• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN SEJARAH K.H. MOH. BAQIR ADELAN DALAM MENGEMBANGKAN ENTERPRENEURSHIP DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUT THOLABAH KRANJI PACIRAN LAMONGAN TAHUN 1958-1990.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN SEJARAH K.H. MOH. BAQIR ADELAN DALAM MENGEMBANGKAN ENTERPRENEURSHIP DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUT THOLABAH KRANJI PACIRAN LAMONGAN TAHUN 1958-1990."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN SEJARAH K.H. MOH. BAQIR ADELAN DALAM MENGEMBANGKAN ENTERPRENEURSHIP DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUT THOLABAH

KRANJI PACIRAN LAMONGAN TAHUN 1958-1990 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)

Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh Ah. Nurul Firdaus

NIM: A82212140

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Tinjauan Sejarah K.H. Moh. Baqir Adelan dalam Mengembangkan Enterpreneurship di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Tahun 1958-1990.Adapun masalah yang diteliti dalam penulisan skripsi ini adalah (1) Bagaimana biografi K.H. Moh. Baqir Adelan? (2) Bagaimana profil Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah yang dipimpin oleh K.H. Moh. Baqir Adelan? (3) Bagaimana usaha K.H. Moh. Baqir Adelan dalam mengembangkan enterpreneurship di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah tahun 1958-1990?

Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan metode penelitian sejarah, yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu (1) heuristik adalah pengumpulan data yang terdiri dari sumber benda maupun lisan serta sumber buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini. (2) kritik. (3) interpretasi. (4)

historiografi. Adapun pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan historis yang mendiskripsikan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dalam hal ini peneliti menggunakan teori sejarah naratif, yang dibawakan oleh K.H. Moh. Baqir Adelan seorang pelaku dalam panggung sandiwara dan teori continuity and change yang dikutip oleh Zamakhsyari Dhofier.

(7)

ABSTRACT

The title of the thesis is The Contemplation of K.H Moh. Baqir Adelan in Evolving the Entrepreneurship on Trabiyatut Tholabah of Islamic Boarding School Kranji Paciran Lamongan 1958-1990. Therefore, this thesis tries to investigate the research of problems: (1) how is the biography of K.H Moh. Baqir Adelan? (2) How is the profile of Tarbiyatut Tholabah of Islamic boarding school that led by K.H Moh. Baqir Adelan? (3) How is the exertion of K.H Moh. Baqir Adelan in Evolving the Entrepreneurship on Trabiyatut Tholabah of Islamic Boarding School at 1958-1990?

For answering the research problems, the researcher use history research method into some steps (1)heuristicis collecting the data from resources of object, oral (interview) and some books which correlate with this research. (2) Critic.(3)

Interpretation. (4) Historiography. Therefore, this history approach is descripting the phenomenon which is happened in the past. In this concern, the researcher use narrative history theory that delivered by K. H Moh. Baqir Adelan as a subject in the trodden boards also continuity theory and change as quoted by Zamakhsyari Dhofier.

From this research conclude that (1) K.H Moh. Baqir Adelan was born on 30th August 1934. He studied for the first time in Tarbiyatut Tholabah of Islamic School and continued into Al-Amin of Islamic Boarding School which led by his own uncle, K.H. Amin Muthofa. Then, he went to Tambak Beras of Islamic Boarding School for 2 years and Denanyar Islamic Boarding School for 4 years. On 1958, he was return in his first Islamic boarding school and be a leader on 1976. He died on 72 years old that be in conformity at 15thMay 2006. (2) Tarbiyatut Tholabah is built on 1989 M by K.H Musthofa in Kranji Paciran Lamongan. The first building, there were only dormitory and mosque. But, since globalization era which is suing to build the formal institute for complying the instruction of education ministry. The formal institutes are: MI, MTS, MA and STAIDRA. (3) Besides a

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERNYATAAN KEASLIAN... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ...viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Kegunaan penelitian ... 5

E. Pendekatan dan Kerangka Teori ... 6

F. Penelitian Terdahulu ... 7

G. Metode Penelitian... 8

(9)

BAB II BIOGRAFI K.H. MOH. BAQIR ADELAN

A. Kelahiran K.H. Moh. Baqir Adelan ... 17

B. Silsilah K.H. Moh. Baqir Adelan ... 18

C. Riwayat Pendidikan K.H. Moh. Baqir Adelan ... 19

D. Jabatan K.H. Moh. Baqir Adelan ... 20

E. Metode Dakwah K.H. Moh. Baqir Adelan ... 20

F. Pengalaman Hidup K.H. Moh. Baqir Adelan ... 22

G. Detik-detik K.H. Moh. Baqir Adelan Wafat ... 23

BAB III PROFIL PONDOK PESANTREN TARBIYATUT THOLABAH A. Arti Pesantren... 25

B. Ciri-ciri Pesantren... 27

C. Berdirinya Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah ... 28

D. Letak Geografis Desa Kranji... 30

E. Desa Kranji Dilihat dari Historis ... 31

F. Visi, Misi, Tujuan dan Usaha Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah ... 31

G. Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah ... 32

1. K,H Musthofa (1898-1950)... 32

2. K,H Abdul Karim (1950-1957)... 34

3. K,H Adelan Abdul Qodir (1950-1976) ... 35

4. K,H. Moh. Baqir Adelan (1976-2006) ... 39

(10)

H. Perkembangan Pendidikan Formal di Pondok Pesantren Tarbiyatut

Tholabah... 41

1. Madrasah Salafiyah... 41

2. Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatut Tholabah ... 42

3. Madrasah Tsanawiyah Tarbiyatut Tholabah... 44

4. Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah ... 48

5. Staidra ... 49

BAB IV USAHA K.H. MOH. BAQIR ADELAN DALAM BIDANG ENTERPRENEURSHIP A. Definisi dan Pengertian Enterpreneurship ... 52

B. Sejarah Enterpreneurship ... 53

C. Tahap-tahap Enterpreneurship ... 54

D. Perjalanan K.H. Moh. Baqir Adelan dalam Bidang Enterpreneurship... 56

1. Langkah Awal Dimulai tahun 1954-1958... 56

2. Langkah Kedua Dimulai tahun 1954-1958 ... 58

3. Langkah Ketiga Dimulai tahun 1975-1990... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Saran... 63

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan di Indonesia,

khususnya mengajarkan agama Islam. Pesantren di Indonesia telah

menjadi pusat pembelajaran dan dakwah. Ia telah memainkan peranan

penting karena merupakan sistem pembelajaran dan pendidikan tertua di

Indonesia.1 Banyak sekali pesantren yang didirikan di seluruh Indonesia, khusunya di Jawa Timur. Di Jawa Timur terdapat lebih dari 20 pesantren

yang tersebar mulai dari pesisir pantai utara, selatan maupun di daerah

pedalaman. Semua pesantren itu didirikan dengan tujuan untuk

menyebarkan agama Islam.

Pesantren memiliki sebuah metode pengajaran sendiri. Metode

inilah yang membuat pesantren sangat berbeda dengan lembaga formal

yang ada, seperti; SD, SMP dan SMA. Metode yang digunakan dalam

pesantren adalah sorogan dan bandongan. Sejak dulu, dua metode ini sudah dipakai dan sampai sekarang tetap dipertahankan. Karena keduanya

merupakan metode yang digunakan di sebuah pesantren. Dalam dua

metode itu berbeda cara penerapannya. Dalam bandongan, pengetahuan santri tentang tata bahasa Arab dianggap cukup, sehingga cara ini

diadakan untuk mereka yang sudah memperoleh pemahaman dasar tentang

1 Ending Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara,

(12)

2

bahasa Arab dan Al-Qur’an. Sebaliknya, sorogan diberikan kepada siapa saja yang ingin mendapatkan penjelasan yang lebih detail tentang berbagai

masalah yang dibahas dalam sebuah kitab.2

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang cukup pesat,

para tokoh pemikir Islam membuat kajian tentang pesantren. Di mana

sebuah pesantren bisa dikatakan sebagai pesantren haruslah mempunyai

tiga unsur. Ketiga unsur tersebut ialah;

1. Kiai

2. Asrama

3. Santri

Dengan begitu sebuah pesantren akan terasa lengkap jika tiga

unsur tersebut bisa terpenuhi. Itu semua mengacu pada semakin

banyaknya santri yang datang dari berbagai daerah. Sehingga kebutuhan

akan tempat tinggal pun harus disediakan. Atas kebutuhan tersebut mau

atau tidak pesantren harus bisa menyediakan tempat tinggal (asrama).

Ternyata dalam perjalannya, pesantren juga harus mengikuti

perkembangan zaman yang menuntut untuk didirikannya lembaga yang

formal seperti MI, MTs, dan MA. Lembaga formal ini harus ditambahkan

dalam sebuah pesantren sebab zaman yang semakin modern ini menuntut

adanya sebuah ijazah jika mau mencari kerja. Hal inilah yang mendorong

pesantren Tarbiyatut Tholabah mendirikan sebuah lembaga formal.

Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah merupakan salah satu pondok

(13)

3

tertua yang ada di Jawa Timur. Itu bisa dipahami dari unsur seperti di atas

yang sudah di penuhi oleh pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah. Pada

tahun 1898 M3 unsur-unsur seperti, adanya seorang kiai dan santri-santri serta asrama untuk tempat tinggal para santri yang datang dari luar desa

Kranji. Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah ini didirikan K.H.

Musthofa di desa Kranji Paciran Lamongan. Tanah untuk mendirikan

pondok tersebut adalah hibah dari H. Harun (santri K.H. Musthofa). inilah

cikal bakal pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah yang masih kokoh

berdiri hingga sekarang.

K.H. Musthofa merupakan pendiri sekaligus pengasuh pertama

Pondok pesntren Tarbiyatut Tholabah, dan saat ini pondok tersebut diasuh

oleh K.H. Moh. Nasrullah Baqir telah mengalami pergantian sebanyak 5

kali pengasuh, sebagai mana yang disebutkan dibawah ini:

1. K.H. Musthofa (1898-1950)

2. K.H. Abdul Karim (1950-1957)

3. K.H. Adelan Abdul Qodir (1957-1976)

4. K.H. Moh. Baqir Adelan (1976-2006)

5. K.H. Moh. Nasrullah Baqir (2006-sekarang).4

3 ABD. Rauf Djabir, K.H. Musthofa; Riwayat hidup Perjuangan & Keturunannya (1871-2004)

(Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 18.

4 Ahmad Budiman, “Profil Pondok Pesantren TABAH”, budimanyudistira.blogspot.co.id,

(14)

4

Dalam sebuah pondok, sedikit sekali yang mempunyai usaha

sendiri untu membiayai kebutuhan pondok tersebut. Kebanyakan pondok

hanya menunggu seorang donatur untuk sedikit menyumbangkan hartanya

untuk pondok. Namun, di pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah sudah

mempunyai usaha sendiri untuk mem-backupoperasional pondok tersebut. K.H. Moh Baqir Adelan adalah sosok yang merintis usaha tersebut. Usaha

yang beliau tekuni pertama kali adalah mendirikan sebuah meubel. Meubel

ini melayani pembuatan perahu untuk nelayan di desa Kranji. Kemudian

berkembang menerima pesanan meja, kursi dll.

Tidak banyak seorang kiai yang mempunyai dan mewujudkan ide

untuk mendirikan sebuah usaha. Usaha seperti ini pasti membutuhkan

keberanian yang besar dan juga dana yang tidak sedikit. Hal inilah yang

membuat penulis penasaran, sebernarnya faktor apa yang membuat beliau

berani membuat gebrakan baru tersebut. Padahal beliau bukanlah seorang

sarjana lulusan ekonomi. Bukan hanya itu, penulis juga ingin mengetahui

usaha apa saja yang dilakukan beliau untuk memajukan pondok tersebut

selain mendirikan meubel.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi K.H. Moh. Baqir Adelan?

2. Bagaimana profil Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah yang

(15)

5

3. Bagaimana usaha K.H. Moh. Baqir Adelan dalam mengembangkan

enterpreneurshi di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah tahun

1958-1990?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Biografi K.H. Moh. Baqir Adelan.

2. Untuk mengetahui profil dari pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah.

3. Untuk mengetahui usaha K.H. Moh. Baqir Adelan dalam

mengembangkan enterpreneurshi di Pondok Pesantren Tarbiyatut

Tholabah?

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai sumbangan akademisi penulis kepada almamater yang telah

mendidik dan memberikan ilmu yang tak terhingga manfaatnya sejak

duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah hingga Madrasah Aliyah.

2. Sebagai karya ilmiyah, penulis berharap karya ini bisa memberikan

wawasan baru kepada kalangan akademisi yang lain, juga untuk

masyarakat umum. Khususnya para alumni Pondok Pesantren

(16)

6

E. Pendekatan dan Kerangka Teori

Dalam proposal ini penulis akan memakai pendekatan historis.

Pendekatan ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa saja yang terjadi di

masa lampau.

Dalam hal ini pertama penulis memakai teori continuity and change yang menguraikan secara rinci masalah-masalah kesinambungan didalam maupun diluar pondok Tarbiyatu Tholabah. hal ini dimaksudkan

untuk mengetahui perubahan yang terjadi bahwasanya ketika pemikiran

baru yang muncul mempunyai kekuatan dan dorongan yang kuat yang ada

pada sebelumnya, maka pemikiran yang akan datang dengan kekuatan dan

dorongan maka akan terjadi perubahan.

Selain itu penulis memakai kerangka teori sejarah naratif. Menurut

sartono Kartodirjo, yang dimaksud sejarah naratif adalah sejarah yang

mendeskripsikan tentang masa lampau dengan merekonstruksikan apa

yang terjadi, serta diuraikan sebagai cerita, dengan perkataan lain

kejadian-kejadian penting diseleksi dan diatur menurut poros waktu

sedemikian hingga tersusun sebagai cerita.5 Sejarah naratif ini dirasa lebih

baik digunakan dalam proposal ini sebab masih banyak saksi mata yang

langsung berinteraksi dengan K.H. Moh. Baqir Adelan.

5 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia,

(17)

7

F. Penelitian Terdahulu

Untuk menghindari adanya kesamaan dalam penelitian, maka

penulis perlu menampilkan hasil penelitian sebelumnya. Sebelum penulis

membahas tentang “Perkembangan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah

di Era Pengasuh K.H. Moh. Baqir Adelan, Kranji Paciran Lamongan,

sudah banyak pembahasan yang berkaitan dengan Pondok Pesantren

Tarbiyatut Tholabah. Di antaranya adalah;

1. Korelasi pemilihan jurusan terhadap kesenjangan komunikasi antar

pribadi siswa Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran

Lamongan yang di tulis oleh Fathul Mufid. Skripsi ini menekan pada

hubungan komunikasi antar sesama siswa Madrasah Aliyah Tarbiyatut

Tholabah.

2. Upaya guru agama dalam meningkatkan mutu lulusan (output) di MTs

Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan oleh Fatimatus

Zuhroh. Skripsi ini penekananya lebih kepada tenaga pengajar di MTs

Tarbiyatut Tholabah dalam meningkatkan mutu lulusannya.

3. Persepsi dan sikap masyarakat santri pondok pesantren Tarbiyatut

Tholabah Kranji Paciran Lamongan Jawa Timur terhadap bank

syari’ah oleh Ali Mujib. Tesis ini penekananya pada pandangan santri

Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah terhadap adanya Bank Syariah.

Dengan demikian judul yang diambil oleh penulis ini tentang

(18)

8

Paciran Lamongan Tahun 1958-1990” berbeda titik fokusnya. Dalam penelitian ini penulis lebih menitik beratkan pada usaha beliau dalan

bidang enterpreneurship dan mengembangkan pondok dalam pendidikan.

G. Metode Penelitian

Sugiyono menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara

ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan bertujuan untuk dapat

ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu ilmu pengetahuan

tertentu sehingga pada saat gilirannya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Menurut Nugroho

Notosusanto, metode sejarah mempunyai empat langkah kegiatan, yaitu

Heuristik, Kritik Sumber (verifikasi), Interpretasi dan Historiografi.6

1. Heuristik

Heuristik berasal dari kata Yunani hueriskan yang artinya

mempeoleh.7Heuristik merupakan tahapan mengumpulkan sebanyak-banyaknya sumber sejarah yang relevan dengan tulisan yang akan

dikaji. Sumber sejarah merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi yang nantinya digunakan sebagai

instrumen dalam pengolahan data dan merekonstruksi sejarah.

6Dimas Angga, “Metode Penulisan Sejarah Pada Karya Ilmiyah”,gandrungrontak.blogspot.co.id,

http://gandrungrontak.blogspot.co.id/2013/11/metode-penulisan-sejarah.html. 25 Mei 2016.

(19)

9

Sedangkan menurut Dr. Lilik Zulaicha, heuristik adalah suatu

proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mengupulkan

sumber-sumber, data-data atau jejak sejarah. Sejarah tanpa sumber maka tidak

bias bicara. Maka sumber dalam penelitian sejarah merupakan hal

yang paling utama yang akan menentukan bagaimana aktualitas masa

lalu manusia bias dipahami oleh orang lain.8 Pengumpulan data ini bisa dari sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah

kesaksian seseorang yang melihat dan merasakan langsung kejadian

tersebut. Sedangkan sumber sekunder adalah kesaksian seseorang

yang tidak melihat kejadian tersebut namun masih bias merasakan

akibat dari kejadian tersebut.

Sumber primer dan sekunder ini bias saja berupa buku-buku,

dokumen maupun rekaman dimana buku–buku dan dokumen tersebut

hasil karya saksi mata yang dituangkan dalam tulisan.

Pada tahapan pertama ini penulis akan mengumpulkan

beberapa rekaman wawancara dengan beberapa saksi mata yang

langsung melihat dengan mata kepala sendiri amal-amal dan perilaku

K.H. Moh. Baqir Adelan. Pun para saksi mata juga merasakan sendiri

kebijakan, pengambilan keputusan, perkembangan baik secara fisik

maupun pembelajaran pada masa K.H. Moh. Baqir Adelan menjadi

pengasuh dalam pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah. Penulis bisa

menyebutkan beberapa saksi mata yang bisa diwawancarai yaitu;

(20)

10

a. Rahmat Dasy

b. H. Ainur Rofiq

c. K.H. Musthofa Abdurrahman

Untuk sumber sekunder, penulis akan mengambil buku-buku

yang berkaitan dengan judul tersebut dan juga artikel-artikel yang bisa

diambil dari internet.

Untuk dokumen penulis akan menyajikan sebagai berikut;

a. Silsilah dari pengasuh pertama pondok pesantren Tarbiyatut

Tholabah yaitu K.H. Musthofa bin Abd. Karim hingga pada K.H.

Moh Baqir Adelan dan juga putranya.

b. Akta pendirian Yayasan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah

tahun 1989

c. Akta pendirian Yayasan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah

tahun 2007.

d. Surat keputusan pengangkatan guru MTs. Tarbiyatut Tholabah

dengan nama Musthofa, AR. Oleh K.H. Moh. Baqir Adelan.

e. Surat keterangan dari Yayasan yang menyatakan bahwa K.H.

Moh. Baqir Adelan adalah pengasuh mulai dari tahun 1976-2006.

2. Kritik Sumber

Pada tahap kedua dari metode penelitian adalah kritik. Hal ini

(21)

11

masing-masing. Selanjutnya dilakukan penilaian, pengujian dan

penyeleksian sumber-sumber untu mendapatkan sumber yang

benar-benar autentik (keaslian sumber). Hal ini patut dilakukan agar kita

terhindar dari sumber palsu. Kritik sumber ini pun terdiri sari kritik

intern dan ekstern.

a. Kritik Intern

Kritik intern adalah kritik sumber yang digunakan untuk

meneliti keaslian isi dokumen, rekaman atau tulisan tersebut. Kritik

intern ini lebih menekankan pada isi dari sebuah dokumen sejarah.

Sumber yang diperoleh penulis yang relevan, karena penulis

mendapatkan sumber langsung dari keluarga, masyarakat dan santri

yang hidup sezaman dengan K.H. Moh. Baqir Adelan dengan cara

interview atau wawancara.

b. Kritik ekstern

Kritik ekstern adalah penentuan asli atau tidaknya suatu

sumber atau dokumen. Idealnya seseorang menemukan sumber yang

asli bukan rangkapnya apa lagi foto kopinya. Apa lagi jaman sekarang

kadang-kadang sulit membedakan asli atau bukan. Oleh karena itu

penulis akan meneliti betul silsilah para tokoh yang akan

diwawancarai dan peneliti juga akan mengkaji betul

dokumen-dokumen yang didapat, hal ini dilakukan supaya mendapatkan sumber

(22)

12

3. Interpretasi

Interpretasi adalah upaya sejarawan untuk melihat kembali

tentang sumber-sumber yang didapatkan apakah sumber-sumber yang

didapatkan dan yang telah diuji autentisnya terdapat saling hubungan

atau satu dan yang lain. Dengan demikian sejarawan memberikan

penafsiran terhadap sumber yang telah didapatkan.9

Penulis akan menginterpretasikan atau menafsirkan

sumber-sumber yang telah didapat dengan membandingkan sumber-sumber satu

dengan sumber yang lain. Baik sumber itu berupa wawancara maupun

berupa dokumen-dokumen dan beberapa buku. Langkah ini

merupakan tahapan yang ketiga.

4. Historiografi

Historiografi adalah penulisan hasil penelitian. Historiografi

adalah rekontruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data

yang diperoleh dengan menempuh proses.10 Sedangkan menurut Dr. Lilik Zulaicha, historiografi adalah mnyusun atau merekonstruksi

fakta-fakta yang telah tersusun yang didapatkan dari penafsiran

sejarawan terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk tulisan.11

9Ibid., 17.

(23)

13

Dalam tahapan terakhir ini penulis akan memaparkan hasil

penelitian yang sudah dilakukan dengan cara sistematis atau

berurutan.

H. Sistematika Pembahasan

Suatu penelitian haruslah ditulis dan disusun secara sistematis

oleh penulis. Untuk itu penulis akan memaparakan sistematika

penelitian yang sebagaiman yang akan diuraikan dibawah ini.

Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi Latar belakang

masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

Pendekatan dan kerangka teoritis, penelitian terdahulu, metode

penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua ini penulis akan membahas tentang biografi K.H.

Moh. Baqir Adelan. Biografi ini akan dimulai dari K.H. Moh. Baqir

Adelan dilahirkan, pendidikan hingga beliau menjadi pengasuh

pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah.

Bab ketiga Penulis akan memaparkan sekilas tentang profil

Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah yang dipimpin oleh K.H. Moh.

Baqir Adelan. Hal ini dilakukan supaya pembaca mengetahui

bagaimana pondok tersebut bisa berdiri. Dan juga untuk mengetahui

letak geografis pondok tersebut.

Bab keempat pembatasan masalah yang sudah dilakukan oleh

penulis akan diteruskan dalam bab ini. Sehingga penulis menyajikan

(24)

14

menopang operasional pondok. Dan usaha beliau dalam memajukan

pondok dalam bidang pendidikan dan juga pembangunan.

Bab kelima yaitu penutup. Penutup akan berisi tentang

kesimpulan yang dibuat oleh penulis. Gunanya adalah untuk

(25)

BAB II

BIOGRAFI K.H. MOH. BAQIR ADELAN

Dalam sebuah pesantren tentu saja ada komponen-komponen yang harus

terpenuhi untuk bisa di sebut sebagai sebuah pesantren. Salah satunya adalah

adanya seorang kiai. Istilah kiai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari

bahasa Jawa.12 Kata-kata kiai mempunyai makna yang agung, keramat, dan dituahkan. Selain gelar kiai diberikan kepada seorang laki-laki yang lanjut usia,

arif, dan dihormati di Jawa. Gelar kiai juga diberikan untuk benda-benda yang

keramat dan dituahkan, seperti keris dan tombak. Namun pengertian yang paling

luas di Indonesia khususnya Jawa, gelar kiai diberikan kepada seorang yang alim

ulama, taat beragama dan berakhlak mulia. Terutama kepada orang yang

mendirikankan dan mempin sebuah pondok pesantren.

Sudah kita ketahui bersama bahwa di pulau Jawa merupakan pusat

pesantren di Indonesia, lebih-lebih daerah Jawa Timur. Di Jawa Timur, jumlah

pondok pesantren sendiri lebih dari 500 pondok yang tersebar di seluruh

kabupaten maupun kota. Dalam penyebaran Islam, peran pesantren sangatlah

besar. Bahkan dalam kemerdekaan Indonesia pesantren juga ikut andil. Banyak

santri-santri yang deikerahkan oleh para kiai untuk ikut jihad. Dalam pesantren,

mempunyai segalanya yang dibutuhkan jiak ingin mendalami ilmu agama. Mulai

12Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kiai (Jakarta: Raja

(26)

16

dari pengajar, kitab-kitab yang mengajarakan tentang tata cara berakhlak dengan

baik, serta adanya contoh langsung yang bisa ditiru yaitu seorang kiai.

Dalam perjalanannya pesantren ada yang tumbuh, berkembang kemudian

mengalami kemunduruan. Seperti layaknya sebuah peradaban, pesantren juga

mempunyai sirkulasi perputaran yang sama, pada mulanya dibangun, kemudiann

tumbuh berkembang dan setelah perkembangan itu mencapai puncaknya akan ada

namanya fase kemunduran. Fase kemunduran inilah yang sangat ditakutkan.

Karena tak jarang fase kemunduruan ini mengakibatkan pesantren tersebut tak

mampu bangkit lagi dan akhirnya hilang dari peradaban. Namun tak jarang pula

yang mengakibatkan kemunduran tersebut adalah tidak memiliki keturunan yang

mampu untuk meneruskannya. Tapi masih banyak juga pesantren yang masih

mampu bertahan sampai era 2000-an ini. Walaupun sudah berumur lebih dari satu

abad. Contohnya saja seperti pondok pesantren sidogiri yang berdiri dari tahun

1745 dan pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah yang berdiri dari tahun 1898.

Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah ini berada tepat di desa Kranji

kecamatan Paciran kabupaten Lamongan. Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah

ini juga sering disebut TABAH atau Pondok Kranji. Pondok ini sudah mengalami

pergantian pemimpin sebanyak lima kali, yaitu;

1. K.H. Musthofa (1898-1950)

2. K.H. Abdul Karim (1950-1957)

3. K.H. Adelan Abdul Qodir (1957-1976)

(27)

17

5. K.H. Moh. Nasrullah Baqir (2006-sekarang)13

Diantara enam Kiai diatas penulis akan fokus membahas tentang K.H.

Moh. Baqir Adelan. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai riwayat hidup beliau

mulai dar beliau lahir hingga beliau wafat.

A. Kelahiran K.H. Moh. Baqir Adelan

K.H. Moh. Baqir Adelan lahir pada tanggal 30 Agustus 1934 M. Atau 19

Jumadil Ula 1354 H. di desa Kranji kecamatan Paciran kabupaten Lamongan

putera ke 6 dari 12 bersaudara. Ibunya bernama Nyai Hj. Shofiyah (Putra ke 4 dari

K.H. Musthofa dengan Nyai Aminah Sholeh) sedangkan ayahnya bernama K.H.

Adelan Abdul Qodir (santrinya K.H. Musthofa dari Kranji).14

Beliau sejak kecil memiliki kelebihan beberapa kelebihan yang berupa

intelegensi, sikap (keberanian) dan keterampilan praktis (berdagang). Dari

kelebihan itulah beliau dapat memimpin, mengembangkan dan meningkatkan

mutu Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah serta dapat memperluas jaringan

perdagangan khususnya bidang perkayuan jati.15

Pada masa kecil, K.H. Moh. Baqir Adelan belajar al-Qur’an seperti

layaknya anak-anak di usianya. Guru pertama beliau belajar al-Qur’an adalah

Nyai Hj. Sofiyah ibundanya sendiri. Kemudian beliau berguru pada neneknya

13Ahmad Budiman, “Profil Pondok Pesantren TABAH”,budimanyudistira.blogspot.co.id

http://budimanyudistira.blogspot.co.id/2014/06/profil-singkat-pon-pes-tarbiyatut.html, Rabu, 25 Mei 2016.

14 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran

Lamongan(Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 23.

(28)

18

Nyai Aminah, K.H. Abdul Karim paman beliau dan K.H. Musthofa (pendiri

pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah). Yang membuat hal ini spesial adalah

guru-gurunya merupakan para alim dan ahli dalam bidang al-Qur’an. Kegigihan

beliau untuk tholabul ‘ilmi sudah terlihat sejak kecil. Buktinya adalah K.H. Moh.

Baqir Adelan dalam belajar satu bidang saja yaitu al-Qur’an sampai berguru

kepada empat ahli al-Qur’an.

Melihat dari beberapa gurunya yang berkualitas tinggi itu, maka pantaslah

beliau dapat menguasai kitab suci al-Qur’an beserta ilmu yang bersangkutan

dengannya.16

B. Silsilah K.H. Moh. Baqir Adelan

Pada foto di atas jelas bahwa K.H. Moh. Baqir Adelan adalah keturunan

dari K.H. Musthofa Abdul Karim dengan istri pertama yaitu Nyai Amina Sholih

Tsani melalui garis seorang ibu. K.H. Musthofa adalah pendiri Pondok Pesantren

Tarbiyatut Tholabah. Jika ditarik garis ke atas lagi maka masih ada keturunan wali

seperti Raden Qosim (Sunan Drajat), Sayyid Ainul Yaqin (Sunan Giri Gresik) dan

Syekh Maulana Ishaq. Lihat foto dibawah ini.

Sedangkan jika ditarik lagi garis lebih ke atas maka akan sampai pada

baginda Rosulullah SAW dan Nabi Adam.

(29)

19

C. Riwayat Pendidikan K.H. Moh. Baqir Adelan

Masa depan bangsa tergantung pada kualitas pendidikan anak-anaknya.

Memikirkan, mempertimbangkan pendidikan anak-anak sama dengan

mempersiapkan generasi yang akan datang. Hati seorang anak bagaikan sebuah

plat fotografik yang tidak bergambar apa-apa, siap mereflesikan semua yang

ditamapak padanya. Semua sifat-sifat baik yang membantu memenuhi tujuan

hidup adalah warisan alami yang dibawa setiap jiwa ke bumi, hampir semua sikap

buruk yang diperlihatkan manusia apa adanya merupakan apa-apa yang

didapatkan setelah mereka dilahirkan ke bumi.17

Pendidikan formal yang pertama kali beliau memasuki Madrasah

Salafiyah pada tahun 1940 di Madrasah Tarbiyatut Tholabah yang dipimpin oleh

K.H. Abdul Karim Musthofa sampai tahun 1944.

Yang kedua meneruskan di Madrasah Muallimin Tunggul yang dipimpin

oleh K.H. Moh. Amin Musthofa dari tahun 1944 sampai 1948. Pada usianya yang

ke 14 tahun itu beliau ikut mengajar dan berdakwah kepada masyarakat atas

bimbingan K.H. Moh. Amin.

Yang ketiga meneruskan pendidikannya ke pondok pesantren

Tambakberas Jombang yang diasuh oleh K.H. Abdul Jalil dari tahun 1952 sampai

1954.

(30)

20

Yang keempat beliau meneruskan pendidikannya ke Pondok Pesantren

Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang yang diasuh oleh K.H. Bisri Syamsuri dari

tahun 1954 sampai 1958.18

D. Jabatan K.H. Moh. Baqir Adelan

Sebagai seorang Kiai senior yang memiliki banyak pengalaman, beliau

sangat dipercaya untuk menduduki jabatan dalam berbagai organisasi, lembaga

dan badan kepengurusan llainnya seperti sebagai berikut:

a. Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.

b. Ketua pembangunan Masjid Jami’ Baiturrahman Kranji Paciran Lamongan.

c. Ketua I Syuriah NU cabang Lamongan.

d. Ketua II MUI tingkat II Kabupaten Lamongan.

e. Penasehat BAZIS tingkat II Kabupaten Lamongan.

f. Penasehat Ta’mir Masjid “Sunan Drajat” Drajat Paciran Lamongan.

g. Anggota Syuriah NU wilayah Jawa Timur

E. Metode Dakwah K.H. Moh Baqir Adelan

Metode brasal dari bahas Yunani yaitu methodos, merupakan gabungan

dari kata meta dan hodos. Meta sendiri mempunyai arti melalui, mengikuti dan sesudah. Sedangkan arti dari hodos berarti jalan dan cara. Ada lagi jika ditelisik dari bahas Jerman, metode berasal dari kata methodican yang berarti ajaran tentang metode. Sedangkan dalam bahasa Arab metode disebut thariq, atau

18 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran

(31)

21

thariqoh yang berarti jalan atau cara. Kata-kata tersebut idenitik dengan kata al-ushlub. Ushlub secara bahasa jalan, seni. Misalnya; dikatakan dia berada pada ushlub suatu kaum, maksutnya ialah berada diatas jalan (manhaj) mereka, dan

jika ada yang mengatakan: “...aku mengambil suatu ushlub dalam pembicaraan”,

maksutnya ialah seni dalam bicara.19

Banyak ayat yang berkaitan dengan dakwah, akan tetapi diantara ayat yang

paling penting untuk dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan dakwah

(metode dakwah) adalah lebih merujuk pada Q.S 16:125.

Sebagai seorang tokoh agama dan juga sebagai seorang Kiai, K.H. Moh.

Baqir Adelan (Kiai Baqir) mencoba megamalkan isi dari firman Allah yang

diatas. Dengan segala macam metode dakwah yang ada Kiai Baqir mengambil

caranya senidiri untuk berdakwah. Karena dakwah bukan hanya kewenangan

ulama atau tokoh agama. Setiap muslim bisa melakukan dakwah, karena dakwah

bukan hanya ceramah agama.20 Menurut K.H. Nasrullah Baqir21. “metode yang Romo yai gunakan dulu banyak, tapi yang paling sering beliau gunakan adalah

metode bi al-hal, bi al-lisan sebagai usuwah. Dan yang masih dugunakan dan

berjalan sampai sekarang ya arisan juragan yang diadakan tiap bulan sekali. Ada

juga dengan melalui berdagang, khutbah dan acara-acara lain”. Dari pengamatan

Kiai Baqir terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar sehingga pemilihan

dakwah seperti yang diutarakan oleh K.H. Nasrullah Baqir itulah yang dipilih.

19Enjang dan Aliyudin,Dasar-dasar Ilmu Dakwah(Bandung: Widya Padjajaran, 2009), 83. 20Moh. Ali Aziz, (edisi revisi)Ilmu Dakwah (Jakarta: KENCANA Prenada Media Group, 2012),

2.

21Putra Pertama dari K.H. Moh. Baqir Adelan yang sekarang menjadi pengasuh Pondok Pesantren

(32)

22

Tujuan untuk membuat arisan tidak lain adalah untuk berdakwah. Karena

dengan perkumpulan arisan itu masyarakat desa Kranji banyak yang ikut kumpul.

Dalam setiap acaranya mulai dari dulu hingga sekarang pasti ada sedikit sisipan

tentang kajian ke-Islaman. Tidak hanya berhenti sampai disitu, beliau juga

melakukan interaksi secara langsung terhadap masyarakat sekitar dengan

berdagang. Dengan kesabaran beliau dalam berdakwah akhirnya masyakat luas

mulai mengenal beliau. Bukan hanya dari desa Kranji tapi desa-desa sekitarnya

pun mulai tertarik dengan kecakapan beliau. Alhasil beliau banyak di undang

untuk mengisi khutbah di masjid-masjid desa lain.

F. Pengalaman Hidup K.H. Moh Baqir Adelan

Pengalaman hidup yang diperoleh di luar pendidikan formal, seperti

pergaulan dalam tugas dan lain sebgainya:

1. Pengalaman Mengajar

a. Di Madrasah Tarbiyatut Tholabah Kranji Pacrian dari tahun 1948 sampai

1951.

b. Di Madrasah Muallimin Tunggul Paciran tahun 1949

c. Di Madrasah Tsanawiyah Denanyar Jombang dari tahun 1954 sampai

1958

2. Pengalaman Berdagang

a. Melakukan perdagangan berbagai kitab di lingkungan LP Ma’arif se

(33)

23

b. Sejak bulan November 1974 beliau mulai merintis perdagangan kayu jati

yang perusahaannya memakai nama UD. Barokah Sejati yang bergrak di

bidang mebeler dan perahu nelayan. Hingga kini perusahaan itu masih

terus hidup dan berkembang yang bertaraf yang berada 300 meter dari

situs Pondok Pesantren dekat dengan laut Jawa.22

G. Detik-detik K.H. Moh. Baqir Adelan Wafat

Kronologi wafatnya K.H. Moh. Baqir Adelan. Pada hari Jum’at tanggal 12

Mei 2006 K.H. Moh. Baqir Adelan memberikan kuliah shubuh di pondok pondok

putri, pada hari Sabtu tanggal 12 Mei 2016 juga masih bisa memberi tausiyah

jam’ah muslimat NU di Kranji. Namun, di hari Ahad tanggal 14 Mei 2006

melakukan tes gula darah dan hasilnya normal, dan pada hari Senin Pahing, K.H.

Moh. Baqir Adelan menyuruh K.H. Mph. Nasrullah menjadi imam sholat Shubuh

di pondok putra (inilah yang kemudian dijadikan tanda orang-orang bahwa yang

pantas untuk menggantikan beliau adalah K.H. Moh. Nasrullah).23 Kemudian setelah shbuh gus Sahluq Khuluq mohon do’a restu untuk melaksanakan ujian

thesis, selanjutnya pada jam 08.00, K.H. Moh. Baqir Adelan bersma keluarga ke

dokter untuk memeriksakan beliau, akan tetapi beliau tidak mau dikarenakan

malam selasa ada hataman ngaji. pada jam 09.00 beliau makan dan minum obat

serta minta dipijat oleh H. Khomsin.24

22 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran

Lamongan (Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 24. 23Rahmat Dasy,Wawancara,Drajat Paciran Lamongan, 11 Mei 2016

24 Nuril Ahmad etal, KH. Mohammad Baqir Adelan: Organisatoris, Ulama , dan Teknokrat

(34)

24

Masih dihari yang sma sekitar pukul 11.00 beliau ingin mengambil air

wudlu untuk melakukan shalat Dhuhah yang sudah menjdi rutinitas di jam 11.00,

akan tetapi beliau tidak kuat untuk mengambil air wudlu dan pada jam 11.10

beliau berbaring dan K.H. Moh. Nasrullah berinisiatif untuk memanggil dokter.

Pada pukul 11.30 berliau masih berbaring sambil membaca lafald Allah

berkali-kali dan minta dipijat Hj. Lu’Luk sertaminta minum air zam-zam dan tepat pukul

11.55 tanggal 15 Mei 2006 M beliau menghembuskan nafas terakhir untuk

kembali menghadap Allah SWT.25

(35)

BAB III

PROFIL PONDOK PESANTREN TARBIYATUT THOLABAH

A. Arti Pesantren

Kata pesantren berasal dari kata santri, yaitu istilah yang digunakan

bagi orang-orang yang menuntut ilmu agama dielmbaga pendidikan Islam

tradisional di Jawa. Kata santri mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”,

yang berarti tempat para santri menuntut ilmu.26

Menurtu Johns, seperti dikutip oleh Zamakhsari Dhofier, kata

santri berasal dari bahasa Tamil sastri yang berarti “guru mengaji”. Sedangkan menurut C.C. Berg, sebagaimana dikutipoleh Dhofier, berasal

dari bahasa India sastri, yang berarti buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang imau pengetahuan. Menurut Robson, kata santri berasal

dari kata Tamil santtiri yang diartikan orang yang tinggal disebuah rumah miskin atau bangunan secara umum.27

Menurut Nurcholis Madjid, ada dua pendapat yang bias dipakai

sebagai acuan untuk melihat asal-usul perkataan santri. Pertama adalah

pendapat yang mengatakan bahwa santri berasal dari kata sastri dari bahasa Sanskerta, yang artinya melek huruf. Kedua adalah pendapat

26 Hanum Amrullah, Pelembagaan Pesntren Asal-usul dan Perkembangan Pesantren di Jawa

(Jakarta: Departemen Agama RI, 2004), 30.

(36)

✂6

bahwa kata santri berasal dari bahasa Jawacantrik,artinya seseorang yang mengabdi kepada seorang guru.28

Walaupun semua asumsi tokoh-tokoh diatas berbeda-beda, namun

dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang santri adalah orang-orang yang

yang memperdalam agama yang selanjutnya akan diajarkan kepada

masyarakat, dalam memperdalam agama selain menggunakan al-Quran

dan hadits juga memakai kitab yang dikarang oleh ulama salaf,tinggal di sebuah asrama yang sederhana dan juga mengabdi kepada gurunya.

Menurut Zarkasy (1998: 105-106) pesantren juga dikenal dengan

tambahan istilah pondok yang dalam arti kata bahasa Indonesia

mempunyai arti kamar, gubug, rumah kecil dengan menekankan

kesederhanaan bangunan atau pondok juga berasal dari bahasa Arab

Fundhuk yang berarti ruang tidur, wisma, hotel sederhana, atau mengandung arti tempat tinggal yang terbuat dari bambu.

Pesantren atau lebih dikenal dengan istilah pondok pesantren dapat

diartikan sebagai tempat atau kompleks para santri untuk belajar atau

mengaji ilmu pengetahuan agama kepada kiai atau guru ngaji, biasanya

komplek itu berbentuk asrama atau kamar-kamar kecil dengan bangunan

apa adanya yang menunjukkan kesederhanaannya.

Pengertian pondok pesantren secara terminologis cukup banyak

dikemukakan para ahli. Beberapa ahli tersebut adalah:

(37)

✄ ☎

1. Dhofier (1994: 94) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah

lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami,

menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan

pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.

2. Nasir (2005: 80) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah

lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta

mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam.

3. Team Penulis Departemen Agama (2003: 3) dalam buku Pola

Pembelajaran Pesantrenmendefisikan bahwa pondok pesantren adalah pendidikan dan pengajaran Islam di mana di dalamnya terjadi interaksi

antara kiai dan ustadz sebagai guru dan para santri sebagai murid

dengan mengambil tempat di masjid atau di halaman-halaman asrama

(pondok) untuk mengkaji dan membahas buku-buku teks keagamaan

karya ulama masa lalu. Dengan deimikan unsure terpenting bagi

pesantren adalah adanya kiai, para santri, masjid, tempat tinggal

(pondok) serta buku-buku (kitab kuning)

B. Ciri-ciri Pesantren

Dalam pesantren setidaknya ada tiga elemen yang harus dipenuhi

untuk menunjang kemajuan kegiatan belajar. Yang pertyama adalah

Masjid, kiai dan asrama. Menurut Dhofier, setidaknya pesantren memiliki

lima elemen dasar. Ini berarti bahwa suatau lembaga pengajian yang telah

(38)

✆8

statusnya menjadi pesantren. Elemen-elemen pesantren tersebut adalah

pondok merjid, kiai, santri, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.29

C. Berdirinya Pondok Pesntren Tarbiyatut Tholabah

waktu itu para tokoh masyarakat desa Kranji merasa perlu adanya

seorang pemimpin umat yang dapat dijadikan teladan serta panutan, maka

berdasarkan kesepakatan para tokoh tersebut, mereka meminta dengan

hormat kepada K.H. Musthofa agar berkenan mukim sekaligus bertempat

tinggal di Kranji. Dan beliau mengabulkannya. Pada bulan Jumadil akhir

1316 H./november 1898 M. K.H. Musthofa mulai membuka tanah

pemberian H. Harun Kranji yang masih berupa semak belukar, dan dikenal

oleh masyarakat setempat sebagai tempat yang angker.30

Berkat, keimanan, keyakinan, keuletan serta kebaktiannya kepada

Allah SWT. dengan penuh semangat fi sabilillah, beliau beserta para santri

perdananya dapat membabat semak belukar dan juga dimulai dengan

menggali sumur yang tepatnya berada di utara Langgar Agung (mushollah

al-Ihsan sekarang) adapun santri dan sekaligus yang menjadi tokoh

masyarakat pada saat itu antara lain sebagai berikut;

1. H. Harum dari Kranji

2. H. Asrof dari Drajat

3. H. Usman dari Kranji

29Zamakhsari Dhofier,Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Kiai(Jakarta: LP3ES, 1982),

44.

30 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran

(39)

✝ ✞

4. H. Ibrohim dari Kranji

5. K. Mas Takrib dari Kranji

6. K. Abdul Hadi dari Drajat

7. K. Mu’min dari Drajat

Para santri pertama itu sangat patuh dan taat serta memberikan

beberapa bantuan fasilitas berupa apa saja yang diperlukan oleh beliau H.

Harun dan H. Usman tergolong santri yang hartawan, dermawan serta

menghormati kepada orang alim. Dengan dukungan dan meteril dari para

santri membuat beliau ingin pindah dan menetap di desa Kranji. Di mana

hari-hari sebelumnya (selama 2 tahun) dalam usaha mendirikan pondok

pesantren masih dilakukan pulang pergi dari pondok pesantren Sampurnan

Bunga ke desa Kranji. Adapun pembangunan langgar agung (mushllah

al-Ihsan sekarang) adalah bangunan yang pertama kali berdiri di pondok

pesantren Tarbiyatu Tholabah Kranji dengan demikian maka pada tahun

1900 M. Keluarga beliau diajak hijrah ke Kranji yaitu tempat yang sudah

dibangun yang masih baik keadaannya sampai sekarang. Beberapa tahun

kemudian, karena santri semakin bertambah banyak bahkan dari daerah

sekitar Kranji maka K.H. Musthofa bersama santrinya mendirikan asrama

sederhana untuk tempat istirahat, mengulang pelajaran mengahafal dan

sebagainya. Asrama sederhan tersebut letaknya disbelah selatan langgar

(40)

✟ ✠

Santri yang yang diasuh dan dibina oleh beliau yang sudah banyak

jumlanhya diantara santir-santri beliau yang termasyhur;31

1. K.H. Murtadlo (kiai Tolo) yaitu adik kandung beliau sendiri yang

akhirnya membuka dan meneruskan ayahnya di Tebuwung.

2. K. Abd. Rasyid dari mentaras Dukun Gresik

3. K.H. Adelan dari Kranji yang akhirnya diambil sendiri oleh K.H.

Musthofa dan dijodohkan nyai Sofiyah.

4. Tentunya banya santri beliau yang menjadi guru madrasah, imamudin,

kepala desa pegawai negeri dan lain sebagainya.

D. Letak Geografis Desa Kranji

Desa Kranji bagi beliau bukan desa sembarang desa, akan tetapi

merupakan yang dapat ditempati untuk memperjuangkan Allah SWT.

bahkan dapat di jadikan pemuikaman beliau sampai akhir hayat. Ditinjau

dari segi geografis maka desa Kranji mempunya gambaran letak sebagai

berikut;

1. Sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa

2. Sebelah timur berbatasan dengan desa Banjaranyar

3. Sebelah selatan dengan desa Sendang

4. Sebelah barat berbatasan dengan desa Tunggul

(41)

✡ ☛

E. Desa Kranji Dilihat dari Historis

Sedang dilihat dari historis dan strategis maka desa Kranji

mempunyai gambaran sebagai berikut;

1. Merupakan desa yang tua usianya. terbukti adanya makam kuno,

seperti; makam ayu, makam glondong dan makam sirah

2. Merupakan suatau desa yang strategis dan ekonomis karena terbukti

pada zaman kolonial Belanda di desa Kranji telah dibangu dua gedung

besar yang terletak di kanan dan kiri jalan raya Deandles. Perkebunan

Belanda disebelah sealatan desa Kranji, juga dengan adanya pasar

desa, TPI dan adanya pembantu puskesmas, dan beberapa tempat

strategis lainnya.32

F. Visi, Misi, Tujuan dan Usaha Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah

Visi: Terbentuknya insan kamil.

Misi: menjadi pusat layanan umat untuk menyelesaikan permasalahan.

Tujuan:

1. Membentuk manusia muslim yang berbudi luhur dan

mempunyai pengetahuan luas

2. Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran.

3. Meningkatkan kesejahteraan rakyat.

32 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran

(42)

☞ ✌

Usaha:

1. Menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah dan jalur luar

sekolah.

2. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial.

G. Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah

1. K.H. Musthofa (1898-1950)

K.H. Musthofa adalah putra kelahiran desa Tebuwung,

kecamatan Dukun, kabupaten Gresik, lahir pada bulan Sya’ban 1291

Hijriyah/Oktober 1871 Masehi. Ayahnya bernama K.H. Abd. Karim

bin Abd. Qohar bin Darus dbin Qinan bin Ali Mas’ud bin Ahmad

Rifa’i bin Bisri bin Ahmad Dahlan bin Muhammad Ali bin Abd.

Hamid bin Shodiq bin R. Qosim (Sunan Drajat). Dengan demikian,

apabila dihitung dari Sunan Drajat K.H. Musthofa adalah keturunan

yang ke duabelas.33

Sedang ibunya bernama Nyai Khodijah binti K.H. Mustahal bin

Urfiyah binti Badruddin bin Nyai Walidin bin Ongkoyudo bin K.

Abdulloh Sambu bin Nyai Abd. Jabbar binti R. Ayu Sambu binti

Pangeran Wolo bin Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri). Dengan

demikian, urutan nasab beliau kepada Sunan Giri adalah keturunan

yang ke duabelas pula.34

33 ABD. Rauf Djabir,K.H. Musthofa; Riwayat hidup Perjuangan & Keturunannya (1871-2004)

(Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 17.

(43)

✍✍

Dalam pendidikan beliau mendapat pengarajaran pertama dari

lingkungan keluarganya sendiri, terutama dari K.H. Abd. Karim

ayahnya sendiri sekaligus pendiri Pondok Pesantren Al-Karimi

Tebuwung Dukun. Setelah mendapatkan asuhan dari orang tua, beliau

berminat melanjutkan untuk menuntut ilmu ke tempat lain. Atas izin

dari kedua orang tua beliau, maka beliau meninggalkan kampung

halaman, teman sejawat, sanak keluarga dan kedua orang tuanya.35

Pada mulanya beliau pergi ke pondok Sampurnan Bungah yang

diasuh oleh K.H. Muhammad Sholeh Tsani. Di sini yang beliau

perdalam adalah pelajaran-pelajaran agama terutama Fiqih selama lima

tahun. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan mencari ilmunya ke

Pondok Pesantren Langitan Tuban yang saat itu diasuh oleh K.H.

Ahmad Sholeh. Di sana beliau memperdalam ilmu agama selama tiga

tahun. Di pondok ini beliau bersahabat dengan kiai Hasyim Asy’ari

(pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang). Selama tiga tahun itu

ilmu yang beliau tekuni adalah tata bahasa (Nahwu, Sharaf dan

Balaghah).36 Kemudian selama dua tahun beliau memperdalam ilmu

agamanya di Pondok Burno Bojonegoro. Dan perantauan beliau dalam

mencari ilmu yang terkahir adalah di kiai Kholil Bangkalan. Hampir

semua kiai besar di Jawa dan Madura dalam abad ke-20 adalah murid

kiai Kholil Bangkalan. Kurang lebih dua tahun beliau menimbah ilmu

35 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran

Lamongan (Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 14.

36 ABD. Rauf Djabir, K.H. Musthofa; Riwayat hidup Perjuangan & Keturunannya (1871-200)

(44)

✎ ✏

di kiai Kholil Bangkalan. Ada cerita menarik pada saat beliaunyatridi Bangkalan;

“ada cerita sesudah lebih kurang satu tahun beliau berada di Pondok Pesantren kiai Kholil Bangkalan Madura, beliau ingin berjumpa dengan kiai Kholil namun belum bisa. Pada suatau hari beliau dipanggil oleh kiai Kholil dan disuruh memanjat pohon pepaya untuk mengambil buahnya, akan tetapi setelah di atas dan dapat mengambil buahnya oleh kiai Kholil pohon pepaya itu ditebang (dipotong) sehingga pohon itu roboh bersama K.H. Musthofa dan pingsan. Setelah sadar bilau oleh kiai Kholil disuruh pulang dan agar mengajarkan ilmu yang diperolehnya.”

2. K.H. Abdul Karim (1950-1957)

Putra ketiga K.H. Musthofa dengan ibu Nyai Aminah adalah

K.H. Abdul Karim. Beliau lahir pada tahun 1903 M. pendidikan

pertama yang beliau dapatkan adalah dari ayahnya sendiri. beliau

merupakan salah satu murid generasi pertama sekaligus sebagai kader

yang merupakan mampu membantu orang tuanya dalam

mengembangkan pesantren Kranji.37 Setelah mendapatkan pendidikan dari ayahnya, beliau (K.H. Abdul Karim) melanjutkan pendidikan ke

Pondok Pesantren Sampurnan Bungah Gresik dan pada tahun

1918-1924 beliau menimbah ilmu di Pondok Pesantren Jombang. Yang pada

waktu itu masih diasuh oleh K.H. Hasyim Asy’ari38.

Sejak masih muda beliau dikenal ahli dalam melagukan

ayat-ayat suci al-Qur’an yang lazim dengan sebutan Qari’.39 Dalam buku

37Ibid., 25.

38K.H. Hasyim Asy’ari merupakan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1924. 39 ABD. Rauf Djabir, K.H. Musthofa; Riwayat hidup Perjuangan & Keturunannya (1871-200)

(45)

✑ ✒

biografi K.H. Musthofa yang ditulis oleh ABD. Rauf Djabir beliau

dalam melantunkan ayat suci al-Qur’an sangat fasih karena bimbingan

dari ayah beliau. Sebab ayah beliau sangat adil dalam mengajari

al-Qur’an. Mulai dari tajwidnya hingga tanda baca (waqaf). Dan konon

keindahan suara beliau adalah titisan dari kakek beliau sendiri yaitu

K.H. Abd. Karim bin Abd. Qohar (Tebuwung).

Pada tahun 1924 beliau kembali ke Kranji lalu menerapkan

pengetahuan yang diperolehnya yaitu melakukan pembaharuan dalam

bidang pendidikan pesantren, beliau membuka pendidikan dengan

sitem klasikal berupa Madrasah Diniyah yang diberi nama Madrasah

Tarbiyatut Tholabah, dengan menggunakan kurikulum sebagaimana

yang dilaksanakan di Madrasah Salafiyah Tebuireng Jombang.

Beliau juga diangkat sebagai Shumokacho di Bojonegoro sekitar 2 tahun yaitu pada tahun 1943-1945. Shumokscho adalah setingkat dengan Kakandepag. Sebab beliau diangkat adalah atas jasa

teman akrabnya orang Jepang yang sudah masuk Islam yang bernama

Abd. Hamid Uno. Ketika itu Abd. Hamid Uno menjabat sebagai polisi

yang membawahi pulau Jawa.40

3. K.H. Adelan Abdul Qodir (1950-1976)

Nama lengkap beliau adalah Mohammad Adelan bin Abd.

Qodir bin H. Harun. Beliau lahir pada tanggal 10 Mei 1899 di Kranji

(46)

✓6

Paciran Lamongan.41 Beliau lahir dari keluarga H. Harun dimana H. Harun merupakan seorang Agniya’ yang berada di kawasan Kranji dan

Drajat waktu itu.42 H. Harun merupakan pengusaha gamping (kapur bakar) yang sukses. Omsetnya pada waktu itu sangat tinggi, hinggap

pengirimannya sampai ke Semarang yang pengirimannya melalui jalur

laut.

K.H. Adelan Abdul Qodir atau biasanya di panggil mbah

Adelan sejak kecil sampai dewasa belajar di Pondok Pesantren Kranji

dibawah asuhan K.H. Musthofa dan merupakan santri yang sangat

dipercaya. Bahkan akhirnya mbah Adelan diambil menantu sendiri

mendapatkan putrinya yang bernama Sofiyah. Selama menikah dengan

Nyai Sofiyah, mbah Adelan dikaruniai 12 anak. Adapun nama-nama

anaknya yaitu;

1. Mohammad Shodiq

2. K.H. Ach. Thohir

3. Mohammad Nashir

4. Nyai Hj. Syarifah

5. Ustadz abdul Wahab

6. K.H. Moh. Baqir Adelan

7. Ustadzah Mujiroh

8. Ustadzah Maimunah

9. Romlah

41Ibid., 27.

42 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran

(47)

✔ ✕

10. K.H. Ach. Mubasjir

11. Ahmad Muhadjir

12. Hakimah

Kepemimpinan mbah Adelan ini merupakan tradisi baru,

dimana seorang menantu dapat menduduki kepemimpinan

pesantren.43 Hal ini disebabkan semua anak-anak K.H. Musthofa yang lain sudah bermukim dan atau mempunyai tugas di luar. Seperti kiai

Sholeh sudah memimpin Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah, Kiai

Abd. Karim sedang bertuga sebagai pegawai Departemen Agama di

Gresik, kiai Abd. Rahman sudah menetap di desa Payaman, dan lain

sebagainya. Kalau toh ada yang tinggal di Kranji mereka masih sangat

kecil, jadi dianggap masih belum bisa mengemban amanah untuk

menjadi pengasuh. Di samping itu, ada faktor lain yang

dipertimbangkan dalam pengangkatan kiai Adelan setelah kiai

Musthofa wafat tahun 1950 karena kualitas keilmuan, senioritas, serta

pengabdian dan loyalitasnya terhadap perjuangan di pondok Kranji.

Misalnya, ketika K.H. Abd. Karim bertugas mengajar di Pondok

Pesantren Tebuireng Jombang mbah Adelan menggatikan posisi

beliau sebagai pimpinan pendidik di Pondok Kranji. Demikian pula

ketika kepemimpinan kiai Mohammad Amin yang sering

43ABD. Rauf Djabir,K.H. Musthofa; Riwayat hidup Perjuangan & Keturunannya (1871-2004)

(48)

✖8

meninggalkan Pondok Pesantren lantaran kepentingan gerilya, maka

tugas kependidikan dan kepesantrenan diback-up oleh mbah Adelan.44

Menurut putra sulung K.H. Musthofa yaitu kiai Mohammad

Djabir (almarhum) penuturannya kepada penulis buku dengan judul

Biografi K.H. Mustofa yang waktu dikonfirmasi terkait dengan

suksesi di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah, baik pada sektor

kepemimpinan pusat (pemangku pondok) maupun pada sektor

kepemimpinan unit-unit dibawahnya beliau mengatakan;

“sesuai dengan amanat yang diberikan K.H. Musthofa bahwa suksesi kepemimpinan pondok pesantren Kranji tidak harus dipimpin langsung oleh garis keturunan dari Bani Musthofa, melainkan oleh siapa saja yang dipilih oleh keluarga Bani Musthofa. Meskipun kepemimpinan aka lebih diutamakan apabila masih ada garis keturunan Bani Musthofa yang memenuhi kriteria kepemimpinan (bobot, bibit, dan bebet-nya)”.

Pada tahun 1976 putra beliau yang bernama Moh. Baqir Adelan

meminta restu untuk menunaikan ibadah Haji. Akan tetapi beliau tidak

merestuinya dan menyarakankan agar dilaksanakan pada tahun depan.

Akhirnya putra beliau pun menurutinya. Disengaja maupun tidak pada

tahun itu juga tepatnya pada tanggal 21 Desember 1976 mbah Adelan

Abdul Qoadir telah mengahadp Rahmatullah. Ternyata dibalik

pencegahan beliau terdapat hikmah yang begitu besar.

(49)

✗ ✘

4. K.H. Moh. Baqir Adelan (1976-2006)

Setelah K.H. Adelan meninggal dunia, pemangku Pondok

Pesantren Tarbiyatut Tholabah di amanatkan kepada anaknya yang ke

enam yaitu K.H. Moh. Baqir Adelan. Beliau (K.H. Moh. Baqir adelan)

30 Agustus !934 M. dan meninggal pada tanggal 15 Mei 2006 M pada

usia yang ke-72. Beliau dikaruniai putra-putri yang sangat alim.

Di sela-sela kesibukannya, beliau masih menyempatkan untuk

menulis buku, diantaranya adalah :

1. Tas-hilu Al-mubtadi’ Li Fahmi Nadhmi Al-Imrithi

2. At-Taisir Wa At-Tabyin Li-Maqasid Alfiyah Ibn Malik

3. Syarh Al-Asma Al-Husna

4. Hasyiyah Alaa Uddah Al-Faaridh Fi Ilmi Al-Faraidh.45

Pada usia beliau yang cukup matang serta untuk menjalankan

sunnah Rosulloh, maka beliau bertekad membina rumah tangga untuk

menyempurnakan sebagian dari agamanya, bersama wanita pilihan

orang tuanya ibu nyai Aminah, putra kedua dari pasangan bapak H.

Mas’ud dan ibu Hj. Malihah yang tidak bukan adalah adik kandung

ayah beliau, untuk menjadi pendamping hidup dalam meneruskan

perjuangan di masyarakat.46

45 Muhyiddin, “Biografi Singkat K.H. Moh. Baqir Adelan Kranji”, aliyahtabah.blogspot.co.id

http://aliyahtabah.blogspot.co.id/2015/04/biografi-kh-moh-baqir-adelan.html, 26 Mei 2016.

46Nuril Ahmad etal,KH. Moh. Baqir Adelan: Organisatoris, Ulama’, dan Teknokrat(Lamongan:

(50)

✙ ✚

Di bulan April 1964 M yang bertepatan tanggal 15 Dzulhijjah

1384 H. beliau melaksanakan akad nikah di Masjid Kranji yang

sekarang dikenal dengan “Masjid Baitur Rohman”. Pada saat itu

beliau berusia 27 tahun dan ibu nyai masih berusia 12 tahun. namun,

diusia yang masih begitu muda beliau mempunyai peran yang luar

biasa di masyarakat.

Setelah 2 tahun mengaruhi mahgligai rumah tangga, akhirnya

pada tahun 1966 beliau dikaruniai seorang putra yang diberi nama

Muhammad Nasrullah Baqir yang memimpin pondok saat ini. Dalam

pernikahan ini beliau diberkahi 9 orang anak, yaitu 4 putra dan 5

putri.47

5. K.H. Moh. Nasrullah Baqir (2006-sekarang)

Pada tahun 1966 M. lahirlah seorang bayi mungil yang lucu,

seperti kebanyakan bayi lainnya. Namun, yang membedakan dari yang

lain adalah kelahiran bayi di tengah rumah tangga seoran kiai yang

sangat alim. Bayi itu lahir dari pasangan K.H. Moh. Baqir Adelan dan

Nyai Hj. Aminah yang kelak menjadi penerus Pondok Pesantren

Tarbiyatut Tholabah. Nasrullah Baqir, begitulah nama panggilan yang

disematkan kepada anak beliau (K.H. Moh. Baqir Adelan).

Nasrullah Baqir kecil tumbuh dalam lingkungan pondok

pesantren Tarbiyatut Tholabah. Kelak lingkungan pesantren akan

(51)

✛ ✜

mempengaruhi pemikiran beliau. Beliau mengenyam pendidikan

pertama kali yaitu dalam bidang al-Qura’an.48

H. Perkembangan Pendidikan Formal di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah

1. Madrasah Salafiyah

Madrasah Salafiyah didirikan oleh KH. Abdul Karim Musthofa

pada tahun 1924. Beliau mendirikan Madrasah Salafiyah dengan diberi

nama Madrasah “Tarbiyatut Tholabah” sedangkan kurikulum

disesaikan dengan kurikulum Madrasah Tebuireng Jombang.49 Pada tahun 1927 KH. Abdul Karim Musthofa menunaikan ibadah haji.

Kemudian pada tahun 1929 – 1933 Madrasah Salafiysh

dipimpin oleh KH. Adelan (ayah KH. Moh. Baqir Adelan), dan

semenjak tahun 1934 pondok pesantren Kranji lebih dikenal dengan

Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji.50

Berikut diantara dewan gurunya pada waktu itu sebagai

berikut;

a. KH. Abdur Rohman Musthofa

b. Kiai Rasmidin dari Kemantren

c. Kiai Mas Amirin dari Jombang

48Rahmat Dasy, Wawancara, Drajat Paciran Lamongan, 11 Mei 2016.

49 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran

Lamongan (Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 28.

(52)

✢ ✣

d. KH. Adelan dari Kranji

e. KH. Toyyib dari Kranji

Sedangkan dantara para alumninya adalah;

a. Kiai Abdur Rosyid dari Gelap Laren Lamongan

b. Kiai Abu Bakrin dari Drajat Paciran Lamongan

c. Kiai Abdur rohim Thoyyib dari Kranji

d. KH. Imron dari Banjaranyar

e. KH. Abdur Rohman Syamsuri (pengasuh Pondok Pesantren

Karangasem Paciran)

f. KH. Ashuri Syarqowi (pengasuh Pondok Pesantren Mazroatul

Ulum Paciran)

g. KH. Ahmad Tohir Adelan dari Kranji

h. KH. Showab dari Godok Laren Lamongan

i. Prof. Dr. KH. Tolha Hasan dari Malang

j. KH. Salamun Paciran

Namun seiring dengan perjalanan waktu Madrasah Salafiyah

ini sudah tidak ada dan digant dengan Madrasah Ibtidaiyah.

2. Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatut Tholabah

Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatut Tholabah secara

resmi mulai diterimanya murid putri yang diprakarsai oleh ustadz

Moahmmad Ali Thoyyib pada tahun 1948, sedangkan murid dari

(53)

✤ ✥

dan bagi yang sudah besar tetap mengikuti Madrasah Salafaiyah

dengan mengajisorogan.51

a. Periode Kepemimpinan Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatut Tholabah Kranji

1. Tahun 1946 - 1952 : Al-Ustadz Moh ali thoyyib

2. Tahun 1952–1955 : Al- Ustadz Abd. Wabbab Adelan

3. Tahun 1958–1962 : Al- Ustadz Moh Baqir Adelan

4. Tahun 1963–1968 : Al- Ustadz Ahmad Thohir Adelan

5. Tahun 1969–1977 : Al- Ustadz Moh Thoha Thoyyib

6. Tahun1978–1990 : Al- Ustadz Musthofa Abdurrohman

7. Tahun 1990–2005 : Al-Ustadz H. Ach.Sjafi’ Ali A.Ma

8. Tahun 2005 : Al- Ustadz Ah. Fadlol S.Ag (PJS Kepala)

9. Tahun 2005–2008 : Al- Ustadz Atmono S.Ag

10. Tahun 2008–sekarang : Al- Ustadz Mudzakkir Ikrom S.Ag

VISI

Menciptakan anak yang bertaqwa, berakhlaqul karimah dan

berkualitas intelektual

MISI

1. Menyeleggarakan pendidikan dan pengajaran dengan

menjaga Keseimbangan antara ilmu agama dan umum.

(54)

✦✦

2. Mengembangkan potensi akademik siswa.

3. Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan ajaran

islam secara kaffah.

4. Menumbuhkan, mengembangkan dan mengarahkan minat,

bakat serta keterampilan siswa.

5. Menciptakan madrasah professional

TUJUAN

1. Terbentuknya siswa yang taat beribadah dan gemar beramal

sholeh.

2. Menciptakan kebiasaan hidup berakhlaqul karimah dan

disiplin.

3. Menumbuhkan dan mengembangkan minat, bakat serta

ketrampilan siswa sejak dini

4. Mempersiapkan siswa secaramaksimal untuk melanjutkan

jejang pendidikan yang lebih tinggi.

5. Mewujudkan sistem menejerial madrasah yang professional

3. Madrasah Tsanawiyah Tarbiyatut Tholabah

Madrasah ini didirikan karena kebijaksanaan Menteri Agama

pada tahun 1962 yang menunjukan beberapa Madrasah termasuk

(55)

✧ ★

kelas VII dan VII tingkat dasar dalam menyongsong Madrasah.52 Sebab itulah K.H. Moh. Baqir Adelan mendirikan Madrasah

Tsanawiyah 1963. Tepatnya pada tanggal 1 Agustus 1963. Lembaga

pendidikan ini berada di naungan kawasan Pondok Pesantren

Tarbiyatut Tholabah, pesantren tertua di daerah Pantura Lamongan

yang berdiri tahun 1898. Kurikulum yang dipakai pada waktu

berdirinya adalah 70% Agama dan 30% pelajaran Umum.53

Madrasah Tsanawiyah Tarbiyatut Tholabah Kranji sejak

berdirinya sampai sekarang terus berbenah diri baik sarana maupun

KBM-nya (Kegiatan Belajar Mengajar).54 Saat ini, MTs Tarbiyatut Tholabah yang biasa disingkat dengan MTs. Tabah telah berusia lebih

dari setengah abad. Itu bukanlah waktu yang singkat bagi sebuah

lembaga pendidikan. Oleh karena itu, MTs. Tabah mempunyai impian

menjadi madrasah yang unggul dalam pembentukan akhlaq

al-karimah, unggul dalam raihan prestasi, dan unggul dalam pembekalan

kecakapan hidup serta berdaya saing global.

MTs. Tabah menjadikan nilai-nilai lslam ‘Ala Ahli As-sunnah

Wa al-Jama’ah (ala NU) sebagai pandangan dan sikap hidup dalam

kehidupan sehari-hari secara kaffah. Sebuah ideologi yang sama dan

selaras dengan Pondok Pesantren yang menaunginya. Dalam

pergaulan sehari-hari, semua civitas akademika menerapkan etika.

52Ibid., 29.

53 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran

Lamongan (Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 29.

(56)

✩6

Sehingga sifat sombong, iri dan akhlaq tercela lainnya diharapkan

hilang dari peserta didik maupun tenaga kependidikan di MTs. Tabah.

MTs. Tabah juga berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan

pendidikan yang bermuara pada pembekalan siswa agar memiliki daya

saing dalam Prestasi Akademik maupun Non Akademik. Termasuk

juga meningkatnya daya saing dalam memasuki SLTA favorit di

tingkat nasional. Oleh karena itu, salah satu bekal yang harus dimiliki

oleh peserta didiknya adalah menguasai lCT.55

Tidak cukup sampai disitu fasilitas dan peralatan baik di bidang

seni maupun olah raga disempurnakan. Ini adalah salah satu upaya

dalam membekali peserta didik, agar memiliki daya saing dalam

prestasi seni dan olah raga. Dalam rangka meningkatkan kualitas

pelayanan terhadap siswa, MTs. Tabah juga sudah menjalin kerjasama

dengan pelbagai instansi, baik negeri maupun swasta. Kerjasama ini

dijalin dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga pendidik dengan

memberi pelatihan diberbagai bidang. Itu dibuktikan dengan

terbentuknya Tim Trainer Pembelajaran Aktif. Tidak berhenti di situ,

kerjasama yang dijalin juga dalam rangka meningkatkan kuantitas dan

kualitas sarana dan prasarana pendidikan. Bahkan secara tidak

langsung, kerjasama ini menjadi prioritas tiap tahun. Dengan harapan,

Kegiatan Belajar Mengajar bisa berjalan dengan nyaman dan

kondusif.

(57)

✪ ✫

a. Identitas Madrasah

1. Nama dan Alamat Sekolah:56

Nama Sekolah : MTs. Tarbiyatut Tholabah

Jalan

Referensi

Dokumen terkait

Abdul Mujib Abbas dalam mengembangkan Pondok Pesantren Al Khoziny meliputi beberapa bidang, yakni bidang pendidikan, keagamaan, sarana prasarana dan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memilih Pondok Pesantren Daarul Rahman sebagai objek penelitian dengan menekankan atau fokus yang diteliti adalah sistem

TERHADAP SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM KEGIATAN KEAGAMAAN DI PANTI DAN PONDOK PESANTREN. AL- MIZAN

Dalam perkembangannya Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan dapat terlihat dari beberapa unit lembaga yang terdapat dalam yayasan, bertambahnya jumlah

Arif Maghfur, 2019, Kemandirian Santri dalam Mengelola dan Mengembangkan Perekonomian Pesantren Studi Kasus Pondok Pesantren Fathul Ulum Kwagean Krenceng Kepung

Abstrak: Strategi Kiai dalam Mengembangkan Karakter Santri Kalong di Pondok Pesantren Tamrinatul Wildan, antara lain:1) Strategi kiai dalam pengelolaan kelas adalah

Nashiruddin Qodir dalam mengembangkan pondok pesantren Darut Tauhid Al Hasaniyyah adalah sebagai pengumpul dana, dalam bidang sosial dan keagamaan, serta sebagai

Adapun yang dimaksud dengan judul “Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Mengembangkan Profesionalitas Ustadz di Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum” dalam penelitian ini adalah segala