• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1.1

Latar Belakang

Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment / EHRA) adalah sebuah studi partisipatif di Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi keseluruh SKPD di lingkungan Kabupaten Indramayu sampai dengan kelurahan. Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Sanitasi Kabupaten Indramayu sebagai salah satu bahan untuk penetapan area beresiko, dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK).

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten Indramayu karena pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat. Selain itu, isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di kabupaten Indramayu dan seluruh kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa.

Latar belakang dari proses studi EHRA adalah dalam rangka menyempurnakan data sekunder yang ada tentang sanitasi dan higinitas di tingkat desa/kelurahan sehingga untuk mengangkat isu sanitasi dan higinitas di tingkat kelurahan serta untuk meningkatkan pengetahuan Pokja dan juga masyarakat Kabupaten Indramayu tentang kondisi sanitasi dan higinitas yang sebenarnya dari wilayahnya. Diharapkan dengan studi EHRA ini dapat membuka lebar ruang dialog tentang isu-isu sanitasi dan higienitas di antara semua stakeholder termasuk masyarakat pengambil keputusan. Selain itu, hasil survey dapat digunakan untuk memetakan area/wilayah beresiko di Kabupaten Indramayu.

(2)

1.2

Maksud

Maksud diadakannya studi EHRA ini adalah tersusunnya instrumen profil sanitasi sebagai dasar penyusunan strategi pengembangan sanitasi di Kabupaten Indramayu.

1.3

Tujuan dan Manfaat

Studi EHRA bertujuan untuk mengetahui :

1. Gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan;

2. Membuat baseline data dalam pengembangan dan implementasi program/kegiatan pengembangan sanitasi

3. Informasi dasar yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan; dan 4. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi.

Sedangkan manfaat dari studi EHRA ini adalah hasil studi digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Indramayu.

1.4

Pelaksana Studi EHRA

Pelaksana studi EHRA ini adalah tim Pokja Sanitasi Kabupaten Indramayu yang dalam hal ini dilakukan sepenuhnya oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu sebagai salah satu anggota Pokja . Adapun tim dari Dinkes terbagi menjadi beberapa tim yaitu tim enumerator EHRA yang merupakan para sanitarian di Puskesmas, tim entry data EHRA, dan tim pengolah/penyusunan laporan EHRA. Tim lapangan sebanyak 113 orang, tim entry data EHRA sebanyak 30 orang, supervisor 8 orang dan tim penyusun sebanyak 3 orang. Jadi, total tim Pokja Sanitasi sebanyak 149 orang.

Tim lapangan EHRA dibagi menjadi dua yaitu Enumerator dan Supervisor. Enumerator mempunyai tugas menggali informasi terkait sanitasi baik melalui wawancara maupun pengamatan dengan cara menyebar kuesioner. Tim Enumerator diambil dari petugas penyuluh kesehatan lingkungan maupun tenaga kesehatan lainnya di setiap puskesmas. Tenaga Enumerator yang ditugaskan dari setiap puskesmas sebanyak minimal 2 orang. Supervisor memiliki tugas mengkoordinir pekerjaan para Enumerator. Pembagian tugas Enumerator dan Supervisor berdasarkan wilayah kerja puskesmas.

Waktu pelaksanaan studi EHRA terbagi menjadi 3 yaitu pelatihan tim enumerator sebanyak 2 kali dan pelatihan pengolahan data/entry data EHRA sebanyak 1 kali. Pelaksanaan pelatihan survey dan entry data selama 3 hari. Pelaksanaan Survey EHRA dilaksanakan selama 4 minggu dan waktu pengolahan data sekitar 1 minggu.

(3)

1.5

Wilayah Cakupan Studi EHRA

Wilayah cakupan studi EHRA adalah seluruh kecamatan di Kabupaten Indramayu. Jumlah desa/kelurahan seluruhnya di Kabupaten Indramayu sejumlah 317 desa/kelurahan atau 31 Kecamatan dengan jumlah kecamatan 49 Puskesmas. Jumlah responden masing-masing desa sejumlah 40 responden/KK. Jadi, total responden studi EHRA di Kabupaten Indramayu adalah 12.680 KK.

1.6

Metodologi Pelaksanaan Studi EHRA

Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi dengan mengacu kepada STBM yaitu buang air besar, cuci tangan pakai sabun (CTPS), pengelolaan air minum rumah tangga, pengelolaan sampah dengan 3R, dan pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan).

Pada dasarnya metode EHRA mencakup kegiatan seperti: pengumpulan data, sampling KK di setiap desa, dan analisis. Adapun metode yang dilakukan meliputi:

 Pengumpulan data dilakukan dalam dua metode, yaitu wawancara dan observasi/pengamatan dengan kuesioner;

Metode penentuan sampel KK di setiap KK di desa/kelurahan dengan cara stratified random sampling yaitu metode stratifikasi acak. KK yang terpilih sebagai sampel secara proporsional berdasarkan jumlah KK yang telah ditentukan dan dipilih secara acak;

 Pengumpulan data kuesioner EHRA dapat diselesaikan dalam waktu 30-45 menit per rumah tangga responden;

 Responden dalam studi EHRA adalah ibu atau anak perempuan yang sudah menikah dan berumur antara 18 antara 60 tahun. Pemilihan ibu berdasarkan urutan atau tabel prioritas sebagai berikut :

(1) Kepala rumah tangga (orangtua tunggal/janda); (2) Istri kepala rumah tangga;

(3) Anak rumah tangga;

(4) Adik/kakak kepala rumah tangga;

(4)

2.1

Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kabupaten Indramayu

Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki risiko pada kesehatan warga. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup sumber air minum, pengelolaan sampah, jamban, drainase lingkungan, dan saluran pembuangan air limbah. Pada aspek perilaku, dipelajari hal-hal yang terkait dengan higienitas dan sanitasi, antara lain penyimpanan air untuk memasak, penyimpanan makanan, cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak, dan pengolahan sampah.

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan hasil EHRA dikelola oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Indramayu. Selanjutnya, data EHRA akan menjadi bahan untuk mengembangkan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Indramayu yang memuat instrumen profil sanitasi, strategi sanitasi dan kesepakatan program-program sanitasi.

Dalam pelaksanaannya Studi EHRA di Kabupaten Indramayu dilaksanakan dalam jangka waktu yang singkat sekitar 6 minggu dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan teknik pengumpulan data, yakni 1) Wawancara (interview ) dan 2) Pengamatan (observasi). Sebelum pelaksanaan studi EHRA, para enumerator diberikan pelatihan tentang studi EHRA. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan, pemahaman tentang instrument EHRA, latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator–indikator, dan diskusi penyesuaian instrument yang telah ditetapkan di Kabupaten Indramayu.

Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten/Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut:

(5)

1. Penanggungjawab : Kepala Dinas Kesehatan Kab. Indramayu 2. Koordinator Survey : Pokja - Dinas Kesehatan

3. Anggota : Bidang Promkes & Penyehatan Lingkungan 4. Koordinator wilayah/kecamatan : Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu

5. Supervisor : Dinas Kesehatan Kab Indramayu

6. Tim Entry data : Dinas Kesehatan Kab Indramayu 7. Tim Analisis data : Pokja – Dinas Kesehatan

8. Enumerator : Petugas Puskesmas

Pelaksanaan EHRA di Kabupaten Indramayu menggunakan teknik proporsional random sampling yang merupakan jenis dari teknik sampling probabilitas (Probability Sampling) dimana sampel diambil dari masing-masing subpopulasi dengan menggunakan secara sistematis dengan jumlah yang sama dari setiap subpopulasinya.

Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Indramayu dalam menentukan kebijakan sampel berpengaruh pada penentuan di seluruh jumlah desa/kelurahan area studi sebagai penentuan jumlah respondennya. Pertimbangan Pokja Sanitasi Kabupaten Indramayu melakukan survey di seluruh desa/kelurahan karena:

a. Kebutuhan baseline data sanitasi untuk Kabupaten Indramayu;

b. Detail kondisi sanitasi di setiap desa/kelurahan sehingga memudahkan dalam pengisian profil sanitasi Kabupaten.

c. Ketersediaan Sumber Daya Manusia pelaksana Studi EHRA; dan

2.2. Penentuan Jumlah/Besarnya Sampel

Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut di atas, Pokja Sanitasi Kabupaten Indramayu menentukan kebijakan sampelnya berupa seluruh desa/kelurahan. Unit sampling utama (Primary Sampling) pada Studi EHRA adalah RT (Rukun Tetangga) dan dipilih secara random berdasarkan total RT dalam setiap desa/kelurahan yang telah dipilih menjadi target area studi.

Dalam studi EHRA, disyaratkan jumlah sampel total responden minimal adalah 400 responden. Sementara jumlah sampel RT per desa/kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT minimal 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan minimal 40 responden. Jumlah desa/kelurahan yang dipilih sebagai sampel area studi sebanyak 317 desa/kelurahan, sehingga jumlah responden studi EHRA di Kabupaten Indramayu sejumlah 12.680 responden. Responden dalam studi EHRA adalah ibu atau anak perempuan yang sudah menikah dan berumur antara 18 antara 60 tahun.

(6)

2.3 Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei

Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih secara normatife dapat dilakukan dengan cara berikut :

Urutkan RT per RW per kelurahan.

 Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil.

 Jumlah total RT kelurahan : X.  Jumlah RT yang akan diambil : Y

 Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y (dibulatkan)  misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z

 Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 – Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3.

 Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z= ... dst.

Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sbb.

 Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung.

 Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima)  diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5

 Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2

 Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst.

Untuk penentuan sampling RT lokasi studi EHRA di Kabupaten Indramayu menggunakan gabungan dari 2 cara tersebut.

(7)

3.1 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Sampah adalah salah satu masalah penyebab tidak seimbangnya lingkungan hidup, yang umumnya terdiri dari komposisi sisa makanan, daun-daun, plastik, kain bekas, karet, tanah dan lain-lain. Bila dibuang dengan cara ditumpuk saja akan menimbulkan bau dan mengeluarkan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Bila dibakar akan menimbulkan pengotoran udara, apalagi bila yang terbakar itu bahan-bahan sintesis seperti karet dan benda sintesis lainnya, yang jenisnya telah banyak muncul akibat perkembangan peradaban.

Selain itu tradisi membuang sampah di sungai dapat mengakibatkan pendangkalan yang demikian cepat, banjir, juga mencemari sumber air permukaan karena pembusukan sampah tersebut. Jadi pada kenyatannya sampah telah mencemari tanah, badan-badan air dan udara dalam kota.

Sampah rumah tangga pembuangan seyogyanya dilakukan secara tertib dengan menyediakan tempat sampah.

Selain itu untuk sampah organik disimpan dalam tanah kemudian dipergunakan untuk pupuk tanaman halaman. Sedangkan sampah lain seperti, kertas, plastik, kaleng. dll, sebaiknya tidak dibakar, disimpan dalam bak sampah secara padat dan rapi agar memudahkan petugas mengumpulkan sampah dan mengambilnya.

Di tempat umum pun harus dibiasakan tertib membuang sampah termasuk puntung rokok. Kota bersih dan sehat tergantung dari ketertiban/sikap warganya.

3.2 Pembuangan Air Limbah Domestik

Air Limbah adalah air buangan yang dihasilkan dari suatu proses pruduksi industri maupun domestik (rumah tangga), yang terkadang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Dalam konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negative terhadap lingkungan tertutama kesehatan manusia sehingga dilakukan penanganan terhadap limbah.

Air kotor adalah air bekas pakai yang sudah tidak memenuhi syarat kesehatan lagi dan harus dibuang agar tidak menimbulkan wabah penyakit.

(8)

Beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian dan kegiatan yang berhubungan dengan limbah cair menurut PP 82 tahun 2001 yaitu : 1. Air adalah semua air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan fosil.

2. Sumber air adalah wadah air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, seperti, mata air, sungai, rawa, danau, waduk, dan muara.

3. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin kualitas tetap dalam kondisi alamiah.

4. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.

5. Pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat, energy, dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. 6. Limbah cair adalah sisa dari sutu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. 7. Baku mutu limbah cair adalah, ukuran batas atau kadar unsure pencemar yang

ditenggang keberadaannya dalam limbah cair yang akan dibuang atau dilepas kedalam sumber air dari suatu usaha atau kegiatan.

Grafik pada skala seluruh sampel kabupaten/ kota dan per klaster mengenai:

jumlah keluarga yang memilliki jamban

saluran akhir pembuangan isi tinja

 kualitas tangki septic yang dimiliki: suspek aman dan tidak aman.

 Praktek pembuangan kotoran anak balita di rumah responden yang di rumahnya ada balita, Kondisi aman dan tidak aman dilihat dari praktik pembuangan kotoran balita antara lain praktik pembuangan yang aman yang mencakup:

1) anak yang diantar untuk BAB di jamban

2) anak yang BAB di penampung (popok sekali pakai/ pampers, popok yang dapat dicuci, gurita, ataupun celana), kotoran di buang ke jamban, dan penampung dibersihkan di WC

3) praktik pembuangan yang relatif tidak aman

4) anak BAB di ruang terbuka (lahan di rumah atau diluar rumah)

5) anak yang BAB di penampung (popok sekali pakai/ pampers, popok yang dapat dicuci, gurita, ataupun celana), kotoran di buang ke ruang terbuka/ tidak di jamban dan dibersihkan bukan di jamban.

(9)

3.3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir

 Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir.

 Manajemen sampah yang tidak bagus dapat menyebabkan tersumbatnya sistem drainase, yang bisa menyebabkan meluapnya air akibat berkurangnya debit air yang dapat ditampung dan disalurkan oleh drainase.

 Pertambahan jumlah penduduk juga menjadi masalah sendiri bagi daya tampung drainase. Meningkatnya jumlah penduduk berarti bertambahnya infrastruktur, yang diiringi oleh bertambahnya jumlah limbah yang dikeluarkan ke lingkungan.

 grafik dan table pada skala seluruh sampel kabupaten/ kota dan per klaster mengenai Lokasi Genangan di Sekitar Lingkungan Rumah.

 Ulasan topografi wilayah

 Hasil wawancara mengenai keberadaan saluran drainase lingkungan,

Hasil pengamatan mengenai kondisi drainase lingkungan 3.4. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga

Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, hewan, tumbuhan dan jasad-jasad lain. Air yang kita perlukan adalah air yang memenuhi persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia, bakteriologis dan radioaktif. Air yang tidak tercemar, didefinisikan sebagai air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat dipergunakan secara normal. Air yang memenuhi syarat, diharapkan dampak negatif penularan penyakit melalui air bisa diturunkan.

Pemenuhan kebutuhan air minum sendiri sangat tergantung pada faktor cakupan layanan air minum dan kondisi sanitasi pada masyarakat, baik pedesaan atau perkotaan. Standar kebutuhan air di Indonesia untuk masyarakat pedesaan adalah 60 lt/org/hr, sedangkan untuk masyarakat perkotaan 150 lt/org/hr. Sanitasi juga sangat berperan dalam proses pengelolaan, pendistribusian dan konsumsi air minum pada masyarakat.

(10)

3.5 Perilaku Higiene

Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.

Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak.

Rumah Tangga ber-PHBS berarti mampu menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat.

Penerapan PHBS di rumah tangga merupakan tanggung jawab setiap anggota rumah tangga, yang juga menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/ kota beserta jajaran sektor terkait untuk memfasilitasi kegiatan PHBS di rumah tangga agar dapat dijalankan secara efektif.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan, baik pada masyarakat maupun pada keluarga. Artinya harus ada komunikasi antara kader dengan keluarga/ masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan .

Grafik indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) atau hygiene:

 Praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada 5 + 1 waktu penting.

Ketersediaan sarana CTPS di jamban

 Pola pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari,

 Kebiasaan Masyarakat Membuang Sampah

 Ada-tidaknya masalah sampah di lingkungan rumah 3.6 Kejadian Penyakit Diare

Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu:

1. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit. 2. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.

3. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.

(11)

Perawatan untuk diare melibatkan pasien mengonsumsi sejumlah air yang mencukupi untuk menggantikan yang hilang, lebih baik bila dicampur dengan elektrolit untuk menyediakan garam yang dibutuhkan dan sejumlah nutrisi. Oralit dan tablet zinc adalah pengobatan pilihan utama dan telah diperkirakan telah menyelamatkan 50 juta anak dalam 25 tahun terakhir . Untuk banyak orang, perawatan lebih lanjut dan medikasi resmi tidak dibutuhkan.

Diare di bawah ini biasanya diperlukan pengawasan medis:  Diare pada balita

 Diare menengah atau berat pada anak-anak  Diare yang bercampur dengan darah.  Diare yang terus terjadi lebih dari 2 minggu.

 Diare yang disertai dengan penyakit umum lainnya seperti sakit perut, demam, kehilangan berat badan, dan lain-lain.

 Diare pada orang yang bepergian (kemungkinan terjadi infeksi yang eksotis seperti parasit)

(12)

4.1 Kesimpulan

Sebagai realisasi dan Rencana Kerja Pelaksanaan Pokja Sanitasi Kabupaten Indramayu maka pelaksanaan survey EHRA telah berhasil dilaksanakan dengan hasil/ output sesuai yang diharapkan, kegiatan tersebut dilakukan secara penuh oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Indramayu. Termasuk dalam tanggungjawab setiap Pokja adalah persiapan logistik studi, finalisasi desain studi, penyiapan dan pelatihan enumerator, pengumpulan data, entry data, dan analisis serta pelaporan dan diskusi publik. Berikut tahapan proses yang telah dilakukan dalam penentuan area survey EHRA di Kabupaten Indramayu.

4.2 Hambatan/Kendala

Kendala yang dihadapi oleh Tim Pokja Sanitasi Kabupaten Indramayu dalam menyusun laporan EHRA ini adalah :

a. Keterbatasan waktu tim Pokja Sanitasi;

b. Ketiadaan dana dianggaran murni untuk melakukan survey studi EHRA; c. Pelaksanaan survey yang tidak sesuai dengan jadwal;

d. Adanya Puskesmas yang terlambat melakukan survey; dan e. Kekurangan tim pelaksana.

4.3 Saran

Terbentuknya organisasi bersama (Kelompok Kerja) merupakan modal dan sarana yang efektif bagi upaya peningkatan kapasitas, serta interaksi dan ikatan kebersamaan diantara anggota Pokja Sanitasi. Terkait dengan masih kurangnya koordinasi antar SKPD dilingkungan dilingkup Pokja Sanitasi, akan diperlukan fasilitasi dan pendampingan lanjutan sehingga dapat semakin memperkuat eksistensi Pokja Sanitasi beserta peran dan manfaatnya, dengan demikian perlu memperkuat peran Pokja dalam upaya-upaya yang bersifat advokasi kebijakan untuk meningkatkan dukungan pemerintah daerah dan swasta dalam upaya pengembangan sektor sanitasi serta kesinambungannya.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Olbmot oktiibuot ja olbmot barggus geat leat gaskal 15-74 jagi, geain lea bargobáiki olggobealde dan suohkana gos orrot, sohkabeali ja regionála juogu mielde, Norggas

Buah pepaya yang masih mengkal memiliki efek menggugurkan kandungan, sedangkan buah pepaya yang sudah matang berkhasiat untuk melancarkan gangguan sistem pencernaan, dalam

1) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan

Peran camat ini sangat penting dan sangat strategis dalam mendukung terlaksananya otonomi daerah, apalagi saat ini Kecamatan bukan lagi sebagai kepala wilayah Kecamatan

Persaingan merek pasta gigi tersebut terlihat jelas dari hasil polling pasta gigi terbaik pilihan konsumen yang memilih Pepsodent 12 jam pada polling PintuNet.com.. mengatakan

yang akan dilepas dalam bentuk gempa bumi ketika lapisan bumi tidak sanggup menahan tumpukan energi tersebut. Pada umumnya, masyarakat Indonesia tidak menyadari

Mapel Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran Materi Pembelajaran Kegiatan Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar orang lain dengan. menggunakan

Hasil tugasan yang dikemukakan oleh calon menunjukkan bahawa calon memahami kehendak soalan tetapi tidak mengetahui rumus mencari luas segi tiga menyebabkan calon