• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Ilmu pengetahuan untuk memahami dan menafsirkan yang bersangkutan dengan Al-Quran dan isinya berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penejelasan), menjealaskan tentang arti dan kandungan Al-Quran, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak di pahami dan samar artinya.

G. Sistematika Penulisan

Dalam memaparkan isi yang terkandung dalam penelitian ini penulis menjabarkan sistematika penulisan secara global dalam hal ini penulis mensistematis lima bab, dimana setiap bab terdiri dari sub-bub bab, pembahasan sebagai berikut:

BAB I : Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, penjelasan judukl, mamfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II : Dalam bab ini menguraikan tentang hal yang berkaitan dengan terori yang ada

hubungannya dengan permasalahan yang di bahas yaitu terdiri dari: pengertian nilai, pengertian pendidikan, pengertian akhlak, tujuan akhlak, kedudukan akhlak dalam islam, pembagian dan macam-macam akhlak.

BAB III : Dalam bab ini menjelaskan tentang

metodologi penelitian, jenis penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data.

BAB IV : Dalam bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang terdiri dari asbabunuzul, tafisir surat an-nahl ayat 90-97 menurut para ahli, analisis nilai pendidikan akhlak dalam surat an-nahl ayat 90-97.

BAB V : Bab ini berisi tentang kesimpulan yang penulis ambil dari hasil penelitian dan saran

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pengertian Nilai

Kata nilai sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang baik, yang berharga, bermartabat, dan berkonotasi positif.5 Nilai atau pegangan dasar dalam kehidupan adalah sebuah konsep abstrak yang menjadi acuan atau pedoman utama mengenal masalah mendasar atau umum yang sangat penting dan ditinggikan dalam kehidupan suatu masyarakat, bangsa bahkan kemanusiaan.6

Secara kebahaasaan kata nilai memiliki tataran arti sebagai berikut:

1. Harga, dipandang dari segi ekonomi.

2. Derajat, dipandang berdasarkan pembuatan dan pengabdian.

3. Harga, kapasitasnya dipandang sebagai perbandingan mata uang.

4. Angka, di pandang dari ukuran potensi yang diperoleh.

5. Kualitas dan mutu, dipandang dari muatan atau subtansi yang dikandungnya.

Sesuatu itu mengandung nialai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Nilai adalah harga atau kualitas sesuatu, maksudnya susuatu dianggap

5 Sujarwa, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar: Manusia dan Fenomena Sosial Budaya, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010),h.229

6 Esti Ismawati, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Yogyakarta: Ombak, 2012)h, 70.

memiliki nialai apabila sesuatu tersebut secara intrisik memang berharga. Salah satu yang sering digunakan untuk menjelaskan apa itu nilai adalah memperbandingkan dengan fakta.7

Nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga, memikiki kualitas, baik itu kualitas tinggi atau kualitas rendah. Dari uraian-uraian diatas, maka Notonegoro sebagaima dikutip oleh Kaelan menyebutkan adanya tiga macam nilai, yaitu sebagai berikut:

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia.

2. Nilai vital. Yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.

3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna untuk rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi sebagai berikut:

a. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta manusia).

b. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan (emotion) manusia.

c. Nilai kebaikan atau nilai yang bersumber pada unsur kehendak manusia.

d. Nilai religious yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilia religious ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.8

7 Moh. Tariquddin, Sekularitas Tasawuf : Membunmikan Tasawuf dalam Dunia Modern, (Yogyakarta:

UIN-Malang Press, 2008)h.4

8Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2008)h. 89.

Sesuai dengan penjelasan diatas maka penulis memahami bahwa niaai ialah sesuatu yang berharga bagi manusia, memiliki kualitas baik itu kualitas tinggi maupun kualitas rendah.

B. Pengertian Pendidikan

Dalam Islam, kata pendidikan dapat bermakna tarbiyah, berasal dari kata rabba.

Disamping kata rabba terdapat pula kata ta‟dib, berasal dari kata addaba. Selain itu, ada juga kata talim, berasal dari kata kerja allama. Ketiga istilah tersebut akan dibahas secara satu persatu sebagai berikut :

a. Tarbiyah

Kata Tarbiyah merupakan bentuk mashdar dari rabba yurabbiy tarbiyatan.

Dalalm al-quran dijelaskan :

ا ًسيِغَص يَِبَيَّب َز بًََك بًَُهًَْح ْزا ِّة َّز مُق َو ِةًَْح َّسنا ٍَِي ِّلُّرنا َحبََُج بًَُهَن ْضِفْخا َو

Artinya : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih saying dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasinilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil”. (QS. Al-Isra :24)

Dalam terjemahan ayat diatas dapat ditarik kesimpulan al-Tarbiyah adalah proses pengasuhan pada fase tahap awal pertumbuhan manusia dimana yang menjadi madrasah pertama anak adalah orangtua, karena anak

sejak dilahirkan belum tahu apa-apa, tetapi dia sudah dibekali oleh Allah swt berupa potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Menurut Bukhari Umar bahwa makna kata tarbiyah meliputi 4 yaitu :

1) Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh;

2) Mengembangkan potennsi anak dan mempersiapkannya;

3) Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi anak menuju kearah kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya;

4) Proses pendidikan yang dilakukan secara bertahap

Dapat disimpulkan disini bahwa orangtua merupakan madrasah pertama dalam memberikan pendidikan pada anak, pada proses ini orangtua memperhatikan perkembangan dan memberikan pemahamannya kepada anak.

b. Ta‟dib

Muhammad Nadi al-Badri, sebagaimana dikutip oleh Ramayulis, mengemukakan bahwa pada zaman klasik, orang hanya mengenal kata ta‟dib untuk menunjukkan kata pendidikan. Pengertian seperti ini terus terpakai sejak masa kejayaan islam, sehingga semua ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh akal manusia waktu itu disebut adab, baik yang dihasilkan berhubungan dengan islam maupun yang tidak berhubungan dengan islam.

Ta‟di adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing

kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.

c. Ta‟lim

Kata allama mengandung makna pengertian memberi atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan membina kepribadian Nabi Adam as melalui nama benda-benda yang diajarkan oleh Allah dalam firmannya :

ْىُتُُك ٌِإ ءلاُؤـَه ءبًَْسَأِب يَِىُئِبََأ َلبَقَف ِةَكِئَلاًَْنا ًَهَع ْىُهَض َسَع َّىُث بَهَّهُك ءبًَْسَلأا َوَدآ َىَّهَع َو ٍَيِقِدبَص

Artinya :“Dan Dia mengajarkan kepada Nabi Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudia dikemukan kepada malaikat. Maka Allah berfirman “Sebutkanlah nama-nama benda itu semua, jika kamu benar”. (QS. Al-Baqarah: 31)

Pengertian ta‟lim menurut para ahli diantaranya yaitu ;

a. Abdul Fatah Jalal mengemukakan bahwa ta’lim adalah proses pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggungjawab dan menanaman amanah, sehingga terjadi penyucian (takziyah) atau pembersihan diri manusia dari segala kotoran yang menjadikan diri manusia itu berada dalam suatu kondisi yang memungkin untuk menerima al-hikmah serta mempelajari segala yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya.

b. Muhammad Rasyid Rida memberikan definisi ta’lim sebagia transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasa dan ketentuan tertentu.

c. Syaikh Muhammad al-Naquid al-Atas memberikan makna al-ta‟lim sebagai pengajaran tanpa pengenalan secara mendasar. Namun apabila al-ta‟lim di sinonimkan dengan al-tarbiyah, al-ta‟lim mempunyai makna tempat pengenalan segala sesuatu dalam sebuah system.9

Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani “pedagogic” yang akar katanya “pais” yang berarti anak dan “again” yang artinya diberikan kepada anak. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi “education”

yang berasal dari Yunani “educare” yang berarti membawa keluar yang tersimpan jiwa dalam jiwa anak, untuk tuntutan agar tumbuh dan berkembang.

Menurut Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional bab 1 dijelaskan bahwa pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk menwujudkan suasana belajar dan pembelajar agar peserta pendidik secara aktif mengembakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhalak mulia serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyrakat, bangsa dan Negara.

Istilah pendidikan yang dikemukan oleh para Ahli diantara adalah:

a. Langeveld, pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada pembimbingan anak untuk

9 Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam, (Medan: LPPPI, 2016),hal. 5-9

mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cakap melaksankan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

b. John Dewey mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesame manusia.

c. Ki Hajar Dewantara mengemukakan pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budiperkerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek dan tubuh anak); dalam taman siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu supaya kita memajukan kesempurnaan hidup dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.10

d. J,J Rosseau, pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetaapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

e. W.J.S Poerwardamita, pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku pada diri seseorang atau kelempok orang yang dilakukan dengan cara pengajara dan latihan agar seseorang atau sekelompok tersebut menjadi manusia yang dewasa.

f. Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan

10 Syafril, hal. 26-30

rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama dengan menggunakan alat dan metode tertentu.11

Dari berbagai definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan usaha sadar yang dilakukan untuk menumbuhkan kembangkan potensi yang pemberian ilmu dan bimbingan kepada peserta didik baik itu dirumah maupun di lembaga pendidikan agar terbentuk manusia yang berakhlak karimah serta nanti dapat berguna untuk dirinya, orangtua, masyarakat, bangsa dan Negara.

C. AKHLAK

1. Pengertian Akhlak

Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari kata khuluq, yang berarti adat kebiasan, perangai, tabiat, dan dan muru‟ah. Dengan demikian, secara etimologi akhlak dapat diartikan sebagai budi perkerti, watak, tabiat. Dalam bahasa Inggris, istilah ini sering diterjemahkan sebagai character.

Pengerian akhlak menurut para ulama sebagai berikut:

a. Iman Al-Ghazali (1055-1111 M)

Akhlak adalah hay‟at atau sifat yang tertanam dalam jiwa dari padanya lahir perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbagann dan pemikiran. Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma

11 Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Al-Ma’rif, 1980) cet. IV, hal. 19

agama, ia dinamakan akhlak yang baik, tetapi jika ia menimbulkan tindakan yang jahat maka ia dinamakan akhlak yang buruk.

b. Ibnu Maskawaih (941-1030 M)

Keaadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu, Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang.

c. Al-Qurthubi

Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya disebut akhlak, karena petnuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya.

d. Abu Bakar Jabar Al-Jazairi

Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja.12

Akhlak adalah sifat yang harus dimiliki setiap muslim ketika sedang melakukan aktivitas. Sifat tersebut berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan atau ditinggalkan oleh seseorang. Sifat tersebut ada yang hasan (terpuji) dan qabih (tercela) atau khayr (baik) dan syarr (buruk). Dalam hal ini, Islam telah mengatur sifat perbuatan tersebut dalam konteks hubungan manusia dengan dirinya. Artinya, bagaimana seseorang menperhatikan kesenpurnaan perbuatannya dengan menjadikan sifat terterntu sebagai sifat perbuatannya.

12 Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2016),h.1-6

Semua ini telah diatur oleh Islam dalam bentuk hokum syara‟ yang spesifik, dan tidak diserahkan kepada manusia itu sendiri untuk menentukannya. Sebab, jika diserahkan kepada manusia untuk menentukan sendiri sifat perbuatannya, pasti dia hanya akan melihat aspek yang “menguntungkan atau merugikan” bagi dirinya. Ini artinya, jika hal itu menguntungkan, ia dianggap baik, sebaliknya jika merugikan, ia dianggap buruk.13

Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah kondisi dalam diri yang melahirkan tindakan-tindakan tanpa perlu pikir panjang atau secara spontan, jika tindakan-tindakan tersebut melahirka yang baik menurut hokum syariah maka ia disebut sebagai akhlak yang baik, dan jika melahirkan tindakan yang buruk maka ia disebut akhlak buruk.

Ketika akhlak dipahami sebagai suatu keadaan yang melekat pada diri seseorang, maka suatu perbuatan baru bias diesbut akhlak akhlak jika memenuhi beberapa syarat berikut. Pertama, perbuatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Artinya jika sesuatu perbuatan hanya dilakukan sekali, tidak dapat disebut akhkak. Kedua, perbuatan tersebut muncul dengan mudah, tanpa terpikirkan terlebih dahulu, sehingga ia benar-benar merupakan suatu kebiasaaan. Artinya, jika perbuatan tersebut timbul karena terpaksa, sebab beberapa pertimbangan atau motif yang lain, tidak bias disebut akhlak.

Dari definisi nilai, pendidikan dan akhlak di atas, maka dapat dikatakan bahwa pengertian nilai pendidikan akhlak ialah suatu hal yang menjadi ukuran

13 Hafidz Abdurrahman, Islam Politik dan Spirutural, (Bogor: Al-Azar Press, 2015), h. 241.

atas suatu tindakan yang dilakukan oleh pendidik untuk membentuk budi perkerti yang baik pada peserta didik dengan dasar al-Quran dan al-Hadits Rasulullah sehingga terbenuk manusia yang taat kepada Allah SWT.

Pendidikan akhlak merupakan prinsip dasar yang harus ditanamkan pada setiap jiwa manusia sejak manusia itu lahir sampai akhir hayatnya, karna akhlak adalah kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga darinsitu timbulah perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran. Oleh karena itu penenanaman akhlak dalam jiwa manusia harus dilakukan sejak kecil agar menjadi kebiasaan se[anjanh hidupnya.

2. Sumber-Sumber pendidikan Akhlak a. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhamad SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia. Sebagaimana firnan Allag SWT surat al-Baqarah ayat 185 di bawah ini:

ُ شَْٓش ٌَُبَضَي َس َُِ٘زَّنا َُل ِضَ أ ُِِّٛف ُ ٌآ ْش قْنا ًٖذ ْ ُ ِطبَُّهِ ن ُ ثبَُِ َٛب َٔ ٍَُِ ي َٖذ ْٓنا ٌُِبَق ْش فْنا َٔ ًٍََف َُذَِٓش ُ ى كُِي َُشَّْٓشنا

ُ ًّْ صَْٛهَف ٍَي َٔ ٌَُبَك بًضٚ ِشَي َُْٔأ َٗهَع ُ شَفَس ُ ةَّذِعَف ٍُِْ ي ُ وبََّٚأ َُشَخ أ ُ ذٚ ِش ٚ ُ الل ُ ى كِب َُشْس ْٛنا َُل َٔ ُ ذٚ ِش ٚ ُ ى كِب َُشْس عْنا

ُْإ هًِْك خِن َٔ ُْناَُةَّذِع ُْأ شِ بَك خِن َٔ َُ الل َٗهَع بَي ُْى كاَذَْ ُْى كَّهَعَن َٔ ٌَُٔ ش كْشَح

Artinya : Bulan Ramadhan bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pempeda (antara yang hak dan yang bathil).

Al-Quran merupakan sumber utama pendidikan akhlak dalam Islam, sebagaimana pendapat Mohammad Daud Ali yang menjelaskan bahwa:

Al-Quran adalah sumber agama (juga ajaran) Islam yang pertama dan utama menurut keyakinan umat Islam yang diakui kebenarannya oleh penelitian ilmiah, al-Quran adalah kitab suci yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekkah kemudian di Madinah, Tujuannya untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kedihupannya mencapai kesejahteraan di dunia dan di kebahagiaan di akhirat kelak.14

Sedangkan Muhammad Alim menjelaskan bahwa kitab Suci al-Quran mempunyai isi kandungan yang terdiri dari tiga kerangka besar, yaitu : pertama soal akidah, kedua soal syariah. Ini terbagi menjadi dua pokok, yaitu ibadah, hubungan manusia dengan Allah dan muamalah, haitu hubungan manusia dengan sesame manusia. Ketiga, soal akhlak yaitu etika, moralitas, budi perkerti dan segala sesuatu yang termasuk di dalamnya.15

Al-Quran menduduki posisi terdepan dlam pengambilan sumber-sumber pendidikan termasuk pendidikan akhlak. Segala proses dan kegitan pendidikan akhlak haruslah senantiasa berorientasi kepada prinsip-prinsip dan nilai-nilai al-Quran.

b. Al-Hadits

Sumber pendidikan akhlak setelah al-Quran adalah al-Hadits.

Sebagaimana pendpat Mohammad Dud Ali yang menyatakan bahwa

14 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008), h. 180.

15 Mummad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 180.

Hadits adalah sumber kedua agama Islam. Sunnah Rasul yang kini terdapat dalam al-Hadits merupakan penafsiran serta penjelasan otentik (sah, dapat dipercaya sepenuhnya) tentang al-Quran.16

Terdapat tiga jenis hadits atau sunnah, yaitu qawl atau perkataan Nabi SAW, Fi’il atau perbuatan Nabi SAW dan Tagri atau sikap diam Rasulullah sebagai persetujuan dari tindakan orang lain.17Tingkah laku Nabi Muhammad SAW merupakan cobtoh suri tauladan bagi umat manusia. Nabi Muhammad SAW diutus untuk menperbaiki akhlak manusia, sebagaimana firnan Allag dalan surat al-Ahzab ayat 21 sebagai berikut:

َُ َّاللَُشَكَر ََُٔش ِخ ْٜاَُو َْْٕٛنا ََُٔ َّاللُٕ ج ْشٌََُٚبَكًٍَُِ نُ تََُسَحُ ة َْٕس أُِ َّاللُِلٕ سَسُِٙفُْى كَنٌَُبَكُْذَقَن ا ًشِٛثَك

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi ornag yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pendidikan akhlak mulia yang harus diteladani adalah Rasulullah SAW agar menjadi manusia yang hidup sesuai dengan tuntutan syariat, yang bertujuan untuk kemaslahatan serta kebahagiaan umat manusia. Rasulullah SAW adalah contoh serta teladan bagi umat manusia yang mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai akhlak yang sangat mulia kepada umatnya.

Mengingat kebenaran al-Quran dan al-Hadits adalah mutlak, maka setiap ajaran yang sesuai dengan al-Quran dan al-Haits harus dilaksanakan dan apabila

16 Mohammad Daud Ali, h. 110.

17 Mohammad Alim, h. 188.

bertentangan maka harus ditinggalkan. Dengan demikian berpegang teguhlah kepada al-Quran dan al-Hadits agar terhindar dari kesesetanj. Sebagaimana firman Allah SWT surat an-Nisa ayat 59 di bawah ini:

ُِٙفُْى خْعَصبََُحٌُِئَفُْى كُِيُ ِشْيَلأاُِٙن ْٔ أ ََُٔلٕ سَّشناُْإ عِٛطَأ ََُٔ اللُْإ عِٛطَأُْإ َُيآُ ٍَِٚزَّناُبََُّٓٚأُبَٚ

ُ ُِّٔد شَفُ ء َْٙش

ًُلِْٚٔأَحُ ٍَسْحَأ َُٔ شَْٛخُ َكِنَرُ ِش ِخٜاُ ِو َْْٕٛنا َُِٔ للّبِبٌَُٕ ُِيْؤ حُْى خُ كٌُِإُِلٕ سَّشنا َُِٔ اللَُٗنِإ

Artinya: Hari orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasulnya, dan ulil amri diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia kepada Allah (al-Quran)b dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa al-Quran dan al-Hadits adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiapm muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlak mahmudah dalam ajaran Islam. Al-Quran dan al-Haits adalah ajaran yang paling mulia dari segala ajaran namapun hasil renungan dan ciptaan manusia. Sehingga menjadi keyakinan (akidah) Islam bahwa akal dan naluri manusia harus tunduk mengkuti petunjuk dan pengarahan al-Quran dan al-Haits, maka dari pedoman itulah dketahui kriteria mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk.

3. Tujuan Akhlak

Secara umum, ternyata tujuan yang akan dicapai manusia dengan perilakunya tersebut adalah untuk mencapai kebahagiaan. Demikian juga tujuan

akhlak atau etika, apapun bentuk dan alirannya adalah semata untuk mencapai kebahagiaan.

Hakikat kebahagiaan yang menjadi tujuan akhir dari perilaku manusia itu, memicu beragam pendapat yang berbeda-beda. Dari berbagai pendapat yang beragam tersebut, ada sebagaian ahli ilmun akhlak yang meletakakan kebahagiaan pada pemuasan nafsu makan, minum dan syahwat. Selain itu, ada pula yang meletakkan kebahagiaan pada kedudukan atau derajat, da nada juga yang meletakannya pada pencapaian kebijaksanaan atau hikmah.

Aliran hedonism misalnya, memandan bahwa segala perbuatan manusia dianggap baik, apabila menghasilkan hedone (kelezatan/kesenangan). Kelezatan yang dimaksud adalah ketenteraman jiwa, yang berarti diperolehnya keseimbangan badan.

Adapun akhlak islam, mendasarkan tujuannya pada pencapaian kebahagiaan. Kebahagiaan yang akan dicapai dalam akhlak islam, adalah kebahagiaan ynag dapat melindungi perorangan dan melindungi umat. Inilah kebahagiaan sejati, bukan kebahagiaan yang bersifat khayalan angan-angan belaka.

Dalam hal ini, kebahagiaan yang dimaksud tidak hanya bersifat lahiriah, dalam arti kebahagiaan dalam kehidupan di dunia yang fana ini. A kan teapi jauh melampaui itu yaitu berupa kebahagiaan kehidupan dunia akhirat.18

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan sesungguhnya akhlak hanya semata menharapkan kebahagiaan dari Allah SWT yakni

18 Samsul Munir, hal. 18-19

kebahagiaan dunia dan akhirat bukan untuk mendapatkan ridhonya manusia karena jika mengunakan akhlak hanya untuk mencari ridho atau keuntungan dari manusia lain aka nada perasaan dikecewakan.

4. Kedudukan Akhlak Dalam Islam

Akhlak dalam islam menduduki poisi yang sangat penting karena isi Alquran sepertinganya menjelaskan tentang akhlak, bahkan Rasulullah Saw pernah ditanya perihal agama, “Beragama itu apa?” Beliau menjawab

“Berakhlak yang baik.” (HR. Muslim).

Keberadaan akhlak sangatlah urgen dalam kehidupan suatu masyarakat.

Kedudukannya menjadi barometer moralistas suatu masyarakat yang mencerminkan asas kebahagiaan mereka. Akhlak juga mencerminkan dari keadaan jiwa dan perilaku manusia, karena memang tidak seorang pun manusia yang dapat terlepas dari akhlak. Manusia akan dinilai berakhlak mulia apabila jiwa dan tindakannya menunjukkan kepada hal-hal yang baik. Demkian pula sebaliknya, manusia akan dinilai berakhlak buruk apabila jiwa dan tindakannya menunjukkan perbuatan yang dipandang tercela.

Akhlak dalam islam juga merupakan mutiara hidup yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sebab seandainya manusia hidup tanpa akhalak, derajatnya sebagai makhluk Allah yang mulia akan hilang. Sebaliknya,

derajatnya sama dengan binatang, bahkan lebih hina dari binatang tanpa adanya akhlak.

5. Pembangian dan Ruang Lingkup Akhlak a. Pembagian Akhlak

Berdasarkan ajaran agama tentang adanya perbedaan pada manusia dalam segala aspeknya,maka dalam hal ini akhlak terbagi dalam dua macam yaitu akhlak dharuri dan akhlak muhtasabi.

1) Akhlak Dhururi

Akhlak Dharuri adalah akhlak yang sudah ada dalam diri seorang yang merupakan pemberian Tuhan secara langsung. Oleh karena Akhlak ini memerlukan latihan, kebiasaan, dan didikan.

2) Muhtasabi

Akhlak Muhtasabi merupakan akhlak yang harus dicari dan diusahakan

Akhlak Muhtasabi merupakan akhlak yang harus dicari dan diusahakan

Dokumen terkait