• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Munasabatul Ayat

Masing-masing ayat dalam al-Quran satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkam pengertianya. Sebagaimana bahwa penyusunan ayat-ayat dalam al-Quran tidak didasarkan pada kronologis masa turunnya, melaikan pada korelasi makna ayat-ayatnya sebagai kandungan ayat terdahulu selalu berkaitan dengan ayat kemudian.

Dalam surat AnNahl ayat 90 memiliki munasabah (korelasi) dengan ayat-ayat sebelumnya yaitu ayat 89:

“Dan ingatlh akan hari ketika kamu dibangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan kami turunkan kepadamu al-kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu pertunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl: 89).

Ayat ini menjelaskan keutamaan al-Quran bahwa kitab suci itu menjelaskan segala sesuatu, maka dalam surat an-Nahl ayat 90 dijelaskan sekulumit rincian yang dapat menjelaskan kesimpulan al-Quran yang terdapat dalam ayat 89.

Sedangkan dalam surat an-Nahl ayat 91

“Dan tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu melanggar sumpah setalah diikrarkan, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (tehadap sumpah itu). Seseungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (QS. An-Nahl: 91).

Sedangkan korelasi ayat 91 dengan ayat 90 adalah dalam ayat 90 adanya perintah dan larngan dalam satu redaksi singkat yang tidak dapat ditampung oleh kitab-kitab dan dada manusia, maka dalam ahyat 91 melanjutkan sebagaimana dipahami dari konteksnya bahwa jika demikian kandungan kitab suci ini, maka laksanakan apa yang Allah perintahkan dan jauhilah larangan-Nya dan tepatilah perjanjian Allah apabilakamu berjanji atau dapat dikatakan bahwa yat 91 merupakan lanjutan dari ayat 90 sebagai penjelas dari ayat 89.

D. Asbabunuzul (Latar Belakang Turunnya Ayat)

1. Ayat 91 : Ibnu jarir meriwaytakan dari Muzaidah bin Jabir, bahwa ayat ini turun menyangkut bait Nabi Muhammad saw. Waktu itu orang yang masuk islam melakukan baiat (sumpah atau janji setia) kepada Nabi Muhammad saw, untuk teguh di atas islam, lalu Allah SWT pun menurunkan ayat ini.

Karena itu, lemah dan minoritas jumlah para sahabat Nabi Muhammad dan banyak julam orang musyrik, jangan sampai membuat kalian merusak baiat yang telah kalian lakukan, meskipun kamu Muslim adalah minoritas dan kaum musyrik adalah mayoritas.

2. Ayat 92 : Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu Bakar Abi Hafs, ada seseorang perempuan kurang waras bernama Sa‟idah al-Asadiyyah. Ia selalu

mengumpilkan bulu dan sabut, lalu memintalnya menjadi benang, kemudian menguraikannya lagi, begitu terus dan turunlah ayat ini.29

E. Penafsiran Ayat Muharam 1326 H dari kalangan keluarga yang taat beragama. Ayahnya adalah Haji Abdul Karim Amrullaj atau sering disebut Haji bin Syekh Muhammad Amarullah bin Tuanku Abdullah Saleh. Haji Rasul merupakan salah seorang ulama yang pernah mendalami agama di mekkah, pelapor kebagiaan kaum muda dan tokoh Muhammadiyah di Minangkabau, sedangkan ibunya bernama Siti Shafiyah Tanjung binti Haji Zakaria.30

Sebagai seorang yang berpikiran maju, Hamka tidak hanya merefleksikan kemerdekaan melalui berbagai mimbar dalam ceramah agama, tetapi ia juga menuangkannya dalam berbagai macam karya berbentuk tulisan. Hasil karya Hamka meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti teologi, tasawuf, filsafat, pendidikan Islam, sejarah Isalam, fiqih, sastra dan tafsir. Sebagai seorang penulis, Hamka telah menyumbangkan

29 Wahbab az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Jilid 7, h. 60

30 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.15

berbagai karyanya yang hingga kini masih digunakan. Beberapa di antara karya-karyanya adalah sebagai berikut:

1) Tasawuf modern (1983), pada awalnya, karya ini merupakan ku,pulam artikel yang dimuat dalam majalah Pedoman Masyarakat antara tahun 1937. Karena tuntutan masyarakat, kumpulan artikel tersebut kemudian dibukukan. Dalam menumentalnya ini, ia memaparkan pembahasan ke dalam XII bab, Di awali dengan penjelasan mengenai tasawuf. Kemudian secara berurutan dipaparkan pula pendpat para ilmuwan tentang makna kebahagiaan, bahagia dan agama, bahagia dan utama, kesehatan jiwa dan badan, harta benda dan bahagia, sifat qonaah, kebagiaan yang dirasakan rasulullah, hubungan ridho dengan keindahan alam, tangga bahagia, celaka, dan menujat kepada Allah. Karyanya yang lain yang membicarakan tentang tasawuf adalah Tasawuf; Perkembangan dan Pemurniannya. Buku ini adalah gabungan dari dua karya yang pernah ia tulis, yaitu Perkembangan Taswuf Dari Abad Ke Abad’dan Mengembalikan Taswuf pada Pangkalnya.

2) Lembaga Budi (1983). Buku ini ditulis pada tahun 1939 yang terdiri dari XI bab. Pembicaraannya meliputi; budi yang mulia, sebab-sebab budi menjadi rusak, penyakit budi, budi orang yang memegang, budi mulia yang dimiliki oleh seorang raja, budi pengusaha.

3) Falsafah Hidup (1950), buku ini terdiri atas IX bab. Ia memulia buku ini dengan pemaparan tentang makna kehidupan. Kemudian pada bab

beikutnya, dijelaskan pula tentang ilmu dan akal dalam berbagai aspek dan dimensinya. Kemudian tentang adab kesopanan, baik secara vertical maupun horizontal. Buku ini diakhiri dengan membicarakan Islam sebagai pembentuk hidup dan buku ini merupakan salah satu alat yang Hamka gunakan untuk mengekspresikan pemikirannya tentang pendidikan Islam.

4) Lembaga Hidup (1962). Dalam bukunya ini, ia mengembangkan pemikirannya dalam XII bab. Buku ini berisi tentang berbagai kewajiban manusia kepada Allah, kewajiban manusia secara social, hak atas benda, kewjiban dalam pandangan seorang muslim dan tulisan ini ditutup dengan memaparkan sosok nabi Muhammad.

Selain lembaga budi dan falsafah hidup, buku ini jiga berisi tentang pendidikan secra tersirat.

5) Pelajaran Agama Islam (1952). Buku ini terbagi dalam IX bab, pembahasannya meliputi; manusia dan agama, dari sudut mana mencari Tuhan, dan rukum iman.

6) Tafsir Al-Azhar Juz 1-30. Tafsir Al-Azhar merupakan karya yang paling monumental. KItab ini mulai ditulis pada tahun 1962.

b. Penjelasan Singkat Tafsir Al-Azhar

Kitab yang ditulis oleh Buya Hamka ini berjumlah 15 jidil setiap jididlnya terdapat 2 juz dengan menggunakan bahasa Indonesia. Buya Hamka dalam menyusun Tafsir al-Azhar beliau menggunakan tartib usamani yaitu menafsirkan ayat secara runtut berdasarkan penyusunan

mushaf usmani. Keist yang di dapatkan dari tafsir ini karena mengawali dengan pendahuluan yang berbicara banyak tentang ilmu-ilmu Al-quran seperti definisi Alquran, Makkiyah dan Madaniyah, Nuzul Alquran, pembukaan mushaf, I‟jaz dan lain-lain. Sedangkan sistematika penafsirannya dapat diliat sebagai berikut:

1) Menyajikan ayat awal pembahasan

Hamka dalam menafsirkan ayat, terlebih dahulu beliau menyajikan satu sampai lima ayat yang menurutnya ayat-ayat tersebut satu topik.

2) Terjemahan dari ayat

Untuk memudahkan penafsiran, terlebih dahulu Hamka menerjemahkan ayat tersebut kedalam bahasa Indonesia, agar mudah dipahami oleh pembaca.

3) Tidak menggunakan penafsiran kata

Hamka tidak memberikan pengertian kata dalam penafsirannya, karena pengertiannya telah tercakup dalam terjemah.

4) Memberikan uraian terperinci

Setelah menerjemahkan ayat secara global, Hamka memulai tafsirnya terhadap ayat tersebut dengan luas dan terkadang dikaitkan dengan kejadian pada zaman sekarang, sehingga pembaca dapat menjadikan Al-quran sebagai pedoman sepanjang masa.

Metode yang digunakan Hamka dalam Tafsir al-Azhar adalah dengan menggunakan metode Tahlili, yaitu mengkaji ayat-ayat Al-quran dari segala segi dan maknanya, menafsirkan ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai dengan urutan Mushaf Usmani, menguraikan kosa kata dan lafaznya, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat yakni unsur Balaghah, i‟jaz dan keindahan susunan kalimat, menisbatkan hokum dari ayat tersebut, serta mengemukakan kaitan antara yang satu dengan yang lain, merujuk kepada asbabun nuzul, hadits Rasulullah saw, riwayat dari sahabat dan tabi;in.31

c. Penafsiran Ayat

Ayat 90: Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat ihsan (kebajikan) dan memberi kepada keluarga yang terdekat.”( Pangkal ayat 90). Tiga hal yang diperintahkan oleh Allah supaya dilakukan sepanjang waktu sebagai alamat dari taat kepada Tuhan, pertama jalan

Adil: yaitu meimbang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan mana yang benar. Selama keadilan itu masih terdapat dalam masyarakat pergaulan hidup manusia, maka selama itu pula pergaulan akan aman sentosa. Kedua, melatih diri berbuat ihsan, ihsan mengandung dua maksud yang pertama: selalu mempertinggi mutu amalan, berbuat baik yang

31 Ali Hasan al-Arid, Sejarah dan Metodologi Tafsir (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), h.41

lebih baikm dari yang sudah-sudah, sehingga kian lama tingkat iman itu kian naik.

Maksud Ihsan yang kedua ialah percaya sesame makhluk. Yaitu berbuat lebih tinggi darim keadilan, Misalnhya kita memberi upah kepada seseorang yang mengerjakan sesuatu perkerjaan, kita berikan upah yang setimpal dengan tenaga yang dikeluarkannya.

Terakhir ialah memberi kepada keluarga yang terdekat merupakan kelanjutan daripada ihsan. Karena kadang-kadang orang yang berasal dari suatu ayah dan satu ibu sendiri pun tidak sama nasibnya, ada yang murah rezekinya lalu menjadi kaya-kaya da nada yang hidupnya tidak sampai-menyampai, maka orang yang mampu itu dianjurkan berbuat ihsan kepada keluarganya yang terdekat, sebelum mementingkan orang lain.

“DinasihatiNya kamu, supaya kamu ingat.” (ujung ayat 90). Ketiga perintah yang wajib kamu kerjakan itu dan yang wajib kamu jauhi ialah untuk keselamatan dirimu sendiri; supaya kamu selamat dalam pergaulan hidup. Menurut riwat dari Ibnu Jarir, bahwasanya Abdullah bin Mas‟ud pernah mengatakan bahwa ayat ini adalah ayat yang paling jelas memberi pertunjuk mana yang baik dan mana yang jahat.

Ayat 91-92: “Dan sempurnakanlah perjanjian dengan Allah apabila kamu telah berjanji.” (pangkal ayat 91). Artinya apabila telah bersumpah dengan memakai nama Allah akan mengerjekan sesuatu perkerjaan, atau tidak mengerjakan sesuatu, itu namaya telah berjanji dengan Allah sendiri.

“Dan janganlah kamu seperti perempuan yang merombak tenunannya selembar-selembar sesudah selesai.” (pangkal ayat 92). Demikianlah dalam ayat ini tentang orang-orang yang tadinya telah mengikat janji yang teguh tetapi kemudian membatalkannya.

Ayat 93-97: “Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpah kamu sebagai tipu daya diantara kamu,” (pangkal ayat 94). Ini adalah sebagai lanjutan dari urusan sumpah dan janji yang telah disebut di ayat-ayat diatas.

Ini pesan Allag kepada kamu muslimin untuk selalau memegang sumpah atau janji mereka, jangan sedikitipun mencari dalih untuk melepaskannya.

Ini dikuatkan dengan sabda sebagai berikut: “Dan jangan kamu jual perjanjian Allah dengan harga sedikit” (pangkal ayat 95).

“Barangsiapa yang beramal shalilh dari laki-laki dan perempuan, sedang dis adalah beriman, maka akan Kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik.” (pangkal ayat 97).

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa di dalam hal amal shalih dan iman itu samalah kedudukan di antara laki-laki dengan perempuan. Masing-masing sama-sama sanggup menumbuhkan iman dalam hatinya dan masing-masing pun sanggup akan berbuat baik.32

2. Tafsir al-Munir

a. Biografi Wahbah Az-Zuhaili

Wahbah az-Zuhaili adalah seorang tokoh di dunia pengetahuan, selain terkenal di bidang tafsir beliau juga seorang ahli fiqih. Hampir dari

32 Hamka, Tafisr Al-Azhar Jilid 5 (Malang: Gema Insani,2015), h. 3952-3959

seluruh waktunya semata-mata hanya difokuskan untuk mengembangkan bidang keilmuan. Beliau adalah ulama yang hidup di abab ke-20 yang juga sejajar dengan tokoh-tokoh lainnya. Adapun kepribadiannya beliau adalah orang sanga terpuji dikalangan masyarakat syiria baik itu dalam amal-amal ibadahnya amupun ketawadhu‟annya, disamping juga memiliki pembawaan yangs sederha.

Sedangkan ayahnya adalah H. Musthafa Az-Zuhaili merupakan seroangn yang terkenla keshalehan dan ketakwaannya serta hafidz al-Quran, orang yang biasa saja, bukan dari kalangan ilmjuan, ulama ataupun cendikiawan akan tetapi ayah beliau adalah seoarang petani.

Wahbah Zuhaili banyak menulis buku, artikel dalam berbagai ilmu keIslaman. Buku-bukunya melebihi 133 buah buku dan jika dicampur dengan risalah-risalah kecil melebihi dari 500 makalah. Satu usaha yang jarang dapat dilakukan oleh ulama masa kini seolah-olah ia merupakan as-Suyuti kedua (as-Suyuti al-Tsani) pada zaman ini, mengambil sam[el seorang Iman Syafi‟iyyah yaitu Iman as-Suyuti.33

Diantara buku-bukunya yang sudah di cetak dan beredar di seluruh dunia, sebagai berikut:

1) Ushul al-Fiqh Islami ( jilid 2) Dar al Fikr, Damaskus, 1984.

2) Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Al-Syariah wa Al-Manhaj Fikr, Damaskus, 1963.

3) Al-Figh al-Islami wa adillatuhu (jilid 8) Dar al-Fikr Damaskus, 1984.

33Wikipedia.http://www.zuhayli.com/biography.htm,&http://tazkiatunnafs.multiply.com.jounal.item.49 6&http://ar.wikipedia.org.html.

4) Asar al-harb fi al-fiqh al-Islami, Dirasah Muqaranah, ar al-Fikr, Damaskus, 1963.

5) At-Tanwil fit At-Tafsir‟ala hamasy Alquran al-Azim 6) Alquran syariat al-mujtama‟.34

b. Penjelasan Singkat Tafsir Al-Munir

Tafsir ini meiliki nama lengkap at-Tafsir al-Munir fi al-Aqidati wa al-Syariati wa al-Manhaj. Penamaan tafsir al-Munir salah satunya diilhami dari azam syaikh wahbah untuk menjadikan al-Quran sebagai kitab yang mampu menerangi ummat, hal ini dibuktikan dari penamaan tafsir tersebut yang memiliki makna sang pemberi cahaya.

Tafsir dengan tebal 16 jilid ini dikerjakan oleh beliau selama 16 tahun (1975-1991), mencakup penjelasan atas seluruh ayat yang ada dalam al-Quran mulai al-Fatiha hingga an-Nas dan diruntut dari awal hingga akhir.

Ciri khas dari Tafsir al-Munir jika dibandingkan dnegan kitab-kitab tafsir lainnya adalah dalam penhyampaian dan kajiannya yang menggunakan langsung pokok tema pembahasan, Misalnya tentang orang-orang munafik dan sifatnya, maka tema tersebut dapat ditemukan dibeberapa ayat disurat al-Baqarah.

Selain itu, yang menjadi khusus dari Tafsir al-Munir adalah ditulis secara sistematis mulai dari qira‟atnya kemudian I‟rab, balaghah, mufradat, lughawiyahnya, yang selanjutnya adalah asbab al-Nuzul dan

34 Syaiful Amin Ghofur, Mozaik Mufasir Alquran, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2013)

Munasabah ayat, kemudian mengenai tafsir dan penejelasan dan yang yang terakhir adalah mengenai fiqih kehidupan atau hokum-hukum yang terkandung pada tiap-toap tea pembahasan. Serta memberikan jalan tengah terhadap perdebatan antar ulama mazhab yang berkaitan dengan ayat-ayat ahkam, dan mencantumkan footnote ketika pengambilan sumber dan kutipan.

Dengan melihat pada corak-corak penafsiran, sebagaimana yang dikemukan oleh Abdul al-Hayy al-Farmawi dalam kitabnya muqaddimah Tafsir al-Maudhu, bahwa terdapat tujuh corak dalam penafsiran.

Diantaranya adalah tafsir bi Ma‟tsur, Tafsir bi Ra‟yi, Tafsir al-Shufi. Demikian halnya dengan Tafsir al-Munir yang memiliki corak penafsiran tersendiri. Dengan melihat dari manhaj dan metode yang digunakan serta anaslisa dari penilaian penulis lainnya bahwa corak penafsiran Tafsir al-Munir adalah bercorak kesastraan (adabi) dan social kemasyarakatan (ijima‟) serta adanya nuasa kefiqihan (fiqih) yakni karena adanya penjelasan hokum-hukum yang terkadung di dalamnya.

Bahkan sebagaimana telah disinggung sebelumnya meskipun juga bercorak fiqih dalam pembahasannya akan tetapi penjelasannhya menyusaikan dnegan perkembangan dan kenbutuhan yang terjadi pada masyarakat. Sehingga, biasa dikatakan corak penafsiran Tafsir al-Munir sebagai corak yang ideal karena selaras antara „adabi, ijtima‟i dan fiqihnya.

c. Penafsiran Ayat

Ayat-ayat ini merupakan pilar-pilar kehidupan dan masyarakat Islam, Ayat pertama, di dalamnya Allah SWT memerintahkan para hamba-Nya untuk menerapkan keadilan secara mutlak dalam segala hal dan aspek, dalam interaksi dan transaksi, peradilan dan hokum, urusan-urusan agama dan dunia, perilaku seseorang dengan diri sendiri dan orang lain, bahkan dalam akidah, tidak ada yang disembah dengan haqq dan adil selain Allah SWT Sang Maha Pencipta, Maha Pemberi rezeki dan Yang Maha memberi manfaat.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Muhammad bin Ka‟b Al-Qurazhi, ia berkata “Umar bin Abdil Aziz memanggilku”, lalu berkata “Jelaskan kepadaku tentang keadilan.” Lalu aku berkata, “Sungguh, Anda bertanya tentang hal yang serius. Jadilah Anda sebagai bapak bagi orang kecil, sebagai anak bagi orang yang tua, sebagai saudara bagi yang sepadan, juga jadilah Anda seperti itu bagi kamum perempuan. Jatuhkan hukuman kepada orang sesuai dengan kadar dosa dan kesalahan dan sesuai dengan ukuran fisik mereka.

Allah SWT memerintah untuk menngaktualisasikan al-Ihsan. Al-Ihsan dalam ibadah adalah sebagaiaman yang dijelaskan dalam hadits Umar bin Khatab r.a dalm Shahih Bukhari dan Shahih Muslim hyang arinya: “Kamu menyembah Allah SWT seplah-olah kamu melihatnya, jika kamu tidak melihat-nya sesungguhnya Dia senantiasa melihatmu.”

Al-Ihsan dalam konteks pembalasan adalah menghukum sepadan dengan perbuatan menuntut pemenuhan hak dalam kasus pembunuhan dan al-jarh

(kekerasan fisik) melalui jalur qishash (mu’amalah bin mitsl, sepadan dalam membalas). Al-Ihsan dalam memenuhi hak atau utang pitunag adalah dengan membayarnya tanpa menunda-nunda, atai dengan memberi tambahan yang bersifat derma tanpa peryaratan.

Dalam ayat ini, Allah SWT juga memerintahkan untuk memberi kepada kamu kerabat, menyambung ikatan persaudaraan dan kekerabatan dengan mengunjungi, belas kasih, pemberian dan sedekah kepada mereka. Hal ini sebgaiamana firman Allah SWT:

ا ًشِٚزْبَحُ ْسِ زَب حَُل َُِٔمِٛبَّسناٍَُْبا ٍََُِٔٛكْسًِْنا َُٔ َّّقَحَُٗب ْش قْناُاَرُِثآ َٔ

Artinya :“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan.” (al-Isra:26)

Dalam ayat ini juga Allah Swt juga memerintah kepada hambayanya untuk menempati janji dan Allah SWT juga menjadikan Drinya-Nya sebagai pengawas terhadap janji yang ada untuk mempertegas kehormataannya.

Sesungguhnya Allah Swt mengetahui setiap hal yang kalian lakukan pada janji,apakah memenuhinya ataukah melanggarnya, mencatat semua itu, membalasi kalian atas perbuatan-perbuatan kalian dengan pahala dan keridhaan atas sikap memenuhi janji, dan hukuman dan murka atas sikap merusak janji dan melanggar hokum-hukum pernjanjian. Ini adalah sebuah janji pahala bagi orang yang taat, sekaligus ancaman bagi orang yang membangkang yang merusak janjinya setalah janji dikukuhkan.35

F. Analisis Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Surat An-Nahl Ayat 90-97

35 Wahbab az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Jilid 7, (Bandung: Gema Insani, 2016)h. 462-271

Akhlakul karimah merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pendidikan keluarga, Yang paling utama ditekankan dalam pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak dengan jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik, menghormati kepada orang tua, bertingkah laku yang sopan baik dalam perilaku keseharian maupun tutur kata. Pendidikan akhlak tidak hanya dikemukakan secara teoritik, melainkan disertai contoh-contoh konkrit untuk dihayati maknanya.36

Al-Quran adalah sumber dan ajaran Islam serta menjadi pedoman hidup setiap muslim, di dalamnya terdapat perintah dan larangan Allah, dan al-Quran juga sebagai petunjuk kepada jalan yang lurus.

Al-Quran dan al-Hadits sebagai sumber dan pedoman hidup bagi setiap muslim yang menjelaskan kriteria baik buruknya suatu perbuatan, Kedua dasar itulah yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk.

Hendaknya setiap muslim selalu berpegan teguh pada keduanya agar kehidupan yang dijalani selalu diberi kenikmatan dan ridhaNya.

Mohammad Daud Ali menjelaskan bahwa al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran Islam memuat soal-soal pokok yaitu sebagai berikut:

1. Petunjuk mengenai akidah yang harus diyakini oleh manusia, di dalamnya mencakup tentnag keimanan akan keesaan Allah serta kepercayaan akan adnya hari kebangkitan, perhitungan dan pembalasan.

36 Mahfud Junaedi, Pendidikan Keluarga Berbasis Pesantren, (Bandung: Walisongo Press, 2009), h. 39

2. Petunjuk mengenai syari‟ah yakni petunjuk mengenai hubungan dengan Allah dan sesame manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

3. Petunjuk tentang akhlak, petunjuk yang mengajarkan tentang baik dan buruk yang harus diindahkan oleh manusia.

4. Kisah-kisah umat manusia di zaman lampau.

5. Berita-berita tentang akhir zaman yang akan dating yakni tentang kehidupan akhir manusia,

6. Benih dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.

7. Hukum Allah yang berlaku di alam semesta.37

Al-Quran surat an-Nahl ayat 90-97 salah satu dari sekian banyak ayat dalam al-Quran yang membahas masalah pendidikan, yang di dalamnya terdapat berbagai nilai pendidikan akhlak ini dapat kita jadikan sebagai pedoman dan rujukan untuk menanamkan akhlak karimah dan mengantisipasi kemerosotan akhlak masyarakat pada umumnya, dan dilingkungan sekolah pada khususnya.

Dari beberapa nilai-nilai pedidikan akhlak yang terdapag dalam surat an-Nahl ayat 90-97. Penulis hanya menganalisis mengenai nilai pedidikan akhlak tentang adil, sabar dan menempati janji yang terdapat dalam surat an-Nahl ayat 90-97 sebagai berikut:

1. Berlaku Adil

Selain sebagai makhluk individual, manusia juga sebagai makhluk social. Sebagai makhluk individual, manusia membutuhkan makanan,

37 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2008), h.96-103.

minuman, pakaian tempat tinggal, dan kebutuhan lainnya. Sedangkan makhluk social, ia membutuhkan teman untuk bergaul, untuk menyatakan suka dan duka, dan memenuhi berbagai kebutuhan lainnya bersifat kolektif.

Manusia membutuhkan kedua sisi kehidupan tersebut.

Sebagai makhluk social, manusia mau tidak mau harus berinteraksi dengan manusia lainnya, dan membutuhkan lingkungan dimana ia berada.

Ia menginginkan adannya linkungan social yang ramah, peduli, santun, saling menjaga dan menyayangi, bantu membantu, taat pada peraturan, tertib, disiplin, menghargai hak-hak asasi manusia dan sebagainya.

Ia menginginkan adannya linkungan social yang ramah, peduli, santun, saling menjaga dan menyayangi, bantu membantu, taat pada peraturan, tertib, disiplin, menghargai hak-hak asasi manusia dan sebagainya.

Dokumen terkait