TINJAUAN SEJARAH K.H. MOH. BAQIR ADELAN DALAM MENGEMBANGKAN ENTERPRENEURSHIP DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUT THOLABAH
KRANJI PACIRAN LAMONGAN TAHUN 1958-1990 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)
Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh Ah. Nurul Firdaus
NIM: A82212140
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Tinjauan Sejarah K.H. Moh. Baqir Adelan dalam Mengembangkan Enterpreneurship di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Tahun 1958-1990.Adapun masalah yang diteliti dalam penulisan skripsi ini adalah (1) Bagaimana biografi K.H. Moh. Baqir Adelan? (2) Bagaimana profil Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah yang dipimpin oleh K.H. Moh. Baqir Adelan? (3) Bagaimana usaha K.H. Moh. Baqir Adelan dalam mengembangkan enterpreneurship di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah tahun 1958-1990?
Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan metode penelitian sejarah, yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu (1) heuristik adalah pengumpulan data yang terdiri dari sumber benda maupun lisan serta sumber buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini. (2) kritik. (3) interpretasi. (4)
historiografi. Adapun pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan historis yang mendiskripsikan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dalam hal ini peneliti menggunakan teori sejarah naratif, yang dibawakan oleh K.H. Moh. Baqir Adelan seorang pelaku dalam panggung sandiwara dan teori continuity and change yang dikutip oleh Zamakhsyari Dhofier.
ABSTRACT
The title of the thesis is The Contemplation of K.H Moh. Baqir Adelan in Evolving the Entrepreneurship on Trabiyatut Tholabah of Islamic Boarding School Kranji Paciran Lamongan 1958-1990. Therefore, this thesis tries to investigate the research of problems: (1) how is the biography of K.H Moh. Baqir Adelan? (2) How is the profile of Tarbiyatut Tholabah of Islamic boarding school that led by K.H Moh. Baqir Adelan? (3) How is the exertion of K.H Moh. Baqir Adelan in Evolving the Entrepreneurship on Trabiyatut Tholabah of Islamic Boarding School at 1958-1990?
For answering the research problems, the researcher use history research method into some steps (1)heuristicis collecting the data from resources of object, oral (interview) and some books which correlate with this research. (2) Critic.(3)
Interpretation. (4) Historiography. Therefore, this history approach is descripting the phenomenon which is happened in the past. In this concern, the researcher use narrative history theory that delivered by K. H Moh. Baqir Adelan as a subject in the trodden boards also continuity theory and change as quoted by Zamakhsyari Dhofier.
From this research conclude that (1) K.H Moh. Baqir Adelan was born on 30th August 1934. He studied for the first time in Tarbiyatut Tholabah of Islamic School and continued into Al-Amin of Islamic Boarding School which led by his own uncle, K.H. Amin Muthofa. Then, he went to Tambak Beras of Islamic Boarding School for 2 years and Denanyar Islamic Boarding School for 4 years. On 1958, he was return in his first Islamic boarding school and be a leader on 1976. He died on 72 years old that be in conformity at 15thMay 2006. (2) Tarbiyatut Tholabah is built on 1989 M by K.H Musthofa in Kranji Paciran Lamongan. The first building, there were only dormitory and mosque. But, since globalization era which is suing to build the formal institute for complying the instruction of education ministry. The formal institutes are: MI, MTS, MA and STAIDRA. (3) Besides a
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
PERNYATAAN KEASLIAN... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ...viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Kegunaan penelitian ... 5
E. Pendekatan dan Kerangka Teori ... 6
F. Penelitian Terdahulu ... 7
G. Metode Penelitian... 8
BAB II BIOGRAFI K.H. MOH. BAQIR ADELAN
A. Kelahiran K.H. Moh. Baqir Adelan ... 17
B. Silsilah K.H. Moh. Baqir Adelan ... 18
C. Riwayat Pendidikan K.H. Moh. Baqir Adelan ... 19
D. Jabatan K.H. Moh. Baqir Adelan ... 20
E. Metode Dakwah K.H. Moh. Baqir Adelan ... 20
F. Pengalaman Hidup K.H. Moh. Baqir Adelan ... 22
G. Detik-detik K.H. Moh. Baqir Adelan Wafat ... 23
BAB III PROFIL PONDOK PESANTREN TARBIYATUT THOLABAH A. Arti Pesantren... 25
B. Ciri-ciri Pesantren... 27
C. Berdirinya Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah ... 28
D. Letak Geografis Desa Kranji... 30
E. Desa Kranji Dilihat dari Historis ... 31
F. Visi, Misi, Tujuan dan Usaha Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah ... 31
G. Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah ... 32
1. K,H Musthofa (1898-1950)... 32
2. K,H Abdul Karim (1950-1957)... 34
3. K,H Adelan Abdul Qodir (1950-1976) ... 35
4. K,H. Moh. Baqir Adelan (1976-2006) ... 39
H. Perkembangan Pendidikan Formal di Pondok Pesantren Tarbiyatut
Tholabah... 41
1. Madrasah Salafiyah... 41
2. Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatut Tholabah ... 42
3. Madrasah Tsanawiyah Tarbiyatut Tholabah... 44
4. Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah ... 48
5. Staidra ... 49
BAB IV USAHA K.H. MOH. BAQIR ADELAN DALAM BIDANG ENTERPRENEURSHIP A. Definisi dan Pengertian Enterpreneurship ... 52
B. Sejarah Enterpreneurship ... 53
C. Tahap-tahap Enterpreneurship ... 54
D. Perjalanan K.H. Moh. Baqir Adelan dalam Bidang Enterpreneurship... 56
1. Langkah Awal Dimulai tahun 1954-1958... 56
2. Langkah Kedua Dimulai tahun 1954-1958 ... 58
3. Langkah Ketiga Dimulai tahun 1975-1990... 59
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61
B. Saran... 63
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan di Indonesia,
khususnya mengajarkan agama Islam. Pesantren di Indonesia telah
menjadi pusat pembelajaran dan dakwah. Ia telah memainkan peranan
penting karena merupakan sistem pembelajaran dan pendidikan tertua di
Indonesia.1 Banyak sekali pesantren yang didirikan di seluruh Indonesia, khusunya di Jawa Timur. Di Jawa Timur terdapat lebih dari 20 pesantren
yang tersebar mulai dari pesisir pantai utara, selatan maupun di daerah
pedalaman. Semua pesantren itu didirikan dengan tujuan untuk
menyebarkan agama Islam.
Pesantren memiliki sebuah metode pengajaran sendiri. Metode
inilah yang membuat pesantren sangat berbeda dengan lembaga formal
yang ada, seperti; SD, SMP dan SMA. Metode yang digunakan dalam
pesantren adalah sorogan dan bandongan. Sejak dulu, dua metode ini sudah dipakai dan sampai sekarang tetap dipertahankan. Karena keduanya
merupakan metode yang digunakan di sebuah pesantren. Dalam dua
metode itu berbeda cara penerapannya. Dalam bandongan, pengetahuan santri tentang tata bahasa Arab dianggap cukup, sehingga cara ini
diadakan untuk mereka yang sudah memperoleh pemahaman dasar tentang
1 Ending Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara,
2
bahasa Arab dan Al-Qur’an. Sebaliknya, sorogan diberikan kepada siapa saja yang ingin mendapatkan penjelasan yang lebih detail tentang berbagai
masalah yang dibahas dalam sebuah kitab.2
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang cukup pesat,
para tokoh pemikir Islam membuat kajian tentang pesantren. Di mana
sebuah pesantren bisa dikatakan sebagai pesantren haruslah mempunyai
tiga unsur. Ketiga unsur tersebut ialah;
1. Kiai
2. Asrama
3. Santri
Dengan begitu sebuah pesantren akan terasa lengkap jika tiga
unsur tersebut bisa terpenuhi. Itu semua mengacu pada semakin
banyaknya santri yang datang dari berbagai daerah. Sehingga kebutuhan
akan tempat tinggal pun harus disediakan. Atas kebutuhan tersebut mau
atau tidak pesantren harus bisa menyediakan tempat tinggal (asrama).
Ternyata dalam perjalannya, pesantren juga harus mengikuti
perkembangan zaman yang menuntut untuk didirikannya lembaga yang
formal seperti MI, MTs, dan MA. Lembaga formal ini harus ditambahkan
dalam sebuah pesantren sebab zaman yang semakin modern ini menuntut
adanya sebuah ijazah jika mau mencari kerja. Hal inilah yang mendorong
pesantren Tarbiyatut Tholabah mendirikan sebuah lembaga formal.
Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah merupakan salah satu pondok
3
tertua yang ada di Jawa Timur. Itu bisa dipahami dari unsur seperti di atas
yang sudah di penuhi oleh pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah. Pada
tahun 1898 M3 unsur-unsur seperti, adanya seorang kiai dan santri-santri serta asrama untuk tempat tinggal para santri yang datang dari luar desa
Kranji. Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah ini didirikan K.H.
Musthofa di desa Kranji Paciran Lamongan. Tanah untuk mendirikan
pondok tersebut adalah hibah dari H. Harun (santri K.H. Musthofa). inilah
cikal bakal pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah yang masih kokoh
berdiri hingga sekarang.
K.H. Musthofa merupakan pendiri sekaligus pengasuh pertama
Pondok pesntren Tarbiyatut Tholabah, dan saat ini pondok tersebut diasuh
oleh K.H. Moh. Nasrullah Baqir telah mengalami pergantian sebanyak 5
kali pengasuh, sebagai mana yang disebutkan dibawah ini:
1. K.H. Musthofa (1898-1950)
2. K.H. Abdul Karim (1950-1957)
3. K.H. Adelan Abdul Qodir (1957-1976)
4. K.H. Moh. Baqir Adelan (1976-2006)
5. K.H. Moh. Nasrullah Baqir (2006-sekarang).4
3 ABD. Rauf Djabir, K.H. Musthofa; Riwayat hidup Perjuangan & Keturunannya (1871-2004)
(Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 18.
4 Ahmad Budiman, “Profil Pondok Pesantren TABAH”, budimanyudistira.blogspot.co.id,
4
Dalam sebuah pondok, sedikit sekali yang mempunyai usaha
sendiri untu membiayai kebutuhan pondok tersebut. Kebanyakan pondok
hanya menunggu seorang donatur untuk sedikit menyumbangkan hartanya
untuk pondok. Namun, di pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah sudah
mempunyai usaha sendiri untuk mem-backupoperasional pondok tersebut. K.H. Moh Baqir Adelan adalah sosok yang merintis usaha tersebut. Usaha
yang beliau tekuni pertama kali adalah mendirikan sebuah meubel. Meubel
ini melayani pembuatan perahu untuk nelayan di desa Kranji. Kemudian
berkembang menerima pesanan meja, kursi dll.
Tidak banyak seorang kiai yang mempunyai dan mewujudkan ide
untuk mendirikan sebuah usaha. Usaha seperti ini pasti membutuhkan
keberanian yang besar dan juga dana yang tidak sedikit. Hal inilah yang
membuat penulis penasaran, sebernarnya faktor apa yang membuat beliau
berani membuat gebrakan baru tersebut. Padahal beliau bukanlah seorang
sarjana lulusan ekonomi. Bukan hanya itu, penulis juga ingin mengetahui
usaha apa saja yang dilakukan beliau untuk memajukan pondok tersebut
selain mendirikan meubel.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi K.H. Moh. Baqir Adelan?
2. Bagaimana profil Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah yang
5
3. Bagaimana usaha K.H. Moh. Baqir Adelan dalam mengembangkan
enterpreneurshi di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah tahun
1958-1990?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Biografi K.H. Moh. Baqir Adelan.
2. Untuk mengetahui profil dari pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah.
3. Untuk mengetahui usaha K.H. Moh. Baqir Adelan dalam
mengembangkan enterpreneurshi di Pondok Pesantren Tarbiyatut
Tholabah?
D. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai sumbangan akademisi penulis kepada almamater yang telah
mendidik dan memberikan ilmu yang tak terhingga manfaatnya sejak
duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah hingga Madrasah Aliyah.
2. Sebagai karya ilmiyah, penulis berharap karya ini bisa memberikan
wawasan baru kepada kalangan akademisi yang lain, juga untuk
masyarakat umum. Khususnya para alumni Pondok Pesantren
6
E. Pendekatan dan Kerangka Teori
Dalam proposal ini penulis akan memakai pendekatan historis.
Pendekatan ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa saja yang terjadi di
masa lampau.
Dalam hal ini pertama penulis memakai teori continuity and change yang menguraikan secara rinci masalah-masalah kesinambungan didalam maupun diluar pondok Tarbiyatu Tholabah. hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui perubahan yang terjadi bahwasanya ketika pemikiran
baru yang muncul mempunyai kekuatan dan dorongan yang kuat yang ada
pada sebelumnya, maka pemikiran yang akan datang dengan kekuatan dan
dorongan maka akan terjadi perubahan.
Selain itu penulis memakai kerangka teori sejarah naratif. Menurut
sartono Kartodirjo, yang dimaksud sejarah naratif adalah sejarah yang
mendeskripsikan tentang masa lampau dengan merekonstruksikan apa
yang terjadi, serta diuraikan sebagai cerita, dengan perkataan lain
kejadian-kejadian penting diseleksi dan diatur menurut poros waktu
sedemikian hingga tersusun sebagai cerita.5 Sejarah naratif ini dirasa lebih
baik digunakan dalam proposal ini sebab masih banyak saksi mata yang
langsung berinteraksi dengan K.H. Moh. Baqir Adelan.
5 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia,
7
F. Penelitian Terdahulu
Untuk menghindari adanya kesamaan dalam penelitian, maka
penulis perlu menampilkan hasil penelitian sebelumnya. Sebelum penulis
membahas tentang “Perkembangan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah
di Era Pengasuh K.H. Moh. Baqir Adelan, Kranji Paciran Lamongan,
sudah banyak pembahasan yang berkaitan dengan Pondok Pesantren
Tarbiyatut Tholabah. Di antaranya adalah;
1. Korelasi pemilihan jurusan terhadap kesenjangan komunikasi antar
pribadi siswa Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
Lamongan yang di tulis oleh Fathul Mufid. Skripsi ini menekan pada
hubungan komunikasi antar sesama siswa Madrasah Aliyah Tarbiyatut
Tholabah.
2. Upaya guru agama dalam meningkatkan mutu lulusan (output) di MTs
Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan oleh Fatimatus
Zuhroh. Skripsi ini penekananya lebih kepada tenaga pengajar di MTs
Tarbiyatut Tholabah dalam meningkatkan mutu lulusannya.
3. Persepsi dan sikap masyarakat santri pondok pesantren Tarbiyatut
Tholabah Kranji Paciran Lamongan Jawa Timur terhadap bank
syari’ah oleh Ali Mujib. Tesis ini penekananya pada pandangan santri
Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah terhadap adanya Bank Syariah.
Dengan demikian judul yang diambil oleh penulis ini tentang
8
Paciran Lamongan Tahun 1958-1990” berbeda titik fokusnya. Dalam penelitian ini penulis lebih menitik beratkan pada usaha beliau dalan
bidang enterpreneurship dan mengembangkan pondok dalam pendidikan.
G. Metode Penelitian
Sugiyono menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara
ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan bertujuan untuk dapat
ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu ilmu pengetahuan
tertentu sehingga pada saat gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Menurut Nugroho
Notosusanto, metode sejarah mempunyai empat langkah kegiatan, yaitu
Heuristik, Kritik Sumber (verifikasi), Interpretasi dan Historiografi.6
1. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani hueriskan yang artinya
mempeoleh.7Heuristik merupakan tahapan mengumpulkan sebanyak-banyaknya sumber sejarah yang relevan dengan tulisan yang akan
dikaji. Sumber sejarah merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang nantinya digunakan sebagai
instrumen dalam pengolahan data dan merekonstruksi sejarah.
6Dimas Angga, “Metode Penulisan Sejarah Pada Karya Ilmiyah”,gandrungrontak.blogspot.co.id,
http://gandrungrontak.blogspot.co.id/2013/11/metode-penulisan-sejarah.html. 25 Mei 2016.
9
Sedangkan menurut Dr. Lilik Zulaicha, heuristik adalah suatu
proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mengupulkan
sumber-sumber, data-data atau jejak sejarah. Sejarah tanpa sumber maka tidak
bias bicara. Maka sumber dalam penelitian sejarah merupakan hal
yang paling utama yang akan menentukan bagaimana aktualitas masa
lalu manusia bias dipahami oleh orang lain.8 Pengumpulan data ini bisa dari sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah
kesaksian seseorang yang melihat dan merasakan langsung kejadian
tersebut. Sedangkan sumber sekunder adalah kesaksian seseorang
yang tidak melihat kejadian tersebut namun masih bias merasakan
akibat dari kejadian tersebut.
Sumber primer dan sekunder ini bias saja berupa buku-buku,
dokumen maupun rekaman dimana buku–buku dan dokumen tersebut
hasil karya saksi mata yang dituangkan dalam tulisan.
Pada tahapan pertama ini penulis akan mengumpulkan
beberapa rekaman wawancara dengan beberapa saksi mata yang
langsung melihat dengan mata kepala sendiri amal-amal dan perilaku
K.H. Moh. Baqir Adelan. Pun para saksi mata juga merasakan sendiri
kebijakan, pengambilan keputusan, perkembangan baik secara fisik
maupun pembelajaran pada masa K.H. Moh. Baqir Adelan menjadi
pengasuh dalam pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah. Penulis bisa
menyebutkan beberapa saksi mata yang bisa diwawancarai yaitu;
10
a. Rahmat Dasy
b. H. Ainur Rofiq
c. K.H. Musthofa Abdurrahman
Untuk sumber sekunder, penulis akan mengambil buku-buku
yang berkaitan dengan judul tersebut dan juga artikel-artikel yang bisa
diambil dari internet.
Untuk dokumen penulis akan menyajikan sebagai berikut;
a. Silsilah dari pengasuh pertama pondok pesantren Tarbiyatut
Tholabah yaitu K.H. Musthofa bin Abd. Karim hingga pada K.H.
Moh Baqir Adelan dan juga putranya.
b. Akta pendirian Yayasan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah
tahun 1989
c. Akta pendirian Yayasan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah
tahun 2007.
d. Surat keputusan pengangkatan guru MTs. Tarbiyatut Tholabah
dengan nama Musthofa, AR. Oleh K.H. Moh. Baqir Adelan.
e. Surat keterangan dari Yayasan yang menyatakan bahwa K.H.
Moh. Baqir Adelan adalah pengasuh mulai dari tahun 1976-2006.
2. Kritik Sumber
Pada tahap kedua dari metode penelitian adalah kritik. Hal ini
11
masing-masing. Selanjutnya dilakukan penilaian, pengujian dan
penyeleksian sumber-sumber untu mendapatkan sumber yang
benar-benar autentik (keaslian sumber). Hal ini patut dilakukan agar kita
terhindar dari sumber palsu. Kritik sumber ini pun terdiri sari kritik
intern dan ekstern.
a. Kritik Intern
Kritik intern adalah kritik sumber yang digunakan untuk
meneliti keaslian isi dokumen, rekaman atau tulisan tersebut. Kritik
intern ini lebih menekankan pada isi dari sebuah dokumen sejarah.
Sumber yang diperoleh penulis yang relevan, karena penulis
mendapatkan sumber langsung dari keluarga, masyarakat dan santri
yang hidup sezaman dengan K.H. Moh. Baqir Adelan dengan cara
interview atau wawancara.
b. Kritik ekstern
Kritik ekstern adalah penentuan asli atau tidaknya suatu
sumber atau dokumen. Idealnya seseorang menemukan sumber yang
asli bukan rangkapnya apa lagi foto kopinya. Apa lagi jaman sekarang
kadang-kadang sulit membedakan asli atau bukan. Oleh karena itu
penulis akan meneliti betul silsilah para tokoh yang akan
diwawancarai dan peneliti juga akan mengkaji betul
dokumen-dokumen yang didapat, hal ini dilakukan supaya mendapatkan sumber
12
3. Interpretasi
Interpretasi adalah upaya sejarawan untuk melihat kembali
tentang sumber-sumber yang didapatkan apakah sumber-sumber yang
didapatkan dan yang telah diuji autentisnya terdapat saling hubungan
atau satu dan yang lain. Dengan demikian sejarawan memberikan
penafsiran terhadap sumber yang telah didapatkan.9
Penulis akan menginterpretasikan atau menafsirkan
sumber-sumber yang telah didapat dengan membandingkan sumber-sumber satu
dengan sumber yang lain. Baik sumber itu berupa wawancara maupun
berupa dokumen-dokumen dan beberapa buku. Langkah ini
merupakan tahapan yang ketiga.
4. Historiografi
Historiografi adalah penulisan hasil penelitian. Historiografi
adalah rekontruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data
yang diperoleh dengan menempuh proses.10 Sedangkan menurut Dr. Lilik Zulaicha, historiografi adalah mnyusun atau merekonstruksi
fakta-fakta yang telah tersusun yang didapatkan dari penafsiran
sejarawan terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk tulisan.11
9Ibid., 17.
13
Dalam tahapan terakhir ini penulis akan memaparkan hasil
penelitian yang sudah dilakukan dengan cara sistematis atau
berurutan.
H. Sistematika Pembahasan
Suatu penelitian haruslah ditulis dan disusun secara sistematis
oleh penulis. Untuk itu penulis akan memaparakan sistematika
penelitian yang sebagaiman yang akan diuraikan dibawah ini.
Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi Latar belakang
masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
Pendekatan dan kerangka teoritis, penelitian terdahulu, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua ini penulis akan membahas tentang biografi K.H.
Moh. Baqir Adelan. Biografi ini akan dimulai dari K.H. Moh. Baqir
Adelan dilahirkan, pendidikan hingga beliau menjadi pengasuh
pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah.
Bab ketiga Penulis akan memaparkan sekilas tentang profil
Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah yang dipimpin oleh K.H. Moh.
Baqir Adelan. Hal ini dilakukan supaya pembaca mengetahui
bagaimana pondok tersebut bisa berdiri. Dan juga untuk mengetahui
letak geografis pondok tersebut.
Bab keempat pembatasan masalah yang sudah dilakukan oleh
penulis akan diteruskan dalam bab ini. Sehingga penulis menyajikan
14
menopang operasional pondok. Dan usaha beliau dalam memajukan
pondok dalam bidang pendidikan dan juga pembangunan.
Bab kelima yaitu penutup. Penutup akan berisi tentang
kesimpulan yang dibuat oleh penulis. Gunanya adalah untuk
BAB II
BIOGRAFI K.H. MOH. BAQIR ADELAN
Dalam sebuah pesantren tentu saja ada komponen-komponen yang harus
terpenuhi untuk bisa di sebut sebagai sebuah pesantren. Salah satunya adalah
adanya seorang kiai. Istilah kiai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari
bahasa Jawa.12 Kata-kata kiai mempunyai makna yang agung, keramat, dan dituahkan. Selain gelar kiai diberikan kepada seorang laki-laki yang lanjut usia,
arif, dan dihormati di Jawa. Gelar kiai juga diberikan untuk benda-benda yang
keramat dan dituahkan, seperti keris dan tombak. Namun pengertian yang paling
luas di Indonesia khususnya Jawa, gelar kiai diberikan kepada seorang yang alim
ulama, taat beragama dan berakhlak mulia. Terutama kepada orang yang
mendirikankan dan mempin sebuah pondok pesantren.
Sudah kita ketahui bersama bahwa di pulau Jawa merupakan pusat
pesantren di Indonesia, lebih-lebih daerah Jawa Timur. Di Jawa Timur, jumlah
pondok pesantren sendiri lebih dari 500 pondok yang tersebar di seluruh
kabupaten maupun kota. Dalam penyebaran Islam, peran pesantren sangatlah
besar. Bahkan dalam kemerdekaan Indonesia pesantren juga ikut andil. Banyak
santri-santri yang deikerahkan oleh para kiai untuk ikut jihad. Dalam pesantren,
mempunyai segalanya yang dibutuhkan jiak ingin mendalami ilmu agama. Mulai
12Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kiai (Jakarta: Raja
16
dari pengajar, kitab-kitab yang mengajarakan tentang tata cara berakhlak dengan
baik, serta adanya contoh langsung yang bisa ditiru yaitu seorang kiai.
Dalam perjalanannya pesantren ada yang tumbuh, berkembang kemudian
mengalami kemunduruan. Seperti layaknya sebuah peradaban, pesantren juga
mempunyai sirkulasi perputaran yang sama, pada mulanya dibangun, kemudiann
tumbuh berkembang dan setelah perkembangan itu mencapai puncaknya akan ada
namanya fase kemunduran. Fase kemunduran inilah yang sangat ditakutkan.
Karena tak jarang fase kemunduruan ini mengakibatkan pesantren tersebut tak
mampu bangkit lagi dan akhirnya hilang dari peradaban. Namun tak jarang pula
yang mengakibatkan kemunduran tersebut adalah tidak memiliki keturunan yang
mampu untuk meneruskannya. Tapi masih banyak juga pesantren yang masih
mampu bertahan sampai era 2000-an ini. Walaupun sudah berumur lebih dari satu
abad. Contohnya saja seperti pondok pesantren sidogiri yang berdiri dari tahun
1745 dan pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah yang berdiri dari tahun 1898.
Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah ini berada tepat di desa Kranji
kecamatan Paciran kabupaten Lamongan. Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah
ini juga sering disebut TABAH atau Pondok Kranji. Pondok ini sudah mengalami
pergantian pemimpin sebanyak lima kali, yaitu;
1. K.H. Musthofa (1898-1950)
2. K.H. Abdul Karim (1950-1957)
3. K.H. Adelan Abdul Qodir (1957-1976)
17
5. K.H. Moh. Nasrullah Baqir (2006-sekarang)13
Diantara enam Kiai diatas penulis akan fokus membahas tentang K.H.
Moh. Baqir Adelan. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai riwayat hidup beliau
mulai dar beliau lahir hingga beliau wafat.
A. Kelahiran K.H. Moh. Baqir Adelan
K.H. Moh. Baqir Adelan lahir pada tanggal 30 Agustus 1934 M. Atau 19
Jumadil Ula 1354 H. di desa Kranji kecamatan Paciran kabupaten Lamongan
putera ke 6 dari 12 bersaudara. Ibunya bernama Nyai Hj. Shofiyah (Putra ke 4 dari
K.H. Musthofa dengan Nyai Aminah Sholeh) sedangkan ayahnya bernama K.H.
Adelan Abdul Qodir (santrinya K.H. Musthofa dari Kranji).14
Beliau sejak kecil memiliki kelebihan beberapa kelebihan yang berupa
intelegensi, sikap (keberanian) dan keterampilan praktis (berdagang). Dari
kelebihan itulah beliau dapat memimpin, mengembangkan dan meningkatkan
mutu Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah serta dapat memperluas jaringan
perdagangan khususnya bidang perkayuan jati.15
Pada masa kecil, K.H. Moh. Baqir Adelan belajar al-Qur’an seperti
layaknya anak-anak di usianya. Guru pertama beliau belajar al-Qur’an adalah
Nyai Hj. Sofiyah ibundanya sendiri. Kemudian beliau berguru pada neneknya
13Ahmad Budiman, “Profil Pondok Pesantren TABAH”,budimanyudistira.blogspot.co.id
http://budimanyudistira.blogspot.co.id/2014/06/profil-singkat-pon-pes-tarbiyatut.html, Rabu, 25 Mei 2016.
14 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
Lamongan(Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 23.
18
Nyai Aminah, K.H. Abdul Karim paman beliau dan K.H. Musthofa (pendiri
pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah). Yang membuat hal ini spesial adalah
guru-gurunya merupakan para alim dan ahli dalam bidang al-Qur’an. Kegigihan
beliau untuk tholabul ‘ilmi sudah terlihat sejak kecil. Buktinya adalah K.H. Moh.
Baqir Adelan dalam belajar satu bidang saja yaitu al-Qur’an sampai berguru
kepada empat ahli al-Qur’an.
Melihat dari beberapa gurunya yang berkualitas tinggi itu, maka pantaslah
beliau dapat menguasai kitab suci al-Qur’an beserta ilmu yang bersangkutan
dengannya.16
B. Silsilah K.H. Moh. Baqir Adelan
Pada foto di atas jelas bahwa K.H. Moh. Baqir Adelan adalah keturunan
dari K.H. Musthofa Abdul Karim dengan istri pertama yaitu Nyai Amina Sholih
Tsani melalui garis seorang ibu. K.H. Musthofa adalah pendiri Pondok Pesantren
Tarbiyatut Tholabah. Jika ditarik garis ke atas lagi maka masih ada keturunan wali
seperti Raden Qosim (Sunan Drajat), Sayyid Ainul Yaqin (Sunan Giri Gresik) dan
Syekh Maulana Ishaq. Lihat foto dibawah ini.
Sedangkan jika ditarik lagi garis lebih ke atas maka akan sampai pada
baginda Rosulullah SAW dan Nabi Adam.
19
C. Riwayat Pendidikan K.H. Moh. Baqir Adelan
Masa depan bangsa tergantung pada kualitas pendidikan anak-anaknya.
Memikirkan, mempertimbangkan pendidikan anak-anak sama dengan
mempersiapkan generasi yang akan datang. Hati seorang anak bagaikan sebuah
plat fotografik yang tidak bergambar apa-apa, siap mereflesikan semua yang
ditamapak padanya. Semua sifat-sifat baik yang membantu memenuhi tujuan
hidup adalah warisan alami yang dibawa setiap jiwa ke bumi, hampir semua sikap
buruk yang diperlihatkan manusia apa adanya merupakan apa-apa yang
didapatkan setelah mereka dilahirkan ke bumi.17
Pendidikan formal yang pertama kali beliau memasuki Madrasah
Salafiyah pada tahun 1940 di Madrasah Tarbiyatut Tholabah yang dipimpin oleh
K.H. Abdul Karim Musthofa sampai tahun 1944.
Yang kedua meneruskan di Madrasah Muallimin Tunggul yang dipimpin
oleh K.H. Moh. Amin Musthofa dari tahun 1944 sampai 1948. Pada usianya yang
ke 14 tahun itu beliau ikut mengajar dan berdakwah kepada masyarakat atas
bimbingan K.H. Moh. Amin.
Yang ketiga meneruskan pendidikannya ke pondok pesantren
Tambakberas Jombang yang diasuh oleh K.H. Abdul Jalil dari tahun 1952 sampai
1954.
20
Yang keempat beliau meneruskan pendidikannya ke Pondok Pesantren
Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang yang diasuh oleh K.H. Bisri Syamsuri dari
tahun 1954 sampai 1958.18
D. Jabatan K.H. Moh. Baqir Adelan
Sebagai seorang Kiai senior yang memiliki banyak pengalaman, beliau
sangat dipercaya untuk menduduki jabatan dalam berbagai organisasi, lembaga
dan badan kepengurusan llainnya seperti sebagai berikut:
a. Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan.
b. Ketua pembangunan Masjid Jami’ Baiturrahman Kranji Paciran Lamongan.
c. Ketua I Syuriah NU cabang Lamongan.
d. Ketua II MUI tingkat II Kabupaten Lamongan.
e. Penasehat BAZIS tingkat II Kabupaten Lamongan.
f. Penasehat Ta’mir Masjid “Sunan Drajat” Drajat Paciran Lamongan.
g. Anggota Syuriah NU wilayah Jawa Timur
E. Metode Dakwah K.H. Moh Baqir Adelan
Metode brasal dari bahas Yunani yaitu methodos, merupakan gabungan
dari kata meta dan hodos. Meta sendiri mempunyai arti melalui, mengikuti dan sesudah. Sedangkan arti dari hodos berarti jalan dan cara. Ada lagi jika ditelisik dari bahas Jerman, metode berasal dari kata methodican yang berarti ajaran tentang metode. Sedangkan dalam bahasa Arab metode disebut thariq, atau
18 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
21
thariqoh yang berarti jalan atau cara. Kata-kata tersebut idenitik dengan kata al-ushlub. Ushlub secara bahasa jalan, seni. Misalnya; dikatakan dia berada pada ushlub suatu kaum, maksutnya ialah berada diatas jalan (manhaj) mereka, dan
jika ada yang mengatakan: “...aku mengambil suatu ushlub dalam pembicaraan”,
maksutnya ialah seni dalam bicara.19
Banyak ayat yang berkaitan dengan dakwah, akan tetapi diantara ayat yang
paling penting untuk dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan dakwah
(metode dakwah) adalah lebih merujuk pada Q.S 16:125.
Sebagai seorang tokoh agama dan juga sebagai seorang Kiai, K.H. Moh.
Baqir Adelan (Kiai Baqir) mencoba megamalkan isi dari firman Allah yang
diatas. Dengan segala macam metode dakwah yang ada Kiai Baqir mengambil
caranya senidiri untuk berdakwah. Karena dakwah bukan hanya kewenangan
ulama atau tokoh agama. Setiap muslim bisa melakukan dakwah, karena dakwah
bukan hanya ceramah agama.20 Menurut K.H. Nasrullah Baqir21. “metode yang Romo yai gunakan dulu banyak, tapi yang paling sering beliau gunakan adalah
metode bi al-hal, bi al-lisan sebagai usuwah. Dan yang masih dugunakan dan
berjalan sampai sekarang ya arisan juragan yang diadakan tiap bulan sekali. Ada
juga dengan melalui berdagang, khutbah dan acara-acara lain”. Dari pengamatan
Kiai Baqir terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar sehingga pemilihan
dakwah seperti yang diutarakan oleh K.H. Nasrullah Baqir itulah yang dipilih.
19Enjang dan Aliyudin,Dasar-dasar Ilmu Dakwah(Bandung: Widya Padjajaran, 2009), 83. 20Moh. Ali Aziz, (edisi revisi)Ilmu Dakwah (Jakarta: KENCANA Prenada Media Group, 2012),
2.
21Putra Pertama dari K.H. Moh. Baqir Adelan yang sekarang menjadi pengasuh Pondok Pesantren
22
Tujuan untuk membuat arisan tidak lain adalah untuk berdakwah. Karena
dengan perkumpulan arisan itu masyarakat desa Kranji banyak yang ikut kumpul.
Dalam setiap acaranya mulai dari dulu hingga sekarang pasti ada sedikit sisipan
tentang kajian ke-Islaman. Tidak hanya berhenti sampai disitu, beliau juga
melakukan interaksi secara langsung terhadap masyarakat sekitar dengan
berdagang. Dengan kesabaran beliau dalam berdakwah akhirnya masyakat luas
mulai mengenal beliau. Bukan hanya dari desa Kranji tapi desa-desa sekitarnya
pun mulai tertarik dengan kecakapan beliau. Alhasil beliau banyak di undang
untuk mengisi khutbah di masjid-masjid desa lain.
F. Pengalaman Hidup K.H. Moh Baqir Adelan
Pengalaman hidup yang diperoleh di luar pendidikan formal, seperti
pergaulan dalam tugas dan lain sebgainya:
1. Pengalaman Mengajar
a. Di Madrasah Tarbiyatut Tholabah Kranji Pacrian dari tahun 1948 sampai
1951.
b. Di Madrasah Muallimin Tunggul Paciran tahun 1949
c. Di Madrasah Tsanawiyah Denanyar Jombang dari tahun 1954 sampai
1958
2. Pengalaman Berdagang
a. Melakukan perdagangan berbagai kitab di lingkungan LP Ma’arif se
23
b. Sejak bulan November 1974 beliau mulai merintis perdagangan kayu jati
yang perusahaannya memakai nama UD. Barokah Sejati yang bergrak di
bidang mebeler dan perahu nelayan. Hingga kini perusahaan itu masih
terus hidup dan berkembang yang bertaraf yang berada 300 meter dari
situs Pondok Pesantren dekat dengan laut Jawa.22
G. Detik-detik K.H. Moh. Baqir Adelan Wafat
Kronologi wafatnya K.H. Moh. Baqir Adelan. Pada hari Jum’at tanggal 12
Mei 2006 K.H. Moh. Baqir Adelan memberikan kuliah shubuh di pondok pondok
putri, pada hari Sabtu tanggal 12 Mei 2016 juga masih bisa memberi tausiyah
jam’ah muslimat NU di Kranji. Namun, di hari Ahad tanggal 14 Mei 2006
melakukan tes gula darah dan hasilnya normal, dan pada hari Senin Pahing, K.H.
Moh. Baqir Adelan menyuruh K.H. Mph. Nasrullah menjadi imam sholat Shubuh
di pondok putra (inilah yang kemudian dijadikan tanda orang-orang bahwa yang
pantas untuk menggantikan beliau adalah K.H. Moh. Nasrullah).23 Kemudian setelah shbuh gus Sahluq Khuluq mohon do’a restu untuk melaksanakan ujian
thesis, selanjutnya pada jam 08.00, K.H. Moh. Baqir Adelan bersma keluarga ke
dokter untuk memeriksakan beliau, akan tetapi beliau tidak mau dikarenakan
malam selasa ada hataman ngaji. pada jam 09.00 beliau makan dan minum obat
serta minta dipijat oleh H. Khomsin.24
22 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
Lamongan (Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 24. 23Rahmat Dasy,Wawancara,Drajat Paciran Lamongan, 11 Mei 2016
24 Nuril Ahmad etal, KH. Mohammad Baqir Adelan: Organisatoris, Ulama , dan Teknokrat
24
Masih dihari yang sma sekitar pukul 11.00 beliau ingin mengambil air
wudlu untuk melakukan shalat Dhuhah yang sudah menjdi rutinitas di jam 11.00,
akan tetapi beliau tidak kuat untuk mengambil air wudlu dan pada jam 11.10
beliau berbaring dan K.H. Moh. Nasrullah berinisiatif untuk memanggil dokter.
Pada pukul 11.30 berliau masih berbaring sambil membaca lafald Allah
berkali-kali dan minta dipijat Hj. Lu’Luk sertaminta minum air zam-zam dan tepat pukul
11.55 tanggal 15 Mei 2006 M beliau menghembuskan nafas terakhir untuk
kembali menghadap Allah SWT.25
BAB III
PROFIL PONDOK PESANTREN TARBIYATUT THOLABAH
A. Arti Pesantren
Kata pesantren berasal dari kata santri, yaitu istilah yang digunakan
bagi orang-orang yang menuntut ilmu agama dielmbaga pendidikan Islam
tradisional di Jawa. Kata santri mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”,
yang berarti tempat para santri menuntut ilmu.26
Menurtu Johns, seperti dikutip oleh Zamakhsari Dhofier, kata
santri berasal dari bahasa Tamil sastri yang berarti “guru mengaji”. Sedangkan menurut C.C. Berg, sebagaimana dikutipoleh Dhofier, berasal
dari bahasa India sastri, yang berarti buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang imau pengetahuan. Menurut Robson, kata santri berasal
dari kata Tamil santtiri yang diartikan orang yang tinggal disebuah rumah miskin atau bangunan secara umum.27
Menurut Nurcholis Madjid, ada dua pendapat yang bias dipakai
sebagai acuan untuk melihat asal-usul perkataan santri. Pertama adalah
pendapat yang mengatakan bahwa santri berasal dari kata sastri dari bahasa Sanskerta, yang artinya melek huruf. Kedua adalah pendapat
26 Hanum Amrullah, Pelembagaan Pesntren Asal-usul dan Perkembangan Pesantren di Jawa
(Jakarta: Departemen Agama RI, 2004), 30.
✂6
bahwa kata santri berasal dari bahasa Jawacantrik,artinya seseorang yang mengabdi kepada seorang guru.28
Walaupun semua asumsi tokoh-tokoh diatas berbeda-beda, namun
dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang santri adalah orang-orang yang
yang memperdalam agama yang selanjutnya akan diajarkan kepada
masyarakat, dalam memperdalam agama selain menggunakan al-Quran
dan hadits juga memakai kitab yang dikarang oleh ulama salaf,tinggal di sebuah asrama yang sederhana dan juga mengabdi kepada gurunya.
Menurut Zarkasy (1998: 105-106) pesantren juga dikenal dengan
tambahan istilah pondok yang dalam arti kata bahasa Indonesia
mempunyai arti kamar, gubug, rumah kecil dengan menekankan
kesederhanaan bangunan atau pondok juga berasal dari bahasa Arab
Fundhuk yang berarti ruang tidur, wisma, hotel sederhana, atau mengandung arti tempat tinggal yang terbuat dari bambu.
Pesantren atau lebih dikenal dengan istilah pondok pesantren dapat
diartikan sebagai tempat atau kompleks para santri untuk belajar atau
mengaji ilmu pengetahuan agama kepada kiai atau guru ngaji, biasanya
komplek itu berbentuk asrama atau kamar-kamar kecil dengan bangunan
apa adanya yang menunjukkan kesederhanaannya.
Pengertian pondok pesantren secara terminologis cukup banyak
dikemukakan para ahli. Beberapa ahli tersebut adalah:
✄ ☎
1. Dhofier (1994: 94) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah
lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
2. Nasir (2005: 80) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah
lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta
mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam.
3. Team Penulis Departemen Agama (2003: 3) dalam buku Pola
Pembelajaran Pesantrenmendefisikan bahwa pondok pesantren adalah pendidikan dan pengajaran Islam di mana di dalamnya terjadi interaksi
antara kiai dan ustadz sebagai guru dan para santri sebagai murid
dengan mengambil tempat di masjid atau di halaman-halaman asrama
(pondok) untuk mengkaji dan membahas buku-buku teks keagamaan
karya ulama masa lalu. Dengan deimikan unsure terpenting bagi
pesantren adalah adanya kiai, para santri, masjid, tempat tinggal
(pondok) serta buku-buku (kitab kuning)
B. Ciri-ciri Pesantren
Dalam pesantren setidaknya ada tiga elemen yang harus dipenuhi
untuk menunjang kemajuan kegiatan belajar. Yang pertyama adalah
Masjid, kiai dan asrama. Menurut Dhofier, setidaknya pesantren memiliki
lima elemen dasar. Ini berarti bahwa suatau lembaga pengajian yang telah
✆8
statusnya menjadi pesantren. Elemen-elemen pesantren tersebut adalah
pondok merjid, kiai, santri, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.29
C. Berdirinya Pondok Pesntren Tarbiyatut Tholabah
waktu itu para tokoh masyarakat desa Kranji merasa perlu adanya
seorang pemimpin umat yang dapat dijadikan teladan serta panutan, maka
berdasarkan kesepakatan para tokoh tersebut, mereka meminta dengan
hormat kepada K.H. Musthofa agar berkenan mukim sekaligus bertempat
tinggal di Kranji. Dan beliau mengabulkannya. Pada bulan Jumadil akhir
1316 H./november 1898 M. K.H. Musthofa mulai membuka tanah
pemberian H. Harun Kranji yang masih berupa semak belukar, dan dikenal
oleh masyarakat setempat sebagai tempat yang angker.30
Berkat, keimanan, keyakinan, keuletan serta kebaktiannya kepada
Allah SWT. dengan penuh semangat fi sabilillah, beliau beserta para santri
perdananya dapat membabat semak belukar dan juga dimulai dengan
menggali sumur yang tepatnya berada di utara Langgar Agung (mushollah
al-Ihsan sekarang) adapun santri dan sekaligus yang menjadi tokoh
masyarakat pada saat itu antara lain sebagai berikut;
1. H. Harum dari Kranji
2. H. Asrof dari Drajat
3. H. Usman dari Kranji
29Zamakhsari Dhofier,Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Kiai(Jakarta: LP3ES, 1982),
44.
30 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
✝ ✞
4. H. Ibrohim dari Kranji
5. K. Mas Takrib dari Kranji
6. K. Abdul Hadi dari Drajat
7. K. Mu’min dari Drajat
Para santri pertama itu sangat patuh dan taat serta memberikan
beberapa bantuan fasilitas berupa apa saja yang diperlukan oleh beliau H.
Harun dan H. Usman tergolong santri yang hartawan, dermawan serta
menghormati kepada orang alim. Dengan dukungan dan meteril dari para
santri membuat beliau ingin pindah dan menetap di desa Kranji. Di mana
hari-hari sebelumnya (selama 2 tahun) dalam usaha mendirikan pondok
pesantren masih dilakukan pulang pergi dari pondok pesantren Sampurnan
Bunga ke desa Kranji. Adapun pembangunan langgar agung (mushllah
al-Ihsan sekarang) adalah bangunan yang pertama kali berdiri di pondok
pesantren Tarbiyatu Tholabah Kranji dengan demikian maka pada tahun
1900 M. Keluarga beliau diajak hijrah ke Kranji yaitu tempat yang sudah
dibangun yang masih baik keadaannya sampai sekarang. Beberapa tahun
kemudian, karena santri semakin bertambah banyak bahkan dari daerah
sekitar Kranji maka K.H. Musthofa bersama santrinya mendirikan asrama
sederhana untuk tempat istirahat, mengulang pelajaran mengahafal dan
sebagainya. Asrama sederhan tersebut letaknya disbelah selatan langgar
✟ ✠
Santri yang yang diasuh dan dibina oleh beliau yang sudah banyak
jumlanhya diantara santir-santri beliau yang termasyhur;31
1. K.H. Murtadlo (kiai Tolo) yaitu adik kandung beliau sendiri yang
akhirnya membuka dan meneruskan ayahnya di Tebuwung.
2. K. Abd. Rasyid dari mentaras Dukun Gresik
3. K.H. Adelan dari Kranji yang akhirnya diambil sendiri oleh K.H.
Musthofa dan dijodohkan nyai Sofiyah.
4. Tentunya banya santri beliau yang menjadi guru madrasah, imamudin,
kepala desa pegawai negeri dan lain sebagainya.
D. Letak Geografis Desa Kranji
Desa Kranji bagi beliau bukan desa sembarang desa, akan tetapi
merupakan yang dapat ditempati untuk memperjuangkan Allah SWT.
bahkan dapat di jadikan pemuikaman beliau sampai akhir hayat. Ditinjau
dari segi geografis maka desa Kranji mempunya gambaran letak sebagai
berikut;
1. Sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa
2. Sebelah timur berbatasan dengan desa Banjaranyar
3. Sebelah selatan dengan desa Sendang
4. Sebelah barat berbatasan dengan desa Tunggul
✡ ☛
E. Desa Kranji Dilihat dari Historis
Sedang dilihat dari historis dan strategis maka desa Kranji
mempunyai gambaran sebagai berikut;
1. Merupakan desa yang tua usianya. terbukti adanya makam kuno,
seperti; makam ayu, makam glondong dan makam sirah
2. Merupakan suatau desa yang strategis dan ekonomis karena terbukti
pada zaman kolonial Belanda di desa Kranji telah dibangu dua gedung
besar yang terletak di kanan dan kiri jalan raya Deandles. Perkebunan
Belanda disebelah sealatan desa Kranji, juga dengan adanya pasar
desa, TPI dan adanya pembantu puskesmas, dan beberapa tempat
strategis lainnya.32
F. Visi, Misi, Tujuan dan Usaha Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah
Visi: Terbentuknya insan kamil.
Misi: menjadi pusat layanan umat untuk menyelesaikan permasalahan.
Tujuan:
1. Membentuk manusia muslim yang berbudi luhur dan
mempunyai pengetahuan luas
2. Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran.
3. Meningkatkan kesejahteraan rakyat.
32 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
☞ ✌
Usaha:
1. Menyelenggarakan pendidikan jalur sekolah dan jalur luar
sekolah.
2. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial.
G. Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah
1. K.H. Musthofa (1898-1950)
K.H. Musthofa adalah putra kelahiran desa Tebuwung,
kecamatan Dukun, kabupaten Gresik, lahir pada bulan Sya’ban 1291
Hijriyah/Oktober 1871 Masehi. Ayahnya bernama K.H. Abd. Karim
bin Abd. Qohar bin Darus dbin Qinan bin Ali Mas’ud bin Ahmad
Rifa’i bin Bisri bin Ahmad Dahlan bin Muhammad Ali bin Abd.
Hamid bin Shodiq bin R. Qosim (Sunan Drajat). Dengan demikian,
apabila dihitung dari Sunan Drajat K.H. Musthofa adalah keturunan
yang ke duabelas.33
Sedang ibunya bernama Nyai Khodijah binti K.H. Mustahal bin
Urfiyah binti Badruddin bin Nyai Walidin bin Ongkoyudo bin K.
Abdulloh Sambu bin Nyai Abd. Jabbar binti R. Ayu Sambu binti
Pangeran Wolo bin Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri). Dengan
demikian, urutan nasab beliau kepada Sunan Giri adalah keturunan
yang ke duabelas pula.34
33 ABD. Rauf Djabir,K.H. Musthofa; Riwayat hidup Perjuangan & Keturunannya (1871-2004)
(Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 17.
✍✍
Dalam pendidikan beliau mendapat pengarajaran pertama dari
lingkungan keluarganya sendiri, terutama dari K.H. Abd. Karim
ayahnya sendiri sekaligus pendiri Pondok Pesantren Al-Karimi
Tebuwung Dukun. Setelah mendapatkan asuhan dari orang tua, beliau
berminat melanjutkan untuk menuntut ilmu ke tempat lain. Atas izin
dari kedua orang tua beliau, maka beliau meninggalkan kampung
halaman, teman sejawat, sanak keluarga dan kedua orang tuanya.35
Pada mulanya beliau pergi ke pondok Sampurnan Bungah yang
diasuh oleh K.H. Muhammad Sholeh Tsani. Di sini yang beliau
perdalam adalah pelajaran-pelajaran agama terutama Fiqih selama lima
tahun. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan mencari ilmunya ke
Pondok Pesantren Langitan Tuban yang saat itu diasuh oleh K.H.
Ahmad Sholeh. Di sana beliau memperdalam ilmu agama selama tiga
tahun. Di pondok ini beliau bersahabat dengan kiai Hasyim Asy’ari
(pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang). Selama tiga tahun itu
ilmu yang beliau tekuni adalah tata bahasa (Nahwu, Sharaf dan
Balaghah).36 Kemudian selama dua tahun beliau memperdalam ilmu
agamanya di Pondok Burno Bojonegoro. Dan perantauan beliau dalam
mencari ilmu yang terkahir adalah di kiai Kholil Bangkalan. Hampir
semua kiai besar di Jawa dan Madura dalam abad ke-20 adalah murid
kiai Kholil Bangkalan. Kurang lebih dua tahun beliau menimbah ilmu
35 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
Lamongan (Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 14.
36 ABD. Rauf Djabir, K.H. Musthofa; Riwayat hidup Perjuangan & Keturunannya (1871-200)
✎ ✏
di kiai Kholil Bangkalan. Ada cerita menarik pada saat beliaunyatridi Bangkalan;
“ada cerita sesudah lebih kurang satu tahun beliau berada di Pondok Pesantren kiai Kholil Bangkalan Madura, beliau ingin berjumpa dengan kiai Kholil namun belum bisa. Pada suatau hari beliau dipanggil oleh kiai Kholil dan disuruh memanjat pohon pepaya untuk mengambil buahnya, akan tetapi setelah di atas dan dapat mengambil buahnya oleh kiai Kholil pohon pepaya itu ditebang (dipotong) sehingga pohon itu roboh bersama K.H. Musthofa dan pingsan. Setelah sadar bilau oleh kiai Kholil disuruh pulang dan agar mengajarkan ilmu yang diperolehnya.”
2. K.H. Abdul Karim (1950-1957)
Putra ketiga K.H. Musthofa dengan ibu Nyai Aminah adalah
K.H. Abdul Karim. Beliau lahir pada tahun 1903 M. pendidikan
pertama yang beliau dapatkan adalah dari ayahnya sendiri. beliau
merupakan salah satu murid generasi pertama sekaligus sebagai kader
yang merupakan mampu membantu orang tuanya dalam
mengembangkan pesantren Kranji.37 Setelah mendapatkan pendidikan dari ayahnya, beliau (K.H. Abdul Karim) melanjutkan pendidikan ke
Pondok Pesantren Sampurnan Bungah Gresik dan pada tahun
1918-1924 beliau menimbah ilmu di Pondok Pesantren Jombang. Yang pada
waktu itu masih diasuh oleh K.H. Hasyim Asy’ari38.
Sejak masih muda beliau dikenal ahli dalam melagukan
ayat-ayat suci al-Qur’an yang lazim dengan sebutan Qari’.39 Dalam buku
37Ibid., 25.
38K.H. Hasyim Asy’ari merupakan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1924. 39 ABD. Rauf Djabir, K.H. Musthofa; Riwayat hidup Perjuangan & Keturunannya (1871-200)
✑ ✒
biografi K.H. Musthofa yang ditulis oleh ABD. Rauf Djabir beliau
dalam melantunkan ayat suci al-Qur’an sangat fasih karena bimbingan
dari ayah beliau. Sebab ayah beliau sangat adil dalam mengajari
al-Qur’an. Mulai dari tajwidnya hingga tanda baca (waqaf). Dan konon
keindahan suara beliau adalah titisan dari kakek beliau sendiri yaitu
K.H. Abd. Karim bin Abd. Qohar (Tebuwung).
Pada tahun 1924 beliau kembali ke Kranji lalu menerapkan
pengetahuan yang diperolehnya yaitu melakukan pembaharuan dalam
bidang pendidikan pesantren, beliau membuka pendidikan dengan
sitem klasikal berupa Madrasah Diniyah yang diberi nama Madrasah
Tarbiyatut Tholabah, dengan menggunakan kurikulum sebagaimana
yang dilaksanakan di Madrasah Salafiyah Tebuireng Jombang.
Beliau juga diangkat sebagai Shumokacho di Bojonegoro sekitar 2 tahun yaitu pada tahun 1943-1945. Shumokscho adalah setingkat dengan Kakandepag. Sebab beliau diangkat adalah atas jasa
teman akrabnya orang Jepang yang sudah masuk Islam yang bernama
Abd. Hamid Uno. Ketika itu Abd. Hamid Uno menjabat sebagai polisi
yang membawahi pulau Jawa.40
3. K.H. Adelan Abdul Qodir (1950-1976)
Nama lengkap beliau adalah Mohammad Adelan bin Abd.
Qodir bin H. Harun. Beliau lahir pada tanggal 10 Mei 1899 di Kranji
✓6
Paciran Lamongan.41 Beliau lahir dari keluarga H. Harun dimana H. Harun merupakan seorang Agniya’ yang berada di kawasan Kranji dan
Drajat waktu itu.42 H. Harun merupakan pengusaha gamping (kapur bakar) yang sukses. Omsetnya pada waktu itu sangat tinggi, hinggap
pengirimannya sampai ke Semarang yang pengirimannya melalui jalur
laut.
K.H. Adelan Abdul Qodir atau biasanya di panggil mbah
Adelan sejak kecil sampai dewasa belajar di Pondok Pesantren Kranji
dibawah asuhan K.H. Musthofa dan merupakan santri yang sangat
dipercaya. Bahkan akhirnya mbah Adelan diambil menantu sendiri
mendapatkan putrinya yang bernama Sofiyah. Selama menikah dengan
Nyai Sofiyah, mbah Adelan dikaruniai 12 anak. Adapun nama-nama
anaknya yaitu;
1. Mohammad Shodiq
2. K.H. Ach. Thohir
3. Mohammad Nashir
4. Nyai Hj. Syarifah
5. Ustadz abdul Wahab
6. K.H. Moh. Baqir Adelan
7. Ustadzah Mujiroh
8. Ustadzah Maimunah
9. Romlah
41Ibid., 27.
42 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
✔ ✕
10. K.H. Ach. Mubasjir
11. Ahmad Muhadjir
12. Hakimah
Kepemimpinan mbah Adelan ini merupakan tradisi baru,
dimana seorang menantu dapat menduduki kepemimpinan
pesantren.43 Hal ini disebabkan semua anak-anak K.H. Musthofa yang lain sudah bermukim dan atau mempunyai tugas di luar. Seperti kiai
Sholeh sudah memimpin Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah, Kiai
Abd. Karim sedang bertuga sebagai pegawai Departemen Agama di
Gresik, kiai Abd. Rahman sudah menetap di desa Payaman, dan lain
sebagainya. Kalau toh ada yang tinggal di Kranji mereka masih sangat
kecil, jadi dianggap masih belum bisa mengemban amanah untuk
menjadi pengasuh. Di samping itu, ada faktor lain yang
dipertimbangkan dalam pengangkatan kiai Adelan setelah kiai
Musthofa wafat tahun 1950 karena kualitas keilmuan, senioritas, serta
pengabdian dan loyalitasnya terhadap perjuangan di pondok Kranji.
Misalnya, ketika K.H. Abd. Karim bertugas mengajar di Pondok
Pesantren Tebuireng Jombang mbah Adelan menggatikan posisi
beliau sebagai pimpinan pendidik di Pondok Kranji. Demikian pula
ketika kepemimpinan kiai Mohammad Amin yang sering
43ABD. Rauf Djabir,K.H. Musthofa; Riwayat hidup Perjuangan & Keturunannya (1871-2004)
✖8
meninggalkan Pondok Pesantren lantaran kepentingan gerilya, maka
tugas kependidikan dan kepesantrenan diback-up oleh mbah Adelan.44
Menurut putra sulung K.H. Musthofa yaitu kiai Mohammad
Djabir (almarhum) penuturannya kepada penulis buku dengan judul
Biografi K.H. Mustofa yang waktu dikonfirmasi terkait dengan
suksesi di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah, baik pada sektor
kepemimpinan pusat (pemangku pondok) maupun pada sektor
kepemimpinan unit-unit dibawahnya beliau mengatakan;
“sesuai dengan amanat yang diberikan K.H. Musthofa bahwa suksesi kepemimpinan pondok pesantren Kranji tidak harus dipimpin langsung oleh garis keturunan dari Bani Musthofa, melainkan oleh siapa saja yang dipilih oleh keluarga Bani Musthofa. Meskipun kepemimpinan aka lebih diutamakan apabila masih ada garis keturunan Bani Musthofa yang memenuhi kriteria kepemimpinan (bobot, bibit, dan bebet-nya)”.
Pada tahun 1976 putra beliau yang bernama Moh. Baqir Adelan
meminta restu untuk menunaikan ibadah Haji. Akan tetapi beliau tidak
merestuinya dan menyarakankan agar dilaksanakan pada tahun depan.
Akhirnya putra beliau pun menurutinya. Disengaja maupun tidak pada
tahun itu juga tepatnya pada tanggal 21 Desember 1976 mbah Adelan
Abdul Qoadir telah mengahadp Rahmatullah. Ternyata dibalik
pencegahan beliau terdapat hikmah yang begitu besar.
✗ ✘
4. K.H. Moh. Baqir Adelan (1976-2006)
Setelah K.H. Adelan meninggal dunia, pemangku Pondok
Pesantren Tarbiyatut Tholabah di amanatkan kepada anaknya yang ke
enam yaitu K.H. Moh. Baqir Adelan. Beliau (K.H. Moh. Baqir adelan)
30 Agustus !934 M. dan meninggal pada tanggal 15 Mei 2006 M pada
usia yang ke-72. Beliau dikaruniai putra-putri yang sangat alim.
Di sela-sela kesibukannya, beliau masih menyempatkan untuk
menulis buku, diantaranya adalah :
1. Tas-hilu Al-mubtadi’ Li Fahmi Nadhmi Al-Imrithi
2. At-Taisir Wa At-Tabyin Li-Maqasid Alfiyah Ibn Malik
3. Syarh Al-Asma Al-Husna
4. Hasyiyah Alaa Uddah Al-Faaridh Fi Ilmi Al-Faraidh.45
Pada usia beliau yang cukup matang serta untuk menjalankan
sunnah Rosulloh, maka beliau bertekad membina rumah tangga untuk
menyempurnakan sebagian dari agamanya, bersama wanita pilihan
orang tuanya ibu nyai Aminah, putra kedua dari pasangan bapak H.
Mas’ud dan ibu Hj. Malihah yang tidak bukan adalah adik kandung
ayah beliau, untuk menjadi pendamping hidup dalam meneruskan
perjuangan di masyarakat.46
45 Muhyiddin, “Biografi Singkat K.H. Moh. Baqir Adelan Kranji”, aliyahtabah.blogspot.co.id
http://aliyahtabah.blogspot.co.id/2015/04/biografi-kh-moh-baqir-adelan.html, 26 Mei 2016.
46Nuril Ahmad etal,KH. Moh. Baqir Adelan: Organisatoris, Ulama’, dan Teknokrat(Lamongan:
✙ ✚
Di bulan April 1964 M yang bertepatan tanggal 15 Dzulhijjah
1384 H. beliau melaksanakan akad nikah di Masjid Kranji yang
sekarang dikenal dengan “Masjid Baitur Rohman”. Pada saat itu
beliau berusia 27 tahun dan ibu nyai masih berusia 12 tahun. namun,
diusia yang masih begitu muda beliau mempunyai peran yang luar
biasa di masyarakat.
Setelah 2 tahun mengaruhi mahgligai rumah tangga, akhirnya
pada tahun 1966 beliau dikaruniai seorang putra yang diberi nama
Muhammad Nasrullah Baqir yang memimpin pondok saat ini. Dalam
pernikahan ini beliau diberkahi 9 orang anak, yaitu 4 putra dan 5
putri.47
5. K.H. Moh. Nasrullah Baqir (2006-sekarang)
Pada tahun 1966 M. lahirlah seorang bayi mungil yang lucu,
seperti kebanyakan bayi lainnya. Namun, yang membedakan dari yang
lain adalah kelahiran bayi di tengah rumah tangga seoran kiai yang
sangat alim. Bayi itu lahir dari pasangan K.H. Moh. Baqir Adelan dan
Nyai Hj. Aminah yang kelak menjadi penerus Pondok Pesantren
Tarbiyatut Tholabah. Nasrullah Baqir, begitulah nama panggilan yang
disematkan kepada anak beliau (K.H. Moh. Baqir Adelan).
Nasrullah Baqir kecil tumbuh dalam lingkungan pondok
pesantren Tarbiyatut Tholabah. Kelak lingkungan pesantren akan
✛ ✜
mempengaruhi pemikiran beliau. Beliau mengenyam pendidikan
pertama kali yaitu dalam bidang al-Qura’an.48
H. Perkembangan Pendidikan Formal di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah
1. Madrasah Salafiyah
Madrasah Salafiyah didirikan oleh KH. Abdul Karim Musthofa
pada tahun 1924. Beliau mendirikan Madrasah Salafiyah dengan diberi
nama Madrasah “Tarbiyatut Tholabah” sedangkan kurikulum
disesaikan dengan kurikulum Madrasah Tebuireng Jombang.49 Pada tahun 1927 KH. Abdul Karim Musthofa menunaikan ibadah haji.
Kemudian pada tahun 1929 – 1933 Madrasah Salafiysh
dipimpin oleh KH. Adelan (ayah KH. Moh. Baqir Adelan), dan
semenjak tahun 1934 pondok pesantren Kranji lebih dikenal dengan
Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji.50
Berikut diantara dewan gurunya pada waktu itu sebagai
berikut;
a. KH. Abdur Rohman Musthofa
b. Kiai Rasmidin dari Kemantren
c. Kiai Mas Amirin dari Jombang
48Rahmat Dasy, Wawancara, Drajat Paciran Lamongan, 11 Mei 2016.
49 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
Lamongan (Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 28.
✢ ✣
d. KH. Adelan dari Kranji
e. KH. Toyyib dari Kranji
Sedangkan dantara para alumninya adalah;
a. Kiai Abdur Rosyid dari Gelap Laren Lamongan
b. Kiai Abu Bakrin dari Drajat Paciran Lamongan
c. Kiai Abdur rohim Thoyyib dari Kranji
d. KH. Imron dari Banjaranyar
e. KH. Abdur Rohman Syamsuri (pengasuh Pondok Pesantren
Karangasem Paciran)
f. KH. Ashuri Syarqowi (pengasuh Pondok Pesantren Mazroatul
Ulum Paciran)
g. KH. Ahmad Tohir Adelan dari Kranji
h. KH. Showab dari Godok Laren Lamongan
i. Prof. Dr. KH. Tolha Hasan dari Malang
j. KH. Salamun Paciran
Namun seiring dengan perjalanan waktu Madrasah Salafiyah
ini sudah tidak ada dan digant dengan Madrasah Ibtidaiyah.
2. Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatut Tholabah
Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatut Tholabah secara
resmi mulai diterimanya murid putri yang diprakarsai oleh ustadz
Moahmmad Ali Thoyyib pada tahun 1948, sedangkan murid dari
✤ ✥
dan bagi yang sudah besar tetap mengikuti Madrasah Salafaiyah
dengan mengajisorogan.51
a. Periode Kepemimpinan Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatut Tholabah Kranji
1. Tahun 1946 - 1952 : Al-Ustadz Moh ali thoyyib
2. Tahun 1952–1955 : Al- Ustadz Abd. Wabbab Adelan
3. Tahun 1958–1962 : Al- Ustadz Moh Baqir Adelan
4. Tahun 1963–1968 : Al- Ustadz Ahmad Thohir Adelan
5. Tahun 1969–1977 : Al- Ustadz Moh Thoha Thoyyib
6. Tahun1978–1990 : Al- Ustadz Musthofa Abdurrohman
7. Tahun 1990–2005 : Al-Ustadz H. Ach.Sjafi’ Ali A.Ma
8. Tahun 2005 : Al- Ustadz Ah. Fadlol S.Ag (PJS Kepala)
9. Tahun 2005–2008 : Al- Ustadz Atmono S.Ag
10. Tahun 2008–sekarang : Al- Ustadz Mudzakkir Ikrom S.Ag
VISI
Menciptakan anak yang bertaqwa, berakhlaqul karimah dan
berkualitas intelektual
MISI
1. Menyeleggarakan pendidikan dan pengajaran dengan
menjaga Keseimbangan antara ilmu agama dan umum.
✦✦
2. Mengembangkan potensi akademik siswa.
3. Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan ajaran
islam secara kaffah.
4. Menumbuhkan, mengembangkan dan mengarahkan minat,
bakat serta keterampilan siswa.
5. Menciptakan madrasah professional
TUJUAN
1. Terbentuknya siswa yang taat beribadah dan gemar beramal
sholeh.
2. Menciptakan kebiasaan hidup berakhlaqul karimah dan
disiplin.
3. Menumbuhkan dan mengembangkan minat, bakat serta
ketrampilan siswa sejak dini
4. Mempersiapkan siswa secaramaksimal untuk melanjutkan
jejang pendidikan yang lebih tinggi.
5. Mewujudkan sistem menejerial madrasah yang professional
3. Madrasah Tsanawiyah Tarbiyatut Tholabah
Madrasah ini didirikan karena kebijaksanaan Menteri Agama
pada tahun 1962 yang menunjukan beberapa Madrasah termasuk
✧ ★
kelas VII dan VII tingkat dasar dalam menyongsong Madrasah.52 Sebab itulah K.H. Moh. Baqir Adelan mendirikan Madrasah
Tsanawiyah 1963. Tepatnya pada tanggal 1 Agustus 1963. Lembaga
pendidikan ini berada di naungan kawasan Pondok Pesantren
Tarbiyatut Tholabah, pesantren tertua di daerah Pantura Lamongan
yang berdiri tahun 1898. Kurikulum yang dipakai pada waktu
berdirinya adalah 70% Agama dan 30% pelajaran Umum.53
Madrasah Tsanawiyah Tarbiyatut Tholabah Kranji sejak
berdirinya sampai sekarang terus berbenah diri baik sarana maupun
KBM-nya (Kegiatan Belajar Mengajar).54 Saat ini, MTs Tarbiyatut Tholabah yang biasa disingkat dengan MTs. Tabah telah berusia lebih
dari setengah abad. Itu bukanlah waktu yang singkat bagi sebuah
lembaga pendidikan. Oleh karena itu, MTs. Tabah mempunyai impian
menjadi madrasah yang unggul dalam pembentukan akhlaq
al-karimah, unggul dalam raihan prestasi, dan unggul dalam pembekalan
kecakapan hidup serta berdaya saing global.
MTs. Tabah menjadikan nilai-nilai lslam ‘Ala Ahli As-sunnah
Wa al-Jama’ah (ala NU) sebagai pandangan dan sikap hidup dalam
kehidupan sehari-hari secara kaffah. Sebuah ideologi yang sama dan
selaras dengan Pondok Pesantren yang menaunginya. Dalam
pergaulan sehari-hari, semua civitas akademika menerapkan etika.
52Ibid., 29.
53 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran
Lamongan (Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 29.
✩6
Sehingga sifat sombong, iri dan akhlaq tercela lainnya diharapkan
hilang dari peserta didik maupun tenaga kependidikan di MTs. Tabah.
MTs. Tabah juga berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan
pendidikan yang bermuara pada pembekalan siswa agar memiliki daya
saing dalam Prestasi Akademik maupun Non Akademik. Termasuk
juga meningkatnya daya saing dalam memasuki SLTA favorit di
tingkat nasional. Oleh karena itu, salah satu bekal yang harus dimiliki
oleh peserta didiknya adalah menguasai lCT.55
Tidak cukup sampai disitu fasilitas dan peralatan baik di bidang
seni maupun olah raga disempurnakan. Ini adalah salah satu upaya
dalam membekali peserta didik, agar memiliki daya saing dalam
prestasi seni dan olah raga. Dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap siswa, MTs. Tabah juga sudah menjalin kerjasama
dengan pelbagai instansi, baik negeri maupun swasta. Kerjasama ini
dijalin dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga pendidik dengan
memberi pelatihan diberbagai bidang. Itu dibuktikan dengan
terbentuknya Tim Trainer Pembelajaran Aktif. Tidak berhenti di situ,
kerjasama yang dijalin juga dalam rangka meningkatkan kuantitas dan
kualitas sarana dan prasarana pendidikan. Bahkan secara tidak
langsung, kerjasama ini menjadi prioritas tiap tahun. Dengan harapan,
Kegiatan Belajar Mengajar bisa berjalan dengan nyaman dan
kondusif.
✪ ✫
a. Identitas Madrasah
1. Nama dan Alamat Sekolah:56
Nama Sekolah : MTs. Tarbiyatut Tholabah
Jalan