• Tidak ada hasil yang ditemukan

Regurgitasi katup mitral (mitral regurgitation/mr) Regurgitasi katup mital merupakan akibat dari abnormalitas struktur annulus mitral, katup, korda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Regurgitasi katup mitral (mitral regurgitation/mr) Regurgitasi katup mital merupakan akibat dari abnormalitas struktur annulus mitral, katup, korda"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Regurgitasi katup mitral (mitral regurgitation/MR)

Regurgitasi katup mital merupakan akibat dari abnormalitas struktur annulus mitral, katup, korda tendinea, atau otot papilaris. Beberapa penyebab dari MR ini yaitu:

Degenerasi myxomatosa, dapat menyebabkan pembesaran katup sehingga katup menggelembung ke dalam atrium kiri selama fase sistolik

Demam rheumatic, menyebabkan pemendekan korda tendinea dan retraksi katup Kardiomyopati hipertrofi obstruktif, dapat mencegah penutupan katup secara normal

Kalsifikasi annulus mitral, dapat terjadi karena penuaan namun lebih umum ditemukan pada individu yang memiliki hipertensi, diabetes, atau penyakit ginjal stadium akhir. Kalsifikasi ini dapat menyebabkan abnormalitas dari pergerakan normal annulus dan mengurangi mobilisasi pergerakan dasar katup, sehingga mengganggu penutupan selama sistolik

Penyakit jantung iskemi, yang menyebabkan terbentuknya jaringan parut, atau terjadinya disfungsi otot papilaris yang dapat mengganggu penutupan katup

Pembesaran ventrikel kiri yang menyebabkan pemisahan antarotot papilaris dan peningkatan diameter dari lubang katup

Penggunaan kombinasi obat fenfluramin dan ferntermin yang menyebabkan pembentukan dan penebalan plak pada katup jantung

Pada MR, terjadi pendorongan stroke volume dari ventrikel kiri menuju aorta dan atrium kiri selama fase sistolik. Karena ada volume yang didorong bukan menuju aorta, curah jantung menjadi menurun.1Karena adanya penurunan ini, tubuh mengkompensasi dengan menambah kontraksi pada ventrikel supaya afterload kembali ke normal. Namun, peningkatan kontraksi ini menyebabkan jumlah volume regurgitasi bertambah, yang menambah volume darah pada ventrikel kiri tanpa memperbaiki curah jantung.2Akibatnya, terjadi peningkatan volume dan tekanan atrium kiri dan peningkatan tekanan volume darah akibat penumpukan darah normal sirkulasi dan darah hasil regurgitasi. Adanya penurunan curah jantung menimbulkan tubuh berkompensasi dengan menaikkan stroke volume (SV), dengan cara mengurangi end systolic volume (ESV). Pengurangan ini dilakukan berdasarkan hukum Frank Starling, di mana ketika terjadi peningkatan volume darah dalam ventrikel, ventrikel tersebut akan berdilatasi dan berkontraksi lebih kuat lagi, sehingga terjadi penurunan ESV dan peningkatan SV.

Beratnya MR dan perbandingan antara curah jantung dengan volume regurgitasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

- Ukuran orifisium mitral selama regurgitasi

- Gradien tekanan sistolik antara ventrikel dan atrium kiri - Resistensi vaskular sistemik

- Adaptasi atrium kiri

- Durasi regurgitasi setiap fase sistolik

Pada MR akut, seperti pada ruptur korda tendinea yang tiba-tiba, adaptasi atrium kiri hanya menimbulkan sedikit kompensasi pada perubahan yang tiba-tiba. Karena itu, atrium kiri terkena tekanan yang tinggi dan berdampak juga pada sirkulasi pulmonal, yang menyebabkan adanya kongesti pulmonal cepat dan edema paru, yang merupakan suatu keadaan emergensi. Kemudian, ventrikel kiri mengalami peningkatan volume, yang menyebabkan meningkatnya SV berdasarkan hukum Frank-Starling.1 MR akut dapat terjadi akibat infark myokard yang menyebabkan rupturnya korda tendinea, endokarditis infektif, atau trauma pada dinding jantung. Selain itu, MR akut juga dapat terjadi selama periode penyakit jantung iskemi dan angina pektoris.2

(2)

Pada MR kronik, terjadi dilatasi atrium kiri akibat kompensasi MR yang mengurangi efek regurgitasi pada sirkulasi pulmonal. Dilatasi ini menyebabkan peningkatan volume tanpa peningkatan tekanan. Namun, hal ini dapat mengurangi curah jantung karena ventrikel memompa darah yang lebih bergerak ke atrium yang memiliki tekanan yang lebih rendah dibandingkan aorta. Hal tersebut menimbulkan gejala klinis berupa kelelahan dan fibrilasi atrium akibat dilatasi atrium kiri.1

Beberapa penyebab dari MR kronik yaitu:2

penyakit rheumatic, menyebabkan deformitas dan pengerasan katup dan penyatuan komisura katup. Selain itu, terdapat pemendekan, kontraksi, dan fusi dari korda tendinea.

prolapsis katup mitral kalsifikasi annulus mitral defek katup kongenital

kardiomyopati hipertrofik obstruktif (HOCM), menyebabkan abnormalitas pada otot papilaris anterior

kardiomyopati yang berdilatasi fibrosis akibat infark myokard

Ventrikel kiri juga mengalami dilatasi akibat kompensasi terhadap peningkatan volume darah. Namun, peningkatan ini kembali dikompensasi menurut hukum Frank-Starling sehingga SV meningkat. Jika MR kronik ini terus berlanjut, dapat terjadi penurunan fungsi sistolik, penurunan curah jantung, dan menyebabkan gagal jantung.

Tanda dan gejala pada MR yaitu: Edema paru

Penurunan curah jantung, terutama saat aktivitas fisik, dan disertai dengan kelelahan dan kelemahan. Hal ini terjadi pada MR kronik

Dispnea, orthopnea, atau paroxysmal nocturnal dyspnea, yang biasanya terdapat pada pasien dengan MR kronik yang berat dan disfungsi ventrikel kiri

Gejala-gejala gagal jantung pada MR kronik yang berat Pemeriksaan pada MR meliputi:

Pemeriksaan fisik

Murmur holosistolik, atau pansistolik, yang menyebar hingga ke aksila, yang biasanya terdapat pada MR akibat demam rheumatic. Namun, pada MR dengan disfungsi otot papilaris, murmur tersebut dapat terdengar paling jelas sepanjang garis sternal kiri atau di daerah aorta

Pada MR akut yang berat, murmur sistolik bersifat decresendo, yang menggambarkan adanya keseimbangan antara tekanan ventrikel dan atrium kiri saat sistolik

Terdapat denyut S3, yang menggambarkan adanya peningkatan volume darah yang menuju ventrikel kiri pada diastolik awal

Pada MR kronik, terdapat pulsasi apeks jantung yang biasanya dapat teraba di sekitar aksila karena adanya pembesaran ventrikel kiri

Pemeriksaan penunjang

Chest radiograph, menunjukkan adanya edema paru pada MR akut, sedangkan pada MR kronik, menunjukkan adanya pembesaran atrium dan ventrikel kiri tanpa keterlibatan sirkulasi pulmonal EKG, menunjukkan adanya pembesaran atrium kiri dan tanda hipertrofi ventrikel kiri pada MR

(3)

kronik

Ekokardiografi dapat digunakan untuk mencari sebab dari MR dan menentukan derajat MR menggunakan ekokardiografi Doppler. Selain itu, dapat juga ditentukan ukuran dan fungsi dari ventrikel kiri

Kateterisasi jantung, yang berguna untuk mengidentifikasi penyebab iskemi koroner dan menentukan derajat MR.2

Foto polos jantung, yang memperlihatkan pembesaran dari atrium dan ventrikel kiri pada MR kronik. Terdapat kongesti vena pulmonal, edema interstitial, dan adanya garis Kerley B. Kalsifikasi dapat terlihat, terutama pada pasien dengan MS dan MR yang lama. Kalsifikasi yang terdapat pada annulus mitral terlihat pada proyeksi lateral.2

Terapi yang diberikan pada pasien MR bertujuan untuk memperbaiki curah jantung, mengurangi regurgitasi, dan memperbaiki edema pulmonal. Pada MR akut, dapat diberikan:

Diuretik IV à memperbaiki edema pulmonal

Vasodilator (Na nitroprussida) à memperbaiki curah jantung1 Warfarin à memperbaiki fibrilasi atrial

pengobatan untuk menangani gagal jantung, seperti diuretik, beta-bloker, ACE-I, dan digitalis, dapat menangani MR yang terdapat kardiomyopati2

Sedangkan, pemberian vasodilator pada MR kronik tidak disarankan karena tidak memberikan prognosis yang baik. Karena MR kronik dapat menyebabkan gangguan fungsi kontraktilitas jantung dan gagal jantung, disarankan penanganan dengan pembedahan katup mitral. Pembedahan ini termasuk:

Perbaikan katup mitral (mitral valve repair), yaitu rekonstruksi katup mitral yang menyebabkan regurgitasi, seperti penyambungan kembali daun katup ke annulus mitral, atau penyambungan korda tendinea

Penggantian katup mitral (mitral valve replacement) Prolapsis katup mitral (Mitral valve prolapse/MVP)

Prolapsis katup mitral, yang disebut juga kelemahan katup mitral, katup mitral myxomatosa, atau sindrom Barlow, merupakan menggelembungnya katup mitral ke atrium kiri selama fase sistolik. Prolapsis ini selain disebabkan oleh insufisiensi katup mitral, juga dapat disebabkan oleh stenosis. Penyakit MVP biasanya merupakan kelainan autosom dominan primer atau merupakan penyakit sekunder dari penyakit dengan kelainan jaringan ikat, seperti pada sindrom Marfan atau sindrom Ehler-Danlos.1 Penyakit ini juga berkaitan dengan deformitas toraks, yang disebut sindrom straight back. Selain itu, penyebab lain yaitu demam rheumatik akut, penyakit jantung iskemik, dan kardiomyopati.2

Katup mitral, terutama katup posterior, mengalami pembesaran. Terjadi fragmentasi dari matriks kolagen dan elastin, dan digantikan oleh jaringan ikat (degenerasi myxomatosa). Selain itu, terjadi juga pemanjangan korda tendinea, pembesaran annular fibrosis, atau penebalan katup.1 Terdapat peningkatan tekanan pada otot papilaris, yang dapat menyebabkan difungsi dan iskemi otot papilaris. Hal ini dapat menyebabkan disfungsi ventrikel yang digambarkan dengan aritmia ventrikel. Selain itu, ruptur dari korda tendinea, dilatasi annular mitral, dan kalsifikasi, juga bisa mendorong terjadinya MVP karena peningkatan tekanan pada katup mitral.2

Sebagian besar pasien asimtomatik, namun beberapa gejala yang dapat ditemui yaitu:2

- Aritmia ventrikel, yaitu kontraksi prematur ventrikel, takikardi supraventrikular paroxymal, dan takikardi ventrikular, yang menyebabkan palpitasi, perasaan melayang, dan sinkop

(4)

- Adanya nyeri dada yang lama, berada di substernal

Berdasarkan pemeriksaan fisik, dapat ditemukan suara ‘klik’ pada midsistolik dan murmur pada fase sistolik akhir yang terdengar paling jelas pada apeks jantung. Suara ‘klik’ tersebut diakibatkan oleh tekanan tiba-tiba pada katup mitral atau korda tendinea ketika katup ditekan ke arah atrium kiri, sedangkan suara murmur diakibatkan oleh aliran regurgitasi yang melalui katup yang insufisiensi. Suara ‘klik’ dan murmur ini dapat berubah dengan perubahan posisi pada auskultasi. Pada posisi berbaring yang cepat, terjadi peningkatan venous return yang menyebabkan peningkatan volume pada ventrikel kiri sehingga memperlambat terjadinya prolaps. Hal ini menyebabkan kedua bunyi itu muncul terlambat, jauh dari bunyi S1. Sedangkan, pada posisi berdiri tiba-tiba, prolaps terjadi lebih cepat sehingga kedua bunyi tersebut muncul lebih awal pada sistol, yaitu dekat S1.

Pemeriksaan penunjang yang dapat menegakkan diagnosis dari MVP yaitu: EKG: adanya gelombang T yang bifasik atau inversi pada lead II, III, dan aVF2

Ekokardiografi:dapat memperlihatkan kelainan dari katup mitral yang sedang menutup ketika fase sistolik1

Penatalakanaan dari MVP ini yaitu:2

Antibiotik profilaksis untuk mengatasi endokarditis infektif

Beta blockers untuk mengatasi nyeri dada dan mengurangi palpitasi

Agen antiplatelet (aspirin) pada pasien dengan serangan iskemi, jika tidak bekerja, dapat digunakan antikoagulan (warfarin)

Komplikasi dari penyakit MVP ini yaitu: Adanya regurgitasi mitral

Ruptur korda tendinea Edema pulmonal Endokarditis infektif Emboli perifer

Aritmia atrial atau ventrikular1

Terdapat risiko kematian mendadak, namun jarang terjadi dan biasanya terdapat pada MR berat dan gangguan fungsi ventrikel kiri yang berat

Emboli dari katup mitral yang menyebabkan iskemi serebral2

Regurgitasi katup aorta (aortic regurgitation/AR) Terdapat dua penyebab utama dari AR, yaitu:

Abnormalitas pada katup aorta, yang terdiri atas abnormalitas kongenital, endokarditis, dan penyakit rheumatic.1 Penyakit rheumatic dapat menyebabkan penebalan, deformitas, dan pemendekan katup aorta, sehingga mennyebabkan stenosis maupun insufisiensi aorta. Selain itu, kelainan kongenital yang menunjukkan adanya fenestrasi dari katup aorta juga dapat menimbulkan AR yang ringan. Prolaps katup aorta dapat menyebabkan AR kronik yang progresif, dan biasanya terdapat pada VSD atau degenerasi myxomatosa.2

Endokarditis infektif dapat menimbulkan deformasi katup, perforasi, atau erosi katup. Penyakit sifilis dapat menyebabkan jaringan parut pada katup dan terdapat retraksi. Ankylosing spondilitis dapat menyebabkan AR karena mempengaruhi dinding aorta.

(5)

aorta, ekstasia annuloaortikus, dan sifilis.1Dilatasi aorta dapat menyebabkan AR, yang menyebabkan pelebaran annulus aortikus dan pemisahan katup aorta. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan dilatasi aorta yaitu degenerasi kistik medial pada aorta asendens, dilatasi aorta idiopatik, ekstasia annuloaortikus, osteogenesis imperfecta, hipertensi berat.2

Regurgitasi aorta terjadi setiap fase sistolik, sehingga jumlah darah yang harus dipompa ventrikel kiri menjadi bertambah, karena ventrikel kiri juga menanggung beban darah yang regurgitasi. Akibat dari bertambahnya volume darah ini, terjadi kompensasi hemodinamika oleh tubuh berdasarkan hukum Frank-Starling. Beratnya AR ini bergantung pada tiga hal, yaitu ukuran dari lubang katup aorta yang insufisiensi, tekanan dari aorta selama fase diastolik, dan durasi dari diastolik.

Terdapat dua jenis AR, yaitu AR akut dan kronik. Pada AR akut, ukuran ventrikel kiri normal, namun adanya pertambahan volume darah dari regurgitasi menyebabkan peningkatan tekanan diastolik pada ventrikel. Tekanan tersebut mempengaruhi atrium kiri dan trunkus pulmonal, yang menyebabkan dispnea dan edema pulmonal. Biasanya, AR akut yang berat merupakan indikasi dari pembedahan yang membutuhkan penggantian katup segera.

Pada AR yang kronik, terdapat respon adaptasi dari ventrikel kiri sehingga regurgitasi dapat berjalan lebih lama. Respon tersebut berupa dilatasi dan hipertrofi ventrikel. Dilatasi tersebut dapat meningkatkan volume ventrikel kiri sehingga dapat menerima volume regurgitasi dengan sedikit peningkatan tekanan diastolik. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya tekanan pada atrium kiri dan trunkus pulmonal. Karena terjadi peningkatan kapasitas volume ventrikel, tekanan pada aorta saat diastolik berkurang, namun terjadi peningkatan tekanan sistolik karena stroke volume ventrikel kiri meningkat. Kombinasi peningkatan tekanan sistolik dan penurunan tekanan diastolik mengakibatkan besar tekanan pulsasi meningkat, yang merupakan gejala dari AR kronik. Akibat penurunan tekanan diastolik, perfusi arteri koroner menjadi berkurang, yang dapat menyebabkan penurunan suplai oksigen ke myokardium. Kombinasi ini dengan peningkatan ukuran ventrikel dapat menyebabkan angina.

Tanda dan gejala dari AR kronik biasanya tidak terlihat akibat adanya kompensasi yang dilakukan. Namun, beberapa gejala yang sering ditemukan yaitu:

Dispnea pada aktivitas Kelelahan

Penurunan toleransi aktivitas fisik

Sensasi yang tidak nyaman karena palpitasi Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu:

Pemeriksaan fisik; dapat ditemukan beberapa tanda, yaitu:

Peningkatan dan penjalaran tekanan pulsasi, yang memiliki banyak versi yaitu: Pulsasi Bisferiens: pulsasi sistolik ganda pada arteri karotid atau brakialis Pulsasi Corrigan: pulsasi “palu air” dengan adanya kolaps atau distensi Tanda de Musset:

Tanda Duroziez: Murmur to-and-fro­yang dapat terdengar pada auskultasi arteri femoralis dengan penekanan stetoskop yang ringan (ipd)

Tanda Hill: tekanan sistolik pada popliteal lebih tinggi 60mmHg dari tekanan sistolik brakialis Tanda Muller: adanya pulsasi sistolik pada uvula

Tanda Quincke: adanya pulsasi kapiler yang terlihat pada bibir atau bantalan kuku proksimal Tanda Traube: auskultasi pada arteri femoralis yang seperti tembakan pistol

(6)

Adanya murmur pada diastol awal sepanjang garis sternum kiri, dan terdengar lebih jelas saat pasien berbaring dan setelah ekspirasi.

Adanya murmur Austin Flint, yaitu murmur pada middiastolik yang memiliki frekuensi rendah dan terdengar pada apeks kardia; adanya murmur ini sebagai akibat dari aliran turbulen yang melalui katup mitral selama fase diastol. Bunyi murmur ini dapat dibedakan dari murmur pada regurgitasi mitral karena pada AR, tidak terdapat opening snap

Pemeriksaan penunjang, yaitu: Elektrokardiogram (EKG)

hasil EKG pada AR berat menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri. Selain itu, terdapat depresi segmen ST dan inversi gelombang T pada lead I, aVL, V5, dan V6. Terdapat left axis deviation atau pemanjangan kompleks QRS.2

Chest radiograph Echokardiografi Doppler

Teknik ini dapat mendeteksi penyebab dari AR, seperti dilatasi annulus aortikus dan diseksi aorta. Selain itu, dapat dideteksi adanya penebalan dari katup aorta. Pemeriksaan ekokardiografik Doppler dapat membantu menentukan derajat penyakit AR melalui penilaian volume regurgitasi, fraksi regurgitasi, dan melihat arah kembali darah aorta yang mengalami regurgitasi pada fase diastolik.

Kateterisasi jantung

Kateterisasi pada jantung dengan kontras angiografi dapat berguna untuk menilai status regurgitasi dan fungsi ventrikel kiri.

Foto polos jantung

Hasil foto polos menunjukkan adanya penurunan dan penggeseran apeks kordis menjadi ke arah kiri. Pada proyeksi anterior oblik kiri dan lateral, ventrikel menjadi ke arah posterior dan berada dekat vertebra. Pada kasus penyakit dinding aorta, terdapat dilatasi aneurisma pada aorta, dan aorta terlihat memenuhi ruang retrosternal pada proyeksi lateral. Pemeriksaan ekokardiografi dan CT lebih sensitif dalam deteksi pembesaran aorta.

Namun, kerusakan dari ventrikel kiri tetap berlanjut yang dapat menyebabkan disfungsi sistolik, yang dapat menyebabkan penurunan curah jantung dan peningkatan tekanan pada atrium kiri dan trunkus pulmonal. Pada saat ini, pasien biasanya menunjukkan gejala gagal jantung.

Penanganan yang dapat dilakukan pada pasien AR yaitu:

AR kronik yang asimptomatik, dilakukan pemeriksaan periodik terhadap fungsi ventrikel kiri, biasanya dilakukan dengan ekokardiografi

antibiotik profilaksis untuk menghindari endokarditis

vasodilator yang dapat mengurangi afterload pada AR asimptomatik yang berat dan untuk mempertahankan fungsi ventrikel kiri; vasodilator yang dapat diberikan yaitu CCB dan ACE-I penanganan bedah, biasanya diindikasikan untuk AR berat, baik simtomatik maupun asimtomatik, dan memiliki fungsi ventrikel kiri yang menurun. Pembedahan ini bertujuan untuk menghindari penurunan fungsi yang progresif.1Pembedahan biasanya dilakukan untuk mengurangi regurgitasi dengan cara mengganti katup aorta menjadi katup prostetik atau biosintesis, memotong aneurisma yang membuat dilatasi aorta dan menggantinya dengan pembuluh buatan.2

Regurgitasi katup trikuspidalis (tricuspid regurgitation/TR)

Regurgitasi katup trikuspidalis biasanya muncul akibat pembesaran ventrikel kanan dan bukan karena penyakit katup primer. Beberapa penyebab dari regurgitasi katup trikuspidalis yaitu:1

(7)

Demam rheumatic; 80% pasien demam rheumatic memiliki TR fungsional akibat hipertensi pulmonal dengan pembesaran ventrikel kanan, sedangkan 20%nya memiliki TR organik karena kelainan pada katup trikuspid akibat inflamasi dari rheumatic tersebut

Sindrom karsinoid, merupakan tipe tumor yang biasanya terdapat pada usus kecil atau apendiks dan bermetastasis hingga ke liver. Tumor ini melepaskan metabolit serotonin yang dapat membentuk plak endokardial di bagian kanan jantung. Jika plak tersebut mengenai katup trikuspid, dapat terjadi imobilisasi katup, dan dapat berujung pada TR atau stenosis trikuspid

Umumnya, regurgitasi katup trikuspidalis bersifat fungsional dan sekunder terhadap dilatasi dari annullus trikuspid. TR yang bersifat fungsional dapat menyebabkan pembesaran ventrikel kanan. TR biasanya terdapat pada fase akhir gagal jantung akibat demam rheumatik atau penyakit jantung kongenital yang disertai hipertensi pulmonal. Demam rheumatik dapat menyebabkan TR primer/organik dan berhubungan dengan stenosis trikuspid. Selain itu, keadaan yang menyebabkan TR yaitu infark otot papilaris ventrikel kanan, prolaps katup trikuspid, penyakit jantung karsinoid, fibrosis endomyocardial, endokarditis infektif, dan trauma. Penyakit malformasi Ebstein yang menunjukkan adanya defek pada kanal atrioventrikularis juga dapat menyebabkan TR walaupun tidak sering.

Gejala klinis pada TR biasanya merupakan akibat dari kongesti vena sistemik dan reduksi curah jantung. Terdapat pulsasi ventrikel kanan pada daerah parasternal kiri dan terdapat murmur holosistolik sepanjang garis sternal kiri, yang menjadi lebih jelas saat inspirasi dan berkurang selama ekspirasi.2

Berdasarkan pemeriksaan TR yang dilakukan, dapat ditemukan beberapa hasil yaitu: Tekanan tinggi pada vena jugularis

Liver yang teraba pulsasinya karena regurgitasi darah dari ventrikel kanan menyebabkan peningkatan tekanan di vena sistemik

Murmur sistolik yang terdengar pada batas sternal kiri bawah, biasanya terdengar pelan tapi menjadi keras ketika inspirasi1

EKG menunjukkan perubahan akibat pembesaran ventrikel kanan, seperti infark myokard dinding inferior, yang dapat menyebabkan TR

Ekokardiografi dapat menunjukkan adanya dilatasi ventrikel kanan dan katup trikuspid yang mengalami prolaps, scarring, atau abnormalitas letak katup. Ekokardiografi Doppler dapat digunakan untuk menentukan derajat TR2

Terapi untuk menangani TR bertujuan untuk menangani kondisi peningkatan ukuran atau tekanan ventrikel kanan, yang dapat diatasi dengan pemberian obat diuretik. Penanganan dengan pembedahan dilakukan pada keadaan yang berat.1 TR yang tidak memiliki hipertensi pulmonal, seperti yang terjadi pada endokarditis infektif atau trauma, biasanya dapat sembuh tanpa pembedahan.

Pada pasien dengan penyakit katup mitral dan TR akibat adanya hipertensi pulmonal dan pembesaran ventrikel kanan, penanganan dengan pembedahan pada katup mitral dapat mengurangi tekanan pulmonal dan mengurangi terjadinya TR. Pada TR yang berat dengan adanya kelainan primer pada katup, dapat dilakukan annuloplasti trikuspidalis (teknik memasukkan cincin plastik ke dalam katup), perbaikan katup trikuspid terbuka, atau penggantian katup trikuspid.2

Regurgitasi katup pulmonalis

(8)

merupakan akibat dari dilatasi cincin katup karena pembesaran arteri pulmonalis. Dari pemeriksaan auskultasi, dapat ditemukan adanya murmur drescendo sepanjang garis sternum kiri, namun bunyi ini juga terdapat pada regurgitasi aorta sehingga pembedaannya dilakukan dengan echokardiografi Doppler.

disusun oleh Elisabet Lana

Daftar pustaka:

Edwards MM, O ’ Gara PT, Lilly LS. Valvular Heart Disease. Dalam: Lilly LS, editor. Patophysiology of Heart Disease. Ed ke-4. Philadelphia: Lippincott; 2007; h.203-216.

Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Ed ke-17. Philadelphia: McGraw-Hill; 2008.

Bergabunglah bersama Medicinesia untuk dapatkan artikel-artikel terbaru kami!

Artikel Terkait:

Patent Ductus Arteriosus Pada janin, sebagian besar darah arteri pumonalis mengalir melalui duktus„

Denyut dan Siklus Jantung Ekspansi alternatif dan recoil arteri elastik sesudah sistol ventrikel kiri„

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Kardiovaskular apa yang akan dokter periksa saat pasien dicurigai mengalami kelainan„

Sianosis Kardiovaskular Sianosis adalah suatu keadaan di mana kulit dan membran mukosa„ Penatalaksanaan Penyakit Jantung Bawaan Dampak penyakit jantung bawaan terhadap angka kematian bayi dan anak„

Bantu sebarkan pengetahuanEmailGoogle+TwitterFacebook : Kardiovaskular

: insufisiensi katup, prolaps katup mitral, regurgitasi katup Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked * Name *

Email *

Website

Comment

RSS feed for this post (comments) · TrackBack URI Previous Post

(9)

« Volume dan Kapasitas ParuNext Post

Mekanisme Kompensasi Gagal Jantung Kongestif »

Google Custom Search Halaman Rekomendasi Ad Square Ad Square Ad Square Ad Square Media Partner

submit artikel Gue nemu di Medicinesia

- Facebook Members WordPress Plugin medicinesia (2013)

Hey, Kunjungi Juga Kami submit artikel submit artikel Didukung oleh

Alexa Certified Traffic Ranking for www.medicinesia.com Health Blogs > BaliBlogger Blog Directory Medicine blog Free Sitemap Generator Health Blogs

blog directory Google bot last visit powered by Gbotvisit Google PageRank Checker Powered by MyPagerank.Net

Submit Express

Free Webmaster Tools LocalSubmit.com : search engine submissions and website promotion with free advice Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free!

Most Read Posts No results available Kontributor Daftar Login Submit Artikel Hubungi Kami

Medicinesia, tempatnya mahasiswa kedokteran berbagi ilmu Bombax Theme designed by itx

Dr.TRISULO WASYANTO, Sp JP (K), FIHA, FAPSC,FAsCC

Penyakit jantung kantup seringnya disebabkan oleh demam rematik. Demam rematik biasa terjadi pada anak 5-15 tahun. Proses infeksi berlangsung terus hingga pada usia 10 tahun menyerang katup.

(10)

Penyebabnya

Infeksi streptococcus b hemolitikus group A. Infeksi terjadi karena gigi anak-anak sering karies, terkena infeksi tonsilo pharingitis baik dengan pengobatan atau diobati sendiri. Akibat diobati sendiri antiobiotiknya tidak diminum tuntas sehingga terjadi proses autoimun karena reaksi antigen antibody.

Faktor pendukung terjadinya demam rematik antara lain: Gizi buruk, Higiene dan sanitasi rendah, Tingkat hunian rumah padat, Sosial ekonomi rendah, biasanya mengenai anak usia 5-15 tahun.

Patofisiologi

Reaksi autoimun terhadap Antigen Streptokokus beta hemolitikus grup A.

Diagnosis demam rematik berdasarkan 2 kreatia mayor atau 1 kriteria mayor dengan 2 kriteria minor.

Kriteria mayor:

- karditis (perikarditis, miokarditis, endokarditis),

- poliartritis migra (penyakit ini menyerang pada sendi-sendi tulang yang berpindah-pindah misal pada lutut, siku, trus berpindah-pindah)

- eritema marginatum (kemerah-merahan pada kulit)

- chorea sidenham (pada pasien kelainan limfonodi kalau jalan sempoyongan kayak orang mabuk)

- subcutaneous nodul

Kriteria minor : demam, artralgia, riwayat demam rematik, pada EKG interval PR memanjang, anemi, leukositosis, LED meningkat, CRP positif.

KELAINAN JANTUNG KATUP

Di Indonesia penyebabnya lebih banyak karena demam rematik, kalau di luar negeri penyebabnya karena banyak faktor karena hygiene sanitasinya sudah baik.

Paling banyak terjadi pada katup mitral dan katup aorta.

(11)

sempurna).

1. MITRAL STENOSIS :

Katup mitral tidak membuka sempurna saat diastolic. Sehingga terjadi bising diastolic ketika darah masuk dari atrium sinistrum menuju ventrikulus sinister.

GEJALA (ANAMNESIS) :

Lekas lelah, palpitasi , dispneu d`effort (sesak nafas saat melakukan aktivitas), hemoptoe (batuk darah), gagal jantung sebelah kiri.

Jantung sebelah kiri terjadi bendungan karena aliran darah atrium sisnistrum terhambat.

PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi :

Kelainan ringan jantungnya bisa normal. Pada mitral stenosis, ruang jantung yang membesar adalah atrium sinistrum, akibatnya terjadi bendungan paru, akibatnya ventrikulus dexter ikut membesar. Kalo membesar akibtanya terjadi peningkatan aktivitas jantung kanan.

Palpasi:

Kalau jantung kanan meningkat, akibatnya ictus cordis akan bergeser ke arah lateral.

Mungkin juga teraba trill diastolik di apek. Trill itu bising jantung yang teraba di permukaan.

Perkusi :

Pada keadaan ringan bisa normal.

Pinggang jantung bisa menghilang karena terjadi pembesaran atrium sinistrum. Ictus cordis bergeser di lateral. Kalau normal, gampangannya ictus cordis berada di papilla mammae (linea midclacvicularis sinistra di SIC V). Kalau bergeser ke lateral berarti ada pembesaran di jantung sebelah kanan.

(12)

Intensitas bunyi jantung 1 meningkat, Bunyi jantung II bisa normal atau meningkat.

Mungkin terjadi opening snap.

Terdengar bising diastolk (mid diastolik murmur di apeks). Suaranya seperti genderang.

Terdapat tanda-tanda decompensasi kordis kanan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

ECG :

- LAH (Left Atrial Hipertopi),

- RVH (Right Ventrikel Hipertropi),

- Atrial fibrilasi karena atrium kiri membesar dan ventrikel kanan membesar sehingga listrik jantung terganggu.

FOTO THORAKS :

- LAH, RVH,

- terlihat bendungan paru (apeknya akan terlihat terangkat)

EKOKARDIOGRAFI :

- Daun katup mitral anterior tampak doming (kayak kubah),

- katup mitral posterior bergerak ke anterior waktu diastolik,

- katup mitral anterior dan posterior menebal karena kalsifikasi

- dapat diukur diameter katup mitral sehingga bisa menentukan derajat MS

- mungkin terlihat trombus di LA / LV

KATETERISASI JANTUNG merupakan pemeriksaan gold standar.

(13)

Regurgitasi/insufisiensi artinya menutup tidak sempurna. Katup mitral menutup saat sistolik sehingga terjadi bising sistolik. Ruang jantung yang membesar yaitu atrium kiri. ventrikel kiri.

Sistolik yaitu keadaan di mana ventrikel memompa darah ke seluruh tubuh. Tapi katup mitral tidak menutup sempurna akibatnya terjadi kebocoran darah menuju atrium sinistrum.

GEJALA ( ANAMNESIS ) :

Lekas lelah, palpitasi, dispneu d`effort, decomp cordis

PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi :

Normal pada kelainan ringan.

Aktifitas jantung kiri meningkat. Akibtanya ictus cordis akan bergeser ke caudolateral. Bisa sampaik SIC 7-SIC 6.

Palpasi :

Normal pada ringan, iktus kordis bergeser ke lateral bawah, Bisa terdengar thrill sistolik.

Perkusi :

Normal / pinggang jantung menghilang (karena atrium kiri membesar), iktus kordis bergeser ke lateral bawah.

Auskultasi :

Intensitas bunyi jantung 1 melemah. Bunyi jantung 1 terdengar karena menutupnya katup atrioventrikularis (mitral dan tricuspidalis). Kalo katup mitralnya ga bisa nutup sempurna akibatnya bunyinya jadi lemah.

Bunyi jantung II Normal / meningkat,

Terdengar bunyi pan sistolik/holo sistolik murmur di apex yang menjalar ke aksila. Maksudnya terdengar bising selama sistolik. Tipe bisingnya adalah blowing.

(14)

Terdapat tanda dekompensasi kordis kiri.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. ECG : LAH, LVH, Atrial Fibrilasi.

2. FOTO THORAKS : LAH, LVH. CTR membesar (cardiomegali), ictus cordis bergeser ke caudolateral.

3. EKOKARDIOGRAFI (mengukur bentuk jantung dari dalam dengan elektromagnetik):

LAH, LVH, fungsi LV bisa normal / menurun, dapat mengukur aliran regurgitan pada saat sistol di ruang LA / menentukan derajat MR dengan mengukur diameternya.

4. KATETERISASI JANTUNG. Mungkin tidak begitu penting di mitral stenosis/regurgitasi karena dengan echocardiografi sudah bisa terlihat.

3. AORTA STENOSIS

Katup aorta membuka tidak sempurna. Terjadi saat sistol. Sehingga terjadi bising sistolik. Ruang jantung yang membesar adalah ventrikel kiri. Karena terjadi di aorta akibatnya ira-kira ictus

GEJALA ( ANAMNESIS ) :

Pada keadaan ringan bisa tanpa keluhan atau jarang ada keluhan.

Kalau sudah berat bisa terjadi

- nyeri dada karena arteri coronaria mendapat airan darah dari aorta. Kalo aorta stenosis akibatnya darah yang dipompa jadi berkurang. Akibatnya yang ngalir ke arteri coronaria juga berkurang sehingg terjadi nyeri dada,

- sinkop. terjadi karena darah yang dipompa dari jantung berkurang,

- dyspnea d’effort, decomp cordis,

- sudden death walaupun tidak tejadi kelainan koroner.

(15)

- Inspeksi : normal

- Palpasi : normal / iktus kordis bergeser ke lateral bawah karena terjadi pembesaran ventrikel kiri.

- Perkusi : normal / pinggang jantung merata (karena tidak terjadi LAH), iktus kordis bergeser ke lateral bawah.

- Auskultasi : intensitas bunyi jantung normal atau menurun, bising ejeksi sistolik di Left Sternal Border III menjalar ke leher.

Aorta di SIC 3 kanan sehingga menjalar ke leher.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. ECG : Normal, pada AS berat terdapat LVH, LAH, Voltase LV meningkat.

2. FOTO THORAKS : N, pada AS berat terdapat LAH, LVH, bendungan paru.

3. EKOKARDIOGRAFI : dapat melihat daun katup, dimensi ruang jantung, fungsi LV, derajat AS

4. KATETERISASI JANTUNG

4. AORTA REGURGITASI :

Katup aorta menutup tidak sempurna saat diastolik. Ruang jantung yang membesar ventrikel kiri karena darah dari aorta masuk kembali ke ventrikel kiri. Bising yang terjadi di bising diastolik.

ETIOLOGI :

Demam rematik, Sifilis (tapi sekarang sudah jarang terjadi sifilis), Kelainan bawaan (daun katupnya tidak sempurna), Hipertensi, Atherosklerosis.

Gejala ( ANAMNESIS ) :

Ringan : tanpa / jarang ada keluhan.

Berat : nyeri dada, sinkop, palpitasi ,

(16)

PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi : Normal / aktivitas jantung kiri meningkat.

Palpasi : Normal /Iktus Kordis bergeser ke lateral bawah, thrill diastolik di apeks.

Perkusi : Normal / pinggang jantung merata, Iktus Kordis bergeser ke lateral bawah.

Auskultasi : Intensitas bunyi jantung nornal atau menurun, early diastolik murmur di Life Sternal Border III-IV, mid diastolik murmur di apeks (austin flint murmur ). Suaranya seperti ban kempes (dari tekanan tinggi ke rendah).

TANDA PERIFER AORTA REGURGITASI :

Pulsus Seler, De Muscet`s sign, Quincke`s sign, Corrigan`s sign, Hill`s sign, Pistol shot sign, Traube`s sign

PEMERIKSAAN PENUNJANG

ECG : N, Pada AR berat terdapat LVH, LAH.

FOTO THORAKS : N, pada yang berat terdapat LAH, LVH, bendungan paru.

EKOKARDIOGRAFI : melihat daun katup, mengukur dimensi ruang jantung, mengukur derajat AR.

KATETERISASI JANTUNG

PENATALAKSANAAN :

NON MEDIKAMENTOSA : perawatan, diberi nutrisi

Tindakan operasi : balloon dengan cara kateterisasi , ganti katup jika sudah sangat berat.

Rehabilitasi medik

MEDIKAMENTOSA :

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Satu kesatuan motif ini di- ulang (repitisi) secara diagonal (miring) memenuhi permukaan kain. Inovasi pola penyusunan motif parang meliputi pola pembagian bidang parang,

akad jual beli yang harus ada shi@ghat atau sesuatu yang sama dengan. shi@ghat dan apa yang selama ini dilakukan oleh orang berupa mengambil harta secara utang dengan

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Perbandingan Kadar Karbon Monoksida (CO)

• [5:114] Isa putera Maryam berdo'a: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami

Hal ini dilakukan untuk dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan yaitu mengungkap dan menjelaskan bentuk dan konsep Patjarmerah sebagai festival kecil

Dalam hal pengalihan Unit Penyertaan REKSA DANA BNP PARIBAS RUPIAH PLUS dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan melalui media elektronik, maka Formulir Pengalihan Unit

Informasi yang dikumpulkan melalui sumber yang sudah ada disebut sebagai data sekunder. Karena data tersebut sudah ada, maka peneliti tidak perlu

Siswa dapat membuat Siswa dapat membuat kreasi Mid kreasi Mid Mapping contoh bentuk-bentuk Mapping contoh bentuk-bentuk kepedulian sosial kepedulian sosial