• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 Dirjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "3 Dirjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Disampaikan oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E.

KEMENTERIAN KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN

TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

RAPBN TA 2016

(2)

Dasar Hukum

Kebijakan Umum Transfer ke Daerah dan Dana Desa

TA 2016

Postur Transfer ke Daerah dan Dana Desa TA 2015

dan 2016

Pokok-Pokok Kebijakan Transfer ke Daerah dan

Dana Desa:

Dana Perimbangan:

- Dana Transfer Umum

- Dana Transfer Khusus

Dana Insentif Daerah

Dana Otsus dan Keistimewaan DI Yogyakarta

Dana Desa

2

(3)

3

Kebijakan Umum Tranfer ke Daerah dan

Dana Desa TA 2016

1. Meningkatkan Alokasi anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam RAPBN tahun 2016 lebih

besar dari anggaran Kementerian/Lembaga (Belanja K/L).

2. Meningkatkan kualitas penganggaran dan penyaluran DBH guna meningkatkan kepastian jumlah

dan ketepatan waktu penyaluran.

3. Reformulasi alokasi DAU guna meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah

(sebagai equalization grant).

4. Reformulasi dan penguatan DAK untuk mendukung implementasi nawacita dan pencapaian

prioritas nasional, dengan:

• Meningkatkan besaran alokasi DAK untuk lebih mengakomodasi aspirasi daerah guna

mempercepat pembangunan/penyediaan infrastruktur sarana dan prasarana publik.

• Meningkatkan efektifitas pelaksanaan DAK melalui penyesuaian dana pendamping dengan

kemampuan keuangan daerah, percepatan penetapan juknis, dan perbaikan pola penyaluran, pelaporan, monitoring dan evaluasi.

5. Reformulasi Dana Insentif Daerah (DID) untuk memberikan penghargaan yang lebih besar kepada

daerah yang berkinerja baik dalam pengelolaan keuangan, perekonomian dan kesejahteraan daerah.

6. Meningkatkan kualitas pengelolaan Dana Otsus dan Dana Keistimewaan DIY melalui:

• Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan Dana Otsus Papua dan Papua Barat, serta Aceh;

• Peningkatan kualitas perencanaan dan penggunaan Dana Keistimewaan DIY dalam rangka

penyelenggaraan kewenangan keistimewaan DIY

7. Meningkatkan alokasi Dana Desa hingga 6% dari dan diluar transfer ke daerah sesuai Road Map

(4)

4

Postur Transfer ke Daerah TA 2015 dan TA 2016

2015

2016

TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

I. TRANSFER KE DAERAH

I. TRANSFER KE DAERAH

A. Dana perimbangan

A. Dana perimbangan

1. Dana Bagi Hasil

1. Dana Transfer Umum (General Purpose Grant)

2. Dana Alokasi Umum

a. Dana Bagi Hasil

3. Dana Alokasi Khusus

b. Dana Alokasi Umum

B. Dana Otonomi Khusus

2. Dana Transfer Khusus (Specific Purpose Grant)

C. Dana Keistimewaan Yogyakarta

a. Dana Alokasi Khusus Fisik

D. Dana Transfer Lainnya

b. Dana Alokasi Khusus Nonfisik

B. Dana Insentif Daerah

C. Dana Otsus dan Dana Keistimewaan DIY

(5)

DBH PAJAK

DBH SDA

1. Mempercepat pengalokasian DBH Pajak melalui percepatan penyediaan data rencana dan prognosa penerimaan pajak

1 Mempercepat penetapan alokasi DBH SDA melalui percepatan penyampaian data dari Kementerian Teknis

2. Mempercepat penyelesaian Kurang Bayar DBH Pajak 2. Menetapkan alokasi DBH SDA secara tepat jumlah sesuai dengan rencana penerimaan berdasarkan potensi daerah penghasil;

3. Membagi penerimaan PBB bagian pusat sebesar 10% secara merata kepada seluruh Kab./Kota

3. Menyempurnakan sistem penganggaran dan pelaksanaan atas PNBP yang dibagihasilkan ke daerah;

4. Membagi penerimaan PBB bagian pusat sebesar 10% secara merata kepada seluruh Kab./Kota

4. Mempercepat penyelesaian Kurang Bayar DBH SDA;

5. Memperluas penggunaan DBH CHT yang semula berdasarkan UU No. 39/2007 tentang Cukai hanya dapat digunakan untuk mendanai:

• peningkatan kualitas bahan baku, • pembinaan industri,

• pembinaan lingkungan sosial,

• sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau • pemberantasan barang kena cukai ilegal

Menjadi dapat juga digunakan untuk kegiatan yang lain sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah

(block grant)dengan porsi 50%.

5. Mempertegas penerapan prinsip:

• By Origin; yaitu : (a) Daerah penghasil mendapatkan porsi lebih besar (b) Daerah lain (dalam provinsi yang bersangkutan) mendapatkan bagian pemerataan dengan porsi tertentu;

• Realisasi : penyaluran DBH SDA berdasarkan realisasi penerimaan tahun anggaran berjalan

6. Menegaskan sifat DBH SDA sebagai danablock grant

(6)

6

1. Menerapkan formula DAU secara konsisten melalui pembobotan:

o

Alokasi Dasar;

o

Komponen Kebutuhan Fiskal;

o

Komponen Kapasitas Fiskal.

2. Meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah

(sebagai

equalization grant) yang ditunjukkan oleh Indeks

Williamson yang paling optimal, melalui pembatasan porsi alokasi

dasar dan mengevaluasi bobot variabel kebutuhan fiskal dan

kapasitas fiskal, dengan arah mengurangi ketimpangan fiskal antar

daerah.

3. Besaran pagu DAU Nasional ditetapkan sebesar 27,7% dari PDN

Netto yang ditetapkan dalam APBN.

(7)
(8)

Usulan Kebijakan Pembobotan

Variabel DAU Tahun 2016

8

BOBOT VARIABEL 2 0 1 5 U su la n 2 0 1 6

PROVINSI KAB/KOTA PROVINSI KAB/KOTA

ALOKASI DASAR 40% 49% 30-40% 40-49%

CELAH FISKAL 60% 51% 60-70% 51-60%

VARIABEL KEBUTUHAN FISKAL

- INDEKS JUMLAH PENDUDUK 30% 30% 29-30% 29-30%

- INDEKS LUAS WILAYAH 14% 13% 12-16% 12-15%

(LUAS LAUT) 35% 40% 35-40% 40-45%

- INDEKS IKK 27% 28% 26-28% 27-29%

- INDEKS INVERS IPM 17% 17% 15-19% 15-19%

- INDEKS PDRB 12% 12% 10-13% 10-13%

VARIABEL KAPASITAS FISKAL

- PAD 70% 65% 70-100% 60-100%

- DBH PAJAK 100% 80% 70-100% 60-100%

(9)

Arah Kebijakan DAK TA 2016

1.

Mendukung implementasi

Nawacita

:

Ketiga

: membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan

desa dalam kerangka NKRI;

Kelima

: meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;

Keenam

: meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;

Ketujuh

: kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor domestik.

2.

Mendukung percepatan pembangunan infrastruktur publik daerah;

3.

Mendukung pemenuhan anggaran pendidikan (20%) dan kesehatan (5%) dengan tetap

menjaga lingkungan hidup dan kehutanan;

4.

Mengakomodasi usulan kebutuhan dan prioritas daerah dalam mendukung pencapaian

prioritas nasional (

Proposal Based

),

5.

Memperkuat kebijakan afirmasi untuk mempercepat pembangunan daerah perbatasan,

tertinggal, terpencil, terluar, dan pesisir/kepulauan;

6.

Mempercepat pengalihan anggaran belanja K/L (dekonsentrasi dan tugas pembantuan) yang

sudah menjadi urusan daerah ke DAK;

7.

Merealokasi dana transfer lainnya (BOS, TPG, TAMSIL, dan P2D2) ke dalam DAK non fisik;

(10)

10

Postur Dana Alokasi Khusus TA 2016

2015 2016

Jenis Jenis

I. DAK Fisik

I. DAK Reguler

1. DAK Reguler *

II. DAK Tambahan:

(10 Bidang DAK)

1. DAK Affirmasi

2. DAK Infrastruktur Publik Daerah

2. DAK P3K2

3. DAK Affirmasi

III. DAK Usulan Daerah yg Disetujui DPR

II. DAK Non Fisik **

1. BOS

2. TPG PNSD

3. Tamsil PNSD

4. P2D2 ***

5. BOK

Total DAK

Total DAK

(11)

Penyederhanaan Bidang DAK Reguler 2016

NO BIDANG DAK 2015 NO BIDANG DAK 2016

DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA

1 PENDIDIKAN 1 PENDIDIKAN

2 KESEHATAN

2 KESEHATAN dan KELUARGA BERENCANA 3 KELUARGA BERENCANA

4 PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

3 INFRASTRUKTUR PERUMAHAN, PERMUKIMAN, AIR MINUM DAN SANITASI

5 INFRASTRUKTUR AIR MINUM DAN SANITASI

DIMENSI SEKTOR UNGGULAN

6 INFRASTRUKTUR IRIGASI

4 KEDAULATAN PANGAN 7 PERTANIAN

8 ENERGI PERDESAAN 5 ENERGI SKALA KECIL

9 KELAUTAN DAN PERIKANAN 6 KELAUTAN DAN PERIKANAN

10 KEHUTANAN

7 KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 11 LINGKUNGAN HIDUP

DIMENSI PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN

12 TRANSPORTASI 8 TRANSPORTASI

13 SARANA PERDAGANGAN 9 SARANA PERDAGANGAN DAN INDUSTRI KECIL DAN

(12)

12

DAK Infrastruktur Publik Daerah

Besaran Alokasi kurang lebih Rp100 M per Kab/Kota.

Penggunaannya

diarahkan

untuk

pembangunan/rehabilitasi

infrastruktur pelayanan publik di daerah yang belum di danai

dari DAK Reguler (sebagai komplementer DAK Reguler)

Pilihan

penggunaan

untuk

Bidang

Infrastruktur

Publik

disesuaikan dengan kebutuhan daerah.

Sebagai dasar alokasi, Daerah wajib menyampaikan usulan

kepada Pemerintah.

Besaran

alokasi

mempertimbangkan

usulan

percepatan

pembangunan infrastruktur dari daerah (proposal based), diluar

yang didanai dari DAK reguler dan belanja murni APBD.

Tidak ada kewajiban penyediaan dana pendamping.

Maksimal 5% dari alokasi DAK infrastruktur per daerah dapat

(13)

DAK Affirmasi dalam APBN 2016

1. Menggunakan pendekatan wilayah sebagai kebijakan afirmasi untuk mempercepat

pembangunan di daerah perbatasan, tertinggal, dan kepulauan.

2. Jumlah daerah yang masuk kategori perbatasan, tertinggal dan kepulauan akan

dikoordinasikan dengan Bappenas, Kemendes PDTT, BNPP, Kemendagri. DAK

affirmasi diperuntukkan bagi Bidang Infrastruktur Dasar:

Infrastruktur Transportasi (sub bidang jalan dan sub bidang transportasi

perdesaan);

Infrastruktur Sanitasi dan Air Minum; dan

Infrastruktur Irigasi.

3. Sebagai dasar alokasi, Daerah wajib menyampaikan usulan kepada Pemerintah.

4. Besaran alokasi DAK didasarkan pada data kebutuhan teknis dan usulan

percepatan pembangunan infrastruktur dari daerah

(proposal based)

, diluar yang

didanai dari DAK reguler dan DAK Infrastruktur Publik serta belanja murni APBD;

(14)

Mekanisme Pengusulan, Penilaian, Pembahasan, dan

Penetapan Alokasi DAK TA 2016

Verifikasi K/L Teknis atas Usulan/Proposal

Hasil Verifikasi berupa Konsolidasi

Usulan , Data Teknis dan Bobot

Kepala Daerah

Penyiapan/Pengisian

TemplateProposal Standar Penyiapan/Pengisian

TemplateProposal Standar

Penyampaian ke DPR RI Penyampaian ke

DPR RI

Tahap Pengusulan Tahap Penilaian Tahap Pembahasan dan Penetapan Alokasi Bappeda/Biro Keuangan/BPKAD (Rekap/Konsolidasi Usulan) Bappeda/Biro Keuangan/BPKAD (Rekap/Konsolidasi Usulan) Usulan SKPD (Data Teknis dan Rencana Kegiatan)

1. Kemenkeu 2. Bappenas 3. K/L Teknis 1. Kemenkeu 2. Bappenas 3. K/L Teknis

Penilaian oleh Tim Pusat atas Hasil Verifikasi untuk penentuan daerah penerima

Penilaian oleh Tim Pusat atas Hasil Verifikasi untuk penentuan daerah penerima

Penetapan Alokasi DAK 2016

Pembahasan Alokasi DAK

(15)

Time Frame

Pengusulan dan Penilaian DAK TA. 2016

Keterangan:

1. Tanggal 16-21 Juli 2015 libur Idul Fitri dan Cuti Bersama.

2. Tim Penilai Pusat terdiri dari K/L, Kemenkeu & Bappenas, yang dibagi dalam 10 Pokja

No. Kegaiatan JUNI JULI AGUST

IV I II III IV V I

1 Rapat dengan Bappenas & K/L terkait 23 & 25 2 PenyusunanTemplateproposal daerah 22-24 3 Pemberitahuan kepada Pemda:

a. Surat undangan ke seluruh Pemda 24-26 b. Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat dengan Pemda 29-30

4 Penyiapan/pengisian template proposal oleh Pemda 30 Juni-8 Juli 5 Penyampaian Proposal dari Pemda ke Pemerintah Pusat 30 Juni-10 Juli 6 Penilaian proposal oleh TimPemerintah Pusat

a. Verifikasi data teknis dan usulan kebutuhan dana oleh K/L 30 Juni-14 Juli b. PenghitunganAlokasi DAK per daerah per bidang oleh Kementerian Keuangan 30 Juni-14 Juli

7 PembahasanAlokasi DAK per daerah per bidang oleh TimPemerintah Pusat 27-28 8 Kesepakatan TimPemerintah Pusat atas alokasi DAK per daerah per bidang 29

(16)

16

Penetapan Alokasi dan Juknis DAK

PEMERINTAH PUSAT

Alokasi DAK per daerah

ditetapkan

segera dengan Peraturan Presiden tentang

rincian APBN setelah UU APBN diterbitkan.

Ketentuan Juknis/Juklak harus sudah ditetapkan oleh K/L paling lama 7 hari

kerja setelah alokasi DAK ditetapkan dalam Perpres Rincian APBN, dimuat

dalam UU APBN 2016.

PEMERINTAH DAERAH

Daerah penerima DAK

wajib

mencantumkan alokasi dan penggunaan DAK di

dalam APBD.

Penggunaan DAK dilakukan

sesuai dengan

Petunjuk Teknis Penggunaan DAK.

(17)

DAK Non Fisik

DAK non fisik dialokasikan untuk mendanai kegiatan yang bersifat non fisik berupa, antara

lain: belanja operasional pendidikan dan kesehatan; tunjangan profesi dan tambahan

penghasilan guru PNSD; dan peningkatan kualitas pengelolaan DAK di bidang infrastruktur.

Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Dialokasikan untuk SD/SDLB dan SMP/SMPLB digunakan untuk biaya personalia bagi satuan pendidikan dasar dan kegiatan lain sesuai Juknis Mendikbud

Tunjangan Profesi Guru PNSD

Diberikan kepada Guru PNSD yang telah memiliki sertifikat pendidik dan besarannya setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok per bulan selama 12 bulan

Tambahan Penghasilan Guru PNSD

Diberikan kepada Guru PNSD yang belum mendapatkan TPG PNSD dan besarannya Rp250.000 per bulan selama 12 bulan

Bantuan Operasional Kesehatan

Dialokasikan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan bidang kesehatan, khususnya pelayanan puskesmas.

Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2)

Dialokasikan sebagai insentif kepada provinsi, kabupaten, dan kota daerah percontohan P2D2 berdasarkan hasil verifikasi keluaran sesuai dengan perjanjian pinjaman antara Pemerintah RI dgn

1

3

4

(18)

18 Penetapan Alokasi BOK

1. Alokasi Dasar Jumlah Puskesmas yang mendapat BOK 2. Alokasi Tambahan

a. Pagu BOK Alokasi Dasar

b. 37 Kab./Kota dengan Indeks Fiskal sangat tinggi dan IPKM baik tidak mendapat alokasi tambahan c. Distribusi sesuai rumus/formula

Penetapan Alokasi BOK

1. Alokasi Dasar Jumlah Puskesmas yang mendapat BOK 2. Alokasi Tambahan

a. Pagu BOK Alokasi Dasar

b. 37 Kab./Kota dengan Indeks Fiskal sangat tinggi dan IPKM baik tidak mendapat alokasi tambahan c. Distribusi sesuai rumus/formula

Penetapan Alokasi BOK

dan Variabel Penghitungan Alokasi Tambahan

(19)

Reformulasi Kebijakan DID

Tujuan:

Memberikan penghargaan (reward) kepada daerah yang mempunyai kinerja baik dalam:

• Kesehatan Fiskal dan Pengelolaan Keuangan daerah

(termasuk Pajak Daerah dan Retribusi Daerah)

• Pelayanan Dasar Publik

• Perekonomian dan kesejahteraan (termasuk pengendalian tingkat inflasi).

Tujuan:

Memberikan penghargaan (reward) kepada daerah yang mempunyai kinerja baik dalam:

• Kesehatan Fiskal dan Pengelolaan Keuangan daerah

(termasuk Pajak Daerah dan Retribusi Daerah)

• Pelayanan Dasar Publik

• Perekonomian dan kesejahteraan (termasuk pengendalian tingkat inflasi).

Anggaran :

• Pagu diperbesar agar besaran alokasi yang diterima masing-masing daerahlebih signifikansebagai instrumen fiskal untuk menstimulasi perekonomian daerah atas prestasi/kinerja yang baik.

• Penggunaantidak terikatpada fungsi pendidikan.

Anggaran :

• Pagu diperbesar agar besaran alokasi yang diterima masing-masing daerahlebih signifikansebagai instrumen fiskal untuk menstimulasi perekonomian daerah atas prestasi/kinerja yang baik.

• Penggunaantidak terikatpada fungsi pendidikan.

Dialokasikan kepada Provinsi, Kabupaten, dan Kota berdasarkankriteria utamadankriteria kinerja.

Dialokasikan kepada Provinsi, Kabupaten, dan Kota berdasarkankriteria utamadankriteria kinerja.

Tujuan:

Memberikan insentif kepada daerah yang pengelolaan keuangan daerah, kinerja pendidikan, serta kinerja perekonomian dan kesejahteraannya berkinerja baik. Tujuan:

Memberikan insentif kepada daerah yang pengelolaan keuangan daerah, kinerja pendidikan, serta kinerja perekonomian dan kesejahteraannya berkinerja baik.

Anggaran :

• Pagu relatif kecil sebagai bagian dari anggaran pendidikan sehingga besaran alokasi yang diterima masing-masing daerahtidak terlalu signifikan.

• Penggunaanterikatpada fungsi pendidikan. Anggaran :

• Pagu relatif kecil sebagai bagian dari anggaran pendidikan sehingga besaran alokasi yang diterima masing-masing daerahtidak terlalu signifikan.

• Penggunaanterikatpada fungsi pendidikan.

Dialokasikan kepada Provinsi, Kabupaten, dan Kota berdasarkan kriteria kinerja utama, kinerja keuangan, kinerja pendidikan, serta kinerja ekonomi dan kesejahteraan

Dialokasikan kepada Provinsi, Kabupaten, dan Kota berdasarkan kriteria kinerja utama, kinerja keuangan, kinerja pendidikan, serta kinerja ekonomi dan kesejahteraan

Saat ini

(Existing)

(20)

20

Kriteria DID

1. Kriteria Kinerja Utama: kriteria penentu kelayakan daerah penerima, terdiri dari:

 Opini BPK atas LKPD: Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP) atau Wajar Dengan Pengecualian (WDP); dan

 Penetapan Perda APBD tepat waktu.

2. Kriteria Kinerja Keuangan: kriteria penilaian kinerja daerah di bidang keuangan.

3. Kriteria Kinerja Pendidikan: kriteria penilaian terhadap kinerja daerah di bidang pendidikan.

4. Kriteria Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan: kriteria penilaian kinerja daerah di bidang ekonomi dan kesejahteraan.

1. Kriteria Kinerja Utama: kriteria penentu kelayakan daerah penerima, terdiri dari:

 Opini BPK atas LKPD: Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP) atau Wajar Dengan Pengecualian (WDP); dan

 Penetapan Perda APBD tepat waktu.

2. Kriteria Kinerja Keuangan: kriteria penilaian kinerja daerah di bidang keuangan.

3. Kriteria Kinerja Pendidikan: kriteria penilaian terhadap kinerja daerah di bidang pendidikan.

4. Kriteria Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan: kriteria penilaian kinerja daerah di bidang ekonomi dan kesejahteraan.

1. Kriteria Utama: kriteria penentu kelayakan daerah penerima, terdiri dari:

 Opini BPK atas LKPD: Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP) atau Wajar Dengan Pengecualian (WDP); dan

 Penetapan Perda APBD tepat waktu.

2. Kriteria Kinerja: Kriteria penilaian terhadap kinerja daerah, terdiri dari:

 Kesehatan fiskal dan Pengelolaan Keuangan Daerah;

 Pelayanan dasar publik;

 Ekonomi dan Kesejahteraan.

1. Kriteria Utama: kriteria penentu kelayakan daerah penerima, terdiri dari:

 Opini BPK atas LKPD: Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP) atau Wajar Dengan Pengecualian (WDP); dan

 Penetapan Perda APBD tepat waktu.

2. Kriteria Kinerja: Kriteria penilaian terhadap kinerja daerah, terdiri dari:

 Kesehatan fiskal dan Pengelolaan Keuangan Daerah;

 Pelayanan dasar publik;

 Ekonomi dan Kesejahteraan.

Saat ini

(Existing)

(21)

Kriteria Kinerja

No Kriteria Saat Ini (Existing) Bobot Kinerja Keuangan 50%

1. Opini BPK atas LKPD 35%

2. Penetapan Perda APBD tepat waktu 35%

3. Effortpeningkatan PAD 15% 4. Penyampaian LKPD Tepat Waktu 15%

Kinerja Pendidikan 25%

1. Partisipasi Sekolah (APK) 50%

2. Reduction ShortfallIPM 50%

Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan 25%

1. Pertumbuhan Ekonomi 35%

2. Penurunan Tingkat Kemiskinan 30%

3. Penurunan Tingkat Pengangguran 20%

4 Kluster Kemampuan fiskal daerah (KFD) 15%

No Kriteria Ke Depan (New) Bobot/ Skor Kinerja Kesehatan Fiskal dan Pengelolaan Keuangan Daerah 50%

1. Pendapatan Asli Daerah/Total Pendapatan Daerah 1 - 4

2. Realisasi Pendapatan APBD/Target Pendapatan APBD 1 - 4

3.

(Total Pendapatan Daerah + Penerimaan Pembiayaan)/(Total Belanja + Total Pengeluaran Pembiayaan)

1 - 4

4. GrowthPDRD/Total Pendapatan Daerah 1 - 4

5. Pendapatan PDRD/PDRB non migas 1 - 4

6. Belanja Modal/Total Belanja APBD 1 - 4

7. Belanja Pegawai/Total Belanja APBD 1 - 4

8. Realisasi Belanja APBD/Pagu Belanja APBD 1 - 4

9. Ruang Fiskal/Total Pendapatan APBD 1 - 4

10. Defisit APBD/Total Pendapatan APBD 1 - 4

11. SILPA Tahun Sebelumnya/Total Belanja APBD 1 - 4

Kinerja Pelayanan Dasar Publik 25%

1. Kinerja bidang pendidikan (APM SD,APM SMP, Tingkat Melek Huruf) 1 - 4

2. Kinerja bidang kesehatan (Persentase balita mendapatkan imunisasi, Persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan)

1 - 4

3. Kinerja bidang Pekerjaan Umum (Persentase RT menurut sumber air minum layak, Persentase RT menurut akses thd sanitasi layak)

1 - 4

Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan 25%

1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi 1 - 4

2. Penurunan Tingkat Kemiskinan 1 - 4

(22)

Perhitungan Alokasi

Perhitungan Besaran Alokasi

Daerah Yang Memenuhi

Persyaratan Kriteria Utama dan

Kriteria Kinerja

Alokasi DID = Alokasi Minimum +

Alokasi Kinerja (Passing Grade)

22

1. Pemberian alokasi minimum terhadap daerah yang memiliki Opini WTP atas LKPD dan telah menetapkan Perda APBD tepat waktu.

2. Penetapan batas nilai (passing grade) untuk menentukan daerah penerima dan besaran alokasi kinerja didasarkan pada kelas atau peringkat nilai daerah, yaitu:

Kategori Nilai Rentang (Interval)

AA+ 94 -100

AA 88 94

AA- 81 88

BB+ 75 81

BB 69 75

BB- 63 - 69

CC+ 56 63

CC 50 56

CC- 44 50

DD+ 38 44

DD 31 38

(23)

Dana Otonomi Khusus

dan Dana Tambahan Infrastruktur Prov. Papua dan Papua Barat

Otsus

Otsus

Aceh

(Pasal 183 UU 11/2006)

Aceh

(Pasal 183 UU 11/2006)

Papua dan

Papua

Barat

(Pasal 34 ayat (3) huruf e UU

21/2001)

Papua dan

Papua

Barat

(Pasal 34 ayat (3) huruf e UU

21/2001)

2% (dua persen) dari total

DAU Nasional

• Tahun 1 s.d. 152% dari DAU Nasional

• Tahun 16 s.d.20 1% dari DAU Nasional

2% (dua persen) dari total

DAU Nasional

• Berlaku selama 20 Tahun

• Provinsi Papua 70% dan Papua Barat 30% (diatur dlm UU APBN)

Terutama ditujukan utk

pembiayaan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan

Terutama ditujukan pembiayaan Pendidikan dan Kesehatan

Dana Tambahan Infrastruktur Prov. Papua dan Papua Barat Dana Tambahan Infrastruktur Prov. Papua dan Papua Barat

Ditetapkan antara Pemerintah ada DPR berdasarkan usulan Provinsi pada setiap tahun anggaran, yang terutama ditujukan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur.

Dlm 25 thn seluruh kota-kota provinsi,

kab/kota, distrik atau pusat-pusat penduduk

(24)

Dana yang berasal dari APBN dalam rangka

pelaksanaan kewenangan Keistimewaan DIY yang diperuntukkan bagi dan dikelola oleh Pemerintah Provinsi DIY yang pengalokasian dan penyalurannya melalui mekanisme transfer ke daerah sesuai

kebutuhan DIY dan kemampuan keuangan negara.

DANA KEISTIMEWAAN DIY

Wewenang tambahan tertentu yang dimiliki oleh DIY selain wewenang yang ditentukan dalam UU Pemerintahan Daerah, yaitu:

1. tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur; 2. Kelembagaan ;

3. Kebudayaan; 4. Pertanahan; 5. Tata Ruang.

KEWENANGAN KEISTIMEWAAN

DIY

24

Kebijakan Dana Keistimewaan DIY TA 2016

(UU Nomor 13 Tahun 2012)

1. Meningkatkan kualitas

perencanaan Dana

Keistimewaan DIY;

2. Meningkatkan pemantauan

dan evaluasi sesuai dengan

peraturan per UU

3. Mendorong pelaporan atas

pelaksanaan kegiatan oleh

Pemda

4. Mewujudkan ketepatan

penggunaan Dana

Keistimewaan DIY dalam

rangka mendukung

efektifitas penyelenggaraan

keistimewaan DIY

1. Meningkatkan kualitas

perencanaan Dana

Keistimewaan DIY;

2. Meningkatkan pemantauan

dan evaluasi sesuai dengan

peraturan per UU

3. Mendorong pelaporan atas

pelaksanaan kegiatan oleh

Pemda

4. Mewujudkan ketepatan

penggunaan Dana

Keistimewaan DIY dalam

rangka mendukung

efektifitas penyelenggaraan

keistimewaan DIY

(25)

1. Melaksanakan ketentuan PP Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan PP

Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana desa yang Bersumber dari APBN dengan

mengalokasikan anggaran Dana desa sebesar 6 persen dari anggaran Transfer

ke Daerah.

2. Melakukan updating data yang digunakan dalam proses perhitungan, baik

jumlah desa, maupun jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan

tingkat kesulitan geografis sehingga akan diperoleh nilai alokasi per

kabupaten/kota yang lebih akurat, dengan mengubah basis data dari semula

menggunakan data per kabupaten menjadi per desa.

3. Meningkatkan ketepatan waktu penyaluran, yaitu penyaluran tahap I paling

lambat pada minggu kedua April sebesar 40 persen, tahap II minggu kedua

Agustus sebesar 40 persen, dan tahap III minggu kedua Oktober sebesar 20

persen.

(26)

Pengalokasian Dana Desa

(Berdasarkan PP 22/2015)

Transfer ke Daerah dan

Dana Desa

Dana Desa

APBN

DANA DESA PER

KAB/KOTA

DANA DESA PER

KAB/KOTA

DANA DESA PER

DESA

DANA DESA PER

DESA

10 %

Formula

10 %

Formula

90%

Alokasi Dasar

90%

Alokasi Dasar

25% x Jumlah Penduduk Desa

25% x Jumlah Penduduk Desa

35% x Jumlah Penduduk Miskin Desa

35% x Jumlah Penduduk Miskin Desa

10% x Luas Wilayah Desa

10% x Luas Wilayah Desa

30% x IKK 30% x IKK

MENTERI KEUANGAN

BUPATI/WALIKOTA

25% x Jumlah Penduduk Desa

25% x Jumlah Penduduk Desa

35% x Jumlah Penduduk Miskin Desa

35% x Jumlah Penduduk Miskin Desa

10% x Luas Wilayah Desa

10% x Luas Wilayah Desa

30% x IKG 30% x IKG

90%

Alokasi Dasar

10 %

Formula

Keterangan:

•Jumlah Penduduk adalah Jumlah Penduduk Desa pada kabupaten/kota.

•Jumlah Penduduk Miskin adalah Jumlah Penduduk Miskin Desa pada kabupaten/kota

•Luas Wilayah adalah Luas Wilayah Desa pada kabupaten/kota

(27)

Dana

Desa

diprioritaskan

untuk

membiayai

belanja

pembangunan

dan

pemberdayaan masyarakat Desa

Pembangunan desa

, antara lain berupa:

1.

Pemenuhan kebutuhan dasar (Poskesdes, Polindes, Posyandu, PAUD

2.

Pembangunan sarana dan prasarana Desa (Jalan Desa, Jalan Usaha Tani,

embung desa, air bersih berskala desa, irigasi tersier, dll)

3.

Pengembangan potensi ekonomi lokal (BUMDesa, Pasar Desa, lumbung

pangan desa, tambatan perahu, dll); dan

4.

Pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan

(pengelolaan sampah, hutan desa, rumput laut, dll).

Pemberdayaan masyarakat desa

, antara lain berupa:

1.

Peningkatan kualitas proses perencanaan Desa

2.

Mendukung kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUMDesa

maupun oleh kelompok usaha masyarakat desa lainnya

3.

Pembentukan dan peningkatan kapasitas Kader Pemberdayaan Masyarakat

Desa

4.

Pengorganisasian melalui pembentukan dan fasilitasi para legal untuk

memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat Desa

Prioritas penggunaan Dana Desa yang ditetapkan oleh Kementerian Desa, PDT,

dan Transmigrasi.

(28)

TERIMA KASIH

(29)

Usulan Formulasi Pembagian Dana Tambahan Infrastruktur

Bagi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Jumlah

%

Jumlah

%

1 Jumlah Penduduk (jiwa)

3.091.047

78,4%

849.809

21,6%

3.940.856

2 Luas Wilayah (km2)

349.427

72,0%

135.859

28,0%

485.286

3 Rata-rata IKK kab/kota

257,80

63,2%

150,03

36,8%

407,83

4 Rata-rata PDRB/kap Kab-Kota (juta Rp)

14.758.230

44,8%

18.198.105

55,2%

32.956.335

5 Jumlah Kampung

5.118

75,9%

1.628

24,1%

6.746

66,9%

33,1%

Total

Prosentase Pembagian Alokasi

No

Komponen

Papua

Papua Barat

(30)

PP 22/2015 tentang

Perubahan atas PP

60/2014

UU 6/2014

tentang

Desa

PP 43/2014

tentang Peraturan

Pelaksanaan

UU 6/2014

PP 60/2014

tentang Dana Desa

Bersumber dari APBN

PERMENDAGRI:

1. Permendagri No. 111/2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa

2. Permendagri No. 112/2014 tentang Pemilihan Kepala Desa

3. Permendagri No. 113/2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

4. Permendagri No. 114/2014 Tentang Pedoman Pembangunan Desa

PMK Nomor 93/PMK.07/2015

Tentang Tatacara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan

dan Evaluasi Dana Desa

Dasar Hukum

30

PERMENDES:

1. Permendes No.1/205 tentang Pedoman Kewenangan Lokal Berskala Desa

2. Permendes No.2/2015 tentang Musyawarah Desa 3. Permendes No.3/2015 tentang Pendampingan

Desa

4. Permendes No.4/2015 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan,dan Pembubaran BUMDes

(31)

Pokok-Pokok Substansi Perubahan dalam PP 22/2015

(Perubahan atas PP 60/2014)

1) Dibukanya kemungkinan penyesuaian pagu Dana Desa

melalui perubahan APBN, sepanjang belum memenuhi

10% dari dan diluar dana transfer ke daerah sesuai

amanat UU No.6/2014 tentang Desa;

2) Dibuatnya peta jalan (Road Map)

pemenuhan alokasi Dana

Desa sebesar 10% dari dan diluar dana transfer ke daerah

sesuai amanat UU No.6/2014 tentang Desa;

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mangetahui hubungan status sosial ekonomi, usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan orang tua dengan kejadian kecacingan akan bermanfaat dan berguna

15 Selain itu penelitian ini dilakukan pada ibu primigravida trimester III, hal ini juga sependapat dengan teori yang menyatakan bahwa stres kehamilan merupakan

Penelitian ini adalah bertujuan untuk untuk mengetahui, menganalisis, dan membuktikan pengaruh kualitas pelayanan yang terdiri dari variabel bukti fisik

Melalui adanya handphone dan layanan m-Banking, transaksi perbankan yang biasanya dilakukan secara manual, artinya kegiatan yang sebelumnya dilakukan nasabah dengan

Dalam beberapa kasus, menjadi social entrepreneur dalam konteks ini mengabdi sebagai volunteer atau amil lembaga zakat belumlah menjadi pilihan utama sebagian

Pada tabel 3,diketahui bahwa dari 9 pasien diabetes mellitus yang memiliki dukungan keluarga baik, didapatkan hasil 8 orang (89%) tidak depresi atau normal, dan

Keterampilan menulis yang dimiliki siswa kelas VIIC SMP Negeri 1 Bobotsari Kabupaten Purbalingga ternyata masih cukup rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa

Seperti diketahui bahwa sampel pengujian untuk struktur mikro terdapat lima benda uji dimana benda uji dengan kode N adalah material baja SKD 61 dan material baja ST 41