• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian 2012"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PETANI TERHADAP PEMANFAATAN ALAT MESIN PERTANIAN VACCUM FRYING DALAM

PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

Wilda Mikasari dan Alfayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

ABSTRAK

Pengembangan inovasi teknologi alat mesin pertanian merupakan salah satu unsur yang paling strategis dalam menghadapi berbagai perubahan dan permasalahan yang kian komplek di masa yang akan datang. Dalam memahami suatu inovasi teknologi baru petani biasanya akan melalui suatu proses persepsi sebelum mengadopsi inovasi baru tersebut. Perubahan persepsi petani menjadi lebih baik merupakan upaya yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan diseminasi inovasi dan dapat dijadikan indikator adopsi inovasi yang didiseminasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi petani terhadap pemanfaatan vaccum frying dalam pengolahan hasil pertanian sebelum dan sesudah dilaksanakannya kegiatan pelatihan pemanfaatan vaccum frying. Data yang diambil terdiri dari data primer meliputi karakteristik petani dan persepsi petani terhadap pemanfaatan vaccum frying untuk pengolahan hasil pertanian. Persepsi petani terhadap pemanfaatan vaccum frying diukur dengan menggunakan skala dengan skor 1 (sangat tidak setuju) sampai skor 5 (sangat setuju) dan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan interval kelas dengan kriteria sangat buruk (skor 1,00 -1,80); buruk (skor 1,81-2,60); cukup baik (2,61-3,40); baik (skor 3,41- 4,20) dan sangat baik (skor 4,21-5,00) sedangkan pengaruh pelatihan teknis terhadap persepsi petani dianalisis dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Matched Pairs Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi petani terhadap pemanfaatan vaccum frying meningkat dari nilai rata-rata skor 3,27 (kriteria cukup baik) pada saat sebelum mengikuti pelatihan menjadi 3,68 (kriteria baik) setelah mengikuti pelatihan sedangkan pelatihan teknis berpengaruh signifikan terhadap persepsi petani ditunjukkan dengan nilai z hitung (-5,35) lebih besar dari nilai z tabel (1,96).

Kata kunci: hasil pertanian, pengolahan, persepsi, teknologi, vaccum frying

PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian masa depan dihadapkan pada berbagai tantangan sebagai akibat adanya pergeseran nilai dan perkembangan ilmu pengetahuan. Tantangan lainnya adalah pemenuhan kebutuhan pangan, persaingan dalam pasar global, rendahnya tingkat pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan produktivitas angkatan kerja pertanian serta optimalisasi pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam (Adi, 2002). Menghadapi berbagi tantangan tersebut perlu dilakukan perubahan orientasi dari petani sebagai pelaku dari orientasi hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga menjadi berorientasi pada pasar. Paradigma pembangunan pertanian perlu difokuskan pada pemberdayaan dan kemandirian petani melalui pembangunan agribisnis yang berdaya saing sesuai dengan keunggulan komparatif masing-masing daerah (Adi, 2002).

Agro industri bisa menjadi salah satu alternatif dalam mewujudkan pemberdayaan dan kemandirian petani. Tetapi pada kenyataannya dalam pengembangan agroindustri pertanian terdapat beberapa kendala. Menurut Budiarto (2009) secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan agroindustri adalah: (a) sifat produk pertanian yang mudah rusak dan bulky sehingga diperlukan teknologi pengemasan dan transportasi yang mampu mengatasi masalah tersebut; (b) sebagian besar produk pertanian bersifat musiman dan sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim sehingga aspek kontinuitas produksi agroindustri menjadi tidak terjamin; (c) kualitas produk pertanian dan agroindustri yang dihasilkan pada umumnya masih rendah sehingga mengalami kesulitan dalam persaingan pasar baik didalam negeri maupun di pasar internasional; dan (d) sebagian besar industri berskala kecil dengan teknologi yang rendah.

(2)

diperoleh hasil, antara lain, keripik nangka, salak, jamur dan sukun. Menurut Suhaya (2012) keunggulan alat ini adalah: 1) dapat menjaga warna produk sesuai warna aslinya dengan suhu rendah, 2) hasil produk menjadi lebih bagus, keripik tidak gosong, tetapi tetap cerah seperti warna aslinya, 3) kecil kemungkinan terjadi oksidasi pada produk buah olahan yang dihasilkan, 4) kandungan vitamin dari buah olahan tidak rusak, 5) dengan turunnya titik didih menjadikan minyak memiliki umur pakai lebih lama hingga 60 kali penggorengan, 6) mesin penggorengan tidak mudah terkena korosi sebab upa air yang dihasilkan dari peggorengan dikondensasikan dan disedot keluar lewat pipa kapiler.

Kendala utama yang dimiliki oleh petani dalam menerapkan alsintan pasca panen adalah kadang memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk membeli alsintan yang bersangkutan sehingga memberatkan petani untuk mengeluarkan biaya. Penerapan alsintan pascapanen, disamping membutuhkan investasi yang relatif mahal (ditinjau dari daya beli petani yang masih rendah), juga memerlukan kemampuan pengelolaan yang memadai agar pihak penjual jasa alsintan dan petani pengguna mendapatkan keuntungan (nilai tambah) yang wajar (Tastra, 2003). Namun apabila petani mengetahui keuntungan yang dapat mereka peroleh dengan memanfaatkan alsintan tersebut maka mereka akan berusaha untuk memperoleh alsintan tersebut. Karena itu perlu dilakukan penyampaian informasi kepeda petani mengenai manfaat yang akan mereka peroleh dengan memanfaatkan suatu alsintan. Kegiatan penyampaian informasi tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan pelatihan teknis dimana petani diajak langsung untuk mempraktekkan cara mengoperasikan alsintan yang dimaksud. Dengan demikian diharapkan dapat merubah persepsi petani dalam memanfaatkan alsintan pasca panen sehingga proses adopsi teknologi dapat terjadi.

Persepsi merupakan pengalaman belajar tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Admin dkk, 2012). Persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor personal dan faktor situasionalnya dan suatu inovasi akan diadopsi oleh petani apabila petani mempunyai persepsi yang baik terhadap inovasi tersebut (Rina dkk, 2008). Sehingga perlu diketahui persepsi petani terhadap pemanfaatan vaccum frying dalam pengolahan hasil pertanian sebelum dan sesudah dilaksanakannya kegiatan pelatihan teknis pemanfaatan vaccum frying dan mengetahui apakah ada pengaruh keikutsertaan tersebut terhadap persepsi mereka.

BAHAN DAN METODA

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai November tahun 2012 pada di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Bengkulu Utara. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive (sengaja) pada anggota kelompok tani penerima bantuan vaccum frying tahun 2012 dengan jumlah responden sebanyak 42 orang.

Pada penelitian ini dilaksanakan kegiatan pelatihan pembuatan keripik buah disertai penjelasan teknis mengenai tata cara pemanfatan alsintan vaccum frying. Jenis buah yang digunakan pada pelatihan disesuaikan dengan potensi buah yang dimiliki oleh masing-masing kabupaten dimana di Kabupaten Rejang Lebong keripik yang dibuat adalah keripik pisang jantan sedangkan di Kabupaten Bengkulu Utara keripik buah yang digunakan adalah mangga Bengkulu. Persepsi petani terhadap pemanfaatan vaccum frying dinilai dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner) dimana kuesioner yang sama diisi pada saat petani belum mengikuti pelatihan dan sesudah mengikuti pelatihan.

Data yang diambil terdiri dari data primer meliputi karakteristik petani dan persepsi petani terhadap pemanfaatan vaccum frying untuk pengolahan hasil pertanian. Persepsi petani terhadap pemanfaatan vaccum frying diukur dengan menggunakan skala dengan skor 1 (sangat tidak setuju) sampai skor 5 (sangat setuju) dan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan interval kelas. Menurut Nasution dan Barizi dalam Rentha, T (2007), penentuan interval kelas untuk masing-masing indikator adalah:

NR = NST

NSR

dan

PI = NR : JIK

(3)

Persepsi petani terhadap pemanfaatan vaccum frying diukur dengan kriteria sangat buruk (skor 1,00 -1,80); buruk (skor 1,81-2,60); cukup baik (2,61-3,40); baik (skor 3,41- 4,20) dan sangat baik (skor 4,21-5,00).

Pengaruh pelatihan teknis terhadap persepsi petani dianalisis dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Matched Pairs Test yaitu alat uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif (uji beda) bila datanya berskala ordinal (ranking) pada dua sampel berhubungan. Sebuah sampel dikatakan berhubungan apabila dalam sebuah penelitian, peneliti hanya menggunakan satu sampel namun diberi perlakuan lebih dari satu kali (Martono, 2010). Rumus yang digunakan untuk menguji pengaruh pelatihan teknis terhadap persepsi petani adalah (Sugiyono, 2011):

dimana: T = jumlah jenjang/rangking yang kecil µT = n (n+1)

Karakteristik petani dalam penelitian ini meliputi umur petani, pendidikan formal, pengalaman usaha, jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan rumah tangga. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Petani peserta pelatihan rata-rata berumur 40,73 tahun dengan dominasi petani berumur relatif lebih muda yaitu kelompok umur 37-54 tahun (40,48%) dan paling sedikit pada usia lanjut yaitu kelompok umur 55-72 tahun (21,43%). Pada umumya petani memiliki pendidikan yang cukup tinggi yaitu 9,93 tahun dengan dominasi pada kelompok 12-17 tahun (52,30%). Kondisi umur dan pendidikan petani ini cukup baik dalam upaya menerima inovasi teknologi baru karena walaupun tidak menolak inovasi baru, petani dengan usia lanjut dan berpendidikan rendah biasanya lebih sulit menerima inovasi teknologi baru dan cenderung menekuni apa yang biasa dilakukan secara turu temurun (Wirdahayati, 2010).

Tabel 1. Karakteristik petani peserta pelatihan pemanfaatan vaccum frying dalam pengolahan hasil pertanian tahun 2012.

No Karakteristik Kelompok Jumlah (orang) Persentase (%) Rata-rata

(4)

Keberhasilan seseorang dalam usahataninya tidak hanya ditunjang oleh faktor pendidikan formal dan non formal saja, tetapi ada faktor lain yang mendukung dalam keberhasilan tersebut yaitu pengalaman berusaha dalam kegiatan atau pekerjaan yang ia lakukan. Pengalaman ini akan sangat membantu dalam mengambil keputusan yang akan dilakukan dalam usahanya. Rata-rata pengalaman usaha responden adalah 5,91 tahun artinya responden cukup berpengalaman dalam menjalankan kegiatannya.

Rata-rata jumlah anggota keluarga responden sebanyak 3,32 orang dengan pendapatan rumah tangga rata-rata sebesar Rp 2.160.700,-/bulan. Jumlah tanggungan keluarga ini diambil dari tanggungan yang dibebankan kepada petani seperti istri, anak, orang tua dan anggota keluarga lain yang tidak memiliki pendapatan sendiri. Pendapatan responden ini lebih tinggi dibandingkan dengan upah minimum regional Provinsi Bengkulu tahun 2010 yaitu sebesar Rp 780.000,- per bulan (BPS, 2011).

Persepsi petani terhadap pemanfaatan vaccum frying

Secara umum, sebelum mengikuti pelatihan persepsi petani cukup baik terhadap pemanfaatan vaccum frying dalam pengolahan hasil pertanian hal ini ditunjukkan oleh skor persepsi sebesar 3,27 (Tabel 2). Umur yang relatif muda dan tingkat pendidikan petani yang cukup tinggi dapat menjadi salah satu penyebab cukup baiknya persepsi. Semain muda umur petani biasanya mempunyai semangat yang tinggi untuk mengetahui berbagai hal yang belum diketahui (Soekartawi, 1988). Sehingga walaupun belum pernah melihat atau mengoperasikan vaccum frying, petani telah berusaha untuk mendapatkan informasi mengenai pemanfaatan alsintan tersebut dari berbagai sumber informasi misalnya media elektronik.

Tabel 2. Persepsi petani terhadap pemanfaatan vaccum frying dalam pengolahan hasil pertanian sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan teknis.

No Pernyataan Skor persepsi petani

Sebelum Sesudah

1 Kemudahan memperoleh vaccum frying di pasaran 1,69 1,97 2 Kemampuan membeli vaccum frying dengan modal milik sendiri 2,04 2,47 3 Keyakinan dapat mengoperasikan vaccum frying dengan mudah 3,23 3,61 4 Pemanfaatan vaccum frying akan mengurangi jumlah tenaga kerja 3,88 4,00 5 Pemanfaatan vaccum frying akan memudahkan proses produksi 4,04 4,40 6 Pemanfaatan vaccum frying akan meningkatkan pendapatan usaha saya 3,92 4,59 7 Pmanfaatan vaccum frying menambah hasil produksi perproses produksi 3,97 4,42 8 Hasil olahan dengan menggunakan vaccum frying lebih enak 3,92 4,59 9 Harga jual hasil olahan bahan hasil pertanian dengan proses

penggorengan vaccum frying lebih mahal

3,78 4,21

10 Memasarkan hasil olahan bahan hasil pertanian dengan proses penggorengan vaccum frying lebih mudah

3,71 3,95

Total 32,78 36,80

Rata-rata 3,27 3,68

Sumber: data primer diolah tahun 2012.

Secara umum setelah mengikuti pelatihan, terjadi peningkatan skor persepsi petani terhadap pemanfaatan vaccum frying untuk semua item pernyataan sehingga peningkatan skor persepsi petani dari 3,27 (kriteria cukup baik) menjadi 3,68 (kriteria baik). Secara psikologis, persepsi individu petani terhadap suatu inovasi teknologi dipengaruhi oleh kemampuan pemberian makna atau arti teknologi, pengalaman individu, perasaan, keyakinan, pengetahuan tentang inovasi, kemampuan berfikir dan motivasi untuk belajar. Belajar adalah memperoleh serta memperbaiki kemampuan seseorang untuk melaksanakan suatu pola sikap melalui pengalaman dan praktek (Van den Ban dan Hawkins, 2000). Ketika mengikuti pelatihan teknis, petani melakukan proses belajar lebih dalam mengenai alsintan vaccum frying. Hal ini akan menimbulkan proses psikologis, sehingga individu akan menyadari apa yang ia lihat, ia dengar dan sebagainya.

(5)

requirements), sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasar terutama yang menyangkut kualitas karena preferensi konsumen sangat beragam, (b) kebutuhan pengolahan (process requirements) karena setiap jenis alat pengolahan memiliki kemampuan tertentu untuk mengolah suatu bahan baku menjadi berbagai bentuk produk. Semakin tinggi kemampuan suatu alat untuk menghasilkan berbagai jenis produk, maka akan semakin kompleks jenis teknologinya dan akan semakin mahal investasinya, (c) penggunaan kapasitas (capacity utilization), disesuaikan dengan kapasitas yang akan digunakan tergantung dari ketersediaan dan kontinuitas bahan baku, (d) kapasitas kemampuan manajemen (management capability), suatu pengelolaan akan berjalan baik pada tahap awal karena besarnya kegiatan masih berada dalam cakupan pengelolaan yang optimal (optimum management size).

Hasil analisis Wilcoxon Matched Pairs Test menunjukkan persepsi petani sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan terbagi menjadi tiga bagian yaitu lebih rendah sebanyak satu orang, lebih tinggi sebanyak 37 orang dan sama sebanyak empat orang. Ranking tertinggi berada pada ranking positif yaitu 37 orang dengan rata-rata 19,96 artinya setelah mengikuti pelatihan ada 37 orang petani yang persepsinya semakin baik terhadap pemanfaatan vaccum frying.

Tabel 3. Hasil Analisis Wilcoxon Matched Pairs Test persepsi petani terhadap pemanfaatan vaccum frying dalam pengolahan hasil pertanian sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan teknis.

Persepsi Ranking Jumlah Rata-rata ranking Jumlah ranking hasil

Sesudah-sebelum Ranking Negatif 1a 2,50 2,50

Ranking positif 37b 19,96 738,50

Sama 4c

Total 42

Z -5,34

Keterangan: a. sesudah<sebelum b. Sesudah> sebelum c. sesudah=sebelum.

Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan teknis memberikan dampak yang positif terhadap perubahan persepsi petani. Hal ini didukung oleh hasil uji statistik dimana nilai z hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai z tabel. Bila taraf kesalahan 0,025 (p) dengan nilai z tabel adalah 1,96 dan nilai z hitung (-5,35) artinya nilai z hitung lebih besar dari nilai z tabel (nilai – tidak diperhitungkan karena merupakan nilai mutlak) sehingga dapat disimpulkan bahwa pelatihan teknis berpengaruh signifikan terhadap persepsi petani dalam pemanfaatan vaccum frying untuk pengolahan hasil pertanian.

KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Persepsi petani terhadap pemanfaatan vaccum frying meningkat dari nilai rata-rata skor 3,27 (kriteria cukup baik) pada saat sebelum mengikuti pelatihan menjadi 3,68 (kriteria baik) setelah mengikuti pelatihan

2. Pelatihan teknis berpengaruh signifikan terhadap persepsi petani ditunjukkan dengan hasil uji statistik dimana nilai z hitung (-5,35) lebih besar dari nilai z tabel (1,96).

S a r a n

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adi,S.W. 2002. Hubungan Karakteristik Dan Perilak Komunikasi Petani Dengan Persepsinya Terhadap Inovasi Teknologi Alat Mesin Pertanian: Kasus Inovasi Alat Mesin Pengolah Ubi Kayu Pada Petani Lahan Perbukitan Di Daerah Istimewa Yogyakarta. http://resository.ib.ac.id. [12 November] 2012

Admin., I.A. Wicaksono dan Zulfanita. Persepsi Petani Tebu Terhadap Program Pengendalian hama Terpadu. Surya Agritama. I (2) : 12-23

BPS Prov. Bengkulu. 2011. Bengkulu Dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Bengkulu.

Budiarto. 2009. Pemilihan Teknologi dalam Pengembangan Agro Industri Perdesaan. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Berbasis bahan Baku Lokal

Martono, N. 2010. Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program SPSS. Penerbit CV. Gava Media, Yogyakarta.

Rentha, T. 2007. Identifikasi Perilaku, Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Irigasi Teknis Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga Pupuk di Desa Bedilan Kecamatan Belitang OKU Timur. Skripsi Universitas Sriwijaya. Palembang.

Rina,Y., Noorginayuwati dan M. Noor. 2008. Persepsi Petani Tentang Lahan Gambut dan Pengelolaannya. www.balittra.litbang.deptan.go.id. [20 November] 2012

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta Sugiyono. 2011. Statistik Untuk Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta. Bandung.

Suhaya, D. 2012. Ketika Pasar Tidak Lagi Menyerap. http://dedesuhaya.multiply.com. [5 Juli ] 2012 Tastra, I.K. 2003. Strategi Penerapan Alsintan Pascapanen Tanaman Pangan Di Jawa Timur dalam

Memasuki AFTA 2003. Jurnal Litbang Pertanian.22 (3): 95-102

Van Den Ban dan Howkins. 2000. Penyuluhan Pertanian. Penerbit CV. Kanisius. Yogyakarta

Gambar

Tabel 1. Karakteristik petani peserta pelatihan pemanfaatan vaccum frying dalam pengolahan hasil pertanian tahun 2012
Tabel 2. Persepsi petani terhadap pemanfaatan vaccum frying dalam pengolahan hasil pertanian sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan teknis
Tabel 3. Hasil Analisis Wilcoxon Matched Pairs Test persepsi petani terhadap pemanfaatan vaccum frying dalam pengolahan hasil pertanian sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan teknis

Referensi

Dokumen terkait

[r]

1 Surat Pernyataan bahwa Perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya atau peserta perorangan, tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut dan tidak sedang

Nama Paket Pengadaan Kegiatan

Demikian pengumuman dari kami harap

• Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan. kekuasaannya

Berdasarkan hasil Evaluasi Dokumen Penawaran dan Evaluasi Kualifikasi Pemilihan Langsung, dengan ini kami mengundang Perusahaan Saudara untuk melakukan Pembuktian

pembayaran kepada Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut

• Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan