• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROFIL PONDOK PESANTREN TARBIYATUT THOLABAH

G. Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah

1. K,H Musthofa (1898-1950)

3

tertua yang ada di Jawa Timur. Itu bisa dipahami dari unsur seperti di atas yang sudah di penuhi oleh pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah. Pada tahun 1898 M3 unsur-unsur seperti, adanya seorang kiai dan santri-santri serta asrama untuk tempat tinggal para santri yang datang dari luar desa Kranji. Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah ini didirikan K.H. Musthofa di desa Kranji Paciran Lamongan. Tanah untuk mendirikan pondok tersebut adalah hibah dari H. Harun (santri K.H. Musthofa). inilah cikal bakal pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah yang masih kokoh berdiri hingga sekarang.

K.H. Musthofa merupakan pendiri sekaligus pengasuh pertama Pondok pesntren Tarbiyatut Tholabah, dan saat ini pondok tersebut diasuh oleh K.H. Moh. Nasrullah Baqir telah mengalami pergantian sebanyak 5 kali pengasuh, sebagai mana yang disebutkan dibawah ini:

1. K.H. Musthofa (1898-1950) 2. K.H. Abdul Karim (1950-1957)

3. K.H. Adelan Abdul Qodir (1957-1976) 4. K.H. Moh. Baqir Adelan (1976-2006)

5. K.H. Moh. Nasrullah Baqir (2006-sekarang).4

3 ABD. Rauf Djabir, K.H. Musthofa; Riwayat hidup Perjuangan & Keturunannya (1871-2004) (Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 18.

4 Ahmad Budiman, “Profil Pondok Pesantren TABAH”, budimanyudistira.blogspot.co.id, http://budimanyudistira.blogspot.co.id/2014/06/profil-singkat-pon-pes-tarbiyatut.html, Rabu, 25 Mei 2016.

4

Dalam sebuah pondok, sedikit sekali yang mempunyai usaha sendiri untu membiayai kebutuhan pondok tersebut. Kebanyakan pondok hanya menunggu seorang donatur untuk sedikit menyumbangkan hartanya untuk pondok. Namun, di pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah sudah mempunyai usaha sendiri untuk mem-backupoperasional pondok tersebut. K.H. Moh Baqir Adelan adalah sosok yang merintis usaha tersebut. Usaha yang beliau tekuni pertama kali adalah mendirikan sebuah meubel. Meubel ini melayani pembuatan perahu untuk nelayan di desa Kranji. Kemudian berkembang menerima pesanan meja, kursi dll.

Tidak banyak seorang kiai yang mempunyai dan mewujudkan ide untuk mendirikan sebuah usaha. Usaha seperti ini pasti membutuhkan keberanian yang besar dan juga dana yang tidak sedikit. Hal inilah yang membuat penulis penasaran, sebernarnya faktor apa yang membuat beliau berani membuat gebrakan baru tersebut. Padahal beliau bukanlah seorang sarjana lulusan ekonomi. Bukan hanya itu, penulis juga ingin mengetahui usaha apa saja yang dilakukan beliau untuk memajukan pondok tersebut selain mendirikan meubel.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi K.H. Moh. Baqir Adelan?

2. Bagaimana profil Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah yang dipimpin oleh K.H. Moh. Baqir Adelan?

5

3. Bagaimana usaha K.H. Moh. Baqir Adelan dalam mengembangkan enterpreneurshi di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah tahun 1958-1990?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Biografi K.H. Moh. Baqir Adelan.

2. Untuk mengetahui profil dari pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah.

3. Untuk mengetahui usaha K.H. Moh. Baqir Adelan dalam

mengembangkan enterpreneurshi di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah?

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai sumbangan akademisi penulis kepada almamater yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang tak terhingga manfaatnya sejak duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah hingga Madrasah Aliyah. 2. Sebagai karya ilmiyah, penulis berharap karya ini bisa memberikan

wawasan baru kepada kalangan akademisi yang lain, juga untuk masyarakat umum. Khususnya para alumni Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah.

6

E. Pendekatan dan Kerangka Teori

Dalam proposal ini penulis akan memakai pendekatan historis. Pendekatan ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa saja yang terjadi di masa lampau.

Dalam hal ini pertama penulis memakai teori continuity and change yang menguraikan secara rinci masalah-masalah kesinambungan didalam maupun diluar pondok Tarbiyatu Tholabah. hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan yang terjadi bahwasanya ketika pemikiran baru yang muncul mempunyai kekuatan dan dorongan yang kuat yang ada pada sebelumnya, maka pemikiran yang akan datang dengan kekuatan dan dorongan maka akan terjadi perubahan.

Selain itu penulis memakai kerangka teori sejarah naratif. Menurut sartono Kartodirjo, yang dimaksud sejarah naratif adalah sejarah yang mendeskripsikan tentang masa lampau dengan merekonstruksikan apa yang terjadi, serta diuraikan sebagai cerita, dengan perkataan lain kejadian-kejadian penting diseleksi dan diatur menurut poros waktu sedemikian hingga tersusun sebagai cerita.5 Sejarah naratif ini dirasa lebih baik digunakan dalam proposal ini sebab masih banyak saksi mata yang langsung berinteraksi dengan K.H. Moh. Baqir Adelan.

5 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1993), 123.

7

F. Penelitian Terdahulu

Untuk menghindari adanya kesamaan dalam penelitian, maka penulis perlu menampilkan hasil penelitian sebelumnya. Sebelum penulis membahas tentang “Perkembangan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah di Era Pengasuh K.H. Moh. Baqir Adelan, Kranji Paciran Lamongan, sudah banyak pembahasan yang berkaitan dengan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah. Di antaranya adalah;

1. Korelasi pemilihan jurusan terhadap kesenjangan komunikasi antar pribadi siswa Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan yang di tulis oleh Fathul Mufid. Skripsi ini menekan pada hubungan komunikasi antar sesama siswa Madrasah Aliyah Tarbiyatut Tholabah.

2. Upaya guru agama dalam meningkatkan mutu lulusan (output) di MTs Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan oleh Fatimatus Zuhroh. Skripsi ini penekananya lebih kepada tenaga pengajar di MTs Tarbiyatut Tholabah dalam meningkatkan mutu lulusannya.

3. Persepsi dan sikap masyarakat santri pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan Jawa Timur terhadap bank syari’ah oleh Ali Mujib. Tesis ini penekananya pada pandangan santri Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah terhadap adanya Bank Syariah.

Dengan demikian judul yang diambil oleh penulis ini tentang ”Tinjauan Sejarah K.H. Moh. Baqir Adelan dalam Mengembangkan Enterpreneurship di Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji

8

Paciran Lamongan Tahun 1958-1990” berbeda titik fokusnya. Dalam penelitian ini penulis lebih menitik beratkan pada usaha beliau dalan bidang enterpreneurship dan mengembangkan pondok dalam pendidikan.

G. Metode Penelitian

Sugiyono menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan bertujuan untuk dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu ilmu pengetahuan

tertentu sehingga pada saat gilirannya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Menurut Nugroho Notosusanto, metode sejarah mempunyai empat langkah kegiatan, yaitu Heuristik, Kritik Sumber (verifikasi), Interpretasi dan Historiografi.6

1. Heuristik

Heuristik berasal dari kata Yunani hueriskan yang artinya mempeoleh.7Heuristik merupakan tahapan mengumpulkan sebanyak-banyaknya sumber sejarah yang relevan dengan tulisan yang akan dikaji. Sumber sejarah merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang nantinya digunakan sebagai instrumen dalam pengolahan data dan merekonstruksi sejarah.

6Dimas Angga, “Metode Penulisan Sejarah Pada Karya Ilmiyah”,gandrungrontak.blogspot.co.id, http://gandrungrontak.blogspot.co.id/2013/11/metode-penulisan-sejarah.html. 25 Mei 2016.

9

Sedangkan menurut Dr. Lilik Zulaicha, heuristik adalah suatu proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mengupulkan sumber-sumber, data-data atau jejak sejarah. Sejarah tanpa sumber maka tidak bias bicara. Maka sumber dalam penelitian sejarah merupakan hal yang paling utama yang akan menentukan bagaimana aktualitas masa lalu manusia bias dipahami oleh orang lain.8 Pengumpulan data ini bisa dari sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah kesaksian seseorang yang melihat dan merasakan langsung kejadian tersebut. Sedangkan sumber sekunder adalah kesaksian seseorang yang tidak melihat kejadian tersebut namun masih bias merasakan akibat dari kejadian tersebut.

Sumber primer dan sekunder ini bias saja berupa buku-buku,

dokumen maupun rekaman dimana buku–buku dan dokumen tersebut

hasil karya saksi mata yang dituangkan dalam tulisan.

Pada tahapan pertama ini penulis akan mengumpulkan beberapa rekaman wawancara dengan beberapa saksi mata yang langsung melihat dengan mata kepala sendiri amal-amal dan perilaku K.H. Moh. Baqir Adelan. Pun para saksi mata juga merasakan sendiri kebijakan, pengambilan keputusan, perkembangan baik secara fisik maupun pembelajaran pada masa K.H. Moh. Baqir Adelan menjadi pengasuh dalam pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah. Penulis bisa menyebutkan beberapa saksi mata yang bisa diwawancarai yaitu;

10

a. Rahmat Dasy

b. H. Ainur Rofiq

c. K.H. Musthofa Abdurrahman

Untuk sumber sekunder, penulis akan mengambil buku-buku yang berkaitan dengan judul tersebut dan juga artikel-artikel yang bisa diambil dari internet.

Untuk dokumen penulis akan menyajikan sebagai berikut; a. Silsilah dari pengasuh pertama pondok pesantren Tarbiyatut

Tholabah yaitu K.H. Musthofa bin Abd. Karim hingga pada K.H. Moh Baqir Adelan dan juga putranya.

b. Akta pendirian Yayasan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah tahun 1989

c. Akta pendirian Yayasan Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah tahun 2007.

d. Surat keputusan pengangkatan guru MTs. Tarbiyatut Tholabah dengan nama Musthofa, AR. Oleh K.H. Moh. Baqir Adelan. e. Surat keterangan dari Yayasan yang menyatakan bahwa K.H.

Moh. Baqir Adelan adalah pengasuh mulai dari tahun 1976-2006.

2. Kritik Sumber

Pada tahap kedua dari metode penelitian adalah kritik. Hal ini dilakukan untuk menggolongkan sumber sesuai dengan kriteria

11

masing-masing. Selanjutnya dilakukan penilaian, pengujian dan penyeleksian sumber-sumber untu mendapatkan sumber yang benar-benar autentik (keaslian sumber). Hal ini patut dilakukan agar kita terhindar dari sumber palsu. Kritik sumber ini pun terdiri sari kritik intern dan ekstern.

a. Kritik Intern

Kritik intern adalah kritik sumber yang digunakan untuk meneliti keaslian isi dokumen, rekaman atau tulisan tersebut. Kritik intern ini lebih menekankan pada isi dari sebuah dokumen sejarah. Sumber yang diperoleh penulis yang relevan, karena penulis mendapatkan sumber langsung dari keluarga, masyarakat dan santri yang hidup sezaman dengan K.H. Moh. Baqir Adelan dengan cara interview atau wawancara.

b. Kritik ekstern

Kritik ekstern adalah penentuan asli atau tidaknya suatu sumber atau dokumen. Idealnya seseorang menemukan sumber yang asli bukan rangkapnya apa lagi foto kopinya. Apa lagi jaman sekarang kadang-kadang sulit membedakan asli atau bukan. Oleh karena itu penulis akan meneliti betul silsilah para tokoh yang akan diwawancarai dan peneliti juga akan mengkaji betul dokumen-dokumen yang didapat, hal ini dilakukan supaya mendapatkan sumber yang autentik.

12

3. Interpretasi

Interpretasi adalah upaya sejarawan untuk melihat kembali tentang sumber-sumber yang didapatkan apakah sumber-sumber yang didapatkan dan yang telah diuji autentisnya terdapat saling hubungan atau satu dan yang lain. Dengan demikian sejarawan memberikan penafsiran terhadap sumber yang telah didapatkan.9

Penulis akan menginterpretasikan atau menafsirkan sumber-sumber yang telah didapat dengan membandingkan sumber-sumber satu dengan sumber yang lain. Baik sumber itu berupa wawancara maupun berupa dokumen-dokumen dan beberapa buku. Langkah ini merupakan tahapan yang ketiga.

4. Historiografi

Historiografi adalah penulisan hasil penelitian. Historiografi adalah rekontruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses.10 Sedangkan menurut Dr. Lilik Zulaicha, historiografi adalah mnyusun atau merekonstruksi fakta-fakta yang telah tersusun yang didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk tulisan.11

9Ibid., 17.

10Louis Gottschalk,Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta: UI Press, 1986), 32.

13

Dalam tahapan terakhir ini penulis akan memaparkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan cara sistematis atau berurutan.

H. Sistematika Pembahasan

Suatu penelitian haruslah ditulis dan disusun secara sistematis oleh penulis. Untuk itu penulis akan memaparakan sistematika penelitian yang sebagaiman yang akan diuraikan dibawah ini.

Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, kegunaan penelitian, Pendekatan dan kerangka teoritis, penelitian terdahulu, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua ini penulis akan membahas tentang biografi K.H. Moh. Baqir Adelan. Biografi ini akan dimulai dari K.H. Moh. Baqir Adelan dilahirkan, pendidikan hingga beliau menjadi pengasuh pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah.

Bab ketiga Penulis akan memaparkan sekilas tentang profil Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah yang dipimpin oleh K.H. Moh. Baqir Adelan. Hal ini dilakukan supaya pembaca mengetahui bagaimana pondok tersebut bisa berdiri. Dan juga untuk mengetahui letak geografis pondok tersebut.

Bab keempat pembatasan masalah yang sudah dilakukan oleh penulis akan diteruskan dalam bab ini. Sehingga penulis menyajikan usaha K.H. Moh. Baqir Adelan dalam bidang enterpreneurship untuk

14

menopang operasional pondok. Dan usaha beliau dalam memajukan pondok dalam bidang pendidikan dan juga pembangunan.

Bab kelima yaitu penutup. Penutup akan berisi tentang kesimpulan yang dibuat oleh penulis. Gunanya adalah untuk menjawab dari rumusan masalah yang sudah dijabarkan terlebih dulu.

BAB II

BIOGRAFI K.H. MOH. BAQIR ADELAN

Dalam sebuah pesantren tentu saja ada komponen-komponen yang harus terpenuhi untuk bisa di sebut sebagai sebuah pesantren. Salah satunya adalah adanya seorang kiai. Istilah kiai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari bahasa Jawa.12 Kata-kata kiai mempunyai makna yang agung, keramat, dan dituahkan. Selain gelar kiai diberikan kepada seorang laki-laki yang lanjut usia, arif, dan dihormati di Jawa. Gelar kiai juga diberikan untuk benda-benda yang keramat dan dituahkan, seperti keris dan tombak. Namun pengertian yang paling luas di Indonesia khususnya Jawa, gelar kiai diberikan kepada seorang yang alim ulama, taat beragama dan berakhlak mulia. Terutama kepada orang yang mendirikankan dan mempin sebuah pondok pesantren.

Sudah kita ketahui bersama bahwa di pulau Jawa merupakan pusat pesantren di Indonesia, lebih-lebih daerah Jawa Timur. Di Jawa Timur, jumlah pondok pesantren sendiri lebih dari 500 pondok yang tersebar di seluruh kabupaten maupun kota. Dalam penyebaran Islam, peran pesantren sangatlah besar. Bahkan dalam kemerdekaan Indonesia pesantren juga ikut andil. Banyak santri-santri yang deikerahkan oleh para kiai untuk ikut jihad. Dalam pesantren, mempunyai segalanya yang dibutuhkan jiak ingin mendalami ilmu agama. Mulai

12Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kiai (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 47.

16

dari pengajar, kitab-kitab yang mengajarakan tentang tata cara berakhlak dengan baik, serta adanya contoh langsung yang bisa ditiru yaitu seorang kiai.

Dalam perjalanannya pesantren ada yang tumbuh, berkembang kemudian mengalami kemunduruan. Seperti layaknya sebuah peradaban, pesantren juga mempunyai sirkulasi perputaran yang sama, pada mulanya dibangun, kemudiann tumbuh berkembang dan setelah perkembangan itu mencapai puncaknya akan ada namanya fase kemunduran. Fase kemunduran inilah yang sangat ditakutkan. Karena tak jarang fase kemunduruan ini mengakibatkan pesantren tersebut tak mampu bangkit lagi dan akhirnya hilang dari peradaban. Namun tak jarang pula yang mengakibatkan kemunduran tersebut adalah tidak memiliki keturunan yang mampu untuk meneruskannya. Tapi masih banyak juga pesantren yang masih mampu bertahan sampai era 2000-an ini. Walaupun sudah berumur lebih dari satu abad. Contohnya saja seperti pondok pesantren sidogiri yang berdiri dari tahun 1745 dan pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah yang berdiri dari tahun 1898.

Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah ini berada tepat di desa Kranji kecamatan Paciran kabupaten Lamongan. Pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah ini juga sering disebut TABAH atau Pondok Kranji. Pondok ini sudah mengalami pergantian pemimpin sebanyak lima kali, yaitu;

1. K.H. Musthofa (1898-1950) 2. K.H. Abdul Karim (1950-1957)

3. K.H. Adelan Abdul Qodir (1957-1976) 4. K.H. Moh. Baqir Adelan (1976-2006)

17

5. K.H. Moh. Nasrullah Baqir (2006-sekarang)13

Diantara enam Kiai diatas penulis akan fokus membahas tentang K.H. Moh. Baqir Adelan. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai riwayat hidup beliau mulai dar beliau lahir hingga beliau wafat.

A. Kelahiran K.H. Moh. Baqir Adelan

K.H. Moh. Baqir Adelan lahir pada tanggal 30 Agustus 1934 M. Atau 19 Jumadil Ula 1354 H. di desa Kranji kecamatan Paciran kabupaten Lamongan putera ke 6 dari 12 bersaudara. Ibunya bernama Nyai Hj. Shofiyah (Putra ke 4 dari K.H. Musthofa dengan Nyai Aminah Sholeh) sedangkan ayahnya bernama K.H. Adelan Abdul Qodir (santrinya K.H. Musthofa dari Kranji).14

Beliau sejak kecil memiliki kelebihan beberapa kelebihan yang berupa intelegensi, sikap (keberanian) dan keterampilan praktis (berdagang). Dari kelebihan itulah beliau dapat memimpin, mengembangkan dan meningkatkan mutu Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah serta dapat memperluas jaringan perdagangan khususnya bidang perkayuan jati.15

Pada masa kecil, K.H. Moh. Baqir Adelan belajar al-Qur’an seperti layaknya anak-anak di usianya. Guru pertama beliau belajar al-Qur’an adalah Nyai Hj. Sofiyah ibundanya sendiri. Kemudian beliau berguru pada neneknya

13Ahmad Budiman, “Profil Pondok Pesantren TABAH”,budimanyudistira.blogspot.co.id http://budimanyudistira.blogspot.co.id/2014/06/profil-singkat-pon-pes-tarbiyatut.html, Rabu, 25 Mei 2016.

14 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan(Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 23.

18

Nyai Aminah, K.H. Abdul Karim paman beliau dan K.H. Musthofa (pendiri pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah). Yang membuat hal ini spesial adalah guru-gurunya merupakan para alim dan ahli dalam bidang al-Qur’an. Kegigihan beliau untuk tholabul ‘ilmi sudah terlihat sejak kecil. Buktinya adalah K.H. Moh. Baqir Adelan dalam belajar satu bidang saja yaitu al-Qur’an sampai berguru kepada empat ahli al-Qur’an.

Melihat dari beberapa gurunya yang berkualitas tinggi itu, maka pantaslah beliau dapat menguasai kitab suci al-Qur’an beserta ilmu yang bersangkutan dengannya.16

B. Silsilah K.H. Moh. Baqir Adelan

Pada foto di atas jelas bahwa K.H. Moh. Baqir Adelan adalah keturunan dari K.H. Musthofa Abdul Karim dengan istri pertama yaitu Nyai Amina Sholih Tsani melalui garis seorang ibu. K.H. Musthofa adalah pendiri Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah. Jika ditarik garis ke atas lagi maka masih ada keturunan wali seperti Raden Qosim (Sunan Drajat), Sayyid Ainul Yaqin (Sunan Giri Gresik) dan Syekh Maulana Ishaq. Lihat foto dibawah ini.

Sedangkan jika ditarik lagi garis lebih ke atas maka akan sampai pada baginda Rosulullah SAW dan Nabi Adam.

19

C. Riwayat Pendidikan K.H. Moh. Baqir Adelan

Masa depan bangsa tergantung pada kualitas pendidikan anak-anaknya.

Memikirkan, mempertimbangkan pendidikan anak-anak sama dengan

mempersiapkan generasi yang akan datang. Hati seorang anak bagaikan sebuah plat fotografik yang tidak bergambar apa-apa, siap mereflesikan semua yang ditamapak padanya. Semua sifat-sifat baik yang membantu memenuhi tujuan hidup adalah warisan alami yang dibawa setiap jiwa ke bumi, hampir semua sikap buruk yang diperlihatkan manusia apa adanya merupakan apa-apa yang didapatkan setelah mereka dilahirkan ke bumi.17

Pendidikan formal yang pertama kali beliau memasuki Madrasah Salafiyah pada tahun 1940 di Madrasah Tarbiyatut Tholabah yang dipimpin oleh K.H. Abdul Karim Musthofa sampai tahun 1944.

Yang kedua meneruskan di Madrasah Muallimin Tunggul yang dipimpin oleh K.H. Moh. Amin Musthofa dari tahun 1944 sampai 1948. Pada usianya yang ke 14 tahun itu beliau ikut mengajar dan berdakwah kepada masyarakat atas bimbingan K.H. Moh. Amin.

Yang ketiga meneruskan pendidikannya ke pondok pesantren

Tambakberas Jombang yang diasuh oleh K.H. Abdul Jalil dari tahun 1952 sampai 1954.

20

Yang keempat beliau meneruskan pendidikannya ke Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang yang diasuh oleh K.H. Bisri Syamsuri dari tahun 1954 sampai 1958.18

D. Jabatan K.H. Moh. Baqir Adelan

Sebagai seorang Kiai senior yang memiliki banyak pengalaman, beliau sangat dipercaya untuk menduduki jabatan dalam berbagai organisasi, lembaga dan badan kepengurusan llainnya seperti sebagai berikut:

a. Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan. b. Ketua pembangunan Masjid Jami’ Baiturrahman Kranji Paciran Lamongan.

c. Ketua I Syuriah NU cabang Lamongan.

d. Ketua II MUI tingkat II Kabupaten Lamongan. e. Penasehat BAZIS tingkat II Kabupaten Lamongan.

f. Penasehat Ta’mir Masjid “Sunan Drajat” Drajat Paciran Lamongan.

g. Anggota Syuriah NU wilayah Jawa Timur

E. Metode Dakwah K.H. Moh Baqir Adelan

Metode brasal dari bahas Yunani yaitu methodos, merupakan gabungan dari kata meta dan hodos. Meta sendiri mempunyai arti melalui, mengikuti dan sesudah. Sedangkan arti dari hodos berarti jalan dan cara. Ada lagi jika ditelisik dari bahas Jerman, metode berasal dari kata methodican yang berarti ajaran tentang metode. Sedangkan dalam bahasa Arab metode disebut thariq, atau

18 Rahmat Dasy etal, Seratus Tahun Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan (Lamongan: Forum Komunikasi Bani Musthofa, 2004), 24.

21

thariqoh yang berarti jalan atau cara. Kata-kata tersebut idenitik dengan kata al-ushlub. Ushlub secara bahasa jalan, seni. Misalnya; dikatakan dia berada pada ushlub suatu kaum, maksutnya ialah berada diatas jalan (manhaj) mereka, dan jika ada yang mengatakan: “...aku mengambil suatu ushlub dalam pembicaraan”, maksutnya ialah seni dalam bicara.19

Banyak ayat yang berkaitan dengan dakwah, akan tetapi diantara ayat yang paling penting untuk dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan dakwah (metode dakwah) adalah lebih merujuk pada Q.S 16:125.

Sebagai seorang tokoh agama dan juga sebagai seorang Kiai, K.H. Moh. Baqir Adelan (Kiai Baqir) mencoba megamalkan isi dari firman Allah yang diatas. Dengan segala macam metode dakwah yang ada Kiai Baqir mengambil caranya senidiri untuk berdakwah. Karena dakwah bukan hanya kewenangan ulama atau tokoh agama. Setiap muslim bisa melakukan dakwah, karena dakwah bukan hanya ceramah agama.20 Menurut K.H. Nasrullah Baqir21. “metode yang Romo yai gunakan dulu banyak, tapi yang paling sering beliau gunakan adalah metode bi al-hal, bi al-lisan sebagai usuwah. Dan yang masih dugunakan dan berjalan sampai sekarang ya arisan juragan yang diadakan tiap bulan sekali. Ada juga dengan melalui berdagang, khutbah dan acara-acara lain”. Dari pengamatan Kiai Baqir terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar sehingga pemilihan dakwah seperti yang diutarakan oleh K.H. Nasrullah Baqir itulah yang dipilih.

19Enjang dan Aliyudin,Dasar-dasar Ilmu Dakwah(Bandung: Widya Padjajaran, 2009), 83.

20Moh. Ali Aziz, (edisi revisi)Ilmu Dakwah (Jakarta: KENCANA Prenada Media Group, 2012), 2.

21Putra Pertama dari K.H. Moh. Baqir Adelan yang sekarang menjadi pengasuh Pondok Pesantren

Dokumen terkait