EVALUASI KEAMANAN PELIMPAH BENDUNGAN PRIJETAN MENGGUNAKAN APLIKASI PLAXIS 8.2
Vembriani Choirima 1, Runi Asmaranto 2, Dian Sisinggih 2 1
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2
Dosen Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya [email protected]
ABSTRAK
Pelimpah Bendungan Prijetan adalah bangunan air yang dibangun oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1910. Pelimpah Bendungan Prijetan merupakan bangunan tua yang mendukung keamanan bendungan, maka dari itu perlu dilakukan evaluasi mencakup keamanan teknis dan non teknis. Evaluasi bangunan pelimpah merupakan langkah untuk menjaga bangunan pelimpah tetap pada fungsinya. Pelimpah Bendungan Prijetan memiliki lebar mercu pelimpah 34,9 meter tipe overflow, tinggi pelimpah 1,5 meter. Pada Q1000 mengalirkan debit 64,87 m3/detik pada elevasi muka air +50,55m dengan elevasi puncak bendungan +52,00m. Sedangkan debit banjir rancangan QPMF mengalirkan debit 141,75 m3/detik dan elevasi muka air pelimpah
+51,38 dengan elevasi puncak bendungan +52,00m.
Adapun pembahasan mengenai stabilitas Pelimpah Prijetan dengan mencakup 3 kondisi yaitu kondisi pelimpah kosong, muka air normal, dan muka air banjir. Dalam metode perhitungan piping Pelimpah Prijetan ini, digunakan metode Lane,Bligh dan
Harza. Sedangkan perhitungan stabilitas geser pelimpah menggunakan Finite Element Method simulasi program Plaxis 2D didapatkan nilai faktor keamanan pada kondisi
kosong 26,48 dan kondisi banjir 15,53. Hal itu disebabkan adanya tekanan air pada kondisi muka air banjir yang mempengaruhi kestabilan pelimpah. Nilai faktor keamanan yang melebihi syarat ijin membuat pelimpah Bendungan Prijetan dinyatakan aman.
Kata Kunci : Evaluasi Pelimpah, Faktor Keamanan, Metode Elemen Hingga
ABSTRACT
Prijetan Spillway was built by Holland Government at 1910. Prijetan Spillway was the old building which supporting the safety of the dam . Therefore, it needed to evaluate technically and non technically safety of the dam. The evaluation of spillway was a step to protect the building to keep stay on the function. Prijetan Spillway had a width 34,9m with overflow type, and 1,5m height. At Q1000 it had drain water with the
amount of 64,87 m3/s, water elevation spillway +50,55m with crest elevation dam +52,00m. While the amount of design flood QPMF had 141,75 m3/s and water elevation
spillway +51,38m with crest elevation dam +52,00m.
The study result of Prijetan Spillway Stability was considering 3 conditions: empty spillway condition, normal level, and flood level. With piping calculation method, this spillway used Lane,Bligh method and then used Harza. While the calculation of spillway sliding stability used Finite Element Method with Plaxis 2D program simulation got the safety factor at empty condition at 26,48, and flood level at 15,53. It caused by water pressure at flood level condition that influence spillway stability. Safety factor value exceeded permits made Prijetan Dam was safe.
1. PENDAHULUAN
Pelimpah Bendungan Prijetan
adalah bangunan air yang dibangun oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1910.
Pelimpah Bendungan Prijetan
merupakan bangunan tua yang berada di Indonesia. Bendungan ini mengairi
4600 ha sawah Kecamatan
Kedungpring, Kabupaten Lamongan. Bendungan yang sudah lama berdiri ini telah mengalami penurunan pada kualitas bangunannya. Perubahan
muka air pada pelimpah juga
berpengaruh pada keamanan terhadap bahaya air banjir yang melimpas di atas
bendungan (overtoping). Perubahan
bentuk pada lereng bendungan juga mempengaruhi kestabilan pada muka air, maka dari itu perlu dilakukan inspeksi bendungan yang meliputi pengecekan kondisi bendungan baik dengan bangunan pelengkapnya. Hal tersebut sesuai dengan PP no 37 tahun 2010 pemantauan dan pemeriksaan terhadap kondisi bendungan,
Pemeliharaan pada bendungan
sangat perlu diperhatikan karena
perubahan bentuk sedikit saja sangat berpengaruh pada fungsi bendungan
tersebut. Kondisi topografi dan
geologi/geoteknik juga berpengaruh terhadap pemilihan letak pelimpah pada awal konstruksi. Begitu juga kondisi
hidrologi yang berkaitan dengan
penelusuran banjir menentukan
bagaimana kondisi pelimpah sekarang.
Untuk mengetahui stabilitas
pelimpah pada bendungan dapat
dilakukan melalui penghitungan secara
manual maupun pemrograman.
Pemrograman yang dapat dipakai dalam penghitungan stabilitas tersebut yaitu
plaxis. Aplikasi tersebut memungkinkan
pengguna untuk mengetahui suatu keruntuhan tanah.
2. METODOLOGI ANALISIS
Studi ini dilakukan melalui
beberapa tahap berikut:
Mulai Data Teknis Bendungan Penggambaran Potongan Melintang Pelimpah Bendungan
Faktor Keamaan Pelimpah Bendungan sesuai dengan syarat masing masing kondisi
Selesai Analisa Hujan Daerah Maksimum Koreksi Perkuatan Tanah Tidak Pemodelan Plaxis 8.2 Data Hidrologi Analisa Hujan Rancangan Metode Log Pearson III Analisa PMP Uji Distribusi Frekuensi Analisa HSS Analisa Hidrograf Banjir Rancangan Analisa Kurva Kapasitas Tampungan Waduk Analisa Penentuan Elevasi Muka Air
Gambar 1. Diagram Alir Pengerjaan Langkah-langkah studi disusun
secara sistematis sehingga
mempermudah dalam penyelesaian
analisa ini. Langkah-langkah studi yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Analisa Perhitungan Hidrologi
Perhitungan hidrologi dibutuhkan untuk penggambaran potongan pada
pelimpah, perhitungan dilakukan
sesuai keadan bendungan dengan kondiri sekarang, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data hidrologi Bendungan Prijetan .
2. Melakukan analisa hujan daerah maksimum.
3. Melakukan analisa rancangan
dengan Metode Log Pearson III.
4. Melakukan analisa PMP
(Probable Maximum Precipitation).
5. Melakukan Uji Distribusi
6. Melakukan analisa Hidrograf Satuan Sintetik.
7. Melakukan analisa Hidrograf
Banjir Rancangan.
8. Menentukan kurva kapasitas
tampunagn
9. Menentukan debit banjir pelimpah Menentukan elevasi muka air
2. Penggambaran Potongan Melintang Bendungan.
1. Mengumpulkan data hidrologi pelimpah bendungan
2. Menentukan tinggi muka air pada hulu pelimpah.
3. Menggambar potongan melintang
pelimpah bendungan pada
aplikasi Autocad berdasarkan
hasil pengukuran terbar.
3. Pemodelan Menggunakan Aplikasi Plaxis 8.2
1. Mengumpulkan data Pelimpah Prijetan
2. Menentukan parameter-parameter yang dipakai pada analisis Plaxis.
3. Menggambarkan potongan
melintang pada lembar kerja
Plaxis.
4. Memasukkan
parameter-parameter tanah pelimpah pada
soil interface.
5. Penyusunan jaring elemen pada lembar kerja Plaxis.
6. Memasukkan kondisi awal seperti tinggi muka air pada pelimpah.
7. Menghitung faktor keamanan
sesuai dengan kondisi yang
diinginkan.
Gambar 2. Penyelidikan Geoteknik
Keterangan: DB = Depth Bore A = DB 1 B = DB 5 C = DB 2 D = DB 3 E = DB 4
Tabel 1. Parameter Tanah Untuk Analisa Plaxis
Tabel Propertis Tanah
Propertis Simbol Unit DB - 4
6,5 10,5
berat isi tanah di atas garis fraktis γunsat kN/m3 13,70 13,70
berat isi tanah di bawah garis freatik γsat kN/m3 17,55 17,55
permeabilitas arah horizontal kx m/hari 1,58
-03
2,32-05
permeabilitas arah vertikal ky m/hari 1,58-03 2,32-05
modulus young Eref kN/m2 6000 6000
angka poison V -- 0,3 0,3 kohesi cref kN/m 2 92 120 sudut geser ϕ 0 0 0 sudut dilantasi Ψ 0 0 0
Sumber : Data Studi Bendungan Prijetan
Gambar 3. Potongan melintang
3. PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh merupakan runtutan dari perhitungan dan simulasi
pada tubuh bendungan, adapun
perhitungan dan simulasinya adalah sebagai berikut :
1. Pelimpah perlu di gambar ulang karena tidak terdapat as built
drawing (dibangun pada jaman
Belanda). Hasil Penggambaran (Gambar 3) potongan melintang pelimpah darurat bendungan Prijetan sebagai berikut :
Lebar mercu pelimpah = 34,9 m Tinggi pelimpah = 1,5 m
Tipe pelimpah = ambang ogee
(overflow)
Jenis tanah pelimpah darurat yang di evaluasi sesuai kordinat titik bor menggunakan DB 4 dengan 2 lapisan tanah yang memiliki tinggi 10,5 m dengan jenis tanah liat berdebu (silty
clay).
2. Perhitungan selanjutnya yaitu
menentukan debit banjir rancangan, dalam perhitungan ini menggunakan data hujan dari dua stasiun penakar hujan, yaitu Stasiun Hujan Prijetan dan Stasiun Hujan Kedungpring. Data hujan yang digunakan untuk
analisa pada masing-masing
pencatatan stasiun hujan selama 27 tahun dari tahun 1987 s/d 2013. + 49.4 1.5000 3.6280 + 47.9 0.6000 2.9500 + 53.028 0.5000 0.9375 3.0000 1.5000 34.9000 6.1280
Tabel 2. Curah hujan rerata daerah
Bulan Curah Hujan
(mm) Januari 62,78 Februari 63,11 Maret 68,00 April 26,37 Mei 25,26 Juni 11,70 Juli 9,59 Agustus 4,85 September 7,07 Oktober 19,00 November 25,26 Desember 31,33
Dari dua stasiun diatas digunakan perhitungan curah hujan rancangan
dengan metode Log Pearson III
didapatkan curah hujan rerata 95,76 mm3/hari. Setelah itu dilakukan analisa
PMP (Probable Maximum
Precipitation) yang dipakai untuk
menganalisa banjir terbesar yang
mungkin terjadi kemudian digunakan
sebagai kontrol terhadap analisa
perencanaan kapasitas pelimpah adalah
339,54 mm/hari. Untuk
menstranformasi curah hujan rancangan
menjadi debit banjir rancangan
diperlukan curah hujan jam-jaman. Setelah itu dilakukan perhitungan debit banjir rencana, terlebih dahulu dibuat hidrograf banjir dengan metode HSS Nakayasu Q1000 dan QPMF.
Tabel 3. Hasil Perhitungsn Debit Banjir Rancangan DAS Prijetan dengan Metode Hidrograf Satuan Nakayasu
Gambar 4. Hidrograf Banjir Rancangan HSS Nakayasu DAS Prijetan
Tr Q (m3/detik)
1000 231,682
Gambar 5. Lengkung Kapasitas Waduk
Gambar 6. Grafik Penelusuran Banjir Melalui Pelimpah, Q1000
7. Grafik Penelusuran Banjir Melalui Pelimpah, QPMF
0 100 200 300 400 500 0 10 20 30 40 Q m 3/d t) t (jam) Inflow 0 100 200 300 400 500 0 10 20 30 40 Q m 3/d t) t (jam) Inflow
Tabel 4. Rekapitulasi Q1000 dan QPMF
Debit Banjir Rancangan
Debit (m3/detik)
Elevasi Muka Air Pelimpah(m)
Elevasi Puncak Bendungan(m)
Q1000 64,87 +50,55 +52,00
QPMF 141,75 +51,38 +52,00
Analisis pada gambar 5 menghasilkan
suatu kurva yang menunjukan
hubungan antara elevasi , volume waduk, serta luas genangan pada sekitar daerah perencanaan sedangkan dari hasil rekapitulasi debit banjir rancangan Q1000 memiliki debit 64,87 m3/detik dan
elevasi muka air pelimpah +50,55m dengan elevasi puncak bendungan
+52,00m. Sedangkan debit banjir
rancangan QPMF memiliki debit 141,75
m3/detik dan elevasi muka air pelimpah
+51,38m dengan elevasi puncak
bendungan +52,00m maka dinyatakan tidak terjadi overtoping pada pelimpah. 3. Analisa selanjutnya menggunakan
aplikasi Plaxis 8.2 untuk mencari
nilai faktor keamanan dengan
menggunakan metode
phi-creduction, dimana metode tersebut
adalah metode untuk mencari nilai keamanan dari suatu bangunan dengan mereduksi faktor perkuatan
tanah dalam hal ini sudut geser dalam tanah (ϕ) serta kohesi (c).
Setelah dilakukan analisa
menggunakan aplikasi Plaxis 8.2 dinyatakan aman sesuai dengan syarat nilai keamanan yang diijinkan yaitu SF>1.2. Namun angka keamanan yang dihasilkan pada berbagai kondisi pelimpah yaitu pada
kondisi kosong memiliki nilai
keamanan 26,48 dan sebaliknya nilai keamanan pada kondisi muka air banjir dengan faktor keamanan
paling kecil 15,53. Hal itu
disebabkan adanya tekanan air pada kondisi muka air banjir yang mempengaruhi kestabilan pelimpah. Nilai faktor keamanan yang melebihi ijin membuat pelimpah Bendungan Prijetan dinyatakan aman. berikut beberapa contoh analisa Plaxis 8.2 :
Gambar 8. Keluaran Deformed Mesh Pelimpah Pada Kondisi Kosong (SF = 26,48)
Keterangan: Model : Plain Strain Elements : 15-noded Number of elements : 101 Number of nodes : 871 Number of stress point 1212 Average element size : 1,1210 m
Gambar 9. Keluaran Deformed Mesh Pelimpah Pada Kondisi Normal (SF = 22,08)
Gambar 10. Keluaran Deformed Mesh Pelimpah Pada Kondisi Banjir (SF = 15,53)
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa evaluasi pelimpah darurat Bendungan Prijetan
yang berlokasi di Desa Mlati
Kecamatan Kedungpring, Kabupaten
Lamongan, Provinsi Jawa Timur
sebagai berikut:
1. Pelimpah perlu di gambar ulang karena tidak terdapat as built
drawing (dibangun pada jaman
Belanda). Hasil Penggambaran
potongan melintang pelimpah
darurat bendungan Prijetan sebagai berikut :
Lebar mercu pelimpah = 34,9 m Tinggi pelimpah = 1,5 m
Tipe pelimpah = ambang ogee (overflow)
Jenis tanah pelimpah darurat yang di evaluasi sesuai kordinat titik bor menggunakan DB 4
dengan 2 lapisan tanah yang memiliki tinggi 10,5 m dengan jenis tanah liat berdebu (silty
clay).
2. Hasil debit banjir rancangan Q1000
memiliki debit 64,87 m3/detik dan elevasi muka air pelimpah +50,55m dengan elevasi puncak bendungan +52,00m. Sedangkan debit banjir rancangan QPMF memiliki debit
141,75 m3/detik dan elevasi muka air pelimpah +51,38m dengan elevasi puncak bendungan +52,00m maka dinyatakan tidak terjadi
overtoping pada pelimpah.
3. Nilai keamanan dari
masing-masing kondisi pelimpah
bendungan, kondisi kosong pada pelimpah memiliki nilai keamanan
26,48 dan sebaliknya nilai
keamanan pada kondisi muka air
Keterangan: Model : Plain Strain Elements : 15-noded Number of elements : 101 Number of nodes : 871 Number of stress point 1212 Average element size : 1,1210 m
Keterangan: Model : Plain Strain Elements : 15-noded Number of elements : 93 Number of nodes : 803 Number of stress point 1116 Average element size : 1,1710 m
banjir dengan faktor keamanan
paling kecil 15,53. Hal itu
disebabkan adanya tekanan air pada kondisi muka air banjir yang
mempengaruhi kestabilan
pelimpah. Nilai faktor keamanan
yang melebihi ijin membuat
pelimpah Bendungan Prijetan
dinyatakan aman.
DAFTAR PUSTAKA
1. Das, B.M. 1991. Mekanika
Tanah (Prinsip-prinsip rekayasa Geoteknik). Erlangga. Jakarta.
2. Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum. 1995. Bendungan Besar di
Indonesia. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum
3. Limantara, L.M. , (2010).
Hidrologi Praktis , CV. Lubuk
Agung, Bandung.
4. Plaxis. 2007. Dynamics Manual. Belanda : AN DELFT
5. Presiden Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 37
Tahun 2010. Jakarta : Presiden
Republik Indonesia.
6. Sosrodarsono, Suyono dan
Kensaku Takeda. 1989.
Bendungan Type Urugan.
Jakarta: PT. Pradnya Paramita 7. Sosrodarsono, Suyono. 2007.
Menyimak Bendungan di Indonesia (1910 – 2006). Jakarta: Bentara Adhi Cipta. 8. Soewarno, (2000). Hidrologi
Operasional – Jilid Kesatu,
Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung.
9. Terzaghi, K., & Peck, R. B. (1993). Mekanika Tanah dalam
Praktek Rekayasa (2nd ed, Vol. I). Jakarta : Erlangga