• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

 Pada Januari 2016, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku Utara sebesar 104,14 atau mengalami peningkatan 0,65 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Desember 2015) yang sebesar 103,46.

 Menurut subsektornya, Nilai Tukar Petani Pangan (NTPP) tercatat sebesar 107,32 (naik 1,56

persen); Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 109,41 (turun 0,71 persen); Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 97,74 (naik 1,16 persen); Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 110,46 (naik 0,11 persen); dan untuk Nilai Tukar Perikanan (Nelayan dan Pembudidaya Ikan/NTNP) sebesar 102,80 (naik 0,55 persen) dimana untuk Nilai Tukar Nelayan (NTN) sebesar 102,24 (naik 0,58 persen) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) sebesar 108,77 (naik 0,27 persen).

 Dari 10 Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, NTP Januari 2016 terhadap Desember 2015 terjadi

peningkatan NTP di lima provinsi, sementara lima lainnya mengalami mengalami penurunan NTP. Peningkatan NTP terbesar terjadi di Maluku yaitu 0,92 persen, sementara penurunan terbesar terjadi di Papua Barat sebesar -1,20 persen.

 Secara nasional NTP mengalami penurunan dari Desember 2015 ke Januari 2016 yaitu dari

102,83 menjadi 102,55 atau turun 0,27 persen.

 Pada Januari 2016, Provinsi Maluku Utara mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,41 persen.

Inflasi perdesaan di Maluku Utara ini disebabkan oleh naiknya indeks pada empat kelompok pengeluaran.

 Inflasi perdesaan Nasional pada bulan Januari 2016 sebesar 0,83 persen atau mengalami inflasi,

yang disebabkan oleh naiknya indeks pada enam kelompok pengeluaran.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Maluku Utara Januari 2016 sebesar

111,06 atau naik 1,03 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya (Desember 2015) yang sebesar

No. 07/02/82/Th.XV, 01 Februari 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI MALUKU UTARA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR

104,14 ATAU NAIK 0,65 PERSEN

(2)

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di tujuh kabupaten se-Provinsi Maluku Utara pada Januari 2016, NTP Provinsi Maluku Utara naik 0,65 persen dibandingkan NTP Desember 2015, yaitu dari 103,46 menjadi 104,14. Peningkatan NTP pada Januari 2016 disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian mengalami kenaikan sebesar 0,95 persen, lebih besar dibandingkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian yang hanya naik sebesar 0,30 persen.

Peningkatan NTP Provinsi Maluku Utara Januari 2016 disebabkan oleh naiknya NTP pada empat subsektor yaitu NTP Subsektor Tanaman Pangan naik 1,56 persen, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 1,16 persen, NTP Subsektor Peternakan naik 0,11 persen dan NTP Subsektor Perikanan naik sebesar 0,55 persen. Sementara itu NTP Subsektor Hortikultura mengalami penurunan sebesar 0,71 persen.

2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dari kelima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Januari 2016, di Maluku Utara indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,95 persen jika dibandingkan dengan It pada Desember 2015, yaitu dari 122,58 naik menjadi 123,75.

3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada Januari 2016, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Maluku Utara naik sebesar 0,30 persen bila dibanding Ib Desember 2015, yaitu dari 118,48 menjadi 118,83. Adapun Peningkatan Ib terjadi pada semua subsektor.

(3)

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani Maluku Utara Per Subsektor, Desember 2015 – Januari 2016 (2012=100)

Subsektor Bulan Perubahan (%) Desember 2015 Januari 2016 (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 126.02 128.49 1.95

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119.27 119.73 0.39

c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 105.67 107.32 1.56

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 130.98 130.50 -0.37

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 118.86 119.27 0.34

c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 110.20 109.41 -0.71

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 114.81 116.50 1.47

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 118.84 119.19 0.30

c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 96.61 97.74 1.16

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 127.52 127.81 0.23

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 115.57 115.71 0.12

c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 110.34 110.46 0.11

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 121.43 122.37 0.77

b. Indeks yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 118.77 119.03 0.21

c. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) 102.24 102.80 0.55

5.1 Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima Nelayan (It) 120.73 121.68 0.78

b. Indeks yang Dibayar Nelayan (Ib) 118.78 119.02 0.20

c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 101.65 102.24 0.58

5.2 Perikanan Budidaya

a. Indeks yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 128.79 129.61 0.63

b. Indeks yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 118.73 119.16 0.36

c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 108.48 108.77 0.27

Gabungan/Maluku Utara

a. Indeks yang Diterima (It) 122.58 123.75 0.95

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 118.48 118.83 0.30

(4)

4. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada Januari 2016, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) mengalami peningkatan sebesar 1,56 persen dibandingkan dengan NTPP bulan Desember 2015. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 1,95 persen, jauh lebih besar dibanding peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang hanya sebesar 0,39 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) pada Subsektor Tanaman Pangan ini disebabkan oleh naiknya indeks harga pada kelompok padi sebesar 1,05 persen dan kelompok palawija sebesar 2,44 persen (khususnya gabah, ketela pohon/ubi kayu, dan ubi jalar). Peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,39 persen disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,49 persen, sementara indeks BPPBM turun 0,14 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada Januari 2016, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Holtikultura (NTPH) mengalami penurunan sebesar 0,71 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,37 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,34 persen.

Penurunan indeks harga yang diterima petani Subsektor Holtikultura disebabkan turunnya indeks harga kelompok sayur-sayuran sebesar 1,14 persen (khususnya cabai rawit, cabai merah, kacang panjang, dan petsai/sawi) dan kelompok buah-buahan turun sebesar 0,19 persen (khususnya durian, mangga, dan semangka).

Indeks harga yang dibayar petani Subsektor Holtikultura mengalami peningkatan 0,34 persen yang disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga sebesar 0,38 persen, dan indeks BPPBM naik sebesar 0,14 persen.

c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada Januari 2016, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) mengalami peningkatan sebesar 1,16 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,47 persen, lebih besar dibandingkan peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang hanya sebesar 0,30 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh naiknya indeks harga kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,47 persen (khususnya komoditi kakao, cengkeh, dan kelapa). Sementara itu, peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,30 persen dikarenakan naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga sebesar 0,37 persen, sementara indeks bPPBM mengalami penurunan 0,07 persen.

(5)

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada Januari 2016, Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan (NTPT) mengalami peningkatan sebesar 0,11 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Desember 2015). Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,23 persen, lebih besar daripada peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yaitu sebesar 0,12 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh naiknya harga secara rata-rata pada kelompok ternak besar dan kelompok ternak kecil masing-masing sebesar 0,02 persen dan 1,37 persen (khususnya sapi potong, kerbau dan babi). Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,12 persen disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,29 persen, sementara indeks BPPBM turun sebesar 0,05 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada Januari 2016, NTNP mengalami peningkatan sebesar 0,55 persen. Hal ini disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani (It) yakni sebesar 0,78 persen, lebih besar daripada peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang hanya sebesar 0,20 persen.

Peningkatan It pada Januari 2016 disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima pada kelompok perikanan tangkap dan perikanan budidaya masing-masing sebesar 0,78 persen dan 0,63 persen. Sementara itu, peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) Subsektor Perikanan Januari 2016 disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,65 persen, sementara Indeks BPPBM turun sebesar 0,54 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (Nilai Tukar Nelayan/NTN)

Pada Januari 2016, NTN mengalami peningkatan sebesar 0,58 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,78 persen, dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,20 persen.

Peningkatan It disebabkan oleh naiknya harga secara rata-rata pada kelompok penangkapan laut. Sedangkan peningkatan yang terjadi pada Ib dikarenakan naiknya IKRT sebesar 0,65 persen, sementara Indeks BPPBM turun sebesar 0,56 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (Nilai Tukar Pembudidaya Ikan/NTPi)

Pada Januari 2016, NTPi naik sebesar 0,27 persen. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,63 persen, sementara itu indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,36 persen.

Peningkatan It disebabkan oleh naiknya harga secara rata-rata pada kelompok budidaya air tawar dan kelompok budidaya air laut masing-masing sebesar 0,79 persen dan 0,62 persen (khususnya ikan nila dan ikan kerapu). Sedangkan peningkatan yang terjadi pada Ib dikarenakan naiknya IKRT sebesar 0,65 persen, sementara Indeks BPPBM turun sebesar 0,34 persen.

(6)

Tabel 2.

Indeks Diterima dan Dibayar Petani Per Subsektor dan Perubahannya, Desember 2015 – Januari 2016 (2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok

Bulan Perubahan (%) Desember 2015 Januari 2016 (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 126.02 128.49 1.95

- Padi 119.19 120.45 1.05

- Palawija 130.05 133.22 2.44

b. Indeks Dibayar Petani 119.27 119.73 0.39

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 121.33 121.92 0.49

- Indeks BPPBM 109.50 109.34 -0.14

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 130.98 130.50 -0.37

- Sayur-sayuran 138.05 136.47 -1.14

- Buah-buahan 127.74 127.50 -0.19

- Tanaman Obat 130.60 133.36 2.12

b. Indeks Dibayar Petani 118.86 119.27 0.34

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 120.47 120.92 0.38

- Indeks BPPBM 110.33 110.48 0.14

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 114.81 116.50 1.47

- Tanaman Perkebunan Rakyat 114.81 116.50 1.47

b. Indeks Dibayar Petani 118.84 119.19 0.30

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 120.09 120.54 0.37

- Indeks BPPBM 113.09 113.02 -0.07

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 127.52 127.81 0.23

- Ternak Besar 130.63 130.66 0.02

- Ternak Kecil 124.24 125.94 1.37

- Unggas 125.67 124.90 -0.62

- Hasil Ternak 117.84 116.82 -0.86

b. Indeks Dibayar Petani 115.57 115.71 0.12

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 121.09 121.44 0.29

(7)

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Perubahan (%) Desember 2015 Januari 2016 (1) (2) (3) (4) 5. Perikanan

a. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 121.43 122.37 0.77

b. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 118.77 119.03 0.21

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 121.56 122.36 0.65

- Indeks BPPBM 114.23 113.61 -0.54

5.1. Perikanan Tangkap

a. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) 120.73 121.68 0.78

- Penangkapan Laut 120.73 121.68 0.78

b. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 118.78 119.02 0.20

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 121.55 122.34 0.65

- Indeks BPPBM 114.42 113.78 -0.56

5.2. Perikanan Budidaya

a. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 128.79 129.61 0.63

- Budidaya Air Tawar 124.97 125.95 0.79

- Budidaya Air Laut 130.17 130.97 0.62

b. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 118.73 119.16 0.36

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 121.74 122.53 0.65

(8)

5. Perbandingan NTP Antar Provinsi di Kawasan Timur Indonesia

Dari 10 Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, NTP Januari 2016 terhadap Desember 2015 terjadi peningkatan NTP di 5 provinsi, dan 5 lainnya mengalami mengalami penurunan NTP. Peningkatan NTP terbesar terjadi di Maluku yaitu 0,92 persen, sementara penurunan terbesar terjadi di Papua Barat sebesar -1,20 persen. Secara nasional NTP mengalami penurunan dari Desember 2015 ke Januari 2016 yaitu dari 102,83 menjadi 102,55 atau turun 0,27 persen.

Tabel 3.

Nilai Tukar Petani (NTP) dan Persentase Perubahannya di Kawasan Timur Indonesia, Januari 2016 (2012=100) No. Provinsi It Ib NTP Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Sulawesi Utara 120.26 0.76 123.11 -0.10 97.69 0.86 2 Sulawesi Tengah 119.76 -0.09 120.86 0.64 99.09 -0.73 3 Sulawesi Selatan 130.87 0.55 123.19 0.70 106.24 -0.15 4 Sulawesi Tenggara 121.04 -0.32 120.94 0.60 100.08 -0.92 5 Gorontalo 129.39 -0.03 123.65 -0.25 104.65 0.23 6 Sulawesi Barat 124.82 0.86 117.70 0.53 106.05 0.32 7 Maluku 127.08 1.20 122.72 0.28 103.55 0.92 8 Maluku Utara 123.75 0.95 118.83 0.30 104.14 0.65 9 Papua Barat 120.26 -0.68 121.30 0.53 99.14 -1.20 10 Papua 113.61 -0.32 118.48 -0.12 95.89 -0.20 Nasional 125.31 0.35 122.20 0.63 102.55 -0.27 6. Inflasi Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi perdesaan. Provinsi Maluku Utara, pada Januari 2016 terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,41 persen yang disebabkan oleh naiknya indeks pada 4 kelompok pengeluaran, yaitu Kelompok Bahan Makanan (0,63 persen), Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau (1,00 persen), Kelompok Sandang (0,61 persen), Kelompok Kesehatan (0,95 persen).

(9)

Tabel 4.

Persentase Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Provinsi Maluku Utara dan Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran, Januari 2016 (2012=100)

Kelompok Pengeluaran

Maluku Utara Nasional

IKRT % Perubahan (Inflasi Perdesaan) IKRT % Perubahan (Inflasi Perdesaan) Desember 2015 Januari 2016 Desember 2015 Januari 2016

Konsumsi Rumah Tangga 120.66 121.15 0.41 125.37 126.41 0.83

Bahan Makanan 124.94 125.72 0.63 133.89 136.03 1.60

Makan Jadi, Minuman,

Rokok & Tembakau 116.77 117.93 1.00 120.28 121.40 0.93

Perumahan 116.62 116.47 -0.13 118.91 119.39 0.40

Sandang 116.65 117.37 0.61 118.95 119.41 0.39

Kesehatan 115.95 117.04 0.95 115.22 115.82 0.53

Pendidikan, Rekreasi &

Olah Raga 108.36 108.30 -0.05 112.86 113.24 0.33

Transportasi & Komunikasi 122.66 120.03 -2.15 124.29 122.71 -1.28

Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia yang dihitung IKRT-nya pada Januari 2016, 7 provinsi mengalami inflasi perdesaan, sementara 3 lainnya mengalami deflasi. Inflasi perdesaan tertinggi sebesar 1,03 persen terjadi di Sulawesi Selatan dan deflasi tertinggi terjadi di Gorontalo sebesar 0,33 persen. Secara nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,83 persen yang disebabkan oleh naiknya indeks pada enam kelompok pengeluaran.

Tabel 5.

Persentase Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dan Inflasi Perdesaan Menurut Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, Januari 2016 (2012=100)

Provinsi IKRT Inflasi Perdesaan Desember 2015 Januari 2016 (1) (2) (3) (4) Sulawesi Utara 127.71 127.57 -0.11 Sulawesi Tengah 123.93 125.07 0.92 Sulawesi Selatan 127.23 128.54 1.03 Sulawesi Tenggara 122.93 124.02 0.88 Gorontalo 129.63 129.21 -0.33 Sulawesi Barat 119.33 120.21 0.73 Maluku 126.09 126.74 0.51 Maluku Utara 120.66 121.15 0.41 Papua Barat 123.98 125.21 0.99 Papua 122.84 122.75 -0.08

(10)

7. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena merupakan hasil perbandingan antara hasil produksi pertanian dengan ongkos/biaya produksinya.

Pada Januari 2016 terjadi peningkatan NTUP secara umum sebesar 1,03 persen di Provinsi Maluku Utara. Peningkatan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP pada empat subsektor, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 2,10, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 1,54 persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,28 persen, dan Subsektor Perikanan sebesar 1,32 persen. Sementara itu, NTUP Subsektor Hortikultura mengalami penurunan sebesar 0,51 persen.

Tabel 6.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) per Subsektor, dan Persentase Perubahannya di Provinsi Maluku Utara, Desember 2015 – Januari 2016 (2012=100)

Subsektor Desember 2015 Januari 2016 % Perubahan (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan 115.09 117.51 2.10 2. Holtikultura 118.72 118.12 -0.51

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 101.52 103.08 1.54

4. Peternakan 115.43 115.75 0.28

5. Perikanan 106.31 107.71 1.32

a. Perikanan Tangkap 105.51 106.94 1.35

b. Perikanan Budidaya 114.81 115.92 0.97

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peran BPD dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Program Pembangunan Infarstruktur Perdesaan (PPIP) di Desa Ciputih,

Pada perancangan alat ini, terdapat dua tahap yaitu perancangan hardware yang berisi rancangan mekanik dan rancangan rangkaian yang dibutuhkan, dan rancangan software

Hanum dan Rangga membuat kisah perjalanan yang mempunyai ciri berbeda dari beberapa buku catatan perjalanan. Cerita ini mengandung unsur konflik yang menjadi pembangun

Hasil penelitian menunjukan bahwa 46% Bunda PAUD memiliki kemampuan emotion regulation rendah, 30,88% memiliki kemampuan impulse control sedang, 68% memiliki kemampuan

Karena dengan menggunakan layar sentuh maka mahasiswa dapat lebih mudah mengetahui segala informasi untuk sistem akademik dan pengumuman untuk setiap fakultas

Masyarakat Desa Meduri memilih pekerjaan sebagai pencari bonggol jati selain ada tawaran mereka juga pengrajin bonggol jati memiliki tingkat pendidikan yang

Kesesuaian ini menurut al-Faruqi didasarkan pada tiga prin- sip kesatuan kebenaran ( unity of truth ) yang mendasari semua pengetahuan Islam; a) Tidak ada pertentangan

Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang perkembangan pesantren dimasa lalu kita hanya bisa menduga- duga tentang ciri-ciri pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan