• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Sumber Data

Menurut Suharsini Arikunto sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana sumber data itu diperolah.27 Untuk mendapatkan data yang valid, maka diperlukan sumber data penelitian yang valid pula. Dilihar dari sumber datanya, maka penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan sumber data yang dijadikan rujukan utama dalam suatu penelitian, dapat juga diartikan sebagai referensi yang dijadikan objek studi, adapun referensi yang menjadi objek penelitian ini adalah:

a. Tafsir Al-Munir karya Wahbah az-Zuhaili b. Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka

Sedangkan data sekunder merupakan data-data yang mendukung data primer, yaiutu buku-buku dan literature yang relevan dengan penelitian ini.

Sumber data skunder dalam penelitian ini adalah:

a. Ilmu Akhlak karya Samsul Munir Amin C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah penelitian Kepustakaan, data yang dihimpun dalam penelitian ini dihasilkan dari studi kepustakaan. Oleh karena itu teknik

26 Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014). Hal. 122

27 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Satu Pendekatan Prakti, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal.

129

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah telaah kepustakaan yang documenter dengan objek pembahasan yang dimaksud.28

Data yang ada dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan diolah dengan cara:

a. Editing yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapan dan kejelasan makna antra satu dengan yang lainnya.

b. Organizing yaitu mengorgaisir data-data yang diperoleh dengan kerangka yang sudah diperlukan.

c. Penemuan hasil penelitian pengorganisiran yang melakukan analisis lanjutan terhadap hasil yang telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan tertentu yang merupakan jawaban dari rumusan masalah.

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari literatu-literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dngan mengumpulkan data-data melalui bahan bacaan (text book) yang bersumber pada buku-buku primer dan sekunder.

D. Teknik Analisis Data

Untuk mendapatkan data yang valid, maka dari literature-literatur baik primer maupun sekunder dikelola secara sistematis dalam bentuk dokumentasi yang setidaknya dapat memberikan informasi yang penting tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam al-quran (kajian tafsir alquran

28 Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 83

surat an-nahl ayat 90-97). Setalah data-data diperoleh tersebut, barulah kemudian data-data tersebut diolah dan mendapatkan suatu kesimpulan.

Ada beberapa teknik yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah, antara lain:

1. Deduktif, yaitu mengungkapkan data umum yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, kemudian diadakan analisa sehingga dapat diambil kesimpulan secara khusus. Teknik analisa data deduktif menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan berdasarkan seperangkat premis yang diberikan.

2. Induktif, yaitu mengungkapkan data khusus yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, kemudian data tersebut diinterprestasikan sehingga dapat ditarik kesimpulan secara umum. Teknik analisa data yang menekankan pada pengamatan dulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut.

Selanjutnya, data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis isi (content anaylisis), yang dimaksud dengan analisis isi adalah penelitian suatu masalah atau karangan untuk mengetahui latar belakang dan persoalannya. Analisis isi digunakan untuk analisis terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam qs. an-nahl ayat 90-97 dan, sehingga dari analysis tersebut dapat ditemukan dari masalah

yang diteliti, yaitu nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkadung dalam qs. An-nahl ayat 96-97. Adapun prosedur penelitian surat an-Nahl ayat 90-97 adalah sebaagai berikut:

a. Memaparkan ayat dan terjemahan surat an-nahl ayat 90-97.

b. Menjelaskan asbabunuzul, diperlukan untuk memperdalam pengertian tentang ayat-ayat suci al-Quran karena dengan asbabunuzul dapat mengenalkan dan mengambarkan situasi dan keadaan yang terjadi ketika ayat itu diturunkan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam memahami apa yang terkandung di balik teks-teks ayat yang akan ditafsirkan.

c. Memaparkan kandungan ayat secara umum dan maksudnya, dalam tahap ini penulis akan memcoba m menjelaskan makna adil, sabar dan menampati janji yang terkandung dalam surta an-Nahl ayat 90-97 dengan menggunakan literature kitab tafsir yang berkaitan dengan makna ayat tersebut dan juga buku-buku penunjang yang berkaitan dengan adil, sabar dan menempati janji. Selain itu pada tahap ini juga penulis menganalisis kajian tentang nilai pendidikan akhlak tengang adil, sabar dan menempati janji dalam ayat tersbut.

d. Menjelaskan hokum yang dapat digali dari ayat yang dibahas. Dalam penelitian ini hokum yang akan digali mengenai adil, sabar dan menampati janji dalam surat an-Nahl ayat 90-97

e. Setelah menjelaskan kandungan ayat tersebut, hukum yang terdapat dalam ayat serta menganalisisnya, selanjutnya menarik kesimpulan dari surat an-Nahl ayat 90-97

BAB IV

HASIL ANALISIS

Kajian Tafsir Surat al-Nahl Ayat 90-97 A. Teks Ayat dan Terjemahannya

ُ ِْٙغَبْنا َُٔ ِشَكُ ًْنا َُٔ ءبَشْحَفْناُ ٍَِعُ ََُْٗٓٚ َُٔ َٗب ْش قْناُ ِ٘رُ ءبَخِٚإ َُٔ ٌِبَسْحِلإا َُٔ ِلْذَعْنبِبُ ش يْأَُٚ َ اللُ ٌَِّإ

ُْى كَّهَعَنُ ْى ك ظِعَٚ

ٌَُٔ شَّكَزَح

Artinya: Sesungguhnya Allah menyeruh (kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang melakukan perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An-Nahl: 90)

َُْٛهَعَُ اللُ ى خْهَعَجُ ْذَق َُٔبَِْذِٛك َْٕحَُذْعَبُ ٌَبًََْٚلأاُْإ ض قَُحَُل َُٔ ْىُّحذَْبَعُاَرِإُِ اللُ ِذَْٓعِبُْإ ف َْٔأ َٔ

ُبَيُ ىَهْعََُٚ اللُ ٌَِّإًُلِٛفَكُ ْى ك

ٌَُٕ هَعْفَح

Artinya: Dan tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu melanggar sumpah setalah diikrarkan, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (tehadap sumpah itu). Seseungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (QS. An-Nahl: 91)

َُكََأُ ة َّٕ قُِذْعَبٍُِيُبََٓن ْضَغُ ْجَضَقََُِٙخَّنبَكُْإ َٕ كَحَُل َٔ

ُ ٍِْيَُٗب ْسَأُ َُِْٙ تَّي أُ ٌَٕ كَحٌَُأُْى كََُْٛبًُلَخَدُْى كََبًََْٚأُ ٌَٔ ز ِخَّخَحُبًثب

ٌَُٕ فِهَخ ْخَحُِِّٛفُْى خُ كُبَيُِتَيبَِٛقْناَُو َُْْٕٚى كَنٍََُُِّ َٛب َٛن َُِِّٔبُ اللُ ى كٕ هْبَُٚبًَََِّإُ تَّي أ

Artinya: Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.

Kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di anataramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Allah hanya menguji kamu dengan hal itu, dan pasti pada hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. (QS.

An-Nahl: 92

ُ خُ كُبًََّعٍَُّ نَأْس خَن َُٔءبَشٍََُٚيُِ٘ذَْٓٚ َُٔءبَشٍََُٚيُُّم ِض ٍُِٚكن ًَُٔةَذ ِحا ًَُٔتَّي أُْى كَهَعَجَنُ اللُءبَشُ َْٕن َٔ

ٌَُٕ هًَْعَحُْى

Artinya : Dan jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat saja, tetapi Dia menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki dan memberi pertunjuk kepada siapa yang Dia kehedaki. Tetapi kamu pasti akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. (QS. An-Nahl: 93)

ٕ قٔ زَح َُٔبَِٓحٕ ب ثَُذْعَبُ وَذَقَُّل ِضَخَفُْى كََُْٛبًُلَخَدُْى كََبًََْٚأُْأ ز ِخَّخَحَُل َٔ

ُ ةاَزَعُْى كَن َُِٔ اللُِمِٛبَسٍَُعُْىُّحدَذَصُبًَِبَُءُّٕسْناُْا

ُ ىِٛظَع

Artinya : Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai penipu di antaramu, menyebabkan kakimu tergelincir setelah tegaknya (kokoh), dan kamu akan merasakan keburukan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan kamu akan mendapat azab. (QS. An-Nahl: 94)

ٌَُٕ ًَهْعَحُْى خُ كٌُِإُْى كَّنُ شَْٛخُ َٕ ُِْ اللَُذُِعُبًَََِّإًُلِٛهَقُبًًََُثُِ اللُِذَْٓعِبُْأ شَخْشَحَُل َٔ

Artinya: Dan janganlah kamu jual pernjanjian (dengan Allah dengan harga murah, karena sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. An-Nahl: 95)

َُكُبَيٍَُِسْحَأِبُى َْشْجَأُْأ شَبَصٍَُِٚزَّناٍََُّٚ ِضْجََُن َُٔ قبَبُِ اللَُذُِعُبَي َُٔ ذَفَُُْٚى كَذُِعُبَي

ٌَُٕ هًَْعَُْٚإ َب

Arinya : Apa yang ada di sisimu, akan lenyap, dan apa yang ada disisi Allah adalah kekal. Dan kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl : 96)

ُ ْ َشْجَأُ ْى ََُّٓٚ ِضْجََُن ًَُٔتَبِ َٛطًُةبََٛحُ ََُِّّْٛٛح َُهَفُ ٍِيْؤ يُ َٕ ْ ََُٔٗثَ أُ َْٔأُ شَكَرٍُِ يُبًحِنبَصُ َمًَِعُ ٍَْي

ُْإ َبَكُبَيُ ٍَِسْحَأِبُى

ٌَُٕ هًَْعَٚ

Artinya : Barang siapa yang mengerjakan kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl: 97)

B. Isi Kandungan Ayat

1. Kandungan Surat An-Nhal ayat 90-92

Ada tiga hal yang diperintah Allah SWT dalam ayat ini yang pertama, berlaku adil yaitu menimbang sama berat, menyalahkan yang salah, membenarkan yang benar, mengembalikan hak kepada yang berhak. Kedua, berbuat ihsan, mengandung arti mempertinggi kualitas amalan, berbuat baik sesama manusia, dengan lingkungan sekitar. Ketiga, memberi kepada keluarga terdekat, ini sebenarnya lanjutan dari sikap ihsan, terkadang di antara atau keluarga kita memiliki ekonomi yang rendah atau tergolong orang yang kurang mampu. Maka orang yang mampu dianjurkan berbuat baik atau menolong keluarga terdekat, sebelum dia mementingkan orang lain.

Ada tiga hal yang dilarang oleh Allah dalam ayat ini: pertama, melarang segala perbuatan yang keji, yaitu salah dalam pergaulan dan mengarah pada zina. Kedua, perbuatan mungkar yaitu segala perbuatan buruk dan segala tingkah laku manusia yang melanggar norma agama. Ketiga, aniaya yaitu segala perbuatan yang merugikan orang lain atau menganiaya orang lain.

2. Kandungan ayat 94-95

Dalam surat an-Nahl ayat 94-95 Allah melarang hambaya-Nya membatalkan perjanjian yang ia buat, dan melarang hamba-Nya menggunakan perjanjian dengan tujuan mengelabui orang lain.

3. Kandungan ayat 96

Dalam ayat ini terdapat dorongan untuk bersikap zuhud (tidak berlebihan) terhadap dunia, jika diri disibukkan dengan urusan dunia tanpa mengimbangi dengan urusan akhirat maka rugilah bagi mereka yang

melakukan, kehidupan dunia yang kita jalani hanyalah persingahan semata dan akhiratlah tujuan utama kita. Dan bagi siapa saja yang tetap sabar tetap menaanti perintah Allah baginya pahala karena Allah tidak menyia-nyiakan hamba-Nya.

C. Munasabatul Ayat

Masing-masing ayat dalam al-Quran satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkam pengertianya. Sebagaimana bahwa penyusunan ayat-ayat dalam al-Quran tidak didasarkan pada kronologis masa turunnya, melaikan pada korelasi makna ayat-ayatnya sebagai kandungan ayat terdahulu selalu berkaitan dengan ayat kemudian.

Dalam surat AnNahl ayat 90 memiliki munasabah (korelasi) dengan ayat-ayat sebelumnya yaitu ayat 89:

“Dan ingatlh akan hari ketika kamu dibangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan kami turunkan kepadamu al-kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu pertunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl: 89).

Ayat ini menjelaskan keutamaan al-Quran bahwa kitab suci itu menjelaskan segala sesuatu, maka dalam surat an-Nahl ayat 90 dijelaskan sekulumit rincian yang dapat menjelaskan kesimpulan al-Quran yang terdapat dalam ayat 89.

Sedangkan dalam surat an-Nahl ayat 91

“Dan tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu melanggar sumpah setalah diikrarkan, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (tehadap sumpah itu). Seseungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (QS. An-Nahl: 91).

Sedangkan korelasi ayat 91 dengan ayat 90 adalah dalam ayat 90 adanya perintah dan larngan dalam satu redaksi singkat yang tidak dapat ditampung oleh kitab-kitab dan dada manusia, maka dalam ahyat 91 melanjutkan sebagaimana dipahami dari konteksnya bahwa jika demikian kandungan kitab suci ini, maka laksanakan apa yang Allah perintahkan dan jauhilah larangan-Nya dan tepatilah perjanjian Allah apabilakamu berjanji atau dapat dikatakan bahwa yat 91 merupakan lanjutan dari ayat 90 sebagai penjelas dari ayat 89.

D. Asbabunuzul (Latar Belakang Turunnya Ayat)

1. Ayat 91 : Ibnu jarir meriwaytakan dari Muzaidah bin Jabir, bahwa ayat ini turun menyangkut bait Nabi Muhammad saw. Waktu itu orang yang masuk islam melakukan baiat (sumpah atau janji setia) kepada Nabi Muhammad saw, untuk teguh di atas islam, lalu Allah SWT pun menurunkan ayat ini.

Karena itu, lemah dan minoritas jumlah para sahabat Nabi Muhammad dan banyak julam orang musyrik, jangan sampai membuat kalian merusak baiat yang telah kalian lakukan, meskipun kamu Muslim adalah minoritas dan kaum musyrik adalah mayoritas.

2. Ayat 92 : Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu Bakar Abi Hafs, ada seseorang perempuan kurang waras bernama Sa‟idah al-Asadiyyah. Ia selalu

mengumpilkan bulu dan sabut, lalu memintalnya menjadi benang, kemudian menguraikannya lagi, begitu terus dan turunlah ayat ini.29

E. Penafsiran Ayat Muharam 1326 H dari kalangan keluarga yang taat beragama. Ayahnya adalah Haji Abdul Karim Amrullaj atau sering disebut Haji bin Syekh Muhammad Amarullah bin Tuanku Abdullah Saleh. Haji Rasul merupakan salah seorang ulama yang pernah mendalami agama di mekkah, pelapor kebagiaan kaum muda dan tokoh Muhammadiyah di Minangkabau, sedangkan ibunya bernama Siti Shafiyah Tanjung binti Haji Zakaria.30

Sebagai seorang yang berpikiran maju, Hamka tidak hanya merefleksikan kemerdekaan melalui berbagai mimbar dalam ceramah agama, tetapi ia juga menuangkannya dalam berbagai macam karya berbentuk tulisan. Hasil karya Hamka meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti teologi, tasawuf, filsafat, pendidikan Islam, sejarah Isalam, fiqih, sastra dan tafsir. Sebagai seorang penulis, Hamka telah menyumbangkan

29 Wahbab az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Jilid 7, h. 60

30 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.15

berbagai karyanya yang hingga kini masih digunakan. Beberapa di antara karya-karyanya adalah sebagai berikut:

1) Tasawuf modern (1983), pada awalnya, karya ini merupakan ku,pulam artikel yang dimuat dalam majalah Pedoman Masyarakat antara tahun 1937. Karena tuntutan masyarakat, kumpulan artikel tersebut kemudian dibukukan. Dalam menumentalnya ini, ia memaparkan pembahasan ke dalam XII bab, Di awali dengan penjelasan mengenai tasawuf. Kemudian secara berurutan dipaparkan pula pendpat para ilmuwan tentang makna kebahagiaan, bahagia dan agama, bahagia dan utama, kesehatan jiwa dan badan, harta benda dan bahagia, sifat qonaah, kebagiaan yang dirasakan rasulullah, hubungan ridho dengan keindahan alam, tangga bahagia, celaka, dan menujat kepada Allah. Karyanya yang lain yang membicarakan tentang tasawuf adalah Tasawuf; Perkembangan dan Pemurniannya. Buku ini adalah gabungan dari dua karya yang pernah ia tulis, yaitu Perkembangan Taswuf Dari Abad Ke Abad’dan Mengembalikan Taswuf pada Pangkalnya.

2) Lembaga Budi (1983). Buku ini ditulis pada tahun 1939 yang terdiri dari XI bab. Pembicaraannya meliputi; budi yang mulia, sebab-sebab budi menjadi rusak, penyakit budi, budi orang yang memegang, budi mulia yang dimiliki oleh seorang raja, budi pengusaha.

3) Falsafah Hidup (1950), buku ini terdiri atas IX bab. Ia memulia buku ini dengan pemaparan tentang makna kehidupan. Kemudian pada bab

beikutnya, dijelaskan pula tentang ilmu dan akal dalam berbagai aspek dan dimensinya. Kemudian tentang adab kesopanan, baik secara vertical maupun horizontal. Buku ini diakhiri dengan membicarakan Islam sebagai pembentuk hidup dan buku ini merupakan salah satu alat yang Hamka gunakan untuk mengekspresikan pemikirannya tentang pendidikan Islam.

4) Lembaga Hidup (1962). Dalam bukunya ini, ia mengembangkan pemikirannya dalam XII bab. Buku ini berisi tentang berbagai kewajiban manusia kepada Allah, kewajiban manusia secara social, hak atas benda, kewjiban dalam pandangan seorang muslim dan tulisan ini ditutup dengan memaparkan sosok nabi Muhammad.

Selain lembaga budi dan falsafah hidup, buku ini jiga berisi tentang pendidikan secra tersirat.

5) Pelajaran Agama Islam (1952). Buku ini terbagi dalam IX bab, pembahasannya meliputi; manusia dan agama, dari sudut mana mencari Tuhan, dan rukum iman.

6) Tafsir Al-Azhar Juz 1-30. Tafsir Al-Azhar merupakan karya yang paling monumental. KItab ini mulai ditulis pada tahun 1962.

b. Penjelasan Singkat Tafsir Al-Azhar

Kitab yang ditulis oleh Buya Hamka ini berjumlah 15 jidil setiap jididlnya terdapat 2 juz dengan menggunakan bahasa Indonesia. Buya Hamka dalam menyusun Tafsir al-Azhar beliau menggunakan tartib usamani yaitu menafsirkan ayat secara runtut berdasarkan penyusunan

mushaf usmani. Keist yang di dapatkan dari tafsir ini karena mengawali dengan pendahuluan yang berbicara banyak tentang ilmu-ilmu Al-quran seperti definisi Alquran, Makkiyah dan Madaniyah, Nuzul Alquran, pembukaan mushaf, I‟jaz dan lain-lain. Sedangkan sistematika penafsirannya dapat diliat sebagai berikut:

1) Menyajikan ayat awal pembahasan

Hamka dalam menafsirkan ayat, terlebih dahulu beliau menyajikan satu sampai lima ayat yang menurutnya ayat-ayat tersebut satu topik.

2) Terjemahan dari ayat

Untuk memudahkan penafsiran, terlebih dahulu Hamka menerjemahkan ayat tersebut kedalam bahasa Indonesia, agar mudah dipahami oleh pembaca.

3) Tidak menggunakan penafsiran kata

Hamka tidak memberikan pengertian kata dalam penafsirannya, karena pengertiannya telah tercakup dalam terjemah.

4) Memberikan uraian terperinci

Setelah menerjemahkan ayat secara global, Hamka memulai tafsirnya terhadap ayat tersebut dengan luas dan terkadang dikaitkan dengan kejadian pada zaman sekarang, sehingga pembaca dapat menjadikan Al-quran sebagai pedoman sepanjang masa.

Metode yang digunakan Hamka dalam Tafsir al-Azhar adalah dengan menggunakan metode Tahlili, yaitu mengkaji ayat-ayat Al-quran dari segala segi dan maknanya, menafsirkan ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai dengan urutan Mushaf Usmani, menguraikan kosa kata dan lafaznya, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat yakni unsur Balaghah, i‟jaz dan keindahan susunan kalimat, menisbatkan hokum dari ayat tersebut, serta mengemukakan kaitan antara yang satu dengan yang lain, merujuk kepada asbabun nuzul, hadits Rasulullah saw, riwayat dari sahabat dan tabi;in.31

c. Penafsiran Ayat

Ayat 90: Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat ihsan (kebajikan) dan memberi kepada keluarga yang terdekat.”( Pangkal ayat 90). Tiga hal yang diperintahkan oleh Allah supaya dilakukan sepanjang waktu sebagai alamat dari taat kepada Tuhan, pertama jalan

Adil: yaitu meimbang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan mana yang benar. Selama keadilan itu masih terdapat dalam masyarakat pergaulan hidup manusia, maka selama itu pula pergaulan akan aman sentosa. Kedua, melatih diri berbuat ihsan, ihsan mengandung dua maksud yang pertama: selalu mempertinggi mutu amalan, berbuat baik yang

31 Ali Hasan al-Arid, Sejarah dan Metodologi Tafsir (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), h.41

lebih baikm dari yang sudah-sudah, sehingga kian lama tingkat iman itu kian naik.

Maksud Ihsan yang kedua ialah percaya sesame makhluk. Yaitu berbuat lebih tinggi darim keadilan, Misalnhya kita memberi upah kepada seseorang yang mengerjakan sesuatu perkerjaan, kita berikan upah yang setimpal dengan tenaga yang dikeluarkannya.

Terakhir ialah memberi kepada keluarga yang terdekat merupakan kelanjutan daripada ihsan. Karena kadang-kadang orang yang berasal dari suatu ayah dan satu ibu sendiri pun tidak sama nasibnya, ada yang murah rezekinya lalu menjadi kaya-kaya da nada yang hidupnya tidak sampai-menyampai, maka orang yang mampu itu dianjurkan berbuat ihsan kepada keluarganya yang terdekat, sebelum mementingkan orang lain.

“DinasihatiNya kamu, supaya kamu ingat.” (ujung ayat 90). Ketiga perintah yang wajib kamu kerjakan itu dan yang wajib kamu jauhi ialah untuk keselamatan dirimu sendiri; supaya kamu selamat dalam pergaulan hidup. Menurut riwat dari Ibnu Jarir, bahwasanya Abdullah bin Mas‟ud pernah mengatakan bahwa ayat ini adalah ayat yang paling jelas memberi pertunjuk mana yang baik dan mana yang jahat.

Ayat 91-92: “Dan sempurnakanlah perjanjian dengan Allah apabila kamu telah berjanji.” (pangkal ayat 91). Artinya apabila telah bersumpah dengan memakai nama Allah akan mengerjekan sesuatu perkerjaan, atau tidak mengerjakan sesuatu, itu namaya telah berjanji dengan Allah sendiri.

“Dan janganlah kamu seperti perempuan yang merombak tenunannya selembar-selembar sesudah selesai.” (pangkal ayat 92). Demikianlah dalam ayat ini tentang orang-orang yang tadinya telah mengikat janji yang teguh tetapi kemudian membatalkannya.

Ayat 93-97: “Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpah kamu sebagai tipu daya diantara kamu,” (pangkal ayat 94). Ini adalah sebagai lanjutan dari urusan sumpah dan janji yang telah disebut di ayat-ayat diatas.

Ini pesan Allag kepada kamu muslimin untuk selalau memegang sumpah atau janji mereka, jangan sedikitipun mencari dalih untuk melepaskannya.

Ini dikuatkan dengan sabda sebagai berikut: “Dan jangan kamu jual perjanjian Allah dengan harga sedikit” (pangkal ayat 95).

“Barangsiapa yang beramal shalilh dari laki-laki dan perempuan, sedang dis adalah beriman, maka akan Kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik.” (pangkal ayat 97).

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa di dalam hal amal shalih dan iman itu samalah kedudukan di antara laki-laki dengan perempuan. Masing-masing sama-sama sanggup menumbuhkan iman dalam hatinya dan masing-masing pun sanggup akan berbuat baik.32

2. Tafsir al-Munir

a. Biografi Wahbah Az-Zuhaili

Wahbah az-Zuhaili adalah seorang tokoh di dunia pengetahuan, selain terkenal di bidang tafsir beliau juga seorang ahli fiqih. Hampir dari

32 Hamka, Tafisr Al-Azhar Jilid 5 (Malang: Gema Insani,2015), h. 3952-3959

seluruh waktunya semata-mata hanya difokuskan untuk mengembangkan bidang keilmuan. Beliau adalah ulama yang hidup di abab ke-20 yang juga sejajar dengan tokoh-tokoh lainnya. Adapun kepribadiannya beliau adalah orang sanga terpuji dikalangan masyarakat syiria baik itu dalam amal-amal ibadahnya amupun ketawadhu‟annya, disamping juga memiliki pembawaan yangs sederha.

Sedangkan ayahnya adalah H. Musthafa Az-Zuhaili merupakan seroangn yang terkenla keshalehan dan ketakwaannya serta hafidz al-Quran, orang yang biasa saja, bukan dari kalangan ilmjuan, ulama ataupun cendikiawan akan tetapi ayah beliau adalah seoarang petani.

Wahbah Zuhaili banyak menulis buku, artikel dalam berbagai ilmu keIslaman. Buku-bukunya melebihi 133 buah buku dan jika dicampur dengan risalah-risalah kecil melebihi dari 500 makalah. Satu usaha yang jarang dapat dilakukan oleh ulama masa kini seolah-olah ia merupakan as-Suyuti kedua (as-Suyuti al-Tsani) pada zaman ini, mengambil sam[el seorang Iman Syafi‟iyyah yaitu Iman as-Suyuti.33

Diantara buku-bukunya yang sudah di cetak dan beredar di seluruh dunia, sebagai berikut:

1) Ushul al-Fiqh Islami ( jilid 2) Dar al Fikr, Damaskus, 1984.

2) Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj Fikr, Damaskus, 1963.

3) Al-Figh al-Islami wa adillatuhu (jilid 8) Dar al-Fikr Damaskus, 1984.

33Wikipedia.http://www.zuhayli.com/biography.htm,&http://tazkiatunnafs.multiply.com.jounal.item.49 6&http://ar.wikipedia.org.html.

4) Asar al-harb fi al-fiqh al-Islami, Dirasah Muqaranah, ar al-Fikr,

4) Asar al-harb fi al-fiqh al-Islami, Dirasah Muqaranah, ar al-Fikr,

Dokumen terkait