• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN IZIN MENDIRIKAN PERUMAHAN DI INDONESIA. yang akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENGATURAN IZIN MENDIRIKAN PERUMAHAN DI INDONESIA. yang akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Perumahan dan permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, juga mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya. Dengan demikian upaya menempatkan bidang perumahan dan permukiman sebagai salah satu sektor prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya adalah sangat strategis.

Persoalan perumahan dan permukiman di Indonesia sesungguhnya tidak terlepas dari dinamika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan pemerintah di dalam mengelola perumahan dan permukiman. Penyusunan arahan untuk penyelenggaraan perumahan dan permukiman, sesungguhnya secara lebih komprehensif telah dilakukan sejak Pelita V dalam bentuk Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan, namun penekanannya masih terbatas kepada aspek perumahan saja. Dalam perjalanannya, acuan tersebut dirasakan kurang sesuai lagi dengan berbagai perkembangan permasalahan yang semakin kompleks, sehingga diperlukan pengaturan dan penanganan perumahan dan permukiman yang lebih terintegrasi. Sehingga untuk itu perlu disusun suatu kebijakan dan strategi baru yang cakupannya dapat

(2)

meliputi bidang perumahan dan permukiman sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.29

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu sektor yang strategis dalam upaya membangun manusia Indonesia yang seutuhnya. Selain sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, perumahan dan permukiman, “papan” juga berfungsi strategis di dalam mendukung terselenggaranya pendidikan keluarga, persemaian budaya dan peningkatan kualitas generasi akan datang yang berjati diri. Karenanya, pada tempatnyalah bila Visi penyelenggaraan perumahan dan permukiman diarahkan untuk mengusahakan dan mendorong terwujudnya kondisi setiap orang atau keluarga di Indonesia yang mampu bertanggung jawab di dalam memenuhi kebutuhan perumahannya yang layak dan terjangkau di dalam lingkungan permukiman yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan guna

Berangkat dari pertimbangan tersebut dan berlandaskan kepada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 maka telah dikeluarkan Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman Tahun 1999, sebagai acuan pokok di dalam penyelenggaraan bidang perumahan dan permukiman. Selanjutnya, seiring dengan perkembangan sosial politik yang ada dan tuntutan reformasi serta perubahan paradigma penyelenggaraan pembangunan nasional, dan dalam upaya menjawab tantangan serta agenda bidang perumahan dan permukiman ke depan, maka dipandang perlu untuk menyempurnakan Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman yang ada tersebut.

29

Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Selaku Ketua Badan Kebijaksanaan Dan Pengendalian Pembangunan Perumahan Dan Permukiman Nasional (BKP4N) Nomor : 217/KPTS/M/2002 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Perumahan Dan Permukiman (KSNPP), Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah, Jakarta, 2002, hlm.1

(3)

mendukung terwujudnya masyarakat dan lingkungan yang berjati diri, mandiri, dan produktif.30

Izin adalah suatu keputusan adminstrasi negara yang memperkenankan suatu perbuatan yang pada umumnya dilarang, tetapi diperkenankan dan bersifat konkrit.

Prakteknya dalam mendirikan perumahan, maka diperlukan izin sebagai syarat untuk terlaksananya pembangunan perumahan. Membicarakan pengertian izin pada dasarnya mencakup suatu pengertian yang sangat kompleks yaitu berupa hal yang membolehkan seseorang atau badan hukum melakukan sesuatu hal yang menurut peraturan perundang-undangan harus memiliki izin terlebih dahulu.

31

Menurut Prajudi Admosudirjo, mengatakan bahwa izin (verguning) adalah suatu penetapan yang merupakan dispensasi daripada suatu larangan oleh undang-undang.32

N.M Spelt dan J.B.J.M ten Berge membagi pengertian izin dalam arti luas dan sempit, yaitu izin merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketenuan-ketentuan larangan perundangan. Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya (pengrtian izin dalam arti luas).

30

Ibid, hlm.2

31

Ridwan, Juniarso. Op Cit, hlm 90

32

(4)

Izin (dalam arti sempit) adalah pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan, izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau menghalangi keadaan-keadaan yang buruk. Tujuannya ialah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela namun ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekadarnya. Hal yang pokok pada izin (dalam arti sempit) ialah bahwa suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus.33

Menurut Utrecht sebagaimana dikutip oleh Bachsan Mustafa bahwa bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (verguning).

34

Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan maksudnya dapat berbentuk pendaftaran,

Kata perizinan diperoleh atau didengar dan sepintas lalu kata perizinan mengandung arti yang sederhana yaitu pemberian izin terhadap sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas atau kegiatan, namun bila kita telusuri lebih jauh mengenai pengertian perizinan itu tidaklah semudah apa yang kita sebutkan tadi. Lalu apa sebenarnya perizinan tersebut.

33

HR Ridwan. Op Cit, hlm 208

34

Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Athninistrasi Negara Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 80.

(5)

rekomendasi sertifikat, penentuan kuota dan izin untuk melaksanakan sesuatu usaha yang biasanya hams dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan.

Izin dapat dikatakan sebagai keputusan tata usaha negara karena ia dikeluarkan oleh pejabat tata usaha negara, yaitu pemerintah atas permohonan yang diajukan oleh badan hukum perdata atau perorangan. Pemerintah merupakan pejabat tata usaha negara, karena ia melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintah baik di tingkat pusat dan daerah dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Disisi lain bila dilihat dari keputusan tata usaha negara itu sendiri, izin memiliki sifat-sifat keputusan tersebut, yaitu bahwa izin bersifat konkret. Artinya objek yang diputuskan dalam tata usaha negara itu tidak abstrak melainkan berwujud, tertentu,dan ditentukan. Izin memiliki sifat individual, artinya bahwa dalam izin itu harus disebutkan dengan jelas siapa yang diberikan izin. Izin bersifat final, dimana dengan izin seseoarang telah mempunyai hak untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum sesuai dengan isinyayang secara definitif dapat menimbulkan akibat hukum tertentu.35

Izin merupakan Instrumen yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi para warga agar maumengikuti cara yang dianjurkannya guna mencapai suatu tujuan konkret. Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku ujung tombak instrumen hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang

35

(6)

masyarakat adil dan makmur itu dijelmakan. Hal ini berarti lewat izin dapat diketahui bagaimana gambaran masyarakat adil dan makmur itu terwujud.36

1. Secara tertulis

Izin adalah merupakan ketetapan pemerintah untuk menetapkan atau melakukan sesuatu perbuatan yang dibenarkan oleh undang-undang, atau peraturan yang berlaku untuk itu. Bentuk izin adalah :

Bentuk izin secara tertulis rnerupakan suatu bentuk perizinan yang diberikan oleh pemerintah oleh suatu instansi yang berwenang sesuai izin yang dimintakan, serta penuangan pemberian izin diberikan dalam bentuk tertulis dan ditandatangani oleh pihak yang berwenang di instansi tersebut.

2. Dengan Lisan.

Bentuk izin secara lisan dapat ditemukan dalarn hal pengeluaran pendapat di muka umum. Bentuk izin dengan lisan pada dasarnya hanya dilakukan oleh suatu organisasi untuk melakukan aktivitasnya serta melaporkan aktivitasnya tersebut kepada instansi yang berwenang. Bentuk izin dengan lisan ini hanya berfungsi sebagai suatu bentuk pelaporan semata.37

Fungsi dari izin ialah untuk memberikan kepastian hukum bagi pemohon dan masyarakat, sebagai tindakan preventif untuk menghadapi pihak-pihak yang mengganggu, dan sebagai pengaman secara hukum.38

(1) Pemenuhan kebutuhan permukiman diwujudkan melalui pembangunan kawasan permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap.

Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan Permukiman disebutkan bahwa:

(2) Pembangungan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditujukan untuk :

a. Menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan permukiman;

36

HR Ridwan. Op Cit, hlm 217

37

Muchsan, Pengantar Hukum Administrosi Negara Indonesia, Yogyakarta : Liberty, 2002), hlm. 12.

38

http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-perijinan/. diakses 9 Januari 2017 Pukul 20.00 Wib.

(7)

b. Mengintegrasikan secara terpadu dan meningkatkan kualitas lingkungan perumahan yang telah ada di dalam atau disekitarnya. (3) Satuan-satuan lingkungan permukiman satu dengan yang lain saling

dihubungkan oleh jaringan transportasi sesuai dengan kebutuhan dengan kawasan lain yang memberikan berbagai pelayanan dan kesempatan kerja.

(4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah perkotaan dan rencana tata ruang wilayah bukan perkotaan.39

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman bahwa perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.40

Pengembang yang akan membangun rumah maupun kawasan residensial, haruslah terlebih dahulu mendapatkan perizinan. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 05/PRT/M/2016 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung bahwa Izin Mendirikan Bangunan Gedung adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kecuali untuk bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.41

Setiap orang yang memiliki bangunan gedung wajib memiliki izin mendirikan bangunan gedung. Izin mendirikan bangunan gedung adalah awal

39

Pasal 19 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan Permukiman.

40

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman

41

Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 05/PRT/M/2016 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung

(8)

surat bukti dari pemerintah daerah bahwa pemilik bangunan gedung dapat mendirikan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dan berdasarkan rencana teknis bangunan gedung yang telah disetujui oleh pemerintah daerah.42

B. Tujuan Pemberian Izin Mendirikan Perumahan

Pemberian izin mendirikan perumahan dimaksudkan untuk mengatur, mengendalikan, mengawasi dan melakukan pembinaan terhadap pertumbuhan dan berbagai aktifitas usaha perumahan.

Melalui izin, pemerintah terlibat dalam kegiatan warganegara. Dalam hal ini, pemerintah mengarahkan warganya melalui instrumen yuridis berupa izin. Kebijakan pemerintah untuk terlibat dalam kegiatan masyarakat, tidak berhenti pada satu tahap, melainkan melalui serangkaian kebijakan setelah izin diproses, masih dilakukan pengawasan, pemegang izin diwajibkan meyampaikan laporan secara berkala dan sebagainya. Pemerintah melakukan pengendalian terhadap kegiatan masyarakat dengan melakukan instrumen perizinan. Izin dapat dimaksudkan untuk mencapai berbagai tujuan tertentu.

Tujuan dan fungsi dari pemberian izin adalah pengendalian dari aktivitas aktivitas pemerintah terkait ketentuan-ketentuan yang berisi pedoman yang harus dilaksanakan baik oleh yang berkepentingan ataupun oleh pejabat yang diberi kewenangan.43

1. Pemerintah. Tujuan pemberian izin adalah: Tujuan dari perizinan dapat dilihat dari aspek:

42

Budi Supriyanto, Tata Ruang Dalam Pembangunan Nasional Suatu Strategi dan

Pemikiran), (Jakarta : Ghalia, 2006), hlm. 63

43

http://picapicablue.blogspot.co.id/2012/10/tujuan-perizinan.html, diakses 9 Januari 2017 Pukul 20.00 Wib.

(9)

a. Pelaksanaan Peraturan

b. Sumber Pendapatan Daerah/Pusat 2. Masyarakat. Tujuan pemberian izin adalah:

a. Kepastian hukum. b. Kepastian hak.

c. Kemudahan mendapatkan fasilitas.44

Adanya tindakan-tindakan yang dikaitkan pada suatu sistem perizinan, pembuat undang-undang dapat mengejar tujuan dari izin, yaitu:

1. Keinginan mengarahkan/mengendalikan aktivitas-aktivitas tertentu, contoh izin mendirikan bangunan

2. Mencegah bahaya lingkungan.

3. melindungi objek-objek tertentu, contoh izin pencarian harta/peninggalan terpendam

4. Membagi benda-benda, lahan atau wilayah yang terbatas

5. Mengarahkan/pengarahan dengan menggunakan seleksi terhadap orang dan aktivitas-aktivitas tertentu.45

Kaitan antara izin mendirikan perumahan dalam Hukum Administrasi Negara yaitu:

1. Menjamin kepastian hukum di bidang tertib administrasi

Masalah kepastian hukum di bidang tertib administrasi itu menyangkut masalah bentuk dari hukum yang diberlakukan. Bentuk hukum yang tertulis disebut perundang-undangan dan bentuk hukum yang tidak tertulis disebut hukum adat dan hukum kebiasaan. Dalam bidang pembangunan perumahan ini maka peraturan yang mengaturnya sudah jelas ada yaitu Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, Undang-Undang Nomor 1

44

Ibid

45

(10)

Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 Tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman, Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Penyederhanaan Perizinan Pembangunan Perumahan. Dengan tertulisnya ketentuan dalam bentuk perundang-undangan dan peraturan pemerintah tersebut maka secara langsung akan membawa kepastian hukum di bidang pembangunan perumahan. Dengan adanya kepastian hukum tersebut maka orang tidak akan mencari atau mengada-adakan sebuah peraturan dengan mencari hubungan yang tidak sempurna terhadap tertib administrasi di bidang pelaksanaan pembangunan perumahan.

Kepastian hukum itu berarti pertama, dapat ditentukan hukumnya (hukum tertulis) dalam hal-hal yang konkret tertentu, misalnya perihal pengaturan pembangunan perumahan, khususnya dalam hal menetapkan aturan main bagi pihak-pihak yang akan membangun perumahan. Kedua untuk mencegah timbulnya perbuatan sewenang-wenang yang dapat dilakukan oleh siapapun juga termasuk oleh pemerintah yang berwenang melakukan memberikan izin bagi orang perseorang/perusahaan yang melakukan aktivitasnya dan hubungannya dengan pembangunan perumahan.

2. Menjamin keadilan hukum di bidang mendirikan perumahan.

Keadilan hukum adalah keadilan yang telah ditentukan oleh perundang-undangan dan peraturan tertulis, seperti misalriya, keadilan di bidang mendirikan perumahan yang tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002

(11)

tentang Bangunan Gedung. Pemerintah harus dapat berperan positif bagi kesejahteraan serta terjaminnya kualitas persaingan di bidang pembangunan perumahan atas diberikannya izin bagi develpoer untuk membangun perumahan.

Berdasarkan hal tersebut, maka jelaslah bahwa izin mendirikan perumahan bertujuan untuk mewujudkan tertib pembangunan perumahan baik ditinjau dari segi lokasi maupun hubungan dengan perkembangan perekonomian dan kelestarian lingkungan. Dengan demikian tujuan perizinan adalah untuk pengendalian dan pengawasan pemerintah terhadap aktivitas dalam hal-hal tertentu yang ketentuannya berisi pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan oleh baik yang berkepentingan ataupun oleh pejabat yang berwenang.

C. Peraturan-Peraturan Terkait Izin Mendirikan Perumahan dan Lembaga Yang Berwenang Mengeluarkan Izin Mendirikan Perumahan.

Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman merupakan aktualisasi pandangan bangsa Indonesia dalam memposisikan nilai strategis rumah yang layak dan terjangkau didukung dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum yang memadai. Ketersediaan rumah yang layak huni baik dalam bentuk rumah tunggal, rumah deret, maupun rumah susun merupakan sarana pendidikan dan pengembangan kepribadian yang lebih responsif yang dapat meningkatkan kewibawaan bangsa dalam pergaulan dunia. Dalam rangka menjamin penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang efektif dan efisien perlu didukung oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya melalui Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

(12)

Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman merupakan upaya yang dilakukan oleh Menteri, gubernur, dan/atau bupati/walikota untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman. Pembinaan dilakukan dalam lingkup perencanaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan. Tanggung jawab pemerintah dilakukan melalui koordinasi; sosialisasi peraturan perundang-undangan; bimbingan, supervisi dan konsultasi; pendidikan dan pelatihan; penelitian dan pengembangan; pendampingan dan pemberdayaan; serta pengembangan sistem informasi dan komunikasi.

Pengaturan Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman akan memberikan kemudahan dalam mewujudkan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman melalui peningkatan kapasitas terkait sumber daya manusia, prasarana dan sarana, kelembagaan, dan pendanaan dengan mengikutsertakan peran pemangku kepentingan di bidang perumahan dan kawasan permukiman, antara lain kalangan pelaku pembangunan, perbankan, profesional, akademisi, maupun masyarakat. Hal ini akan menciptakan keseimbangan dalam penyusunan, pelaksanaan, maupun pengawasan kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sehingga mewujudkan manajemen pemerintahan yang kuat dengan berpedoman pada tata pemerintahan yang baik.46

Adapun pengaturan tentang mendirikan perumahan yang menjadi dasar hukumnya adalah :

46

Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 Tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman

(13)

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247).

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 Tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman

6. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Penyederhanaan Perizinan Pembangunan Perumahan

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24/Prt/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan di atas, maka pengaturan mengenai pembangunan perumahan di Indonesia telah diatur dalam dasar hukum yang kuat yakni dalam bentuk undang-undang yang memiliki aturan pelaksanaan berupa peraturan pemerintah. undang yang dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, sebagai aturan pelaksanaannya, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman.

(14)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menyebutkan bahwa perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk:47

1. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman;

2. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR;

3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;

4. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;

5. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya;

6. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

Hasil perencanaan dan perancangan rumah harus memenuhi persyaratan:48 1. Teknis;

2. Administratif;

47

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

48

Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman

(15)

3. Tata ruang; 4. Ekologis.

Persyaratan teknis dalam perencanaan dan perancangan rumah meliputi: 1. Tata bangunan dan lingkungan;

2. Keandalan bangunan.

Persyaratan administratif dalam perencanaan dan perancangan Rumah meliputi:

1. Status hak atas tanah, dan/ atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;

2. Status kepemilikan bangunan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman, bahwa perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum harus memenuhi persyaratan:49

1. Administratif; 2. Teknis; 3. ekologis.

Persyaratan administratif meliputi: 1. Status penguasaan kaveling tanah; 2. Kelengkapan perizinan.

Persyaratan teknis meliputi:

1. Gambar struktur yang dilengkapi dengan gambar detil teknis; 2. Jenis bangunan;

49

Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman

(16)

3. Cakupan layanan.

Persyaratan ekologis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

1. Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum dengan penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan;

2. Mengutamakan penggunaan energi non fosil untuk Utilitas Umum.

Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum harus mempertimbangkan kelayakan hunian serta kebutuhan masyarakat yang mempunyai keterbatasan fisik. Persyaratan administratif, persyaratan teknis, dan persyaratan ekologis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang¬undangan.

Mengenai kewajiban setiap orang/badan yang hendak mendirikan perumahan harus memiliki izin adalah berdasarkan Pasal 20 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman.

Secara langsung pada bagian ini dapat dikatakan pihak yang berwenang mengeluarkan izin tersebut adalah Pemerintah. Hanya saja dalam hal yang dernikian harus dapat dilihat izin yang bagaimanakah yang dimohonkan oleh masyarakat, sehingga dengan demikian akan dapat diketahui instansi pemerintah yang berwenang mengeluarkan izin tersebut.

Dalam kajian pihak-pihak yang berwenang mengeluarkan izin maka dasarnya yang perlu dikaji adalah kedudukan aparatur pemerintah yang melakukan tugasnya di bidang administrasi negara pemberian izin kepada

(17)

masyarakat. Agar aparatur pemerintah sebagai bagian dari unsur administrasi negara dapat melaksanakan fungsinya, maka kepadanya harus diberikan keleluasaan. Keleluasaan ini langsung diberikan oleh undang-undang itu sendiri kepada penguasa setempat. Hal seperti ini biasanya disebut dengan kekeluasaan delegasi kepada pemerintah seperti Gubemur, Bupati/Walikota untuk bertindak atas dasar hukum dan atau dasar kebijaksanaan.

Aparatur pemerintah selaku pelaksana fungsi dalam administrasi negara juga diberikan suatu pembatasan agar pelaksanaan perbuatan-perbuatannya itu tidak menjadi apa yang disebut sebagai "onrechtmatig overheaddaat". Setidaknya perbuatan itu tidak boleh melawan hukum balk formil maupun materiil. Tidak boleh melampaui penyelewengan-kewenangan menurut undang-undang

(kompetentie).50

1. Perbuatan membuat peraturan.

Adapun bentuk-bentuk dari perbuatan administrasi negara/Pemerintah itu dalam bentuk memberikan izin secara garis besar dapat dibagi atas :

2. Perbuatan melaksanakan peraturan.

Sementara itu menurut Van Poelje sebagaimana dikutip Victor Situmorang perbuatan administrasi negara/Pemerintah itu adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan faktor (Feitlijke handeling). 2. Berdasarkan hukum (recht handeling):

a. Perbuatan hukum privat.

b. Perbuatan hukum publik, yang kemudian perbuatan ini dapat dibagi atas :

50

(18)

1) Perbuatan hukum publik yang sepihak

2) Perbuatan hukum publik yang berbagai pihak.51

Amrah Muslimin mengatakan bahwa dalam bidang eksekutif ada 2 (dua) macam tindakan/perbuatan administrasi negara/pemerintah, yakni :

1. Tindakan-tindakan/perbuatan-perbuatan yang secara tidak langsung menimbulkan akibat-akibat hukurn.

2. Tindakan-tindakan/perbuatan-perbuatan yang secara langsung menimbulkan akibat-akibat hukum.52

Pendapat lain tentang perbuatan hukum dari administrasi negara ini adalah seperti yang dikemukakan oleh Prajudi Admosudirjo. Menurutnya perbuatan itu dibagi ke dalam 4 (empat) macam perbuatan hukum administrasi negara, yakni :

53 1. Penetapan (beschiking), administrative dicretion). Sebagai perbuatan sepihak

yang bersifat administrasi negara dilakukan oleh pejabat atau instansi penguasa (negara) yang berwenang dan berwajib khusus untuk itu. Perbuatan hukum tersebut hams sepihak (eenzijdig) dan harus bersifat administrasi negara. Artinya realisasi dari suatu kehendak atau ketentuan undang-undang secara nyata kasual, individual.

2. Rencana (planning). Salah satu bentuk dari perbuatan hukum Administrasi Negara yang menciptakan hubungan-hubungan hulcuin (yang mengikat) antara penguasa dan para warga masyarakat.

51

Victor Situmorang, Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 4

52

Amrah Muslimin, Op.Cit, hlm.74

53

(19)

3. Norma jabatan (concrete normgeving) merupakan suatu perbuatan hukum

(rechtshandeling) dari penguasa administrasi negara untuk membuat agar

supaya suatu ketentuan undangundang mempunyai isi yang konkret dan praktis serta dapat diterapkan menurut keadaan waktu dan tempat.

4. Legislasi Semu (pseudo weigeving) adalah pencipataan dari aturan-aturan hukum oleh pejabat administrasi negara yang berwenang sebenarnya dimaksudkan sebagai garis-garis pedoman pelaksanaan policy (kebijaksanaan suatu ketentuan undang-undang) akan tetapi dipublikasikan secara meluas.

Memperhatikan batasan, ruang lingkup serta perbuatan-perbuatan dari administrasi negara di atas jelaslah bahwa Hukum Administrasi Negara itu adalah merupakan suatu perangkat ketentuan yang mernuat sekaligus memberikan cara bagaimana agar organ-organ di dalam suatu organisasi yang lazim disebut "negara" dapat melaksanakan fungsi dan kewenangannya demi terwujudnya suatu tujuan yang dikehendaki bersama.

Alat-alat administrasi negara dalam melaksanakan tugasnya, dengan sendirinya menimbulkan hubungan-hubungan yang disebut hubungan hukum. Hubungan-hubungan ini dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni :

1. Hubungan hukum antara alat administrasi negara yang satu dengan alat administrasi negara yang lain.

2. Hubungan hukum antara alat administrasi negara dengan perseorangan (individual), yakni para warga negara, atau dengan badan-badan hukum swasta.54

54

(20)

Hubungan-hubungan hukum dalam suatu negara hukum disalurkan dalam kaidah-kaidah tertentu, dan kaidah-kaidah hukum inilah yang merupakan materi dari Hukum Administrasi Negara. Kaidah-kaidah hukum tersebut terdiri dari: 1. Aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana alat-alat

administrasi negara mengadakan kontak satu sama lain.

2. Aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan antara alat administrasi negara (Pemerintah) dengan para warga negaranya.55

Pekerjaan pemberian izin oleh pemerintah pada dasarnya merupakan perbuatan hukum publik yang bersegi 1 (satu) yang dilakukan dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan instansi pemerintahan yang mengeluarkan izin tersebut. Sehingga membicarakan ketentuan-ketentuan mengenai masalah perizinan amat luas sekalanya karena beranekaragamnya jenis izin yang dikeluarkan sesuai dengan kedudukan masing-masing instansi pemerintahan itu sendiri. Secara umum dapat dikatakan ketentuan-ketentuan mengenai masalah perizinan tersebut merupakan pekerjaan pemerintah dalam bentuk nyata (konkret) yang diwujudkan dalarn perbuatan mengeluarkan ketetapan yang mempunyai ciri konkret artinya nyata mengatur orang tertentu yang disebutkan identitasnya sebagai pemohon izin untuk memenuhi ketentuanketentuan yang ditetapkan pemerintah agar seseorang tersebut dapat diberikan izin.

Ketentuan-ketentuan yang umum diberikan dalarn hal pengurusan izin meliputi:

1. Identitas pemohon. Termasuk nama, tempat tanggal lahir, serta domisili.

55

(21)

2. Tujuan permohonan izin. Hal ini digantungkan kepada jenis yang dimohonkan, seperti IMB maka tujuan permohonan izin tersebut adalah agar pemohon dapat melakukan aktivitas kegiatan pembangunan sesuai izin yang dimohonkan.

3. Masa berlaku izin. Merupakan suatu ketetapan oleh instansi yang mengeluarkan izin terhadap masa berlaku objek yang dimohonkan izin.

Referensi

Dokumen terkait

Sungai Kali Wonokromo merupakan sungai Kota Surabaya, sungai ini dijadikan bahan baku air minum.Kondisi kualitas air Sungai Kali Wonokromo dapat digambarkan melalui defisit

18 Hospitalitas Pentakostal, melalui pembacaan reflektif Kisah Para Rasul 2:44-47, tidak sekadar menampilkan perilaku sosial atau diakonia, melainkan juga sebuah

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah bersumber dari Pasal 18 dan Pasal 18A

Pengembangan teknologi komponen terpadu (VLSI) semakin pesat dengan ukuran semakin kecil (saat ini telah sampai pada teknologi nano) dan memungkinkan pengembangan SOC

Penyedia Jasa tidak diperkenankan untuk menawarkan kapal yang masih dalam keadaan disewa oleh perusahaan manapun pada saat atau setelah periode Laycan yang telah ditetapkan atau dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara 2011 - Sekarang..

Berdasarkan kepada tema hasil kajian, projek CSR perladangan cili kontrak yang telah dilaksanakan oleh syarikat korporat multinasional di Malaysia dengan kerjasama pihak

Pekeijaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 13/PRT/M/2016 tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya dipandang perlu menetapkan Koordinator