mengingat kebenaran al-Quran dan al-Hadits adalah mutlak, maka setiap ajaran yang sesuai dengan al-Quran dan al-Haits harus dilaksanakan dan apabila

16 Mohammad Daud Ali, h. 110.

17 Mohammad Alim, h. 188.

(33)

bertentangan maka harus ditinggalkan. Dengan demikian berpegang teguhlah kepada al-Quran dan al-Hadits agar terhindar dari kesesetanj. Sebagaimana firman Allah SWT surat an-Nisa ayat 59 di bawah ini:

ُِٙفُْى خْعَصبََُحٌُِئَفُْى كُِيُ ِشْيَلأاُِٙن ْٔ أ ََُٔلٕ سَّشناُْإ عِٛطَأ ََُٔ اللُْإ عِٛطَأُْإ َُيآُ ٍَِٚزَّناُبََُّٓٚأُبَٚ

ُ ُِّٔد شَفُ ء َْٙش

ًُلِْٚٔأَحُ ٍَسْحَأ َُٔ شَْٛخُ َكِنَرُ ِش ِخٜاُ ِو َْْٕٛنا َُِٔ للّبِبٌَُٕ ُِيْؤ حُْى خُ كٌُِإُِلٕ سَّشنا َُِٔ اللَُٗنِإ

Artinya: Hari orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasulnya, dan ulil amri diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia kepada Allah (al- Quran)b dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa al-Quran dan al-Hadits adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiapm muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlak mahmudah dalam ajaran Islam. Al-Quran dan al-Haits adalah ajaran yang paling mulia dari segala ajaran namapun hasil renungan dan ciptaan manusia. Sehingga menjadi keyakinan (akidah) Islam bahwa akal dan naluri manusia harus tunduk mengkuti petunjuk dan pengarahan al-Quran dan al-Haits, maka dari pedoman itulah dketahui kriteria mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk.

3. Tujuan Akhlak

Secara umum, ternyata tujuan yang akan dicapai manusia dengan perilakunya tersebut adalah untuk mencapai kebahagiaan. Demikian juga tujuan

(34)

akhlak atau etika, apapun bentuk dan alirannya adalah semata untuk mencapai kebahagiaan.

Hakikat kebahagiaan yang menjadi tujuan akhir dari perilaku manusia itu, memicu beragam pendapat yang berbeda-beda. Dari berbagai pendapat yang beragam tersebut, ada sebagaian ahli ilmun akhlak yang meletakakan kebahagiaan pada pemuasan nafsu makan, minum dan syahwat. Selain itu, ada pula yang meletakkan kebahagiaan pada kedudukan atau derajat, da nada juga yang meletakannya pada pencapaian kebijaksanaan atau hikmah.

Aliran hedonism misalnya, memandan bahwa segala perbuatan manusia dianggap baik, apabila menghasilkan hedone (kelezatan/kesenangan). Kelezatan yang dimaksud adalah ketenteraman jiwa, yang berarti diperolehnya keseimbangan badan.

Adapun akhlak islam, mendasarkan tujuannya pada pencapaian kebahagiaan. Kebahagiaan yang akan dicapai dalam akhlak islam, adalah kebahagiaan ynag dapat melindungi perorangan dan melindungi umat. Inilah kebahagiaan sejati, bukan kebahagiaan yang bersifat khayalan angan-angan belaka.

Dalam hal ini, kebahagiaan yang dimaksud tidak hanya bersifat lahiriah, dalam arti kebahagiaan dalam kehidupan di dunia yang fana ini. A kan teapi jauh melampaui itu yaitu berupa kebahagiaan kehidupan dunia akhirat.18

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan sesungguhnya akhlak hanya semata menharapkan kebahagiaan dari Allah SWT yakni

18 Samsul Munir, hal. 18-19

(35)

kebahagiaan dunia dan akhirat bukan untuk mendapatkan ridhonya manusia karena jika mengunakan akhlak hanya untuk mencari ridho atau keuntungan dari manusia lain aka nada perasaan dikecewakan.

4. Kedudukan Akhlak Dalam Islam

Akhlak dalam islam menduduki poisi yang sangat penting karena isi Alquran sepertinganya menjelaskan tentang akhlak, bahkan Rasulullah Saw pernah ditanya perihal agama, “Beragama itu apa?” Beliau menjawab

“Berakhlak yang baik.” (HR. Muslim).

Keberadaan akhlak sangatlah urgen dalam kehidupan suatu masyarakat.

Kedudukannya menjadi barometer moralistas suatu masyarakat yang mencerminkan asas kebahagiaan mereka. Akhlak juga mencerminkan dari keadaan jiwa dan perilaku manusia, karena memang tidak seorang pun manusia yang dapat terlepas dari akhlak. Manusia akan dinilai berakhlak mulia apabila jiwa dan tindakannya menunjukkan kepada hal-hal yang baik. Demkian pula sebaliknya, manusia akan dinilai berakhlak buruk apabila jiwa dan tindakannya menunjukkan perbuatan yang dipandang tercela.

Akhlak dalam islam juga merupakan mutiara hidup yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sebab seandainya manusia hidup tanpa akhalak, derajatnya sebagai makhluk Allah yang mulia akan hilang. Sebaliknya,

(36)

derajatnya sama dengan binatang, bahkan lebih hina dari binatang tanpa adanya akhlak.

5. Pembangian dan Ruang Lingkup Akhlak a. Pembagian Akhlak

Berdasarkan ajaran agama tentang adanya perbedaan pada manusia dalam segala aspeknya,maka dalam hal ini akhlak terbagi dalam dua macam yaitu akhlak dharuri dan akhlak muhtasabi.

1) Akhlak Dhururi

Akhlak Dharuri adalah akhlak yang sudah ada dalam diri seorang yang merupakan pemberian Tuhan secara langsung. Oleh karena Akhlak ini memerlukan latihan, kebiasaan, dan didikan.

2) Muhtasabi

Akhlak Muhtasabi merupakan akhlak yang harus dicari dan diusahakan dengan jalan melatih, mendidik dan membiasakan.

b. Ruang Lingkup Akhlak

Secara sederhana ruang lingkup akhlak sering dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Akhlak terhadap Allah

Yang dimaksud dengan akhlak terhadap Allah atau pola hubungan manusia dengan Allah adalah sikap dan perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia terhadap Allah. Akhlak terhadap Allah meliputi:

a. Mengabdi hanya kepada Allah

(37)

Bertaqwa dan mengabdi hanya kepada Allah, tidak akan mempersekutukan-Nya dengan apa pun dalam bentuk apa pun, serta dalam keadaan situasi dan kondisi yang bagaimanapun.

b. Tawakal

ٌَىُهًَْعَي ْىِهَِبَيْغُط يِف ْىُهُّدًَُي َو ْىِهِب ُءي ِزْهَتْسَي ُ ّاللّ

Artinya : Yang apabila terjadi terhadap mereka suatu kesusahan, mereka berkata: sesungguhnya kami ini milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nyalah kami akan kembali. (QS. Al-Baqarah : 5)

c. Bersyukur kepada Allah

َُءٕ سُ ْى كََٕ يٕ سَُٚ ٌَ َْٕع ْشِفُ ِلآُ ٍِْ يُى كبَجََأُْرِإُ ْى كَْٛهَعُِ اللَُتًَْعَُِْأ ش كْراُ ِِّي َْٕقِنَُٗسٕ يُ َلبَقُْرِإ َٔ

ُ

ُِظَعُْى كِ ب َّسٍُِ يُءلَبُى كِنَرُِٙف َُْٔى كءبَسٌََُِٕ ْٛحَخْسَٚ َُْٔى كءبَُْبَإٌَُٔ حِ بَز ٚ َُِٔةاَزَعْنا

ُ ىٛ

ُ ذِٚذَشَنُِٙباَزَعٌَُِّإُْى ح ْشَفَكٍُِئَن َُْٔى كَََّذٚ ِصَلأُْى ح ْشَكَشٍُِئَنُْى كُّب َسٌََُّرَأَحُْرِإ َٔ

Artinya : Dan ingatlah tatkala Tuhan kamu memberitahu jika kamu berterima kasih, niscaya Aku tambah nikmat bagi kamu, apabila kamu tidak bersyukur, maka abzab-Ku itu sangat pedih (QS.

Ibrahim:6-7)

d. Ikhlas menerima keputusan Allah

ُ س َس َُِِّٔهْضَفٍُِيُ اللُبَُِٛحْؤ َٛسُ اللُبَُ بْسَحُْإ نبَق َُٔ ّ نٕ س َس َُٔ اللُ ى ْبَحآُبَيُْا ْٕ ضَسُْى َََّٓأُ َْٕن َٔ

ُبََِّإُ ّ نٕ

ٌَُٕ بِغا َسُِ اللَُٗنِإ

Artinya: Dan alangkah baik jika mereka ridha dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya berikan kepada mereka, sambil mereka berkata;

cukuplah Allah bagi kami, sesungguhnya Allah dan Rasu-Nya akan

(38)

memberi kepada kamj karunia-Nya, sesungguhnya kami mencintai Allah (QS. At-Taubah: 59)

e. Taubat dan Istigfar

ُْى كِحبَئِ َٛسُْى كَُعُ َشِ فَك ٌَُٚأُْى كُّبَسَُٗسَعُبًحٕ صًََُّتَب َْٕحُِ َّاللَُٗنِإُإ بٕ حُإ َُيآُ ٍَِٚزَّناُبََُّٓٚأُبَٚ

ُْى كَه ِخْذ ٚ َٔ

ُ ْ سٕ َُ َّعَيُإ َُيآُ ٍَِٚزَّنا ََُِّٔٙبَُّناُ َّاللُ٘ ِضْخ ُٚ َلَُو َُْٕٚ سبَََْٓ ْلأاُبَِٓخْحَحٍُِيُ٘ ِشْجَحُ ثبََُّج

ُ ٍََْٛبَُٗعْسَُْٚى

ُ شِٚذَقُ ء َْٙشُِ م كَُٗهَعُ َكََِّإُبََُنُ ْشِفْغا َُٔبََ َسٕ َُبََُنُْىًِْحَأُبََُّبَسٌَُٕ نٕ قَُْٚىَِِٓبًََْٚأِب َُْٔىِِٓٚذَْٚأ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha (taubat yang semurni-murninya) mudah- mudahan Rabnmu menutupi keselahan-kesalahanmu dan memasukkan ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai- sungai, pada hari ketika Allah tidak menghunakan Nabi dan orang- orang mu’min yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatu. (QS. At-Tahrim: 8)

2. Akhlak Terhadap Rasulullah

Akhlak terhadap Rasulullah dapat menjadi tiga bagian, yaitu : a. Mencintai dan Memuliakan Rasul

Setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah SWT tentulah harus beriman bahwa Muhammad saw adalah Nabi dan Rasulullah yang terakhir, penutup sekalian nabi dan rasul. Nabi sangat mencintai umat dan sangat menyanyangi umatnya. Sebagai mukmin sudah

(39)

seharusnya dan sepantasnya kita mencintai beliau melebihi cinta kita kepada siapaun selain Allah.

a) Mengikuti dan Menaati Rasul

Mengikuti Rasulullah saw adalah salah satu bukti kecintaan seorang hamba terhadap Allah SWT dan mematuhi segala rambu-rambunya.

Yang dimaksud dengan rambu-rambu tersebut adalah segala aturan kehidupan yang dibawa oleh Rasulullah saw yang terlambangkan dalam Al-quran dan Sunnah. Kedua inilah warisan yang ditinggalkan Rasul untuk ummat agar mereka selalu berpedang teguh padanya dan tidak sesat.

b) Mengucapkan Shalawat dan Salam

Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk mengucapakan shalawat dan salam bagi Nabi Muhammad saw.

Perintah bershalawat kepada Nabi Muhammad saw dalam ayat di atas di awali oleh Allah SWT dengan pernyataan bahwa Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada beliau.

3. Akhlak Terhadap Manusia

Akhlak terhadap manusia dapat digolongkan menjadi tiga yaitu akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap orang lain atau masyarakat.

a. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Akhlak terhadap diri pribadi adalah pemenuhan kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri baik yang menyangkut jasmani maupun rohani. Di antara macam-macam akhlak terhadap diri sendiri adalah;

(40)

1) Shidiq

Shidiq (ash-siqu0 artinnya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong. Jujur adalah mengatakan yang sebenarnya walupun kadang itu menyakitkan.

2) Amanah

Amanah artinya dapat dipercaya, seakar dengan iman. Sifat amanah lahir dari kekuatan keimanan, semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya.

3) Istiqomah

Istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan.

4) Bersikap sopan santun

Sikap sopan santun ini diperintahkan agar dimiliki setiap muslim sebagaimana firman Allah dalam qs. Al-Furqan: 63

ُ دبَبِع َٔ ًٍَُِْحَّشنا ٍَُِٚزَّنا ٌَُٕ شًَْٚ َٗهَع ُ ِض ْسَ ْلأا بًَ َْْٕ اَرِإ َٔ ُ ى َٓبَطبَخ ٌَُٕ هِْبَجْنا إ نبَق بًي َلَس Artinya: Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS.

Al-Furqan: 63) 5) Sabar

(41)

Yang dimaksud dengan sabar adalah tidak mengeluhkan kepada selain Allah tentang penderitaan yang menimpanya atau kesusahan yang dialaminya.

6) Kerja keras dan disiplin diri

Kerja keras adalah kerja dengan batas-batas kemampuan maksimal tetapi tidak berlebihan dari kemampuan yang maksimal dimiliki. Kerja keras harus disertai dengan disiplin yang tinggi, yaitu berkerja sesuai aturan yang telah ditetapkan.19

D. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Yasinta Maharani dalam skripsinya yang berjudul “Nilai-nialai pendidikan akhlak yang terkandung pada novel dalam Mihrab cinta karya Habiburahman El-Shirazy, yang ditulis pada tahun 2017 di UIN Raden Intan Lampung. Dalam novel Mihrab CInta karya Habiburahman El-Shirazy terdapat nilai-nilai pendidikan akhlak yaitu menempati janji, rendah hati (tawadhu), tolong menolong, saling menghormati dan dermawan.

2. Halimah Tusa‟diah “Pendidikan Akhlak Dalam Al-quran Surah Luqman Ayat 12-19 Studi Tafsir Al-Misbah.” Menyimpulkan bawah dalam Al-quran surat Luqman mempunyai andil yang penting dalam pembinaan akhlak diantaranya bersyukur, rendah hati, berbakti kepada orangtua.20

3. Iman Aziz Firdaus “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dlam Al-Quran (Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 9-13).” Mengatakan bahwa dalam Al-quran

19 Skripsi Yasinta Maharani, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung pada Novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburahman El-Shirazy,(Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2017)

20 Skripsi Halimah Tusa’Diah, Pendidikan Akhlak Dalam Al-Quran Surah Luqman Ayat 12-19 Studi Tafsir Al- Misbah, (Lampung: UIN Raden Intan, 2017)

(42)

surat al-Hujarat ayat 9-13 menjelaskan tentang anjuran untuk selalu berdamai antar sesame kaum, pentingnya persaudaraan, larangan mengolok- olok antar sesame, merendahkan orang lain, menggunjing, serta pentingnya bahwa yang membedakan antar umat Islam hanyalah takwa.

4. Andi “ Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Tafsir AL-Misbah (Studi Tentang Surah Al-An‟am ayat 152)”. Mengatakan dalam surat al-An‟am ayat 152 terdapat 4 nilai akhlak yang diantaranya nilai tanggungjawab dalam mengurus harta anak yatim, nilai adil dalam menentukan takaran dan timbangan, nialai kejujuran dalam berkata dan nilai menempati janji.21

5. Imam Aziz Firdaus “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Quran (Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 9-13)”. Mengatakan bahwa pada surat al-Hujurat ayat 9-13 menjelaskan tentang anjuran untuk selalu berdamai antar sesama, pentingnya persaudaraan, larangan mengolok-olok antar sesame, merendahkan orang lain, mengunjing, serta pentingnya bahwa yang membedakan antar umat Islam hanyalah ketakwaan.22

21 Skripsi Andi, Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Misbah (Studi Tentang Surah Al-An’am ayat 152), (Makasar: UIN Alauddin, 2018)

22 Skripsi Imam Aziz Firdaus, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Quran (Kajian Tafsir Surat Al-Hujurat Ayat 9-13), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2017)

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penyusunan karya tulis ini, jenis penelitian yang digunakan dilihat dari tempat aktivitas adalah penelitian kepustakaan (liberay research) yakni acuan dan rujukan dalam mengelola data dengan tolal ukur dari berbagai literature, maksudnya data-data dicari dan ditemukan melalui kajian pustaka dari buku yang relevan dengan pembahasan.23Penelitian ini dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literature baik melalui buku-buku, jurnal maupun sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian penulis.24

Dalam penelitian biasanya diawali dengan ide-ide atau gagasan dan konsep-konsep yang dihubungkan satu sama lain melalui hipotesis tentang hubungan yang diharapkan. Ide-ide dan konsep untuk penelitian dapat

23 Hadari Nawawi, Penelitian Terapan. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996), hal. 23 24 Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Gramedia Utama, 2008), hal. 22

(44)

bersumber dari sejumlah kumpulan pengetahuan hasil kerja yang dikenal dengan pustaka. Bahan pustaka ini sebagai referensi teoritis dalam penelitian.

Penyajian hasil studi pustaka dilakukan secara kritis dan dialogis. Kritis berarti dalam penyajian hasil studi pustaka penulis karya ilmiah menilai atau memaknai ide yang ia temukan dari seorang penulis. Penilaian itu tercemin pada ulasan singkat yang disampaikan atas kutipan, penggunaan kata sambung oleh penulis. Dialogis berarti penulis menghubungkan satu gagasan yang dijumpai dari studi pustaka tidak hanya disimpan begitu saja dalam tulisan.

Kajian pustaka memilki ciri-ciri tertentu diantaranya:

1. Penelitian berhadapan langsung dengan teks atau bukan dengan data angka maupun pengetahuan langsung dari lapangan.

2. Data pustaka bersifat siap pakai artinya peneliti tidak pergi kemana- mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan atau sumber yang sudah tersedia di perpustakaan.

3. Data pustaka umumnya adalah data sekunder dalam artian bahwa peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data original dari tangan pertama di lapangan.

4. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.25

Penelitian diarahkan pada penelaah dan pembahasan teori-teori yang diterima keabsahannya dalam literature ilmiah, dan yang ada relevansinya

25 Muatika Zed, Metode Kepustakaan, (Jakarta: Yogyakarta Obor Indonesia, 2008)

(45)

dengan masalah yang hendak dikaji yakni studi terhadap Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam QS. Al-Nahl Al-Quran (Kajian Tafsir QS Al-Nahl ayat 96-97). Sebagai upaya pemecahan masalah, maka landasan teori-teori dikutif dari beberapa sumber, baik buku-buku maupun jurnal-jurnal dan sumber lain yang mendukung kajian ini.

Selain itu, studi pustaka juga memiliki beberapa tujuan, antara lain : 1. Menginformasikan kepada diri peneliti sendiri dan pembaca hasil

studi yang berkaitan erat dengan topic penelitiannya. Ini penting untuk menunjukkan kepada pembaca bahwa peneliti mengikuti perkembangan wacana tentang topic yang akan diteliti.

2. Menghubungkan studi yang akan dilakukan dengan studi yang pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini berguna bagi peneliti untuk menjelaskan kedudukan penelitiannya dalam kajian yang sama.

3. Menghubungkan studi yang akan dilakukan dengan topic yang lebih luas yang sedang dibicarakan. Bagian ini penting untuk menunjukkan kepada pembaca bahwa kajian ini bagian dari topic yang lebih luas, dan dengan demikian topic penelitiannya merupakan sebuah ilustrasi dari topic dengan demikian topic yang besar tersebut.

4. Menyediakan kerangka untuk penelitian. Dalam melakukan penelitian, para peneliti memerlukan alat-alat analisis tersebut berupa konsep, klasifikasi dan teori untuk menganalisis data, Semua hal ini

(46)

memerlukan studi pustaka dan isi studi pustaka perlu mencakup hal- hal tersebut.26

B. Sumber Data

Menurut Suharsini Arikunto sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana sumber data itu diperolah.27 Untuk mendapatkan data yang valid, maka diperlukan sumber data penelitian yang valid pula. Dilihar dari sumber datanya, maka penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan sumber data yang dijadikan rujukan utama dalam suatu penelitian, dapat juga diartikan sebagai referensi yang dijadikan objek studi, adapun referensi yang menjadi objek penelitian ini adalah:

a. Tafsir Al-Munir karya Wahbah az-Zuhaili b. Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka

Sedangkan data sekunder merupakan data-data yang mendukung data primer, yaiutu buku-buku dan literature yang relevan dengan penelitian ini.

Sumber data skunder dalam penelitian ini adalah:

a. Ilmu Akhlak karya Samsul Munir Amin C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah penelitian Kepustakaan, data yang dihimpun dalam penelitian ini dihasilkan dari studi kepustakaan. Oleh karena itu teknik

26 Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014). Hal. 122

27 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Satu Pendekatan Prakti, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal.

129

(47)

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah telaah kepustakaan yang documenter dengan objek pembahasan yang dimaksud.28

Data yang ada dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan diolah dengan cara:

a. Editing yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapan dan kejelasan makna antra satu dengan yang lainnya.

b. Organizing yaitu mengorgaisir data-data yang diperoleh dengan kerangka yang sudah diperlukan.

c. Penemuan hasil penelitian pengorganisiran yang melakukan analisis lanjutan terhadap hasil yang telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan tertentu yang merupakan jawaban dari rumusan masalah.

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari literatu- literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dngan mengumpulkan data-data melalui bahan bacaan (text book) yang bersumber pada buku-buku primer dan sekunder.

D. Teknik Analisis Data

Untuk mendapatkan data yang valid, maka dari literature-literatur baik primer maupun sekunder dikelola secara sistematis dalam bentuk dokumentasi yang setidaknya dapat memberikan informasi yang penting tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam al-quran (kajian tafsir alquran

28 Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 83

(48)

surat an-nahl ayat 90-97). Setalah data-data diperoleh tersebut, barulah kemudian data-data tersebut diolah dan mendapatkan suatu kesimpulan.

Ada beberapa teknik yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah, antara lain:

1. Deduktif, yaitu mengungkapkan data umum yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, kemudian diadakan analisa sehingga dapat diambil kesimpulan secara khusus. Teknik analisa data deduktif menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan berdasarkan seperangkat premis yang diberikan.

2. Induktif, yaitu mengungkapkan data khusus yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, kemudian data tersebut diinterprestasikan sehingga dapat ditarik kesimpulan secara umum. Teknik analisa data yang menekankan pada pengamatan dulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut.

Selanjutnya, data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis isi (content anaylisis), yang dimaksud dengan analisis isi adalah penelitian suatu masalah atau karangan untuk mengetahui latar belakang dan persoalannya. Analisis isi digunakan untuk analisis terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam qs. an-nahl ayat 90-97 dan, sehingga dari analysis tersebut dapat ditemukan dari masalah

(49)

yang diteliti, yaitu nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkadung dalam qs. An-nahl ayat 96-97. Adapun prosedur penelitian surat an-Nahl ayat 90-97 adalah sebaagai berikut:

a. Memaparkan ayat dan terjemahan surat an-nahl ayat 90- 97.

b. Menjelaskan asbabunuzul, diperlukan untuk memperdalam pengertian tentang ayat-ayat suci al-Quran karena dengan asbabunuzul dapat mengenalkan dan mengambarkan situasi dan keadaan yang terjadi ketika ayat itu diturunkan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam memahami apa yang terkandung di balik teks-teks ayat yang akan ditafsirkan.

c. Memaparkan kandungan ayat secara umum dan maksudnya, dalam tahap ini penulis akan memcoba m menjelaskan makna adil, sabar dan menampati janji yang terkandung dalam surta an-Nahl ayat 90-97 dengan menggunakan literature kitab tafsir yang berkaitan dengan makna ayat tersebut dan juga buku-buku penunjang yang berkaitan dengan adil, sabar dan menempati janji. Selain itu pada tahap ini juga penulis menganalisis kajian tentang nilai pendidikan akhlak tengang adil, sabar dan menempati janji dalam ayat tersbut.

(50)

d. Menjelaskan hokum yang dapat digali dari ayat yang dibahas. Dalam penelitian ini hokum yang akan digali mengenai adil, sabar dan menampati janji dalam surat an- Nahl ayat 90-97

e. Setelah menjelaskan kandungan ayat tersebut, hukum yang terdapat dalam ayat serta menganalisisnya, selanjutnya menarik kesimpulan dari surat an-Nahl ayat 90-97

BAB IV

HASIL ANALISIS

Kajian Tafsir Surat al-Nahl Ayat 90-97 A. Teks Ayat dan Terjemahannya

ُ ِْٙغَبْنا َُٔ ِشَكُ ًْنا َُٔ ءبَشْحَفْناُ ٍَِعُ ََُْٗٓٚ َُٔ َٗب ْش قْناُ ِ٘رُ ءبَخِٚإ َُٔ ٌِبَسْحِلإا َُٔ ِلْذَعْنبِبُ ش يْأَُٚ َ اللُ ٌَِّإ

ُْى كَّهَعَنُ ْى ك ظِعَٚ

ٌَُٔ شَّكَزَح

Artinya: Sesungguhnya Allah menyeruh (kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang melakukan perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An-Nahl: 90)

(51)

َُْٛهَعَُ اللُ ى خْهَعَجُ ْذَق َُٔبَِْذِٛك َْٕحَُذْعَبُ ٌَبًََْٚلأاُْإ ض قَُحَُل َُٔ ْىُّحذَْبَعُاَرِإُِ اللُ ِذَْٓعِبُْإ ف َْٔأ َٔ

ُبَيُ ىَهْعََُٚ اللُ ٌَِّإًُلِٛفَكُ ْى ك

ٌَُٕ هَعْفَح

Artinya: Dan tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu melanggar sumpah setalah diikrarkan, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (tehadap sumpah itu). Seseungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (QS. An-Nahl: 91)

َُكََأُ ة َّٕ قُِذْعَبٍُِيُبََٓن ْضَغُ ْجَضَقََُِٙخَّنبَكُْإ َٕ كَحَُل َٔ

ُ ٍِْيَُٗب ْسَأُ َُِْٙ تَّي أُ ٌَٕ كَحٌَُأُْى كََُْٛبًُلَخَدُْى كََبًََْٚأُ ٌَٔ ز ِخَّخَحُبًثب

ٌَُٕ فِهَخ ْخَحُِِّٛفُْى خُ كُبَيُِتَيبَِٛقْناَُو َُْْٕٚى كَنٍََُُِّ َٛب َٛن َُِِّٔبُ اللُ ى كٕ هْبَُٚبًَََِّإُ تَّي أ

Artinya: Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.

Kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di anataramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Allah hanya menguji kamu dengan hal itu, dan pasti pada hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. (QS.

An-Nahl: 92

ُ خُ كُبًََّعٍَُّ نَأْس خَن َُٔءبَشٍََُٚيُِ٘ذَْٓٚ َُٔءبَشٍََُٚيُُّم ِض ٍُِٚكن ًَُٔةَذ ِحا ًَُٔتَّي أُْى كَهَعَجَنُ اللُءبَشُ َْٕن َٔ

ٌَُٕ هًَْعَحُْى

Artinya : Dan jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat saja, tetapi Dia menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki dan memberi pertunjuk kepada siapa yang Dia kehedaki. Tetapi kamu pasti akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. (QS. An-Nahl: 93)

ٕ قٔ زَح َُٔبَِٓحٕ ب ثَُذْعَبُ وَذَقَُّل ِضَخَفُْى كََُْٛبًُلَخَدُْى كََبًََْٚأُْأ ز ِخَّخَحَُل َٔ

ُ ةاَزَعُْى كَن َُِٔ اللُِمِٛبَسٍَُعُْىُّحدَذَصُبًَِبَُءُّٕسْناُْا

ُ ىِٛظَع

Referensi

Dokumen terkait

al- Qur‟an diturunkan tidak hanya terbatas pada pemberi pedoman untuk satu aspek kehidupan suatu kelompok tertentu saja, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan manusia,

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang menggunakan teknik pengumpulan data-data kepustakaan (library research), dengan demikian penelitian ini fokus

Jenis metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), metode mengumpulkan, menyusun dan menelaah data-data

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research) dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan jenis penelitiannya bersifat penelitian kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan datanya menggunakan

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan metode analisis tafsir tematik atau maudhu’i dan metode perbandingan atau muqarran.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kapustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data

hikmah dapat dipahami sebagai cara yang digunakan dalam proses pendidikan Islam untuk. tercapainya tujuan pendidikan Islam secara umum yakni dengan kebijaksanaan,