• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambah rumitnya persoalan atau isu-isu internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambah rumitnya persoalan atau isu-isu internasional"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan bertambah rumitnya persoalan atau isu-isu internasional yang terjadi dewasa ini, maka pendekatan lewat diplomasi diharapkan lebih berperan efektif demi terwujudnya kesejahteraan nasional. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam konteks hubungan internasional secara tidak langsung juga menuntut akan adanya formula baru untuk menghadapi keadaan sekarang, era globalisasi. Bagaimanapun, globalisasi yang terjadi di hampir seluruh penjuru dunia kini akan sangat sulit dihentikan untuk masuk di seluruh elemen kehidupan manusia. Globalisasi ini berpengaruh dalam tatanan sosial meliputi politik, hukum dan ekonomi yang diiringi oleh perkembangan teknologi baik dalam informasi, transportasi maupun komunikasi.1

Globalisasi membuat segala hal menjadi lebih mudah dan mengerucut pada keadaan di mana batasan-batasan suatu negara menjadi lebih samar. perkembangan komunikasi yang didukung oleh teknologi terbaru seperti internet membuat sebuah batas territorial ataupun kultural sebuah negara bukan lagi sebuah hambatan.2 Globalisasi sendiri telah menipiskan batasan kebudayaan dan lebih bias kepada transnasionalisasi dan multinasionalisasi budaya lintas negara. Hal ini memiliki

1 Udiyo Basuki, 2014, Peranan Pemerintah Daerah Melindungi Produk Lokal Menghadapi

Globalisasi, Jurnal Az Zarqa, Vol. 6, No. 1, Juni 2014, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hal 67

(2)

2

dampak berupa terjadinya kerapuhan dalam budaya suatu negara yang memiliki berbagai macam akibat dan hal paling buruk yaitu ketiadaan budaya itu sendiri.3

Sesuai dengan kondisi yang terjadi, globalisasi ini digaungkan dengan keras oleh negara-negara maju dari Barat di mana kebudayaannya memiliki berbagai perbedaan dengan negara-negara berkembang. Oleh karena itu, nilai-nilai yang dibawa oleh negara-negara Barat dianggap menjadi sebuah ancaman terhadap kelangsungan dan kelestarian nilai lokal ataupun budaya yang dimiliki oleh negara-negara berkembang lainnya ketika negara-negara-negara-negara maju mengekspor nilai-nilai yang dianut untuk kemudian disebarkan sebagai nilai global. Maka, seiring berjalannya waktu pada akhirnya kebudayaan yang dimiliki oleh negara-negara berkembang tidak mampu bersaing sehingga tergerus dan hilang digantikan oleh nilai global.4

Tidak terkecuali Indonesia yang pada dasarnya juga memiliki kebudayaan sebagai nilai yang dianut dan dipahami oleh warga negaranya. Globalisasi menjadi sebuah ancaman terhadap budaya asli Indonesia yang menjadi representasi lokal dari setiap daerah di Indonesia jika nilai global yang dibawa menggantikan budaya asli. Maka dampak menyebarnya globalisasi ini akan melenyapkan budaya asli negeri jika tidak mampu menghadapinya. Oleh karena itu, perlu adanya langkah yang tepat untuk mempertahankan eksistensi Indonesia di tengah meluasnya globalisasi ini dan memperkuat budaya Indonesia.5

Sebagai upaya untuk mempertahankan eksistensi negara, maka perlu adanya pengakuan oleh masyarakat global terhadap negara tersebut lewat Nation

3 Ibid, 73

4 A. Safril Mubah, 2011, Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam Menghadapi

Arus Globalisasi, Jurnal UNAIR, Vol. 24, No. 4, hal. 302

(3)

3

Branding. Nation branding sendiri secara umum adalah merupakan upaya suatu

negara dalam membentuk citra atau reputasi yang positif di mata masyarakat internasional. Nation branding dikatakan tidak memiliki fungsi sebagai pengatur suatu territorial, akan tetapi dapat mengubah citra atau persepsi publik suatu negara secara keseluruhan di era globalisasi sekarang yang sarat akan tingginya persaingan dalam berbagai hal.6 Nation branding yang dirasa mampu memperbaiki kredibilitas internasional serta meningkatkan kekuatan nilai tukar negara ini bersinggungan juga dengan jati diri bangsa, di mana menjadi faktor yang dominan dalam pembentukan negara atau bangsa yang akan diperkenalkan kepada masyarakat internasional lewat nation branding ini.7

Budaya Indonesia tidak hanya terpaku pada kesenian dan adat istiadat saja. Budaya dapat meliputi berbagai elemen yang telah menyerap bersama dengan penduduk negeri seperti Bahasa ataupun makanannya. Penyerapan budaya asing sebagai dampak globalisasi ini menjadi hal yang perlu diperhatikan karena akan semakin memudarkan lokalitas Indonesia. Berbagai perubahan dalam teknologi informasi, pola berpakaian, gaya bahasa yang digunakan maupun pola komsumsi yang terjadi merupakan salah satu dampak penyebaran globalisasi. Untuk menghadapi persoalan demikian, diperlukan strategi yang tepat demi memperkuat eksistensi budaya lokal dengan melakukan penyerapan-penyerapan langkah strategi

6 Steffi Priani Sugi dan Astia Putri 2019, Pengaruh Nation Branding “Pesona Indonesia” Terhadap

Preferensi Tujuan Wisata Masyarakat Kota Bandung, Jurnal Akuntansi Maranatha, Universitas

Kristen MArantah, Vol 11, No. 1, Mei 2019, hal 64

7 Fatin Mahirah Solleh, 2015, Gastrodiplomacy as a Sof Power Tool to Enchance Nation Brand, Journal of Media and Information Warefare, Vol 7 Juni 2015, hal 171.

(4)

4

baik yang dikombinasikan budaya lokal itu sendiri, salah satu caranya ialah dengan memperkenalkan budaya Indonesia itu sendiri ke masyarakat global.8

Secara umum, kuliner Indonesia merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia. Kuliner suatu negara terbentuk oleh penyesuaian selera kelompok masyarakat yang didukung dengan kondisi alamnya. Untuk itu, Indonesia yang memiliki berbagai macam rempah-rempah sebagai bumbu menjadi landasan dalam pembentukan kuliner Indonesia itu sendiri.9 Maka, kuliner Indonesia menjadi hal yang perlu diperhatikan jika melihat penyebaran globalisasi yang terjadi kini. Produk dan budaya lokal Indonesia harus dapat dilindungi dengan memperkuat eksistensinya dan mempromosikannya ke masyarakat global melalui penerapan konsep globalisasi dengan menyebarkan budaya itu sendiri, dalam hal ini ialah kuliner Indonesia di mana globalisasi kini membuat budaya menjadi lintas negara.10

Berdasarkan uraian kondisi Indonesia dalam upaya memperkuat eksistensinya, maka Indonesia perlu memperkenalkan secara lebih luas produk kuliner Indonesia di Amerika Serikat. Amerika Serikat dirasa memiliki potensi besar dalam pengembangan dan promosi kuliner Indonesia. Hal ini dikarenakan masyarakat Amerika Serikat telah lebih dahulu mendapatkan pengenalan secara singkat oleh mantan Presiden Barack Obama. Obama yang dahulu pernah tinggal di Indonesia dianggap sebagai Duta Bakso dengan memperkenalkan kuliner Indonesia itu sendiri. Kunjungan Obama ke Indonesia pada tahun 2010 menjadi angin segar bagi kuliner Indonesia di Amerika Serikat. Indonesia kemudian

8 A. Safril Mubah, Op. Cit., hal. 305

9 Sri Utami, 2018, Kuliner Sebagai Identitas Budaya: Perspektif Komunikasi Lintas Budaya, Journal of Strategic Communication, vol. 8, No.2, hal 38

(5)

5

mendapatkan respon yang positif dengan dikeluarkannya berbagai macam ulasan dari CDA Press.com, Nola.com dan Boston Globe. Tulisan-tulisan tersebut membahas bagaimana salah satu kuliner Indonesia, Bakso menjadi makanan kesukaan dari Presiden Amerika tersebut dan menjelaskan resep serta cara pembuatannya. Sebuah fakta kecil ini menjadi hal yang bagus bagi Indonesia karena masyarakat Amerika Serikat dapat sedikit mengenal dari banyaknya kuliner yang dimiliki oleh Indonesia.11

Pada tahun 2009, Anies Baswedan mengatakan bahwa salah satu cara diplomasi budaya yang cukup efektif ialah dengan didirikannya restoran-restoran Indonesia di Amerika di mana Indonesia memiliki masakan yang lezat dan cita rasa tinggi. Ia menyatakan bahwasanya perlu adanya sebuah tindakan untuk memperkenalkan kuliner Indonesia yang beragam ini di Amerika Serikat, mengingat jumlah restoran-restoran Indonesia yang berdiri di Amerika Serikat memiliki jumlah yang masih sedikit jika membandingkan kuantitas restoran-restoran negara Asia lainnya di Amerika Serikat. Ia menambahkan bahwa dengan memperluas restoran-restoran Indonesia mampu menjadi sebuah media dalam memperkenalkan dan menyalurkan kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat.12

Mempromosikan kuliner Indonesia di Amerika Serikat berpotensi tinggi karena peraturan dalam hal perizinan yang cukup mudah serta keterbukaan ekonomi memberikan peluang besar bagi penyebaran dan perkenalan kuliner Indonesia secara lebih luas lagi. Hal ini didukung oleh suksesnya beberapa importir

11 Sarah Patrecia Sinulingga, 2017, Diplomasi Kebudayaan Indonesia Terhadap Amerika Serikat

Melalui Kuliner (Gastrodiplomacy) Tahun 2010-2016, JOM FISIP Vol 4 No 2-Oktober 2017, hal 3

(6)

6

Indonesia yang berhasil di Amerika Serikat dari para UMKM yang mampu menembus pasar di Amerika Serikat yang mana dapat ditemukan berbagai produk makanan Indonesia di berbagai supermarket Amerika Serikat seperti kerupuk, mie instan, makanan kemasan ataupun makanan ringan.13

Amerika Serikat menjadi negara yang menarik untuk dibahas dalam perjalanan promosi kuliner Indonesia. Pemilihan lokasi Amerika Serikat sebagai salah satu tempat dalam mempromosikan kuliner Indonesia dalam pembentukan

nation branding dirasa berpeluang besar, karena Amerika Serikat adalah salah satu

negara yang memiliki pengaruh kuat atau hegemoni besar dalam tatanan internasional. Amerika Serikat sendiri dikenal memiliki kebudayaan yang banyak menarik minat masyarakat global. Hal ini dilihat dari banyaknya peminat wisatawan asing yang tertarik untuk berkunjung serta menjadikan Amerika Serikat sebagai tempat studi. Kondisi ini menggambarkan bahwasanya Amerika Serikat memiliki posisi tertentu di masyarakat internasional akan budaya yang dianutnya. Oleh karena itu, Indonesia akan memiliki peluang besar apabila mengembangkan kuliner yang dimiliki oleh Indonesia di Amerika Serikat, mengingat Amerika Serikat merupakan tempat di mana berkumpulnya berbagai macam elemen masyarakat dan banyak digemari wisatawan asing.14

Perlu adanya kajian lebih lanjut terkait dengan upaya mempromosikan kuliner Indonesia di Amerika Serikat khususnya dalam pandangan nation branding sebagai pembentukan citra Indonesia dengan kuliner bercita rasa tinggi dan lezat.

13 Abdul Azis, 2017, Diplomasi Kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat Melalui Program Rumah

Budaya, Skripsi, Malang: Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah

Malang, hal. 35 14 Ibid, hal. 32

(7)

7

Banyaknya ditemukan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan kuliner Indonesia di Amerika Serikat dalam berbagai aspek seperti perkembangan dan apa saja yang telah dilakukan sangat membantu dalam penyusunan penelitian ini di mana penulis mencoba menjelaskan upaya pengembangan dan promosi kuliner Indonesia di Amerika Serikat dari kacamata nation branding Indonesia sebagai negara yang memiliki kuliner lezat bercita rasa tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan strategi-strategi baru yang dapat membuat kuliner Indonesia menjadi lebih dikenal sebagai bagian dari Indonesia sehingga negara Indonesia mendapatkan perhatian khusus pula di Amerika Serikat serta mampu melindungi budayanya dari arus globalisasi. Berangkat dari uraian di atas, maka penelitian ini penulis akan mengangkat judul “Nation Branding dalam Promosi Kuliner

Indonesia di Amerika Serikat”.

1.2 Rumusan Masalah

Sebagaimana yang diuraikan di latar belakang terkait gastrodiplomasi Indonesia, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Nation

Branding dalam Promosi Kuliner Indonesia di Amerika Serikat.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisan bagaimana cara dan apa saja yang dilakukan serta siapa saja yang terlibat untuk mempromosikan kuliner

(8)

8

Indonesia atau gastrodiplomasi khususnya di Amerika tahun 2014-2019 melalui kerangka nation branding.

1.3.2 Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademisi

1. Mengetahui apa saja bentuk dan bagaimana cara mempromosikan kuliner nasional Indonesia di Amerika Serikat di tahun 2014-2019 dalam konteks nation branding.

2. Penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan akademisi dan dapat dijadikan acuan menilai strategi selanjutnya dalam promosi atau branding national Indonesia melalui makanan atau gastrodiplomasi di Amerika Serikat.

b. Manfaat Praktis

1. Memberikan pengetahuan bagi para pelaku bisnis kuliner di Indonesia dan orang Indonesia yang bermukim di Amerika, tentang perkembangan gastrodiplomasi Indonesia di luar negeri.

2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pemerintah Indonesia khususnya KBRI atau KJRI yang berada di luar negeri dan pelaku bisnis kuliner di Indonesia maupun yang terlibat dalam pengambilan keputusan pengambilan langkah atau strategi berikutnya untuk melakukan nation branding khususnya dengan mempromosikan kuliner Indonesia dengan lebih efektif dan tepat menyesuaikan dengan keadaan sekarang.

(9)

9

1.4 Penelitian Terdahulu

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Aucky Adi Kurniawan, Nurdiana Abhiyoga dan Hartoni dalam “Upaya Diaspora Indonesia Di Amerika

Serikat Dalam Meningkatkan Brand Awardness Melalui Food Festival”. Penelitian yang menjelaskan bagaimana diaspora memiliki pengaruh dalam perkembangan gastrodiplomasi Indonesia di Amerika dengan mengadakan food festival di beberapa kesempatan. Diaspora menjadi representatif secara tidak langsung di luar negeri, mereka juga membentuk IDN (Indonesia Diaspora Network) di Amerika agar terjalinnya hubungan yang lebih baik antara instansi pemerintah dan diaspora secara efektif.15

Kedua, penelitian yang berjudul “Diplomasi Kebudayaan Indoensia

Terhadap Amerika Serikat Melalui Kuliner (Gastrodiplomacy) Tahun 2010-2016” Oleh Sarah Patrecia Sinulingga. Sarah menjelaskan dalam tulisannya bahwasanya sebagai salah satu usaha diplomasi kebudayaan Indonesia di Amerika ialah lewat kulinernya. Oleh karena itu, pemerintah melakukan berbagai kegiatan

food festival yang berhasil menarik perhatian warga Amerika agar mencicipi

kuliner Indonesia. Beberapa festival kuliner di Amerika adalah NRA (National

Restaurant Association), Indonesia-Indiana Bussiness Launcheon, Indonesia Culinary Festival, Summer Fancy Food Show. Ia menjelaskan bagaimana KBRI di

Amerika telah melakukan beberapa upaya agar kuliner Indonesia lebih familiar di lidah masyarakat Amerika.16

15 Aucky Adi Kurniawan, dkk., 2019, Upaya Diaspora Indonesia di Amerika Serikat dalam

Meningkatkan Brand Awardness Melalui Food Festival, Mandala Jurnal HI, Vol. 2, No.2,

Juli-Desemeber 2019, hal 219

(10)

10

Ketiga, penelitian oleh Fikri Sarah Adilah dalam tulisannya yang berjudul

“Peran Diplomasi Kuliner dalam Rangka Pencapaian Kepentingan Nasional Indonesia di Amerika”. Ia menjelaskan bahwasanya salah satu cara demi mencapai kepentingan nasional dalam melakukan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Amerika ialah melalui kulinernya. Alasan lain atas penggunaan diplomasi kuliner di Amerika adalah karena Amerika juga mempunyai pola konsumsi yang tinggi dan makanan Indonesia menajdi salah satu pilihannya. Dalam perwujudan diplomasi kuliner Indonesia di Amerika, Indonesia masuk di sebuah organisasi yakni

“Internationl Food Society” yang mana organisasi tersebut menaungi

negara-negara yang tetap menjaga cita rasa khas di setiap pameran di sana.17

Keempat, peneltian dari Risky M. Baskoro tentang “Konseptualisasi

dalam Gastrodiplomasi: Sebuah Diskusi Kontemporer dalam Hubungan Internasional” di tahun 2017 menyatakan bahwa gastrodiplomasi adalah bagian dari diplomasi kebudayaan di mana diplomasi budaya merupakan sub dari diplomasi publik. Ia menegaskan bahwa gastrodiplomasi merupakan sebuah wacana kontemporer dalam ilmu Hubungan Internasional di mana makanan digunakan sebagai medianya. Gastrodiplomasi itu sendiri sering pula diafiliasikan dengan pariwisata, seperti contoh di Bali, umumnya wisatawan akan ditawarkan dan disuguhkan Betutu khas Bali, yang mana gastrodiplomasi memiliki hubungan yang

17 Fikri Sarah Adilah, 2018, Peran Diplomasi Kuliner dalam Rangka Pencapaian Kepentingan

Nasional Indonesia di Amerika, Skripsi, Makassar: Jurusan Ilmu Hubungan Internasional,

(11)

11

kuat dengan nation branding dan pariwisata, di mana terhubung langsung dengan jati diri negaranya.18

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Adirini Pujayanti yang berjudul

“Gastrodiplomasi-Upaya Memperkuat Diplomasi Indonesia” pada tahun 2017. Ia menguaraikan bahwa gastrodiplomasi ini tidak bisa berjalan sendiri (hanya aktor pemerintah saja), melainkan diperlukan peran aktor-aktor internasional dalam implementasinya. Ia menjelaskan bahwa keharusan dalam sebuah diplomasi adalah pengelolaan hubungan antar negara dengan negara lainnya, begitupula hubungan negara dengan aktor internasional lainnya. Oleh karena itu ia menyebutkan bahwa dalam gastrodiplomasi bukan hanya peran pemerintah saja yang penting, namun juga adanya keterlibatan aktor internasional lainnya.19

Keenam, penelitian oleh I Made Purna dan Kadek Dwikayana dengan

judul “Betutu Bali: Menuju Kuliner Diplomasi Budaya Indonesia” di tahun 2019, penulis menjelaskan bahwasanya Indonesia memiliki potensi yang sangat besar terkait dengan pengembangan gastrodiplomasi. Betutu juga memiliki ikatan yang kuat dengan budaya dan adat Bali, karena pada awalnya Betutu merupakan hidangan yang dibuat untuk persembahan dalam ajaran agama Hindu. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, Betutu kemudian telah membaur dengan masyarakat Bali dan menjadi sebuah ikon Bali tersendiri. Mengingat begitu banyaknya wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali, Betutu yang sangat terkenal di Bali menjadi salah satu jalan dalam gastrodiplomasi Indonesia dan

18 Riski M Baskoro, 2017, Konseptualisasi dalam Gastro Diplomasi: Sebuah Diskusi Kontemporer

dalam Hubungan Internasional, Jurnal Insignia Vol 4, No 2, November 2017, hal 46.

19 Adirini Pujayanti, 2017, GASTRODIPLOMASI – UPAYA MEMPERKUAT DIPLOMASI

(12)

12

diibaratkan sebagai langkah awal dalam usaha pengembangan budaya Indonesia agar semakin dikenal serta berharap para wisatawan asing mampu memberi

feedback ketika telah berada di negara asal mereka.20

Ketujuh, P.R.K. Dewi dan N.W.R. Priadarsini S. menjelaskan dalam

penelitian mereka di tahun 2018 yang berjudul “Peran Non-State Actor dalam

Gastrodiplomacy Indonesia Melalui Ubud Food Festival” bahwasanya kegiatan Food Festival di Ubud merupakan sebuah instrument gastrodiplomasi Indonesia

yang membutuhkan fokus yang lebih luas agar mampu mempengaruhi publik yang lebih luas pula, bukan hanya golongan elite atas. UFF (Ubud Food Festival) merupakan salah satu kegiatan yang diselenggarakan oleh Yayasan Mudra Swari Saraswati, sebuah lembaga nirlaba asli Ubud. Misi UFF adalah untuk membangkitkan kesadaran terhadap budaya Indonesia maupun sejarah Indonesia yang mulai tergerus oleh budaya barat yang masuk, mendukung usaha lokal dan grup pengusaha kuliner lewat diskusi, kolaborasi dan menyediakan kesempatan untuk berkembang bagi juru masak Indonesia. Penelitian ini menjelaskan bahwasanya gastrodiplomasi bukan hanya dijalankan oleh aktor pemerintah saja, melainkan juga dapat dilaksanakan oleh aktor lain selain pemerintah.21

Kedelapan, penelitian oleh Rachel Wilson dalam “Cocina Peruana Para El Mundo: Gastrodiplomacy, the Culinary Nation Brand, and the Context of National Cuisine in Peru” menjelaskan bahwa negara bisa menjadi sebuah

20 I Made Purna dan Kadek Dwikayana, 2019, Betutu Bali: Menuju Kuliner Diplomasi Budaya

Indonesia, Jurnal Patanjala Vol 9 No 2 Juni 2019, hal. 265-280.

21 P.R.K. Dewi dan N.W.R. Priadarsini S., 2018, Peran Non-State Actor dalam Gastrodiplomacy

Indonesia Melalui Ubud Food Festival, Jurnal Ilmiah Hospitality Management Vol 9 No 1 2018,

(13)

13

“Brand”, persis sebagaimana perusahaan atau pebisnis yang memilki slogan-slogan mereka, ia berpendapat bahwasanya negarapun juga dapat mempromosikan diri mereka sendiri melalui ide atau konsep yang kemudian dikembangkan agar dapat dikenal masyarakat global. Lalu apa sajakah alat yang digunakan pemerintah demi membangun nation branding mereka sebagai identitas nasional? Salah satunya adalah melalui makanan. Umumnya, gastrodipomasi merupakan konsep yang cukup meningkat di wilayah Asia, di Amerika Latin, Peru merupakan salah satu negara yang mulai mengembangkan gastrodiplomasinya. Kementrian Kebudayaan dan Hubungan Luar Negeri Peru telah melakukan kerjasama bersama Peruvian

Society of Gastronomy (APEGA) denagn meningkatkan reputasi global dan

keakraban dengan Peruvian Cuisine sendiri. Mereka berharap, Peru dapat menciptakan Brand sendiri lewat makanannya yang khas. Pemerintah Peru sangatlah beruntung karena Peru memiliki iklim yang memungkinkan keberagaman tanaman dan varietas dari setiap makanan, sebagaimana contoh ubi jalar yang memiliki 150 jenis di sana. Hal inilah yang menjadikan makanan di Peru memiliki cita rasa sendiri yang ingin dijadikan brand oleh Peru.22

Kesembilan, “Gastrodiplomacy as a Soft Power Tool to Enchange Nation Brand” merupakan penelitian yang ditulis oleh Fatin Mahirah Solleh. Penelitian

ini menjelaskan bahwa penting untuk sebuah negara agar tidak mengabaikan kebutuhan nation branding di era globalisasi ini, yang mana bangsa dan identitas nasional menjadi yang utama demi menghadapi masa-masa sulit dalam

22 Rachel Wilson, Cocina Peruana Para El Mundo: Gastrodiplomacy, the Culinary Nation Brand,

and the Context of National Cuisine in Peru, Exchange: The Journal of Public Diplomacy, Vol. 2

(14)

14

meningkatkan stabilitas ekonomi dan politik, serta meningkatkan citra dan reputasi sebuah negara. Ada beberapa rangkaian konsep yang dapat dikategorikan sebagai identitas nasional, salah satunya lewat makanan dan minuman. Keadaan gastronomi suatu negara menggambarkan produksi makanan dan minuman yang terkait dengan promosi nasional, khususnya di Malaysia, di mana penelitian ini berpusat.23

Kesepuluh, penelitian oleh Juyan Zhang dalam “The Foods of the Worlds: Mapping and Comparing Contemporary Gastrodiplomacy Campaigns”

menjelaskan dan memetakan bagaimana cara enam negara objek penelitian (Jepang, Malaysia, Peru, Korea Selatan, Taiwan dan Thailand) melakukan kampanye gastrodiplomasi dalam hal tema, seruan pesan, strategi serta tindakan yang dilakukan guna mengembangkan gastrodiplomasi mereka. Beberapa kategori yang ingin disampaikan melalui gastrodiplomasi ini adalah kesehatan, keragaman, mistisme, eksotisme dan presentasi yang indah. Berdasarkan penelitian tersebut, kesehatan merupakan daya tarik yang paling banyak digunakan, karena mengusung tema pola makan sehat sebagai tren dunia sekarang ini. Akan tetapi, setiap negara tentu memiliki strategi yang berbeda karena setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda pula. Gastrodiplomasi semakin berkembang tergantung seberapa inovatif suatu negara menghadapi tantangan global.24

23 Fatin Mahirah Solleh, Op.Cit, hal 161-199

24 Juyan Zhang, 2015, The Food of The Worlds: Mapping and Comparing Contamporary

(15)

15

Tabel 1.4 Tinjauan Pustaka Judul dan Nama

Penelitian

Jenis Penelitian

dan Konsep Hasil

Upaya Diaspora Indonesia di Amerika Serikat Dalam Meningkatkan Brand Awardness Melalui Food Festival”

Oleh : Aucky Adi Kurniawan, Nurdiana Abhiyoga, Hartoni

Deskriptif-kualitatif gastrodiplomasi

Diaspora menjadi

representatif di luar negeri dan sangat membantu negara dalam

gastrodiplomasi, khususnya melalui food festival yang diadakan di Amerika, mereka juga membentuk IDN “Diplomasi Kebudayaan Indoensia Terhadap Amerika Serikat Melalui Kuliner (Gastrodiplomacy) Tahun 2010-2016”

Oleh : Sarah Patrecia Sinulingga

Deskriptif-kualitatif Diplomasi Budaya, gastrodiplomasi

Sebagai upaya diplomasi kebudayaan Indonesia di Amerika, salah satunya lewat kuliner Indonesia yang memiliki cita rasa kuat. Untuk itu pemerintah menyelenggarakan

berbagai macam festival kuliner demi menarik minat masyarakat amerika. Diantaranya NRA (National Restaurant Association), Indonesia-Indiana Bussiness LAuncheon, Indonesia

Culinary Festival, Summer Fancy Food Show

“Peran Diplomasi Kuliner dalam

Deskriptif-kualitatif Diplomasi kuliner

Amerika memiliki pola konsumtif yang tinggi

(16)

16 Rangka Pencapaian

Kepentingan Nasional Indonesia di

Amerika”

Oleh : Fikri Sarah Adilah

sehingga salah satu cara untuk memenuhi

kepentingan nasional dalam kerjasama bilateral ialah melalui diplomasi kuliner dengan melakukan beberapa pameran makanan. Indonesia juga bergabung dalam

International Food Society

untuk mendukung diplomasi kulinernya di Amerika Serikat “Konseptualisasi dalam Gastrodiplomasi: Sebuah Diskusi Kontemporer dalam Hubungan Internasional” Oleh: Risky M. Baskoro Deskriptif-kualitatif Gastrodiplomasi, nation branding

Gastrodiplomasi adalah sub dari diplomasi budaya yang merupakan bagian dari diplomasi publik. Gastrodiplomasi sering diafiliasikan dengan pariwisata dan berkaitan kuat dengan nation

branding. “Gastrodiplomasi-Upaya Memperkuat Diplomasi Indonesia” Oleh: Adirini Pujayanti Deskriptif-kualitatif Konsep Public Diplomacy Gastrodiplomasi bukan hanya dijalankan oleh pemerintah saja, melainkan juga terdapat peran aktor internasional di dalamnya, karena diplomasi

(17)

17

merupakan hubungan negara dengan negara, dan juga hubungan negara dengan non-state actor. “Betutu Bali: Menuju

Kuliner Diplomasi Budaya Indonesia”

Oleh: I Made Purna dan Kadek

Dwikayana

Deskriptif-kualitatif Diplomasi budaya

Betutu menjadi media gastrodiplomasi yang ada di Bali. Hal ini dikarenakan Betutu memiliki ikatan yang kuat dengan budaya Hindu(yang mana

mayoritas masyarakat Bali adalah Hindu) yang

kemudian hari menyebar di setiap kalangan masyarakat Bali. Betutu menjadi gastrodiplomasi dan

berpotensi besar mengingat Bali merupakan tempat wisata yang sangat popular di level internasional. “Peran Non-State

Actor dalam Gastrodiplomacy

Indonesia Melalui Ubud Food Festival”

Oleh: P.R.K. Dewi dan N.W.R. Priadarsini S. Deskriptif-kualitatif Diplomasi Publik, Teori Efektifitas Aktor Non-Negara

Ubud Festival Food

merupakan bukti bahwa gastrodiplomasi bukan hanya dilaksanakan oleh pemerintah saja, melainkan dapat dilakukan juga oleh aktor non-pemerintah demi mengembangkan budaya nasional agar tidak tergerus era globalisasi

(18)

18 “Cocina Peruana

Para El Mundo: Gastrodiplomacy, the Culinary Nation Brand, and the Context of National Cuisine in Peru”

Oleh Rachel Wilson

Deskriptif-kualitatif

Nation branding, gastrodiplomacy

Peru dinilai dapat menjadi sebuah brand tersendiri lewat makanan agar dikenal oleh masyarakat global dengan kampanye

“Peruvian Cuisine”,

karena iklim Peru yang memungkinkan untuk memiliki varietas dari beberapa makanan. “Gastrodiplomacy as

a Soft Power Tool to Enchange Nation Brand”

Oleh Fatin Mahirah Solleh

Deskriptif-kualitatif

Soft Power-gastrodiplomacy

Makanan dan minuman yang dipromosikan oleh negara menggambarkan kualitas gastronomi negara tersebut, yang mana menjadi identitas negara tersebut, dan kemudian dikenal oleh masyarakat global. Oleh karena itu penting untuk

memperhatikan gastrodiplomasi suatu negara khususnya negara

middle power.

“The Food of The

Worlds: Mapping and Comparing Contamporary Gastrodiplomacy Campaigns” Deskriptif-komparatif gastrodiplomasi Menjelaskan dan memetakan bagaimana gastrodiplomasi di enam negara yang menyatakan bahwa adanya perbedaan dalam strategi setiap

(19)

19 Oleh Juyan Zhang

negara, tergantung dari karakteristik dan identitas negara tersebut.

Berdasarkan tabel di atas, secara singkat terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan dibahas lebih lanjut. Dalam penelitian ini, penulis berusaha menjelaskan bagaimana gastrodiplomasi Indonesia khususnya di Amerika Serikat di tahun 2014-2019 dalam kacamata Nation Branding. Penulis mencoba menerapkan konsep nation branding Simon Anholt dalam implentasi promosi kuliner Indonesia ataupun gastrodiplomasi Indonesia di Amerika. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah ada pada konsep yang digunakan, Sebagian penelitian memiliki lokasi dan waktu yang sama namun memiliki konsep yang berbeda.

1.5 Teori / Konsep Nation Branding

Penelitian ini akan menerapkan konsep Nation Branding yang dituliskan oleh Simon Anholt dalam bukunya di tahun 2005. Nation branding merupakan suatu konsep dalam membangun dan mengatur reputasi sebuah negara di mana juga berhubungan dengan place branding. Branding yang dimaksud dalam konteks ini tidak memiliki fungsi untuk mengatur suatu wilayah territorial, akan tetapi bagaimana membangun sebuah citra atau gambaran suatu negara yang positif dalam berbagai persepsi masyarakat global. Branding itu sendiri tidak mampu mengubah suatu wilayah, kota bahkan negara. Akan tetapi, nation branding sendiri mampu

(20)

20

membantu menciptakan sebuah pandangan yang positif di mata internasional mengingat persaingan di dunia yang semakin hari semakin kompetitif tentang bagaimana dan upaya apa saja yang harus dilakukan untuk mempertahankan eksistensi suatu negara.25

Pengertian tersebut juga diamini oleh Wally Olins yang disebutkan dalam penelitiannya Steffi dan Astia. Mereka mengutip penjelasannya Wally, yaitu:

“You do not change people’s perceptions of a country with advertising. You change people’s perceptions by finding the truth, finding an ideal that embraces that truth and putting it through everything they do”.

Wally Olins menjelaskan bahwasanya untuk mengubah cara pandang khalayak umum tidak dapat dilakukan hanya dengan melakukan advertising, ia menyebutkan bahwa perubahan persepsi dapat dilakukan jika diiringi dengan sebuah kebenaran. Pada dasarnya, masyarakat global tidak akan menerima informasi tanpa adanya sebuah validasi yang nyata yang diterapkan dalam berbagai aspek dan disuguhkan kepada masyarakat terkait informasi tersebut.26

Sebagaimana di sebutkan sebelum penjelasan Wally Olins, Simon Anholt, salah satu penulis paling terkemuka dalam pengembangan nation branding, menyebutkan bahwa nation branding dirasa sangat penting karena mampu menarik berbagai investasi ke depannya, meningkatkan ekspor serta mampu memikat wisatawan ataupun tenaga kerja berbakat lainnya. Simon Anholt beranggapan bahwa nation branding sangatlah penting dan menyebutkan bahwa nation branding

25 J Fernandez-Cavia, dkk, 2013, Destination Brands and Website Evaluation: A Research

Methodology, Semantic Scholar, Revista Latina de Comunicacion Social, hal 624.

(21)

21

merupakan aset berharga, di mana nation branding itu diumpakan sebagai representasi nasional yang dibuat kuat, nyata serta dapat dikomunikasikan dengan masyarakat global dengan sebaik mungkin. Anholt mengatakan bahwa nation

branding yang dibawa atau dibentuk setiap negara memiliki kegunaan yang cukup

berarti untuk kepentingan nasional itu sendiri dalam jangka panjang.27

Anholt mengatakan bahwa nation branding suatu negara yang kemudian menciptakan image atau citra negara tersebut terbentuk dalam persepsi atau kacamata masyarakat global. Di mana jika suatu negara memiliki citra kuat yang melekat, maka negara tersebut dapat dikatakan berhasil dalam melakukan nation

branding-nya. Branding yang baik, kuat dan positif akan menciptakan persaingan

dengan negara-negara lain dalam upaya mendapatkan perhatian dan kepercayaan serta rasa hormat dari calon konsumen, calon investor, wisatawan, imigran, media dan pemerintah negara lain yang mana akan didapat dengan citra yang baik tadi.28

Perolehan citra yang baik tersebut akan memungkinkan dicapai jika adanya suatu kerjasama yang selaras antara para pembuat keputusan, sektor swasta maupun penduduk lokal. Sebuah reputasi internasional suatu negara dapat dikelola dan diubah menjadi lebih baik selama ada strategi yang jelas dalam implementasinya, serta adanya koordinasi yang tepat antara pemerintah-sektor swasta-penduduk. Secara umum, Anholt mengatakan dalam nation branding, terdapat berbagai dimensi dalam implementasinya di dunia nyata agar tercapai tujuan awal.29

27 Cornelia Zeineddine, 2017, Employing Nation Branding in The Middle East-United Arab

Emirates(UAE) and Qatar, Management &Marketing, Challenges for the Knowledge Society, Vol.

12, No. 2, hal 210. 28 Ibid.

(22)

22

Pengelompokan dimensi yang dibuat Simon Anholt dirangkum menjadi enam dimensi utama. Keenam dimensi tersebut ialah People, Culture, Investment,

Tourism, Export Brands, dan Governance. Ia mengibaratkan bahwa nation branding itu ialah mengkoordinasikan pesan yang diberikan oleh suatu negara

seperti layaknya eksperimen fisika di sekolah. Ketika kita memegang magnet di bawah kertas bertabur serpihan besi, saat magnet digerakkan maka serpihan di atas kertas ikut bergerak sesuai pergerakan magnet di bawahnya di mana reaksi yang terjadi ialah sesuai gaya yang dibuat. Begitu pula nation branding, bagaimana suatu negara dapat membangun persepsi yang baik sebagai sebuah citra yang kuat di masyarakat global melalui tindakan kebijakan, melalui iklan, melalui investasi, melalui perdagangan atau pariwisatanya, melalui pertukaran budaya, melalui diaspora, melalui kedutaan dan konsulat, sosial sehari-hari ataupun lainnya.30

Keenam elemen itu yang menjadi elemen nation branding berdasarkan pemikiran Simon Anholt yang ditulis di bukunya, Anholt berkata bahwa nation

branding akan terbentuk melalui elemen-elemen tersebut dengan strategi dan

langkah yang tepat. Melalui kombinasi yang beragam dan selaras pada akhirnya dapat membangun reputasi yang baik ataupun sesuai tujuan.31

Export Brands adalah refleksi yang kuat dari perwakilan suatu negara yang

dikenal oleh masyarakat luas.32 Export Brands juga digambarkan sebagai persepsi publik akan citra atau image produk maupun jasa yang berasal dari suatu negara

30 Simon Anholt, 2005, Brand New Justice, How branding Places and Products can Help the

Developing World, Great Britain: Elsevier Butterworth Heinemann, hal 118

31 Ibid.

32 Febby Amelia Trisakti & Hifni Alifahmi, 2020, Nation Branding: Dampak Kehadiran Pemimpin

Politik di Platform Media Social, Komunikasiana Journal of Communication Studies, Universitas

(23)

23

tertentu yang berkaitan erat dengan pengalaman sehingga menarik peminat terkait produk atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen.33

Maksud dari Governance, sering juga dikategorikan sebagai Foreign and

Domestic Policy di sini adalah keterlibatan pemerintah dalam pergerakan nation branding yang dilakukan oleh suatu negara. Digambarkan sebagai sebuah negara

dalam mengatasi masalah global serta membangun kepercayaan antara publik masyarakat dengan pemerintah itu sendiri, bagaimana pemerintah menanggapi tentang isu-isu global yang terjadi dan lain sebagainya.34 Selain itu ada Tourism di

mana suatu negara melakukan hal yang berkaitan langsung dengan nation branding terkait destinasi-destinasi wisata berpotensi tinggi di negaranya kepada masyarakat global dan wisatawan asing.35

Investment dalam elemen nation branding Anholt yang dimaksud adalah

bagaimana para investor dan para profesional melakukan investasi terkait dengan upaya nation branding di bidang usaha dan lainnya.36 Selain itu ada Culture, dimana nation branding yang melibatkan kultur dan warisan suatu negara untuk diperkenalkan kepada masyarakat global dan agar masyarakat global lebih familiar terhadap budaya suatu negara tersebut.37

Elemen terakhir dalam konsep Nation Branding yang dibawa oleh Simon Anholt ialah People. People di sini maksudnya adalah bagaimana individu berkaitan langsung sebagai warga negara suatu negara terhadap reputasi negara

33 Steffi Priani Sugi & Astia Putri, Op. Cit., hal 64 34 Ibid.

35 Febby Amelia Trisakti &Hifni Alifahmi, Op. Cit. 36 Cornelia Zeineddine, Op. Cit., hal 211.

(24)

24

mereka, bagaimana interaksi yang terjadi dalam implementasi nation branding negara asalnya.38 People juga melingkupi pemimpin kelas tinggi, influencer, maupun bintang olahraga serta populasi pada umumnya tentang perilaku mereka sebagai reputasi negara asalnya.39

Simon Anholt menyatakan dalam bukunya Places: Identity, Image and Reputation bahwa suatu negara akan selalu diingat atas tindakannya, bukan hanya apa yang mereka katakan. Negara yang baik akan menciptakan reputasi yang baik pula, negara tersebut harus memiliki substansi, startegi dan tindakan yang nyata. Bahkan Simon menambahkan bahwa nation branding seharusnya adalah upaya pemerintah untuk terlibat dalam strategi gastrodiplomasi khususnya agar kuliner Indonesia mendapatkan pengakuan sebagai bagian dari bangsa Indonesia.40 Oleh karena itu, Anholt yakin bahwa adanya sebuah strategi dan tindakan nyata untuk menciptakan reputasi yang baik pula, dalam hal ini, gastrodiplomasi Indonesia di Amerika Serikat.

Gastrodiplomasi

Selain nation branding sebagai konsep dalam mengkaji penelitian ini, penulis juga menggunakan konsep gastrodiplomasi dalam menjawab rumusan masalah dan berusaha menggunakan kacamata nation branding untuk menjelaskan gastrodiplomasi Indonesia di Amerika Serikat di tahun 2014-2019.

38 Cornelia Zeineddine, Op. Cit.

39 Febby Amelia Trisakti &Hifni Alifahmi, Op. Cit.

40 Steven Wijaya, 2018, Gastrodiplomacy as Soft Power Tool to Enchance National Branding:

Thailand of The World Project in Indonesia (2015-2017), Tesis. Cikarang: Jurusan Hubungan

(25)

25

Gastrodiplomasi menurut Rockower ialah “the act of winning hearts and minds

through stomachs”. Lewat pendekatan dialogis, Rockower berpendapat

bahwasanya suatu negara berusaha menawarkan pesona kulinernya kepada masyarakat luas agar mereka dapat mengenal cita rasa yang dimiliki negara tersebut sebagai sense of taste dalam meninjau kebudayaan suatu negara tersebut. Ia juga menyiratkan bahwa gastrodiplomasi ini merujuk kepada afeksi di mana makanan menjadi media sentral dalam berkomunikasi. Sementara Pham mengatakan bahwa gastrodiplomasi adalah usaha praktik pemerintah dalam mengekspor warisan kulinernya sebagai diplomasi publik demi meningkatkan national brand

awareness, investasi ekonomi dan perdagangan.41

Banyak istilah yang dikaitkan oleh masyarakat jika berbicara tentang gastrodiplomasi. Sebagian orang menggunakan istilah yang berbeda jika membahas tentang gastrodiplomasi, seperti diplomasi kuliner atau diplomasi makanan. Akan tetapi, ada sedikit perbedaan makna jika berkiblat kepada tulisan Samuel Tettner dalam jurnalnya. Ia menyebutkan bahwa gastrodiplomasi memiliki sedikit pergeseran makna dengan “Food Diplomacy”. Samuel beranggapan bahwa maksud dari food diplomacy itu ialah ketika suatu negara mengirimkan bantuan berupa makanan kepada negara yang membutuhkan karena terjadi bencana atau krisis yang dialami. Sedangkan gastrodiplomasi dapat dianggap sebagai proyek kebijakan publik untuk menyebarkan informasi luas khususnya tentang budaya kuliner suatu negara dengan maksud menciptakan citra positif negara secara

(26)

26

keseluruhan. Samuel beranggapan bahwa meskipun sama-sama menggunakan makanan dalam implementasinya, namun memiliki konteks yang sedikit berbeda.42

Gastrodiplomasi memiliki ketersinggungan dengan diplomasi budaya dan

public diplomacy. Rockower dan Pham sepakat bahwasanya gastrodiplomasi

berada dalam kajian diplomasi publik. Diplomasi publik merupakan sebuah aktifitas ataupun usaha aktor negara serta aktor non-negara dalam memahami kultur, tingkah laku maupun sikap dalam upaya membangun dan menata hubungan serta mempengaruhi opini yang bertujuan untuk mencapai kepentingan mereka.43

Kemudian, diplomasi publik memiliki keterkaitan yang cukup besar dengan diplomasi budaya. Berdasarkan pengertiannya, diplomasi budaya berupa suatu pertukaran, ide atau gagasan, informasi, kesenian dan aspek lainnya yang melibatkan kebudayaan di antara negara-negara dalam upaya terciptanya saling pengertian dan toleransi.44 Oleh karena itu gastrodiplomasi masih berkaitan dengan

diplomasi budaya karena adanya pertukaran kebudayaan yang mana makanan menjadi salah satu warisan nasional.

Dalam kajian diplomasi publik, komunikasi secara berkelanjutan dan dalam jangka panjang menjadi fundamental karena saling berkaitan agar dapat memahami satu sama lainnya demi terciptanya kedamaian. Begitupun dengan diplomasi budaya, demi memenangkan hati dan pikiranlewat unsur kebudayaannya. Pada

42 Samuel Tettner and Begum Kalyoncu, 2016, Gastrodiplomacy 2.0: Culinary Tourism Beyond

Nationalism, Ozyegin University Department of Gastronomy and Culinary Arts Istanbul Turkey,

Journal ARA Vol. 6 No 2, 2016, hal 48 43 Risky M. Baskoro, Op. Cit, hal 40 44 Ibid, hal 41

(27)

27

dasarnya, seluruh konsep tersebut masih merujuk ke satu arah yakni soft power, yang mana sumber prioritasnya menggunakan instrumen kebudayaan.45

Gastrodiplomasi secara umum adalah di mana suatu negara menawarkan pesona dan keunggulan kuliner yang dimiliki kepada masyarakat global, yang bertujuan agar masyarakat global menjadi terbiasa atau familier dengan cita rasa khas negara tersebut. Hal ini menjadi nilai tambah dalam perkembangan budaya dan kemajuan negara tersebut untuk dikenal oleh masyarakat global. Pham mengatakan bahwasanya gastrodiplomasi adalah usaha atau upaya pemerintah dalam mengekspor warisan kuliner nasional sebagai bagian dari diplomasi untuk meningkatkan national brand awareness, perdagangan dan investasi ekonomi.46

Gastrodiplomasi bukan hanya dijalankan oleh aktor pemerintah saja, melainkan perlunya bantuan dari pihak-pihak lain yang terlibat langsung seperti warga Indonesia yang tinggal di luar negeri, chef, lembaga-lembaga, public figure, agen wisata, perusahaan hubungan publik, praktisi diplomasi publik hingga media sosial guna keberhasilan gastrodiplomasi dalam upaya branding nasional.47 Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk menguraikan apa saja bentuk-bentuk dan macam gastrodiplomasi yang dilakukan oleh Indonesia di Amerika Serikat dalam branding bangsa Indonesia dalam kurun waktu tertentu, yaitu dari tahun 2014-2019. Penelitian ini tidak hanya berfokus pada aktor pemerintah saja, melainkan ada keterlibatan peran selain dari pemerintah dalam proses gastrodiplomasi Indonesia di Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan dalam implementasi

45 Ibid

46 Risky M. Baskoro, Op. Cit., hal 36. 47 Ibid, hal 37.

(28)

28

gastrodiplomasi, adanya keterlibatan aktor-aktor lain yang berkenaan dengan gastrodiplomasi sebagaimana yang diuraikan oleh John W. McDonald dan Dr. Louise Diamond tentang adanya pihak lain yang berperan dalam suatu keadaan.48

1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif yang mana memiliki arti sebagai penelitian yang datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya dengan tidak dirubah dalam bentuk simbol-simbol ataupun bilangan. Sumber data diambil sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian dengan objek perilaku negara.49

1.6.2 Metode Analisis

Analisis data dalam penelitian deskripftif- kualitatif ini dimulai sejak masuknya data atau informasi terkait dengan penelitian. Kemudian data-data tersebut diklasifikasikan atau dipilah-pilah dan dikelompokkan berdasarkan dengan rincian penelitian.50

1.6.3 Ruang Lingkup Penelitian a. Batasan Materi

48 John W. McDonald, 2012, The Institute of Multi Track Diplomacy, Journal of Conflictology, Volume 3, Issue 2 (2012), hal 66.

49 Hadari Nawawi dan Mimi Martini, 1994, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hal 174-177.

(29)

29

Adapun batasan materi dalam penelitian ini, penulis menetapkan pembahasan terkait kegiatan gastrodiplomasi Indonesia di Amerika dalam elemen nation branding selama 2014-2019, serta siapa saja yang terlibat dalam kegiatan tersebut dan berhubungan dengan pembahasan.

b. Batasan Waktu

Penelitian ini akan berfokus pada tahun 2014 hingga 2019, di mana penulis akan mencoba menjelaskan bagaimana nation branding Indonesia dalam hal gastrodiplomasi di Amerika Serikat sebagai dalam kurun waktu tersebut berdasarkan referensi literatur dan referensi digital lainnya yang berkaitan dengan pembahasan.

1.6.4 Teknik dan Pengumpulan Data

Teknik dan pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah teknik

library research yang mana penulis mengumpulkan berbagai macam data dan

sumber berupa literatur buku-buku, jurnal, surat kabar, artikel terkait, dan kunjungan ke situs internet yang dapat dipertanggunjawabkan serta segala macam yang menunjang penelitian ini. Analisa diperoleh dari teknik pengumpulan data dan sumber pustaka sebagaimana disebutkan sebelumnya.

(30)

30

1.7 Argumen Pokok

Berangkat dari isu-isu internasional yang semakin kompleks, khususnya globalisasi yang semakin meluas di seluruh dunia, maka pentingnya melakukan tindakan untuk mencegah hal tersebut. Globalisasi yang kian mengikis nasionalis sebuah negara, harus diatasi dengan mempertahankan keuggulan negara tersebut. Oleh karena itu penting dirasa dalam mempertahankan eksistensi suatu negara di mata internasional agar keberadaan bangsa tersebut juga dapat diperhitungkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka harus ada tindakan yang nyata guna mencegah kehilangan eksistensi tersebut dengan melakukan nation branding sebaik mungkin kepada masyarakat global.

Nation branding itu sendiri ialah bagaimana mambangun sebuah reputasi

suatu negara agar memiliki citra yang positif, dalam penelitian ini penulis mencoba menjelaskan elemen elemen nation branding dalam konteks gastrodiplomasi Indonesia di Amerika Serikat pada tahun 2014-2019. Gastrodiplomasi yang penulis coba untuk uraikan lewat enam elemen nation branding Simon Anholt. Upaya gastrodiplomasi untuk nation branding Indonesia dari segi Brands Export ialah bagaimana kuliner Indonesia menjadi sebuah citra yang tidak dapat dilepaskan dengan Indonesia seperti penetapan kuliner nasional yang membuat rendang menjadi lebih mendunia sebagai kuliner dari Indonesia. Elemen Governance dalam gastrodiplomasi ialah bagaimana KBRI dan KJRI menyelenggarakan berbagai festival dan bazar makanan untuk mempromosikan kuliner Indonesia di Amerika Serikat, hal ini dilakukan supaya masyarakat di Amerika Serikat familiar akan kuliner Indonesia sendiri.

(31)

31

Selain itu, ada elemen Culture yang mana makanan khas Indonesia itu sendiri merupakan bagian dari warisan bangsa yang dimiliki dan harus dilestarikan sebagai warisan budaya turun temurun dengan cara mempromosikannya lewat food

festival ataupun pameran makanannya di sana yang dibantu oleh para diaspora.

Elemen lain yakni People, di mana diaspora Indonesia melakukan berbagai macam perkumpulan untuk menyelenggarakan kegiatan yang menyangkut dengan makanan serta membantu dalam penyelenggaraan berbagai program dari pemerintah di food festival maupun dengan membuka restoran Indonesia sebagai cara memperkenalkan negara Indonesia yang memiliki kuliner enak. Selanjutnya dalam hal Tourism, pemerintah Indonesia sendiri telah menetapkan beberapa kota di Indonesia sebagai tujuan destinasi kuliner, berlaku juga untuk Amerika Serikat yang menjadi pangsa pasar kebijakan tersebut.

Elemen terakhir yang disebutkan dalam nation branding Indonesia di Amerika Serikat ialah Invesment, dalam konteks ini Rendang & co. dan Wayan merupakan salah satu bukti bahwa investasi yang dilakukan dengan membuka restoran dan menjual bumbu-bumbu khas masakan Indonesia menjadi upaya nation

branding Indonesia di bidang kulinernya. Uraian di atas menjelaskan bagaimana

gastrodiplomasi Indonesia melalui kacamata nation branding dalam kurun waktu tahun 2014-2019 khususnya di Amerika Serikat.

(32)

32

1.8 Sistematika Penelitian

Tabel 1.8 Sistematika Penelitian

Judul Pokok Bahasan

Bab I: Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1.3.2 Manfaat Penelitian 1.4 Penelitian Terdahulu 1.5 Teori/Konsep 1.6 Metode Penulisan 1.6.1 Jenis Penelitian 1.6.2 Metode Analisis

1.6.3 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.4 Teknik dan Pengumpulan Data 1.7 Argumen Pokok

1.8 Sistematika Penelitian Bab II: Potensi

Gastrodiplomasi Indonesia dan Perkembangan Kuliner Indonesia di Amerika Serikat

2.1 Perkembangan Kuliner atau Makanan Khas Indonesia dan Potensinya

2.2 Perkembangan Gastrodiplomasi Indonesia

2.2.1 Pembentukan Gastrodiplomasi Indonesia Sebagai Upaya Promosi Kuliner

2.2.2 Perkembangan Gastrodiplomasi Indonesia di Luar Negeri

2.3 Perkembangan Kuliner Indonesia di Amerika Serikat Bab III: Analisa

Nation Branding dalam Promosi Kuliner Indonesia di Amerika Serikat 3.1 Export Brands 3.2 Tourism 3.3 Governance 3.4 Investment 3.5 Culture 3.6 People Bab IV: Penutup 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran

Gambar

Tabel 1.4 Tinjauan Pustaka
Tabel 1.8 Sistematika Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika pada Materi Pokok Himpunan. Studi kasus peserta didik kelas VII E MTs Al Ma’ruf Kartayuda Blora tahun ajaran

Pendapatan Rumah Tangga (Y) adalah total pendapatan bersih dalam satuan rupiah per tahun yang diperoleh dari komoditi pangan, hortikultura, perkebunan, ternak, dan

Berikut kami umumkan peserta yang dinyatakan lulus seleksi tes psikoloig calon pegawai Bank BTN dengan data sebagai berikut

Selain itu, adapula masalah terkait proses pembelajaran yang belum dapat teratasi, diantaranya adalah fasilitas pembelajaran yang kurang memadai, media pembelajaran tidak

Equivalent Annual Departure Setelah menentukan pesawat kritis yang beroperasi di bandar udara maka langkah selanjutnya adalah mengkonversi semua roda pendaratan ke

mengetik yang diperlukan untuk menampung 32 siswa berarti 128 m 2. Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran belum memiliki laboratorium simulasi perkantoran yang

Jacoeb et al., (2014), melaporkan peningkatan konsentrasi gliserol dapat menurunkan ketebalan edible film berbahan dasar gliserol dankaragenan, hal ini disebabkan