• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

9 1. Definisi Pengalaman Memaafkan

Memaafkan merupakan sebuah konsep dimana terdapat pelaku dan korban yang berada dalam sebuah konflik dan sedang berusaha menyelesaikan konflik. Konsep memaafkan dibahas di dalam literatur psikologi sebagai bentuk respon positif terhadap orang lain yang terlibat di dalam sebuah konflik. Berbagai definisi tentang memaafkan muncul dimana kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu bergerak dari posisi membenci kepada berkurangnya amarah terhadap pelaku (Cosgrove dan Konstam , 2008).

Worthington Jr. (2005) menyebutkan bahwa memaafkan adalah mengatasi kebencian terhadap pelaku, bukan dengan menyangkal perasaan tetapi dengan berusaha untuk melihat pelaku dengan kasih sayang.

Philpot (dalam Gani, 2011) menyatakan bahwa memaafkan sebagai proses yang terjadi berupa perubahan perasaan dan sikap kepada pelaku, adanya dorongan secara pribadi untuk melakukan pemaafan.

Murphy ( dalam Eisikovits , 2004) mendefinisikan memaafkan sebagai perubahan perasaan yang terjadi dengan mengatasi sikap negatif yang secara alami dirasakan saat seseorang melakukan kesalahan terhadap yang lain, berkaitan dengan rasa marah, benci dan keinginan untuk balas dendam.

(2)

Griswold (2007) juga menambahkan bahwa memaafkan sebagai mengatasi perasaan negatif yang mewujudkan kebencian, perasaan yang sangat sering menyertai kebencian, seperti penghinaan dan caci maki.

Tutu (2000) dalam bukunya yang berjudul No Future Without Forgiveness menyatakan bahwa memaafkan merupakan menghilangkan hak untuk membalas pelaku, dan menghilangkan label sebagai korban. Memaafkan juga telah ditemukan baik untuk kesehatan.

Pengalaman didefinisikan sebagai hasil dari sebuah proses yang sedang atau sudah dilalui individu yang memperngaruhi perasaannya dalam hidupnya (Cambridge Dictionary, 2017). Individu telah mengalami sebuah perubahan karena selama masa hidup banyak mengalami hal-hal yang menyebabkan adanya penyesuaian dalam menjalani kehidupan.

Dari serangkaian definisi mengenai memaafkan yang dijelaskan oleh banyak ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pengalaman memaafkan adalah hasil dari sebuah proses yang terjadi dan dialami individu berupa perubahan perasaan dan sikap kepada pelaku, adanya dorongan secara pribadi untuk melakukan pemaafan dalam hidupnya (Philpot dalam Gani, 2011).

2. Tahap - tahap Memaafkan

Memaafkan adalah sebuah proses dengan tahapan-tahapan yang dilalui seseorang dalam mengambil sebuah keputusan terkait dengan perasaannya, dalam hal ini ada perasaan negatif karena sebuah pelanggaran yang dialami. Gani (2011) dalam buku yang berjudul Forgiveness Therapy merangkum

(3)

beberapa ahli yang memiliki pandangan mengenai sebuah proses dalam memaafkan.

Luskin (dalam Gani,2011) menjelaskan bahwa ada 4 (empat) tahap dalam memaafkan, yaitu:

Tahap 1: Menyadari bahwa diri sedang penuh amarah

Individu merasa menderita dan kecewa terhadap seseorang yang menyakitinya. Individu menyalahkan pelaku dan meminta pertanggung jawaban atas ketidaknyamanan yang dirasakannya. Pada tahap ini kemarahan dan dendam sejalan dengan rasa nyeri yang sangat mendalam. Tahap 2: Menyadari bahaya dari perasaan negatif yang dimiliki

Setelah individu merasakan kekecewaan pada seseorang, individu mulai menyadari bahwa luka dan kemarahan dirasakan tidak baik bagi individu dan berakibat buruk terhadap perasaan dan kesehatan fisiknya. Pada tahap ini individu mulai menginginkan perbaikan hubungan dengan pelaku, sehingga muncul keinginan memaafkan.

Tahap 3: Memutuskan untuk melakukan tindakan yang lebih bermanfaat Individu telah merasakan hasil tindakan memaafkan, individu dapat memilih melepaskan luka batin dengan cepat. Pada tahap ini individu memilih merasakan sakit sejenak dan bertindak memperbaiki hubungan atau melepaskan cara pandangnya sebagai masalah.

Tahap 4: Memutuskan untuk bertindak proaktif

Individu telah menyiapkan dirinya untuk memaafkan lebih awal pada saat ada pemicu tertentu. Keterlibatan pikiran yang mengubah cara pandang

(4)

membantu individu untuk dapat mampu menghadapi masalah. Individu akan melakukan yang terbaik, apabila meraka melakukan kekeliruan maka butuh pemahaman untuk dapat mengatasinya. Tahap ini adalah memaafkan terlepas hal apa pun yang berkaitan dengan penyerangan tertentu.

Ada tahapan-tahapan lain yang dijelaskan oleh Enright (2011) , yaitu: Tahap 1: Mengungkapkan kemarahan, bagaimana menghindari dan menghadapinya, kemarahan dapat mempengaruhi kesehatan, kemudian melakukan perbandingan situasi yang dialami sendiri dan dialami oleh pelaku, dan melihat apakah luka yang muncul dapat memberi pengaruh terhadap kehidupan serta cara pandang mengenai dunia.

Tahap 2: Muncul keinginan untuk melakukan proses memaafkan, kemudian memutuskan untuk memberi maaf.

Tahap 3: Melakukan pemaafan dengan mencoba memahami, melakukan hal positif, menerima rasa sakit sebagai kenyataan yang terjadi dan memberi hadiah kepada pelaku dengan memaafkannya.

Tahap 4: Mendalami apa yang terjadi dengan menemukan penglaman, kebutuhan memaafkan, mengerti bahwa korban tidak sendirian, tujuan hidup dan menemukan kebebasan dalam memaafkan.

Morgan (2011) juga menjelaskan tahapan-tahapan dalam memaafkan, yaitu:

Tahap 1: Bertanya kepada diri sendiri tentang alasan mengapa kemarahan muncul, akan ada banyak jawaban yang kemudia dapat ditulis di sebuah kertas.

(5)

Tahap 2: Menuliskan hal baik yang pernah dilakukan seseorang yang melakukan kesalahan terhadap diri kita. Dapat dituliskan juga tentang kebaikan apa saja yang pernah dilakukan seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap diri kita, semisal apakah pernah menolong kita, membuat kita tersenyum bahkan menjadi sahabat kita.

Tahap 3: Menuliskan tentang apa saja yang dilakukan diri sendiri yang juga berkontribusi terhadap terjadinya konflik, apakah ada perbuatan maupun kata-kata yang menyinggung bahkan memicu terjadinya pelanggaran. Konflik terjadi juga karena ada sumbangsih dari kedua belah pihak.

Tahap 4: Merenungkan ketiga tulisan yang sudah dibuat, agar dapat mengambil keputusan dengan baik. Melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan apa yang sudah terjadi, memahami bahwa sebagai pribadi yang sama-sama belajar untuk menyesuaikan satu sama lain.

Tahap 5: Mengambil keputusan untuk memaafkan, merelakan kejadian itu berlalu tanpa meninggalkan jejak dendam dan sakit hati. Mengalami kemerdekaan batin, bahwa apa yang terjadi tidak bisa diulang dan harus belajar menjadi lebih baik.

Jadi, memaafkan membutuhkan sebuah proses dimana tidak hanya 1 tahapan saja yang dibutuhkan namun lebih dari itu memaafkan adalah sebuah pilihan. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan tahapan memaafkan menurut Luskin (dalam Gani,2011). Menurut peneliti, bahwa tahapan yang telah dijelaskan oleh Luskin menunjukkan penderitaan yang dialami korban pelanggaran dengan berusaha memahami diri dan

(6)

memutuskan untuk bertindak lebih bermanfaat hingga adanya tindakan yang proaktif.

3. Manfaat Memaafkan

Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa memaafkan juga berpengaruh pada kesehatan fisik maupun psikologis seseorang. Gani (2011) juga memaparkan setidaknya ada 15 ( lima belas) manfaat memaafkan pada kesehatan fisik dan psikologis manusia, yaitu:

1. Tekanan darah menjadi normal 2. Stres yang menurun

3. Kemarahan bisa mereda

4. Meningkatkan keterampilan pengelolaan amarah 5. Tekanan jantung menurun

6. Risiko rendah penyalahgunaan alkohol dan narkotika 7. Mengurangi gejala-gejala depresi

8. Mengurangi gejala-gejala kecemasan 9. Rasa nyeri akut menurun

10. Lebih terasa bersahabat dengan lingkungan 11. Memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain 12. Kondisi yang prima

13. Merupakan tindakan klinis yang bermanfaat pada pasien penderita darah tinggi yang mudah marah

14. Peningkatan kesehatan jiwa dan raga 15. Mengurangi nyeri punggung

(7)

Kesehatan itu penting dimiliki setiap orang agar tidak menghambat aktivitas yang dijalani. Melalui tindakan memaafkan, kita dapat memiliki kesehatan fisik dan juga psikologis yang stabil.

B. Individu Dewasa Awal

Rentang usia antara 18-40, dimana rentang usia ini memasuki usia sebagai dewasa awal. Masa transisi yang dialami seseorang dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Individu mulai dihadapkan dengan perubahan sikap dan pengetahuan yang akan semakin luas. Perubahan yang terjadi dengan sikap akan berhubungan dengan bagaimana pola pikir dan pengambilan keputusan. Perubahan pada pengetahuan menjadikan individu menjadi lebih selektif dalam menentukan apa yang seharusnya dilakukan layaknya orang dewasa.

Menurut Santrock (2002) , orang dewasa memasuki masa dimana seseorang mulai merasakan kemandirian secara ekonomi dan kemandirian dalam menentukan keputusan. Kemandirian ekonomi berarti secara finansial, seseorang sudah harus menghasilkan serta mengelola keuangan yang mereka dengan baik. Sementara itu, pengambilan keputusan adalah terkait tentang karir, nilai-nilai, keluarga, hubungan serta gaya hidup.

Sebagai seseorang yang memasuki masa dewasa awal, ada tuntutan peran yang harus dijalani bukan lagi sekedar mencari definisi diri seperti apa yang dilakukan oleh seorang remaja.

(8)

1. Ciri – ciri kematangan psikologis pada orang dewasa

Anderson ( dalam Mappiare, 1983) memaparkan bahwa kematangan yang dimiliki seseorang tidak hanya mengikuti usianya namun ada ciri-ciri khusus yang di miliki orang-orang dengan kematangan psikologis. Ada 7 orang yang memiliki kematangan secara psikologis yaitu:

a. Berorientasi pada tugas bukan pada diri atau ego ,minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendiri atau untuk kepentingan pribadi.

b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efisien, seseorang yang matang melihat tujuan yang dicapai dengan jelas dan mendefinisikannya secara cermat, tahu mana yang pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya.

c. Mengendalikan perasaan pribadi, seseorang yang matang dapat mengendalikan perasaannya sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaannya dalam mengerjakan sesuatu dan tidak mementingkan diri sendiri serta melihat perasaan orang lain. d. Keobjektifan orang yang matang yaitu berusaha mencapai

keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan. e. Menerima kritik dan saran serta realistis, paham bahwa dirinya

tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya.

(9)

f. Pertanggungjawaban terhadap usaha pribadi, menerima bantuan orang lain karena tahu bahwa tidak semua hal mengenai usahanya dapat dimengerti sendiri namun tetap bertanggung jawab penuh secara pribadi terhadap usaha yang dilakukan. g. Penyesuaian yang realistis terhadap seseorang yang mampu

secara flexibel menempatkan diri pada lingkungan yang baru dan situasi yang baru.

Sebagai seseorang yang memasuki tahap dewasa awal, individu memiliki tanggungjawab baru serta rencana-rencana dalam hidupnya. Karakteristik individu yang diharapkan adalah mampu menghadapi masalah dengan baik, memahami dirinya di segala kondisi , memiliki mental yang sehat serta dapat memiliki prioritas perilaku mana yang harus ada dan dihilangkan. Hal ini membutuhkan proses perubahan yang tidak sebentar, salah satu cara memiliki mental yang sehat adalah dengan memaafkan.

Perubahan yang dialami menuntut adanya kematangan yang dimiliki secara psikologis, dimana individu dapat melihat dunia yang dihadapi sebagai orang dewasa yang layaknya matang secara psikologis.

2. Individu yang Berfungsi Sepenuhnya

Individu yang berfungsi sepenuhnya merupakan individu yang sehat secara mental. Kesehatan mental tersebut juga dipicu dengan beberapa hal, yang mana dapat menggambarkan apa yang seharusnya dilakukan oleh individu yang mentalnya sehat. Tujuannya adalah orientasi terhadap masa depan yang dimiliki masing-masing individu, sehingga dapat dikatakan

(10)

bahwa aktualiasasi diri merupakan proses yang terus berlangsung sepanjang hidup. Rogers ( dalam Schulzt , 1991) menjelaskan bahwa individu yang bermental sehat dapat memliki kriteria sebagai berikut :

1. Keterbukaan terhadap Pengalaman yaitu membuat individu terbebas dari syarat penghargaan serta bebas untuk menentukan perasaan dan sikap. Tidak ada kewajiban untuk membentengi diri dari hal apapun karena tidak mengancam. Individu menjadi fleksibel karena tidak hanya menerima pengalaman kehidupan namun juga dapat membuka kesempatan baru tentang persepsi dan ungkapan.

2. Kehidupan Eksistensial yaitu individu yang memaknai setiap pengalaman sebagai sesuatu yang baru dan segar. Individu yang berfungsi sepenuhnya tidak akan memanipulasi pengalamannya sehingga bebas merasakan pengalamannya dengan baik.

3. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri yaitu individu bisa bertingkah laku dengan apa yang dirasa benar. Adanya kebebasan dan spontanitas dalam bertindak, individu memilih jalan masuk ke seluruh informasi yang ada dan membuat keputusan.

4. Perasaan Bebas yaitu individu mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.Tanpa adanya hambatan atau rintangan antara pikiran dan tindakan mereka.Individu berkuasa atas dirinya dan yakin bahwa masa depan tergantung dari keputusan, bukan dikendalikan apa yang sudah di masa lampau.

(11)

5. Kreativitas yaitu dapat dikatakan individu yang penuh dapat menemukan kebebasan. Individu yang benar-benar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan merasakan pengalaman baru. Mereka dapat berkembang dan bertumbuh sebagai bentuk respon atas stimulus yang bervariasi dalam kehidupan mereka.

3. Pengalaman Memaafkan pada Individu Dewasa Awal

Individu dewasa awal memasuki dunia baru sebagai seseorang yang memulai dari awal pergaulannya, tugas perkembangannya bahkan secara sosio-emosi individu dewasa awal sudah mulai menetapkan pilihan untuk berkembang menajdi pribadi yang baru dan siap untuk menghadapi apapun yang terjadi. Individu dewasa awal di dalam pergaulannya akan mulai menghadapi adaptasi pada lingkungan baru dengan cara yang lebih baik dar seorang remaja, menetapkan nilai-nilai yang dipegang dalam hidupnya.

Dalam pergaulan dengan orang lain, gesekan pasti dialami siapapun. Hal tersebut juga dialami individu dewasa awal, seperti pada umumnya konflik dialami orang lain. Individu dewasa awal menemui konflik, menemukan perbedaan serta ketidakcocokan dalam dunia yang dihadapinya. Pada saat mengalami konflik sebagai seseorang yang memasuki masa sebagai orang dewasa, individu dewasa awal juga dituntut mengambil keputusan mengenai konflik yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan tugas perkembangan sebagai orang dewasa dan kematangan psikologis yang dimiliki. Seperti salah satu ciri kematangan yang dimiliki adalah mengendalikan perasaan diri sendiri (Anderson, dalam

(12)

Mappiare 1983), yaitu individu dewasa awal sebagai orang dewasa diharapkan dapat mengendalikan perasaanya saat menghadapi konflik. Pribadi yang matang seharusnya bisa mengendalikan perasaan saat menghadapi konflik, karena sikap seperti itu yang menjadi salah satu bentuk sikap yang dapat meredam hal-hal negatif yang mungkin muncul dari konflik tersebut.

Seseorang yang mengalami konflik, sebagai pribadi yang matang diharapkan dapat mengatasi perasaan negatif yang akan dan bahkan sedang muncul. Rogers ( dalam Schultz,1991) percaya bahwa pribadi yang berfungsi sepenuhnya dapat menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan drasti dalam kondisi-kondisi lingkungan dan memiliki kreatifitas dan spontanistas untuk menanggulangi perubahan-perubahan traumatis sekalipun. Dalam hal ini pribadi yang sehat akan menghadapi konflik dengan baik. Salah satu cara menghadapi konflik sebagai pribadi yang sehat adalah dengan memaafkan.

Worthington (2005) menjelaskan bahwa memaafkan adalah mengatasi kebencian terhadap pelaku, bukan dengan menyangkal perasaan tetapi dengan berusaha untuk melihat pelaku dengan kasih sayang. Seseorang yang mengalami konflik cenderung memandang orang lain yang terlibat konflik dengannya dengan cara yang salah. Perasaan marah, benci bahkan kesal muncul dan dapat memicu keinginan seseorang untuk membalas dendam demi kepuasan pribadi. Individu dewasa awal dalam menghadapi

(13)

konflik diharapkan mampu menajdi pribadi yang sehat dengan mengambil keputusan-keputusan jitu terkait perasaannya yang dimiliki.

Luskin (dalam Gani,2011) menjelaskan bahwa pada tahap awal yaitu menyadari bahwa diri sedang penuh amarah. Seseorang menyadari bahwa sedang memiliki amarah karena konflik. Pada tahap selanjutnya yaitu tahap dimana seseorang menyadari bahaya dari perasaan negatif yang dimiliki. Tahap selanjutnya adalah tahap dimana seseorang memutuskan untuk melakukan tindakan yang lebih bermanfaat, setelah menyadari bahaya dari perasaan negatif yang dimiliki. Tindakan-tindakan yang dilakukan bersifat konstruktif. Setelah itu pada tahap terakhir , seseorang memutuskan untuk bertindak proaktif yaitu seseorang sudah mulai memikirkan hal-hal apa yang dapat dilakukan agar kedepannya dapat mengatasi perasaan dengan baik saat menghadapi konflik.

A. Pertanyaan Penelitian 1. Central Question

“Bagaimana pengalaman individu dewasa awal dalam hal memaafkan orang lain?“

2. Sub Question

a) Tahap 1 : Kesadaran bahwa diri dipenuhi kemarahan

i. Ceritakan pengalaman yang anda lalui saat anda mengalami sulit memaafkan

(14)

iii. Siapa saja yang terlibat dalam masalah tersebut (seperti apa hubungan masing-masing sebelum muncul masalah)?

iv. Apa yang anda pikirkan saat itu tentang masalah yang di hadapi? v. Apa yang anda rasakan saat itu tentang masalah yang dihadapi? vi. Apa yang anda pernah lakukan saat itu terkait masalah yang

dihadapi?

vii. Adakah kerugian-kerugian yang anda rasakan terkait munculnya masalah tersebut?

b) Tahap 2: Kesadaran perasaan yang dialami berbahaya bagi diri sendiri i. Bagaimana proses memaafkannya?

ii. Mengapa anda memilih untuk memaafkan? iii. Kapan anda mulai berpikir untuk memaafkan? c) Tahap 3: Memilih tindakan yang lebih bermanfaat

i. Berapa lama waktu yang dibutuhkan di dalam proses memaafkan? ii. Apakah ada orang lain yang mendorong untuk memaafkan?

iii. Siapa saja yang terlibat dalam proses memaafkan (seperti apa hubungan masing-masing pada saat itu)?

iv. Apa saja yang anda pikirkan dan rasakan saat itu tentang perilaku memaafkan?

v. Apa saja yang anda lakukan untuk memaafkan? d) Tahap 4: Mengambil tindakan proaktif

i. Bagaimana keadaan anda setelah memaafkan, pikiran dan perasaan serta hubungan dengan orang yang menyakiti anda?

(15)

ii. Kapan tindakan memaafkan itu benar-benar anda lakukan? iii. Siapa saja yang anda beritahu kalau anda telah memafkan?

iv. Apa saja pikiran dan perasaan yang muncul setelah tindakan memaafkan?

v. Perilaku apa saja yang muncul setelah tindakan memaafkan (yang sebelumnya tidak bisa dilakukan)?

Referensi

Dokumen terkait

Suatu kendala yang dihadapi pihak Toko Marsudin Sagala dalam mengembangkan usaha bisnis barang pecah belah adalah persaingan. Bahwa dalam menjalankan usahanya pihak

Keempat tolok ukur tersebut adalah (1) nebis in idem dengan Putusan MK yang terdahulu yakni Putusan MK Nomor 003/PUU- IV/2006; (2) munculnya ketidakpastian hukum ( legal

Pencucian (washing) dan penyaringan (screening) dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan material-material yang tidak diinginkan yang terdapat di dalam pulp dan dapat

(3) Perusahaan perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yang menjalankan usaha di bidang dan/atau yang berkaitan langsung dengan sumber daya alam

Kajian ini memiliki tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan representasi verbal, matematik, gambar, dan grafik siswa setelah diterapkan model pembelajaran

• Langkah kebijakan yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh Dinas Perhubungan dan Transportasi Provinsi DKI Jakarta dalam penataan angkutan penyeberangan Kepulauan Seribu

Tabel 10 : Parameter Pemilihan Jenis Distribusi Sebaran Curah Hujan.. No Jenis Syarat Hasil

Adapun penelitian terdahulu yang menggunakan dua metode tersebut pada data microarray yaitu prediksi waktu tahan hidup pasien penyakit jantung koroner dengan