GAMBARAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH DENGAN
MENGGUNAKAN METODE BEYOND CENTERS AND CIRCLE TIME
(BCCT) DAN METODE KONVENSIONAL DI TAMAN
KANAK-KANAK DAERAH PERKOTAAN
Lupitadia
Dosen Pembimbing :
Antonina Pantja Juni Wulandari, S.Sos., M.Si.
Binus University : Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530. Telp. (62-21) 535 0660 Fax. (62-21) 535 0644
ABSTRACT
The purpose of this research is want to see the effectiveness of one of the methods of learning which exist in Indonesia namely the learning methods beyond centers and circle time ( BCCT ) against autonomy of preschool children or early child age. Measuring tool that is in use is a measure of autonomy in the construct by researcher by following the theory of Steinberg covering three aspects of autonomy, emotional autonomy, behavior autonomy and values autonomy. The result was that the kindergarten by Beyond Centers and Circle Time (BCCT) have a total score higher than kindergarten with conventional method. The results obtained score is equal to 334 of the 19 respondents who use BCCT method and amounted to 290 from 19 respondents who use a conventional method. The conclusion is indeed a kindergarten that BCCT methods is effective to increase the autonomy of the preschool children.
Keywords: preschool children age, Beyond Centers and Circle Time (BCCT) method, conventtional method, Autonomy
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini ialah ingin melihat metode pembelajaran untuk anak usia pra-sekolah yang paling meningkatkan kemandirian. Alat ukur yang di gunakan adalah alat ukur kemandirian yang di konstruk sendiri dengan mengikuti teori dari Steinberg yang meliputi 3 aspek kemandirian, yaitu kemandirian emosional, kemandirian tingkah laku, dan kemandirian nilai. Cara pengambilan data menggunakan behavioral checklist. Hasil penelitian yang dicapai adalah bahwa taman kanak-kanak dengan metode Beyond Centers and Circle Time (BCCT) memiliki total skor yang lebih tinggi dari pada taman kanak-kanak dengan metode konvensional. Hasil skor yang didapat adalah sebesar 334 dari 19 responden yang menggunakan metode BCCT dan sebesar 290 dari 19 responden yang menggunakan metode konvensional. Kesimpulan yang di dapat adalah memang taman kanak-kanak yang menggunakan metode BCCT dapat meningkatkan kemandirian anak usia pra-sekolah. (L) Kata Kunci: Anak Usia Pra-Sekolah, Metode Beyond Centers and Circle Time (BCCT), Metode Konvensinal, Kemandirian.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan modal dasar yang menjadikan individu yang berkualitas. Pendidikan harus dilakukan sejak dini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang ditujukan dari umur 1 – 6 tahun. PAUD dapat di selenggarakan melalui jalur formal dan nonformal. Jalur formal pada PAUD adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Anak usia dini sudah dapat memasuki ke dunia sekolah. Dalam dunia pra-sekolah ini, anak sudah mempunyai kesiapan untuk sekolah dan mengembangkan keterampilan mereka (Santrock, 2009). Taman kanak-kanak diartikan sebagai pendidikan yang menekankan pada seluruh siswa dan memperhatikan perkembangan fisik, kognitif, sosio-emosional mereka (Santrock, 2009).
Kemdikbud mengatakan bahwa kurikulum PAUD dengan konsep kesiapan belajar, dengan tiga komponen utama yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Diurai lagi menjadi kompetensi inti yaitu sikap religius dan sosial, kompetensi ini dirinci lebih lanjut menjadi kompetensi dasar. Peserta didik berasal dari lahir sampai enam tahun, dengan arah kompetensi itu supaya anak siap belajar. Rumusan belajar untuk PAUD, seperti sikap yaitu memiliki prilaku yang mencerminkan sikap beragama, hidup sehat, rasa ingin tahu, berpikir dan bersikap kreatif, percaya diri, disiplin, mandiri, peduli, dan sebagainya (kemdikbud.go.id).
Dengan adanya kurikulum pada PAUD ini, maka TK berupaya untuk melatih dan mengembangkan kemandirian anak. Karena pada dasarnya kemandirian harus ditanamkan sejak dini agar nantinya anak akan menjadi individu dewasa yang optimal. Perkembangan kemandirian sendiri menjadi masalah penting pada rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian dipengaruhi oleh perubahan-perubahan fisik, yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya perubahan emosional, perubahan kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara berpikir yang mendasari tingkah laku, serta perubahan nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orangtua dan aktivitas individu (Desmita, 2014).
Menurut teori perkembangan Erikson (Santrock, 2009), mengatakan bahwa anak yang berusia 1 – 3 tahun anak mulai mengetahui bahwa perilaku mereka adalah wajar. Mereka menyatakan kebebasan dan menyadari kehendak mereka. Kemandirian menurut Erikson adalah usaha untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego, yaitu merupakan perkembangan ke arah individualitas yang mampu berdiri sendiri (Desmita, 2014).
Taman kanak-kanak yang dipilih adalah taman kanak-kanak yang terletak di daerah perkotaan. Terkadang anak yang berada di perkotaan masih manja karena memiliki banyak fasilitas yang disediakan, sehingga individu jarang ada yang berusaha untuk mendapatkan atau melakukan sesuatu. Observasi di lakukan di dua TK dengan dua metode yang berbeda. TK X menggunakan metode BCCT dan TK Y menggunakan metode konvensional.
Ketika melakukan observasi di TK X pada tanggal 2 dan 3 Juni 2015 dan di TK Y pada tanggal 23 dan 24 Juli 2015, penulis menemukan sebagian anak ada yang masih belum cukup mandiri. Seperti anak sebenarnya mampu untuk membuka meja lipat, ketika teman lainnya membuka sendiri, ia minta di bukakan mejanya oleh guru. Guru tidak mau membantu karena anak tersebut sudah mampu membuka meja tersebut. Ada juga anak yang masih meminta bantuan untuk mengikat tali sepatu, sehingga temannya yang membantu mengikatkan tali sepatunya. Masih ada anak yang pasif, tidak bersosialisasi dengan teman-temannya. Ketika sedang mengerjakan tugas, ada anak yang merasa kesulitan dan putus asa, tidak mau mengerjakan tugas lagi kalau tidak dibantu oleh gurunya. Ada juga anak yang sebenarnya sudah sangat mandiri, tetapi di sekolah dia masih suka mencari perhatian dari guru dan temannya.
Untuk meningkatkan kemandirian sendiri, sekolah TK menawarkan berbagai macam metode pembelajaran untuk anak-anak. Ada 2 metode yang akan di bahas dalam penulisan ini, yaitu metode Beyond Centers and Circle Time (BCCT) dan metode konvensional. Metode Beyond Centers and Circle Time (BCCT) adalah kegiatan belajar mengajar dan bermain dengan guru dan murid membentuk lingkaran, sehingga posisi guru sejajar dengan mata anak. Center (sentra), maksudnya adalah pusat kegiatan bermain anak dengan berfokus pada kegiatan bermain yang ditata dan direncanakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan Circle Time (saat lingkaran) adalah suatu kegiatan guru dan anak yang dilaksanakan untuk mengawali dang mengakhiri kegiatan (dalam Widowati, 2013).
Metode pembelajaran BCCT memiliki banyak sentra dan dari masing-masing sentra tersebut salah satu tujuannya adalah ingin menumbuhkan kemandirian anak. Ada 7 sentra dalam metode BCCT, yaitu sentra persiapan, sentra balok, sentra cair, sentra musik dan olah tubuh, sentra seni dan kreatifitas, sentra bermain peran, dan sentra ibadah (Palupi, 2006). Sistem yang di terapkan pada metode pembelajaran BCCT ini adalah moving class dan metode ini berpusat pada anak atau student centered.
Sedangkan metode pembelajaran konvensional adalah metode yang cara penyampaian bahan pelajarannya dengan komunikasi lisan (Hasibuan dan Mudjiono, 2002). Menurut Djamarah (2006), metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran
tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Metode ini berpusat pada guru atau teacher centered. Di dalam pembelajaran dengan metode konvensional, anak hanya duduk, diam, mendengarkan guru, dan cenderung pasif.
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian dan Teknik Sampling
Karakteristik subjek penelitian dari penelitian ini adalah anak usia dini atau anak usia pra-sekolah mulai dari umur 5 – 6 tahun dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Penelitian di lakukan di taman kanak-kanak X dengan menggunakan metode BCCT dengan jumlah responden 19 dan taman kanak-kanak Y dengan menggunakan metode konvensional dengan jumlah responden 19. Penelitian ini akan menggunakan non probability sampling. Teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampling purposive.
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Jenis penelitiannya yaitu penelitian deskriptif yang tujuannya mengamati dan merekam perilaku (Santrock, 2009). Penelitian ini untuk melihat gambaran metode Beyond Centers and Circle Time (BCCT), dengan membedakan metode BCCT dan metode konvensional dan dilihat metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemandirian anak usia pra-sekolah.
Alat Ukur Penelitian
Peneliti membuat alat ukur kemandirian sesuai dengan teori dari Steinberg yang mengukur tiga aspek kemandirian, yaitu kemandirian emosi, kemandirian kognitif, dan kemandirian nilai. Penelitian ini menggunakan behavioral checklist. Untuk mengukur kemandirian, Penulis mengkonstruk sendiri alat ukurnya agar sesuai dengan sampel penelitian. Skala yang digunakan adalah dikotomi. Skala ini memiliki dua jawaban ya atau tidak yang memiliki nilai, yaitu untuk jawaban ya diberi nilai satu (1) dan untuk jawaban tidak diberi nilai nol (0).
Prosedur Penelitian
Sebelum melakukan penelitian penulis melakukan persiapan mengenai hal-hal yang dilakukan. Pertama penulis melakukan pendataan anak usia pra-sekolah dengan TK yang menggunakan metode BCCT dan TK dengan metode konvensional sebagai pembanding.
Kemudian menentukan sekolah mana yang akan di gunakan untuk dilakukannya penelitian dan meminta izin untuk melakukan penelitian kepada sekolah yang bersangkutan. Setelah itu, peneliti melakukan uji validitas dengan expert judgement dengan dua dosen. Kemudian peneliti melakukan observasi kepada 38 responden dari 2 TK yang menggunakan metode berbeda. Penulis dibantu oleh seorang observer lain yang sebelumnya sudah diberikan arahan untuk melakukan observasi di dua TK tersebut. Setelah itu penulis mengunakan spss dan software microsoft excel untuk menghitung hasil deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil olah data yang didapat dari observer satu bahwa anak-anak yang menggunakan metode Beyond Centers and Circle Time skor tertinggi 20 dan skor terendah adalah 14 dengan total skor 334 dan dari observer dua skor tertinggi mendapatkan 20 dan terendah mendapatkan 13 dengan total skor 330. Anak-anak yang menggunakan metode konvensional dari observer satu, skor tertinggi adalah 19 dan skor terendah adalah 14 dengan total skor 303. Dari observer 2 skor tertinggi adalah 16 dan skor terendah adalah 9 dengan total skor 233.
Dari hasil kesepakatan observer satu dan dua didapatkan hasil olah data bahwa metode BCCT lebih tinggi skornya untuk kemandirian anak usia pra-sekolah, yaitu skor tertinggi adalah 20 dan yang terendah adalah 15. Untuk yang menggunakan metode konvensional mendapatkan skor, yaitu skor tertinggi adalah 19 dan skor terendah adalah 12. Dengan di rata-ratakan dari kedua metode tersebut bahwa ada perbedaan kemandirian anak usia pra-sekolah dengan menggunakan metode Beyond Centers and Circle Time (BCCT) dari pada metode konvensional.
Dengan menggunakan metode BCCT, dimensi yang tertinggi yaitu dimensi emosional dengan total skor 136, dimensi tingkah laku adalah sebesar 122, dan dimensi nilai adalah sebesar 76. Dengan menggunakan metode konvensional, dimensi yang tertinggi adalah emosional dengan total skor 123, dimensi tingkah laku adalah sebesar 95, dan dimensi nilai adalah sebesar 72.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Dari hasil penelitian terhadap 38 anak pra-sekolah dengan rentang usia 5 – 6 tahun maka di peroleh hasil sebagai berikut:
1. Observer satu mendapatkan skor tertinggi 20 dan skor terendah 14 dengan total skor 334. Observer 2 mendapatkan skor tertinggi 20 dan skor terendah 13 dengan total skor 330 dengan menggunakan metode BCCT.
2. Observer satu mendapatkan skor tertinggi 19 dan skor terendah 14 dengan total skor 303. Observer 2 mendapatkan skor tertinggi 16 dan skor terendah 9 dengan total skor 233 dengan menggunakan metode konvensional.
3. Hasil dari kesepakatan dua observer adalah skor tertinggi 20 dan skor terendah 15 dengan menggunakan metode BCCT dan skor tertinggi 19 dan skor terendah 12 dengan menggunakan metode konvensional.
4. Total skor kemandirian berdasarkan dimensi dengan menggunakan metode BCCT
adalah dimensi emosional adalah sebesar 136, dimensi tingkah laku adalah sebesar 122, dan dimensi nilai adalah sebesar 76 dan menggunakan metode konvensional adalah dimensi emosional adalah sebesar 123, dimensi tingkah laku adalah sebesar 95, dan dimensi nilai adalah sebesar 72.
Saran
1. 1. Sekolah seharusnya memberikan keleluasaan kepada anak dalam pengalaman permainan agar anak tidak terlalu pasif di dalam kelas.
2. Sebagai orang tua juga harus melatih dengan pembiasaan kepada anak di kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan kemandirian anak.
3. Diharapkan penelitian ini dapat membantu untuk penelitian berikutnya, dengan metode yang berbeda sebagai pembanding. Seperti metode montessori atau metode sekolah alam.
DAFTAR PUSTAKA
Andrajati, N.H. Metode Beyond Center and Circle Time (BCCT) Dalam Membentuk Kemandirian Anak Usia Dini. Skripsi Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Pendidikan Indonesia
Arriyani, N., & Wismiarti.(2010). Panduan pendidikan sentra untuk PAUD : Sentra main peran. Jakarta : Pustaka Al-Falah.
Desmita.(2014). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Djamarah, Bahri, S., & Zain, A.(2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Gravetter, F.J., & Forzano, L.A.B.(2012). Researcher methods for the behavioral sciences. Canada : Wadsworth.
Hassibuan, J.J, & Mudjiono.(2002). Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Istiyani, D.(2013). Model pembelajaran membaca menulis menghitung (CALISTUNG) pada anak usia dini di kabupaten pekalongan. Jurnal Penelitian, 10 (1), 1-18. Kemdikbud.(2014, Juni 3). Kemdikbud Akan Kembangkan Kurikulum PAUD. Diakses
dari http://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/node/2264
Lestarini, Y.(2013). Penerapan model pembelajaran Beyond Centers and Circle Time (BCCT) untuk menigkatkan minat dan aktivitas belajar anak kelompok B TK Bumi Gora BPKBM NTB. 3.
Mutmainah.(2014). Penerapan Metode Beyond Center And Circle Time Untuk Meningkatkan Kemandirian Pada Anak Usia Dini. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Palupi, E.(2006). Pengembangan Pemahaman Konsep Calistung Melalui Metode Beyond Centers and Circles Time (BCCT) di TK Nasional KPS Balikpapan. Jurnal Pendidikan Inovatif, 2 (1).
PAUD Kemdikbud.(2013, November 20). Pendidikan Anak Usia Dini. Diakses dari http://paud.kemdikbud.go.id/article/detail/pendidikan_anak_usia_dini-2
Rahmawati, R. Perbedaan Tingkat Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Kelompok A Antara Yang Mengikuti Play Group Dan Tidak Di TK Aisyah Bustanul Athfal 3 Surabaya. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/142759892/PERBEDAAN-
TINGKAT-KEMANDIRIAN-ANAK-TAMAN-KANAK-KANAK- KELOMPOK-A-ANTARA-YANG-MENGIKUTI-PLAY-GROUP-DAN-TIDAK-DI-TK-AISYIYAH-BUSTANUL-ATHFAL-3-SURABAYA pada tanggal 3 Januari 2015
Sagala, & Syaiful.(2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Santrock, J.W.(2009). Psikologi Pendidikan (3th ed). Jakarta: Salemba Humanika. Setiani, I., & Prasetyo, A.(2014). Upaya Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui
Media Pilar Karakter 2 Pada TK B Di RA Pelangi Nusantara 02 Semarang Tahun Ajaran 2013/2014. Jurnal Penelitian PAUDIA.
Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Widowati, R. Keunggulan Metode Beyond Centers And Circle Times (BCCT) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam D TKIT Tiara Chandra Jogokaryan Yogyakarta. Diakses dari
http://digilib.uin-suka.ac.id/8682/1/RETNO%20WIDOWATI%20KEUNGGULAN%20METODE %20BEYOND%20CENTERS%20AND%20CIRCLE%20TIMES%20%28BCCT %29%20DALAM%20PEMBELAJARAN%20PENDIDIKAN%20AGAMA%20I SLAM%20DI%20TKIT%20TIARA%20CHANDRA%20JOGOKARYAN%20Y OGYAKARTA.pdf pada tanggal 10 Februari 2015