• Tidak ada hasil yang ditemukan

files27285DRAF PORTOFOLIO EMT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "files27285DRAF PORTOFOLIO EMT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP

EMERGENCY MEDICAL TEAMS (EMTs)

DI INDONESIA

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap ancaman bencana, baik bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Kondisi geografis Indonesia yang berada pada posisi “Ring of Fire” menyebabkan kerentanan bagi masyarakatnya. Setelah bencana Tsunami Aceh pada tahun 2004 lalu, pelan-pelan Indonesia mulai bangkit dan membentuk sistem penanggulangan bencana yang diperkuat dengan Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, UU ini menjadi tonggak kebangkitan sistem penanggulangan bencana di Indonesia.

Saat ini Indonesia bisa dikatakan sebagai Laboratorium Bencana, dengan banyaknya jenis bencana dan penanganannya yang spesifik untuk masing-masing bencana sehingga banyak masyarakat pemerhati bencana baik dari dalam dan luar negeri belajar dan melakukan penelitian di Indonesia.

Pada tahun 2008 telah dibentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), badan ini yang menjadi komando bagi lintas sektor terkait pada saat bencana terjadi. Kementerian Kesehatan sebagai bagian dari sistem penanggulangan bencana berperan aktif dan berada dalam sistem komando ini. Pada tahun 2014 BNPB mengeluarkan kebijakan tentang Sistem Klaster Nasional untuk memudahkan koordinasi, kolaborasi, dan integrasi lintas sektor. Kementerian Kesehatan merupakan koordinator dari Klaster Kesehatan Nasional dari 8 klaster yang berada dibawah komando BNPB.

(2)

Reduction (DRR)” atau Pengurangan Risiko Bencana (PRB) menjadi fokus utama bagi setiap negara dan harus terintegrasi dalam rencana pembangunan.

(3)

“Emergency Medical Teams (EMTs)”

Definisi

“EMTs” adalah sekelompok profesional di bidang kesehatan yang melakukan pelayanan medis secara langsung kepada masyarakat yang terkena dampak bencana ataupun akibat wabah dan kegawatdaruratan sebagai tenaga kesehatan bantuan dalam mendukung sistem pelayanan kesehatan setempat. (WHO)

(4)

Klasifikasi EMTs berdasarkan Kapasitas (WHO)

Type 1 - Mobile Type 1 - Fixed Type 2 Type 3 Specialist Cells

PRIMARY & EMERGENCY CARE

MOBILE OUTPATIENT CARE

PRIMARY & EMERGENCY

CARE OUTPATIENT CLINIC

EMERGENCY CARE

OUTPATIENT CLINIC &

INPATIENT SURGICAL

TRAUMA CARE FACILITY

EMERGENCY CARE

OUTPATIENT CLINIC &

INPATIENT INTENSIVE &

REFERRAL CARE FACILITY

SPECIALIST CARE TEAMS

Able to treat minimum per day:

50 outpatients

15 minor surgical procedures

Able to treat minimum per

30 minor surgical procedures

Pre-hospital transport

Day time services only Day time services only Day time outpatient services

(5)

Mobile team & equipment

No temporary clinical facility

Fixed team & equipment

Temporary clinical facility

provided

Fixed team & equipment

Temporary clinical facility

provided

Fixed team & equipment

Temporary clinical facility

provided

Mobile or Fixed team & equipment

No temporary clinical facility

Deployment 14 days minimum Deployment 14 days

minimum

Deployment 21 days

minimum

Deployment 28 days

minimum

(6)

Konsep di Indonesia

“EMTs” tingkat Kabupaten/Kota

 Adanya kebijakan dari Pemerintah Daerah tentang Penanggulangan Bencana secara komprehensif

 Perlu pemantapan Sistem Penanggulangan Gawat darurat Terpadu (SPGDT), termasuk dibentuknya “Public Safety Center (PSC) 119” sebagai Call Center

 Dinas Kesehatan minimal membentuk “EMTs type 1-mobile dan type 1-fixed” dari puskesmas, klinik, atau rumah sakit setempat

 Sesuai dengan kondisi RS yang ada di wilayah tersebut dapat juga membentuk “EMTs type 2 dan Specialist Cells”

 Pembiayaan dan pembinaan “EMTs” menjadi tanggungjawab Pemerintah (Pemda, BPBD, Dinas Kesehatan)

“EMTs” tingkat Provinsi

 Adanya kebijakan dari Pemerintah Daerah tentang Penanggulangan Bencana secara komprehensif

 Dinas Kesehatan membentuk “EMTs type 2, dan Specialist Cells” dari kapasitas yang sudah ada di rumah sakit setempat

 Dalam melaksanakan tugas “EMTs” tetap melakukan koordinasi dengan instansi komando pengendali yang ditunjuk

 Pembiayaan dapat dilakukakan melalui APBD, APBN, dan sumber dana lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku

“EMTs” tingkat Nasional

 Adanya Kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan

(7)

(RS Vertikal, UPT Kemenkes, PPK Regional, tenaga kesehatan TNI/POLRI, perhimpunan profesi medis, dll)

 Aktivasi “EMTs” nasional tidak berdiri sendiri tetapi perlu melibatkan sektor lain/multisektoral, melalui BNPB – Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes – EMTs

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa penelitian tersebut dapat ditarik garis besar bahwa bahan pengikat yang digunakan dalam proses pembuatan cetakan akan sangat mempengaruhi tingkat

Berdasarkan pada hasil analisis data dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan media pembelajaran aplikasi android Getaran dan Gelombang

Alasan-alasan penolakan Hadhrat Khalifah ‘Utsman (ra) kepada berbagai Sahabat yang mendesak memerangi para pemberontak: [1] jika mengobarkan perlawanan dan

Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan oleh orang lain yang mempunyai kualitas tertentu, yaitu dokter, bidan, atau juru obat baik yang

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Studi Sistem Informasi S-1 pada Fakultas Teknik Universitas

mereka sekedar menghafalnya, tanpa memahminya.. Selain metode analogi atau Qiyasiah di atas ada pula metode induksi atau Istiqroniyah, dalam pembelajaran kitab

Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan stress pada remaja di SMP Negeri 3 Gamping Sleman Yogyakarta. Hasil penelitian ini

Steganografi merupakan seni atau ilmu yang digunakan untuk menyembunyikan pesan rahasia dengan segala cara sehingga selain orang yang dituju, orang lain tidak akan menyadari