PERANAN K.H MUSTOFA DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN TARBIYATUT THOLABAH KRANJI PACIRAN
LAMONGAN (1898-1950 M)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh Abdul Wasi’ SA NIM: A0.22.12.025
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ix
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul: “Peranan K.H. Musthofa Dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan (1898-1950 M)” Adapun Fokus Masalahnya adalah: (1).Bagaimana Biografi KH. Musthofa?, (2). Bagaimana Profil Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan semenjak berdirinya pada tahun 1898 -1950?,(3). Bagaimana Peran K.H Musthofa dalam mengembangkan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan?
Penelitian ini menggunakan pendekatan Historis dan bersifat kualitatif. Ini sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis dan sumber lisan. Sedangkan dalam menganalisa data peneliti menggunakan metode History diantaranya: Pemilihan topik, Heuristik, verifikasi, dan Historiografi. Teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah teori kepemimpinan Kharismatik yang dikemukakan oleh Max Weber yakni berdasarkan pengaruh dan kewibaan pribadi.
x
ABSTRACT
This thesis is entitled: "The Role K.H. Musthofa In Developing boarding school Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan (1898-1950 AD) "The focus problem is: (1) Biography .Bagaimana KH. Musthofa ?, (2). How Profile boarding school in Lamongan Paciran Tarbiyatut Tholabah Kranji since its establishment in 1898 -1950?, (3). How Role K.H Musthofa in developing Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan?
This study used a qualitative approach and the Historical. These sources are used in this research is the source of written and oral sources. While the researchers analyzed the data using methods History include: Selection of topics, Heuristics, verification, and Historiography. The theory used in this thesis is the Charismatic leadership theory put forward by Max Weber that is based on the influence and personal kewibaan.
xiv
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN ...ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ...v
MOTTO ...vi
PERSEMBAHAN ...vii
ABSTRAK ...viii
KATA PENGANTAR ...x
DAFTAR ISI ...xiii
BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ...1
B.Rumusan Masalah ...6
C.Tujuan Penelitian ...6
D.Kegunaan Penelitian...7
E.Pendekatan dan kerangka Konseptual ...7
F.Penelitian Terdahulu ...11
G.Metode Penelitian...12
H.Sistematika Pembahasan ...15
BAB II : BIOGRAFI KH. MUSTHOFA A.Geneologi KH. Musthofa ...17
B.Pendidikan dan Aktifitas ...20
C. Pemikiran KH. Musthofa ...36
xv
B.Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren
Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan ...55
C.Tujuan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji
Paciran Lamongan ...57
D.Aktifitas Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah ...59
BAB IV :PERANAN KH. MUSTHOFA DALAM MENGEMBANGKAN
PONDOK PESANTREN TARBIYATUT THOLABAH
KRANJI PACIRAN LAMONGAN 1898-1950 M.
A.Perintisan dan Pembangunan ...62
B.Nilai-nilai yang diterapkan KH. Musthofa di Pondok
Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
Lamongan ...67
C.Kemandirian Para santri di Pondok Pesantren
Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan ...68
BAB V : PENUTUP
A.Kesimpulan ...73
B.Saran-saran ...74
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai
ciri khas tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya.
Pendidikan di pesantren meliputi pendidikan islam, dakwah, pengembangan
kemasyarakatan dan pendidikan lainnya yang sejenis. Para peserta didik pada
pesantren disebut santri yang pada umumnya menetap di pesantren. Tempat
dimana para santri menginap dilingkungan pesantren, disebut dengan istilah
pondok, dari sinilah timbul istilah pondok pesantren.1
Membicarakan tentang pondok pesantren, maka kita harus mengingat
bahwasannya lembaga pendidikan di Indonesia pertama kali yang dikenal
adalah pondok pesantren. Lembaga pendidikan pesantren merupakan lembaga
pendidikan tertua saat ini dan dianggap sebagai budaya Indonesia yang
indigenious. Keberadaan pesantren sebagai wadah untuk memperdalam
agama sekaligus sebagai pusat penyebaran agama Islam diperkirakan masuk
sejalan dengan gelombang pertama dari proses pengislaman di daerah jawa
sekitar abad ke-16.2 Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini
semakin berkembang dengan pendirian tempa-tempat pengajian (nggon
1
Tim Penulis Departemen Agama, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah:Pertumbuhan dan Perkembangannya (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam 2003),1.
2
2
ngaji). Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat
menginap atau disebut dengan pemondokan bagi para pelajar (santri), yang
kemudian disebut dengan “Pesantren”.3
Sebuah komunitas pondok pesantren
minimal ada kyai (tuan guru, buya), masjid, asrama (pondok) pengajian kitab
kuning atau naskah salaf tentang ilmu-ilmu agama Islam.4
Secara istilah pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan
Islam bagi para santri sebagai tempat mereka menerima pendidikan melalui
pengajian, dan madrsah yag sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dan
kepemimpinan seorang atau beberapa kyai dengan ciri khas yang kharismatik.
Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari
bambu. Disamping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab funduq
yang berarti asrama atau hotel. Di jawa termasuk Sunda dan Madura
umumnya digunakan istilah pondok pesantren, sedang di Aceh dikenall
dengan Istilah dayah, rangkang atau menuansa. sedangkan di Minangkabau
disebut surau.
Pesantren pernah menduduki posisi strategis diberbagai lapisan
masyarakat. pesantren juga waktu itu mendapat penghargaan dan
penghormatan yang mampu mempengaruhi seluruh lapisan kehidupan
masyarakat. Dalam perkembangannya, kekuasaan pesantren dimitoskan.
Selain karena kharisma kyai dan dukungan besar para santri yang tersebar di
3
M. Shuthon Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren (Jakarta: Diva Pustaka, 2005), 1.
4
3
masyarakat, karena dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan dan tuntutan
dinamika masyrakat tersebut. Beberapa pondok pesantren menyelenggarakan
pendidikan jalur sekolah (formal).
Kyai adalah penentu langkah pergerakan pesantren. Ia sebagai
pemimpin masyarakat, pengasuh pesantren, dan sekaligus sebagai ulama.
Sebagai ulama, kyai berfungsi sebagai pewaris para nabi “Waratsah al
-anbiya’” yakni mewarisi apa saja yang dianggap sebagai ilmu oleh para nabi,
baik dalam bersikap, berbuat, dan contoh-contoh atau teladan baik “al-uswah
al-hasanah” mereka.5Kyai tidak hanya dikategorikan sebagai elite agama,
tetapi juga sebagai elite pesantren. memiliki otoritas pesantren. Memiliki
otoritas dalam menyimpan dan menyebarkan pengetahuan serta berkompenten
mewarnai corak dan bentuk kepemimpinan yang ada dipondok pesantren.
Tipe kharismatik pada diri kyai menjadi tolak ukur kewibawaan pesantren.
Dipandang dari segi kehidupan santri, kharismatik kyai adalah karunia yang
diperoleh dari kekuatan tuhan.6
Seperti halnya keberadaan K.H. Musthofa, kyai yang lahir pada bulan
Oktober 1871 di desa Tebuwung, kecamatan Dukun, kabupaten Gresik.7 Kyai
Kharismatik ini merupakan pendiri Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah
Kranji Paciran Lamongan, keberadaanya sebagai seorang sosok yag sederhana
5
Rofiq A. Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. 2005, 7.
6
Tuner Briyan S, Sosiologi Islam Suatu Analisa atas Tesis Sosiologi Weber (Jakarta: Rajawali, 1984) 168-169.
7
4
dan pandai dalam ilmu agama membawa pondok pesantren ini menjadi
pondok tertua di Lamongan.
Sebelum berdirinya pondok pesatren Kranji, masyarakat desa kranji
dan sekitarnya adalah masyarakat abangan, yaitu masyarakat yang melakukan
kebiasaan kebiasaan yang tidak sesuai dengan syariat Islam, misalnya
pemberian sesaji kepada pohon, laut dan lain-lain. Kondisi masyarakat yang
semacam itu, membuat sebagian masyarakat Kranji menghendaki adanya
sebuah tempat pengajian semacam pesantren sebagai moral dan agama
mereka. Namun kehendak mereka tersebut tidak bisa begitu terwujud. Karena
masyarakat desa Kranji mengalami krisis figur yang dapat menjadikan
penyeimbang dalam kehidupan bermasyarakat. Akhirnya masyarakat Kranji
membuat pertemuan yang dipelopori oleh H. Harun (Kranji), K. Taqrib
(Kranji), K. Abdul Hadi (Drajat), H. Utsman (Kranji), H. Ibrahim (Kranji), K.
Mukmin (Drajat), H. Asyraf (Drajat) untuk mengambil seorang guru mengaji.
hasil pertemuan rapat mereka sepakat mengambil guru mengaji. Pilihan
tersebut tertuju pada K.H. musthofa agar berkenan mukim sekaligus
bertempat tinggal di Kranji.
Pada waktu luang K.H Musthofa sering berkunjung atau silaturrahim
kepada keluarganya di desa Drajat dan akhirnya ia banyak berkenalan dengan
para tokoh masyarakat sekitar. Karena seringnya beliau melakukan
kunjungan, maka banyak masyarakat sekitar yang mengenal beliau dan
5
yang menyebabkan masyarakat memilih beliau untuk mewujudkan keinginan
mereka mendirikan pondok pesantren. Itulah proses awal cikal bakal
berdirinya pondok Kranji.
Tanah hibah H. Harun yang masih berupa semak belukar itu mulai
dibuka oleh beliau bersama beberapa santri-santrinya. Pertama-tama yang
dikerjakan K.H Musthofa ialah menggali sumur rumah tangga, kemudian
mendirikan langgar dan rumah tinggal dengan bangunan yang sangat
sederhana. Aktifitas pembangunan itu dilakukan selama 2 tahun dengan
secara pulang pergi (mbajak) dari bungah ke Kranji. Maka pada tahun 1900
M, ia bersama keluarganya pindah secara resmi ke desa Kranji. Dengan
bekal-bekal ilmu yang Kyai Musthofa peroleh dari pondok-pondok pesantren
tersebut sedikit demi sedikit kyai Musthofa berusaha mengembangkannya
pusat kajian tersebut. Sebagai seorang perintis sebuah pesantren yang
merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional, Kyai Musthofa merupakan
figur seorang pendidik yang istiqomah (konsisten). Sejak permulaanya
sebagai kyai pesantren, ia memusatkan perhatiannya pada usaha mendidik
sejumlah santri yang hanya belasan orang dengan kondisi sarana prasarana
yang amat sederhana. Mereka diajari tentang dasar dasar ilmu agama seperti
baca tulis al-Qur’an dan mengkaji kitab-kitab kuning.
Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas maka proposal yang saya
buat berjudul “PERANAN K.H. MUSTHOFA DALAM
6
THOLABAH KRANJI PACIRAN LAMONGAN 1898-1950 M”, sangat
menarik untuk dikaji, karena sosok K.H Musthofa memiliki ke unggulan yang
berbeda dengan kyai lainnya dalam mengembangkan pondok pesantren yang
tertua di Lamongan.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka masalah yang hendak
dikaji disini dapat didentifikasi sebagai berikut:
1. Bagaimana Biografi K.H. Musthofa.
2. Bagaimana Profil Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
Lamongan semenjak berdirinya pada tahun 1898-1950 M.
3. Bagaimana Peran K.H Musthofa dalam mengembangkan Pondok
Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dari
penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui Biografi K.H Musthofa.
2. Untuk mengetahui segala hal yang melatar belakangi berdirinya Pondok
Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji P0aciran Lamongan
3. Untuk mengetahui Peran K.H Musthofa dalam mengembangkan Pondok
7
D. Kegunaan Penelitian
Dengan memperhatikan hasil penelitian ini secara menyeluruh maka
kita akan dapat mengambil mafaat sebagai berikut:
1. Lembaga
Memperoleh informasi secara konkrit kondisi obyektif Pondok
Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.
2. Pengguna
Untuk menjadi masukan dan bahan rujukan, serta menjadi khasanah
keilmuan tentang ilmu sejarah.
3. Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman baru, yang nantinya dapat
menjadikan sebagai acuan dalam meningkatkan proses belajar sesuai
dengan disiplin ilmu sejarah. Untuk dijadikan contoh teladan dan niat
keikhlasan K.H. Musthofa dalam mengembangkan Pondok Pesantren
Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan. Serta tugas akhir untuk
mendapatkan gelar sarjana strata satu (S-1).
E. Pendekatan dan kerangka konseptual
Pendekatan yang akan digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan
historis yang bertujuan untuk mendeskripsikan permasalahan yang terjadi di
masa lampau. dengan pendekatan historis ini dimaksudkan untuk
mengungkapkan secara kronologis latar belakang sejarah kehidupannya K.H.
8
pemimpin atau pengasuh, bahkan sebagai pendiri serta mengembangkan
Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, hingga
meninggal pada tahun 1950. Disamping itu penulis juga menggunakan teori
sosial yang lain tentang konseptual teoritis kepemimpinan. hal ini sangat
relevan untuk menjelaskan kepemimpinan K.H. Musthofa.
Kepemimpinan terbagi menjadi dua ruang lingkup, pertama yang
bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul di
dalam suatu jabatan, dan ada pula kepemimpinan karena pengakuan dari
masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan.
Kedua tidak resmi (informal leadership) yang mempunyai perbedaan yang
sagat mencolok yakni kepemimpinan yang resmi didalam pelaksanaanya
selalu harus berada diatas landasan-landasan atau peraturan-perraturan resmi.
Kepemimpinan tidak resmi, mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas
resmi, oleh karena itu kepemimpinan tersebut didasarkan atas pengakuan dan
kepercayaan masyarakat, seperti hanya K.H. Musthofa.8
Disini penulis menggunakan teori kepemimopinan kharismatik, jenis
kepemimpinan ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli sosiologi Jerman
yakni Max Weber. Kepemimpinan Kharismatik didefinisikan oleh weber.
Berdasarkan persembahan pemiimpin terhadap para pengikut dengan kesucian, kepahlawanan, karakter khusus seorang individu, dan juga pola normatif ataiu keteraturan yang telah disampaikan. Pemimpin kharismatik muncul pada waktu krisis atau keadaan yang sukar,
8
9
termasuk jika ada masalah-masalah ekonomi, agama, ras, politik, sosial.
Teori ini bisa dipakai untuk menganalisis beberapa jenis pemimpin,
termasuk pemimpin agama, spiritual dan politik. Dalam rangka untuk
mengungkapkan pemahaman interpretatif mengenai tindakan sosial agar
menghasilkan penjelasan kausal mengenai pelaksana dan akibat-akibatnya.
K.H Musthofa merupakan santri yang diberi pengajaran dan
pendidikan dengan disiplin yang baik. Dia mulai belajar dibeberapa pesantren
yang ada di Jawa Timur, ia menerima pendidikan Islam tingkat dasar dari
ayahnya sendiri, K.H. Abd Karim pendiri Pondok Al-Karimi Tebuwung
Dukun, kemudian belajar di Pondok Pesantren Qomaruddin yang diasuh Kyai
Mohammad Sholeh Tsani, Pondok Pesantren langitan Tuban diasuh oleh Kyai
Ahmad Sholih, Pondok Pesantren Baurno Bojonegoro, dan terakhir di Pondok
Pesantren Kademangan Bangkalan Madura yang diasuh oleh Kyai Kholil.
Dalam pengembaraan K.H Musthofa dari berbagai pondok pesantren
diatas sudah barang tentu beliau bersosialisasi dari berbagai santri yang sangat
hiterogen sekali, semisal mereka yang berlatar belakang petani atau pedagang
maka didalamnya akan terungkap konstruksi sejarah dengan pendekatan
sosiologis bahkan dapat pula dikatakan sebagai sejarah sosial,9 karena
pembahasannya mencakup sosial.
9
10
Dalam Karya Historiografi, sejarah sosial itu sendiri banyak identik
dengan sejarah pergerakan sosial misalnya gerakan keagamaan. sebagaimana
halnya dengan judul “ Peranan K.H Musthofa Dalam Mengambangkan
Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan (1898-1950
M)”. Dalam pada itu peran dari K.H Musthofa membangun sebuah pondok
pesntren sejak tahun 1898 M dengan berbagai usaha maupun tujuan sosial
yang sangat berpengaruh terhadap generasi-generasi kedepannya, sampai
wafatnya tahun 1950 M, mampu memberikan para santri maupun
alumni-alumni yang banyak berkiprah dalam keagamaan di masyarakat.
Dalam setiap perkembangan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah
tidak terlepas dari peranan seorang kyai yang berprofesi sebagai pengasuh
maupun pendiri. Kyai mempunyai peran yang sentral dalam perkembangan
setiap pondok pesantren. Kyai memiliki otoritas yang tinggi dalam
menyimpan dan menyebarkan pengetahuan serta berkompenten mewarnai
corak dan bentuk perkembangan yang ada di pondok pesantren.
Dulu pusat pendidikan Islam adalah langgar masjid atau rumah sang
guru, dimana murid-murid duduk dilantai, menghadap sang guru dan belajar
mengaji. Waktu mengajar biasanya diberikan pada waktu malam hari agar
tidak mengganggu pekerjaan orang tua sehari-hari. menurut Zuhairini,
tempat-tempat pendidikan Islam non formal seperti inilah yang menjadi embrio
terbentuknya sistem pendidikan pondok pesantren. Ini berarti bahwa sistem
11
atau masjid, hanya lebih intensif dan dalam waktu yang lebih lama.10 Pada
perkembangan pendidikan pesantren memiliki dua sistem pengajaran, yaitu
sistem Sorogan, yang sering disebut sistem individual, dan sisitem wetonan
yang sering disebut kolektif.
F. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang membahas tentang Pondok
Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, dengan judul
“Aktivitas Dakwah di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Desa Kranji
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, oleh Badrul Ibad B-2015/05/KPI”.
Namun dalam skripsi tersebut membahas tentang Aktivitas Dakwah di
Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Desa Kranji Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan.
Sedangkan dalam Penelitian yang saya buat ini membahas lebih fokus
pada sejarah yang melatar belakangi K.H Musthofa dalam mengembangkan
Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, hingga
peran perjuangan dan pemikiran K.H. Musthofa semasa hidupnya. Sesuai
dengan judul SKRIPSI yang saya susun ini, yakni “Peranan K.H. Musthofa
Dalam Mengembangkan Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji
Paciran Lamongan (1898-1950 M)”.
10
12
G. Metode Penelitian
Penelitian ini sudah barang tentu menggunakan metoe penelitian
sejarah yang mendasarkan analisis pada data dan fakta yang ditemui di
lapangan, metode ini tidak diungkapkan dengan angka-angka sebagai mana
penyajian data secara kuantitatif dalam bentuk kategori.
Data yang kami peroleh berupa, dokumen-dokumen yang berbentuk
tulisan dan peristiwa-peristiwa lainnya tertulis maupun tidak tertulis secara
informan yaitu kyai, ustadz, santri, alumni dan tokoh terkait, formal maupun
informal.
Adapun langkah-langkah secara prosedur:
1. Heuristik
Heuristik atau pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data,
atau jejak sejarah. Sejarah tanpa sumber maka tidak bisa bicara. Maka
sumber dalam penelitian sejarah merupakan hal yang paling utama yang
akan menentukan bagaimana aktualitas masa lalu manusia bisa dipahami
oleh orang lain. Pada tahap ini penulis mengumpulkan data dari berbagai
sumber meliputi sumber tertulis dan sumber wawancara terhadap
orang-orang yang layak dengan penulisan yang dapat memberikan informasi
tentang K.H Musthofa maupun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah
yang relevan mengenai penulisan ini. Sumber-sumber tersebut dapat
13
arsip tentang Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
Lamongan baik berupa gambar, maupun berupa sumber lisan.
Sumber data lebih lanjut kami peroleh dari karya buku beliau yaitu
kitab Sharh Al-aqidah dan ragkaian wawancara terhadap orang-orang
tertentu, seperti murid K.H Musthofa yang masih hidup yakni KH.
Syahid. Wawancara akan dilakukan kepada sebagian orang yang layak
dan dapat dipercaya untuk memperoleh kebenaran data yang diperlukan
penulis dalam penulisan ini.
Selain itu penulis juga akan menggunakan sumber sekunder berupa
buku-buku seperti buku K.H Musthofa Riwayat Hidup, dan
Perjuangannya Keturunannya (1871-2004), dalam perpustakaan pondok
pesantren yang relevan dengan permasalahan penulisan ini.
2. Kritik Sumber
Kritik Sumber merupakan bagian yang sangat penting dalam
penulisan sejarah, dari data yang terkumpul dalam tahap heuristik diuji
kembali kebenarannya melalui kritik guna memperoleh keabsahan
sumber.11 Dalam hal ini keabsahan sumber tentang keasliannya
(otentisitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern, dan keabsahan tentang
kasahihannya (kreadibilitasnya) ditelusuri lewat kritik intern.12 Dalam
penulisan mengenai peranan K.H Musthofa dalam mengembangkan
11
Aminudin Kasdi, Memahami Sejarah (Surabaya: Unesa University Press, 2008), 27
12
14
Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan
(1898-1950 M) penulis menganalisa secara mendalam terhadap sumber-sumber
yang telah diperoleh baik primer ataupun sekunder melalui kritik intern
dan ekstern untuk mendapatkan keaslian dan kesahihan dari
sumber-sumber yang telah didapat.
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran terhadap sumber atau data sejarah
seringkali disebut dengan analisis sejarah. Dalam hal ini data yang
terkumpul dibandingkan kemudian disimpulkan agar bisa dibuat
penafsiran terhadap data tersebut sehingga dapat diketahui dengan
kausalitas dan kesesuaian dengan masalah yang diteliti.13 Dalam
penulisan menegenai peranan K.H. Musthofa dalam Mengebangkan
Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan
(1898-1950 M) penulis menganalisa secara mndalam terhadap sumber-sumber
yang telah diperoleh baik primer ataupun sekunder kemudian penulis
menyimpulkan sumber-sumber tersebut sebagaimana dalam kajian yang
diteliti.
4. Historiografi
Historiografi merupakan tahap terakhir dalam metode sejarah, yakni
usaha untuk merekonstruksi kejadian masa lampau dengan memaparkan
secara sisitematis, terperinci, utuh dan komunikatif agar dapat dipahami
13
15
dengan mudah oleh para pembaca. Dalam penulisan ini menghasilkan
sebuah laporan penulisan yang berjudul “Peranan K.H. Musthofa Dalam
Mengembangkan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
Lamongan (1898-1950 M)”.
Bentuk tulisan ini merupakan bentuk tulisan sejarah deskriptif
analitik, yang merupakan metodologi dimaksudkan menguraikan
sekaligus menganalisis.14 Dengan menggunakan kedua cara secara
bersama-sama maka diharapkan objek dapat diberikan makna secaara
maksimal. Jadi penulis akan menguraikan mengenai Pondok Pesantren
Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, yang telah didirikan oleh
K.H. Musthofa pada tahun 1898-1950 M.
H. Sistematika Pembahasan
Penyajian dalam Penulisan ini mempunyai tiga bagian: Pengantar,
Hasil Penulisan, dan simpulan. Hal tersebut disusun untuk mempermudah
pemahaman sehingga dapat menghasilkan pembahasan yang sistematis,
Penulisan ini dibagi menjadi lima bab, tiap bab terbagi menjadi beberapa sub
bab.
Sistematiak pembahasan secara terperinci sebagai berikut:
14
16
Bab pertama. yakni memuat tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, keguanaan penelitian, pendekatan dan kerangka
teori, penelitian terdahulu, metode penelitian, serta sistematika bahasan.
Bab kedua. Biografi K.H Musthofa Dalam bab ini menguraikan
tentang geneologinya, pendidikan dan aktifitasnya juga karir K.H. Musthofa
di masyarakat yang diatar belakagi oleh sejarah leluhurnya.
Bab ketiga. Profil Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji
Paciran Lamongan. Yakni memuat asal mula Pondok Pesantren Tarbiyatut
Tholabah Kranji Paciran Lamongan dalam sejarah sebelum bedirinya Pondok
Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamonganserta latar belakang
dan proses berdirinya Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
Lamongan. Begitu juga meliputi pembahasan tentang sisi intern pondok dan
profilnya.
Bab empat. Peranan K.H Musthofa dalam mengembangkan Pondok
Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan (1898-1950 M).
Yakni menjelaskan sejauh mana pemikiran dan peranan K.H Musthofa dalam
perkembangan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
Lamongan semenjak berdirinya pada tahun1898 M hingga wafatnya K.H
Musthofa pada tahun 1950 M.
Bab kelima. Penutup yakni memuat kesimpulan dari seluruh
17
BAB II
BIOGRAFI K.H MUSTHOFA
A. Geneologi K.H Musthofa
K.H Musthofa dilahirkan pada bulan Sya’ban 1291
Hijriyah/Oktober 1871 Masehi didesa Tebuwung, kecamatan Dukun,
kabupaten Gresik (masalah tanggal kelahiran, karena kebiasaan
masyarakat setempat tidak mencatumkan tanggal kelahiran) . K.H
Musthofa lahir dari hasil perkawinan K.H. Abd. Karim dengan Ny.
Khodijah dan dikaruniai lima orang anak, salah satunya yaitu K.H
Musthofa. KH. Abdul Karim adalah keturunan kesebelas dari Sunan Drajat
atau Raden Qosim, yaitu Abdul Karim bin Abdul Qohar bin Darus bin
Kinan bin Ali Mas’udi bin Ahmad Rifa’i bin Bisri bin Dahlan bin
Mohammad Ali bin Hamid bin Sunan Drajad/Raden Qosim.15 KH. Abdul
Karim dilahirkan pada tahun 1238 H/1822 M di Desa Drajat Paciran
Lamongan dari pasangan Suami istri yang bernama KH. Abdul Qohar dan
Nyai Sarwilah. Kedua tersebut asli warga desa Drajat Paciran Lamongan.
Semenjak Abdul Karim kecil hidup bersama ayah tirinya yang
bernama Kyai Asnawi. Mula-mula KH. Abdul Karim dikirim ke pondok
Pesantren Mbah Suto Sendang Paciran Lamongan. Kemudian melajutkan
ke pondok Pesantren Tugu Yogyakarta. Kedati ilmu yang diserap dari
kedua Pondok Pesantren tersebut cukup banyak, bagi KH. Abdul Karim
15
18
belum merupakan perolehan yang optimal. Kehausan akan ilmu agama
mencenangkan niatnya untuk memperdalamnya dikota Makkah Saudi
Arabiyah. Setelah beberapa tahun lamanya di kota Makkah beliau pulang
kekota Sidayu. Untuk membantu mengajarkan ilmu agama juga ikut
berdagang kain dipasar. Semakin lama nama beliau semakin dikenal
orang. Kemasyhurannya bukan hanya lantaran guru agama dan pedagang
yang berhasil, melainkan dikenal juga sebagai tokoh muda ahli agama
yang disegai, baik oleh penduduk maupun pemerintah Belanda. Karenanya
Belanda bermaksud mengangkat hakim agama dikabupaten Sidayu.
Mendengar kabar tersebut beliau merasa sedih. Pada saat yang bersamaan,
Pak Utsman Kepala desa Tebuwung tengah mencari seorang Ulama’ yang
sanggup membina masyarakatnya serta inggal didesanya pula. Atas
kehendak Allah yang kuasa, pak Utsman datang menghadap KH. Abdul
Karim ia memohon kesediaan beliau untuk membina masyarakat
Tebuwung dan sekitarnya yang pada waktu itu sangat rendah agamanya,
kemudian dengan senang hati tawaran tersebut diterimanya sesuai dengan
panggilan jiwanya.
Pada tahun 1862 KH. Abdul Karim meninggalkan kota sidayu
menuju desa Tebuwung. Suasana dilingkungan batu ini jauh sekali
berbeda dengan kota sidayu. Dimana-mana termasuk Sidayu pendidikan
19
dari pemerintah Belanda16. Sementara itu ia lebih leluasa mengajarkan
agama di desa Tebuwung. Sebagai sarana mengajar para santri tahun 1864
didirikan sebuah pondok dan surau di daerah hutan bendo desa Tebuwung
yang sangat sederhana. Kemudian tahun tersebut sampai sekarang sebagai
tahun berdirinya Pondok Pesantren Al-Karimi yang dulu dikenal dengan
sebuta Pondok Bendo. Cara beliau mendidik para santri tak ubahnya
seperti di pondok-pondok salaf yang lain. Sistem Wetonan dan Sorogan
merupakan Tradisi ilmiyah pesantren.
Semasa hayatnya KH. Abdul Karim dikaruniai Lima Putra putri.
Dari ke Lima anak K.H. Abd Karim tersebut, K.H Musthofa, Putra
pertama yang lahir pada tahun 1871, adalah yang paling menonjol.
K.H Musthofa dilahirkan dan diasuh ditengah keluarga santri yang
sangat taat dalam menjalankan agama. ilmu-ilmu agama langsung
diterimanya dari sang ayah K.H Abd Karim. Karena didapat dengan materi
yang baik, dalam wadah dan lingkungan yang agamis serta diampu oleh
guru terkemuka menjadikan K.H Musthofa anak yang sangat penurut
tekun dan pada saatnya nanti menjadi tokoh kharismatik yang sangat
menjunjung tinggi supermasi syariat. adapun silsilah keluarga KH. Abd
Karim diantaranya:
B. Pendidikan dan Aktivitas
Mengawali pengembarannya dalam rangka thalabul ‘ilmi, KH.
Musthofa menerima pendidikan Islam tingkat dasar dari ayahnya sendiri,
16
20
KH. Abd Karim, pendiri pondok pesantren Al-Karimi Tebuwung Dukun.
Kemudian ia melanjutkan pelajarannya ke pondok pesantren Qomaruddin
Sampurnan Bungah Gresik yang saat itu diasuh oleh Kyai Mohammad
Sholeh Tsani selama 5 tahun. Disini terutama ia memperdalam
pengetahuannya tentang fiqih. Setelah itu ia melanjutkan pelajarannya ke
pondok pesantren Langitan, Tuban, yang saat itu diasuh oleh Kyai Ahmad
Sholih, Selama 3 tahun. Ilmu yang ditekuninya ketika di pondok Langitan
ialah Tata Bahasa Arab diantaranya seperti Nahwu, Shorof, Balaghah.
Kemudian ia pindah ke pondok Baurno, Bojonegoro selama Dua tahun.
Setelah itu ia pergi ke pesantren Kademangan di Bangkalan, Madura,
disana ia berguru kepada seorang kyai yang paling masyhur diseluruh
Jawa dan Madura di akhir abad ke-19 dan permulaanya abad ke 20 yaitu
Kyai Kholil. Ia tinggal di pesantren kurang lebih 2 tahun dan
memperdalam pengetahuannya dalam bidang tata bahasa Arab, linguistik
dan kesustraan Arab. Setelah menyelesaikan pelajarannya dipesantren ini ,
ia kembali kepondok pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik
dan kemudian ia diambil menantu oleh Kyai Moh. Sholeh Tsani mendapat
putrinya bernama Aminah tahun 1321 H/1895 M. Satu Tahun kemudian ia
menunaikan ibadah haji ke tanah suci makkah pada tanggal 4 juli 1896
M.17
Bagi seorang cinta ilmu, perjalanan ibadah haji bukan hanya untuk
menjalankan manasik saja, akan tetapi benar-benar dimanfaatkan untuk
17
21
“ngangsu kaweruh” kepada para masyayikh yang ada disana . apalagi
perjalanan ke Makkah saat itu dengan naik kapal layar yang
membutuhkan waktu yang relative panjang KH. Musthofa berkesempatan
belajar “mudzakarah’ kepada para masyayikh di Masjidil Haram dan
Masjid Nabawi selama 6 bulan. Perjalanan dari Nusantara menuju Masjidil
Haram dan Masjidil Nabawi membutuhkan waktu 2 hingga 6 bulan
lamanya karena perjalanan dahulu hanya ditempuh dengan kapal layar.
Bayangkan berapa banyak perbekalan berupa makanan dan pakaian yang
harus dipersiapkan pada saat itu.
Sebelum berdirinya Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah atau
dulunya orang menyebut “Pondok Kranji”, masyarakat desa kranji dan
sekitarnya adalah masyarakat abangan. yaitu masyarakat yang melakukan
kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan Syariat Islam, misalnya
pemberian sesaji pohon, laut dan lain-lain. Kondisi masyarakat yang
semacam itu, membuat sebagian masyarakat Kranji menghendaki adanya
adanya sebuah tempat pengajian semacam pesantren sebagai benteng
moraldan agama mereka. Namun kehendak mereka tersebut tidak bisa
begitu mudah terwujud. Karena waktu itu desa Kranji mengalami krisis
figur yang dapat menjadi penyeimbang dalam kehidupan bermasyarakat,
panutan dan tempat memperdalam Agama Islam. Akhirnya masyarakat
kranji membuat suatu pertemua yang dipelopori oleh H. Harun, K. Taqrib,
K. Abdul Hadi, H. Utsman, H. Ibrahim, K. Mukmin, H. Asyraf. untuk
22
mengambil guru mengaji . Pilihan tersebut tertuju kepada KH. Musthofa
agar berkenan mukim sekaligus bertempat tinggal di Kranji.
Pada tahun 1900 M. KH. Musthofa bersama keluarganya hijrah ke
Kranji menempati Rumah yang sekarang masih baik. selang beberapa
tahun kemudian santri semakin banyak, bahkan ada yang datang diluar
daerah Kranji, maka beliau membangun asrama tempat pemukiman,
mengulang pelajaran, menghafal, dan lain sebagainya. Asrama sederhana
tersebut letaknya disebelah selatan bangunan langgar (Musholla). Model
pengajaran yang dilakukan dalam penyampaian di pondok pesantren
Kranji adalah model sorogan dan kadang kala juga menggunakan cara
wetonan dan menggunakan tradisional lainnya. Sistem model pengajaran
seperti ini dikategorikan sebagai lembaga pendidikan tradisional
mempunyai sistem pengajaran tersendiri, dan itu menjadi ciri khas sistem
pengajaran yang membedakan dari sistem-sistem pengajaran yang
dilakukan di lembaga pendidikan formal. Ada metode pengajaran yang
diberlakukan dipesantren-pesantren, diantaranya adalah sorogan, dan
wetonan. Metode-metode pembelajaran tersebut tentunya yang ada
dipondok pesantren, tetapi setidaknya paling banyak diterapkan dilembaga
pendidikan tersebut.
Adapun sorogan tersebut berasal dari kata bahasa Jawa yakni
“sorog” yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan
kitabnya dihadapan kyai atau pembantunya (asisten kyai). sisitem sorogan
23
dengan seorang guru/kyai, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara
keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama
bagi seorang murid yang bercita-cita sebagai orang alim. Sistem ini
memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara
maksimal kemampuan seorang murid dalam mengiasai bahasa arab.
Dalam metode sorogan, murid membaca kitab kuning dan memberi
makna, sementara guru mendengarkan sambil memberi catatan, komentar,
atau bimbingan bila diperlukan. Akan tetapi dalam metode ini, dialog
atara guru dengan murid belum atau tidak terjadi. Metode ini tepat bila
diberikan kepada murid-murid seusai tingkat dasar (Ibtidaiyah) dan tingkat
menengah (tsanawiyah) yang segala sesuatunya perlu diberi atau
dibekali.18
Sementara wetonan, kata wetonan ini berasal dari kata Bahasa jawa
yakni “wektu” yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada
waktu-waktu tertentu, sebelum dan atau sesudah melakukan shalat fardhu.
Metode weton ini merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti
pelajaran dengan duduk disekeliling kyai yang menerangkan pelajaran
secara kuliah, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan
padanya. Dan metode wetonan ini cara penyampaiannya dimana seorang
guru, kyai, atau ustadz membacakan aerta menjelaskan isi kandungan kitab
kuning, sementara santri, murid, atau siswa mendengarkan, memberi
makna dan menerima. Jadi guru berperan aktif sementara murid bersifat
18 Muhammad Khofifi, “Pola Pendidikan Santri Pada Pondok Pesantren”,
24
pasif. dan metode wetonan ini dapat bermanfaat ketika jumlah muridnya
cukup besar dan waktu yang bersedia relatif sedikit, sementara materi yang
harus disampaikan cukup banyak. Penyampaian tradisional lainnya adalah
memberikan pengajaran secara umum kepada semua santri kemudian
beliau menguji santri santrinya dengan cara menghafal satu persatu,
mengulang pelajaran, mempraktekkan ilmu yang telah disampaikan.
Adapun materi yang disampaikan yakni Al-Quran, Tafsir Al-Quran dan
Al-Hadist, Fiqih, Nahwu, Shorof, Balaghoh, dan ilmu Tasawuf dan
beberapa keterampilan lainnya.
K.H Musthofa adalah sosok pribadi yang istiqomah dan sangat
menghargai waktu. Tiada waktu luang yang hilang begitu saja kecuali
selalu diisi dengan aktifitas-aktifitas. Diantaranya, disela-sela mengajar
mengaji Al-qur’an, beliau membuat tampar dari bahan lulup. Dari
kerajinan tangan yang ditekuni setiap pagi itu, akhirnya sampai
menghasilkan tampar yang cukup banyak dengan berbagai ukuran, dari
yang paling kecil sampai yang paling besar. Tampar produksi tangan KH.
Musthofa itu memiliki keistimewaan, kendatipun kelihatan cukup kecil
tapi cukup kuat untuk menarik beban yang besar. Bahkan akhirnya,
masyarakat Kranji dan sekitarnya sangat menyenangi tampar buatan KH.
Musthofa, karena kuat, murah dan bahkan sering tampar itu hanya
dipinjamkan atau diberikan saja.
Disamping itu KH. Musthofa adalah seorang ahli Falaq. Hal itu
25
membangun masjid dalam menentukan arah kiblat. Mengingat pada saat
itu belum ada alat kompas yang cukup mewadahi, maka untuk menentukan
arah kiblat, peranan seorang ahli falak sangatlah dominan. Selain itu, KH.
Musthofa juga ahli rancang bangun, karena bangunan-bangunan yang ada
di komplek pondok kranji adalah hasil arsitektur beliau. Paling tidak,
beliau aktif mengamati setiap hari terhadap pekerjaan bangunan para
tukang batu maupun tukang kayu yang sedang menangani pembangunan
pondok Kranji. Komposisi yang tepat dari campuran bahan bahan yang
digunakan untuk lolo sungguh memerlukan keahlian tersendiri, mengingat
waktu itu belum ada semen, tapi nyatanya sampai sekarang bangunan
tembok masih kuat. Salah satu kelebihan yang lain adalah bahwa KH.
Musthofa itu sangat gemar bersilaturahim kesanak saudaranya. Kebiasaan
melakukan silaturahim tersebut biasa dilakukan pada hari libur ngajinya
para santri, yaitu hari Jumat.
Disamping itu KH. Musthofa adalah salah seorang pengamal
tharekat Samaniyah yang amalannya populer dengan sebutan “dzikir
saman”. Ketika berbicara tentang tarekat maka persoalan mengenai
tasawuf akan ikut dibahas, hal ini dikarenakan antara tarekat dan tasawuf
saling berhubungan satu sama lain secara subtansial dan fungsional.
Tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat
adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya
mendekatkan diri kepada Allah, dan inilah yang menghubungkan antara
26
mu’tabarah di Indonesia. Hal tersebut disampaikan Nahdhatul Ulama yang
mencermati perkembangan tarekat di Indonesia dengan melakukan
kualifikasi atas tarekat-tarekat yang ada. Ada sekitar 45 tarekat di
Indonesia masuk dalam kategori tarekat mu’tabarah. Adapun syarat sebuah
tarekat menjadi tarekat mu’tabarah adalah tarekat tersebut mempunyai
sanad (mata rantai) yang tidak terputus atau bersambung kepada
Rasulullah SAW dan karena itu absah untuk diamalkan.
Tarekat samaniyah mulai menyebar ke Indonesia pada penghujung
abad ke-18. Tarekat ini, yang pertamanya mengacu pada nama Syaikh
Muhammad Ibn Abd al-Karim al-Saman, merupakan perpaduan dari
metode-metode dan bacaan tarekat Khalwatiyah, Qadiriyah,
Naqsyabandiyah, dan Syadziliyah. Bahkan menurut KH. Zuber Abd
Karim (alm) mengatakan bahwa yang membawa amalan dzikir Saman ke
Sampurnan Bungah adalah mbah KH. Musthofa. Sebagai pengikut tarekat
pada umumnya memiliki identifikasi khusus yang tidak dimiliki oleh
umumnya orang. Maka demikian pula halnya KH. Musthofa, beliau
banyak menyembuyikan sesuatau yang khalayak ramai, dengan alasan
takut popularitas, takut disanjung orang sehingga menimbulkan sifat
takabbur dan riya’ yang dapat merusak pahala. Dapat dipahami apa dan
mengapa rahasia dzikir Saman itu dilakukan pada malam hari dengan
memadamkan lampu-lampu dan dzikir-dzikir yang dibaca pun dengan
tanpa suara atau dengan suara yang lirih, nyaris tak terdengar. Rahasianya
27
hal tertentu sebaiknya dengan niat yang ikhlas khalishan mukhlishan
liwajhillah, tanpa pamrih itu dan ini.19 Dzikir saman yang dilakukan pada
malam ke-28 Ramadhan Sampurnan Bungah tepatnya di Pondok Pesantren
Qomaruddin, dzikir saman sudah tidak asing lagi menjadi suatu budaya
dan sering dilakukan di pondok pesantren Qomaruddin sehingga para tamu
berdatangan dari sesepuh desa hingga tetangga desa ikut hadir dan
berkumpul di sebuah Musholla yang bernama Langgar Agung.
Dalam sebuah cerita pengalaman Mohammad Djabir ketika masa
kecilnya, dimana ia dalam mengikuti ngaji qur’an selalu dipaksa oleh
ayahnya pada urutan pertama. Ngaji tidak akan dimulai sebelum Moh,
Djabir nongol duduk pada urutan bangku yang pertama. Itulah kesan masa
kecilnya ketika dibawah asuhan ayahanda KH. Musthofa. Bahkan secara
khusus ada semacam wasiat bahwa : “Muhammad, jangan sekali kali
engkau tinggalkan mengajar ngaji al-qur’an, walau sesibuk apapun.
Sempatkan hal itu sebagai wiridan seumur-umur, insya Allah hidupmu
akan barokah”.20
KH. Musthofa adalah salah satu seorang ulama salaf
yang sangat mengutamakan keterampilan baca al-quran bagi para keluarga
dan santri-santrinya.
Selain itu, KH. Musthofa juga seorang yang humoris, suka
bercanda berkelakar. Suatu hari beliau kedatangan tamu dari desa
Kemantren kecamatan Paciran dengan tujuan minta jampi-jampi dan
barokah demi kesembuhan anaknya yang sudah cukup lama terkena
19
Tim Fokus. KH. Musthofa Riwayat Hidup, Perjuangan & Keturunannya 1871-2004 (Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 21.
20
28
penyakit gatal-gatal. Sudah kesana kemari berikhtiar mencari obat demi
kesembuhan anaknya, namun selalu gatal. Tiba-tiba suatu malam orang itu
mimpi bertemu dengan KH. Musthofa dan kontan saja pada pagi harinya
ia sowan ke pondok Kranji bertamu kepada beliau. Setelah diceritakan
bahwa anaknya bertahun-tahun mengalami sakit gatal-gatal dan sudah
berikhtiyar kemana-mana tidak ada hasilnya, lalu ia minta jampi-jampi
pengobatan kepada beliau sesuai pesan dalam mimpi tersebut. Karena
mbah KH. Musthofa bukan seorag dukun, thabib atau bakul jamu, maka
dijawab oleh KH. Musthofa dengan santai berbahasa Jawa. “menawi
sampun mekaten, inggih kajaran kemawon”. (Artinya: jika memang sudah
demikian, ya biarkan saja menunggu nasib). Tapi jawaban sederhana itu
dipahami oleh sang tamu sebagai suatu jawaban yang sangat melegakan. Ia
menafsiri ucapan KH. Musthofa itu bahwa: “Jika memang sudah
demikian, ya berilah daun-daun pohon kajaran”. Maka pulanglah tamu itu
dengan membawa resep “daun kajaran” dengan I’tiqad yang mantap dan
yakin sebagai obat alternative yang mujarab.
Selang beberapa bulan kemudian, datang kembali tamu orang
kematren tersebut ke pondok Kranji dengan membawa kendaraan cikar
didalamnya penuh dengan buah-buahan, beras, lauk pauk dan lain-lainnya.
KH. Musthofa sangatlah terkejut dengan pemandangan itu, sebab merasa
tidak besanan dengan orang itu, dengan membawa buah tangan satu cikar
seperti layaknya orang mau ngajak besanan saja. Setelah ditanya :” ada
29
saya, dan ini buah tangan sebagai tanda mengembalikan obat/resep yang
pernah diberikan oleh mbah Musthofa yaitu “kajaran”. Jadi maunya
kelakar semata-mata, tapi diaggap serius, akhirnya sembuh atas
pertolongan Allah.
Dalam bidang kaderisasi, KH. Musthofa sangat memperhatikan
sungguh-sungguh. Misalnya dengan seringnya beliau menugaskan kepada
para anak cucu dan santri-santri senior untuk tampil dalam setiap
kesempatan, seperti menjadi imam shalat rawatib, sementara KH.
Musthofa turut hadir menjad makmum dibelakngnya. ini sungguh sesuatu
“uswah” yang luar biasa sebagai tokoh sentral tetapi tidak egois, tidak
merasa pintar sendiri, sementara orang lain dianggap tidak apa-apanya.
Gaya-gaya ego sentris seperti itu justru menjadi ciri khas pada umumnya
kyai-kyai tradisional. Mereka pada umumnya mengabaikan kaderisasi.
Gaya kepemimpinanya mengguakan sistem “kepemimpinan Gajah mada”,
dimana kerajaan menjadi kuat karena didukung oleh kekuatannya sendiri.
jika ada yang berpotensi dikanan-kirinya yang tidak mau loyal (sami’naa
wa atho’na), segera ditumpas karena merasa akan menyaingi bahkan
menutupi kebesara dirinya. Akibatnya setelah Gajah mada meninggal,
maka kerajaan majapahit merosot tajam dan kemudian hancur akibat sikap
kepemimpinanya yang egois, otoriter tanpa mau berpikir bagaimana
mempersiapkan generasi masa depan.21
21
30
Sebagai perintis dan pengasuh pertama operasional pesantren
sepenuhnya masih bergantung dan berpusat pada figur KH. Musthofa.
Beliau belum memperbantukan potensi para santri atau para
putra-putrinya. baru kemudian pada tahun 1924 M, sekembalinya salah satu
puteranya, Kyai Abdul Karim Musthofa, yang belajar di pondok pesantren
Tebuireng Jombang pulang ke Kranji Paciran Lamongan. Beliau mulai
mendirikan sebuah madrasah yang diberi nama “Tarbiyatut Tholabah”.
Menurut KH. Ahmad Thohir saudara kandung KH. Mohammad Baqir
Adelan. Bahwa, nama Tabiyatut Tholabah adalah pemberian/hadiah dari
Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari Pengasuh Pondok Pesantren
Tebuireng Jombang, ketika KH. Abdul Karim selesai belajar dipondok
pesantren tersebut. Pondok pesantrennya sendiri pada saat itu masih
dikenal dengan Pondok Kranji.
Sementara kurikulum madrasah yang didirikannya disesuaikan
dengan kurikulum Madrasah Salafiyah Tebuireng Jombang, tempat Kyai
Abdul Karim menuntut ilmu. Pada tahun 1928 M, Kyai Abdul Karim
Musthofa pergi lagi menuntut ilmu ke Tebuireng dan kepemimpinannya
sementara diserahkan kepada adik iparnya, Kyai Adelan dari Kranji, suami
dari Nyai Shofiyah Musthofa. Setelah berada dipondok pesantren
Tebuireng kurang lebih Lima tahun, tepatnya tahun 1933 M KH. Abdul
Karim Musthofa pulang ke Kranji untuk yang kedua kalinya meneruskan
dan memajukan kepemimpinannya banyak menghasilkan santri luar
31
muslim, seperti KH. Moh. Tholchah Hasan (dari sidayu dan sekarang
menetap di Malang), Kyai Abdul Karim Rosyid (dari Gelap Laren), KH.
Abdur Rahman Syamsuri (pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren
Karangasem Paciran), KH. Abdur Rahim Thoyyib (mantan pegawai
DEPAG RI-Delegan Panceng) dan masih banyak lagi lulusan pondok
pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji yang menjadi kyai lingkungan
pondok pesantren Kranji dan daerah lainnya.
Sebelum kedatangan jepang, Pondok Pesantren Tarbiyatut
Tholabah Kranji pernah mengalami libur panjang, ketika penduduk Desa
Kranji diperintahkan oleh Kyai Amin Musthofa ke desa Payaman untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Hal ini terjadi pada tahun 1941
M dan tahun 1942 M (adanya agresi Belanda yang menumpang tentara
NICA). Ketika situasi sudah normal kembali, aktivitas pendidikan dan
pengajaran pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji pun mulai berjalan
dengan baik, bahkan pada waktu itu telah dibuka kegiatan olah raga senam
yang dikenal dengan taiso. Taiso adalah bahasa jepang yang artinya senam
atau bisa diartikan senam kesegaran jasmani. Taiso bisa dilakukan di
koridor atau tempat yang memungkinkan untuk melakukan taiso. Musik
taiso yang meruoakan dentingan piano yang lembut, selalu terdengar
setiap menjelang jam kerja pada jam yang sama, musik sudah disetel
secara otomatis. Maka, siapapun yang mendengar musik taiso, secara
otomatis orang-orang akan bergerombol membentuk barisan, lingkaran
32
melalui radio Taiso. Taiso sudah menjadi tradisi nasional jepang. Dari
anak-anak sampai orang lajut usia. Taiso ini merupakan program Nasional
yang pertama kali diselenggarakan oleh radio NHK pada tahun 1928.
Taiso menjadi sangat populer di Jepang, yaitu setelah perang dunia II dan
sampai sekarang masih dilakukan dikalangan mahasiswa, pelajar maupun
pekerja.22 Lebih dari itu di pesantren ini pernah diberi pelajaran bahasa
jepang ketika KH. Abdul Karim Musthofa mempunyai teman akrab dari
jepang yang masuk Islam namanya Abdul Hamid. Pada tahun 1943 M
KH. Abdul Karim Musthofa diberi kedudukan oleh Jepang menjadi
pegawai sumo kacuk (pada saat itu Pegawai Agama atau sekarang PNS
DEPAG) di Bojonegoro, maka kepemimpinan pondok pesantren
diwakilkan kepada adiknya KH. Amin Musthofa. KH. Amin Musthofa
telah mempunyai pondok pesantren dan Madrasah Al Islam Wal Iman di
Tunggul Paciran Lamongan. Setelah itu, KH. Amin Musthofa mendapat
panggilan ayahnya (KH. Musthofa), akhirnya madrasah Al-Islam Wal
Iman digabung dengan madrasah Tarbiyatut Tholabah. Namun
Kepemimpinan KH. Mohammad amin dalam kepemimpinannya dipondok
pesantren bisa dikatakan kurang aktif, mengingat tuntutan bergerilya di
medan perang sebagai seorang militer, ia dituntut untuk turut bela negara,
mengusir penjajah dari bumi pertiwi tercinta, ia menjadi tentara Hizbullah
setelah pulang dari pondok tebuireng tahun 1934 bersama kakaknya, kyai
ahmad Muhtadi. Pada peristiwa 10 Nopember 1945 ia sebagai komandan
22Dewi Aichi, “Taiso”,
33
pasukan Hisbullah dengan pangkat setingkat Letkol bersama saudaranya.
Pada tahun 1949 Kyai Amin bersama kakaknya, Kyai ahmad Muhtadi
gugur sebagai pahlawan kusuma bangsa, tertawan oleh tentara Belanda
kemudian dieksekusi, ditembak mati dilapangan Sebanteng desa Dagan
kecamatan Solokuro dan dimakamkan disana satu lobang untuk berdua.
Pada tahun 1950 kepemimpinan pondok Pesantren Tarbiyatut
Tholabah dipegang oleh KH. Adelan, kepemimpinan KH. Adelan ini
merupakan Tradisi Baru, dimana seorang menantu dapat menduduki
kepemimpinan pesantren. Hal ini karena anak-anak KH. Musthofa yang
lain sudah bermukim dan mempunyai tugas diluar seperti Kyai Sholeh
memimpin pondok pesantren Qomaruddin Bungah, KH. Abdul Karim
sedang bertugas sebagai pegawai Departemen Agama Gresik, Kyai Abd
Rahman sudah menetap didesa Payaman. Disamping itu tentu ada faktor
lain yang menjadi pertimbangan kuat pengangkatan KH. Adelan setelah
KH. Musthofa wafat tahun 1950 adalah karena kualitas keilmuan,
senioritas, serta pengabdian dan loyalitasnya terhadap perjuangan Pondok
Tarbiyatut Tholabah Kranji.
Dalam Mengendalikan kepemimpinan pondok pesantren
Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan, KH. Adelan dibantu oleh
para tokoh daerah sekitar seperti Mbah Abu Bakrin, Bapak Martokan dan
lain sebagainya. Pada masa itu pondok Tarbiyatut Tholabah merekrut
tenaga pengajar dari luar maupun tenaga pengajar dari keluarga Bani
34
Baqir Adelan yang waktu itu belajar di pondok pesantren Mambaul
Ma’arif Denanyar Jombang.
Pada masa kepemimpinan KH. Adelan memangku pondok
pesantren sejak tahun 1958 tugas kependidikan diserahkan kepada KH.
Moh. Baqir Adelan, anaknya yang keenam. Dengan demikian maka
sebenarnya kiprah pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh KH.
Moh. Baqir Adelan di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji
Paciran Lamongan itu sudah dimulai sejak sebelum ia memangku pondok
pesantren. Sejak saat itu pendidikan di pondok Kranji mengalami
kemajuan, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Pada tanggal 21
Desember 1976 KH. Adelan wafat dan dimakamkan di komplek
pemakaman keluarga Bani Musthofa Kranji Paciran Lamongan.
Pada tahun 1976 KH. Moh. Baqir Adelan memimpin pondok
pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan setelah ayahnya
KH. Adelan. KH Moh.. Baqir Adelan adalah putra dari KH. Adelan dan
Nyai Shofiyah, KH. Moh. Baqir Adelan sejak kecil sudah terlihat rajin
belajar daya mempunyai daya intelegensia. Karena pada usia 11-12 tahun
beliau sudah hafal beberapa kitab antara lain, Alfiyah Ibnu Malik (nahwu),
Imrithy (nahwu), Zubad (fiqh), Faraid Albahiyah (qawaid fiqhiyah),
‘Iddat al faridl (ilmu mewaris). Beliau anak yang patuh kepada orang
tuanya dan memiliki jiwa wirausaha sejati, karena dengan kemampuannya
menjual kue-kue dengan duduk didepan bilik-bilik pondok yang waktu itu
35
Kristalasi pemikiran KH. Moh. Baqir Adelan sangat bermanfaat
untuk masyarakat desa Kranji dan sekitarnya seperti bidang pendidikan,
bidang dakwah, bidang sosial kemasyarakatan, dan bidang perekonomian.
Pada prinsipnya upaya ini dilakukan untuk memberikan suri tauladan
kepada santri agar mereka mempunyai jiwa kemandirian ketika lulus dari
pesantren Tarbiyatut Tholabah. Dalam kepemimpinan KH. Moh. Baqir
Adelan, beliau membangun dan mengebangkan sentral multi keterampilan
di lingkungan pesantren bukan tanpa tujuan. Hadirnya sentra multi
keterampilan yang digagas oleh beliau yang pertama, sebagian
masyarakat sekitar pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah sangat
bergantung pada hasil melaut, kedua, sebagaimana anjuran dalam
Al-Quran, bahwa mencari rizqi tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, ketiga,
bahwa laut menyimpan sumberdaya yang sangat melimpah baik dari
sumberdaya alam hayati dan juga non hayati. dalam kepemimpinan KH.
Moh. Baqir Adelan Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah mengalami
kemajuan seperti dalam bidang Karya, bidang Dakwah, pendidikan,
bidang sosial kemasyarakatan, dan bidang perekonomian. Pada tanggal 15
Mei 2006 M KH. Moh. Baqir Adelan menghembuskan Nafas Terakhir
menghadap Allah Bikhusnul Khotimah Insyaallah. Inna lillahi wa inna
36
Pada tahun 2006 setelah wafatnya KH. Moh. Baqir Adelan
kepemimpinan pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah diteruskan oleh
putranya KH. Moh. Nasrullah Baqir sampai sekarang.23
C. Pemikiran KH. Musthofa
Pemikiran KH. Musthofa dalam kitabnya Sarh aqidah yang
menerangkan tentang sifat dua puluh adalah suatu metode pengenalan
Allah melalui sifat-sifatnya yang dibatasi pada Dua Puluh sifat. Dalam
pemikirannya dikitab Syarh Aqidah salah satunya menerangan tentang
sifat mustahil bagi Allah yakni Jahl.
“Makna Jahl (bodoh) mencakup dugaan, keraguan, tuduhan, lupa, tidur, mengetahui sebatas ide dan semisalnya. secara umum, yang dimaksud adalah segala hal yang menyerupai bodoh, yakni sama-sama berlawanan denga mengetahui. dikatgeorikan dalam makna bodoh karena tidak memiliki unsur mengetahui seperti halnya bodoh. Namun, sebenarnya yang dimakusdkan dengan tuli dan buta dalam masalah ini adalah sama sekali tidak dapt mendengar dan melihat karena ada hal-hal yang menghilangkan keberadaan hal-hal yang terdapat dalam mendengar dan melihat, karena harus ada hubungan antara keduanya dengan segala hal yang wujud, sebagaimana yang telah disebutkan diatas. yang dimaksd dengan bisu adalah sama sekali tidak dapat berbicara karena penyakit yang menyebabkan tidak dapat berbicara. termasuk juga diam dan berbicara dengan huruf dan suara. karena perkataan yang dilakukan dengan huruf dan suara, meskipun sangat baligh dan fasih yang dipandang sempurna oleh makhluk yang kurang”.24
Sifat Dua puluh itu dapat diklasifikasikan kepada empat kelompok,
yaitu nafisiyah, Salbiyah, ma’ani dan ma’nawiyah. Kedua Puluh sifat itu
ialah sebagai berikut:25
23
Fokus. KH. Musthofa Riwayat Hidup, 24.
24
Musthofa, Manuskrip Syarh Aqidah
25
37
1. Wujud, yang berarti ada, mustahil ‘Adam artinya Allah tiada. Sifat ini
termasuk sifat nafsiyah, yaitu sifat yang menggambarkan kedirian
Tuhan. Allah memiliki sifat wujud dan pada saat yang sama Allah
mustahil memiliki sifat tidak ada (al-‘adam). Dalil adanya Allah ialah
adanya alam semesta. Alam semesta ada tidak mungkin oleh dirinya,
melainkan oleh luar dirinya, yaitu Allah. Bahwa Allah sebagai
pencipta alam semesta dijelaskan oleh ayat yang berbunyi: “Allahlah
yang menciptakan langit dan bumi dan segalanya isinya. (Q.S.
Al-a’raf:53).
2. Qidam, Artinya sedia (tiada awal bagi ke beradaanya ), mustahil
Huduth artinya Allah tidak sedia (memiliki awal bagi keberadaanya).
3. Baqa’, artinya kekal (tiada akhir bagi keberadaanya), mustahil Fana’
Allah tidak kekal (fana’).
4. Mukhalafatuhu li al hawadits, artinya berbeda dengan segala makhluk,
mustahil, Mumathalatuhu Lilhawadith artinya Allah sama dengan
makhluk.
5. Qiyamuhu binafsihi artinya Allah berdiri dengan sendirinya, mustahil,
Qiyamuhu Bighayrih artinya Allah berhajat kepada makhluk lainnya.
6. Wahdaniyat, Artinya Maha esa, Mustahil, Ta’adud artinya Allah
berbilang-bilang.
Kelima sifat Qidam, Baqa’, Mukhalafatu Hu li al hawadits, Qiyamu
Hu Binafsi Hi, Wahdaniyat disebut sifat Salbiyah, yaitu sifat yang
38
7. Qudrat, artinya Berkuasa, Yaitu Allah Berkuasa melakukan apa saja,
mustahil, ‘Ajz artinya tidak berkuasa melakukan segala sesuatu.
Dengan sifat ini Allah SWT. Mewujudkan atau meniadakan segala
sesuatu yang dikehendakinya, dan dengan sifat itu pula, Allah SWT.
kuasa melenyapkan atau menghancurkan apa saja yang
dikehendakinya. Adapun hal-hal yang dapat membuktikan kemaha
kuasaan Allah ialah kemampuannya menciptakan alam raya ini
meliputi planet-palnet, bintang-bintang, dan bumi dengan segala
isinya, seperti tumbuh-tumbuhan, flora dan fauna, serta sumber daya
alam seperti gas, minyak, emas dan energi-energi lain yang begitu
bermanfaat bagi manusia. Dari semua sistem pengaturan perjalanan
alam seperti rotasi bumi, cahaya yang begitu teratur sehingga berjalan
dengan tertib sehingga tampak kemaha kuasaan Allah untuk
menjalankan dan mengatur alam jagat raya ini sehingga tidak ada
makhluk yang menandingi kemaha kuasaaan Allah SWT. Hal ini
digambarkan dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya Allah berkuasa atas
segala sesuatu”. (Q.S. Al-Baqarah:20).26
8. Iradat, artinya berkehendak, yaitu allah berkehendak/memiiki
kebebasan melakukan apa saja sesuai dengan kemauannya. Mustahil,
Karahah artinya Allah tidak memiliki kebebasan. dengan sifat ini Allh
SWT menentukan segala sesuatu, baik menyangkut waktu dan tempat
maupun keadaan untuk mewujudkan atau meniadakannya. keberadaan
26
39
alam ini dengan segala perkembangannya didasarkan kehendaknya.
Apabila Allah berkehendak maka ia mewujudkanya, dan apabila Allah
berkehendak maka menghancurkannya, tidak ada makhluk yang dapat
menghalanginya. Dalam al-quran: “Katakanlah, ya Allah yang
mempunyai kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa yang
engkau kehendaki,dan engkau cabut kekuasaan dari siapa yang
engkau kehendaki, dan engkau muliakan siapa yang engkau kehendaki
dan engkau diamkan siapa yang engkau kehendaki. Ditanganmulah
segala kebajikan, sesungguhnya engkau maha kuasa atas tiap-tiap
sesuatu”. (Q.S Ali Imran : 26).
9. ‘Ilmu, artinya memiliki ilmu yang mampu mengetahui segala sesuatu,
baik yang zahir maupun yang tersembunyi. Mustahil, Jahl artinya
Allah memiliki sifat tidak berilmu (bodoh). Sifat ini Allah mengetahui
segala sesuatu peristiwa dengan tidak didahului oleh keraguan dan
kesamaran. Dengan sifat demikian Allah mengetahui rahasia segala
sesuatu, zhahir dan bathin, dan didalam ruang dan waktu. adanya
ketentuan dan kualitas alam ini bukti dari ilmu Allah SWT.
10.Hayat. Artinya Allah hidup, mustahil, Maut artinya ia tidak hidup
(mati). Kehidupan Allah tidak sama dengan kehidupan makhluk yang
membutuhkan bantuan dari luar dirinya, sedangkan kehidupan Allah
tanpa memerlukan ruang dan waktu serta bantuan makhluk. Melalui
sifat hayat inilah muncul sifat ma’ani lainnya, yaitu berkuasa,
40
sehingga menggambarkan kesempurnaan Allah. Dalam surat Al-furqan
ayat 58 yang artinya: “Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup,
yang tidak mati, dan bertasbillah dengan memujinya”.
11.Sama’. artinya mendengar, yaitu Allah mendengar segala sesuatu,
mustahil Syamam artinya Allah tidak mendengar. Allah mendengar
segala suara baik suara lahir maupun suara bathin yang sangat rahasia,
termasuk yang masih dalam hati dan angan-angan manusia. berbeda
dengan pendengaran makhluk seperti manusia yang terbatas pada
suara-suara zhahir, tanpa dapat mendengar hal-hal yang ghaib.
sedangkan pendengaran Allah tidak terbatas dan tanpa menggunakan
alat.
12.Bashir, artinya melihat, yaitu Allah melihat segala sesuatu, mustahil,
‘Umy artinya Allah tidak melihat (buta). Allah SWT mampu melihat
segala sesuatu yang ada di alam ini, termasuk gerak-gerik atau tingkah
laku makhluknya yang nyata dan yang tersembunyi, termasuk melihat
keadaan yang telah berlalu dan yang akan datang. Dalam al-quran
Surat Al-Mukmin ayat 19. “Dia mengetahui (pandangan) mata yang
khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati”.
13.Kalam, artinya berkata-kata, yaitu Allah berkata-kata dengan sempurna
perkataan, mustahil, Bukm artinya Allah tidak berkata-kata (bisu).
Allah berbicara tapa menggunakan huruf dan suara. sifat ini
menunjukkan allah mengetahui semua ilmu tanpa batas da
41
peringatan kepada makhluknya dan dengan kehendaknya pula makhluk
dapat memahami kalmnya. “Dan Allah berbicara dengan Nabi Musa
dengan pembicaraan yang sempurna”. (Q.S An Nisa’ : 164)
Ketujuh Sifat Qudrat Iradat, ilmu, Hayat, sami’, bashir, Kalam,
disebut sifat ma’ani yitu sifat-sifat yang melekat pada zat Tuhan.
14.Qadirun, artinya yang berkuasa, mustahil, Kaunuhu ‘Ajizan artinya
Allah bersifat Lemah.
15.Maridun, artinya yang berkehendak, mustahil, Kaunuhu Karihan
artinya Allah tidak berkehendak.
16.‘Alimun, artinyayang mengetahui, mustahil, Kaunuhu Jahilan Allah
yang bodoh.
17.Hayyun , artinya yang hidup, mustahil, Kaunuhu Mayyitan artinya
Allah mati.
18.Sami’un, artinya yang maha mendengar, mustahil, Kaunuhu Asam
artinya Allah yang tidak mendengar (tuli).
19.Bashirun, artinya yang maha melihat, mustahil,Kaunuhu A’ma artinya
Allah buta (tidak melihat).
20.Muttakallimun, artinya yang berkata-kata dengan sempurna perkataan,
mustahil, Kaunuhu Abkam artinya Allah yang tidak berkata-kata.
Ketujuh sifat terakhir seperti Qadirun, maridun, ‘alimun, hayyun,
42
sifat yang ada pada Tuhan sebagai konsekuensi dari sifat-sifat
ma’ani.27
27