• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PROGRAM PENYELENGGARAAN SEKOLAH MENENGAH TEOLOGI KRISTEN (SMTK) LANGOWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PROGRAM PENYELENGGARAAN SEKOLAH MENENGAH TEOLOGI KRISTEN (SMTK) LANGOWAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

Jurnal Tumou Tou

EVALUASI PROGRAM PENYELENGGARAAN SEKOLAH MENENGAH

TEOLOGI KRISTEN (SMTK) LANGOWAN

Jeane Marie Tulung

Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Evaluasi program ini bertujuan untuk mengetahui dengan pasti pencapaian hasil, kemajuan, dan kendala dalam penyelenggaraan pendidikan Agama dan Keagamaan. Secara khusus tujuan evaluasi dalam penelitian ini untuk mengetahui efektivitas penyelenggaraan Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK) Langowan. Selain itu evaluasi program memberikan informasi terhadap penyelenggaraan pendidikan Agama dan Keagamaan agar dapat memperbaiki kesalahan dalam penyelenggaraannya pada tahun-tahun ke depan dan menjadi acuan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan Kristen. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan dengan pendekatan penelitian evaluasi program. Hasil penelitian dideskripsikan secara sistematis sesuai dengan fokus penelitian disertai dengan interpretasi peneliti yang merupakan refleksi atas temuan langsung di lapangan dengan mengacu pada kajian ilmiah dan akademis. Model CIPPO (Contex, Input,Process, Product,Output) digunakan untuk mengevaluasi penyelenggaraan pendidikan yang dapat mengukur berbagai komponen efektifitas kesesuaian penyelenggaraan SMTK terhadap kebutuhan peserta didik, karakteristik peserta, kompetensi tenaga pendidik, sarana dan prasarana, kegiatan pembelajaran serta prestasi belajar siswa. Dengan menggunakan model CIPPO, obyek evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi bersifat komprehensif yang mencakup konteks, masukan, proses dan hasil.

Kata Kunci: Model Evaluasi CIPPO, Pendidikan Agama dan Keagamaan, SMTK.

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka itu maka pemerintah berupaya membangun sektor pendidikan secara terencana, terarah, dan bertahap serta terpadu dengan keseluruhan pembangunan kehidupan bangsa, baik ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial dan budaya.

Seiring dengan dinamika pembangunan bangsa diberbagai sektor, maka pembangunan sektor pendidikan menjadi tuntutan yang semakin tinggi, yakni disatu pihak tetap terpenuhinya kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak usia sekolah yang jumlahnya semakin bertambah, dan dipihak lain tercapainya efisiensi, relevansi, dan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berorientasi pada peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan profesional, dan produktivitas kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan bangsa. Dengan karakteristik sumber daya manusia

(2)

2

Jurnal Tumou Tou

demikian, maka diharapkan bangsa Indonesia mampu bersaing dalam era globalisasi dunia saat ini maupun dimasa yang akan datang.

Penyelenggaraan pendidikan dilakukan pada berbagai jenjang dan jalur pendidikan dengan tujuan mengembangkan potensi dan kemampuan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

Secara khusus penyelenggaraan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaantelah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007, yang menegaskan bahwa Pendidikan Agama memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya. Pendidikan Keagamaan sebagai pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama.

Dalam PP 55 Tahun 2007 ditegaskan juga bahwa pendidikan Kristen diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal dan informal. Pada jalur pendidikan formal diselenggarakan pada jenjang pendidikan dasar (Sekolah Dasar Teologi Kristen dan Sekolah Menengah Pertama Teologi Kristen), pendidikan menengah (Sekolah Menengah Teologi Kristen dan Sekolah Menengah Agama Kristen), dan pendidikan tinggi (Sekolah Tinggi Agama Kristen dan Sekolah Tinggi Teologi).

Pengelolaan SMTK dan SMAK diselenggarakan oleh Pemerintah, Gereja dan/atau lembaga keagamaan Kristen, dimana kurikulumnya memuat bahan kajian tentang agama/teologi Kristen dan kajian lainnya pada jenjang menengah. Isi dan materi kurikulum yang menyangkut iman dan moral merupakan kewenangan gereja dan/atau kelembagaan Kristen.

Peranan pendidikan Kristen sangat penting dalam membentuk karakter sumber daya manusia. Dalam kesadaran ini maka berbagai pihak khususnya Gereja terpanggil untuk bersama-sama dengan pemerintah berupaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penyelenggaraan pendidikan Kristen yakni Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK) Langowan dengan merekrut peserta didik yang berijazah SMP atau sederajat. Meskipun untuk mengelola suatu lembaga pendidikan Kristen bukanlah hal yang mudah. Apalagi yang dimaksud mengelola tidak sekedar dalam pengertian mempertahankan yang sudah ada, tetapi melakukan pengembangan secara

(3)

3

Jurnal Tumou Tou

kelembagaan dan larigkah operasionalnya serta mencerminkan pertumbuhan (growth), perubahan (change) dari pembaharuan (reform).

Sekedar mempertahankan, mungkin relatif lebih mudah dilakukan, tetapi penyikapan terhadap pendidikan cenderung tidak berkembang dan mendatangkan persoalan bagi masa depan sebuah lembaga pendidikan. Secara perlahan tetapi pasti pendidikan akan tertinggal karena ketidakmampuan dalam mengadakan hubungan dengan realitas masyarakat, yang selalu menuntut sikap transformatif.

Karena itu pengelolaan lembaga pendidikan Kristen dituntut memiliki kedalaman normatif dan ketajaman visi. Yang pertama dibutuhkan agar pengelolaan dapat mendeskripsikan secara mendasar dan mendalam tentang output yang ingin dihasilkan. Sedangkan ketajaman visi dibutuhkan agar pendidikan selalu dapat berkesinambungan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan, sehingga manusia yang dihasilkan dari pendidikan adalah model manusia yang mempunyai kesiapan dalam menghadapi tantangan masa depan.

Dalam kiprahnya, SMTK Langowan terus berusaha menyelenggarakan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan dalam rangka menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Berbagai upaya dilakukan, baik penyediaan sarana dan prasarana sekolah, penyelenggaraan pendidikan dengan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan pendidikan, berbagai prestasi diraih, dan berbagai upaya lainnya terus dilakukan, namun masih banyak permasalahan yang dihadapi yakni antara lain,masih terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan, keterbatasan dana karena SMTK masih dikelola oleh gereja yang tidak mampu membiayai penyelenggaraan pendidikan 100 %, tenaga pendidik yang semuanya masih tenaga tidak tetap/honorer, adanya persepsi masyarakat yang masih curiga dengan SMTK apalagi dikelola oleh gereja kecil (Gereja Gerakan Pentakosta), serta proses penegerian oleh Kementerian Agama.

Melihat berbagai permasalahan yang ada, menjadi dasar dilakukan kegiatan evaluasi untuk melihat efektifitas penyelenggaraan SMTK. Evaluasi diadakan sebagai bentuk pertanggungjawaban publik terhadap stakeholders dan rencana peningkatan pemberian layanan terhadap pengguna (user).Stufflebeam dan Shinkfield menyatakan bahwa :

Evaluation is the process of delineating, obtaining,and providing descriptive and judgmental information about the worth and merit of some object's goals, design, implementation, and impact in order to guide decision making, serve needs for

(4)

4

Jurnal Tumou Tou

accountability, and promote understanding of the involved phenomena. (Widoyoko,

2011:3)

Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worthand merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Inti dari rumusan tersebut menurut Widoyoko, evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Penyelenggaraan pendidikan sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, oleh karena itu diperlukan model evaluasi yang dapat memberikan informasi dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Dalam Arikunto (2010: 45), model evaluasi CIPP (Contex, Input, Process,Product) merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. Konsep evaluasi model CIPPpertama kali dikembangkan oleh Stufflebeam. Evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, manajemen, perusahaan, dan sebagainya. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem.

Sehubungan dengan hal itu, evaluasi tidak hanya bertujuan mengumpulkan data, menganalisa serta menyajikannya melainkan memberikan informasi terhadap penyelenggaraan SMTK agar dapat memperbaiki kesalahan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di masa yang akan datang.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian evaluasi program yakni evaluasi model CIPPO (Context, Input, Process, Product,

Outcome). Penelitian ini dilaksanakan di SMTK Langowan Minahasa untuk meneliti data

rangkaian konteks, masukan, proses, hasil dan outcome.

Sebuah program dikatakan berhasil dan sukses apabila memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Kriteria merupakan karakteristik program yang dianggap sebagai basis relevan dan penting untuk melakukan riset evaluasi. Dari deskripsi program di atas, maka disusun kriteria evaluasi yang digunakan sebagai standar obyektif dalam mengkaji efektifitas program penyelenggaraan Sekolah Menengah Teologi Kristen

(5)

5

Jurnal Tumou Tou

Langowan. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam evaluasi, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Keberhasilan Program

Komponen Aspek yang di evaluasi Kriteria Keberhasilan Konteks (context) 1. Legalitas

penyelenggaraan SMTK. 2. Keberadaan program

SMTK Langowan

Peraturan yang melandasinya jelas.

Program sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Masukan (input) •Peserta Didik •Rekruitmen siswa melalui persyaratan yang ditentukan sekolah.

• Tenaga Pendidik Kualifikasi guru minimal D IV atau S1 Mengajar sesuai dengan disiplin ilmu.

• Kurikulum • Pengembangan kurikulum sesuai standar isi dan SKL.

• Ketersediaan sarana dan prasarana

• Sarana prasarana memadai • Peralatan penunjang pembelajaran dalam keadaan baik dan memadai. •Manajemen Sekolah • Kehadiran guru dan tenaga kependidikan minimal

90% hadir.

• Kehadiran siswa minimal 90% hadir. • Administrasi sekolah kategori baik. • Kinerja sekolah kategori baik.

•Dukungan masyarakat • Partisipasi orang tua dan masyarakat dalam pengembangan sekolah kategori baik.

Process •Perencanaan Pembelajaran • Perencanaan guru dalam pembelajaran kategori baik:

=Adanya perangkat pembelajaran meliputi program semester, silabus dan RPP.

•Kegiatan Pembelajaran. • Proses pembelajaran di kelas berlangsung dengan baik.

(6)

6

Jurnal Tumou Tou

• Penilaian Pembelajaran

• Pengawasan

Adanya keaktifan dan minat belajar siswa. =Penguasaan materi ajar guru kategori baik. -=Penggunaan strategi dan metode pembelajaran kategori baik.

= Guru menggunakan berbagai teknik penilaian untuk mengukur hasil pembelajaran •• Program remedia^engayaan terlaksana dengan baik. •• Kepala sekolah dan pengawas pendidikan melakukan pengawasan terhadap proses pembelajaran.

•• Adanya jadwal pelaksanaan supervisi kepala sekolah dan pengawas sekolah yang terencana dan berkelanjutan.

Adanya dokumen laporan pengawasan dan tindak lanjut pengawasan.

Product • Hasil belajar siswa • Angka kenaikan kelas mencapai 100 %. • Prestasi ekstrakurikuler siswa kategori baik. • Rata-rata hasil Ujian Nasional 7.00.

• Prosentase kelulusan 95 % lulus.

Outcome •Keterserapan lulusan •75% lulusan melanjutkan ke akadem>t>erguruan tinggi.

• 25 % lulusan terserap ke dunia kerja

Model disain penelitian yang digunakan yaitu model evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam dengan menambah komponen outcomes (O), sehingga menjadi model CIPPO. Model ini terdiri dari lima komponen evaluasi yaitu konteks (context), masukan (input), proses (process), hasil (product), dan dampak/keluaran (outcomes). Karena komponen-komponen ini saling terkait dan berkaitan satu dengan yang lainnya maka perlu di desain secara sistematis dan terarah. Adapun desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.

(7)

7

Jurnal Tumou Tou

Gambar 1. Desain Penelitian Evaluasi Program Penyelenggaraan SMTK Langowan Dalam pengumpulan data menggunakan 4 jenis instrumen yaitu studi dokumen, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner/angket yang terbagi dalam lima tahapan evaluasi yaitu : konteks (context), masukan (input), proses (process), hasil (product), dan dampak/keluaran (outcomes).

Analisis data pada penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis sebelum memasuki lapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian., Selanjutnya analisis di lapangan

(8)

8

Jurnal Tumou Tou

dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Adapun penelitian evaluasi program SMTK Langowan ini menggunakan teknik triangulasi data untuk mengarahkan peneliti agar didalam mengumpulkan data menggunakan berbagai sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang tersedia. Dengan triangulasi maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti, serta lebih meningkatkan kekuatan data bila dibandingkan dengan satu pendekatan. Pada penelitian ini jika terdapat data yang perlu di cek kebenarannya akan digunakan teknik triangulasi dengan teknik wawancara, angket, dokumen dan observasi di lapangan.

HASIL dan PEMBAHASAN

Pada bagian ini dideskripsikan hasil evaluasi atas program penyelenggaraan SMTK Langowan pada empat tahap, yaitu a) konteks (context), b) masukan (input), c) proses (process), d) produk (product) serta outcomes. Pada setiap tahapan tersebut dievaluasi aspek maksud, tujuan, dan hasilnya masing-masing yang menggambarkan efektivitas tahapan. Berikut deskripsi hasil penelitian evaluasi pada setiap tahapan.

Pertama, evaluasi konteks mencakup legalitas penyelenggaraan SMTK serta

keberadaan program penyelenggaraan SMTK Langowan. Dalam tahapan evaluasi ini menghasilkan data-data kualitatif sehingga dianalisis secara kualitatif.

Dengan terbitnya Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK) serta Ujian Nasional, maka gereja-gereja maupun yayasan merespon hadirnya SMTK, tak terkecuali Gereja Gerakan Pentakosta sangat merespon penyelenggaraan SMTK ini.

Kepala Sekolah juga ketika diwawancarai menjelaskan bahwa berdasarkan SK Dirjen Bimas Kristen Nomor: DJ/KEP/HK.005/59/1245/2006, tanggal 4 April 2006 tentang juknis Pendirian dan Penyelenggaraan SMTK serta memperhatikan SK Dirjen tentang pemberian status akreditasi SMTK bagi yang memenuhi persyaratan sesuai Peraturan Menteri Agama Nomor 14 Tahun 2005, maka baik gereja maupun yayasan menyambut baik dan melakukan upaya-upaya sosialisasi pendirian SMTK .Secara kontekstual dapat diungkapkan disini bahwa masyarakat menilai program penyelenggaraan SMTK Langowan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar, penting dan mutlak adanya. Jawaban ini menunjukkan bahwa secara kontekstual penyelenggaraan SMTK memang menjadi kebutuhan masyarakat. Namun satu hal yang sangat disayangkan adalah

(9)

9

Jurnal Tumou Tou

tanggapan sebagian masyarakat yang menunjukkan kurang respon karena penyelenggara adalah yayasan Gereja Gerakan Pentakosta yang notabene jemaat kecil dibanding jemaat yang lain yang tergolong besar seperti GMIM.

Hal ini menyebabkan pendekatan-pendekatan serta upaya-upaya yang dilakukan dari pihak gereja (GGP) maupun Kementerian Agama menjadi tidak luwes dan memunculkan kecenderungan penyikapan yang ekslusif. Jadi secara keseluruhan legalitas dan keberadaan SMTK Langowan termasuk dalam kategori sedang karena dari pihak msyarakat objektif intensitasnya kurang.

Kedua, evaluasi masukan merupakan sesuatu yang dipersyaratkan. Orientasi

utama evaluasi masukan adalah unftuk mengemukakan suatu program yang dapat dicapai dan apa yang diinginkan. Aspek-aspek yang menjadi indikator dalam mengevaluasi masukan (input)pada program penyelenggaraan SMTK Langowan terdiri dari: a) Rekrutmen peserta didik, b) Tenaga Pendidik, c) Kurikulum, d) Sarana dan Prasarana.

1. Rekrutmen Peserta Didik

Tahapan evaluasi masukan (input) dalam rekrutmen peserta didik menghasilkan data-data kualitatif sehingga dianalisis secara kualitatif. Deskripsi rekrutmen peserta didik salah satunya didapatkan dari wawancara. Peneliti memilih empat pertanyaan yang mewakili yang sebagian besar dijawab oleh responden.

Terlihat jawaban responden yang terkumpul beragam. Alasan memilih SMTK untuk bersekolah sebagian kecil adalah keinginan untuk mendalami ajaran agama Kristen karena SMTK memiliki ciri khas yang berbeda dengan sekolah umum lainnya.

Untuk pertanyaan: "Pentingkah bagimu mempelajari teologi Kristen di tingkat menengah atas?". Tampak jawaban responden yang terkumpul seragam. Namun dari hasil ini dapat dikatakan bahwa responden dapat menerima mata pelajaran keagamaan sebagai mata pelajaran yang sangat penting bagi para remaja Kristen.

Untuk pertanyaan:"Faktor apakah yang mendukungmu bersekolah di SMTK?". Untuk pertanyaan ini tampak jawaban responden yang terkumpul sangat beragam. Namun dari hasil ini dapat dikatakan bahwa responden dapat menerima bersekolah di SMTK karena jawaban yang diberikan bernilai positif, yaitu keinginan menjadi manusia yang baik. Jawaban ingin berakhlak mulia dan memiliki karakter kristiani menjadi urutan pertama dari sepuluh jawaban lainnya.

(10)

10

Jurnal Tumou Tou

Untuk pertanyaan : Apakah hambatan dalam mempelajari teologi Kristen di SMTK ini?". Untuk pertanyaan ini tampak jawaban responden yang terkumpul sangat beragam. Namun dari hasil ini dapat dikatakan bahwa responden memiliki hambatan dalam mempelajari teologi Kristen dan juga mata pelajaran lain di SMTK. Urutan tertinggi adalah sulit menerapkan secara baik dalam kehidupan sehari-hari sebagai remaja kristiani yang taat. Selain itu responden mengemukakan tentang kemalasan sebagai hambatan dalam mempelajari teologi Kristen.

Berdasarkan variabilitas rekrutmen siswa tersebut di atas, secara logis hal tersebut terkait dengan kemampuan awal mereka yang berasal dari SMP Negeri maupun swasta. Sebagian besar dari mereka berasal dari status sosial ekonomi menengah ke bawah.

Para gurupun mengakui bahwa siswa yang melanjutkan pendidikan ke SMTK Langowan memiliki capaian dan kompetensi yang bervariasi, sebagian besar pada kemampuan rata—rata, namun para guru berupaya untuk meningkatkan kemampuan siswa sehingga mencapai keberhasilan pembelajaran yang diharapkan dalam kurikulum.

Jadi secara keseluruhan aktualitas rekrutmen peserta didik termasuk dalam kategori rendah karena secara objektif intensitasnya rendah.

1. Tenaga Pendidik

Kondisi aktual karakteristik tenaga pendidik pada SMTK Langowan menghasilkan data-data kualitatif sehingga dianalisis secara kualitatif. Deskripsi karakteristik guru SMTK salah satunya didapatkan dari wawancara. Peneliti memilih empat pertanyaan yang mewakili dan sebagian besar dijawab oleh responden.

Adapun kualifikasi guru pada SMTK Langowan, dari 20 orang guru baik guru tetap yayasan (GTY), maupun guru tidak tetap (GTT), PNS maupun Non PNS, seluruhnya sudah memenuhi kualifikasi Sarjana (S1). Bahkan satu orang guru tidak tetap (PNS pada SMA Kristen Langowan) sudah memenuhi kualifikasi Magister Pendidikan Kristen (S2).

Dari wawancara dengan Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah, mereka mengatakan bahwa guru-guru yang mengajar di SMTK Langowan ada beberapa guru yang PNS pada sekolah SMA dan SMP di Langowan, namun mereka juga mengajar di SMTK sesuai dengan bidangnya.

(11)

11

Jurnal Tumou Tou

Dalam hal kehadiran para guru tidak tetap ini,. Menurut pengakuan para guru tersebut, mereka tidak mengalami kendala karena jam mengajar di SMTK tidak mengganggu jam mengajar mereka di sekolah induk dimana mereka ditempatkan sebagai guru PNS.

Pengakuan guru yang lain bahwa meskipun mereka kerja tanpa mendapat bayaran honor dari SMTK tapi tidak menjadi hambatan bagi mereka untuk mengajar di SMTK, karena kehadiran SMTK sangat perlu untuk terus dikembangkan supaya kelak bisa bersaing dengan madrasah-madrasah yang sudah jauh lebih maju.

Karakteristik guru-guru SMTK Langowan menjadi lebih jelas lagi berdasarkan pandangan para siswa berikut ini, yang kepada mereka diberikan pertanyaan,"Bagaimana pendapat siswa tentang guru-guru yang mengajar di SMTK ini?, Bagaimana kemampuan guru dalam mengajar?"

Sebagian besar siswa menyatakan bahwa guru-guru mereka tegas, perhatian, sabar, dan humoris dan enak diajak komunikasi tentang ajaran kristiani. Persepsi siswa tentang kemampuan mengajar guru hampir semuanya menyatakan bahwa umumnya guru mengajar dengan baik.

Persepsi orang tua terhadap kemampuan mengajar guru juga tidak jauh berbeda. Mereka umumnya menilai para guru yang mengajar di SMTK Langowan dapat menjalankan fungsi dan perannya dengan baik serta dapat menjadi panutan bagi para siswa karena SMTK berciri khas kristiani.

Jadi secara keseluruhan aktualitas karakteristik guru SMTK Langowan termasuk dalam kategori sedang karena secara objektif intensitasnya memang belum tinggi. Adapun dasar keputusannya adalah beberapa orang guru adalah PNS pada sekolah lain dan mereka hanya sebagai tenaga tidak tetap pada SMTK Langowan.

2. Kurikulum

Deskripsi kurikulum atau materi pembelajaraan pada SMTK Langowan salah satunya didapatkan dari wawancara. Adapun kurikulum yang digunakan yang tertuang dalam penjabaran silabus berdasarkan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama Rl yakni silabus SMTK.

Dalam wawancara dengan wakil kepala sekolah urusan kurikulum, mengatakan bahwa dalam silabus SMTK terdapat tiga program mata pelajaran yang meliputi : a. Program Normatif (terdiri dari : PPKN, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS,

(12)

12

Jurnal Tumou Tou

Matematika, IPA), b) Program Adaptif (terdiri dari: Ilmu Pengetahuan Alkitab, Etika, Sejarah Gereja, Dogmatika, Misiologi, Pembinaan Warga Gereja, Musik Gerejawi), c) Program Penunjang (terdiri dari: Penjaskes dan Komputer).

Dari pihak orang tua ada yang mengatakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran di SMTK sebenarnya tidak harus menyangkut begitu banyak mata pelajaran program adaptif atau teologi Kristen, yang paling penting diberikan kepada siswa adalah akhlak. Jadi secara keseluruhan aktualitas kurikulum atau mata pelajaran di SMTK termasuk dalam kategori sedang. Adapun dasar keputusannya adalah pernyataan orang tua siswa yang menganggap akhlak jauh lebih penting ketimbang muatan materi yang terlalu banyak. Artinya terdapat komplain atas muatan materi yang terlalu padat dan dianggap tidak operasional. Dengan demikian pencapaian kriteria objektif masih dalam kategori sedang.

3. Sarana dan Prasarana

Deskripsi hasil penelitian evaluasi aspek sarana prasarana sebagai salah satu input program penyelenggaraan SMTK Langowan salah satunya didapatkan dari wawancara. Peneliti memilih sebuah pertanyaan yang mewakili dan disampaikan kepada guru-guru, siswa dan orang tua siswa. Pertanyaannya adalah, "Bagaimana pendapat semua pihak tentang sarana prasarana di sekolah?"

Sebagian besar guru menyatakan bahwa fasilitas disekolahnya cukup memadai bagi proses pembelajaran. Namun tidak ada yang menyatakan bahwa fasilitas di sekolahnya sudah dan sangat memadai. Selebihnya menyatakan bahwa fasilitas di sekolahnya belum dan kurang memadai.

Sebagian besar siswa menyatakan bahwa fasilitas di sekolahnya cukup memadai bagi proses pembelajaran. Sebagaimana ungkapan para guru, tak satupun siswa yang menyatakan bahwa fasilitas di sekolahnya sudah dan sangat memadai. Selebihnya menyatakan bahwa fasilitas di sekolahnya belum dan kurang memadai.

Sebagaimana para guru, sebagian besar orang tua juga menganggap bahwa fasilitas di sekolah anaknya cukup memadai bagi proses pembelajaran. Namun tidak ada yang menyatakan bahwa fasilitas di sekolah anaknya sudah dan sangat memadai. Selebihnya menyatakan bahwa fasilitas di sekolah anaknya belum dan kurang memadai.

Dalam pengamatan peneliti, apa yang dikemukakan oleh para guru, siswa dan orang tua siswa tidak jauh berbeda. Peneliti kemudian menelusuri lebih jauh mengapa fasilitas SMTK masih kurang dan belum memadai. Dari hasil wawancara diperoleh

(13)

13

Jurnal Tumou Tou

keterangan bahwa SMTK Langowan dirintis oleh yayasan Gereja Gerakan Pentakosta (GGP). Sebagian sarana dan prasarana adalah dari GGP, sebagian juga bantuan dari Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Bimas Kristen, dan bantuan dari orang tua siswafnasyarakat. Dari keterangan yang diperoleh dan hasil pengamatan di lapangan maka fasilitas yang tersedia di SMTK adalah, 3 ruang belajar (kelas X, XI, XII), 1 ruang Kepala Sekolah, 1 ruang guru/tata usaha, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang olahraga dan lapangan olah raga. Ruang laboratorium yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran belum tersedia. Demikian juga fasilitas ruangan yang tersedia masih sangat sempit dan masih kurang memadai, seperti contohnya ruang guriytata usaha dan ruangan lainnya.

Dari fasilitas yang ada, SMTK masih sangat membutuhkan bantuan baik dari pemerintah atau donator yang bersedia mengembangkan sekolah yang bernuansa kristiani ini, demikian ungkapan Kepala Sekolah yang juga di topang oleh para guru. Salah seorang guru juga menyatakan bahwa dalam rangka mengembangkan SMTK ini, pihak sekolah sudah berupaya memasukkanproposal kepada pemerintah dan para donator baik di pusat maupun daerah namun hingga kini belum juga ada jawaban. Meskipun demikian berbagai upaya terus dilakukan untuk memperkenalkan SMTK dan untuk pengembangannya.

Secara keseluruhan aktualitas sarana prasarana termasuk dalam kategori sedang, karena secara objektif intensitasnya memang relatif sedikit lemah.

Ketiga, evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan

dalam penerapan atau praktis suatu kegiatan program. Pada tahapan evaluasi program penyelenggaraan SMTK ini, kegiatan evaluasi seluruhnya mencakup : a) perencanaan dan kegiatan pembelajaran, b) penilaian dan pengawasan.

1. Perencanaan dan Kegiatan Pembelajaran

Deskripsi perencanaan dan kegiatan pembelajaran salah satunya didapatkan dari wawancara. Peneliti memiliki tiga buah pertanyaan yang mewakili dan disampaikan kepada guru dan siswa. Pertanyaannya adalah,"Apakah guru membuat persiaparyfrerencanaan pembelajaran sebelum mengajar?". Dan bagaimana proses pembelajaran di kelas (keaktifan dan minat belajar siswa)?Serta, "Apakah kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran selama ini?".

Dari jawaban yang disampaikan, pada umumnya guru menyatakan bahwa mereka membuat persiapan/perencanaan sebelum mengajar karena hal' itu sangat penting untuk mengajar. Dari administrasi yang ditunjukkan, para guru memperlihatkan program

(14)

14

Jurnal Tumou Tou

tahunan, program semester, RPP, Silabus dan administrasi pembelajaran lainnya. Mereka mengakui bahwa tanpa perencanaan dan perangkat pembelajaran maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.

Kepada para siswa juga ditanyakan tentang penguasaan materi ajar dari setiap guru yang mengajar. Pada umumnya responden menyatakan bahwa setiap guru yang mengajar pada umumnya mereka menguasai materi yang diajarkan. Selain itu materi yang diajarkan sesuai dengan bidangnya sehingga tidak ada kendala bagi guru dalam menyampaikan materi dikelas.

Dalam hal keaktifan di kelas, beberapa orang guru menyatakan bahwa siswa aktif dalam proses pembelajaran. Kelas yang kecil memudahkan para guru mengelola kelas serta memotivasi siswa belajar aktif dan memudahkan dalam menyampaikan bahan ajarnya.

Sebagian siswa mengatakan bahwa mereka aktif karena pelajaran guru juga yang mengajar menguasai materi. Lagipula metode yang digunakan bervariasi dan memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Siswa yang lain mengakui bahwa terkadang mereka malas untuk belajar dan kalau ada metode ceramah yang tidak di variasi dengan metode yang lain, mereka mengakui bahwa terkadang mengantuk di saat proses pembelajaran.

Jadi secara keseluruhan aktualitas perencanaan dan kegiatan pembelajaran sebagai salah satu aspek evaluasi proses termasuk dalam kategori sedang.

2. Penilaian Pembelajaran dan Pengawasan

Deskripsi penilaian pembelajaran didapatkan dari wawancara. Peneliti memiliki tiga buah pertanyaan yang mewakili dan disampaikan kepada guru-guru, siswa dan orang tua. Pertanyaan pertama adalah,"Apakah guru menggunakan berbagai teknik penilaian untuk mengukur hasil pembelajaran?, Pertanyaan kedua, Bagaimana upaya semua pihak dalam pencapaian tujuan pembelajaran di SMTK?, Pertanyaan berikut hanya diberikan khusus kepada para guru, yaitu, Apakah Kepala Sekolah dan Pengawas pendidikan (Diknas dan Kemenag), melakukan supervisi bagi anda secara terprogram sejak mengajar di SMTK? Sudah berapa kali?"

Sebagian besar guru mengatakan bahwa mereka menggunakan berbagai teknik penilaian untuk mengukur hasil pembelajaran. Pengakuan lain bahwa penilaian bukan hanya dilaksanakan diakhir pembelajaran tetapi dilaksanakan di awal pembelajaran dalam proses pembelajaran bahkan ketika siswa berada di luar kelas. Hal

(15)

15

Jurnal Tumou Tou

ini dilakukan karena SMTK memiliki ciri khas keagamaan Kristen yang penilaiannya juga mencakup perubahan perilaku dan bukan hanya pada segi kognitif saja.

Beberapa siswa menyatakan bahwa disetiap pertemuan perdana ada guru yang menyampaikan bentuk-bentuk penilaian terhadap siswa,,

Selanjutnya untuk deskripsi pengawasan kepala sekolah dan pengawas pendidikan, salah satunya didapatkan dari wawancara. Peneliti memiliki tiga buah pertanyaan yang mewakili dan disampaikan kepada guru, siswa dan orang tua serta tokoh masyarakat. Pertanyaan pertama adalah,"Bagaimana upaya semua pihak dalam pencapaian tujuan pembelajaran di SMTK Langowan?". Pertanyaan berikut hanya diberikan khusus kepada para guru, yaitu "Apakah kepala sekolah dan pengawas pendidikan baik dari Diknas maupun Kementerian Agama melakukan supervise bagi anda secara terprogram sejak mengajar di SMTK Langowan? Sudah berapa kali?". Pertanyaan terakhir diajukan kepada kepala sekolah dan pengawas pendidikan, yaitu "Bagaimana pandangan kepala sekolah dan pengawas terhadap proses penyelenggaraan SMTK selama ini?".

Hampir sebagian besar guru menyatakan bahwa supervisi yang dilakukan kepala sekolah dan pengawas berlangsung secara tidak terprogram. Sebagian guru menyebutkan supervisi dilakukan sekali dalam satu semester. Sebagian kecil menyebutkan sudah dua kali supervisi dilakukan sejak yang bersangkutan mengajar di SMTK Langowan. Sebagian lagi menyebutkan lebih dari dua kali menerima supervisi dari kepala sekolahnya dan pengawas pendidikan dari Diknas dan Kemenag. Jadi secara keseluruhan aktualitas supervisi kepala sekolah dan pengawas sebagai salah satu aspek evaluasi proses termasuk dalam kategori sedang.

Keempat, cakupan penelitian evaluasi pada tahapan produk yakni hasil belajar

siswa yang meliputi : hasil ujian nasional, angka kenaikan kelas dan prestasi ekstra kurikuler siswa. Kriteria keberhasilan dapat diketahui melalui pengamatan terhadap sikap dan perilaku siswa serta wawancara kepada pihak yang terkait, siswa,masyarakat, guru, kepala sekolah dan penyelenggara.

Peneliti mengajukan dua buah pertanyaan yang mewakili dan disampaikan kepada orang tua, masyarakat, guru, dan siswa. Pertanyaannya adalah: "Bagaimanakah pandangan berbagai pihak terhadap hasil pembelajaran di SMTK Langowan?", dan, "Apakah tujuan pembelajaran yang dilaksanakan di SMTK itu berhasil?".

(16)

16

Jurnal Tumou Tou

Atas pertanyaan pertama, dari penyelenggara menyatakan hasil pembelajaran di SMTK Langowan cukup baik untuk kemampuan kognitif. Sebagian dari masyarakat ada yang menyatakan baik dan sisanya menyatakan kurang memuaskan dan tidak dapat mencapai kompetensi yang diharapkan, masih periu ditingkatkan.

Sementara itu, pihak Kepala Sekolah menyatakan hasil pembelajaran pada semua mata pelajaran di SMTK sudah cukupbaik. Sebagian menyatakan kurang memuaskan, kurang dan belummaksimal. Sebagian kecil menyatakan baik karena siswa memiliki hasil evaluasi belajar yang cukup baik, jarang yang di bawah 50 skor ulangan/tesnya, sangat menggembirakan karena adanya perubahan tingkah laku kearah yang positif.

Para guru menyatakan bahwa angka kenaikan kelas mencapai 100% karena hasil belajar yang cukup baik. Hasil ujian nasional rata-rata baik, Prestasi lainnya juga banyak diraih oleh siswa-siswa SMTK baik itu dalam lomba mata pelajaran tapi juga prestasi ekstra kurikuler. Dapat dikatakan bahwa siswa-siswa SMTK Langowan sudah dapat bersaing dengan sekolah umum lainnya.

Kelima, pada tahapan evaluasi ini, kegiatan evaluasi mengenai keterserapan

lulusan baik di perguruan tinggi maupun di dunia usaha. Dari wawancara dengan para guru, mereka menyatakan bahwa sebagian besar siswa lulusan SMTK memilih ke jenjang perguruan tinggi seperti Sekolah Tinggi Teologi. Sebagian juga memilih untuk langsung bekerja di dunia usaha. Selebihnya memilih tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi dan belum terserap di dunia usaha.

Secara keseluruhan aktualitas keterserapan lulusan sebagai salah satu aspek evaluasi outcomes termasuk dalam kategori sedang karena secara objektif intensitasnya sedang.

Secara umum penyelenggaraan SMTK Langowan termasuk dalam rentangan sedang sampai baik. Namun demikian ditemukan hal-hal yang masih perlu diperbaiki, seperti masih belum tersedianya guru tetap PNS. Sebagian besar adalah guru tetap yayasan non PNS dan juga beberapa guru tidak tetap PNS yang bekerja sebagai guru tetap PNS di sekolah lain seperti SMP maupun SMA yang ada disekitarnya. Demikian pula dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang masih kurang sehingga mengalami keterbatasan dalam proses pembelajaran.

Secara spesifik, kesimpulan hasil evaluasi penyelenggaraan SMTK Langowan adalah sebagai berikut:

(17)

17

Jurnal Tumou Tou

1. Hasil Penelitian Evaluasi Konteks

Legalitas penyelenggaraan SMTK Langowan sesuai dengan peraturan yang berlaku yakni berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK) serta Ujian Nasional. Dan berdasarkan SK Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama Rl Nomor: DJ/KEP/HK.005/59/1245/2006 tanggal 4 April 2006 tentang Juknis Pendirian dan Penyelenggaraan SMTK.

SMTK Langowan didirikan dan diselenggarakan oleh yayasan Gereja Gerakan Pentakosta (GGP) karena menjadi kebutuhan bagi gereja dan masyarakat.

2. Hasil Penelitian Evaluasi Masukan

Rekrutmen peserta didik direkrut dari lulusan SMP negeri dan swasta yang berkeinginan melanjutkan pendidikan di SMTK yang berciri khas keagamaan yakni teologi Kristen. Sedangkan untuk tenaga pendidik pada umumnya sudah memenuhi kualifikasi akademik S1 meskipun belum diangkat sebagai tenaga tetap sebagai PNS.

Dalam hal sarana prasarana masih sangat kurang dan perlu pengembangan dan penambahan fasilitas dalam menunjang proses pembelajaran dan peningkatan kualitas SMTK sehingga semakin di kenal oleh masyarakat dan semakin diminati.

3. Hasil Penelitian Evaluasi Proses

Dalam hal perencanaan dan kegiatan pembelajaran termasuk pada kategori baik karena guru pada umumnya membuat perencanaan pembelajaran serta menguasai bahan ajar dengan baik sesuai dengan bidangnya. Dalam kegiatan pembelajaran, para peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Pada umumnya guru menggunakan teknik penilaian bervariasi dalam mengukur hasil pembelajaran siswa. Sedangkan dalam pengawasan, masih dikategorikan rendah karena belum ada pengawasan rutin dan terprogram dari kepala sekolah dan pengawas diknas maupun kementerian agama.

4. Hasil Penelitian Evaluasi Produk

Dari hasil penelitian evaluasi produk tentang hasil belajar siswa, disimpulkan bahwa pada umumnya hasil yang dicapai baik yakni yang meliputi angka kenaikan kelas mencapat 100%, hasil ujian nasional rata-rata baik, prestasi kelulusan 95% lulus dan

(18)

18

Jurnal Tumou Tou

prestasi ekstra kurikuler baik dan sudah mampu bersaing dengan sekolah sekolah sederajat baik negeri dan swasta di sekitarnya.

5. Hasil Penelitian Evaluasi Outcomes

Hasil penelitian pada tahapan ini disimpulkan bahwa keterserapan lulusan SMTK Langowan dapat mencapai 75% yang melanjutkan ke jenjang lebih tinggi (AkademyPerguruan Tinggi). Sehingga dapat dikatakan bahwa lulusan SMTK Langowan sudah baik meskipun upaya-upayapengembangan kualitas terus diupayakan.

(19)

19

Jurnal Tumou Tou

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S dan Abdul Jabar, C.S, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.

Arikunto, S, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2003.

Handoko, Hani T, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : BPFE-YOGYAKARTA, 2001

Indrajit, R Eko dan Djokopranoto, R, Manajemen Perguruan TinggiModern, Yogyakarta: Andi, 2006.

Masyhuri dan Zainuddin, M, Metodologi Penelitian : Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Bandung : Refika Aditama,2009.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan

Agama dan Pendidikan Keagamaan.

Permendiknas Rl Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendiknas Rl Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendiknas Rl Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Gambar

Tabel 1. Kriteria Keberhasilan Program
Gambar 1. Desain Penelitian Evaluasi Program Penyelenggaraan SMTK Langowan  Dalam pengumpulan data menggunakan 4 jenis instrumen yaitu studi dokumen,  pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner/angket yang terbagi dalam lima  tahapan  evaluasi  ya

Referensi

Dokumen terkait

Asli / rekaman Dokumen Kualifikasi lainnya yang dipersyaratkan, yang telah diupload dan tercantum dalam formulir isian Kualifikasi yang disampaikan melalui

Terletak Jln.Cendrawasih Kel.Karang Anyar Pantai.terdapat RM KFC Soka yang Menyajikan makanan khas tarakan yaitu Kepiting Soka.Jarak dari bandara ke KFC Soka yaitu + 2 KM dengan

akan tetapi pada sisi lain, terlalu banyak produk susu peninggi badan yang beredar juga membuat konsumen menjadi kesulitan dalam memilih Susu Peninggi Badan Yang Terbukti Paling

Instruksi Kepada Peserta (IKP) pasal 27 yaitu apabila peserta yang memasukan penawaran kurang dari 3 ( tiga ) penawaran maka dilakukan Klarifikasi Teknis dan Negosiasi Harga

[r]

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kelima (H5) diketahui bahwa variabel capital intensity memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap perusahaan

Penelitian mengenai Representasi Perempuan Dalam Ketidakadilan Gender yang ditinjau dengan Analisis Wacana Kritis ini bertujuan untuk mengetahui representasi bentuk

Dalam makalah ini akan membahas tentang perbandingan lembaga pengawas yang mengawasi pasar modal yang berada di Indonesia dan salah satu negara yang